Makalah Artritis Septic Fix (Astri)
-
Upload
astri-candra-wiranti -
Category
Documents
-
view
156 -
download
18
description
Transcript of Makalah Artritis Septic Fix (Astri)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penulisan Kasus
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan
yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri
dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Artritis Septik sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang
berbagai organ termasuk tulang dan sendi. Lesi pada tulang dan sendi
penyebaran hematogen dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Biasanya
tejadi 6 – 36 bulan setelah infeksi primer, tetapi dapat saja timbul bertahun –
tahun kemudian.
Artritis Septik merupakan salah satu jenis penyakit baru dari
tuberkulosis, yang tidak menyerang paru, tetapi menyerang susunan tulang.
Kuman mycobacterium tuberculosis, yang biasa menyerang paru-paru, ternyata
bisa mengalami mutasi dan menyerang tulang, terutama susunan tulang
belakang, yang bisa menyebabkan kerapuhan atau kerusakan struktur tulang.Di
Indonesia pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukan bahwa penyakit Artritis Septik merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada
semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
Timbulnya Artritis Septik terjadi pada tahun-tahun terakhir ini, penyakit ini
belum tuntas diberantas. Kondisi ini masih lebih sering terjadi dibandingkan
tumor tulang primer, lesi kemerahan dan kelainan bentuk yang mengakibatkan
kelumpuhan, yang dahulu sering ditemukan dan kini jarang terlihat.
1
Penyebaran secara hematogen dari infeksi tulang dianggap berasal dari paru-
paru dan mungkin terjadi ketika infeksi primer atau dari post primary foci.
B. Daftar Kata Sulit
1. Apa itu Kartilago?
2. Apa itu Ligament ?
3. Apa itu Tendon ?
4. Apa itu Fasia ?
5. Apa itu Bursae ?
6. Apa itu Stapylococcus aureus ?
7. Apa itu Fragmen tulang ?
8. Apa itu Atropi otot ?
9. Apa itu Fibrosis ankylosis ?
10. Apa itu Sinovium ?
C. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal ?
2. Apa definisi dari arthritis septic atau TB tulang ?
3. Apa saja etiologi dari arthritis septic ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari arthritis septic?
5. Bagaimana patofisiologi dari arthritis septic?
6. Apa saja komplikasi dari Artritis Septic ?
7. Bagaimana Stasium Artritis Septic ?
8. Bagaimana Faktor Resiko dari Artritis Septic ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari arthritis septic?
10. Bagaimana pemeriksaan diagnostic untuk arthritis septic?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada arthritis septic?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jawaban Kata Sulit
1. Kartilago adalah tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilakukan
pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak
bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi
melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros
yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan
pada kartilago.
2. Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana
merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
3. Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan
penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada
pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan
tendon.
4. Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai
pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui
sebagai fasia dalam.
5. Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu
tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi
pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae
bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada
olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
6. Stapylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan
tidak motif, umumnya tumbuh berpasangan maupin kelompok.
7. Fragmen tulang adalah retakan pada tulang yang disebabkan karena
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan letaknya.
3
8. Artropi otot adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau
jaringan saraf.
9. Fibrosis ankylosis adalah imobilitas abnormal sendi dapat terjadi
diantara kondilus dan fossa.
10. Sinovium adalah bagian penting dari sendi diartrosis dan secara fisiologi
berfungsi untuk transpor nutrien kedalam rongga sendi serta
mengeluarkan sisa metabolisme.
B. Jawaban Pertanyaan
1. Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh mengurus
pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
a. Embriologi Tulang
Pengetahuan tentang pembentukan, pertumbuhan, dan maturasi tulang
merupakan dasar asuhan keperawan sistem muskuloskeletal. Pembentukan dan
perkembangan merupakan suatu proses morfologik yang unik serta melibatkan
perubahan biokimia. Tulang rawan (kartilago) lempeng epifisis tidak sama
dengan tulang rawan hialin dan tulang rawan artikular karena tulang rawan
lempeng epifisis mempunyai struktur pembuluh darah, zona-zona, dan
susunan biokimia sehingga memberi gambaran matriks yang unik.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio (pada minggu ke-3 dan
ke-4), terbentuk tiga lapisan germinal, yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial serta
akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk
jaringan tulang rawan. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, terbentuk
tonjolan anggota gerak (limb bud) yang didalamnya juga terdapat mesoderm
yang kemudian akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal
terbentuknya tulan dan tulang rawan.
4
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu:
a. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari
prakartilago. Ada 3 jenis tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang
rawan fibrin, dan tulang rawan elastis.
b. Selain minggu ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui
dua cara, yaitu:
1) Secara langsung. Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung
dari membran tulang dalam bentuk lembaran, misalnya pada tulang muka,
pelvis, skapula, dan tulang tengkorak. Pada penulangan jenis ini dapat
ditemukan satu atau lebih pusat penulangan membran. Proses penulangan
ini ditandai dengan terbentuknya osteoblas yang merupakan rangka dari
trabekula tulang yang penyebaranya secara radial.
2) Secara tidak langsung. Pada proses ini tulang terbentuk dari yulang rawan.
Proses penu8langan tulang rawan terjadi melalui 2 cara, yaitu:
a) Osifikasi sentral. Pada keadaan ini osifikasi tulang terjadi melalui osifikasi
endokondral.
b) Osifikasi perifer. Pada keadaan ini osifikasi terjadi dibawah perikondrium
atauosifikasi periosteum. Mesenkim pada daerah perifer berdiferensiasi
dalam bentuk lembaran yang membentuk periosteum tempat osteoblas
terbentuk didalamnya.
