Makalah Aneurisma Aorta
-
Upload
silva-neta-oktari -
Category
Documents
-
view
253 -
download
16
description
Transcript of Makalah Aneurisma Aorta
-
A n e u r i s m a A o r t a | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah dengan metode Task Reading
yang difasilitasi oleh tutor kelompok kami yaitu dr. Iing, M. Erg.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Aneurisma Aorta yang
mencakup definisi, patofisiologi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis serta
penatalaksanaan untuk penyakit aneurisma aorta.
Sebagaimana kita ketahui, aneurisma adalah dilatasi patologik segmen pembuluh
darah dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, ketika aneurisma
mengembang, akan menyebabkan nyeri. Kompresi atau erosi jaringan di dekatnya oleh
aneurisma juga menimbulkan gejala. Pembentukan trombus mural dalam aneurisma
cenderung menimbulkan embolisasi perifer. Terkadang aneurisma bocor, megakibatkan
ekstravasasi darah ke dalam dinding pembuluh darah dan area periadventisial dan
menyebabkan nyeri yang akut dan nyeri lokal. Hal ini biasanya pertanda ruptur dan
menunjukkan kedaruratan medis. Ruptur akan lebih sering terjadi tanpa tanda peringatan
sebelumnya, dan komplikasi ini selalu mengancam jiwa.
B. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dari aorta.
2. Mengetahui histologi dari aorta.
3. Mengetahui definisi dari aneurisma aorta.
4. Mengetahui patofisiologi dari aneurisma aorta.
5. Mengetahui etiologi dari aneurisma aorta.
6. Mengetahui klasifikasi untuk aneurisma aorta.
7. Mengetahui gambaran klinis dari penyakit aneurisma aorta.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk aneurisma aorta.
9. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk aneurisma aorta.
-
A n e u r i s m a A o r t a | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Aorta
Aorta merupakan arteri utama yang membawa darah yang kaya oksegin dari
ventrikulus sinister jantung ke jaringan-jaringan di dalam tubuh. Aorta terbagi sebagai
berikut:
1. Aorta ascendens
Aorta ascendens mulai dari basis ventrikulus sinister dan berjalan ke atas dan
ke depan sehingga terletak di belakang pertengahan kanan sternum setinggi angulus
sterni, tempat pembuluh nadi ini melanjutkan diri menjadi arcus aorta. Aorta
ascendens terletak di dalam pericardium fibrosum dan terbungkus bersama dengan
truncus pulmonalis di dalam sarung pericardium serosum. Pada pangkalnya terdapat
tiga tonjolan, sinus aortae, yang masing-masing terletak di belakang cruspis valve
aortae. Cabang-cabang aorta ascendens adalah:
a. Arteria coronaria dextra yang berasal dari sinus anterior aortae.
b. Arteria coronaria sinistra yang berasal dari sinus posterior sinistra aortae.
2. Arcus aortae
Arcus aortae merupakan lanjutan aorta ascendens. Pembuluh ini terletak di
belakang manubrium sterni dan berjalan ke atas, belakang, dan kiri di depan trachea
(arah utamanya adalah ke belakang). Kemudian pembuluh ini berjalan ke bawah di
sebelah kiri trachea, dan setinggi angulus sterni melanjutkan diri sebagai aorta
descendens. Cabang-cabangnya:
a. Truncus brachiocephalicus berasal dari permukaan cembung arcus aorta.
Pembuluh ini berjalan ke atas dan disebelah kanan trachea, dan bercabang dua
menjadi arteria subclavia dextra dan arteria carotis communis dextra di belakang
articulation sternoclavicularis dextra.
b. Arteria carotis communis sinistra berasal dari permukaan cembung arcus aorta di
sebelah kiri truncus brachiocephalicus. Pembuluh ini berjalan ke atas dan di
sebelah kiri trachea dan masuk ke leher di belakang articulation sternoclavicularis
sinistra.
-
A n e u r i s m a A o r t a | 3
c. Arteria subclavia sinistra berasal dari arcus aorta di belakang arteri carotis
communis sinistra. Berjalan ke atas sepanjang sisi kiri trachea dan oesophagus
untuk masuk ke pangkal leher. Pembuluh ini melengkung di permukaan atas apex
pulmo sinister.
