Makalah aetra.docx

40
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau disaat air sumur mulai berubah warna atau berbau. Ironis memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai. Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan membuatsaringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air. Untuk mengatasi masalah air bersih tersebut terutama di kota-kota besar, pemerintah membuat PDAM atau sebuah Perusahaan Daerah Air Minum yang

Transcript of Makalah aetra.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber bagi kehidupan. Sering kita mendengar bumi

disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi tidak

jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat

musim kemarau disaat air sumur mulai berubah warna atau berbau. Ironis

memang, tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun

air sumur atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor

ataupun berbau, selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya

merubah/menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak

pakai.

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk

mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling umum digunakan

adalah dengan membuatsaringan air, dan bagi kita mungkin yang paling tepat

adalah membuat penjernih air atau saringan air sederhana. Perlu diperhatikan,

bahwa air bersih yang dihasilkan dari proses penyaringan air secara sederhana

tersebut tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air.

Untuk mengatasi masalah air bersih tersebut terutama di kota-kota besar,

pemerintah membuat PDAM atau sebuah Perusahaan Daerah Air Minum yang

merupakan salah satu unit usaha milik daerah, yang bergerak dalam distribusi air

bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan

kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai

sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor olehs aparat-aparat

eksekutif maupun legislatif daerah.

Sejarah air minum di Indonesia sudah ada sejak kurun waktu tahun 1400-

an. Ditahun 1443 terekam adanya bukti tertulis sebagaimana dilaporkan bahwa

pada masa itu air yang merupakan minuman sehari-hari orang Asia Tenggara

dialirkan dari gunung mengalir kerumah-rumah penduduk dengan pipa bambu.

Hingga terbentuklah perusahaan air minum yang dikelola negara secara modern

pada jaman penjajahan Belanda tahun 1920an dengan nama Waterleiding

sedangkan pada pendudukan Jepang perusahaan air minum dinamai Suido Syo.

2

Pada kurun waktu tahun 1969-1998 pembangunan sistem air minum secara lebih

terencana mulai dilaksanakan pada periode pembangunan lima tahunan (Pelita).

Selanjutnya setelah jaman reformasi hingga sekarang pada tahun terbit

Permen OTDA No. 8/2000 tentang Pedoman Sistim Akuntasi PDAM yang

berlaku sampai sekarang. Program WSSLIC I dilanjutkan pada tahun ini dengan

nama WSLIC II (Water and Sanitation for Low Income Community), Pada

tahun 2002 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang

Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang akan menjadikan

pedoman dalam monitoring kualitas air minum yang diproduksi oleh PDAM.

Dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM dan pembangunan sistem penyediaan

air minum, dilakukan upaya perumusan kebijakan melalui Komite Kebijakan

Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), untuk merumuskan kebijakan

dan strategi percepatan penyehatan PDAM melalui peningkatan kerjasama

kemitraan dengan pihak swasta/investor. Dimulai tahun 2004 inilah merupakan

tonggak terbitnya peraturan dan perundangan yang memayungi air minum yaitu

dimulai dengan terbitnya UU no 7 Tahun 2004 tentang SDA (sumber daya air).

Setelah 60 tahun Indonesia merdeka ditahun ini Indonesia baru memiliki

peraturan tertinggi disektor air minum dengan terbitnya PP (peraturan pemerintah)

No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM (sistim penyediaan air minum).

Dengan dimulainya kembali pembinaan Air Minum dari yang semula berbasis

“wilayah” menjadi berbasis “sektor” lahir kembali Direktorat Jenderal Cipta

Karya dan Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah kebijakan “Penyehatan

PDAM” yang dimulai dengan dilakukannya Bantek Penyehatan PDAM.