5
b. Tulang Sebagai Struktur Organ
Membentuk rangka penujnang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi
tempat melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
adalah jaringan yang berstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama.
1. Fungsi Utama Tulang
1) Membentuk kerangka badan
2) Sebagai pengumpul dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dan tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat dalam
seprti otak, sumsum tulangbelakang, jantung, dan paru-paru
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapati), yang tyertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang disebut juga osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I
yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang uga
menyusun tulang berupa proteoglikan.
Hampir semua tulang berrongga dibagian tengah. Struktur demikian
memaksimalkan kekuatan struktur tulang denngan bahan yang relatif kecil atau
ringan. Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam
jaringan. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Tulang yang
berbentuk anyaman terlihat saat pertumbuhan cepat seperti sewaktu
perkembanngan janin atausesudah terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini
akan diganti oleh tulang yang lebih matur yang berbentuk lamelar. Pada orang
dewasa, tulang anyaman ditemukan pada insersi ligamentum atau tendon.
Tulang lamelar terdapat diseluruh tubuh orang dewasa. Tulang lamelar
tersusun dari lempengan lempengan mineral yang sangat padat, dan bukan
merupakan suatu masa kristal yang padat. Pola susunan semacam ini melengkapi
tulang dengan kekuatan yang besar.
c. Pertumbuhan Tulang
Pertumbuhan interstisial tidak dapat terjadi didalam tulang. Oleh
karena itu, pertumbuhan interstisial terjadi melalui proses oksivikasi indro
6
kondal pada tulang rawan. Pada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada
tulang panjang yaitu:
a. Tulang rawan artikuler. Pertumbuhna tulang panjang terjadi pada daerah
tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu satunya bagi tulang
untuk bertumbuh pada daerah epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan
tulang dapat terjadi pada seluruh daerah tulang.
b. Tulang rawan lempeng epifisis. Tulang rawan lempeng epifisis merupakan
kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertumbuh memanjang. Pada
daerah pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu:
1) Proses prtumbuhan. Adanya pertumbuhan intertsisial tulang rawan dari
lemoeng epifisis memungkingkan terjadinya penebalan tulang .
2) Proses klasifikasi. Kematian dan penggatian tulang rawan pada daerah
permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi.
d. Anatomi Tulang
Secara garis besar tulang dibagi menjadi enam,
a. Tulang panjang (long bone), misalnya tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas
disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis.
Di daerah ini sangat sering di temukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah
ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh
darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan
menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
7
d. Tulang tak beraturan (iregular bone), misalnya tulang vertebra.
e. Tulang sesamoid misalnya tulang patela.
11
f. Tulang sutura (sutural bone), ada di atap tengkorak.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar disebut korteks dan
bagian dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya
dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang
memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingakan pada orang
dewasa.
e. Histologi Tulang
Berdasarkan histologinya, pertumbuhan tulang terbagi dalam 2 jenis:
a. Tulang imatur (non-lamelar bone, woven bone, fiber bone), terbentuk pada
perkembangan embroinal dan tidak terlihat lagi pada usia 1 tahun. Tulang imatur
mengandung jaringan kolagen.
12
b. Tulanng matur (mature bone, lamelar bone), ada dua jenis, yaitu tulang kortikal
(cortical bone, dense bone, compact bone) dan tulang trabikular (cancellous bone,
trabecular bone, spongiosa)
Secara histologis, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam jumlah sel,
jaringan kolagen, dan mukopolisakarida.
Diafisis atau batang merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder.
Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis
adalah bagian tulang yang melebar didekat ujung akhir batang. Darerah ini terutama
disusun oleh tulang trabelukar atau tulang spongiosa yang mengandung sumsum merah.
Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak,
sum-sum merah mengisi sebagian besar bagian dalam dari tulang panjang, tetapi
kemudian, diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan semakin dewasanya anak
tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoietik menjadi terbatas hanya pada
sternum dan krista iliaka walaupun tulang yang lain masih berpotensi aktif lagi bila
diperlukan. Sumsum kuning yang terdapat pada diafisis tulang orang dewasa terutama
terdiri atas sel-sel lemak.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk
pelekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis adalah daerah
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang
dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan
metafisis sehingga pertubuhan tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan
fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi
dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebnayakan tulang
panjang mempunyai arteri nutrisi. Lokasi dan keutuhan pembuluh-pembuluh inilah
yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Histologi yang spesifik dari lempeng epifisi atau kempeng pertumbuhan ini
merupakan faktor yang penting untuk memahami cedera pada anak-anak(gambar1.7).
Lapisan sel paling atas letaknya dekat epifisis disebut daerah sel istirahat. Lapisan
berikutnya adalah zona poliferasi. Pada zona ini terjadi pembelahan aktif sel dan
disinilah mulainya pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong kearah
batang tulang,kedalam daerah hipertrofi, tempat sel-sel membengkak , menjadi lema,
dan secara metabolik menjadi tidak aktif. Patah tulang epifisis pada anak-anak sering
13
terjadi ditempat ini dan cedera dapat meluas kedaerah klasifikasi provisional. Didalam
daerah klasifikasi provisional inilah sel-sel mulai menjadi keras menyerupai tulang
normal. Bila daerah poliferasi mengalami kerusakan, pertumbuhan dapat terhenti
karena retardasi pertumbuhan lngitudinal anggota gerak tersebut atau terjadi deformitas
progresif bila hanya seagian lempeng tulang yang mengalami kerusakan berat.
f. Fisiologi Sel Tulang
Tulang adalahsuatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas,
osteosit, dan osteoklas (lihat gambar 1.5)
a. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan
sebagai matris tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting
dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfatase alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali didalam
daerah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang
setelah jadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
b. Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis
tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas
kedalam aliran darah.
