Makalah Bio Ethanol
-
Upload
eko-kiswoyo -
Category
Documents
-
view
119 -
download
4
Transcript of Makalah Bio Ethanol
BAB 1 PENDAHULUAN
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak
negara berperang untuk mendapat atau mempertahankan sumber-sumber energi
tersebut. Energi telah menjelma sebagai roh bagi suatu negara. Jika tidak ada
lagi sumber energi di suatu negara, bisa dipastikan negara tersebut akan mati.
Saat ini sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil.
Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tak
terbaharukan dan suatu saat pasti habis. Selama ini, lebih dari 90% kebutuhan
energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Jika eksploitasi terus berjalan
dengan angka saat ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam
setengah abad mendatang. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia
kelak jika bahan bakar fosil yang menjadi sumber energi utama umat manusia
selama lebih dari dua ratus tahun habis begitu saja. Untuk itu, banyak negara
mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbaharukan, ramah
lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat. Salah satu alternatif pengganti
bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari
masih memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau
melakukan budidaya pertanian. Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi
jalar, tebu, jagung, sorgumbiji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa
dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia
adalah singkong (Manihot esculenta). Singkong merupakan tanaman yang sudah
dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan tanaman asli Indonesia.
Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda pada awal
abad ke-19 dari Amerika Latin. Karena sudah dikenal lama oleh petani
Indonesia, pengembangan singkong untuk diolah menjadi bahan baku bioetanol
tidak terlalu sulit. Saat ini singkong banyak diekspor ke AS dan Eropa dalam
bentuk tapioka. Di negara negara tersebut, singkong dimanfaatkan sebagai
bahan baku industri pembuatan alkohol. Tepung tapioka juga digunakan dalam
industri lem, kimia dan tekstil. Indonesia adalah penghasil singkong keempat di
dunia. Dari luas areal 1,24 juta hektar tahun 2005, produksi singkong Indonesia
sebesar 19,5 juta ton. Di dalam negeri, singkong biasanya hanya digunakan
sebagai pakan ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung.
Karena itu, harga singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan
yang memadai bagi si petani. Pengembangan bioetanol diharapkan dapat
menjadi solusi sumber energi terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan
petani singkong. Dengan langkah ini, harga singkong akan menjadi stabil
sehingga memberikan keuntungan yang cukup bagi petani. Masalah krisis energi
masa dapan yang terbaharukan pun akan terselesaikan dan membawa Indonesia
menjadi negara yang mandiri energi.
BAB II PROSES PRODUKSI
Langkah dasar yang dibutuhkan untuk memproduksi etanol adalah
fermentasi jamur khamir, distilasi, dehidrasi, dan denaturasi. Sebelum dilakukan
fermentasi, beberapa tanaman membutuhkan hidrolisis karbohidrat seperti
selulosa dan amilum menjadi gula. Hidrolisis selulosa disebut sebagai selulosis.
Enzim digunakan untuk mengubah amilum menjadi gula.
A. Fermentasi
Etanol diproduksi dengan cara fermentasi mikroba pada gula. Fermentasi
mikroba saat ini hanya bisa dilakukan langsung pada gula. 2 komponen utama
dalam tanaman, amilum dan selulosa, dua-duanya terdiri dari gula dan bisa
diubah menjadi gula melalui fermentasi. Sekarang ini, hanya gula (contohnya
tebu) dan amilum (contohnya jagung) yang masih bernilai ekonomis jika
dikonversi.
B. Distilasi
Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka sebagian besar
kandungan airnya harus dihilangkan dengan cara distilasi. Tingkat kemurnian
etanol setelah didistilasi masih sekitar 95-96%. (masih ada kandungan airnya 3-
4%). Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan bisa digunakan sebagai bahan
bakar, tapi tidak bisa dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya
kandungan air dalam etanol hidrat dibuang habis terlebih dahulu dengan
pengolahan lainnya sehingga baru bisa dicampurkan dengan bensin.
C. Dehidrasi
Pada dasarnya ada 5 tahap proses dehidrasi untuk membuang kandungan air
dalam campuran etanol azeotropik (etanol 95-96%). Proses yang pertama, yang
sudah digunakan di banyak pabrik etanol sejak dulu, adalah proses yang disebut
distilasi azeotropik. Distilasi azeotropik dilakukan dengan cara menambahkan
benzena atau sikloheksana ke dalam campuran. Ketika zat ini ditambahkan,
maka akan membentuk campuran azeotropik heterogen. Hasil akhirnya nanti
adalah etanol anhidrat dan campuran uap dari air dan sikloheksana/benzena.