3. Aorta thoracica
Aorta thoracica terletak di dalam mediastinum posterior dan mulai sebagai
lanjutan arcus aortae di sebelah kiri pinggir bawah corpus vertebra thoracica IV
(setinggi angulus sterni). Kemudian berjalan turun ke bawah di dalam mediastinum
posterior, miring ke depan dan medial untuk mencapai permukaan anterior columna
vertebralis. Setinggi vertebra thoracica XII pembuluh ini berjalan di belakang
diaphragm (melalui hiatus aorticus) pada garis tengah dan melanjutkan diri sebagai
aorta abdominalis. Cabang-cabangnya:
a. Arteriae intercostales posterior dipercabangkan untuk sembilan spatium
intercostale bagian bawah pada masing-masing sisi.
b. Arteriae subcostales dipercabangkan pada masing-masing sisi dan berjalan
sepanjang pinggir bawah costa XII untuk masuk ke dinding abdomen.
c. Rami pericardiaci, oesophageales dan bronchiales merupakan cabang-cabang
kecil yang menuju ke organ-organ tersebut.
4. Aorta abdominalis
Aorta memasuki abdomen melalui hiatus aorticus diaphragma yang terletak di
depan vertebra thoracica XII. Aorta berjalan turun di belakang peritoneum pada facies
anterior corpus vertebrae lumbales. Setinggi vertebra lumbalis IV, aorta bercabang
menjadi dua arteri iliaca communis. Di sebelah kanannya terdapat vena cava inferior,
cistern chili, dan pangkal vena azygos. Di sebelah kirinya terletak truncus
symphaticus sinistra. Cabang-cabangnya:
a. Tiga cabang visceral anterior
Truncus coeliacus
Arteria mesenterica superior
Arteria mesenteric inferior
b. Tiga cabang visceral lateralis
Arteria suprarenalis
-
A n e u r i s m a A o r t a | 4
Arteria renalis
Arteria testicularis atau arteria ovarica
c. Lima cabang lateral dinding abdomen
Arteria phrenica inferior
Empat buah arteria lumbales
d. Tiga cabang terminal
Dua arteria iliacea communis
Arteria sacralis mediana
(Snell, 2006)
Gambar 1. Cabang-cabang utama aorta
-
A n e u r i s m a A o r t a | 5
Gambar 2. Aorta dan vena cava inferior.
Gambar 3. Ciri-ciri permukaan aorta beserta cabang-cabngnya dan vena cava inferior pada dinding anterior
abdomen.
-
A n e u r i s m a A o r t a | 6
Diagram 1. Cabang-cabang aorta abdominalis.
B. Histologi Aorta
Konsistensi dasar dinding pembuluh darah adalah sel, terutama sel endotel (SE)
dan sel otot polos (SMC), serta matriks ekstrasel, termasuk elastin, kolagen, dan
glikosaminoglikan. Tiga lapisan konsentrik yaitu intima, media, dan adventisia yang
paling jelas terlihat di pembuluh darah besar seperti aorta. Dalam arteri normal, intima
terdiri atas satu lapisan SE dengan jaringan ikat subendotel minimal di bawahnya dan
dipisahkan dari media oleh suatu membrane elastic padat yang disebut lamina elastic
interna. Lapisan sel otot polos tunika media di dekat lumen menerima oksigen dan
nutrient melalui difusi langsung dari lumen pembuluh, yang dipermudah oleh adanya
lubang (fenestrasi) di membrane elastic interna. Namun, untuk pembuluh berukuran
sedang sampai besar difusi dari lumen kurang memadai bagi bagian luar tunika media,
sehingga lapisan ini mendapat makanan dari arteriol kecil yang berasal bagian luar
-
A n e u r i s m a A o r t a | 7
pembuluh (disebut vasa vasorum, secara harfiah pembuluhnya pembuluh) dan berjalan
di setengah sampai dua pertiga luar tunika media. Batas luar tunika media disebagian
besar arteri ditentukan oleh lamina elastik eksterna. Di sebelah luar media terdapat
adventisia, yang terdiri atas jaringan ikat dengan serat saraf dan vasa vasorum. (Kumar,
Cotran,& Robbins, 2007)
Gambar 4. Gambaran diagramatik komponen utama dinding pembuluh darah, yang disini berasal dari sebuah
arteri otot. (Digambar ulang, dengan izin dari Ross R, Glomset JA: The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J
Med 295:389; 1976)
Gambar 5. Gambaran histology aorta.
