Makalah Asam-basa
description
Transcript of Makalah Asam-basa
KESEIMBANGAN ASAM BASA
KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN II
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Fitri Haryati 22020111130076
Susi Susanti 22020111140116
Yesi Melisawati 22020111130079
Naila Faizul Muna 22020111130090
Rida Pratika Sari 22020111130093
Fadlun Naim 22020111130082
Rinda Winandita 22020111130083
Suryatno Situmorang 22020111130084
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
1. Definisi sistem penyangga tubuh
Penyangga adalah suatu zat yang mampu menyerap ion
hidrogen dari suatu larutan, atau membebaskan ion hidrogen
ke dalam larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi PH
yang besar. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam lemah
dan garamnya,seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat
atau larutan basa lemah dan garamnya,seperti larutan
amonia dan amonium klorida. Jika pH menurun, maka garam
( natrium bikarbonat ) berperan sebagai basa yang akan
menerima ion hidrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika
Ph meningkat asam lemah ( asam karbonat ) akan
mendonorkan ion hidrogen kepada larutan, sehingga
perubahan pH akan “disangga”. Hal yang sebaliknya berlaku
untuk basa lemah dan garamnya. Secara umum buffer
bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hidrogen.
Terdapat tiga sistem penyangga yang penting dalam
tubuh manusia : sistem penyangga bikarbonat-asam
karbonat, sistem penyangga fosfat, dan sistem penyangga
hemoglobin.
a. Sistem Penyangga Bikarbonat-Asam Karbonat
Sistem Penyangga Bikarbonat-Asam Karbonat
merupakan sistem penyangga utama dalam tubuh. Sistem
ini bekerja dalam darah untuk menyangga PH plasma.
Apabila ion-ion hidrogen bebas ditambahkan ke dalam
darah yang mengandung bikarbonat, maka ion-ion
bikarbonat akan mengikat ion hidrogen dan berubah
menjadi asam karbonat (H2CO3). Hal ini menyebabkan ion
hidrogen bebas sedikit dalam larutansehingga penurunan
PH darah yang drastis dapat dicegah. Asam karbonat
dianggap sebagai suatu asam lemah ; ion bikarbonat
dianggap basa konjugasinya yang juga lemak. Asam
karbonat juga dapat terurai menjadi karbondioksida dan
air ; maka sistem penyangga bikarbonat terutama
digunakan untuk eliminasi gas yang mudah menguap,
karbondioksida.
Penguraian asam karbonat menjadi karbondioksida
dan air memerlukan enzim karbonat anhidrase, yang
terdapat di dalam sel darah merah. Reaksi ini bersifar
reversibel, dan karbondioksida dan air dapat menyatu
kembali untuk membentuk asam karbonat. Proses ini juga
memerlukan kerja karbonat anhidrase. Reaksi reversibel
ini diperlihatkan dalam persamaan CO2 + H2O H2CO3 H+ +
HCO3-
b. Sistem Penyangga Fosfat
Sistem penyangga kedua yang digunakan oleh tubuh
adalah sistem penyangga fosfat. Asam fosforik (H2PO4)
adalah suatu asam lemah.asam ini terurai dalam plasma
menjadi HPO42- dan ion hidrogen. Fosfat merupakan suatu
basa lemah. Sistem penyangga ini digunakan oleh ginjal
untuk menyangga urine sewaktu ginjal mengekskresikan
ion hidrogen dalam derajad yang lebih kecil, juga
digunakan sistem penyangga asam sulfur-sulfat.
c. Sistem Penyangga Hemoglobin
Sistem penyangga utama ketiga di dalam tubuh
dihasilkan oleh protein-protein plasma, terutama
hemoglobin yang terdapat di sel darah merah. Hemoglobin
mengikat ion-ion hidrogen bebas sewaktu beredar
melewati sel-sel yang bermetabolisasi secara aktif.
Dengan mengikat ion hidrogen bebas maka peningkatan
konsentrasi ion hidrogen bebas dalam darah dapat
diperkecil dan PH darah vena hanya turun sedikit apabila
dibandingkan dengan darah arteri. Swaktu darah mengalir
melalui paru, ion ion hidrogen terlepas dari hemoglobin
dan berikatan dngan bikarbonat untuk menjadi asam
karbonat yang terurai menjadi karbondioksida dan air.
Karbondioksida dikeluarkan melalui ekspirasi sehingga ion-
ion hidrogen yang dihasilkan oleh proses metabolisme
dapat dieliminasi. Sebagian besar air direabsorpsi dan
sebagian dikeluarkan lewat bernafas.
