MAKALAH BEDAH UMUM

21
MAKALAH BEDAH UMUM Manajemen Tumor Jinak pada Jaringan Lunak Oleh : Tansza Permata Setiana Putri 160110070036 Pembimbing : Lucky Riawan, drg., SpBM., (K) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG 2013

description

acaskjcslc

Transcript of MAKALAH BEDAH UMUM

Page 1: MAKALAH BEDAH UMUM

MAKALAH BEDAH UMUM

Manajemen Tumor Jinak pada Jaringan Lunak

Oleh :Tansza Permata Setiana Putri

160110070036

Pembimbing :Lucky Riawan, drg., SpBM., (K)

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG2013

Page 2: MAKALAH BEDAH UMUM

BAB I

PENDAHULUAN

Neoplasma adalah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan , tidak terkoordinasi

dengan jaringan normal dan tumbuh terus- menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah

hilang. Sel neoplasma mengalami transformasi , oleh karena mereka terus- menerus membelah.

Pada neoplasma, proliferasi berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang.

Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak

bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya,tidak ada hubungan dengan kebutuhan tubuh

dan bersifat parasitik. Sel neoplasma bersifat parasitik dan pesaing sel atau jaringan normal atas

kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah . Neoplasma

bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa

neoplasma, menimbulkan pembengkakan / benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor.

Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak ( tumor

jinak ) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak dan

ganas disebut “Intermediate”. Pertumbuhan tumor jinak biasanya berjalan lambat dan biasanya

mengalami enkapsulasi. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak

menimbulkan penyebaran pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat

disembuhkan dengan sempurna kecuali pada tumor di daerah yang mensekresi hormone atau

yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya disumsum tulang belakang yang dapat

menimbulkan paraplesia atau pada saraf otak yang menekan jaringan otak. Tumor jinak dapat

menyerang tulang maupun jaringan lunak, contohnya giant cell tumor pada tulang, osteoid,

1

Page 3: MAKALAH BEDAH UMUM

osteoma, osteoblastoma, chondroblastoma, dan chondromyxoid fibroma, sedangkan pada

jaringan lunak seperti lipoma, leiomyoma, neurilemoma, hemangioma (Suwandono, 2010).

2

Page 4: MAKALAH BEDAH UMUM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Enzinger dan Weiss pada tahun 1995, tumor jinak pada jaringan lunak memiliki

perbandingan dengan sarcoma sebesar 100:1. Tumor jinak jaringan lunak yang sering terjadi

adalah hemangioma dan lipoma, serta neurilemoma dan aggressive fibromatosis (Campanacci,

1999).

Stout mengklasifikasikan tumor pada jaringan lunak berdasarkan histogenetik, seperti

dapat dilihat pada tabel (Das Gupta and Brasfield, 2008).

Tabel 1.Klasifikasi Tumor Jinak pada Jaringan Lunak

Sumber jaringan (Tissue of Origin) Tumor JinakJaringan Adiposa 1. Lipoma

2. Lipomatosis3. Idiophatic Lipophaties

Jaringan Fibrosa 1. Keloid2. Fibroma3. Tumor Desmoid pada Dinding Abdomen4. Tumor Desmoid (tipe extra-abdominal)5. Nodular Fascitis6. Fibromata Nasal dan Nasopharingeal7. Dermatofibrosarcoma Protuberans8. Fibromatosis

Jaringan Saraf Perifer1. Schwann Cell Origin

2. Neurone Series

3. Non-neoplastic Neuromata

1. Schwannoma (Neurilemoma) dan/atau Neurofibroma2. Neurofibromatosis

1. Ganglioneuroma2. Pheochromocytoma3. Carotid Body Tumors4. Ectopic Chromaffinoma

1. Amputasi atau Traumatic NeuromaJaringan Otot1. Otot Halus2. Otot Striata

1. Leiomyoma1. Rhabdomyoma Granular Cell Myoblastoma

Jaringan Synovial 1. Giant Cell Tumor of Tendon Sheath2. Synovial Xanthoma

Pembuluh Darah dan Limfe 1. Hemangioma2. Angiomatosis3. Rendu-Osler-Weber’s Disease4. Lymphangioma5. Glomus Tumors

3

Page 5: MAKALAH BEDAH UMUM

Tumor, baik jinak maupun ganas, dapat ditemukan pada setiap jaringan di seluruh bagian

tubuh manusia. Pada bagian kepala dan leher, terutama bagian lateral leher merupakan daerah

yang sering timbul berbagai jenis tumor (Campanacci, 1999).

