Makalah Bahasa Karya Ilmiah
description
Transcript of Makalah Bahasa Karya Ilmiah
MAKALAH
BAHASA KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nama : Neng Fitriani
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KENCANA TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang terdiri dari berbagai sumber
yang berisikan mengenai Bahasa Karya Tulis Ilmiah.
Dengan dibuatnya tugas makalah ini kami berharap dapat bermanfaat untuk para
mahasiswa dan membantu para mahasiswa dalam memahami. Dalam pembuatan tugas
makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan dan
bimbingannya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan rasa
syukur. Selamat membaca.
Tasikmalaya, 1 Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
A. Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah ........................... 2
B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah .................... 3
C. Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ......................... 3
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini, kita jarang yang tahu untuk apa membaca, baik membaca buku fiksi,
nonfiksi, jurnal bahkan karya tulis ilmiah. Pada bahasan selanjutnya akan dipaparkan perihal
Bahasa Karya tulis Ilmiah, sebab “bahasa” dalam karya tulis ilmiah berkedudukan sebagai
bahasa komunikasi antara penutur dengan pendengar atau penulis dengan pembaca.
Dalam rangka menciptakan budaya membaca dan menulis karya tulis ilmiah, pendidikan
bahasa karya tulis ilmiah haruslah ditanamkan sedini mungkin. Hubungan dengan hal
tersebut, maka pada perguruan tinggi biasanya terdapat mata kuliah yang khusus membahas
perihal Karya Tulis Ilmiah. Sehingga, mampu membuat pemahaman masyarakat akan beralih
pasalnya penggunaan bahasa pada karya tulis ilmiah dikenal masyarakat luas ataupun awam.
Karya tulis ilmiah sebagai wahana melatih mengungkapkan pikiran atau hasil
penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis memerlukan
bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai, disinilah letak fungsi bahasa karya tulis
ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau
penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan
(pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa Karya Tulis
Ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
2. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
3. Bagaimana Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai
macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan
kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Setiap situasi tersebut memungkinkan
seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Istilah yang dipergunakan untuk
menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Ragam
bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap disebut “Bahasa Indonesia” karena masing-
masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum.
Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan
bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat
bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau
variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian, bagaimanapun model
variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama.
Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan
pembicara atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya
apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan dalam rapat
dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi antar penumpang dengan abang tukang becak
berbeda dengan antar menteri dalam sidang kabinet.
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat
keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,
efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses
kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Pada ragam ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu
sebagai bentuk dalam, tidak dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut
ini:
1. Baku. Artinya, struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia baku, harus sesuai dengan kaidah ejaan yang benar.
2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh
pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai
arti sesungguhnya.
6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan tingkatannya.
7. Cendekia. Bahasa Indonesia mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir
logis secara tepat.
8. Lugas dan jelas. Bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan
ilmiah secara jelas dan tepat.
9. Formal dan obyektif. Komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi
formal, oleh karena itu dalam penulisan dan penyampaiannya harus obyektif.
B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang
kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya. Fungsi
itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
1. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan
pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar
mengajar dan menulis surat.
2. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di dalam
kegiatan tersebut. Contoh : menghitung, mengutuk, menggumam, atau berdo’a.
3. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap,
melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi
pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak
maupun yang tidak tampak.
C. Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Memberikan gambaran yang komprehensif ihwal penulisan kata, kalimat, paragraf, dan
penyusunan alinea. Dengan semuanya itu,
1. Penulisan Kata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa. Oleh karena itu, penulisan kata mempunyai peranan
yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat.
Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Karena itu, para pengguna bahasa harus berhati-hati
ketika memilih kata-kata untuk membuat kalimat. Pemilihan kata yang baik dan tepat akan
memudahkan seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan maupun
tulisan. Seorang penulis yang baik harus menimbang setiap kata yang akan digunakan
sebelum dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kata, terutama dalam
situasi resmi, yaitu:
1. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat harus dihindari.