C. Definisi Aneurisma Aorta
Aneurisma adalah dilatasi dinding arteri yang terlokalisasi. Aneurisma sejati
timbul akibat atrofi tunika media arteri. Dinding arteri berdilatasi tetapi tetap utuh
walaupun mengalami distorsi, dan terutama terdiri dari jaringan fibrosa. Aneurisma sejati
-
A n e u r i s m a A o r t a | 8
dapat membentuk fusiformis atau sakular. Aneurisma fusiformis arterosklerotik adalah
bentuk dilatasi sirkumferensial uniformis yang lebih sering ditemukan, sedangkan
Aneurisma sakular berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan berhubungan
dengan dinding arteri melalui suatu leher sempit. Aneurisma palsu atau pseudoaneurisma
adalah akumulasi darah ekstravaskular disertai dsirupsi ketiga lapisan pembuluh darah;
dinding Aneurisma palsu adalah thrombu dan jaringan yang berdekatan.
Pseudoaneurisma paling sering disebabkan oleh cedera atau infeksi atau komplikasi dari
prosedur vascular yang infasif, seperti angioplasty atau bedah arteri. Aneurisma dapat
timbul dimana-mana dalam aorta atau pembuluh darah perifer. (Price & Wilson, 2005)
D. Patofisiologi
Pembentukan aneurisma timbul akibat degenerasi dan melemahnya tunika media
arteri. Degenerasi media dapat terjadi karena keadaan-keadaan congenital atau didapat,
seperti arterosklerosis, atau sindrom Marfan. Dilatasi vascular dapat pula terjadi akibat
efek semprotan aliran darah melalui suatu plak vascular yang menyumbat, menimbulkan
aliran turbulen di distal lesi; dilatasi pasca stenosis ini melemahkan dinding arteri.
Selain sebab-sebab yang diketahui ini, interaksi dari banyak factor lain dapat
menjadi predisposisi pembentukan aneurisma pada dinding arteri. Aliran turbulen pada
daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden aneurisma di tempat-tempat tertentu.
Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum diduga dapat terganggu pada usia
lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi factor predisposisi terbentuknya
aneurisma.
Apapun penyebabnya, Aneurisma akan menjadi semakin besar menurut hukum
Laplace. Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius
pembuluh darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius
pembuluh darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dinding
pembuluh darah. Sehingga angka kejadian rupture aneurisma juga meningkat seiring
meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami
aneurisma juga menderita hipertensi sehingga menambah tekanan dinding dan
pembesaran aneurisma.
Kontribusi potensial dari ukuran arteri terhadap pembentukan aneurisma juga
sudah dipikirkan. Individu dengan arteri-arteri utama yang besar, atau arteriomegali, dan
permukaan tubuh yang luas cenderung memiliki insiden aneurisma yang lebih tinggi.
Peningkatan aliran darah aorta dapat berpengaruh pada perkembangan aneurisma.
-
A n e u r i s m a A o r t a | 9
Aneurisma biasanya membentuk lapisan bekuan darah sepanjang dinding akibat
aliran yang lambat. Trombi mural merupakan sumber emboli dan thrombosis aneurisma
spontan yang potensial. (Price & Wilson, 2005)
E. Etiologi
Tempat terbentuknya aneurisma yang paling sering adalah aorta abdominalis.
Aneurisma aorta abdominalis biasanya mulai dari bawah arteria renalis dan meluas ke
bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteria iliaka. Aneurisma ini jarang meluas
ke atas arteria renalis untuk melibatkan cabang-cabang visceral mayor aorta. Sebagian
besar aneurisma abdominalis berasal dari proses arterosklerotik.
Aneurisma torasika, dapat menyerang aorta torasika desendens diluar arteria
subklavia kiri, aorta asendens di atas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desenden paling
sering terserang. Aterosklerosis dan trauma adalah penyebab yang paling sering. Trauma
dada, biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan rupture tunika
intima dan media aorta desendens pada ligamentum arteriosus. Ligamentum arteriosus
mengikat aorta pada suatu titik tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan berhenti
mendadak, struktur-struktur dalam toraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang
diikat oleh ligamnetum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya robekan pada tunika-tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal
sebagai trauma karena perlambatan. Tunika adventisia dapat tetap utuh , walaupun dapat
pula terjadi rupture atau berkembang Aneurisma palsu. Penyakit pada arkus biasanya
disebabkan oleh aterosklerosis. Nekrosis media kistik seperti pada sindroma Marfan,
paling berat pada aorta asendens dan seringkali menyebabkan pembentukan Aneurisma.
Aneurisma majemuk sering terjadi dan dapat menyerang arteri-arteri perifer
maupun visceral. Arteria poplitea merupakan arteri perifer yang paling sering terserang;
namun jarang terjadi Aneurisma visceral. Kebanyakan Aneurisma perifer dan visceral
berasal dari aterosklerosik; tetapi trauma dan infeksi juga merupakan faktor etiologi.