1. Diagnosis

Dalam menentukan suatu diagnosis haruslah didasarkan tidak hanya pada data-data klinis

namun juga pada kombinasi pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografis dan

histologis. Akurasi diagnosis klinis pada tumor jaringan lunak sendiri biasanya sangatlah lemah,

maka pemeriksaan patologis pada spesimen biopsi dapat meningkatkan keakuratan dari diagnosis

(Das Gupta and Brasfield, 2008).

1. Anamnesa

Untuk menentukan penentuan diagnosis dapat diawali dengan pengumpulan data yang

mencakup riwayat masalah tertentu dari pasien baik dari riwayat medis maupun riwayat social.

Persepsi pasien terhadap durasi lesi penting, seperti lesi yang berkembang lama dapat

menunjukkan perkembangan proses benign dari tumor, sementara pertumbuhan lesi yang cepat

biasanya menunjukkan penyakit reaktif, infeksius, atau malignansi. Namun, pada infeksi

mycobacterial yang berkembang lambat, beberapa neoplasma dapat diperkirakan ganas (mis.

basal cell carcinoma). Gejala, seperti nyeri juga penting untuk membantu menentukan diagnosis.

Nyeri (pada palpasi) merupakan tanda adanya proses inflamasi atau infeksi, serta malignansi,

khususnya pada kasus yang mendekati fase akhir. Gejala lainnya seperti parestesi atau rasa baal

dapat menunjukkan adanya tekanan pada saraf yang diakibatkan massa tumor. Perubahan lesi

yang dilaporkan pasien juga penting. Jika massa berangsur membesar, kemungkinan terjadi

4

Page 6: MAKALAH BEDAH UMUM

neoplasia, dimana massa yang ukurannya fluktuatif dapat menunjukkan suatu proses reaktif.

Selain itu apabila terjadi penurunan nyeri biasanya menunjukkan proses inflamasi atau infeksi

yang mereda, serta apabila nyeri yang berkembang dan berdurasi lama namun sebelumnya

asimptomatik, dapat mengindikasikan terjadinya transformasi malignan.

2. Pemeriksaan Klinis

Setelah didapat riwayat medis pasien serta riwayat lesi dan kondisinya, klinisi kemudian

mengumpulkan data objektif dari pemeriksaan klinis. Beberapa parameter lesi dapat dinilai dan

dicatat, seperti (1) lokasi, (2) ukuran, (3) sifat (macula, ulcer, massa), (4) warna, (5) morfologi

permukaan, (6) tepi, (7) konsistensi pada palpasi, (8) gejala lokal, (9) distribusi pada multiple

lesi.

Lokasi anatomis dari lesi dapat merupakan informasi penting untuk penentuan diagnosis.

Ukuran lesi yang besar dengan onset yang belum lama dapat menunjukkan neoplasma agresif

lokal atau ganas. Namun walaupun pada jaringan berukuran abnormal yang timbul beberapa

bulan atau tahun sebelumnya, riwayat peningkatan ukuran progresif harus tetap diperhatikan.

Sifat lesi seperti salah satunya ulcer yang dapat disertai dengan kondisi traumatik, infeksius, atau

neoplastik, dapat menunjukkan massa atau pembengkakan tersebut merupakan neoplasma, reaksi

proliferasi, kista, ataupun pembengkakan kelenjar limfe. Tepi yang irregular seperti pada lesi

pigmentasi dapat dicurigai sebagai melanoma. Morfologi permukaan lesi, contohnya seperti

penampakan “puding tapioka” dapat dilihat pada lymphangioma atau papillary epithelial

fronds of squamous papilloma. Selain itu permukaan popular atau granular

yang ireguler dapat dilihat pada tumor-tumor ganas. Pada palpasi, apabila

ditemukan konsistensi massa lunak seperti adonan dapat menunjukkan

adanya lesi kista atau tumor jinak pada lemak. Sifat kaku-elastis dapat

5

Page 7: MAKALAH BEDAH UMUM

ditemukan pada kelainan neoplastik/jinak, dimana konsistensi yang lebih

kaku dapat menunjukkan adanya metastasis di dalam nodus limfatikus.

Konsistensi keras atau seperti tulang menunjukkan adanya komponen lesi

yang termineralisasi atau mengalami kalsifikasi. Tepi lesi submukosa atau

subkutan biasanya ada yang mengalami enkapsulasi, well-demarcated

(terpisah/batas jelas), atau infiltratif. Pada lesi dengan proses enkapsulasi

biasanya tepi dapat digerakkan dalam jaringan lunak, yang biasanya

merupakan tumor jinak atau kista. Tepi dari beberapa lesi jinak dan

beberapa tumor ganas ringan dapat memiliki tepi well-demarcated, dapat

digerakkan namun tidak semudah pada tepi lesi yang mengalami

enkapsulasi. Tepi pada kebanyakan tumor ganas tidak jelas, menunjukkan

tumor sudah menginfiltrasi dan bergabung dengan jaringan host di

sekelilingnya.