2. Definisi asidosis metabolic, alkaslosis metabolic,
asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis
dan alkalosis metabolic
a. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik terjadi karena adanya
peningkatan konsentrasi ion hidrogen atau terjadi
penurunan pH di dalam cairan ekstrasel yang disebabkan
oleh peningkatan kadar ion hidrogen atau penurunan
kadar bikarbonat (Weldy, 1992). Dengan kata lain, asidosis
metabolik akan terjadi jika terjadi penambahan keasaman,
kemudian bikarbonat akan mengompensasinya. Namun,
cadangan bikarbonat akan berkurang dan apabila produksi
asam masih terus berlanjut maka bufer tidak mampu
untuk mengompensasi dan timbullah asidosis metabolik.
Peningkatan produksi asam terjadi pada waktu
timbul ketoasidosis, asidosis uremia, dan asidosis laktat.
Menurut hasil pemeriksaan laboratorium pada klien
asidosis metabolik akan menunjukkan penurunan pH,
PaCO2 normal lama-lama akan menurun karena proses
kompensasi, HCO3- menurun, pH urine kurang dari 6,0 dan
pH darah kurang dari 7,35. Kompensasi yang dilakukan
oleh tubuh dalam kondisi yang seperti ini adalah
hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 oleh paru, melalui
peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan. pH
plasma akan kembali ke tingkat normal. Respirasi yang
terjadi selama asidosis metabolik karena ketoasidosis
diabetes yang disebut pernapasan Kussmaul. Kompensasi
respirasi dapat muncul hampir segera setelah awitan
asidosis. Keberhasilan kompensasi respirasi bergantung
pada keparahan asidosis itu sendiri. Untuk asidosis
metabolik yang disebabkan oleh penyakit ginjal, ginjal
juga melakukan kompensasi dan mengekskresikan lebih
banyak asam.
b. Alkalosis Metabolik
Bila kehilangan asam melampaui produksi asam,
asupan basa meningkat, ion-ion hidrogen hilang dari
cairan tubuh dan terjadi kelebihan HCO3-. Kondisi yang
seperti ini disebut alkalosis metabolik. Selain itu, dehidrasi
dan perubahan kadar elektrolit ekstrasel yang
menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit
plasma dapat menyebabkan timbulnya alkalosis
metabolik.
Hilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang
berlebihan, karena isi lambung bersifat asam. Kemudian
penurunan volume cairan ektrasel dapat menyebabkan
peningkatan kadar bikarbonat plasma dan alkalosis
metabolik dengan mengurangi jumlah bikarbonat yang
difiltrasi di glomerulus. Akan terjadi peningkatan
persentase bikarbonat yang direabsorpsi kembali ke
kapiler peritubulus apabila kecepatan aliran darah juga
berkurang. Perubahn kadar elektrolit ekstrasel dapat
menyebabkan alkalosis akibat pergeseran ion-ion hidrogen
ke dalam sel.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium akan
menunjukkan pH meningkat, PaCO2, normal tetapi mulai
naik, HCO3- meningkat, dan pH urine lebih besar dari 7,0.
Pada klien alkalosis metabolik akan terjadi depresi
pernapasan yang bertujuan untuk menahan CO2, sehingga
dapat dikombinasi dengan ion hidrogen untuk membentuk
asam karbonat. Oleh karena itu, pada klien alkalosis
metabolik diupayakan untuk menggunakan masker
rebreathing agar CO2 dapat dihirup kembali.
Kompensasi respirasi yang dilakukan pada klien
alkalosis metabolik yang dikarenakan oleh masalah
metabolik. Penurunan kecepatan dan kedalaman
pernapasan adalah kompensasi respirasi yang dilakukan
pada klien alkalosis metabolik. Kompensasi respirasi
bekerja untuk mengembalikan pH plasma ke rentang
normal dan dapat terjadi hampir segera setelah awitan
alkalosis metabolik terjadi. Ginjal juga turut berperan
dalam kompensasi jika mungkin.
c. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah penurunan pH arteri
yang terjadi akibat gangguan respirasi primer. Dan setiap
kondisi yang menurunkan ventilasi dapat meningkatkan
konsentrasi CO2 dan berdampak adanya peningkatan
asam karbonat disebut dengan asidosis respiratorik.
Penyebab asidosis respiratorik itu mencakup semua
gangguan paru obstruktif (penyakit paru obstruktif
menahun atau asma) serta hipoventilasi apa pun itu
sebabnya, termasuk over dosis obat atau obstruksi jalan
napas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan pH menurun, PaCO2 meningkat, HCO3-
normal tetapi kemudian meningkat karena kompensasi,
dan pH urine kurang dari 6,0.