Misalnya: nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah menjadi milik
umum. Contoh: santai, lugas, anjangsana.
2. Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta).
3. Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh: laskar = didaulat.
2. Penulisan Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, harus
memiliki subjek dan predikat. Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah
kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut,
maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata.
Dalam membangun sebuah kalimat, terdapat beberapa unsur penyusunnya, yaitu:
a. Subyek
Subyek adalah unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan inti dalam
kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa melakukan demo di
jalan raya.
b. Predikat
Predikat merupakan kata di dalam sebuah kalimat yang berfungsi memberitahukan apa,
mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan raya.
c. Pelengkap
Sering kali sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu
pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat kegiatan remaja.
Kata yang dicetak tebal merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam sebuah
kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur pelengkap itu disebut
obyek.
d. Kata Perangkai
Unsur perangkai berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat, atau dua
unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai kata
perangkai sering diawali oleh kata-kata dan, dengan, setra, bersama, beserta, dan kadang-
kadang oleh kata juga.
e. Kata Penghubung
Adakalanya kata penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas satu
kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di
dalam satu kalimat.
f. Kata Modalitas
Unsur tersebut sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti
sebuah kalimat.
Dalam membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan menggunakan
kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat mewakili
gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya
pada pembaca atau pendengar. Dengan menggunakan kalimat efektif, informasi yang
disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.
Adapun ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Kesepadanan struktur
b. Keparalelan bentuk
c. Ketegasan makna
d. Kehematan kata
e. Kecermatan penalaran
f. Kepaduan gagasan
g. Kelogisan bahasa
3. Penulisan Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di
dalam paragraf itu harus disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan
hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Sebuah paragraf
juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam paragraf juga terdapat
kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Ide utama atau kalimat utama paragraf harus berisi ide utama dari paragraf yang
bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar
daripada kalimat pokok atau kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat
dikembangkan beberapa kalimat utama paragraf. Lalu, berdasarkan posisinya di dalam
sebuah paragraf, kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang
berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini akan
menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan. Pembagian posisi kalimat utama
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kalimat utama di awal paragraf
Dengan kalimat utama di awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama tersebut
akan menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya. Biasanya kalimat-kalimat yang
menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa perincian-perincian,
contoh-contoh, keterangan-keterangan, deskripsi dan analisis.
2. Kalimat utama di akhir paragraf
Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan kalimat-
kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian, analisis dan
deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta argumentasi.
3. Kalimat utama di dalam paragraf
Kalimat utama juga memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama itu tidak
terdapat di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf. Memang
agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan tetapi, dalam
kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat ditemukan di dalam
bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut sebagai paragraf ineratif.
4. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf
Kalimat utama yang dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama dari
yang pertama dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir, paragraf yang
kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif, kalimat utama yang
terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf yang kalimat utamanya di
awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang beralur pikir abduktif.
Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan
kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih
lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Dalam sebuah
paragraf kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas mayor dan kalimat penjelas
minor.
1. Kalimat penjelas mayor
Kalimat penjelas mayor (major support sentences) adalah kalimat penjelas yang utama.
Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat
utama yang terdapat di dalam paragraf itu.
2. Kalimat penjelas minor
Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung
menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang menjelaskan
kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung.
Selain kalimat utama dan kalimat penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis
ilmiah juga terdapat kalimat penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah paragraf
bersifat tentarif, bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka silakan saja
dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks pemakaian paragraf yang
demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf, menjadi sangat tidak
dipentingkan oleh penulis.
4. Penyusunan Alinea
Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas ketimbang
kalimat. Alinea merupakan himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau koherens dan
kohesi dalam rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut bentuknya, alinea terdiri atas
alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya disusun secara menjorok ke dalam, dan
alinea merenggang, yaitu alinea yang awal kalimatnya disusun merata dengan batas tepi kiri
tulisan. Ada pula alinea yang bentuknya merupakan variasi dari kedua bentuk yang telah
disebutkan ini.