Ketika dikondensasi, uap ini akan menjadi cairan. Metode lama lainnya yang
digunakan adalah distilasi ekstraktif. Metode ini digunakan dengan cara
menambahkan komponen terner dalam etanol hidrat sehingga akan
meningkatkan ketidakstabilan relatif etanol tersebut. Ketika campuran terner ini
nantinya didistilasi, maka akan menghasilkan etanol anhidrat.
Saat ini penelitian juga sedang mengembangkan metode pemurnian etanol
dengan menghemat energi. Metode yang saat ini berkembang dan mulai banyak
digunakan oleh pabrik-pabrik pembuatan etanol adalah penggunaan saringan
molekul untuk membuang air dari etanol. Dalam proses ini, uap etanol
bertekanan melewati semacam tatakan yang terdiri dari butiran saringan
molekul. Pori-pori dari dari saringan ini dirancang untuk menyerap air. Setelah
beberapa waktu, saringan ini pun divakum untuk menghilangkan kandungan air
di dalamnya. 2 tatakan biasanya digunakan sekaligus sehingga ketika satu
sedang dikeringkan, yang satunya bisa dipakai untuk menyaring etanol.
Teknologi dehidrasi ini diperkirakan dapat menghemat energi sebesar 3.000
btus/gallon (840 kJ/L) jika dibandingkan dengan distilasi azeotropik.
BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN
A. Penggunaan etanol untuk listrik
Mengubah biomassa menjadi listrik untuk kemudian digunakan untuk mengisi baterai
mobil leketrik mungkin akan lebih "ramah lingkungan" daripada menggunakan biomassa
untuk memproduksi etanol, menurut salah satu publikasi ilmiah. "Anda akan
menggunakan lahan lebih efisien dan penggunaan yang lebih efisien juga dengan
mengubah biomassa menjadi listrik daripada menjadi etanol," kata Elliott Campbell,
seorang peneliti lingkungan di Universitas California di Merced, yang memimpin
penelitian ini. "Daripada untuk membuat bahan bakar bio cair, lebih baik kita
menjadikannya sebagai sumber daya alam bio."
Karena bioenergi saat ini telah menjadi solusi dari masalah iklim globa;, maka
pengembangan teknologi diperlukan, kata analis. Para peneliti terus mencari bagaimana
cara mencari pengembangan yang paling efektif, baik di etanol selulosa maupun baterai
kendaraan listrik.
B. Mesin berbahan bakar etanol
Etanol merupakan cairan yang sering digunakan pada mobil, meskipun juga
mungkin digunakan pada kendaraan lainnya, seperti traktor, perahu, dan
pesawat terbang. Konsumsi etanol dalam mesin lebih boros 51% dibandingkan
bensin, karena energi per unit volume etanol 34% lebih rendah dibandingkan
dengan bensin. Rasio kompresi pada mesin yang berbahan bakar etanol saja,
dapat membuat mesin ini lebih bertenaga dan lebih irit bahan bakar. Pada
umumnya, mesin yang hanya berbahan bakar etanol dikonfigurasi untuk
menambahkan sedikit tambahan tenaga dan torsi yang lebih baik dibandingkan
dengan mesin berbahan bakar bensin. Pada kendaraan bahan bakar fleksibel,
rasio kompresi yang lebih rendah menyebabkan mesinnya perlu dikonfigurasi
ulang, sehingga bisa mendapatkan keluaran tenaga yang sama saat memakai
bahan bakar bensin atau etanol. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari
etanol, maka rasio kompresi harus dinaikkan. Rasio kompresi pada mobil
bermesin berbahan bakar etanol murni saat ini didesain kira-kira lebih boros 20-
30% dibandingkan dengan versi bahan bakar bensinnya.
Etanol mengandung bahan-bahan yang dapat larut dan tidak dapat larut.
Bahan-bahan yang dapat larut, yaitu ion-ion klorida, mempunyai sifat korosif.
Ion halida meningkatkan korosi dengan 2 cara: secara kimia, ion ini akan
menyerang pasivator film oksida pada logam sehingga akan menimbulkan
korosi, dan kedua, ion ini akan meningkatkan konduktivitas bahan bakar.