Tahun 2009 adanya gagasan 10 juta SR (Sambungan Rumah) dimana Direktorat

Jenderal Cipta Karya,Dep PU telah menghitung dana yang dibutuhkan sekitar Rp

78,4 trilyun, yang terdiri dari kebutuhan pembangunan unit air baku 85.000 l/detik

sebesar Rp 7,4 trilyun, peningkatan unit produksi 65.000 l/detik sebesar Rp. 17

trilyun, dan peningkatan unit distribusi dan sambungan rumag sebesar Rp. 54

trilyun Pembangunan IKK yang telah dimulai kembali tahun 2007 juga

dilanjutkan dengan membangun 150an IKK.

3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan

dijelaskan pada makalah ini adalah Sistem pengolahan air bersih pada PDAM PT

Aetra Air Jakarta, mulai dari sumber, instalasi pengolahan dan kapasitasnya, cara

pendistribusian, tarif air minum serta jumlah pelanggan yang dilayani oleh

perusahaan air minum tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat

mengetahui bagaimana sistem pengolahan air bersih pada PT Aetra Air Jakarta,

mulai dari sumber, instalasi pengolahan, kapasitas, cara pendistribusian serta tarif

yang dikenakan pada pelanggan.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menambah jelasnya materi pembahasan penulisan dari makalah ini

dan agar masalah dapat terfokus pada titik permasalahannya sehingga tidak

meluas, maka perlu adanya batasan masalah yaitu pemakalah hanya membahas

sistem pengolahan air bersih, kapasitas, cara pendistribusian serta tarif yang

dikenakan pada pelanggan oleh PT Aetra Air Jakarta.

4

BAB II

PEMBASAHAN

2.1 Sekilas Aetra

Gambar 2.1 Perusahaan PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

PT Aetra Air Jakarta adalah nama baru PT Thames PAM Jaya (TPJ) dan

merupakan mitra operasi PAM Jaya sebagai perusahaan penyediaan jasa

pelayanan air bersih dengan wilayah operasional di belahan timur sungai

Ciliwung, yang meliputi sebagian besar Jakarta Utara, sebagian Jakarta Pusat dan

seluruh Jakarta Timur. Dengan batas area pelayanan sisi utara berbatasan dengan

Gambar 2.2 Perjalanan PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

Laut Jawa, sisi timur berbatasan dengan kodya Bekasi, sisi selatan berbatasan

dengan Srengseng Sawah, Kodya Depok, sisi barat berbatasan dengan Mangga

Dua serta sisi Pusat berbatasan dengan Manggarai.

5

Aetra mendapatkan konsesi untuk melakukan usaha selama 25 tahun

berdasarkan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum DKI

Jakarta (PAM Jaya) yang berlaku efektif sejak 1 Februari 1998 hingga 31 Januari

2023. Perjanjian Kerjasama tersebut telah direnegosiasi pada 2003 dan 2008

untuk mencapai kontrak yang saling menguntungkan. Upaya tersebut masih

dilengkapi lagi dengan inisiatif untuk mengakomodasi kepentingan pemerintah,

masyarakat, PAM Jaya dan Aetra melalui penandatanganan Nota Kesepahaman

Master Plan antara Aetra dan PAM Jaya di tahun 2011 lalu.

Semua usaha ini dilakukan oleh Aetra untuk memenuhi kepuasan

pelanggan. Aetra menyadari bahwa pelanggan setia adalah urat nadi dari majunya

bisnis yang telah dirintis selama ini.

2 unit Instalasi Pengolahan Air dengan kapasitas total 9,000 L/Detik,

1 unit pusat distribusi (CDC), 4 unit instalasi booster pump

5,893 km jaringan pipa distribusi,

400,000 pembacaan meter dan penerbitan rekening pelanggan setiap

bulan

19 payment point dan beberapa bank sebagai payment point

Billing System, Geographical Information System.