Apapun bentuk alinea yang dipilih, sebuah alinea harus mengandung satu gagasan utama atau
topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai pengendali isi
alinea, gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat dikelompokkan ke dalam
suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana yang tidak dapat di masukan ke
dalam alinea tersebut.
Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh, (3) alinea
penutup. Pertama, alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan pada awal tulisan. Di dalam
artikel ilmiah untuk jurnal, misalnya alinea pembuka berposisi sebagai alinea awal bagian
pendahuluan (setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam laporan penelitian, skripsi atau
tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap bab. Sementara itu, alinea pembuka di
dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan sebutan teras, lead, atau intro, terletak di bawah
judul berita utama media massa cetak dan pada umumnya dicetak tebal atau kursif.
Kedua, alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita berikutnya adalah
menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka tersebut ke dalam alinea-
alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak membosankan atau
membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat yang pendek tanpa
mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik.
Ketiga, alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada alinea akhir
bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun upayakanlah
membangun alinea penutup sedemikian rupa agar mengesankan pembaca. Upaya itu,
misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula perbandingan yang proposional antara
alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup.
Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah “laporan” mengenai apa saja yang
telah kita temukan dalam penelitian kita dan bukan “ringkasan” mengenai karya tulis ilmiah
kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat
keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,
efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses
kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang
kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi.
Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan
unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Subjek dan
predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat,
apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat,
melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki
kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang
menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam
paragraf tersebut. sebuah alinea harus mengandung satu gagasan utama atau topik pikiran
yang wujudnya berupa kalimat topik.
B. Saran
Demikianlah makalah bahasa karya tulis ilmiah yang dapat penulis sampaikan, penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna memperbaiki
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://lesmanafe.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-bahasa-karya-tulis.html
14april92.blogspot.com/.../makalah-karya-tulis-ilmiah-bindonesia.html
MAKALAH
BAHASA KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nama : Neng Ayu Agustina
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KENCANA TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang terdiri dari
berbagai sumber yang berisikan mengenai Bahasa Karya Tulis Ilmiah.
Dengan dibuatnya tugas makalah ini kami berharap dapat bermanfaat untuk para
mahasiswa dan membantu para mahasiswa dalam memahami. Dalam pembuatan tugas
makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan
dan bimbingannya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima
dengan rasa syukur..
Tasikmalaya, 1 Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A. Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah ..................... 2
B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah .............. 4
C. Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah .................. 4
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membuat sebuah karya ilmiah tidak luput dari peraturan-peraturan bahasa
Indonesia, seperti ragam bahasa yang digunakan, penulisan tanda baca, ejaan sampai
dengan penulisan huruf-huruf kapital yang harus diperhatikan, karena membuat sebuah
karya ilmiah itu butuh bahasa yang yang sederhana, mudah dimengerti, ringkas dan
tidak berlebihan. Oleh karena itu Saya tulis di sini sedikit bagaimana cara penulisannya
dan syarat-syarat kebahasan dalam membuat sebuah KARYA ILMIAH.
Karya tulis ilmiah sebagai wahana melatih mengungkapkan pikiran atau hasil
penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis memerlukan
bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai, disinilah letak fungsi bahasa karya
tulis ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau
penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan
(pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa
Karya Tulis Ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya
nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern.
B. Rumusan Masalah
4. Apa Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
5. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah?
6. Bagaimana Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Ragam ilmiah ialah ragam bahasa keilmuan, yaitu corak dan ciri bahasa yang
digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Ragam bahasa ilmiah harus dapat menjadi
wahana pemikiran ilmiah yang tertuang dalam teks karya ilmiah. Pengertian ragam
bahasa ilmiah dan karakteristik ragam ilmiah dalam bahasa Indonesia diuraikan berikut
ini.