Konduktivitas elektrik yang meningkat menyebabkan korosi pada elektrik dan
galvanis pada sistem bahan bakar. Bahan-bahan yang dapat larut, seperti
aluminium hidroksida yang merupakan produk dari ion halida tadi, akan
menyumbat sistem bahan bakar sedikit demi sedikit.
Etanol bersifat higroskopis, yang artinya etanol akan menyerap uap air
langsung dari atmosfer. Karena menyerap air akan mengencerkan nilai bahan
bakar etanol (dan juga akan menimbulkan knocking pada mesin), maka dalam
pengepakannya, bahan bakar etanol harus ditutup rapat. Karena etanol dengan
amat mudah bercampur dengan air, maka etanol tidak dapat didistribusikan
dengan pipa yang lebih efisien dan modern. Para teknisi sekarang juga melihat
dampak yang ditimbulkan karena adanya kandungan air dalam etanol yang
menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin kecil, terutama pada karburatornya.
Sebuah studi yang dilakukan oleh MIT pada tahun 2004dan sebuah paper
yang dipublikasika oleh Society of Automotive Engineers mengidentifikasikan
sebuah metode yang lebih baik untuk mengeksplorasi karakteristik bahan bakar
etanol daripada jika hanya mencampurkannya dengan bensin. Metode ini akan
memunculkan kemungkinan bahwa alkohol nantinya akan memperbaiki
efektifitas pada mobil elektrik hibrida. Perubahan ini akan menggunakan mesin
2 bahan bakar (dual-fuel) yaitu alkohol murni (atau azeotrop atau E85) dengan
injeksi langsung turbocharger, dengan rasio kompresi tinggi, volume silinder
kecil, tapi menghasilkan tenaga yang sama dengan mesin yang memiliki volume
silinder 2 kalinya. Setiap bahan bakar akan ditempatkan terpisah, dengan tangki
alkohol yang berukuran jauh lebih kecil. Mesin berkompresi tinggi ini (yang
berarti juga efisiensinya tinggi), akan menggunakan bahan bakar bensin pada
kondisi daya jelajah rendah. Alkohol hanya akan diinjeksikan ke silinder ketika
dibutuhkan, yaitu misalnya saat ingin berakselerasi dengan cepat. Injeksi
silinder langsung ini akan meningkatkan nilai oktan etanol yang sudah tinggi
sampai 130. Dari sini, penggunaan bensin serta emisi gas buang akan berkurang
sampai 30%.
Nilai oktan etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio kompresi mesin dan
juga meningkatkan efisiensi termal. Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang
kompleks ditambah sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa
meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5 dengan bahan bakarnya etanol murni
sampai E50. Hal ini nantinya akan menghasilkan ekonomi bahan bakar mobil
etanol sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin.
Sejak tahun 1989 juga telah dioperasikan mesin etanol yang memakai basis
dari mesin diesel di Swedia. Mesin-mesin ini dipakai di bus kota, juga
digunakan di truk-truk distribusi dan pengangkut sampah. Mesin ini dibuat oleh
perusahaan Scania, mempunyai rasio kompresi yang telah dimodifikasi dan
bahan bakarnya adalah 93.6 % etanol dan 3.6 % peningkat pembakaran, dan
2.8% denaturan (bahan bakar ini disebut sebagai ED95). Adanya peningkat
pembakaran memungkinkan mesin ini melakukan pembakaran seefisien dengan
siklus pembakaran pada mesin diesel. Mesin-mesin ini telah digunakan di
Britania Raya oleh Reading Transport tapi penggunaan bahan bakar bioetanol
saat ini akan ditutup.
C. Menyalakan mobil di musim dingin
Honda Civic berbahan bakar fleksibel di Brasil tahun 2008, mempunyai
akses langsung ke tangki bensin cadangan yang terletak di bagian depan kanan,
tempat pengisiannya ditunjukkan dengan tanda panah.