Dalam keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu
tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak yang lebih banyak
terjadi pembentukan daripada absorpsi tulang. Proses ini penting penting untuk fungsi
normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespons terhadaptekanan yang
meningkat dan mencegah terjadi patah tulang.
Bentuk tulang dapat disesuaikan untuk menanggung kekuatan mekanis yang
semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan
tulang pada proses penuaan,. Matriks organik yang sudah berdegenerasi sehingga
14
membuat tulang relatif mejadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru
memerlukan matriks organik baru sehingaa memberi tambahan kekuatan pada tulang.
g. Biokimia Tulang
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan
tulang berakhir. Setelah fase ini perubahan tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk
perubahan mikroskopik akibat aktivitas fisiologis tulang sebagai suatu organ biokimia
utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas substansi organik 33 % dan substansi inorganik 67% .
a. Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik intraseluler atau
matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matris (90%), sedangkan
sisanya adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfat.
b. Substansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfat dan sisanya adalah
bagian magnesium, natrium, hidroksil, karbonat, dan fluorida. Enzim tulang adalah
fosfatase alkali yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai
peranan yang penting dalam produksi organik matriks sebelum klasifikasi.
h. Metabolisme Tulang
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Peningkatan kadar hormon
paratiroid mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, yang
menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum. Disamping
itu, peningkatan kadar hormon paratiroid secara perlahan menyebabkan peningkatan
jumlah dan aktivitas osteoklas sehingga terjadi demineralisai. Peningkatan kadar
kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu
ginjal.
Metabolisme kalsium dan fosfat sangat berkaitan erat. Tulang mengandung 99%
dan seluruh kalsium tubuh dan 90% dari selurugh fosfat tubuh. Kalsium memiliki
beberapa fungsi penting dalam tubuh
Fungsi Penting Kalsium dalam tubuh
a. Dalam mekanisme pembekuan darah
b. Transmisi implus neuromuskular
c. Iritabilitas dan Ekaitibilitas otot
d. Keseimbangan asam basa.
15
e. Permeabilitas membran sel.
f. Sebagai pelekat (adhesiveness) di antara sel-sel
g. Memberi rigiditas dan kekuatan meksnik tulang.
Pengaturan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstrasel sangat penting dalam
proses homeostasis asam-basa. Beberapa organ yang terlibat dalam proses homeostasis
pengaturan ion kalsium tersebut meliputi ginjal, intestinal, dan tulang.
Pada keadaan konsentrasi ion kalsium melebihi kisaran (kadar) normal dalam
cairan ekstrasel (> 11 mg/dl), organ intestinal dengan kalsitriol akan berupaya
menurunkan absorpsi ion kalsium dari ekstrasel. Ginjal kemudian membiarkan
pelepasan ion kalsium keluar bersama urine sehingga kadar ion kalsium keluar bersama
urine sehingga kadar ekstrasel dapat menurun. Tulang membantu proses penurunan
konsentrasi ion kalsium ini dengan mekanisme penghambatan pengeluaran ion kalsium
oleh osteoklas dan penguncian pengeluaran ion kalsium dari matriks tulang oleh
osteoblas.
Pada keadaan konsentrasi ion kalsium di bawah kisaran (kadar) normal dalam
cairan eksternal (<8,5 mg/dl), organ intestinal dengan kalsitriol akan berupaya
meningkatkan absorpsi ion kalsium dari ekstrasel. Ginjal kemudian mempertahankan
ion kalsium dalam ekstrasel dapat tetap stabil. Tulang membantu proses peningkatan
konsentrasi ion kalsium ini dengan mekanisme peningkatan stimulasi pelepasan dan
penyimpanan ion kalsium oleh osteoklas tulang.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah
besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormone
paratiroid yang tingggi. Bila tidak ada vitamin D, hormone paratiroid tidak akan
menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu
flaksikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat oleh
usus halus.
Estrogen menstimulasi osteoblas. Penurunan estrogen setelah menopause
mengurangi aktivitas aktivitas osteoblastik, yang menyebabkan penurunan matriks
organic tulang. Umumnya, klasifikasi tulang tidak terpengaruh oleh osteoporosis yang
terjadi pada yang terjadi pada wanita sebelum usia 65 tahun. Akan tetapi, berkurangnya
matriks organiklah yang merupakan penyebab osteoporosis.
16
i. Faktor yang Mempengaruhi Massa Pembentukan Tulang
a. Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan
penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat
menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah tulang.
b. Horman parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon
parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara
merangsang perpindahankalsium dari tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah
yang rendah, peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat mobilisasi
kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang. Kalsitonin dari
kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
c. Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan menurunnya
pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang
mengalami osteoporosis (berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila
tulang kehilangan aliran darah.
Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman
lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang
dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah
tulang. Perubahan tesebut membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses
penuaan. Matrik organic yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang
relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan matrik
organic baru, sehingga memberi tambahan kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179).
j. Anatomi sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang inin
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya kapsul sendi, pita fibrosa, ligament,
tendon, fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi sebagai berikut.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi
fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan. Tulang yang satu dengan yang lainnya
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Salah satu contohnya adalah
sutura pada tulang-tulang tengkorak. Contoh yang kedua disebut sindesmosis yang
17
terdiri dari suatu membrane interoseus atau suatu ligament di antara tulang. Serat-
serat ini memungkinkan sedikit gerakan, tetapi bukan gerakan sejati. Perlekatan
tulang tibia dan fibula bagian distal adalah contoh tipe sendi fibrosa ini
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak.
Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh
tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen, dan hanya dapat sedikit bergerak. Tipe
sendi kartilaginosa.
Dua tipe sendi kartilago :
1. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang diliputi oleh tulang rawan
hialin, sendi-sendi kostokondral adalah contoh sinkondrosisi.
2. Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang
menyelimuti permukaan sendi simfisis pubis dan sendi-sendi pada
tulang punggung adalah contoh-contohnya.
c. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakan dengan bebas.
Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi ini dilapisi tulang rawan
hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam
yang terbentuk dari jaringan penyambung berembuluh darah banyak, serta
sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas
melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi
secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk sinovium.
Periosteum tidak melewati kapsul sendi.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi.cairan synovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relatif kecil (1-3 ml). hitung
sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama
adalah sel-sel mononuclear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung
jawab atas viskositas cairan siovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi
tulang rawan sendi. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung
beban tubuh pada sendi sinovial. Tulang rawan ini memegang peran penting dalam
18
membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar
subtansi dasar. Subtansi dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang
di hasil kan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang di te,uka pada tulang
rawan sendi sangat hidrofilit sehingga memungkinkan tulang rawan tersebut
mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat.
Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe,
atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain di bawa oleh cairan
sendi yang membasahi tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan
pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe 1 yang lebih
fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagai kemampuan hidrofiliknya.
Perubahan ini berarti tulang rawan akan kehilangan kemampuannya untuk
menahan kerusakan bila di berikan beban berat.
Sendi di lumasi oleh cairan sinovial dan oleh cairan sinovial dan oleh
perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial tulang rawan. Tekanan
yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan pergeseran cairan ke bagian
yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendii ke depan, cairan
yang bergerak ini juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian
akan bergerak ke belakang kembali ke bagian tulang rawan sendi dan tulang-tulang
yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama
terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun terlalu
banyak digerakkan.
Aliran darah ke sendi banyak yang menuju sinovium. Pembuluh darah mulai
masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat
tebal di bagian sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini
memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma berdifusi dengan mudah ke dalam
ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat menonjol di sinovium karena di
daerah tersebut untak mendapat aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan
sel lain serta zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan
memperkuat respons peradangan.
Saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul send, dan
sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberi sensitivitas pada struktur-
struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung-ujung saraf pada kapsul, kapsul,
ligamen, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap peregangan dan
19
perputaran. Nyeri yanmg timbul dari kapsul sendi atau sinovium cenderung difus
dan tidak terlokalisasi. Sendi dipersyarafi oleh saraf-saraf perifer yang
menyeberangi sendi. Ini berarti nyeri dari satu sendi mungkin dapat dirasakan pada
sendi lainnya,m misalkan nyeri pada sendi panggul dapat dirasakan sebagai nyeri
lutut.
k. Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah yang berdekatan terutama adalah
jaringan penyambung yang tersusun dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel
yang ditemukan pada jaringan penyambung adalah sel-sel yang tidak dibuat dan tetap
berada pada jaringan penyambung. Sel-sel ini memegang peran penting pada reaksi
imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit reumatik. Jenis sel yanmg kedua
dalam jaringan penyambung ini adalah serl-sel yang tetap berada di dalam jaringan
(seperti fibroblas, kontrosit, dan esteblas). Sel-sel ini mensintesis berbagai macam
serat dan proteoblikan dari subtansi dasar dan membuat tiap jaringan penyambung
memiliki susunan sel yang tersendiri.
Serat-serat yang terdapat di dalam subtansi dasar adalah kolagen dan elastin.
Setidaknya terdapat sebelas kolagen yang dapat di klasifisikan menurut rantai
molekul, lokasi, dan fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase.
Enzim proteoletik ini membuat molekul stabil berubah menjadi molekul tisdak stabil
pada suhu fisiologis dan selanjutnya di hidrolisasi oleh proses lain. Pewrubahan
sintesis kolagen tulang rawan terjadi pada orang-orang yang usianya semakin lanjut.
Penikatan aktivitas kolagernase terlihat pada bentuk penyakit reumatik yang
diperantai oleh imunitas, seperti artritis rematoid.
Satu dengan lainnya dan berinteraksi dengan kolagen. Perubahan fungsional dan
struktural utama yang menjadi dari proses penuaan normal menyebabkan perubahan
biokimia jaringan penyambung dan terjadi terutama pada serat dan proteoglikan.
20
REAKSI JARINGAN TERHADAP KELAINAN DAN TRAUMA
MUSKULOSKELETAL
Tulang merupakan suatu jaringan ikat dengan spesifikasi yang khusus dan bereaksi
secara terbatas terhadap suatu keadaan abnormal. Secara umum, tulang bereaksi terhadap
keadaan abnormal melalui tiga cara, yaitu kematian lokal, gangguan deposisi tulang, dan
gangguan resorpsi tulang.
1. Reaksi tulang
a. Reaksi umum pada tulang. Reaksi umum tulang terhadap suatu trauma ada dua,
yaitu:
1) Depoksisi tulang yang lebih besar dari pada resorsi
a) Osteopetrosis (marble bones). Pada kelainan ini, deposisi tulang mungkin
normal, tetapi resorpsinya terganggu sehingga secara keseluruhan deposisi
tulang meningkat
b) Akromegali. Adanya peningkatan deposisi tulang pada akromegali terjadi
akibat osifikasi intramembran pada periosteum.