Kompensasi yang dilakukan tubuh adalah produksi
bikarbonat oleh ginjal meningkat, ekskresi ion hidrogen ke
urine meningkat. Untuk meningkatkan pengeluaran CO2
dapat dilakukan dengan latihan napas dalam dan purse
lips breathing.
d. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik adalah peningkatan pH arteri
yang terjadi karena adanya gangguan pernapasan.
Alkalosis respiratorik terjadi jika kadar CO2 turun di bawah
38 mm Hg.
Alkalosis respiratorik terjadi akibat hiperventilasi.
Penyebab hiperventilasi yaitu demam dan rasa cemas.
Hipoksemia dapat merangsang hiperventilasi apabila
tekanan parsial oksigen dalam darah arteri turun di bawah
50 mm Hg (normalnya adalah sekitar 100 mm Hg).
Toksisitas salisiat dan infeksi otak, secara langsung dapat
merangsang pusat pernapasan di otak untuk
meningkatkan kecepatan pernapasan yang menyebabkan
alkalosis respiratorik.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan jika pH
meningkat, PaCO2 menurun, HCO3- normal akan tetapi
kemudian menurun untuk kompensasi dan pH urine lebih
besar dari 7,0.
Kompensasi yang dilakukan tubuh adalah ginjal
meningkatkan ekskresi ion-ion HCO3- serta kecepatan dan
kedalaman bernapas menurun.
Berikut tabel nilai pH, PCO2, HCO3- pada berbagai keadaan
Asam Basa
3. Asidosis metabolic terkompensasi sebagian dan
terkompensasi penuh
Asidosis metabolik sebagian adalah gangguan sistemik
yang ditandaidengan penurunan [rimer dari kadar bikarbonat
plasma ,sehingga terjadipenurunan PH HCO3-, ECF adalah
22mEq/L dan PH 7,35 tekanan CO2 dalam batas normal dan
PH > 7,3 merupakan keadaan kritis yang
memerlukanintervensi dengan perbaikan ventilasi dan
koreksi dengan bikarbonat.Asidosis metabolit penuh adalah
tekanan CO2 <30 mmHg dan PH 7,3-7,4Asidosis metabolit
telah terkompensasi dengan perbaikan.
Nilai normal pH adalah 7,35 – 7,45. Penurunan keasaman
(pH) darah <7,35 disebut asidosis. Jika gangguan disebabkan
oleh komponen HCO3-, maka disebut asidosis/alkalosis
metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan
tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi
ataumetabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya
(respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa
campuran.Asidosis metabolik terkompensasi sebagian apabila
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30.
Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi
dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
Asidosis metabolik terkompensasi penuh apabila tekanan CO2
< 30 mmHg dan pH 7,30 - 7,40.
4. Asideosis respiratorik terkompensasi sebagian dan
terkompensasi penuh
Asideosis respiratorik terkompensasi sebagian adalah jika
kosentrasi pH < 7,35, PaCO2> 45mmHg , HCO3-> 27mEq/L,
BE >+2mEq/L
Asideosis respiratorik terkompensasi penuh adalah jika
konsentrasi pH 7,35-7,45, PaCO2>45mmHg , HCO3->27mEq/L,
BE >+2mEq/L
Asidosis respiratorik (kelebihan asam karbonat) ditandai
dengan peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea),
sehingga terjadi penurunan pH: PaCO2 > 45 mmHg dan pH >
7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3-
serum. Sebab mendasar dari asidosis respiratorik adalah
hipoventilasi alveolar, istilah yang sebenarnya berarti sama
dengan penumpukan CO2, yaitu tidak adekuatnya ekskresi
karbondiokasida karena tidak adekuatnya ventilasi, sehingga
kadar karbondioksida plasma meningkat. Keadaan awal
asidosis respiratorik ini adalah pH rendah < 7,35, PaCO2 naik,
dan HCO3 normal/naik. Tubuh memberikan respon dengan
cara mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh ginjal
dengan meningkatkan sekresi dan ekskresi H+ disertai
dengan resorpsi dan pembentukan HCO3- baru. Jika kelainan
asam basa ini hanya terkompensasi sebagian, nilai pH masih
berada di luar rentang normal atau rendah, kadar PaCO2
tinggi, dan kadar HCO3 juga masih tinggi. Sedangkan yang
sudah terkompensasi sempurna atau sepenuhnya
membutuhkan waktu 2-3 hari, nilai pH telah kembali ke
rentang normal, walaupun nilai yang lain mungkin masih
abnormal, seperti kadar PaCO2 dan kadar HCO3 yang masih
tinggi.