(Price & Wilson, 2005)
Dua penyebab terpenting aneurisma aorta adalah ATH dan degenerasi kistik tunika media
arteri. Namun, semua pembuluh dapat terkena oleh berbagai penyakit yang memperlemah
dinding, termasuk trauma (aneurisma traumatic atau aneurisma arteriovena), cacat
kongenital seperti cacat yang menyebabkan berry aneurysm (dilatasi kecil sferis yang
terutama terdapat di otak), infeksi (aneurisma mikotik), atau sifilis. Aneurisma arteri juga
-
A n e u r i s m a A o r t a | 10
dapat disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti pada sebagian vaskulitis. (Kumar,
Cotran,& Robbins, 2007)
F. Klasifikasi Aneurisma Aorta
1. Berdasarkan lokasi aneurisma
a. Aneurisma torakalis
b. Aneurisma abdominalis
c. Aneurisma torakoabdominalis
2. Berdasarkan bentuk dan ukuran makroskopik
a. Aneurisma sakular pada dasarnya berbentuk bulat (hanya mengenai sebagian dari
dinding pembuluh) dan memiliki ukuran bervariasi dari 5 sampai 20 cm (garis
tengah), sering terisi secara parsial atau total oleh thrombus.
b. Aneurisma fusiformis (mengenai suatu segmen panjang). Aneurisma fusiformis
memiliki panjang dan garis tengah bervariasi (sampai 20 cm); banyak yang
mengenai seluruh pars asendens dan transversus arkus aorta, sementara yang lain
mungkin mengenai segmen aorta abdominalis yang cukup panjang atau bahkan
sampai arteria iliaka. (Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)
Gambar 6. Jenis Aneurisma. A. Aneurisma fusiformis sejati. B. Aneurisma sakular sejati. C. Aneurisma palsu
-
A n e u r i s m a A o r t a | 11
3. Berdasarkan etiologi
a. Aneurisma akibat aterosklerosis
Aterosklerosis, etiologi tersering aneurisma, menyebabkan penipisan dinding
arteri melalui destruksi tunika media akibat adanya plak yang berawal di intima.
Aneurisma aterosklerotik sering terjadi di aorta abdominalis (aneurisma aorta
abdominalis, sering disingkat AAA), tetapi arteria iliaka komunis, arkus aorta,
dan pars desendens aorta torakalis juga dapat terkena. (Kumar, Cotran,&
Robbins, 2007)
Aneurisma abdominalis biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
dideteksi pada pemeriksaan rutin seperti massa yang tidak nyeri, dapat dipalpasi,
pulsatil, atau kelainan yang ditemukan secara kebetulan selama sinar-X abdomen
atau ultrasonografi yang dilakukan karena alas an lain. Beberapa pasien mengeluh
adanya pulsasi yang kuat di dalam abdomen, pasien lain mengeluh nyeri
punggung bagian bawah. Jarang terdapat kebocoran aneurisma dengan sakit yang
hebat dan rasa nyeri. Nyeri akut dan hipertensi terjadi jika aneurisma mengalami
ruptur, dan ini membutuhkan tindakan operasi darurat. (Harrison, 2000)
Gambar 7. Foto makroskopik sebuah aneurisma aorta abdominalis yang mengalami rupture. A. Tampak
eksternal dari aneurisma besar ini; letak ruptur ditunjukkan oleh tanda panah. B. Tampak setelah dibuka, dengan
lokasi ruptur ditunjukkan oleh sonde. Dinding aneurisma sangat tipis, dan lumen tirisi oleh thrombus besar yang
berlapis-lapis, tetapi umumnya tidak teratur.
ATH adalah penyebab utama AAA, tetapi faktor lain ikut berperan. AAA
jarang timbul pada usia kurang dari 50 tahun dan lebih sering pada laki-laki. AAA
-
A n e u r i s m a A o r t a | 12
dibuktikan bersifat familial, dan keterkaitan ini bergantung pada predisposisi
genetic/familial terjangkit ATH atau hipertensi. Sebagai contoh, sindrom Marfan,
defek genetik pada komponen struktural aorta sendiri dapat menyebabkan
aneurisma. Selain itu, dipostulasikan bahwa defek ringan pada komponen jaringan
ikat yang berperan menentukan kekuatan pembuluh darah atau keseimbangan
antara sintesis dan degenerasi kolagen mungkin mempermudah ATH atau
hipertensi atau keduanya memperlemah dinding aorta.