2) Tulang yang lebih besar dari pada deposisi
a) Osteoporosis (osteopenia). Pada osteoporosis, deposisi tulang berkuarang
akibat berkurangnya pembentukan osteoblas matriks (osteoid) disertai dengan
resorpsi yang meningkat.
b) Rakitis dan osteomalasia. Pada rakitis dan osteomalasia, pembentukan matriks
normal, tetapi kalsifikasi matriks berkurang (hipokalsifikasi).
b. Reaksi lokal tulang, reaksi lokal tulang terhadap suatu trauma ada dua yaitu:
1) Deposisi tulang yang lebih besar daripada resorpsi.
a) Hipertrofi akibat kerja. Akibat tekanan dan tegangan yang berlebihan pada
suatu tempat tertentu, terjadi deposisi lokal pada tulang.
b) Osteortritis degeneratif. Tulang di bawah daerah subkondral yang seccara
intermiten menanggung beban berlebihan, deposisinya akan meningkat dan
terlihat gambaran sklerosis pada foto rontgen.
c) Fraktur. Periosteum dan endosteum tulang bereaksi terhadap trauma melalui
peningkatan deposisi tulang pada daerah fraktur serta membentuk jaringan
parut yang merupakan suatu proses penyembuhan.
21
d) Infeksi. Terjadinya pus di bawah periosteum menyebabkan periosteum
terangkat dan terjaid deposisi tyulang yang beru sebagai akibat reaksi tulang
terhadap infeksi.
e) Neoplasma osteosklerosis. Meningkatnya deposisi tulang juga dapat terjadi
akibat suatu neoplasma (mis., pada osteoid osteoma) dan disebut bone
reactive.
2) Resorpsi tulang yang lebih besar daripada deposisi.
a) Disuse osteoporosis. Resorpsi tulang terjadi karena anggota gerak kurang
digunakan/digerakkan , misalnya pada imobbilisasi yang lama atau akibat
adanya paralisis otot.
b) Artitis reumatoid. Resorpsi pada tulang dapat menyebabkan peningkatan
resorpsi lokal tulang yang disebut osteolisis.
c) Tumor osteolitik. Adanya tumor pada tulang (terutama tumor ganas) akan
menyebabkan terjadinya peningkatan resorpsi tulang (osteolisis).
c. Reaksi pada otot,. Reaksi otot terhadap suatu trauma meliputi:
1) Disuse atrofi. Pada keadaan ini, atrofi terjadi apabila otot tidak diergunakan
secara normal dalam jangka waktu tertentu.
2) Hipertrofi kerja. Bila otot dilatih untuk suatu ketahanan tertentu atau
dipergunakan secara berlebihan , dapat terjadi hipertrofi otot.
3) Nekrosis iskemia. Penyumbatan srteri otot, baik karena spasme yang terus
menerus , trombosis, atau emboli dalam jangka waktu 6 jam dapat menyebabkan
nekrosis otot.
4) Kontraktur. Apabila terjadi pemendekan otot dalam jangka waktu tertentu, dapat
terjadi kontraktru otot. Kontraktur juga dapat terjadi akibat penyakit tertentu (mis,
pada polimielitis atau distrofi muskular).
5) Regenerasi. Bila terjadi kelainan otot, akan terjadi regenerasi serabut otot dalam
batas-batas tertentu.
2. Deformitas Muskuloskeletal
a. Deformitas yang dapat terjadi pad atulang
1) Ketidak sejajaran tulang (loss of aligment)
Tulang panjang dapat mengalami gangguan dalam kesejajaran, karena terjadi
deformitas torsional atau deformitas angulasi
2) Abnormalitas panjang ttulang (abnormal length)
22
Kelainan panjang pada tulang dapat berupa tulang memendek/menghilang sama
sekali atau panjangnya melebihi normal.
3) Pertumbuhan deformitas tulang
Abnormalitas pertumbuhan tulang dapat terjadi akibat adanya kelainan pada
tulang, misalnya osteoma atau osteokondroma.
b. Penyebab deformitas tulang.
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pad atulang
Kelainan bawaan pada tulang dapat berupa aplasia, displasia, duplikasi, atau
pseudoartrosis.
2) Fraktur
Deformitas juga dapat terjadi karenan kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-
union atau non-union. Kelainan lain, yaitu fraktur patologis yang terjadi karena
sebelumnya sudah ada kelainan patologis pada tulang.
3) Gangguan pertumbuhan llempeng epifisis
Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis, baik karena trauma maupun kelainan
bawaan, dapat menyebabkan deformitas tulang
4) Pembengkokan abnormal tulang
Pada keadaan tertentu, dapat terjadi pembengkokan tulang, misalnya pada
penyakit metabolik tulang yang bersifat umum, rakitis, dan osteomalasia.
5) Pertumbuhan berlebihan pada tulang matur
Pada kelainan yang disebut penyakit. Paget, terjadi penebalan tulang. Kalainan ini
dapat pula terjadi pada osteokondroma karena terjadi pertumbuhan lokal.
c. Deformitas pada sendi
1) Bergesernya sendi
Permukaan sendi dapat bergeser terhadap permukaan lainnya dan bila hanya
sebagian yang bergeser disebut sublukasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
2) Mobilitas sendi yang berlebihan
Kapsul dan ligamen sendi merupakan jaringan fibrosa yanjg berfungsi
mengamankan sendi dari gerakan yang abnormal. Apabila terdapat kelemahan
(laxity) kapsul/ligamen karena suatu sebab, akan terjadi kecenderungan
hipermobilitas sendi.