Campuran etanol yang tinggi akan memunculkan masalah yaitu kurangnya
tekanan uap bahan bakar tersebut sehingga susah untuk menguap dan memicu
pembakaran di musim dingin selagi musim dingin (hal ini terjadi karena etanol
cenderung menaikkan kalor penguapan bahan bakar). Ketika tekanan uap
kurang dari 45 kPa maka mesin akan suusah untuk dinyalakan. Maka, untuk
menghindari masalah ini, terutama ketika suhu kurang dari 11 °C (52 °F), maka
pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa sepakat untuk menggunakan E85
sebagai campuran etanol maksimum yang digunakan di kendaraan bahan bakar
fleksibel di negara mereka. Di tempat-tempat yang suhunya sangat dingin,
pemerintah Amerika Serikat mengurangi campuran etanol pada bahan bakar
menjadi E70, meskipun namanya tetap dijual sebagai E85. Selain itu, di tempat
yang suhunya turun sampai dibawah −12 °C (10 °F), maka disarankan untuk
menambahkan sistem pemanas mesin, berlaku untuk bensin dan kendaraan E85.
Pemerintah Swedia juga mempunyai sistem pengurangan campuran etanol ini,
mereka mengurangi campuran etanol menjadi E75 selagi musim dingin.
Kendaraan bahan bakar fleksibel di Brasil dapat dioperasikan menggunakan
etanol sampai E100. Mesin kendaraan ini juga akan menimbulkan turunnya uap
penguapan seperti pada kendaraan E85. Untuk mengatasinya, kendaraan bahan
bakar fleksibel di Brasil juga dibuatkan tangki bensin kecil cadangan yang
diletakkan dekat mesin. Ketika mesin akan dinyalakan, maka bensin akan
diinjeksikan ke ruang bakar sehingga tidak menimbulkan masalah di suhu
rendah. Bensin ini biasanya dibutuhkan bagi penduduk yang tinggal di Brasil
bagian tengah atau selatan, dimana saat musim dingin suhunya akan turun
sampai dibawah 15 °C (59 °F). Pada tahun 2009, akhirnya diluncurkan mesin
berbahan bakar fleksibel generasi terbaru yang tidak membutuhkan tangki
bensin tambahan lagi. Di bulan Maret 2009, Volkswagen do Brasil meluncurkan
Polo E-Flex, mobil berbahan bakar fleksibel pertama di Brasil yang tidak lagi
menggunakan tangki bensin tambahan untuk menyalakan mesin.
C. Campuran bahan bakar etanol
Banyak negara mewajibkan kendaraan-kendaraannya menggunakan bahan
bakar bensin yang dicampur dengan etanol. Semua kendaraan ringan di Brasil
bisa beroperasi dengan menggunakan etanol dengan campuran sampai 25%
(E25). Sejak tahun 1993, pemerintahan federal sudah mewajibkan campuran
etanol berkisar antara 22% sampai 25%, dan di bulan Juli 2011 adalah 25%. Di
Amerika Serikat, semua kendaraan ringan bisa memakai campuran etanol dalam
bahan bakar sampai 10% (E10). Di akhir tahun 2010, lebih dari 90 persen
bensin yang dijual di AS dicampur dengan etanol.[46] Di bulan Januari 2011,
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat mengeluarkan surat
pernyataan untuk mencampurkan etanol dalam bensin sampai 15% (E15). Bahan
bakar dengan etanol 15% ini hanya dijual untuk mobil kecil dan truk ringan
dengan keluaran tahun 2001 atau lebih baru. Negara lainnya juga telah
menerapkan peraturan serupa, dengan kebijakan masing-masing.
D. Penggunaan lain
Bahan bakar etanol juga bisa digunakan sebagai bahan bakar roket. Sampai
tahun 2010, ada etanol meskipun dalam jumlah sedikit yang digunakan di
Pesawat ringan contohnya Mark-III X-racer.
Sampai saat ini masih banyak penggunaan kerosin untuk penerangan dan
memasak di negara-negara yang masih kurang berkembang. Etanol bisa
digunakan sebagai sumber untuk menggantikan minyak ini juga. Sebuah proyek
non-profit yang bernama Proyek Gaia sedang mengusahakan agar kompor
berbahan etanol bisa menggantikan kayu bakar, arang, atau kerosin.
BAB IV EKONOMIS DAN LINGKUNGAN
Secara teori, semua kendaraan yang beroperasi dengan bahan bakar akan
mempunyai nilai ekonomi bahan bakar yang satuannya adalah liter per 100
kilometer. Nilai ekonomi bahan bakar ini biasanya berbanding lurus dengan
energi yang terkandung dalam bahan bakar. Tapi, pada faktanya ada banyak
variabel yang dapat memengaruhi performa bahan bakar di dalam mesin. Etanol
sendiri memiliki energi per unit volume 34% lebih rendah daripada bensin.