Ilmiah itu merupakan kualitas dari tulisan yang membahas persoalan-persoalan
dalam bahasa Indonesia bidang ilmu tertentu. Kualitas keilmuan itu didukung juga oleh
pemakaian bahasa dalam ragam ilmiah. Jadi, ragam bahasa ilmiah itu mempunyai
sumbangan yang tidak kecil terhadap kualitas tulisan ilmiah. Ragam ilmiah merupakan
pemakaian bahasa yang mewadahi dan mencerminkan sifat keilmuan dari karya ilmiah.
Sebagai wadah, ragam ilmiah harus menjadi ungkapan yang tepat bagi kerumitan
(sofistifikasi) pemikiran dalam karya ilmiah. Dari pemakaian ragam itu juga bukan saja
tercermin sikap ilmiah, melainkan juga kehati-hatian, kecendekiaan, kecermatan, ke
bijaksanaan (wisdom), dan kecerdasan dari penulisnya.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik
secara tertulis maupun lisan.
Karakteristik ragam bahasa ilmiah ialah: (1) mencerminkan sikap ilmiah, (2) transparan,
(3) lugas, (4) menggunakan paparan (eksposisi) sebagai bentuk karangan yang utama,
(5) membatasi pemakaian majas (figures of speech), (6) penulis menyebut diri sendiri
sebagai orang ketiga (penulis, peneliti), (7) sering menggunakan definisi, klasifikasi, dan
analisis, (8) bahasanya ringkas tetapi padat, (9) menggunakan tata cara penulisan, dan
format karya ilmiah secara konsisten (misalnya dalam merujuk sumber dan menyusun
daftar pustaka), (10) dan menggunakan bahasa Indonesia baku.
Sikap ilmiah yang harus tercermin dalam ragam ilmiah ialah sikap objektif, jujur, hati-
hati, dan saksam. Ragam ilmiah bersifat cendekia (intelektual), artinya bahasa Indonesia
ragam ilmiah itu dapat digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
logis, yaitu mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama.
Ragam ilmiah bersifat transparan dalam arti kata-kata itu membawa pembaca
langsung ke maknanya; kata-kata yang digunakan hendaknya tidak bermakna ganda
(ambigu). Kata-kata yang dipilih hendaknya kata-kata yang denotatif bukan konotatif.
Bahasa ragam ilmiah bersifat lugas, dalam arti menggambarkan keadaan atau fakta
sebagaimana adanya. Ragam ilmiah tidak berbunga-bunga penuh ornamen seperti
ragam bahasa sastra. Ragam ilmiah tidak berputar-putar dalam menuju ke satu tujuan,
bahasa ragam ilmiah langsung menuju ke sasaran, langsung ke pokok masalah.
Bentuk karangan utama yang digunakan dalam tulisan ilmiah ialah paparan atau
eksposisi, dan dapat diselingi deskripsi, argumentasi, narasi. Dalam tulisan ilmiah ada
sesuatu yang perlu dideskripsikan, kadang diceritakan, atau beberapa definisi
diperbandingkan dan dibahas secara lebih tepat. Seperti yang sudah disebutkan, dalam
paparan banyak digunakan definisi, klasifikasi atau analisis.
Berbeda dengan tulisan ragam sastra, dalam ragam ilmiah pemakaian majas dibatasi.
Majas itu sebenarnya juga menjelaskan, tetapi lebih mengacu pada imajinasi daripada
realitas. Dalam ragam sastra, majas dapat menumbuhkan “keremang-remangan” suatu
hal yang kadang memang diupayakan dalam karya sastra yang berbentuk puisi.
Mengapa majas hanya dibatasi dan tidak disingkirkan? Karena dalam ragam bahasa
ilmiah terdapat kata atau istilah yang sebenarnya semula berupa majas, misalnya
mewatasi, melahirkan, membuahkan.
Dalam ragam ilmiah, penyebutan penulis bukan aku atau saya melainkan penulis
atau dalam hal laporan hasil penelitian, peneliti, atau kalimat-kalimatnya menggunakan
bentuk pasif, sehingga penyebutan penulis dapat dilesapkan.