3) Mobilitas sendi yang berkurang
Pada keadaan ini terjadi gangguan gerakan sendi karena salah satu sebab
sehingga kemampuan pergerakan sendi kurang dari normal
23
d. Penyebab deformitas sendi
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi
Gangguan stabilitas sendi dapat terjadi sejak lahir, misalnya pada dislokasi
panggul bawaan atau fibrosis pada jaringan sekitar sendi mis., pada srtrogriposis
multipel kongenital).
2) Dislokasi akuisita
Dislokasi sendi dapat pula terjadi secara akuisita (didapat) baik karena trauma
(yang mengakibatkan robekan pada ligamen), infeksi tulang, atau karena
instabilitas sendi.
3) Hambatan mekanis
Pada osteoartritis atau fraktur intra-artikuler, permukaan sendi menjadi ireguler
sehingga terjadi ketidaksesuaian (incongruous) permukaan sendi dan dapat
menimbulkan gangguan gerakan sendi akibat adanya blok yang bersifat mekanis.
4) Adhesi sendi
Pada suatu infeksi , misalnya penyakit artritis septik atau artritis reumatoid, dapat
terjadi adhesi pada sendi yang bersangkutan.
5) Kontraktur otot
Deformitas sendi dapat pula disebabkan oleh kontraktur otot, misalnya akibat
spasme otot yang berkepanjangan atau pada iskemia Volkmann.
6) Ketidakseimbangan otot
Ketidakseimbangan otot dapat menyebabkan deformitas sendi, misalnya pada
penyakit polimielitis, paralisis yang bersifat flaksid/spastik, dan paralisis serebral.
7) Kontraktur fibrosa pada fasia dan kulit (fibrous contractures of fascia and skin)
Deformitas sendi dapat pula terjadi akibat kontraktur fasia dan kulit, baik
kontraktur akibat adanya jaringan perut pada kulit /fasia karena suatu sebab
( misalnya luka bakar ) ataupun kontraktur dupuytren .
8) Tekanan eksternal
Tekanan yang terus-menerus pada sendi di satu sisi tertentu akan menyebabkan
trauma pada sisi tersebut dan akan mengakibatkan gangguan sendi.
9) Deformitas sendi yang tidak jelas kausanya
Dalam kelompok ini di masukkan deformitas sendi yang kausanya tidak di
ketahui ( misalnya skoliosis.
24
3. Penyembuhan Tulang
Seorang Ners dalam memberi asuhan keperawatan sistem muskuloskeletal perlu
mengetahui fase-fase penyembuhan tukang yang telah mengalami kerusakan akibat
suatu trauma / patah tulang. Ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak
hanya di tambal dengan jaringan parut, namun tulang sendiri akan mengalami
regenerasi secara bertahap. Tahapan penyembuhan tulang ( Gamabar 1.13 ) meliputi
fase inflamasi, fase proliferasi sel, fase pembentukan dan penulangan kalus ( osifikasi ),
dan fase remodeling menjadi tulang matur.
a. Inflamasi, dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respons yang sama dengan
bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang
cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen
tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera
kemudian akan diinvasi oleh makrofag ( sel darah putih besar ), yang akan
membersihkan daerah tersebut, terjadi inflamasi, membengkakan, dan nyeri . tahap
inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan nyeri.
b. Proliferasi sel. Dalam waktu sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibris dalam jendelan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan terjadi invasi fibroblas dan osteoblas.
25
c. Pembentukan kalus, pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan
tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrosa, tulang rawan, dan tulang serat imatur. Bentuk
kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan persgeseran tulang. Perlu waktu 3
sampai 4 minggu agar fragma tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan
fibrosa.secara klinis, fragma tulang tidak bisa lagi digerakkan.
Osifikasi. Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2 sampai 3
minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus-menerus
ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus
tetap bersifat elektronegatif. Pada patah tulang panjang orang dewasa normal,
penulangan memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
d. Remodeling. Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan
mati dan reorganisasi tulang baru kesusunan struktural sebelumnya. Redeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun bergantung pada beratnya
modifikasi tulang yang di butuhkan, fungsi tulang, kasus yang melibatkan tulang
kompak dan kanselus serta stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan
permukaan patah tulang tidak lagi negatif.
Proses penyebuhan tulang dapat di pantau dengan pemeriksaan sinar-X
Imobilisasi harus memadai sampai tampak tanda-tanda adanya kalus pada gambaran
sinar -X. Kemajuan program terapi ( dalam hal ini pemasangan gips pada pasien
yang mengalami patah tulang femur telah ditinggalkan dan pasien diimobilisasi
dengan traksi skelet ) ditentukan dalam adanya bukti penyebuhan patah tulang.
26
2. Definisi dari Artritis Septic
Arthritis septic adalah sendi yang mengalami infeksi
akibat penyebaran dari infeksi ditempat tubuh lain
(penyebaran hematogenesus) atau secara langsung akibat
trauma atau intervensi bedah (Putra, diakses pada 25 Maret
2013).