5. Alkalosis metabolic terkompensasi sebagian dan
terkompensasi penuh
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian adalah jika
konsentrasi pH >7,45 , PaCO2>45mmHg , HCO3->27mEq/L,
BE>+2mEq/L
alkalosis metabolic
terkompensasipenuhadalahjikakonsentrasipH 7,40-7,45 ,
PaCO2>45mmHg , HCO3- >27mEq/L, BE >+2mEq/L
Nilai normal pH adalah 7,35 – 7,45. Peningkatan keasaman
(pH) > 7,45 disebut alkalosi. Disebut gangguan sederhana
bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen
saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam
basa campuran.
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian apabila sistem
ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis
metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal
dan pH lebih dari 7,50. Misalnya pasien stenosis pilorik
dengan muntah lama. Alkalosis metabolik terkompensasi
penuh apabila ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari
7,50.
6. Alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian dan
terkompensasi penuh?
a. Alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian disebut juga
sebagai alkolisis respiratorik kronik. Dimana keadaan ini
terjadi sebagai akibat hipokapnia kronik, sehingga
mengkibatkan penurunan bikarbonat serum. Insufisiensi
hepatik kronis dan tumor serebral adalah faktor resiko.
Pasien biasanya asimptomatik dan evaluasi diagnostik
serta rencana asuhan adalah sama dengan alkalosis
respiratorik akut.
Dikatakan alkalosis terkompensasi sebagian jika pH naik,
PaCO2 dan HCO3 turun.
Alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian adalah jika
konsentrasi pH >7,45 , PaCO2<35mmHg , HCO3-
<22mEq/L, BE <-2mEq/L
b. Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
Kompensasi penuh ada bila pH bergerak ke rentang
normal, dimana rentang nilai pH normal 7,35-7,45.
Dikatakan Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh jika
nilai Phnya normal, PaCO2 dan HCO3 menurun.
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh adalah jika
konsentrasi pH 7,40-7,45,PaCO2<35mmHg , HCO3-
<22mEq/L, BE <-2mEq/L.
Rentang nilai normal
pH : 7, 35-7, 45
PCO2 : 35-45 mmHg
BE : 0 ± 2 mEq/L
HCO3 : 22-26 mEq/L
7. Peran paru-paru dan ginjal dalam menjaga
keseimbangan asam basa
Satuan ukuran keseimbangan asam basa adalah pH, yang
menyatakan kepekaan terhadap ion hidrogen dan keasaman
zat yang ditimbulkannya, ion ion hidrogen (H+) dan ion ion
hidroksil (OH-) menentukan keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Apabila terjadi penambahan atau peningkatan
konsentrasi ion hidrogen, maka keadaan bersifat lebih asam
dan pH akan turun. Sebaliknya bila cairan tubuh bersifat basa
atau alkali, maka pH akan meningkat.
Nilai normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Kestabilan
nilai pH tersebut dipertahankan oleh sistem buffer dan
mekanisme lain. Buffer adalah bahan yang dapat bekerja
sebagai raksi kimia yang dapat menarik atau melepaskan ion-
ion hidrogen, sehingga pH tetap relatif stabil. Buffer terdapat
pada semua cairan tubuh dan bekerja dengan segera (dalam
1 detik ) setelah terjadi pH abnormal (Horne dan Swearingen,
2001 dalam Asmadi 2008). Sistem buffer meliputi sistem
buffer asam karbonat-bikarbonat; sistem buffer fosfat; serta
sistem buffer protein sel dan plasma.
Jenis Gangguan pH PaCO2 HCO3
Alkalosis Respiratori
Terkompensasi sebagian
Alkalosis Respiratori
Terkompensasi penuh
N
Selain sistem buffer terdapat mekanisme lain yang
dilakukan oleh tubuh sebagai kompensasi dalam menjaga
keseimbangan asam basa. Bagian tubuh tersebut ialah paru-
paru dan ginjal. Peran paru-paru dalam menjaga
keseimbanganasam basa adalah dengan mengendalikan
konsentrasi asam karbonat (H2CO3), sedangkan ginjal
bereran dalam pengendalian konsentrasi bikabonat.