Akibat klinis AAA terutama bergantung pada lokasi dan ukuran, yaitu:
Ruptur ke dalam rongga peritoneum atau jaringan retroperitoneum disertai
perdarahan yang massif dan mungkin mematikan
Obstruksi suatu pembuluh, terutama arteria iliaka, arteria renalis, arteria
mesenterika, atau cabang vertebralis yang mendarahi medulla spinalis
Embolisme dari ateroma atau thrombus mural
Menekan struktur di dekatnya, seperti menekan ureter atau erosi vertebra
Membentuk massa abdomen (sering teraba berdenyut) yang mirip suatu
tumor
Resiko ruptur berkaitan langsung dengan ukuran aneurisma, bervariasi dari
sekitar 2% untuk AAA kecil (garis tengah kurang dari 4 cm) sampai 5% hingga
10% untuk aneurisma yang garis tengahnya lebih dari 5 cm. Oleh karena itu,
aneurisma besar biasanya diangkat secara bedah atau dipintas dengan tandur
prostetik. Waktu pembedahan sangat penting; angka kematian operasional untuk
aneurisma yang belum pecah adalah sekitar 5%, sedangkan pembedahan darurat
setelah rupture memiliki angka kematian lebih dari 50%.
Karena ATH (penyebab yang mendasari aneurisma aorta abdominalis) adalah
suatu penyakit sistemik, pasien dengan AAA juga beresiko tinggi mengalami IHD
dan stroke. (Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)
b. Aneurisma akibat nekrosis medial kistik
Keadaan ini disebabkan oleh degenerasi serat kolagen dan elastic pada media
aorta yang digantikan oleh beberapa celah material mukoid. Nekrosis medial
kistik secara khas mempengaruhi aorta proksimal, mengakibatkan kelemahan dan
dilatasi keliling aorta, dan menyebabkan timbulnya aneurisma fusiformis yang
mengenai aorta asendens dan sinus valsava. Kondisi ini terutama sering pada
-
A n e u r i s m a A o r t a | 13
pasien dengan sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos tipe IV. Manifestasi
klinis meliputi aneurisma yang mengembang, rupture, dan regurgitasi aorta.
Perbaikan operatif dianjurkan pada pasien dengan diameter pangkal aorta lebih
dari 6 cm untuk mencegah rupture. Pengendalian tekanan arteri merupakan bagian
penting pada penatalaksanaan jangka panjang dari kondisi ini. (Harrison, 2000)
c. Aneurisma akibat infeksi sifilis (aneurisma sifilitika/leutika)
Manifestasi lambat dari infeksi lues ini biasanya mengenai aorta asendens
proksimal, khususnya pangkal aorta, mengakibatkan dilatasi aorta dan
pembentukan aneurisma. Aortitis sifilis kadang-kadang mengenai arkus aorta atau
aorta desendens. Bentuk aneurisma mungkin sakular atau fisiformis dan biasanya
asimptomatik, tetapi kompresi dan erosi pada struktur didekatnya menimbulkan
gejala dan rupture pun bisa terjadi. (Harrison, 2000)
Endarteritis obliterans yang khas pada stadium tersier sifilis (lues) mungkin
mengenai pembuluh kecil disemua bagian tubuh, tetapi paling berbahaya jika
mengenai vasa vasorum aorta. Penyulit ini menyebabkan aortitis torakalis, yang
akhirnya dapat menyebabkan dilatasi aneurismal yang mengenai aorta dan
annulus aorta. Untungnya, pengendalian dan terapi sifilis pada stadium dini yang
baik telah berhasil mengurangi frekuensi penyulit ini.