Lebih dari 2,000 pekerja

Gambar 2.3 Area Pelayanan PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

6

Aetra mendapat konsesi untuk melakukan usaha selama 25 tahun

berdasarkan Perjanjian Kerjasama dengan Perusahaan Daerah Air Minum DKI

Jakarta (PAM Jaya). Kerjasama ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Februari 1998

hingga tanggal 31 Januari 2023. Pemegang saham Aetra adalah Acuatico Pte. Ltd

dengan kepemilikan sebesar 95% dan PT Alberta Utilities sebesar 5%. Pada tahun

2008, Aetra menerbitkan Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia dengan

kode AIRJ01A, AIRJ01B, AIRJ01C.

Aetra bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan, memelihara,

serta melakukan investasi untuk mengoptimalkan, menambah dan meningkatkan

pelayanan air bersih di wilayah operasional Aetra. Wilayah operasional Aetra

adalah sebelah timur sungai Ciliwung meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara,

sebagian wilayah Jakarta Pusat, dan seluruh wilayah Jakarta Timur.

Melalui visinya, Aetra berupaya untuk selalu meningkatkan kehidupan

masyarakat setiap saat. Jumlah pelanggan Aetra telah meningkat sebesar 42,64%

dari 266.402 pelanggan di awal masa kerja sama, menjadi 380.000 pelanggan

pada akhir tahun 2008. Rasio cakupan pelayanan pasokan air telah meningkat dari

57,4% pada tahun 1998 menjadi 65,2% pada Desember 2008, dengan demikian

diperkirakan 2,9 juta jiwa di wilayah operasional Aetra telah memperoleh akses

pelayanan air bersih.

2.2 Visi, Misi, Nilai-Nilai Aetra, dan Perjanjian Kerjasama

VISI AETRA

Penyedia Layanan Air Minum Terdepan Di Indonesia

MISI AETRA

1. Memenuhi Kebutuhan Air Minum Pelanggan Melalui Pelayanan Prima

2. Mengembangkan Perusahaan Yang Sehat Secara Berkelanjutan dan

Berwawasan Lingkungan Sehingga Memberikan Nilai Tambah Bagi

Pemangku Kepentingan

3. Membangun Lingkungan Kerja Yang Kondusif Untuk Meningkatkan

Profesionalisme Dan Kepuasan Karyawan

7

NILAI-NILAI AETRA

1. Mengutamakan Pelanggan

2. Berkualitas

3. Berintegritas

4. Inovatif

5. Peduli

6. Terbuka

7. Bersinergi

PERJANJIAN KERJASAMA

PAM JAYA menserahkelolakan aset yang ada (termasuk produksi dan

distribusi) kepada Aetra untuk mengoperasikan termasuk memberikan

hak eksluusif kepada Aetra untuk mengelola layanan air bersih di area

Timur Jakarta.

PAM JAYA membayar kepada Aetra, imbalan air untuk setiap m³ air

yang terjual dan tertagih.

Kewajiban Aetra:

Mencapai Technical Target dan Service Standars.

Memelihara dan meningkatkan Assets.

Gambar 2.4 Konsep Perjanjian KerjasamaSumber: http://www.aetra.co.id

8

2.3 Sumber Air

Untuk kebutuhan air baku, Aetra menggunakan sumber air baku yang

berasal dari Waduk Jatiluhur yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II), yang

dialirkan ke Jakarta melalui saluran terbuka Kanal Tarum Barat (Kali Malang).

Gambar 2.5 Sumber Air Baku PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

2.4 Lingkup Produksi

Untuk memenuhi pasokan air bersih bagi pelanggan serta warga di

wilayah timur DKI Jakarta, Aetra memproduksi air dengan standar kualitas air

minum di tiga Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010.

Kapasitas produksi air Aetra sebagai berikut :

IPA Buaran I : 2.000 liter/detik (tahun 1992)

IPA Buaran II : 3.000 liter/detik (tahun 1995)

IPA Pulo Gadung : 4.000 liter/detik (tahun 1982)

Monitoring Produksi Air : Menguji 1000 sampel air setiap bulannya

2.5 Proses Pengolahan Air

PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam

proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di

9

daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3

bagian penting dalam sistem pengolahannya.

