Makalah Amdal
-
Upload
ipana-rahmawati -
Category
Documents
-
view
53 -
download
1
description
Transcript of Makalah Amdal
Indonesia membentangkan dua kawasan biogeografis – Indo melayu dan Australia
dan mendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam hutan basahyang asli dan
kawasan pesisir dan laut yang kaya. Sekitar 3.305 spesieshewan amfibi, burung, mamalia
dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesiestanaman berpembuluh tersebar di pulau-pulau ini,
yang diperkirakanmencapai 40 persen dari biodiversitas di kawasan APEC.
Namun,lingkungan alam yang indah dan sumber daya yang kaya harus terusmenghadapi
tantangan dari fenomena alam - letaknya di Ring Api Pasifikseismik yang tinggi yang
mengalami 90 persen gempa bumi dunia - maupunkegiatan manusia.
Lingkunan hidup adalah satu-satunya isu global yang mungkin bisa menyaingi isu
terorisme. Dibalik dari dampaknya, penataan lngkungan hidup yang semrawut bisa
memakan korban lebih besar ketibang aksi terorisme. Banjir, longsor, badai dan puting
beliung adalah beberapa contoh bencana alam yang disebabkan adanya gangguan pada
lingkungan hidup.
Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan
ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan
masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga
dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam
memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam
suatu ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan
kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal
hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai
penghasil oksigen, tempat penyedia makanan dan obat-obatan.
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama
jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap
ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika
masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan
ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan
fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor,
banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah
yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam
yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula
disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap
penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.
Salah satu tema/masalah pokok adalah perubahan iklim. Selama 50 tahun
terakhir telah dapat dibuktikan bahwa pemanasan global yang seakrang ini kita rasakan
yang terjadi terutama karena ulah manusia sendiri. Emisi dari gas-gas rumah kaca seperti
CO2 dan N2O dari kativitas manusia adalah penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di
atmosfer naik 30% selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah emisi CO2 ini terutama
disebabkan karena pembakaran sumber energi dari bahan fosil (antara lain minyak bumi).
Selain itu perubahan dalam penggunaan sumber alam lainnya juga memberikan
konstribusi pada kenaikan jumlah CO2 di atmosfer: 15% oleh penggundulan dan
pembakaran hutan dan lahan untuk diubah fungsinya, misalnya dari hutan lindung
menjadi hutan produksi.
Masalah ekologi lainnya adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan
tanah. Ini dapat diakibatkan oleh erosi akibat air dan angin, penggaraman dan
pengasaman, dll. Penyebab hilangnya kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan
humus dan mikro organisme, zat makanan pada tanah, kemampuan tanah menguraikan
sampah/limbah. Tanah yang tandus adalah akibat degradasi tanah sumber tanah seperti
yang sudah lama pada beberapa daerah tandus di Indonesia. Diseluruh dunia, 15%
mengalami degradasi. Selain itu diakibatkan erosi oleh air dan angin, degradasi tanah ini
juga disebabkan oleh penggunaan zat-zat kimia (pestisida).
Terancamnya kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati oleh tangan
manusia juga masalah ekologi lainnya, hilang atau punahnya keanekaragaman biologis
tidak hanya berarti sumber daya alam yang tidak ternilai yang dapat digunakan untuk
obat-obatan tapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem secara keseluruhan,
mengancam kemampuan alam sebagai penyedia sumber daya untuk produksi (fungsi
ekonomis) dan dalam melakukan fungsi regulasinya. Konsumsi air dari tahun ke tahun
juga terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan usaha-
usaha di sektor pertanian. Dari total konsumsi air di seluruh dunia, sekitar 70% digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sektor pertanian. Pencemaan air dan tanah semakin
memperburuk ketersediaan air bersih bagi kelangsungan hidup manusia. Pencemaran air
dan tabah ini terutama di sebabkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida untuk pertanian
dan perkebunan.
