Majalah Bali Post Edisi 26

52
26 | 24 Februari - 2 Maret 2014 RP 20.000 RP 20 0 R RP R 2 0 20 000 0 0 00 0 00 26 | | 24 Februari - 2 Maret 2014 e r a 14 Bali Post RSI yang Tak Kunjung Datang

description

Headline : RSI Yang Tak Kunjung Datang

Transcript of Majalah Bali Post Edisi 26

Page 1: Majalah Bali Post Edisi 26

26 | 24 Februari - 2 Maret 2014

RP 20.000RP 20 0RRPR 2020 0000000000

26626 ||||| 24 Februari - 2 Maret 201424 Februari - 2 Maret 2 14014

Bali PostRSI yang Tak

Kunjung Datang

Page 2: Majalah Bali Post Edisi 26
Page 3: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 3

D A F T A R I S I

KILAS BERITA�Semarapura Dikepung Banjir 6LAPORAN UTAMA�Wira Satya Bantu Program Pembangunan,Kedepankan Kearifan Lokal 8�Pengamanan VVIP Libatkan Pecalang 9SEJARAH�Gunung Kelud’’Anak Nakal’’ Berkarakter Beda 10

POLITIK�Merindukan Politisi Peduli Lingkungan 12 �Pengamanan Pileg, Bali Dibagi Tiga Zona 12 LINGKUNGAN�Tergantung Cuaca 14�Trunyan Dilupakan? 15OPINI�Beras Salah Urus 16JAJAK PENDAPAT�Mewaspadai Politisasi Pemerintahan Desa 17PENDIDIKAN�Jelang UN 2014 Disdikpora Didesak Data Sekolah ”Bermasalah” 18MANCANEGARA�Dialog Korut dan Korsel Pembuka Jalan Perdamaian? 20DAERAH�PPI Kusamba Tak Layak Dilanjutkan 22KESEHATAN�Bedah Plastik, Rekonstruksi Jari Putus pun Bisa Disambung 24LENSA�Pencari Batu Sikat 26

OLAHRAGA�Mengumpulkan Generasi yang Hilang 28

KRIMINAL�Setir Mobil, Siswi SMP Tewaskan Dua Pemotor 32BISNIS�RSI yang Tak Kunjung Datang 36PARIWISATA�Objek Wisata Jatiluwih Diserbu Investor 38

EVENT�Denpasar Tempoe Doeloe 40WISATA�Keluhkan Jalan Rusak 42TRADISI�’’Nyepi Luh’’ dan ’’Nyepi Muani’’ di Ababi 44PROPERTI�Kamar Mandi Sebaiknya di ’’Teben’’ Di Hulu, Berdampak Buruk bagi Kesehatan 46GAYA HIDUP�Tema Tiga Pola Hidup Sehat 48BUDAYA�Basmi Sampah Demi Anak Cucu 50

Page 4: Majalah Bali Post Edisi 26

4

Jalan Hancur Lebur

Joged Porno di Pasar Badung

Subak Kekeringan

Harus Tetap Waspada

24 Februari - 2 Maret 20144

D A R I P E M B A C A

PerintisK Nadha

Pemimpin UmumABG Satria Naradha

Pemimpin Redaksi/Penanggung JawabWirata

Redaktur Pelaksana/Wakil Penanggung Jawab Alit Purnata

Sekretaris RedaksiSugiarthaRedaksi

Alit Susrini, Alit Sumertha, Daniel Fajry,Dira Arsana,Mawa, Suana, Sueca,

Yudi Winanto, Subrata, Budi Wiriyanto,Anggota Redaksi Denpasar

Giriana Saputra, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi, Subrata, Sumatika, Asmara Putra, Diah

Dewi, Yudi Karnaedi, Wira Sanjiwani, Pramana Wijaya, Eka Adhiyasa, Dedy Sumartana, Parwata, Rindra, Agustoni, Widana, Ngurah Kertanegara,

Manik Astajaya, Komang Suryawan. Bangli: Ida Ayu Swasrina,

Buleleng: Dewa Kusuma, Mudiarta, Gianyar: Agung Dharmada, Karangasem: Budana, Klungkung: Bagiarta, Negara: IB Surya Dharma,

Tabanan: Dewi Puspawati

JakartaNikson, Hardianto, Ade Irawan

NTBAgus Talino, Syamsudin Karim,

Izzul Khairi, Raka Akriyani

SurabayaBambang Wiliarto

Kantor Redaksi

Jalan Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon : (0361)225764,

Facsimile: 227418, Alamat Surat: P.O.Box:3010 Denpasar 80001.