3. Imaging

Pada tumor jaringan lunak, pemeriksaan radiografis kurang begitu penting. Namun

adanya gambaran kalsifikasi pada pemeriksaan radiografis dapat menunjukkan adanya synovial

sarcoma, salah satu tumor ganas pada jaringan lunak (Campanacci, 1999).

4. Biopsi

Pada tumor jinak jaringan lunak, dimana ukuran diameter tumor tersebut kecil (< 2 cm),

biasanya disarankan untuk dilakukan eksisi tumor seluruhnya (biopsi eksisi). Jaringan abnormal

dari biopsy ini kemudian akan dianalisis secara mikroskopis (Peterson et al., 2003). Diagnosis

6

Page 8: MAKALAH BEDAH UMUM

bisa didapatkan dari teknik frozen section dan paraffin-embedded section. Pada frozen section

hasil yang didapatkan terkadang samar, namun apabila dokter bedah memiliki keahlian

patologis, maka rencana perawatan dapat didasarkan pada teknik ini, apabila sebaliknya maka

sebaiknya terapi didasarkan pada pemeriksaan paraffin-embedded section (Das Gupta and

Brasfield, 2008).

2. Perawatan pada Beberapa Tumor Jinak pada Jaringan Lunak (Neville et al, 2002)

1. Lipoma

Lipoma adalah tumor jinak dari lemak. Sejauh ini merupakan neoplasma mesenkimal

yang paling umum. Biasanya terdapat pada badan dan extremitas. Patogenesis dari

lipoma masih belum jelas, namun biasanya timbul pada penderita obesitas.

Bagaimanapun, metabolism lipoma tidak dipengaruhi lemak tubuh normal. Apabila

intake kalori dikurangi, ukuran lipoma tidak akan berkurang, tapi lemak tubuh normal

dapat berkurang.

Perawatan

7

Page 9: MAKALAH BEDAH UMUM

Perawatan lipoma dapat berupa eksisi lokal konservatif. Rekurensi jarang terjadi. Lipoma

intramuskular memiliki tingkat rekurensi lebih tinggi karena pola pertumbuhannya yang

bersifat infiltratif.

2. Fibroma

Fibroma merupakan tumor yang paling sering terjadi pada rongga mulut. Fibroma

merupakan reaksi hyperplasia dari jaringan ikat fibrosa yang merupakan respon terhadap

iritasi lokal ataupun trauma.

Perawatan

Fibroma biasa dirawat dengan eksisi bedah konservatif, rekurensi sangat jarang terjadi.

Penting dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada jaringan yang dieksisi karena tumor ini

memiliki gambaran klinis yang mirip dengan beberapa tumor jinak dan bahkan tumor

ganas lainnya.

3. Fibromatosis

Fibromatosis merupakan kelompok luas dari proliferasi fibrosa yang memiliki sifat

biologis dan pola histopatologi antara lesi fibrosa jinak dan fibrosarcoma. Fibromatosis

8

Page 10: MAKALAH BEDAH UMUM

dapat ditemukan pada kepala dan leher (juvenile aggressive fibromatosis / extra

abdominal desmoids), serta tulang (desmoplastic fibroma).

Perawatan

Karena sifat lokalnya yang agresif, pilihan perawatan untuk fibromatosis adalah eksisi

luas yang melibatkan margin yang luas pada jaringan normal. Tingkat rekurensi yang

telah dilaporkan yaitu sebesar 23%, namun rekurensi yang lebih tinggi terdapat pada

daerah kepala dan leher. Tidak terdapat metastasis.

4. Neurilimoma

Neurilimoma merupakan neoplasma neural jinak dari sel Schwann. Tumor jenis ini jarang

ditemukan, namun memiliki persentasi sebesar 25% sampai 48% dari semua kasus yang

timbul pada kepala dan leher.

9

Page 11: MAKALAH BEDAH UMUM

Perawatan

Perawatan yang dapat dilakukan adalah eksisi bedah, dan lesi biasanya tidak akan muncul

kembali. Transformasi malignan juga sangat jarang terjadi.

5. Neurofibromatosis

Neurofibromatosis merupakan kondisi herediter yang cukup sering terjadi, diperkirakan

terdapat satu dari setiap 3000 kelahiran. Penyakit ini diwariskan pada autosomal

dominant, namun sebanyak 50% dari penderita tidak memiliki riwayat terhadap keluarga

dan timbul dari mutasi baru. Tumor ini biasanya timbul pada badan dan extremitas,

walaupun kadang timbul pada kepala dan leher.

10

Page 12: MAKALAH BEDAH UMUM

Perawatan

Belum ada terapi spesifik untuk neurofibromatosis, namun perawatan biasanya

merupakan tindakan preventif dan manajemen dari komplikasi yang mungkin terjadi.