Maka, teorinya adalah jika memakai bahan bakar etanol, maka jumlah bahan
bakar yang dikonsumsi akan lebih boros 34% daripada bensin biasa. Tapi etanol
memiliki kelebihan lain yaitu nilai oktan yang tinggi, maka mesin dapat dibuat
lebih efisien dengan cara meningkatkan rasio kompresinya. Misalnya, dengan
penambahan turbocharger variabel maka rasio kompresi dapat menjadi
optimum, sehingga ekonomi bahan bakar nantinya bisa konstan dengan
campuran etanol berapapun. Untuk campuran E10 (10% etanol dan 90%
bensin), maka efeknya akan kecil jika dibandingkan dengan bensin biasa. Untuk
bahan bakar etanol E85 (85% etanol), maka efeknya akan menjadi signifikan.
E85 memang lebih boros daripada bensin sehingga pemilik mobil akan lebih
sering mengisi bahan bakar.
Performa kendaraan sendiri tergantung dari mobilnya apa. Sebuah tes yang
dilakukan pada tahun 2006 oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA)
pada mobil-mobil E85 menyebutkan bahwa ekonomi bahan bakar mobil E85
lebih boros sekitar 25,56% daripada bensin. Rating ekonomi bahan bakar yang
dikeluarkan oleh EPA ini berpengaruh ketika orang akan membeli mobil. Tapi,
karena E85 ini adalah bahan bakar dengan performa tinggi (nilai oktannya 94-
96), maka semestinya juga dibandingkan dengan bensin yang mahal. Harga ritel
etanol E85 di Amerika Serikat adalah 2,62 dolar AS per galon AS, sedangkan
harga bensin biasa adalah 3,03 dolar AS per galon AS. Harga etanol murni di
Brasil (E100) adalah 3,88 dolar, sedangkan harga bensin campuran E25 adalah
4,91 dolar (pada bulan Juli 2007).
Bahan bakar etanol berdasarkan negara Produsen etanol terbesar di dunia
pada tahun 2010 adalah Amerika Serikat dengan jumlah 13,2 miliar galon AS
Produksi Bahan bakar etanol Per tahun Per negara(2007–2010)
Top 10 negara/kawasan(Satuan dalam juta galon AS)
Per.Dunia
Negara/wilayah 2010 2009 2008 2007
1 Amerika Serikat 13,230.00 10,600.00 9,000.00 6,498.60
2 Brasil 6,921.54 6,577.89 6,472.2 5,019.2
3 Uni Eropa 1,176.88 1,039.52 733.60 570.30
4 Republik Rakyat Cina 541.55 541.55 501.90 486.00
5 Thailand 435.20 89.80 79.20
6 Kanada 356.63 290.59 237.70 211.30
7 India 91.67 66.00 52.80
8 Kolombia 83.21 79.30 74.90
9 Australia 66.04 56.80 26.40 26.40
10 Lainnya 247.27
Total dunia 22,946.87 19,534.993 17,335.20 13,101.7
dan Brasil dengan 6,92 galon AS. 2 negara ini memproduksi 88% etanol dunia,
yang total semuanya adalah 22,95 galon AS (86,9 miliar liter). Insentif yang
diberikan pemerintah, dikuti dengan pengembangan inisiatif dari industri, telah
mendorong negara-negara seperti Jerman, Spanyol, Perancis, Swedia, China,
Thailand, Kanada, Kolombia, India, Australia, dan beberapa negara Amerika
Tengah untuk mengembangkan industri etanol.
A. Lingkungan
Keseimbangan energi
Keseimbangan energi
Negara Tipe Keseimbangan energi
Amerika Serikat Etanol dari jagung 1.3
Brasil Etanol dari tebu 8
Jerman Biodiesel 2.5
Amerika Serikat Etanol selulosa† 2–36††
† hanya eksperimen, belum diproduksi secara komersial
†† tergantung dari metode produksi
Keseimbangan energi bahan bakar etanol Semua biomassa paling tidak pasti
mempunyai tahap-tahap seperti ini: ditanam, dipanen, dikeringkan, difermentasi, dan
kemudian dibakar. Semua tahap-tahap ini membutuhkan sumber daya dan infrastruktur.