Arthritis atau radang sendi merupakan istilah dari reumatik artikuler
(mengenai sendi), dikenal dalam berbagai bentuk, diantaranya yang
paling umum yaitu Arthritis Reumatiod, Osteoarthritis, dan Gout (arthritis
pirai). Semua bentuk Arthritis bermula dengan teradangnya jaringan-
jaringan halus seperti jaringan ikat, ligamen, dan tendon dekat tulang
sendi. Dapat dikatakan pula bahwa Arthritis merupakan keluhan penyakit
27
rematik yang umum pada segala usia, gejala yang sering dirasakan
seseorang selama kehidupannya. Arthritis mengakibatkan rasa sakit dan
membatasi gerakan penderita.
3. Etiologi
Stapylococcus aureus merupakan bakteri yang sering menyebabkan
arthritis bacterialis dan osteomelitis pada manusia. Diduga, kemampuan
sthapylococcus aureus untuk menginfeksi sendi berhubungan dengan
interaksi antara bakteri tersebut dengan komponen matriks
ekstrasululer.
Produk-produk bakteri seperti endotoksin (lipopolisakarida) bakteri
gram negative, fragmen dinding sel bakteri gram positif dan kompleks
imun akan merangsang sel-sel synovial untuk melepaskan TNF- (α tumor
necrosis factor alfa) dan IL – 1 (β Interleukin-1 beta) yang akan
mencetuskan infiltrasi dan aktivasi sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear).
Bakteri akan difagositosis oleh vacuolated synovial linning ells dan sel –
sel PMN. Sel-sel fagositik tersebut, memiliki sistem bakterisidal,
kemampuannya mematkan bakteri tergantung pada virulensi bakteri
yang menginfeksi. Komponen bakteri yang membentuk kompleks
antigen-antibodi, akan mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik,
sedangkan toksin bakteri akan mengaktifkan komplemen melalui jalur
alternative. Fagositosis bakteri yang mati oleh sel-sel PMN, juga dapat
menyebabkan autolysis sel, PMN akan melepaskan enzim lisozomal
kedalam sendi yang menyebabkan kerusakan synovial, ligament dan
rawan sendi. Selain itu, sel PMN dapat merangsang metabolisme asam
arakidonat dan melepaskan kolagenase, enzim-enzim proteolitik dan IL-1
sehingga reaksi inflamasi bertambah hebat.
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan arthritis septic biasanya datang dengan sendi yang hangat,
nyeri, bengkak dengan penurunan rentang gerak. Menggigil sistemik,
demam, dan leukositosis. Pengkajian adanya focus primer infeksi
(misalnya adanya karbunkel) harus dicari. Pasien lansia dan orang yang
memakai kortikosteroid atau obat imunosupresif mungkin tidak
memperlihatkan manifestasi klinis yang khas untuk adanya infeksi.
28
Gejala klinis yang tampak pada bayi berbeda dengan pada anak-anak dan
dewasa, yaitu :
Bayi
1. Dapat ditemukan kekakuan pada sendi yang terkena
2. Nyeri pada pergerakan sendi
3. Dapat terjadi demam, namun gejala ini bukan patokan utama
4. Dapat terjadi dislokasi patologik pada sendi pada minggu kedua.
Gejala klinis pada: Anak-anak dan dewasa
1. Anak-anak dan orang dewasa dapat memberitahu lokasi terjadinya
sakit dan nyeri yang timbul saat pergerakkan
2. Karena sendi sakit, maka tubuh secara otomatis berusaha
untuk melindunginya dengan mengontraksikan otot-otot disekitar
sendi
3. Kekakuan sendi jelas terlihat
4. Adanya demam
Pasien dengan Artrits Septic Akut di tandai dengan
(Sudoyo,dkk.2009):
1. Nyeri sendi hebat.
2. Bengkak sendi.
3. Kaku dan gangguan fungsi sendi.
4. Demam.
5. Kelemahan umum.
5. Patofisiologi
Pada sendi synovial yang normal, kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta
ulet untuk gerakan. Membrane synovial melapisi dinding dalam kapsula
fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar tulang. Cairan
synovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam
arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering
terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik.
Semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam
29
derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada
persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi
merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukkan pannus
(proliferasi jaringan synovial).
Inflamasi merupakan akibat dari respons imun. Sebaliknya pada
penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu
proses reaktif dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada
penyakit yang lebih lanjut.
6. Komplikasi
Komplikasi Dini
1. Kematian
2. Kerusakan sendi
3. Dislokasi patologik dari sendi
4. Kematian tulang
Komplikasi Lanjut
1. Penyakit degeneratif pada sendi
2. Dislokasi permanen
3. Fibrous ankylosis
4. Bone ankylosis
7. Stadium Arthritis Septic
Apley membagi 3 stadium, yaitu (Muttaqin, 2008):
1. Stadium akut.
Ditemukannya peradangan local berupa kemerahan, pembengkakan
sendi, atropi otot. Dengan pemeriksaan radiologi, terlihat adanya
refraksi tulang. Pada stadium dini terjadi peradangan sinovium
(sinovitis), pembengkakan sinovium, dan belum terdapat kerusakan
tulang rawan.
2. Stadium Penyembuhan
Pada stadium ini terjadi penyembuhan secara berangsur-angsur.
Gejala klinis seperti panas dan nyeri menghilang serta terjadi klasifikasi
pada tulang.
30
3. Stadium Residual
Bila penyembuhan penyakit terjadi sebelum ada kerusakan pada
sendi, akan terjadi penyembuhan sempurna, tetapi bila telah terjadi
kerusakan pada tulang rawan sendi, akan terdapat gejala sisa/sekuela
yang bersifat permanen berupa fibrosis dan deformitas sendi.
8. Faktor Resiko Terjadinya Artritis Septic
Sendi lutut sering dikenai dan biasanya bersifat indolent monoartritis.