MASALAH–MASALAH DALAM LINGKUNGAN HIDUP
1. Banjir
Ditahun-tahun yang lalu setiap bulan September, Oktober, Nopember dan
Desember sering curah hujan tinggi, yang mengakibatkan debit air banyak dan
berdampak besar akan terjadinya banjir. Tidak pandang tempat di belahan bumi manapun
hal ini bisa terjadi. Mari kita mengingat dan melihat kembali peristiwa-peristiwa yang
sering kita baca, dengar dan lihat baik melalui media masa seperti koran, majalah dan
mass media televisi atau internet, Pada bulan-bulan yang mengandung akhiran ber
tersebut dibeberapa tempat akan terjadi banjir. Mungkin ada benarnya seperti yang sudah
didengungkan dan dinasehatkan oleh nenek-nenek kita di jaman dahulu, bahwa
menjelang bulan September, Oktober, November dan Desember sediakanlah banyak
penampung air seperti ember, gentong, dan bejana kosong yang bisa dipakai untuk
menampung dan menadah air hujan. Untuk itu mari kita coba lihat apa yang sudah terjadi
dan diberitakan seperti kejadian di bawah ini.
Pada harian Riau Pos, ahad, 24 Desember 2006 di halaman depan headline tertulis
’53 Desa di Kampar tenggelam’ bahkan tinggi air mencapai dua meter lebih. Hal ini
tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Pada 21 Desember 2006 di Malaysia, khususnya di
Johor Bahru sekitar 50.000 orang masyarakat diungsikan karena daerah tersebut dilanda
banjir. Tidak hanya itu saja tragedi banjir dan juga adanya longsor melanda Kampung
Mortan, Malaysia pada tanggal 22 Desember 2006. Begitu juga Nairobi di daerah
Gaarsen juga dilanda banjir pada tanggal yang sama, dan sekitar 723.000 orang
diungsikan.
Hampir dimerata tempat mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Pulau
Jawa, Kalimantan dan Sulawesi mengalami bencana yang sama, bahkan ada daerah –
daerah yang kena gempa yang dapat mengakibatkan tanah longsor. Longsor dan banjir
merusak banyak rumah tempat tinggal penduduk. Begitu juga sarana infrastruktur,
seperti jalan-jalan rusak , mengakibatkan terhalangnya untuk mengangkut bantuan
ketempat bencana. Lebih parah lagi jika sarana aliran listrik terputus untuk beberapa
waktu.
Dari semua hal diatas sering terjadi dan terulang kembali. Ini sebenarnya adalah
karena hutan dan hutan dilingkungan di mana banyaknya penduduk berada sudah habis
ditebang dan diambil pohonnya. Akibat dari hutan-hutan yang ditebangi menyebabkan
permukaan tanah yaitu lapisan pada permukaan tanah tak mampu lagi untuk menyerap
dan menahan derasnya aliran air. Apalagi di bulan Desember curah hujan tinggi, dan
dengan hujan lebat yang mengguyur di tempat-tempat dimana daya serap airnya rendah
akan mengakibatkan banjir. Keadaan ini pun sudah tidak semudah dan secepatnya bisa
diatasi, dikarenakan proses penanaman dan penanggulangan lahan-lahan gundul
membutuhkan biaya besar, pengorganisasian dan pengawasan yang serba kompleks.
Selain itu diperlukan waktu panjang untuk dapat menanami pohon-pohon dan untuk
memperbaiki struktur tanah agar dapat berfungsi sebagai penampung dan sebagai resapan
air. Belum lagi pohon-pohon pengganti yang tumbuh membesar, lalu dipotong, karena
pohon-pohon yang ditanam tersebut diperuntukkan , bukan sebagai pengganti pohon-
pohon yang telah ditebang sebagai pencegah terjadinya banjir, tetapi lebih diutamakan
untuk pembuatan bahan kertas.
Kertas yang sebenarnya di era digital dan globalisasi sekarang ini sudah
sepatutnya lebih sedikit keperluan dan pemakaiannya. Ternyata hal ini sebaliknya,
semakin maju dan cepatnya dunia informasi dan komunikasi dalam era digital, kebutuhan
dan pemakaian kertas meningkat tajam. Perhatikan sekeliling anda . Kertas ada di mana-
mana, dalam berbagai bentuk dan fungsi. Berdasarkan data dari Nasional Association of
Paper Merchants di Inggris, tahun ini dunia diperkirakan akan melahap 280 juta ton
kertas. Jumlah tersebut setara dengan 56 milyar lembar kertas berukuran kwarto tebal.