Total energi yang digunakan untuk menghasilkan etanol jika dibandingkan dengan total
energi yang dihasilkan etanol maka akan menghasilkan "keseimbangan energi" atau
"hasil energi bersih". Sebuah penelitian yang dilakukan oleh majalah National
Geographic pada tahun 2007 menjelaskan tentang etanol dari jagung yang dihasilkan
oleh Amerika Serikat: satu unit energi bahan bakar fosil dibutuhkan untk memproduksi
1,3 unit energi bahan bakar etanol. Keseimbangan energi dari etanol yang diproduksi di
Brasil lebih baik, yaitu 1:8. Estimasi untuk keseimbangan energi ini sebenarnya juga
tidak pasti, karena beberapa laporan menyatakan yang sebaliknya. Contohnya adalah
sebuah survei yang terpisah menyatakan bahwa etanol yang diproduksi dari tebu dapat
mengembalikan 8 sampai 9 kali energi yang dibutuhkan untuk membuatnya, jika
dibandingkan dengan jagung yang hanya mengembalikan 1,34 kali energi yang
dibutuhkan untuk membuatnya. Studi yang dilakukan oleh Universitas California,
Berkeley pada tahun 2006 menyatakan bahwa memproduksi etanol dari jagung
menggunakan minyak mentah yang lebih sedikit daripada memproduksi bensin.
Karbon dioksida, yang termasuk dalam gas rumah kaca, akan dihasilkan selama
proses fermentasi dan pembakaran. Karbon dioksida ini nantinya bisa digunakan oleh
tanaman untuk memproduksi biomassa lagi. Ketika dibandingkan dengan bensin,
tergantung dari metode produksinya juga, etanol akan menghasilkan gas rumah kaca
yang lebih sedikit.
B. Polusi udara
Etanol adalah bahan bakar yang jika dibakar dengan oksigen maka akan
menghasilkan karbon dioksida, air, dan aldehida. Bensin sendiri menghasilkan 2,44 kg
CO2 per liter dan etanol 1,94 kg/liter. Karena energi yang dihasilkan oleh etanol hanya
2/3 energi yang dihasilkan bensin, maka etanol menghasilkan CO2 19% lebih banyak
daripada bensin dengan energi yang sama. Undang-undang Kebersihan Udara AS
mengharuskan penambahan oksigenat untuk mengurangi emisi karbon dioksida di
Amerika Serikat. Zat adiktif yang biasa digunakan pada bensin, MTBE, saat ini mulai
dikurangi penggunaannya karena ternyata mencemari air tanah, sehingga etanol dianggap
sebagai aditif alternatif yang menjanjikan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti atmosfer di Universitas Stanford
mengemukakan bahwa bahan bakar E85 dapat meningkatkan resiko kematian akibat
pencemaran udara sampai 9% di kota Los Angeles. Level ozon juga meningkat secara
signifikan, kabut asap meningkat dan penyakit seperti asma juga meningkat.
C. Karbon dioksida
Kalkulasi intensitas karbon dari bioetanol jagung yang ditanam di AS dan dibakar di
Inggris, yang dilakukan oleh pemerintah Inggris.
Grafik dari pemerintah Inggris yang menggambarkan intensitas karbon dari bioetanol dan
bahan bakar fosil. Grafik ini mengasumsikan bahwa semua bioetanol dibakar di negara
asalnya dan tanah yang digunakan sebelumnya telah digunakan untuk menanami
tanaman bio ini.
Penghitungan pasti berapa banyak karbon dioksida yang dihasilkan untuk
memproduksi bioetanol sangatlah kompleks dan prosesnya juga tidak pasti, sehingga
sangat tergantung dari bagaimana etanol itu diproduksi dan nantinya akan dibuat asumsi
dalam penghitungan tersebut. Penghitungan karbon dioksida itu semestinya termasuk:
Biaya untuk menanam tanaman
Biaya untuk mengangkut tanaman ke pabrik
Biaya untuk mengolah tanaman itu menjadi bioetanol
Penghitungan itu juga mungkin termasuk:
Biaya penggantian penggunaan lahan dimana tanaman bio itu ditanam.
Biaya transportasi bioetanol dari pabrik ke tempat penggunaan.
Efisiensi bioetanol jika dibandingkan dengan bensin biasa.
Banyaknya karbon dioksida yang dihasilkan di pipa pembuangan.
Keuntungan lain yang didapat dari produksi sampingan seperti pakan ternak atau listrik.