Ragam bahasa ilmiah bersifat ringkas berpusat pada pokok permasalahan. Kalimat-
kalimatnya harus hemat, tidak terdapat kata-kata yang mubazir. Namun kalimat-
kalimatnya harus lengkap, bukan penggalan kalimat.
Ragam bahasa ilmiah harus mengikuti tata tulis karya ilmiah yang standar. Misalnya
penggunaan salah satu sistem penulisan rujukan atau catatan kaki diterapkan secara
konsisten, demikian pula dalam menyusun daftar pustaka.
Pemakaian bahasa dalam tulisan ilmiah termasuk pemakaian bahasa dalam situasi
resmi. Pemilihan kata (diksi) harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu ketepatan,
kebakuan, keindonesiaan, dan kelaziman. Dalam prinsip ketepatan, kata yang dipilih
secara tepat sesuai dengan yang dimaksudkan. Prinsip kebakuan menekankan
pemakaian kata baku. Prinsip keindonesiaan menyarankan penggunaan kata-kata
bahasa Indonesia. Prinsip kelaziman, menyarankan penggunaan kata-kata yang sudah
umum.
B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk
menunjang kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu
sebagai bahasa komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya.
Fungsi itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
4. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif
dengan pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk
proses belajar mengajar dan menulis surat.
5. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di
dalam kegiatan tersebut. Contoh : menghitung, mengutuk, menggumam, atau
berdo’a.
6. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap,
melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi
pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang
tampak maupun yang tidak tampak.
C. Gaya dan Bahasa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Memberikan gambaran yang komprehensif ihwal penulisan kata, kalimat, paragraf, dan
penyusunan alinea. Dengan semuanya itu,
1. Penulisan Kata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Oleh karena itu,
penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena
merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada
bahasa. Karena itu, para pengguna bahasa harus berhati-hati ketika memilih kata-kata
untuk membuat kalimat. Pemilihan kata yang baik dan tepat akan memudahkan
seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan maupun tulisan.
Seorang penulis yang baik harus menimbang setiap kata yang akan digunakan sebelum
dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kata, terutama
dalam situasi resmi, yaitu:
4. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat harus
dihindari. Misalnya: nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah
menjadi milik umum. Contoh: santai, lugas, anjangsana.
5. Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati
agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta).
6. Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh
masyarakat. Contoh: laskar = didaulat.
2. Penulisan Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, harus memiliki subjek dan predikat. Subjek dan predikat merupakan unsur
utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak
memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat,
melainkan frasa, kumpulan kata.
Dalam membangun sebuah kalimat, terdapat beberapa unsur penyusunnya, yaitu:
a. Subyek
Subyek adalah unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan inti
dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa melakukan
demo di jalan raya.
b. Predikat
Predikat merupakan kata di dalam sebuah kalimat yang berfungsi memberitahukan apa,
mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan
raya.
c. Pelengkap
Sering kali sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah
suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat kegiatan
remaja.
Kata yang dicetak tebal merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam sebuah
kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur pelengkap itu
disebut obyek.
d. Kata Perangkai
Unsur perangkai berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat, atau
dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai
kata perangkai sering diawali oleh kata-kata dan, dengan, setra, bersama, beserta, dan
kadang-kadang oleh kata juga.
e. Kata Penghubung
Adakalanya kata penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas satu
kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di
dalam satu kalimat.
f. Kata Modalitas
Unsur tersebut sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah keseluruhan
arti sebuah kalimat.
Dalam membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan
menggunakan kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara
tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan
gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar. Dengan menggunakan
kalimat efektif, informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.
Adapun ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Kesepadanan struktur
b. Keparalelan bentuk
c. Ketegasan makna
d. Kehematan kata
e. Kecermatan penalaran
f. Kepaduan gagasan
g. Kelogisan bahasa
3. Penulisan Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat
di dalam paragraf itu harus disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat
dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.
Sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam
paragraf juga terdapat kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Ide utama atau kalimat utama paragraf harus berisi ide utama dari paragraf yang
bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar
daripada kalimat pokok atau kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat
dikembangkan beberapa kalimat utama paragraf. Lalu, berdasarkan posisinya di dalam
sebuah paragraf, kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang
berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini
akan menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan. Pembagian posisi kalimat
utama tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kalimat utama di awal paragraf
Dengan kalimat utama di awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama
tersebut akan menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya. Biasanya kalimat-
kalimat yang menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa
perincian-perincian, contoh-contoh, keterangan-keterangan, deskripsi dan analisis.
2. Kalimat utama di akhir paragraf
Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan kalimat-
kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian, analisis
dan deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta argumentasi.
3. Kalimat utama di dalam paragraf
Kalimat utama juga memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama itu
tidak terdapat di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf.
Memang agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan tetapi,
dalam kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat
ditemukan di dalam bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut sebagai paragraf
ineratif.
4. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf
Kalimat utama yang dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama
dari yang pertama dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir,
paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif,
kalimat utama yang terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf yang
kalimat utamanya di awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang beralur
pikir abduktif.
Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas.
Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan
menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf
tersebut. Dalam sebuah paragraf kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas
mayor dan kalimat penjelas minor.
1. Kalimat penjelas mayor
Kalimat penjelas mayor (major support sentences) adalah kalimat penjelas yang utama.
Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan
kalimat utama yang terdapat di dalam paragraf itu.
2. Kalimat penjelas minor
Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung
menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang
menjelaskan kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung.
Selain kalimat utama dan kalimat penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis
ilmiah juga terdapat kalimat penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah
paragraf bersifat tentarif, bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka
silakan saja dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks
pemakaian paragraf yang demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam
paragraf, menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis.
4. Penyusunan Alinea
Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas
ketimbang kalimat. Alinea merupakan himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau
koherens dan kohesi dalam rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut
bentuknya, alinea terdiri atas alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya
disusun secara menjorok ke dalam, dan alinea merenggang, yaitu alinea yang awal
kalimatnya disusun merata dengan batas tepi kiri tulisan. Ada pula alinea yang
bentuknya merupakan variasi dari kedua bentuk yang telah disebutkan ini.
Apapun bentuk alinea yang dipilih, sebuah alinea harus mengandung satu gagasan
utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai
pengendali isi alinea, gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat
dikelompokkan ke dalam suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana
yang tidak dapat di masukan ke dalam alinea tersebut.
Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh, (3)
alinea penutup. Pertama, alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan pada awal
tulisan. Di dalam artikel ilmiah untuk jurnal, misalnya alinea pembuka berposisi sebagai
alinea awal bagian pendahuluan (setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam
laporan penelitian, skripsi atau tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap
bab. Sementara itu, alinea pembuka di dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan
sebutan teras, lead, atau intro, terletak di bawah judul berita utama media massa cetak
dan pada umumnya dicetak tebal atau kursif.
Kedua, alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita berikutnya
adalah menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka tersebut
ke dalam alinea-alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak
membosankan atau membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat
yang pendek tanpa mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik.
Ketiga, alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada alinea
akhir bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun
upayakanlah membangun alinea penutup sedemikian rupa agar mengesankan
pembaca. Upaya itu, misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula
perbandingan yang proposional antara alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea
penutup.
Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah “laporan” mengenai apa saja
yang telah kita temukan dalam penelitian kita dan bukan “ringkasan” mengenai karya
tulis ilmiah kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan
sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal
yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk
mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang
kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai
bahasa komunikasi.
Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena
merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada
bahasa. Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus
ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk
kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan
paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas
karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide
pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. sebuah alinea harus
mengandung satu gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat
topik.
B. Saran
Demikianlah makalah bahasa karya tulis ilmiah yang dapat penulis sampaikan,
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://edisusilo09071991.blogspot.co.id/2014/11/ragam-bahasa-ragam-bahasa-ilmiah-
ragam.html
esmanafe.blogspot.com/.../makalah-tentang-bahasa-karya-tulis.html