Untuk memproduksi 1 ton kertas, dibutuhkan 24 pohon sebagai bahan baku. Jadi, tahun
ini paling tidak 12 juta pohon akan ditebang untuk dijadikan kertas. Adakah jalan
keluarnya ? Pasti ada yaitu, dengan adanya teknologi baru, yaitu salah satu penemuan
penting di abad ini yang diprediksi akan merevolusi dunia percetakan dan penerbitan di
masa depan yaitu electronic ink (e-ink). Maka era digital kedepan akan sangat besar
sekali perannya dalam proses penyusutan dan pengurangan ketergantungan akan kertas,
yaitu dengan electronic ink. Dengan electronic ink yang masih dikembangkan dapat
membuat dan menciptakan bahan-bahan bacaan, media informasi seperti koran, majalah
dan buku-buku pelajaran serta kebutuhan transaksi bisnis dalam bentuk keras yang
nantinya tidak memerlukan lagi kertas (hard copy). Bahkan akan dapat menggeser media
CD, DVD, flash disk, bahkan memori. Dimana dengan e-ink yang sedang dikembangkan
oleh perusahaan e-ink E Ink, Co dan Xerox yang dapat juga dipakai sebagai mencetak
pada kertas biasa, e-ink juga dirancang untuk digital book, yang halaman-halamannya
terbuat dari sejenis plastik yang sangat tipis. Secara garis besar e-ink memiliki tiga
komponen utama yang digunakan dalam membuat e-ink, yaitu : (1) jutaan mikrokapsul
atau lubang kecil, (2) Tinta atau cat berminyak yang mengisi mikrokapsul atau lubang,
dan (3) Chip atau bola-bola berpigmen yang bermuatan negative yang mengambang di
dalam mikrokapsul.
Kembali kepada awal tulisan kita ini, yaitu banyaknya tempat-tempat di muka
bumi ini dilanda banjir, jika tiba musim hijan dimana setiap hujan deras atau lebat dalam
jangka waktu lebih dari tiga jam saja langsung dapat mengakibatkan banjir. Selain itu ada
gejala dan isu lain yang sering digembar-gemborkan oleh para pemimpin dunia dan
peneliti dunia ini, yaitu dengan menggunakan kata sakti Global Warning. Global warning
adalah gejala meningkatnya dan cepat naiknya suhu di atmosfir bumi. Ada banyak alasan
yang menyebabkan terjadinya proses meningkatnya suhu di atmosfir bumi kita ini,
diantaranya adalah karena efek rumah kaca, dengan pesatnya pembangunan gedung-
gedung dan bangunan yang menggunakan kaca, yang berikutnya adalah proses
pembakaran dari pabrik-pabrik dan industri-industri yang menggunakan bahan bakar
minyak bumi (BBM) yang mengeluarkan karbon dioksida, terus pemotongan dan
penggundulan daerah paru-paru bumi, seperti daerah hijau di Irian, Kalimantan dan
Sumatera , Indonesia dan belahan bumi lainnya. Ini semua adalah ulah manusia itu
sendiri. bumi ini hanya satu dan tidak ada lagi dunia yang kita tinggali dan tempati yang
sama seperti bumi kita ini. Yang lebih parahnya lagi yaitu dengan sengaja membakar
hutan atau terbakarnya hutan-hutan pinus, seperti di Amerika, dan Australia. Mungkin
efek dari global warning ini 20 atau 100 tahun kedepan di banyak tempat, pulau-pulau
dan daratan banyak yang akan tenggelam. Bahkan dengan pertumbuhan dan pertambahan
penduduk yang rata-rata sampai 15 persen setahun dan dengan daratan berkurang akibat
adanya banjir, atau kenaikkan permukaan laut karena mencairnya es dikutub utara
maupun kutub selatan. Jelas akan terjadi seperti zaman Nabi Nuh, ketika Allah
menurunkan ‘azab’ banjir, yang menenggelamkan bumi ini. Apakah kita akan mampu
bertahan dan tinggal di daratan atau bumi kita ini ? Atau mampukah kita bertahan hidup
walaupun dengan bangunan gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar ? Atau
adakah tempat lain yang perlu kita benahi selain di bumi ini untuk kita dapat
hidup, tinggal dengan layak, aman, tertib dan damai tanpa kawatir akan datangnya banjir
? Semoga saja apa yang sudah dan yang akan dilakukan oleh umat manusia agar dapat
membuat bumi ini tetap menjadi satu-satunya yang dapat dihuni, setelah itu mati. Marilah
kita semua berusaha membuat tempat dimana kita tinggal bebas dari ancaman banjir.