Gambar 2.6 Skema Pengolahan Air BersihSumber: http://aryansah.wordpress.com

2.5.1 Bangunan Intake

Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk

masuknya air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk

pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini

biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-

benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke

dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya,

yaitu WTP – Water Treatment Plant.

2.5.2 Water Treatment Plant

Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP

adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini

terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi,

dan bak filtrasi.

a Koagulasi

Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini.

Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi

partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air

kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel

koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel

koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa

tawas,ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid

10

mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic

jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang

pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara

hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90

detik.

Gambar 2.7 Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan Mesin PemutarSumber: http://aryansah.wordpress.com

b Flokulasi

Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke

dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan

memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan

pengadukan lambat (slow mixing).

Gambar 2.8 Proses Flokulasi Partikel KoloidSumber: http://aryansah.wordpress.com

11

c Sedimentasi

Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui

unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air

akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi

untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah

didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan

prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa

lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak

sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.

Gambar 2.9 Proses SedimentasiSumber: http://aryansah.wordpress.com

Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator

Gambar 2.10 Unit Aselator pada Water Treatment PlantSumber: http://aryansah.wordpress.com

d Filtrasi

Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi.

Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk

menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya

12

terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga

ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Gambar 2.11 Unit FiltrasiSumber: http://aryansah.wordpress.com

Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses

tambahan, dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,

pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu

reservoir.

2.5.3 Reservoir

Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan,

air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat

penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-

pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan

grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi

lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi.

Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung. Atau dapat juga menggunakan

Pompa Tekan.

Gambar 2.12 Reservoir Air BersihSumber: http://aryansah.wordpress.com

13

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi

Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake,

WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian

yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan

kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke

reservoir.  Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk

didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah

distribusi.

Gambar 2.13 Proses Pengolahan Air BersihSumber: http://aryansah.wordpress.com

Pada dasarnya proses produksi air pada PT Aetra Jakarta sama dengan

penjelasan diatas yaitu pertama air baku dari bendungan Jatiluhur mengalir

melalui sungai dan pintu-pintu air menuju Instalasi Pengolahan Air (IPA) Aetra

di Buaran, Kalimalang, Jakarta dan selanjutnya mengalir ke Instalasi Pengolahan

Air Aetra di Pulo Gadung. Sebelum sampai di Jakarta, air baku tersebut juga

14

digunakan terlebih dahulu untuk irigasi persawahan. Di sepanjang aliran sungai

itu, masyarakat seringkali membuang sampah di sungai, sehingga air baku

tercemar. Setelah sampai di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Aetra di Jakarta, air

baku masuk ke dalam saringan kasar dan halus sebagai proses awal pembersihan

sampah. Air melalui proses flokulasi dan sedimentasi dimana kotoran yang ersisa

di dalam air akan membentuk flok dan mengendap menjadi Lumpur di dalam

kolam sedimentasi. Dalam perjalanan menuju bak penampungan air bersih

(reservoir), air akan kembali disaring dan diberi Klorin untuk membunuh kuman,

sehingga air menjadi bersih. Klorin yang dibubuhkan sebelumnya berfungsi untuk

membunuh kuman, kemudian disalurkan ke rumah-rumah pelanggan dan dapat

digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

 

Gambar 2.14 Proses Pengolahan Air Baku PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

Untuk mendistribusikan air bersih yang telah diproduksi hingga

menjangkau seluruh pelanggan yang berada di wilayah pelayanan Aetra, Aetra

15

memiliki Pusat Distribusi Cilincing dan 4 Booster Pump yang berlokasi di Pasar

rebo, Sumur Batu, Sungai Bambu dan Tugu.

 

Gambar 2.15 Pompa Tekan PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

2.6 Penerapan Teknologi PT Aetra Air Jakarta

Dalam menunjang efisiensi operasionalnya Aetra telah

mengimplementasikan teknologi baru, diantaranya :

a Geographical Information System (GIS) dan foto satelit untuk

memonitor dan menata asset serta data pelanggan.

b Cyble Radio Frequency (Cyble RF) yang merupakan cara pembacaan

Meter secara Otomatis menggunakan gelombang Radio

c GSM Logger yang berfungsi memantau aliran dan tekanan air pada

pipa distribusi dan dapat mengidentifikasi terjadinya kebocoran pipa.