Neurofibroma pada wajah biasanya dihilangkan karena tujuan estetik. Laser carbon

dioxide dan dermabrasi merupakan pilihan perawatan yang telah sukses dilakukan untuk

lesi yang meluas.

6. Leiomyoma

Leiomyoma adalah tumor jinak pada otot halus yang sering timbul dalam uterus,

gastrointestinal tract, dan kulit.

Terdapat tiga tipe dari leiomyoma:

1. Solid leiomyoma

2. Vascular leiomyoma

3. Epitheloid Leiomyoma

11

Page 13: MAKALAH BEDAH UMUM

Perawatan

Pada leiomyoma khususnya pada rongga mulut dapat dilakukan perawatan eksisi bedah lokal.

Rekurensi jarang terjadi.

4. Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor yang biasa timbul pada masa kanak-kanak.

Dikarakterisasikan dengan fase pertumbuhan yang cepat dengan adanya proliferasi

endothelial. Hemangioma tidak dapat terlihat pada saat kelahiran, namun gejala timbul

biasanya pada 8 minggu pertama sejak kelahiran.

Perawatan

Kebanyakan perawatan pada hemangioma merupakan hal yang rumit, sehingga

manajemen tumor ini harus diawasi. Penting untuk memberikan informasi terhadap orang

tua bahwa walaupun pertumbuhan tumor ini cepat, namun regresi juga dapat terjadi.

Reseksi bedah dapat dilakukan namun jarang terhadap anak kecil. Pada hemangioma

yang bermasalah atau mengancam jiwa, terapi farmakologi dapat dilakukan. Pada

beberapa kasus, kortikosteroid sistemik juga dapat membantu mengurangi ukuran lesi.

1. Follow-Up Pasien

12

Page 14: MAKALAH BEDAH UMUM

Salah satu aspek paling penting dalam diagnosis dan manajemen lesi/kondisi adalah

evaluasi follow-up. Pada kunjungan-kunjungan berikutnya klinisi menilai abnormalitas fisik atau

perubahan simtomatik, dimana informasi-informasi yang didapat kemudian dapat mendukung

diagnosis kerja. Hasil follow-up ini dapat mengindikasikan pemeriksaan lebih jauh pada review

hasil biopsi dan histopatologi. Setelah pemeriksaan awal dan dokumentasi yang teliti dari lesi,

pemeriksaan follow-up dijadwalkan 7-14 hari kemudian, dengan atau tanpa perawatan lanjutan.

Apabila terdapat pembesaran lesi atau perubahan fisik maupun simptomatik yang tidak

menunjukan penyembuhan normal, maka diindikasikan untuk segera dilakukan biopsi. Jika lesi

tetap tidak berubah, dan index timbulnya malignansi rendah, maka klinisi harus membantu

pasien memutuskan perawatan selanjutnya. Apabila pasien dan klinisi memutuskan untuk

menunda biopsi maka keputusan ini harus dicatat dan dilakukan re-evaluasi pada 1, 3, 6, dan 12

bulan setelah pemeriksaan awal, dan bila terjadi perubahan pada lesi maka direkomendasikan

untuk dilakukan biopsi (Peterson, 2003).

13

Page 15: MAKALAH BEDAH UMUM

BAB III

KESIMPULAN

Dalam manajeman tumor jinak pada jaringan lunak, hal yang paling penting dilakukan

adalah penentuan diagnosis yang tepat. Selain mengetahui riwayat serta keadaaan klinis pasien,

pemeriksaan penunjang lainnya yang sangat penting untuk menentukan diagnosis tumor jinak

adalah melalui diagnostic imaging (salah satunya pemeriksaan radiografis) serta pemeriksaan

histologis dari specimen jaringan tumor.

Perawatan yang dapat diberikan terhadap penderita tumor junak pada jaringan lunak

dapat berbeda-beda berdasarkan jenisnya, namun pilihan perawatan yang biasanya berlaku bagi

setiap jenis tumor jinak adalah biopsi eksisi.

14

Page 16: MAKALAH BEDAH UMUM

DAFTAR PUSTAKA

Campanacci, M. 1999. Bone and Soft Tissue Tumors. 2nd Edition. Springer. Verlag Wien New York.

Das Gupta and Brasfield. 2008. Soft tissue tumors: classification and principles of management. CA: A Cancer Journal for Clinicians. Wiley. 5 (18).

Neville et al. 2002. Oral and Maxillofacial Pathology. 2nd Edition. Saunders Company. USA.

Peterson, et al. 2003. Contemporary Oral And Maxillofacial Surgery. 4th Edition. Mosby. Missoury.

Suwandono, A. 2010. Neoplasma. UNS. Surakarta.

15