2. Degradasi Lingkungan
Isu tentang lingkungan menjadi topik yang menarik untuk diangkat ke publik
mengingat keprihatinan semua pihak terhadap kerusakan lingkungan yang semakin
tinggi.Terjadinya degradasi lingkungan hidup di suatu kawasan, kerap dipandang sebagai
konsekuensi dari pertumbuhan penduduk, sehingga dinilai sebagai suatu keniscayaan
yang tak terelakkan. Bertambahnya jumlah penduduk dan pada gilirannya mendorong
peningkatan kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan penyediaan sarana penunjang
serta sumber daya alam, memang pada akhirnya dapat menurunkan derajat kualitas
lingkungan hidup. Bahkan, bila eksploitasi sumber daya alam dilakukan tanpa
mempertimbangkan daya dukung lingkungan hidup, sehingga akhirnya menimbulkan
berbagai dampak yang mengancam kehidupan penduduk.
Akibat laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, serta ketergantungan yang
absolut pada sumber daya alam, menyebabkan eksploitasii sumber daya alam menjadi
suatu hal yang wajar. Taraf kehidupan masyarakat kian modern pun, tampak belum
mampu mengubah pola pandang seperti ini. Bahkan sebaliknya, pertambahan jumlah
penduduk, dengan sendirinya memicu peningkatan akan kebutuhan energi dan wilayah.
Padahal seperti diakui para pakar, energi fosil yang dipakai saat ini justru tidak ramah
lingkungan. Bahkan hal tersebut kini telah menjadi masalah sejagat, karena pencemaran
lingkungan oleh polusi dan pembuangan limbah, kerusakan lingkungan karena eksploitasi
yang semena-mena,,menimbulkan emisi karbon , yang menimbulkan "efek rumah kaca"
dan memicu pemanasan global (global warming) yang berdampak pada perubahan iklim
(climate change) sehingga mengancan kehidupan di planet bumi.
Masalah pelestarian lingkungan dan eksploitasi alam memang dilematis, sebab
argumentasi yang mendasarinya sama yakni demi peningkatan taraf hidup masyarakat.
Namun, sebagaimana terbukti, eksploitasi alam secara berlebihan, tanpa
mempertimbangkan daya dukung lingkungan hidup, tidak selalu mendorong peningkatan
taraf kesejahteraan masyarakat. Bahkan sebaliknya, justru membawa malapetaka dan
melestarikan kemiskinan dari generasi ke generasi. Tak dapat dipungkiri dalam dekade
terakhir ini Lingkungan Hidup (LH) dan sumber daya alam (SDA) kita telah mengalami
degradasi (penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas). Yang dimaksud dengan
lingkungan hidup adalah satu kesatuan komunitas yang terdiri dari tanah, air, udara, flora
dan sumber daya alam lainnya beserta makhluk hidup yang ada di dalamnya. Dalam hal
ini, banyak faktor yang berpengaruh atau yang menjadi penyebab terjadinya degradasi
lingkungan hidup tersebut, baik faktor alami maupun non alami (tindakan manusia yang
sengaja atau tidak sengaja berdampak terhadap degradasi lingkungan hidup) Sebagian
besar kerusakan LH yang terjadi disebabkan oleh ulah manusia yang tidak/kurang
bertanggung jawab terhadap kelestarian LH yang dengan sengaja mengekploitasi LH
dengan semena-mena. Sebagian besar dari kerusakan LH yang terjadi dilakukan oleh
kalangan pengusaha yang berkolusi dengan pejabat birokrasi pemerintahan terkait dan
anggota masyarakat demi mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tanpa
mempedulikan dampak kerugian yang ditimbulkannya. Untuk mengeliminasi degradasi
LH, perlu dibangun dan ditumbuhkan kesadaran dan kepedulian semua elemen
masyarakat agar dapat berperan serta dalam penanggulangan masalah degradasi LH
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.