Grafik di kanan menunjukkan penghitungan yang dilakukan oleh pemerintah Inggris
untuk keperluan obligasi bahan bakar transportasi terbaharukan.
Pada bulan Januari 2006, sebuah artikel sains dari ERG UC Berkeley mengestimasi
pengurangan gas rumah kaca dari etanol jagung adalah 13% setelah mempelajari
berbagai macam studi. Tak lama kemudian, mereka mengeluarkan versi revisi dari artikel
itu dan menurunkan angkanya menjadi 7,4% saja. Sebuah ulasan dari Majalah National
Geographic pada tahun 2007 mengemukakan bahwa produksi dan penggunaan etanol
dari jagung akan mengurangi emisi CO2 sebesar 22% jika dibandingkan dengan bensin,
sedangkan untuk etanol dari tebu maka pengurangan emisinya adalah 56%. Perusahaan
Ford mengatakan bahwa akan ada pengurangan emisi CO2 sebesar 70% untuk
penggunaan bahan bakar bioetanol pada kendaraan bahan bakar fleksibel mereka.
D. Ongkos biaya akibat emisi etanol
Untuk setiap satu miliar galon bahan bakar etanol yang diproduksi dan dibakar di AS,
maka diperkirakan ongkos produksi disertai dengan perubahan iklim adalah 469 juta
dolar AS untuk bensin, 472–952 juta dolar AS untuk etanol jagung tergantung dari
sumber panas pengilangannya beserta teknologinya, dan hanya 123–208 juta dolar AS
untuk etanol selulosa tergantung dari tanamannya (biomassa prairie, Miscanthus, stover
jagung, atau switchgrass).
F. Perubahan penggunaan lahan
Perkebunan skala besar dibutuhkan untuk memproduksi alkohol dan ini
membutuhkan lahan yang luas juga. Universitas Minnesota melaporkan bahwa jika
semua jagung yang ditanam di A.S. digunakan untuk memproduksi etanol maka akan
menggantikan 12% konsumsi bensin A.S. sekarang ini. Mereka mengklaim bahwa lahan
yang digunakan untuk memproduksi etanol diperoleh melalui deforestasi hutan, dan
lainnya juga telah meneliti bahwa area yang sekarang ini dipakai untuk menanam
tanaman ini biasanya tanahnya tidak cocok. Dalam beberapa hal, pertanian dapat saja
membuat kesuburan tanah berkurang karena berkurangnya organisme organik,[71]
turunnya kualitas dan kuantitas air, penggunaan pestisida yang semakin besar, dan
potensi penggusuran komunitas lokal. Teknologi yang semakin modern memungkinkan
para petani untuk memperoleh hasil yang sama besar dengan pengorbanan yang lebih
sedikit.
Produksi etanol selulosa merupakan salah satu pendekatan baru yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah penggunaan lahan ini. Etanol selulosa dapat diproduksi dari
bagian mana saja dari sebuah tanaman, sehingga berpotensi akan melipatgandakan hasil,
sehingga akhirnya konflik makanan vs. bahan bakar akan bisa diminimalkan. Daripada
biasanya yang hanya menggunakan amilumnya saja, produksi etanol selulosa akan
memaksimalkan penggunaan seluruh bagian tumbuhan. Dengan ini, maka pengeluaran
karbon pun menjadi lebih sedikit karena mendapatkan hasil yang lebih banyak dengan
menggunakan material yang masih bisa dipakai. Teknologi untuk memproduksi etanol
selulosa ini sampai saat ini sudah sampai pada tahap komersialisasi.
G. Efisiensi tanaman
Ketika hasil etanol semakin meningkat dan tanaman yang bisa dipakai untuk etanol
semakin banyak, maka produksi etanol bisa semakin ekonomis. Sekarang ini, penelitian
untuk meningkatkan hasil etanol dari tanaman jagung sedang dilakukan menggunakan
bioteknologi. Juga, selama harga minyak tetap tinggi, maka penggunaan tanaman sebagai
bahan bakar akan semakin dipilih. Tanaman switchgrass, yang tumbuhnya cepat, bisa
ditanam di lahan yang tidak cocok untuk tanaman lain dan menghasilkan etanol banyak
per unit wilayah.
Jenis tanaman
Hasil per tahun (Liter/hektar, galon AS/acre)
Penghematan gas rumah
kacavs. bensin[a]
Keterangan
Miscanthus7300 L/ha,780 g/acre
37%–73%Produksi etanol bergantung dari kemajuan teknologi selulosa.