(HCO3-).
a. Kompensasi oleh paru-paru
Paru-paru dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
adanya ketidakseimbangan asam-basa. Pada
kenyataannya paru-paru dapat melakukan upaya untuk
mengembalikan PH ke nilai normal sebelum buffer biologis
dapat melakukannya. Ion hidrogen dan karbondioksida
biasanya memberikan stimulus untuk pernafasan. Apabila
konsentrasi ion hidrogen berubah, paru-paru bereaksi
untuk memperbaiki keseimbangan tersebut dengan
mengubah frekuensi dan kedalaman
pernafasan.pengaturan pH plasma menit demi menit
dilakukan dengan meningkatkan atau menurunkan
kecepatan pernafasan, sehingga terjadi peningkatan atau
penurunan pengeluaran karbondioksida.
Pada alkalosis, frekuensi pernafasan diturunkan
sehingga individu dapat mempertahankan karbondioksida.
Karbondioksida berkombinasi dengan air di dalam darah
untuk membentuk asam karbonat, yang membantu
meningkatkan komponen asam dan menyeimbangkan
kelebihan basa. Apabila terjadi kelebihan asam, frekuensi
pernafasan meningkat lalu paru-paru mengekskresi
karbondioksida dalam jumlah yang lebih besar (Weldy,
1992). Dengan demikian karbondioksida yang tersedia
untuk berkombinasi dengan air dan menghasilkan asam
karbonat menjadi lebih sedikit.
b. Kompensasi oleh ginjal
Konsentrasi bikarbonat dikendalikan oleh ginjal dengan
menahan atau mengekskresi bikarbonat secara relatif
bergantung pada kebutuhan tubuh. Adapun mekanisme
ginjal dalam mengendalikan ion hidrogen dan bikarbonat
adalah melalui tiga proses antara lain,
1) Sekresi ion hidrogen oleh tubulus
Sel epitel tubulus (tubulus proksimal, distal, ataupun
duktus koligens) menyekresi hidrogen ke dalam cairan
tubulus. Berikut ini merupakan reaksi kimia yang terjadi
di dalam tubulus
CO2 + H2O H2CO3 HCO3- + H+
2) Pengaturan sekresi ion H+ oleh konsentrasi CO2 di
dalam cairan ekstra sel
Reaksi kimia untuk sekresi ion hidrogen dimulai dengan
CO2, makin besar konsentrasi CO2 makin cepat pula
proses sekresi ion hidrogen tersebut. Jadi kecepatan
sekresi ion hidrogen bisa meningkat atau menurun
sesuai dengan perubahan konsentrasi CO2 ekstra sel.
3) Interaksi HCO3- dengan H+ di dalam tubulus
Tubulus tidak permeabel terhadap ion HCO3- sebab
HCO3- merupakan ion besar dan bermuatan listrik.
Meskipun demikian ion HCO3- dapat direabsorpsi yang
prosesnya dimulai dengan reaksi di dalam tubulus
antara HCO3- dan H+ yang disekresikan oleh sel tubulus
menjadi H2CO3. Kemudian H2CO3 berdisosiasi menjadi
H2O dan CO2. H2O menjadi bagian cairan tubulus,
sedangkan CO2 berdifusi menuju ke dalam darah.
Berikut ini reaksi kimianya :
CO2 + H2O H2CO3 HCO3- + H+
Apabila terjadi kerusakan ginjal, maka proses reabsorpsi
HCO3- tidak terjadi dan pembuangan hidrogen tidak
terjadi. Akibatnya urine dan darah akan kelebihan asam.
8. Perubahan paru-paru dan ginjal dalam berespon
terhadap perubahan asam-basa
Perubahan primer pada kadar karbondiaksida akan
merangsang respon. Kompensasi oleh ginjal yang akan
mengubah bikarbonat plasma kearah yang yang sama.
Sebaliknya suatu perubahan primer pada kadar bikarbonat
akan merangsang respons konpensasi respiratorik yang
engubah karbon diaksoda plasma kearah yang sama.
Peran Paru dan Ginjal dalam Keseimbangan Asam Basa
a. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalm cairan
ekstraseluler, ginjal mampu meregenerasi ion – ion
bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion – ion ini dari sel–
seltubulus ginjal. Dalm keadaan asidosis respiratorik,
dan kebanyakan kasus asidosismetabolik, ginjal
mengekskresikan ion– ion hidrogen dan menyimpan ion–
ionbikarbonat untuk membantu mempertahankan
keseimbangan. Dalam keadaan alkalosismetabolik dan
respiratorik, ginjal mempertahankan ion– ion hidrogen
danmengekskresikan ion – ion bikarbonat untuk
membantu mempertahankan keseimbangan.Ginjal jelas
tidak dapat mengkompensasi asidosis metabolik yang
diakibatkan olehgagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk
ketidakseimbangan secara relatif lambat
(dalambeberapa jam atau hari).
b. Paru– paru
Paru– paru, dibawah kendali medula otak,
mengendalikan karbondioksida, dan karenaitu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan
ekstraseluler. Paru– parumelakukan hal ini dengan
menyesuaikan ventilasi sebagai respon terhadap
jumlahkarbondioksida dalam darah. Kenaikan dalam
tekanan parsial karbondioksida dalamdarah arteri
(PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.