Perwakilan Bali Post Jakarta, Bag.Iklan/Redaksi: Jl.Palmerah Barat 21F. Telp 021-5357602,

Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalam Bangau No. 15 Cakranegara

Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257 Manajer Iklan: Suryanta,

Manajer Sirkulasi: Budiarta, Alamat Bagian Iklan: Jl.Kepundung 67A,

Denpasar 80232 Telp.: 225764, Facsimile : 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00,

Sabtu 08.00-13.00, Minggu 08.00-19.00. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers

SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 Tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP,

PenerbitPT Bali Post. Rek. BCA KCU Hasanudin Denpasar AC: 040-3070618 a/n PT. Bali Post. Rek. BRI Jl. Gajahmada Denpasar A/C: 00170 1000320 300 an

Pt.Bali Post.Dicetak di Percetakan BP

Bali belakangan ini menderita sakit, pusing, kebingungan dan stres, akibat dari cuaca buruk seputar Teluk Benoa. Tanpa firasat muncul Jero Wasik (JW)

dengan membawa angin segar ke Bali. Kenapa angin segar, karena pernyataan-nya, ‘’....Bali tidak perlu nguruk-nguruk laut, tanah Bali masih luas,...dst...’’. Banyak masyarakat Bali yang terkesima, kemudian berharap agar cuaca di Teluk Benoa cepat normal kembali, sehingga Bali menjadi tenang, nyaman dan aman. Namun banyak juga masyarakat yang masih ragu dan mungkin tidak percaya dengan pernyataan JW. Apakah ini sekadar ‘bumbu pemilu’ atau ‘madu pemilu’? Untuk para aktivis dan masyarakat yang terus berjuang menolak reklamasi, agar tetap waspada dan tetap bertahan pada posisinya. Para pemimpin, cendekiawan dan caleg Bali, sekarang bersatulah mendukung perjuangan kita.

Ir. I Gusti Ngurah OkaDusun Takmung Kawan Desa Takmung

Kec. Banjarangkan, Klungkung

Yth. Bupati Tabanan, mohon perhatian jalan dari Gadungan ke utara menuju Gempinis ke Wanagiri tembus ke Pupuan Sawah hancur lebur. Jalan ini

banyak dilalui turis petualang serta melancarkan perekonomian rakyat kecil. Kenapa tidak diutamakan atau diprioritaskan, kan bisa menyejahterakan rakyat dan wakil rakyat harus peduli dengan keperluan rakyat melalui perbaikan jalan di desa.

AstawaDenpasar

Kami mohon kepada Dinas terkait untuk mengawasi pertunjukan di Pasar Badung Denpasar, yang diselenggarakan oleh salah satu dealer sepeda

motor. Karena pada hari Senin (10/2) telah dipertunjukkan tontonan joged yang atraksinya bernuansa pornografi. Hal tersebut sangat mencoreng bu-daya dan napas dari joged sebenarnya. Yang lebih parah lagi dipertunjukkan di keramaian pasar.

Agung Wijaya KusumaDenpasar

Sudah hampir 2 bulan ini 3 subak di Kecamatan Selemadeg Barat (Tabanan) mengalami kekeringan, karena di hulu aliran air (telabah) tertutup oleh

tanah longsor. Subak dimaksud adalah Subak Lalang Linggah, Subak Tire-man dan Subak Semaja. Karena beratnya medan, para petani minta perhatian serta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tabanan agar sawah mereka segera teraliri air karena banyak padi kekeringan dan musim tanam selanjutnya akan segera tiba.

Wayan Kawan SetiawanJl. Pulau Ayu XIII No. 3 Teuku Umar Denpasar

Page 5: Majalah Bali Post Edisi 26

5

Page 6: Majalah Bali Post Edisi 26

6

K I L A S B E R I T A

24 Februari - 2 Maret 20146

Semarapura Dikepung BanjirHujan lebat selama dua jam

mengakibatkan banjir di Kota Semarapura, Klungkung, Min-ggu (9/2). Hujan disertai angin

kencang dan petir ini mengakibatkan gorong-gorong mampet. Alhasil, sejumlah jalur di Kota Semarapura digenangi banjir. Salah satunya, di simpang empat catus pata. Ikon Klungkung itu dikepung banjir dari tiga jalur, setinggi paha orang dewasa.

Hujan lebat di Klungkung dimulai seki-tar pukul 14.00 wita. Guyuran hujan selama dua jam, menimbulkan kiriman air cukup besar dari arah utara, tepatnya dari Jalan Gajah Mada. Rupanya, got sepanjang jalan ini mampet. Sehingga, air hujan langsung mengepung catus pata di hilir Jalan Gajah Mada. Air di jalur ini, juga mengalir ke Jalan Diponegoro ke arah timur, Jalan Puputan ke arah selatan dan Jalan Untung Surapati ke arah barat. Banjir di simpang empat catus pata kian parah, setelah kiriman banjir lain-

nya juga datang dari arah berlawanan di Jalan Dipo-negoro dan Jalan Untung Surapati. Sehingga, simpang empat catus pata benar-benar dikepung banjir.

Sejumlah pengguna jalan sempat terjebak di tengah banjir, tepat di simpang empat itu. Bahkan, kendaraan sep-erti mobil dan motor sempat mogok di tengah banjir. Se-mentara, pengendara lainnya, nampak balik arah, setelah jalur di depannya dikepung banjir. ‘’Banjirnya cukup be-sar, daripada motor terjebak banjir dan mogok, mendin-gan langsung balik cari jalur lain,’’ kata seorang warga, Wayan Nata.