Switchgrass3100–7600 L/ha,330–810 g/acre
37%–73%
Produksi etanol bergantung dari kemajuan teknologi selulosa. Usaha peranakan dilakukan untuk meningkatkan hasil. Kemungkinan produksi biomassa lebih besar dengan campuran dari rumput perennial lainnya.
Poplar3700–6000 L/ha,400–640 g/acre
51%–100%
Tanaman cepat tumbuh. Produksi etanol bergantung dari kemajuan teknologi selulosa. Jika proyek pengurutan genomik tanaman ini selesai, maka bisa diusahakan untuk meningkatkan hasil tanaman.
Tebu6800–8000 L/ha, 727–870 g/acre
87%–96%
Tanaman yang digunakan sebagai sumber utama untuk etanol di Brasil Pabrik pemrosesan terbaru dapat membakar residu yang tidak digunakan untuk etanol untuk menghasilkan listrik. Hanya tumbuh di iklim tropis dan subtropis.
Sorgum manis
2500–7000 L/ha,270–750 g/acre
Tidak ada data
Produksi etanol dapat menggunakan teknologi yang ada saat ini. Tumbuh di tempat beriklim tropis dan sedang, tapi hasil etanol tertinggi bisa didapat kalau ditanam di tempat tropis. Tidak dapat disimpan lama.
Jagung3100–4000 L/ha,330–424 g/acre
10%–20%
Digunakan sebagai tanaman utama penghasil bioetanol di Amerika Serikat. Saat ini hanya kernelnya saja yang dapat diproses. Pengembangan teknologi selulosa akan memungkinkan brangkasannya
digunakan juga dan dapat meningkatkan hasil etanol sampaui 1.100 - 2.000 liter/ha.
Sumber: Nature 444 (7 December 2006): 673-676.[a] - Savings of GHG emissions assuming no land use change (using existing crop lands).
BAB V KESIMPULAN
Seperti semua bahan bakar lainnya, bahan bakar etanol juga memiliki
keunggulan dan kelemahan. Salah satu keunggulan bahan bakar etanol yang
paling jelas adalah bahan bakar etanol merupakan sumber energi terbarukan,
yang berarti bahwa bahan bakar etanol tidak terbatas seperti bahan bakar fosil.
Negara yang menggunakan etanol akan mengurangi ketergantungannya pada
impor minyak asing, dan juga mengurangi efek harga minyak yang tak stabil.
Produksi etanol dalam jumlah besar di dalam negeri akan memastikan bahwa
uang akan tetap berputar di dalam negeri dan bukannya dibelanjakan pada
minyak asing yang mahal. Tentu saja peningkatan produksi etanol dalam negeri
juga akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, dan juga sangat mungkin akan
menurunkan harga bahan bakar.
Pembakaran etanol lebih bersih daripada bahan bakar fosil yang berarti
mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini merupakan keuntungan etanol yang
paling signifikan bagi lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Bahan bakar etanol juga memiliki kelemahan dan fakta bahwa sebagian besar
produksi etanol berasal dari tanaman pangan memiliki potensi untuk
meningkatkan harga pangan dan bahkan menyebabkan kekurangan pangan. Isu
bahan bakar vs makanan adalah bahan perdebatan utama, karena dengan adanya
peningkatan penggunaan etanol maka banyak lahan yang akan dipergunakan
untuk memproduksi etanol, bukan untuk menghasilkan makanan, dan ini akan
menyebabkan kekurangan jumlah pangan yang diikuti dengan peningkatan
harga pangan, dan kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak masalah
kelaparan di dunia.
Etanol menghasilkan energi per satuan volume lebih rendah dibandingkan
dengan bensin. Etanol juga cenderung sangat korosif karena dapat dengan
mudah menyerap air dan kotoran. Tanpa sistem penyaringan yang tepat, etanol
dapat menyebabkan korosi di dalam blok mesin terjadi dengan cepat.
Saat kompresi, mesin yang didesain untuk etanol murni memiliki efisiensi
bahan bakar 20-30% lebih rendah dibandingkan mesin yang didesain untuk
bensin murni. Mesin yang menggunakan campuran etanol tinggi akan menjadi
masalah saat cuaca dingin (musim dingin).
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.wikipedia.org
2. http://www.indoenergi.com
3. http://panjiatmojo.blogspot.com