16

d Leak Noise Correlator yaitu alat deteksi kebocoran untuk

mengidentifikasi kebocoran bawah tanah.

e Komputer Genggam (Hand Held) disertai dengan teknologi MVRS

Online (Sistem GPRS) yang digunakan oleh petugas pembaca meter

untuk mencatat volume pemakaian air. Data langsung ter-upload ke

dalam system Data Base Pelanggan. Alat ini juga dilengkapi dengan

Kamera untuk merekam gambar (photo) meter air & properti

pelanggan.

f Aetra Sedetik, Sistem penagihan rekening dengan mekanisme spot

bill - rekening langsung dicetak pada saat dilakukan pembacaan meter.

g Authomatic Meter Reading yaitu Meter Elektromagnetik, untuk

mengukur volume pemakaian dan suplai air pelanggan, Data yang

terekam dalam meter langsung dikirimkan ke dalam Data Base

sehingga pelanggan dapat langsung mengakses informasi pemakaian

air melalui Website yang disediakan Aetra.

h Distrik Meter Area, DMA ini untuk meningkatkan aliran air dan

kemampuan jaringan pipa distribusi, sekaligus penurunan kehilangan

air serta pencurian air.

i Mempunyai 3 Inline Booster Pump (Pompa Tekan) di Tugu (2009),

Kiwi (2010) dan Halim (2011).

Selain itu PT Aetra Air Jakarta juga menerapkan standar internasional

yaitu:

a Salah satu bentuk komitmen Aetra dalam meningkatkan Pelayanan

adalah dengan menerapkan Standard Internasional pada pengoperasian

jaringan distribusi air di wilayah operasional Aetra yang ditandai

dengan penerimaan sertifikat ISO 9001 versi 2008 dari Loyid’s

Register Quality Assurance (LRQA) untuk bidang Sistem

Management Operasional, Produksi, Customer Service dan

Laboratorium.

b Aetra memproduksi Air dengan standar kualitas air minum sesuai

dengan SK Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 di 3 (tiga)

Instalasi Pengolahan Air Aetra.

17

c Aetra selalu memonitor kualitas air yang di produksi dengan menguji

± 1000 sampel air dari 1000 titik lokasi yang berbeda setiap bulannya.

d Untuk mengukur standard kepuasan pelanggan (MCS – Measuring

Customer Satisfaction) yang dilakukan melalui pooling oleh lembaga

survey Independent, pada tahun 2011 Aetra memperoleh point sebesar

69.

2.7 Area Pelayanan PT Aetra Air Jakarta

Gambar 2.16 Divisi Area Pelayanan PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya Aetra membagi

Area service pelanggan ke dalam 3 (tiga) SBU - Service Business Unit :

2.7.1 Service Business Utara

Gambar 2.17 Services Business UtaraSumber: http://www.aetra.co.id

18

Tabel 2.1 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business Utara

Sumber: http://www.aetra.co.id

2.7.2 Service Business Tengah

Gambar 2.18 Services Business TengahSumber: http://www.aetra.co.id

19

Tabel 2.2 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business Tengah

Sumber: http://www.aetra.co.id

2.7.3 Service Business Selatan

Gambar 2.19 Services Business SelatanSumber: http://www.aetra.co.id

20

Tabel 2.3 Luas Area, Jumlah Pelanggan setiap KPP pada Area Services Business Selatan

Sumber: http://www.aetra.co.id

2.8 Tarif Air Minum Pelanggan PT Aetra Air Jakarta

Tabel 2.4 Susunan Tarif Air Minum dan Uraian kelompok/Golongan Pelanggan PT Aetra Air Jakarta