Beberapa faktor resiko antara lain (Sudoyo,dkk.2009) :
1. Protesis pada sendi lutut dan sendi panggul disertai infeksi kulit.
2. Infeksi kulit tanpa protesis.
3. Protesis panggul dan lutut tanpa infeksi lutut tanpa infeksi kulit.
4. Umur lebih dari 80 tahun.
5. Diabetes Melitus.
6. Artritis Rheumatoid yang mendapat pengobatan imunosupresif.
7. Tidakan bedah persendian.
Tuberkulosis sendi dan tulang terutama mengenai daerah tulang belakang
(50 – 70 %) dan sisanya pada sendi – sendi besar seperti panggul, lutut,
pergelangan tangan, sendi bahu dan daerah persendian kecil.
9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Artrosentesis : pemeriksaan cairan synovial dengan jarum. Normalnya
cairan berwarna jernih, viskus, berwarna kuning seperti jerami dengan
volume yang sedikit dan mengandung beberapa sel. Pada inflamasi
sendi cairan keruh, warna kuning gelap, bisa seperti susu, mengandung
sel inflamasi seperti leukosit, dan komplemen (protein plasma).
2. Foto rontgen
Misalnya pada tuberculosis tulang belakang akan dijumpai hilangnya
sudut anterior superior atau inferior dari badan vertebra dan
hilangnya rongga antar vertebra.
3. Tes darah
Tes darah terhadap titer anti- stafilococus dan anti – streptolisisn
hemolisin, tifoid, paratifoid, dan bruselosis dapat membantu
penegakan diagnosis pada kasus sulit dan pada pusat-pusat dengan
31
pusat yang memadai. Leukosit kadang meningkat sampai
50.000/mm3 (nilai normal : 4.000-10.000/mm3).
4. Biopsi jarum
Juga dapat bermanfaat pada kasus sulit, namun membutuhkan
pengalaman serta pemeriksaan histology yang baik.
5. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu diskus
intervertebralis dan ligamentum flavum serta lesi dalam sum-sum
tulang belakang.
6. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dengan mielografi. Pemeriksaan mielografi
dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sum-sum tulang
belakang.
10.Pencegahan dan Penatalaksanaan Medik
Arthritis ini tidak bisa dicegah, ataupun diobati secara tuntas, tetapi
anda apabila terkena penyakit ini jangan putus asa, ada beberapa cara yg
dapat anda lakukan untuk mengurangi gejala dan memperlambat
progresivitas penyakit ini, antara lain:
1. Olahraga: Untuk menjaga kelenturan sendi dan membantu agar otot
menjadi lebih kuat. khususnya daerah lutut, disarankan untuk
mnghindari Olahraga yg mnyebabkan adanya penumpuan di daerah
lutut (olahraga yg mngandung unsur “lompat melompat”) karena hal
ini hanya akan membuat lutut semakin nyeri.
2. Menurunkan berat badan.: Untuk membantu mengurangi tekanan
pada sendi.
3. Pemberian obat / suplemen (baik yg diminum, dioles dan disuntik):
Biasanya diberikan untuk mengurangi nyeri dan radang pada sendi
dan untuk memperbaiki struktur tulang rawan.
4. Operasi: Biasanya dilakukan pada arthritis yg Berat.
5. Fisioterapi.
32
11.Asuhan keperawatan artitis septik
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada
sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan.
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi (Ketergantungan).
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris
33
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.
Demam ringan menetap, Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja)
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan“ arthritis tanpa
pengujian.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder terhadap artritis
C. Intervensi dan Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder terhadap artritis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Tindakan rileks
b. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
c. Pasien mampu melakukan teknik distraksi dan relaksasi
d. Pasien mampu beristirahat/tidur.
Intervensi Rasional
34
1. Kaji tingkat nyeri, derajat dan
lokasi nyeri
2. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi
3. Observasi TTV
4. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi obat
1. Untuk menentukan karakteristik
nyeri dan untuk melanjutkan
tindakan selanjutnya
2. untuk mengurangi nyeri
3. Untuk mengetahui
perkembangan TTV
4. untuk menghilangkan nyeri
BAB III
35
BAGAN SKEMA
DAFTAR PUSTAKA
36
Trauma sendi sebelumnya
Bacteri gonococci dan stapylococcus aureus
Infeksi sistemik Masuk dalam sendi
Reaksi Anti body
Peradangan sendi
Artritis Septik
Reflek spasme otot sekunder
Kurang informasi
Trauma Jaringan
Kelemahan otot sekunder
Kurang pengetahuan tentang penyakit
Bengkak sendi
Kekuatan dan rentang gerak sekunder ↓
MK : Nyeri Akut
Kerusakan fungsi pergerakan sendi
MK : Ansietas
MK : Kerusakan mobilitas fisik
Tanda tanda
Infeksi
MK : Hipertermi
MK : Defisit perawatan diri
Merangsang hipotalamus
Fitranedi, Elvi. 2011. Artritis Septic. Diakses pada tanggal 25 maret 2013 di
http://drelvifitraneti.blogspot.com/2011/01/artritis-septik.html
Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC.
Putra, Juniartha Semara. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Artritis Septic. Diakses
pada tanggal 25 Maret 2013
dihttp://iputujuniarthasemaraputra.wordpress.com/2012/09/04/asuhan-
keperawatan-pasien dengan-artritis-septik/.
Robbins and Cotran.1944. Pathologic Basis of Desease. Philadelphia: Saunders.
Sudoyo,aru W.,dkk.2009.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Internal Publishing
37