Apapun etiologinya, aneurisme aorta torakalis dapat menimbulkan gejala dan
tanda yang disebabkan oleh:
Penekanan struktural mediastinum
Kesulitan bernafas akibat penekanan paru dan saluran nafas
Kesulitan menelan akibat penekanan esophagus
Batuk menetap akibat iritasi atau tekanan di nervus laringeus rekurentis
Nyeri akibat erosi tulang (yaitu iga dan korpus vertebra)
Penyakit jantung karena aneurisma aorta menyebabkan dilatasi katup aorta
dengan insufisiensi katup atau penyempitan ostium koroner yang
menimbulkan iskemia miokardium
Ruptur
Sebagian besar pasien dengan aneurisma sifilitika meninggal akibat gagal
jantung yang dipicu oleh inkompetensi katup aorta. (Kumar, Cotran, & Robbins,
2007)
-
A n e u r i s m a A o r t a | 14
d. Aneurisma akibat infeksi mikotik
Infeksi pada arteri besar yang menyebabkan dinding pembuluh tersebut
melemah disebut aneurisma mikotik. Dapat terjadi penyulit thrombosis dan
ruptur. Aneurisme mikotik dapat:
1. Berasal dari embolisasi dan tersangkutnya sebuah embolus septic disuatu titik
di dalam pembuluh, biasanya sebagai penyulit indokarditis infektif
2. Terjadi sebagai perluasan suatu proses supuratif di dekatnya
3. Disebabkan oleh organisme yang secara langsung menginfeksi dinding arteri
(Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)
Kondisi yang jarang ini timbul sebagai akibat infeksi stafilokokus,
streptokokus, atau salmonella pada aorta, biasanya pada plak aterosklerosik. Kultur
darah biasanya positif dan menunjukkan sifat agen infeksi. Aneurisma biasanya
sakuler. Terapi memerlukan antibiotik paranteral dan bedah eksisi. (Harrison,
2000)
e. Aneurisma akibat aortitis reumatik
Artritis rheumatoid, spondilitis ankilosa, arthritis psoriatic, sindrom Reiter,
sindrom Bahcet, polikondritis relaps, dan penyakit radang usus mungkin
seluruhnya disertai aortitis yang mengenai aorta asendens dan dapat meluas ke
sinus valsava, daun katup mitral, dan miokardium di dekatnya. Manifestasi dari
penyakit-penyakit ini berupa aneurisma, regurgitasi aorta, dan terkenanya system
konduksi jantung. (Harrison, 2000)
f. Aneurisma akibat trauma
Trauma dada, biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat
menyebabkan rupture tunika intima dan media aorta desendens pada ligamentum
arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada suatu titik tertentu,
sehingga pada saat laju kendaraan berhenti mendadak, struktur-struktur dalam
toraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh ligamnetum
arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya robekan
pada tunika-tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai
trauma karena perlambatan. (Price & Wilson, 2005)
-
A n e u r i s m a A o r t a | 15
G. Gambaran Klinis
Aneurisma sering kali asimtomatik. Tanda pertama penyakit ini dapat berupa
komplikasi gawat yang mengancam jiwa, seperti rupture, thrombosis akut, atau
embolisasi. Aneurisma abdominalis mungkin terdeteksi sewaktu pemeriksaan abdomen
sebagai suatu massa yang biasanya berlokasi di region umbilikalis sebelah kiri dari garis
tengah. Gejala-gejalanya yang terlihat biasnya buruk, menandakan adanya perluasan
aneurisma, perdarahan retroperitoneal kronik, atau ancaman rupture. Dapat juga
ditemukan nyeri punggung atau abdomen yang berat. Obstruksi duodenum akibat
aneurisma yang besar dapat dirasakan sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium atau
kesulitan pencernaan makanan. Jika orifisium cabang-cabang visceral mayor juga
terserang, impotensi dapat dilaporkan dan kadang-kadang ditemukan disfungsi viseral.
Dapat pula terdengar bising tapi nilai diagnostiknya kecil. Pada beberapa pasien, denyut
nadi arteri femoralis menghilang.
Aneurisma torasikal harus cukup besar untuk dapat menimbulkan gejala;
akibatnya, aneurisma mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
radiogram dada. Jika benar-benar timbul gejala, biasanya disebabkan oleh perluasan dan
kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan. Kompresi esophagus, walaupun jarang,
menimbulkan disfagia; kompresi saraf laringus rekuren menyebabkan suara serak;
distensi vena di leher dan edema kepala dan lengan dapat menunjukkan kompresi pada
vena cava superior. Nyeri akibat aneurisma torasika timbul di dada. aneurisma dapat
menyebabkan nyeri akibat erosi pada kolumna vertebralis dan kompresi pada saraf spina.
Ruptur aneurisma sangat berbahaya dan memiliki prognosis buruk. Ruptur ke
rongga pericardium menyebabkan perdarahan; tetapi biasanya rupture akan masuk ke
dalam ruang retroperitoneal yang akan menimbulkan efek temponade pada struktur-
struktur yang berdekatan. Secara khas ruptur akan disertai nyeri akut abdomen atau
punggung yang timbulnya berkaitan dengan tanda-tanda renjatan karena perdarahan.