Sumber: http://www.aetra.co.id

Tabel 2.5 Uraian Kelompok/Golongan Pelanggan

21

Sumber: http://www.aetra.co.id

2.9 Sertifikasi dan Prestasi Pencapaian PT Aetra Air Jakarta

2.9.1 Sertifikasi

ISO 9001 versi 2000

Salah satu komitmen Aetra dalam

meningkatkan kinerja dan kepuasan

pelanggan adalah menerapkan Standar

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 versi

2000 untuk pengolahan air dan bagian

terkait lainnya. Hal tersebut telah ditandai

dengan diterimanya sertifikasi ISO 9001

versi tahun 2000 dari Lloyd's Register

Quality Assurance (LRQA) untuk bidang

Sistem Manajemen Kualitas.

K3, ZERO ACCIDENT

Aetra telah menerima PENGHARGAAN

KECELAKAAN NIHIL (ZERO ACCIDENT

AWARD) dari Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi atas prestasinya dalam melaksanakan

program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga

mencapai 4.205.157 jam kerja orang tanpa kecelakaan

kerja, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006 s/d 30

November 2006.

Sertifikat Sistem Manajemen Mutu - ISO 9001

versi 2008

Salah satu komitmen Aetra dalam

meningkatkan kinerja dan kepuasan pelanggan adalah

menerapkan Standar Sistem Manajemen Mutu ISO

9001 versi 2008 untuk pengolahan air dan bagian

terkait lainnya. Hal tersebut telah ditandai dengan

diterimanya sertifikasi ISO 9001 versi tahun 2008 dari

Lloyd's Register Quality Assurance (LRQA) untuk

22

bidang Sistem Manajemen Kualitas.

Sertifikat Layanan Pelanggan - ISO 9001 versi

2008

Salah satu komitmen Aetra dalam meningkatkan

kinerja dan kepuasan pelanggan adalah menyediakan

layanan pelanggan ISO 9001 versi 2008 untuk

informasi produk dan servis, penanganan keluhan

pelanggan, pembacaan data meter, dan penanganan

tagihan untuk suplai air. Hal tersebut telah ditandai

dengan diterimanya sertifikasi ISO 9001 versi tahun

2008 dari Lloyd's Register Quality Assurance (LRQA)

untuk bidang Sistem Layanan Pelanggan yang

berkualitas.

Pada 31 Agustus 2010, Aetra menerima sertifikat ISO (The

International Organization for Standarization) 9001 : 2008 untuk

Pelayanan Pelanggan serta migrasi sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk

produksi. Sebelumnya, Aetra telah mendapatkan sertifikat ISO 9000 untuk

lingkup produksi sejak tahun 2000. Aetra saat ini sedang menyiappkan diri

untuk mendapatkan Sertifikasi ISO IE (International Electrical

Commission) 17025 : 2005 untuk lingkup Laboratorium.

2.9.2 Prestasi Pencapaian PT Aetra Air Jakarta

23

Gambar 2.20 Grafik Pencapaian PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

Gambar 2.21 Grafik Customer Satisfaction Index & Customer Reention IndexSumber: http://www.aetra.co.id

24

Gambar 2.22 Grafik Investasi 2008-Agustus 2012 PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

2.10 Tanggung Jawab Sosial Kemasyarakatan (Corporate Social

Responsibility)

Program-Program CSR 2011meliputi :

A. Program Konservasi Air dan lingkungan

Program Konservasi Air dan Lingkungan terbagi dalam 2 kegiatan:

1. Program Duta Air dan Sanitasi

Menjadikan brand image Aetra melalui generasi muda tentang

penanaman & perubahan perilaku ramah terhadap air dan kelestarian

lingkungan hidup dan memberikan gambaran umum tentang proses

produksi air bersih Aetra (perjalanan dari Kalimalang sampai dengan

laboratorium).