Tentu saja,tekanan parsial oksigen dalam darah arteri
(PaO2) juga mempengaruhi respirasi.Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.Pada keadaan asidosis metabolik frekuensi
p-ernafasan meningkat, sehinggamenyebabkan
eliminasi karbondioksida yang lebih besar (untuk
mengurangi kelebihanasam). Pada keadaan alkalosis
metabolik, frekuensi pernafasan diturunkan,
danmenyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).
9. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit pada Klien dengan
Perubahan Asam Basa
a. Klien dengan gangguan Asidosis
Klien yang mengalami asidosis akan cepat merasa cepat
haus atau dehidrasi (kebutuhan cairan meningkat),
karena ginjal akan berusaha mengeluarkan kelebihan
asam yang tinggi melalui proses pengeluaran urine
(untuk meningkatkan beban basa).
Klien juga akan mengalami ketidakseimbangan elektrolit
berupa Hiperkalemia (kelebihan jumlah kalium > 5,3
mEq/L), pada keadaan ini ekskresi urin akan meningkat
untuk membuang kelebihan ion K. Ion K dapat ditukar
dengan ion H, sehingga dengan pembuangannya dapat
mengurangi kadar ion H dalam tubuh.
b. Klien dengan gangguan Alkalosis
Klien yang mengalami alkalosis, akan mengalami
ketidakseimbangan elektrolit berupa Hipokalemia
(kekurangan jumlah kalium < 3,5 mEq/L). Pada keadaan
ini ginjal akan menahan kalium sehingga pertukaran ion
hidrogen akan meningkat dan haluaran urin akan
menurun (kebutuhan cairan dalam tubuh akan menurun
atau normal).
10. Tanda dan Gejala Pada Klien yang mengalami
Perubahan Keseimbangan Asam-Basa
(Potter, Perry 2006)
Penyebab Tanda dan Gejala
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Pneumonia
Gagal Napas
Atelektasis
Overdosis obat
Paralisisoto pernapasan
Cedera traumatik
Obesitas
Obstruksi jalan napas
Cedera kepala
Stroke
Tenggelam
Pemeriksaan fisik
Denyut nadi yang kuatdan
cepat, pernapasan yang
dangkal dan cepat, hipertensi,
kulit kemerahan dan hangat,
kram abdomen, letargi,
konvulsi, konfusi, pusing, sakit
kepala.
Hasil pemeriksaan laboratorium
Perubahan gas darah arteri: pH
<7,35, PaCO2>45 mmHg, PaO2
< 80 mmHg, SaO2 normal atau
Fibrosis kistik 95 %, kadar bikarbonat normal
(jika tidak terkompensasi) atau
>26 mEq/L (jika dikompensasi
melalui ginjal), dan kadar
kalium >5,3 mEq/L.
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Ansietas
Ketakutan
Anemia
Status hipermetabolik
Cedera sistem saraf pusat,
infeksi asma
Penempatan peralatan
ventilator yang tidak tepat
Pemeriksaan fisik
Sakit kepala, iritabilitas, pusing,
takikardia, takipnea, dan
kesemutan pada ekstrimitas.
Hasil pemeriksaan laboratorium
Perubahan gas darah arteri : pH
>7,45, PaCO2<35 mmHg, PaO2
dan SaO2normal, kadar
bikarbonat normal (jika akut
atau pneumonia tidak
dikompensasi) atau <22 MeQ/l
(jika dikompensasi), kadar
kalium <3,5 mEq/L.
ASIDOSIS METABOLIK
Kelaparan
Ketoasidosis diabetik
Gagal ginjal
Syok
Diare
Penggunaan obat
Asidosis tubular renal
Pemeriksaan fisik
Sakit kepala, letargi,
kebingungan, kemerahan pada
kulit, takikardi, takipnea
disertai kedalaman pernapasan
dan kram abdomen.