Perlu disadari kita semua, bahwa degradasi LH akan dirasakan semakin
membebani masa depan kita, terutama generasi penerus, karena penurunan degradasi LH
berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya kebutuhan akibat pertambahan
penduduk yang semakin besar. Hal ini patut menjadi perhatian seluruh masyarakat
khususnya penduduk di Pulau Jawa, Bali dan Madura yang berpenduduk sedemikian
padat.Kerusakan LH mengakibatkan dampak kerugian multi dimensi yang sangat besar
seperti pemiskinan lahan (melalui erosi), sumber air tanah yang menipis, hilangnya
habitat alami dan berubahnya pola iklim baik setempat (iklim mikro) maupun iklim
global (iklim makro). Tanpa upaya yang konsepsional sejumlah dampak negatif tersebut
di atas, berbarengan dengan perubahan waktu, akan berjalan/berproses bersamaan secara
sinergis sehingga menimbulkan bencana alam/lingkungan yang dahsyat dan akan berjalan
secara akseleratif (berlipat ganda semakin cepat). Bukti-bukti tentang hal ini dapat kita
saksikan dalam satu tahun terakhir ini berapa kali bencana longsor, banjir, kebakaran
hutan dan lain-lain lingkungan yang baik adlah lingkungan yang meliputi seluruh aspek
3. Pembangunan dan masalah lingkungan hidup
Pembangunan yang terus meningkat di segala bidang, khususnya pembangunan di
bidang industri, semakin meningkatkan pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk
yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan
manusia. Untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan dan bahaya terhadap
kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya, limbah bahan berbahaya dan beracun
harus dikelola secara khusus agar dapat dihilangkan atau dikurangi sifat bahayanya.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas telah mendorong Pemerintah untuk
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1994 tanggal
30 April 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3551) yang kemudian direvisi dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 24, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3595). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994
ini kembali diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 31) dan terakhir diperbaharui kembali melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang.
Dasar hukum dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini antara lain adalah
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215) sebagaimana kemudian diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699, mulai berlaku sejak diundangkan tanggal 19
September 1997) serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).
Lingkungan hidup didefenisikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Inti masalah lingkungan hidup adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup
(organisme) dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun anorganik yang juga
merupakan inti permasalahan bidang kajian ekologi. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
sebagaimana telah diubah oleh Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat dan bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata-kata “pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup” sebagaimana tercantum dalam tujuan tersebut di
atas merupakan “kata kunci” (key words) dalam rangka melaksanakan pembangunan
dewasa ini maupun di masa yang akan datang. (Koesnadi Hardjasoemantri, 1990: 127).
Istilah “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan” merupakan
suatu terjemahan bebas dari istilah “sustainable development” yang menggambarkan
adanya saling ketergantungan antara pelestarian dan pembangunan. Istilah ini untuk
pertama kalinya mulai diperkenalkan oleh The World Conservation Strategy (Strategi
Konservasi Dunia) yang diterbitkan pada tahun 1980 yang menekankan bahwa
kemanusiaan, yang merupakan bagian dalam alam, tidak mempunyai masa depan kecuali
bila alam dan sumber daya alam dilestarikan. Dokumen ini menegaskan bahwa
pelestarian tidak dapat dicapai tanpa dibarengi pembangunan untuk memerangi
kemiskinan dan kesengsaraan ratusan juta umat manusia.
UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
A. Usaha Mengatasi berbagai masalah lingkungan hidup
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai
berikut:
Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan
sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber
daya alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.
Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat
dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang
sudah ada sebelumnya.
Mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan
lingkungan global.
B. Pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan hidup dan
berkelanjutan
Untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan perlu
diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara
lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa. Pengelolaan
sumber daya alam merupakan usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya
alam, tetapi tidak merusak sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya
harus memperhatikan pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam
tersebut. Adanya peningkatan perkembangan kemajuan di bidang produksi tidak perlu
mengorbankan lingkungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila
lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari keberadaan
sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat. Dalam
pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan lingkungan.
Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang sifatnya relatif
sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam agar
berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat
kemajuan.
C. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
Dalam pengelolaan sumber daya alam agar tetap lestari maka dapat dilakukan
uasaha atau upaya sebagai berikut:
Menjaga kawasan tangkapan hujan seperti kawasan pegunungan yang harus selalu
hijau karena daerah pegunungan merupakan sumber bagi perairan di darat.
Untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk meningkatkan resapan air
sebagia air tanah, maka diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.
Reboisasi di daerah pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai
reservoir air, tata air, peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.
Adanya pengaturan terhadap penggunaan air bersih oleh pemerintah.
Sebelum melakukan pengolahan diperlukan adanya pencegahan terhadap
pembuangan air limbah yang banyak dibuang secara langsung ke sungai.
Adanya kegiatan penghijauan di setiap tepi jalan raya, pemukiman penduduk,
perkantoran, dan pusat-pusat kegiatan lain.
Adanya pengendalian terhadap kendaraan bermotor yang memiliki tingkat
pencemaran tinggi sehingga menimbulkan polusi.
Memperbanyak penggunaan pupuk kandang dan organik dibandingkan dengan
penggunaan pupuk buatan sehinnga tidak terjadi kerusakan pada tanah.
Melakukan reboisasi terhadap lahan yang kritis sebagai suatu bentuk usaha
pengendalian agar memiliki nilai yang ekonomis.
Pembuatan sengkedan, guludan, dan sasag yang betujuan untuk mengurangi laju
erosi.
Adanya pengendalian terhadap penggunan sumber daya alam secara berlebihan.
Untuk menambah nilai ekonomis maka penggunaan bahan mentah perlu dikurangi
karena dianggap kurang efisien.
Reklamasi lahan pada daerah yang sebelumnya dijadikan sebagai daerah
penggalian.
D. Pengelolaan Daur Ulang Sumber Daya alam
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dikurangi dengan cara
melakukan pengembangan usaha seperti mendaur ulang bahan-bahan yang sebagian besar
orang menganggap sampah, sebenarnya dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat
dan tentunya dengan pengolahan yang baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam
upaya untuk mengatasi masalah lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan limbah dengan menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai
berikut:
1.Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu.
2.Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai ekonomis.
3.Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.
E. Pelestarian Flora dan Fauna
Untuk menjaga kelestarian flora dan fauna, upaya yang dapat dilakukan adalah
mendirikan tempat atau daerah dengan memberikan perlindungan khusus yaitu sebagai
berikut:
1. Hutan Suaka Alam merupakan daerah khusus yang diperuntukan untuk melindungi
alam hayati.
2. Suaka Marga Satwa merupakan salah satu dari daerah hutan suaka alam yang
tujuannya sebagai tempat perlindungan untuk hewan-hewan langka agar tidak punah.
3. Taman Nasional yaitu daerah yang cukup luas yang tujuannya sebagai tempat
perlindungan alam dan bukan sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat rekreasi.
4. Cagar alam merupakan daerah dari hutan suaka alam yang dijadikan sebagai tempat
perlindungan untuk keadaan alam yang mempunyai ciri khusus termasuk di dalamnya
meliputi flora dan fauna serta lingkungan abiotiknya yang berfungsi untuk kepentingn
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penyebab terjadinya masalah lingkungan hidup adalah adanya kegiatan
masyarakat seperti pembuangan limbah pabrik, sampah dari rumah tangga, penebangan
dan kebakaran hutan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap sungai dan laut,
tanah, hutan sehingga banyak flora dan fauna yang punah.
4.2. Saran
masyarakat harus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam pemanfaatan
sumber daya harus memperhatikan dampak yang timbul dari penggunaan sumber daya
tersebut terhadap lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: Ganeca
Exact.