Dapat teraba massa abdomen yang berpulsasi, walaupun setelah terjadi rupture mungkin
tidak teraba lagi. Perlu segera dilakukan reseksi bedah.
Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa
gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur
aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic
dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.
1. Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:
Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi
-
A n e u r i s m a A o r t a | 16
Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada
lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan
Nadi perifer lemah atau asimetris
2. Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :
Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)
Nyeri punggung bawah atau abdomen
Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop
3. Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa
terhadap struktur intratorakal) :
Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan
pada posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana
pemisah berlanjut
Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan
Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)
Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)
Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)
(Price & Wilson, 2005)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang bernilai untuk mengikuti perkembangan
aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (
-
A n e u r i s m a A o r t a | 17
Gambar 8. USG abdomen dengan gambaran aneurisma aorta.
Gambar 9. Aortography aorta abdominalis dengan gambaran aneurisma aorta.
-
A n e u r i s m a A o r t a | 18
I. Penatalaksanaan
Farmako terapi berupa Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik
pada 120mmHg atau kurang. Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi
dalam aorta dengan menurunkan kontraktilitas miokard.
Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau
pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan
pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki
kontinuitas vaskular.
Anaeurisma abdominalis asimtomatik yang kecil mungkin tidak mengharuskan
intervensi bedah segera. Ukuran Aneurisma dipantau secara cermat dan berkala dengan
palpasi, radiograf abdomen, ultrasonografi, dan CT scan. Pembesaran Aneurisma sampai
6 cm dianggap sebagai indikasi untuk reseksi aneurisma efektif. Jika Aneurisma menjadi
simtomatik, pembedahan menjadi lebih mendesak.
Gambar 10. Perbaikan Aneurisma abdominalis. A. Aneurisma aorta abdominalis (IVC, vena cava inferior); B.
Mepertahankan tunika luar. C. Memasukkan tabung cangkok. D. Penanaman arteria mesenterika interna.
(Dimodifikasi dari Gaspar M, Barker W: Peripheral arterial disease, Philadelphia, 1981, Saunders.)
Teknik dan tipe cangkok yang dipakai untuk mengoreksi Aneurisma abdominalis
bergantung pada luasnya pembuluh darah yang terserang. Jika Aneurisma hanya terbatas
pada aorta di bawah arteria renalis dan di atas bifurkasio aorta, dipakai cangkok
berbentuk tabung. Aneurisma direseksi (Gambar 10.A), tunika luar dipertahankan
(Gambar 10.B); kemudian cangkok berbentuk tabung dianastomosis ke aorta (Gambar
10.C). Jika aliran kolateral ke arteria mesenterika inferior, maka arteri tersebut
-
A n e u r i s m a A o r t a | 19
ditanamkan pada bagian dari cangkok berbentuk tabung (Gambar 10.D). Kulit Aneurisma
kemudian diselebungkan pada cangkok guna mengurangi kehilangan darah. Jika
Aneurisma meluas sampai ke bawah bifurkasio atau jika arteri iliaka juga terserang,
dipakai cangkok bifurkasio. Cangkok bifurkasio dari sebelah distal anggota gerak dapat
dianastomosiskan ujung ke ujung atau ujung ke sisi dari pembuluh darah sebelah distal,
seperti yang terlihat dalam Gambar 11. Endarteroktomi mungkin diperlukan.
Perkembangan dan peningkatan teknik baru-baru ini, mempergunakan stent
endovascular untuk mengoreksi aneurisma abdominalis dan aortoiliaka. Stent buatan
dimasukkan ke dalam arteri femoralis melalui arteri iliaka yang menuju aorta dan
menyangkutkan kaitannya ke permukaan proksimal dan distal daerah aneurisma
(Kalman, 1999). Pengembangan balon stent pada tunika intima aorta normal mencegah
masuknya Aneurisma ke dalam sirkulasi (Giesecke, 1999). Pendekatan intrvensi untuk
mengoreksi Aneurisma ini mencegah resiko dan komplikasi bedah abdominal mayor, dan
untuk mengembalikan dan menurunkan kehilangan darah. Namun, teknik tersebut
dibatasi oleh keefektifan dan berliku-likunya arteria femoralis dan iliaka, serta efek
jangka panjang yang sudah dipastikan. Komplikasi pendekatan ini adalah kegagalan
cangkok, kebocoran disekitar stent, dan migrasi cangkok. Akhir-akhir ini dianjrkan
pemeriksaan lanjutan yang teratur dengan CT scan setiap 6 bulan sekali.