25

Gambar 2.23 Program Duta Air dan Sanitasi PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

2. Program Konservasi DAS Citarum melauli Mekanisme Imbal Jasa

Lingkungan

Berlatar belakang lahan kritis yang semakin luas dan berakibat

debit air terus berkurang, maka diterapkan dengan mengubah pola tanam

sayuran yang berakar pendek dengan pola tanam multi strata yang kuat,

meningkatkan brand image Aetra sebagai perusahaan yang peduli pada isu

lingkungan terhadap konservasi air di lahan kritis, khususnya bagian dari

Das Citarum serta memilih Das Citarum, diharapkan akan berdampak

langsung terhadap potensi kualitas & Kuantitas yang baik sebagai

penyedia air baku bagi keberlangsungan operasional pelayanan Aetra.

Gambar 2.24 Program Konservasi DAS Citarum melalui Mekanisme

Imbal Jasa LingkunganSumber: http://www.aetra.co.id

26

B. Program Akses Air Bersih

Gambar 2.25 Kios Air PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

Kios Air Aetra mempunyai 8 titik kios air:

5 titik (tandon) di kelurahan Rorotan

3titik (tandon) di kelurahan Marunda

Kran Air Siap Minum

1 titik di Walikota Jakarta Utara

1 titik di walikota Jakarta Timur

Tabel 2.6 Lokasi Kios Air

Sumber: http://www.aetra.co.id

C. Program Pemberdayaan Masyarakat

Mewujudkan visi Aetra, dengan meningkatkan kehidupan

masyarakat setiap saat, meningkatkan kesadaran lingkungan dan

meningkatkan kesadaran pentingnya menggunakan air dari sistem

perpipaan melalui program CINTA LINGKUNGAN, meningkatkan

perekonomian masyarakat melalui PROGRAM MICRO FINANCE, pada

27

tahun 2011 lalu, Aetra melakukan Program Kampoeng Bangkit II di

Kelurahan Pademangan Timur RW 10 dengan hasil yang cukup signifikan

bahwa tingkat pencurian air di area tersebut menurun dengan drastis

karena kebutuhan air bersih sudah terpenuhi dengan pembanguanan 2

(dua) unit hidran umum, untuk tahun 2012, Aetra terus mengembangkan

Program Kampoeng Bangkit 2 di lokasi yang berbeda yaitu di area

Kampung Baru Satu, RW 05 Kel. Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur.

Gambar 2.26 Program Kampoeng Bangkit oleh PT Aetra Air JakartaSumber: http://www.aetra.co.id

28

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya program pemerintah Direktorat Jenderal Cipta Karya dan

Direktorat Pengembangan Air Minum keluarlah kebijakan “Penyehatan PDAM”

penyediaan air minum yang berbasis sektor, sangat membantu masyarakat dalam

memperoleh air bersih, dalam hal ini PT Aetra Air Jakarta sudah cukup besar dan

cukup mumpuni dalam bidang penyediaan air bersih, hal tersebut dapat dilihat

dari pencapaian, sertifikasi dan penghargaan yang diraih oleh perusahaan tersebut

mulai dari Manajemen Mutu, hingga Layanan Pelanggan. PT Aetra Air Jakarta

juga peduli terhadap masyarakat sekitar, terbukti dengan adanya program

“Tanggung Jawab Sosial Kemasyarakatan (Corporate Social Responsibility)”

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar perusahaan air minum di seluruh Indonesia

dapat mencontoh PT Aetra Air Jakarta yang tidak hanya membantu masyarakat

dalam hal penyediaan air bersih, tetapi juga ikut membantu masyarakat dalam

program sosial, maupun lingkungan.

29

DAFTAR PUSTAKA

Internet:

http://www.aetra.co.id, di akses pada tanggal 20 April 2013 jam 20:16

Kania, Dewi. Slide kuliah Rekayasa Lingkungan Departemen Teknik

Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB 2009,

http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/,

dikases pada tanggal 20 April 2013 jam 20:35

http://id.wikipedia.org/wiki/PDAM, diakses pada tanggal 20 April 2013 jam

20:40