Hasil pemeriksaan laboratorium
pH <7,35, PaCO2 normal (jika
tidak dikompensasi) atau <35
mmHg (jika dikompensasi),
PaO2 normal atau meningkat
(dengan pernapasan yang
dalam dan cepat), dan SaO2
normal,bikarbonat <22 mEq/L,
kalium >5,3 mEq/L
ALKALOSIS METABOLIK
Muntah berlebihan
Pengisapan lambung yang
lama
Hipokalemia
Hiperkalsemia
Sindrom chusing
Penggunaan obat
Pemeriksaan fisik
Sakit kepala, letargi,
irritabilitas, takikardi,
pernapasan lambat,
kesemutan, tetani, kram
abdomen dan kram otot
Hasil pemeriksaan laboratorium
Perubahan gas darah arteri : pH
>7,45, PaCO2 normal (jika
dikompensasi) atau >45 mmHg
(jika tidak dikompensasi), PaO2
dan SaO2 normal, bikarbonat
>26 mEq/L, kalium <3,5 mEq/L
b. Tanda dan Gejala pada Kasus
Tanda dan Gejala pada Kasus
Hasil pengkajian:
Klien sesak nafas, lemas, nafsu makan menurun, cepat haus dan
sering minum.
TD: 100/70 mmhg, N: 80 x/menit, RR: 38 x/menit, nafas cepat
dan dangkal, s: 38,2˚C.
Hasil AGD, pH: 7,07, pCO2: 13 mmhg, pO2: 179 mmhg, HCO3:
3,6 mEq/L, BE: -24 mEq/L, O2 sat: 99%, A-ADO2: 33 mmhg.
Hematologi Paket dan Kimia Klinik, HB:13,7 g%, Ht:47%,
Eritrosit: 5,31 jt/mmk, MCH: 25,8 pg, MCV: 79,6 fL, MCHC: 32,4
g/dl, Leukosit:42 ribu/mmk, Trombosit: 563 ribu/mmk, GDS: 694
mm/dl., Ureum: 70mg/dl, Cr: 1,56 mg/dl, Na:123 mmol/L, K: 3,5
mmol/L, Cl: 89 mmol/L
Interpretasi Data Hasil AGD
NO
.AGD
AGD
PASIEN
NILAI
NORMALINTERPRETASI
1. pH 7,07 7,35 - 7,45 Klien mengalami
penuruan pH di
dalam cairan
ekstrasel, sebagai
akibat dari kenaikan
ion hidrogen.
2. pCO2 13mmHg 35 - 45
mmHg
Klien mengalami
penurunan tekanan
parsial
karbondioksida.
3. pO2 179
mmHg
75 - 100
mmHg
Klien mengalami
kenaikan tekanan
parsial O2, hingga
179 mmhg, jauh
melebihi angka
normal. Sehingga
klien mengalami
pernafasan yang
dalam dan cepat.
4. HCO3 3,6 mEq/L 22 - 26 Klien mengalami
mEq/L penurunan
bikarbonat Asidosis
Metabolik.
5. BE -24 mEq/L -2 - 2 mEq/L Nilai klien BE kurang
dari batas BE
normal.
6. A-
ADO2
33 mmHg < 25 mmHg Perbedaan tekanan
parsial antara
oksigen di alveoli
arteri klien melebihi
batas normal, yakni
hingga 33 mmHg.
7. O2 Sat 99 % 95 – 99 % Presentasi dari Hb
yang dapat
mengikat oksigen
dibandingkan
dengan jumlah total
Hb dalam tubuh
(Saturasi Oksigen)
Normal.
Kesimpulan Tanda dan Gejala Kasus
a. Pemeriksaan Fisik
Klien mengeluh sakit kepala, sering merasa haus, takikardi,
takipnea disertai kedalaman pernapasan.
b. Hasil Pemeriksaan Lab
pH klien 7,07 sehingga < 7,35, PaCO2 menurun, PaO2
meningkat diiringi dengan pernapasan yang dalam dan
cepat, SaO2 normal, bikarbonat <22 mEq/L.
c. Gangguan
ASIDOSIS METABOLIK
11.Apakah kebutuhan dasar manusia yang terganggu
akibat perubahan asam-basa?
Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak
terkecuali manusia. Manusia mempunyai kebutuhan yang
beragam. Kebutuhan dasar tersebut bersifat manusiawi dan
menjadi syarat untuk berkelangsungan hidup manusia.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan
kondisi yang tidak seimbang, sehingga diperlukan bantuan
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. jenis-jenis
kebutuhan dasar manusia yang menjadi lingkup pelayanan
keperawatan bersifat holistik yang mencakup kebutuhan
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kebutuhan dasar
manusia menurut :
a. Virginia Henderson
Bernapas secara normal
Makan dan minum yang cukup
Eliminasi
Bergerak dan mempertahankan posisi yang
dikehendaki
Istirahat dan tidur
Memilih pakaian yang tepat
Mempertahankan suhu tubuh
Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
Menghindari bahaya dari lingkungan
Berkomunikasi
Beribadah
Bekerja
Bermain/rekreasi
Belajar
b. Maslow
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan mencintai dan dicintai
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan aktualisasi diri
c. Jean Watson
Kebutuhan biofisikal
Kebutuhan makan dan cairan
Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan ventilasi
Kebutuhan psikofisikal
Kebutuhan aktivitas dan istirahat
Kebutuhan seksualitas
Kebutuhan psikososial
Kebutuhan berprestasi
Kebutuhan berorganisasi
Kebutuhan interpersonal
Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan dasar manusia yang terganggu akibat perubahan
asam basa :
Kebutuhan Dasar
ManusiaGangguan atau perubahan yang Terjadi
Kebutuhan Paralisis atau kelumpuhan otot-otot
Oksigenasi pernapasan, obstruksi jalan napas
dengan tanda atau gejala pernapasan
dangkal dan cepat (Asidosis
Respiratorik)
Penghisapan lambung yang lama
dengan tanda atau gejala pernapasan
lambat (Alkalosis Metabolik)
Asma dengan tanda atau gejala
takipnea (Alkalosis Respiratorik)
Kebutuhan Nutrisi
dan Cairan
Anemia dengan tanda atau gejala
pusing, sakit kepala (alkalosis
respiratorik)
Kelaparan (asidosis metabolik )
Muntah berlebihan, penghisapan
lambung yang lama (alkalosis
metabolik )
Kebutuhan Eliminasi Diare (asidosis metabolik)
Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman
Ansietas dan ketakutan dengan tanda
atau gejala takikardia (Alkalosis
Respiratorik)
12. Susunlah rencana keperawatan pada klien dengan perubahan asam basa
Tujuan Jenis Gangguan
Intervensi
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawata
n,
diharapkan
keseimbang
an cairan,
elektrolit
dan asam-
basa klien
normal,
dengan
Asidosis Metabolik
1.Kaji dan monitor:
Tanda-tanda vital, suara dan fungsi usus, fungsi
persarafan & status mental, intake & output cairan
& BB, konsentrasi serum elektrolit, Rate dan irama
EKG.
2.Memantau GDA klien secara ketat selama
perawatan.
3.Melatih klien untuk melakukan napas dalam.
4.Tambahkan elektrolit terutama untuk memperbaiki
kekurangan elektrolit.
Rencana Perawatan Terintegrasi : memberikan
cairan dan elektrolit secara intravena
kriteria hasil
:
1. Nilai
AGD
klien
dalam
batas
norma
l
Alkalosis Metabolik
1.Kaji dan monitor:
Tanda-tanda vital, suara dan fungsi usus, fungsi
persarafan & status mental, intake & output cairan
& BB, rate & irama EKG, konsentrasi serum
elektrolit.
2.Berikan kalium hematan
Rasional:
Untuk mencegah kehilangan kalium
3. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi-fowler
setelah makan
Rasional : mengurangi rasa mual dan konsistensi
muntah pada klien
4.Tambahkan elektrolit terutama untuk memperbaiki
kekurangan elektrolit.
Asidosis Respiratori
1.Kaji dan monitor:
Tanda-tanda vital, suara dan fungsi usus, fungsi
persarafan & status mental, intake & output cairan
& BB, rate & irama EKG, konsentrasi serum
elektrolit.
2. Anjurkan klien untuk melakukan latihan napas
Rasional :
Meningkatkan pengeluaran CO2 dari paru-paru
3. Memantau GDA klien secara ketat selama
perawatan
4.Berikan suplemen oksigen atau ventilator mekanis
Rasional:
Untuk menciptakan ventilasi yang adekuat
5.Tambahkan elektrolit terutama untuk memperbaiki
kekurangan elektrolit.
Rencana Perawatan Terintegrasi : memberikan
cairan dan elektrolit secara intravena
Alkaliosis Respiratori
1.Kaji dan monitor:
Tanda-tanda vital, suara dan fungsi usus, fungsi
persarafan & status mental, intake & output cairan
& BB, rate & irama EKG, konsentrasi serum
elektrolit.
2. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan
usahanya atau kesulitan pasien bernafas (cuping
hidung, dll)
3.Ajarkan Klien cara bernafas yang benar dan bantu
klien jika menggunakan alat bantu pernafasan,
misalnya masker
4. Tambahkan elektrolit terutama untuk memperbaiki
kekurangan elektrolit.