Aneurisma torasika memerlukan koreksi bedah. Jika Aneurisma besar dan
menekan struktur-struktur sekitar, operasi dianggap darurat. Teknik cangkok serupa
dengan perbaikan Aneurisma abdominalis, melibatkan reseksi Aneurisma dan
penggantian dengan sebuah cangkok berupa tabung yang ditempatkan pada dinding
Aneurisma. Terserangnya arkus memerlukan implantasi ulang dari pembuluh darah
brakiosefalika ke cangkok atau memakai cangkok temple aorta. Aneurisma aorta
asendens dapat dapat menyerang katup aorta, memerlukan penggantian atau resuspensi
dari katup aorta. Perfusi perifer dipertahankan selama reseksi Aneurisma torakalis
melalui pintas kardiopulmonar, pintas sisi kiri jantung, atau pirau vascular (Gambar 12).
(Price & Wilson, 2005)
-
A n e u r i s m a A o r t a | 20
Gambar 11. Cangkok aortobifemoral. A. Anastomosis ujung ke ujung. B. Anastomosis ujung ke sisi.
(Dimodifikasi dari Gaspar M, Barker W: Peripheral arterial disease, Philadelphia, 1981, Saunders.)
Gambar 12. Perbaikan diseksi aorta. Panel atas menggambarkan perbaikan dari reseksi aorta distal. A.
Diseksinya telah diisolasi. Satu pirau dengan heparinisasi menghubungkan apeks ventrikel kiri langsung ke arteri
femoralis untuk memintas segmen diseksi, dan untuk mendukung sirkulasi distal selama perbaikan. B. Setelah
reseksi segmrn distal, ujung diseksi aorta dijahit dengan Teflon pada sisi dalam dan luar aorta, baik proksimal
maupun distal. C. Sebuah cangkok Dacron prioritas-rendah dijahitkan pada aorta torasika desendens. Panel
bawah menggambarkan perbaikan diseksi aorta proksimal. A. Pasien dengan pintas kardiopulmonal total. B.
Menunjukkan diseksi dan robekan tunika intima. C. Katup aorta dieksisi dan ostium koronaria dipindahkan.
Sebuah cangkok Dacron gabungan plus katup Bjork-Shiley dimasukkan karena penyakt proksimal. D. Cangkok
dijahitkan ke annulus aorta pasien disebelah proksimal, dank e distal aorta. Arteria Koronaria ditempelkan ulang
ke cangkok gabungan di atas katup palsu. (Dimodifikasi dari Eagel KA et al: The practice of cardiology, ed 2,
Boston, 1989, Little, Brown.)
-
A n e u r i s m a A o r t a | 21
Gambar 13. Endovaskular graft pada aorta abdominalis.
Eksisi operatif dengan penggantian menggunakan tandur-alih (graft) dianjurkan
untuk pasien dengan aneurisma abdominal yang diameternya lebih dari 6 cm, demikian
juga pada pasien simptomatik dan pada pasien dengan aneurisma yang mengemabang
dengan cepat tanpa perduli diameter absolutnya. Kekecualian untuk pasien dengan resiko
operatif yang tinggi, operasi juga biasanya dianjurkan pada pasien dengan diameter 5
sampai 6 cm. Rangkaian tindak lanjut non invasive dari aneurisma yang lebih kecil (
-
A n e u r i s m a A o r t a | 22
KESIMPULAN
Aneurisma aorta adalah dilatasi patologik segmen pembuluh darah aorta. Penyebab
terpenting aneurisma aorta adalah aterosklerosis (ATH) dan degenerasi kistik tunika media
arteri. Klasifikasi aneurisma aorta dibedakan berdasarjan bentuk (fusiformis dan sakular),
lokasi (torakal, abdominal, dan torakoabdominal) dan etiologi (aterosklerosis, nekrosis medial
kistik, infeksi sifilis, infeksi mikotik, aortitis reumatik, dan trauma) serta biasanya aneurisma
bersifat asimptomatik. Aneurisma asimptomatik yang kecil mungkin tidak megharuskan
intervensi bedah segera. Farmakoterapi pada aneurisma aorta adalah berupa Antihipertensif
untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang. Propanolol (inderal)
untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan kontraktilitas miokard.
Ukuran aneurisma dipantau secara cermat dan berkala dengan palpasi, radiograf abdomen,
ultrasonografi, dan CT scan. Pembesaran Aneurisma sampai 6 cm dianggap sebagai indikasi
untuk reseksi aneurisma efektif. Jika Aneurisma menjadi simtomatik, pembedahan menjadi
lebih mendesak.