Tidak hanya catus pata, Pasar Se-marapura juga dikepung banjir. Salah

satunya, nampak di Blok D. Banjir di pasar baru perlahan surut sore sekitar pukul 17.10 wita.

� Bagiarta

BADAN Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bangli akhirnya menggelar sidak terhadap sejumlah pengusaha pem-buatan kacang kapri di wilayah Nyang-gelan Kaja, Bangli, Senin (10/2). Di lokasi, petugas melakukan pengecekan terhadap sistem pembuangan limbah dan mengambil sampel air sungai yang diduga tercemar limbah.

Hal itu dilakukan menyusul ban-yaknya keluhan masyarakat terhadap kondisi sungai setempat yang sudah berubah warna dan diduga tercemar limbah kacang kapri.

Kabid Pengendalian Dampak Ling-kungan (PDL) BLH Bangli Gusti Lak-sana menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan timnya terh-

adap empat pen-gusaha kacang kapri di wilayah N y a n g g e l a n Kaja, Bangli, tidak ditemukan adanya indikasi p e n c e m a r a n limbah.

Hal itu kar-ena empat pen-gusaha yang d imoni tor ing semuanya telah melakukan pen-golahan limbah secara baik dan terkelola. “Dari empat pengu-

saha yang telah kami monitor, semuanya mengolah limbah kacang kapri sesuai aturan. Air cucian kacang dialirkan dan di-filter ke bak penampungan dan septic tank khusus. Begitu juga limbah min-yaknya sudah dikelola, dan kulit kacang-nya diolah menjadi pupuk,” paparnya.

Tidak hanya mengecek pengolahan limbah, pihaknya juga mengaku melaku-kan pengecekan dan pengambilan sampel air di sungai Nyanggelan Kaja yang sela-ma ini dituding sebagai sumber pembawa limbah ke sungai yang berada di hilirnya. Saat melakukan pengamatan, petugas tidak menemukan adanya perubahan warna air di sungai tersebut.

BLH justru menemukan kondisi air sungai yang warnanya menghitam di sungai wilayah Nyanggelan Tengah, Klungkung. Menghitamnya air terse-but diduga akibat pencemaran limbah kacang kapri dan kotoran babi. Selain itu, saat melakukan pengamatan petugas juga menemukan seorang pengusaha di wilayah Nyanggelan Tengah yang sedang mencuci kacang di batas selatan Nyanggelan Kaja.

� Swasrina

BLH Sidak Pembuangan Limbah Kacang

MBP/ina

Page 7: Majalah Bali Post Edisi 26

7

GEDUNG SD Negeri 2 Pejeng, Kecamatan Tam-paksiring, Gianyar tertimpa pohon blayur. Akibatnya, para siswa terpaksa dipu-langkan lebih awal karena proses belajar mengajar di sekolah itu sempat tergang-gu. Sejumlah siswa harus dievakuasi dari ruangan yang gedungnya tertimpa pohon ke ruang perpusta-kaan sekolah.

Tumbangnya pohon bl-ayur berukuran sedang itu terjadi Minggu ten-gah malam. Pihak sekolah yang baru masuk Senin (10/2), terkejut melihat gedung belajar di SD Negeri 2 Pejeng rusak tertimpa pohon. Sejum-lah genteng bangunan rusak sehingga ruangan kelas tak bisa digunakan. Selain itu, bagian atap jebol dan satu ruang kelas tidak dapat diperguna-kan untuk proses bejajar mengajar. Evakuasi pun akhirnya dilakukan oleh tim BPBD Kabupaten Gianyar. Proses evakuasi berjalan dengan penuh hati-hati. Hal ini agar pembersihan pohon tidak merusak bangunan gedung seko-

lah lainnya. Dari pengamatan suasana sekolah, tampaknya sejumlah guru masih mengkhawatirkan keselamatan siswanya, mengingat masih ada pulu-han pohon rawan tumbang mengelil-ingi sekolah itu.

Kepala SD Negeri 2 Pejeng I Nyo-man Bandem, mengatakan, ruangan yang tertimpa pohon itu dipergunakan oleh siswa kelas IV. Sehingga untuk keamanan, siswa sementara dievakuasi ke ruangan perpustakaan. Siswa ter-paksa dipulangkan lebih awal.

� Agung Darmada

24 Februari - 2 Maret 2014 7

LEBIH dari 30 rumah hangus da-lam salah satu kebakaran terburuk di Australia pascakebakaran mengerikan pada 2009 yang menewaskan 173 orang. Kebakaran kali ini intensitasnya lumayan besar dan mengancam kota terbesar kedua Melbourne. Para pejabat Australia mengatakan, kebakaran hutan ini semakin mendekati Melbourne.

Menteri negara bagian Victoria, Den-nis Napthine, memastikan kebakaran hutan kali ini sudah menghanguskan 30 rumah lebih di seluruh wilayah negara bagian itu. “Saat ini belum ada korban

jiwa karena upaya keras para pemadam kebakaran dan semua petugas,” kata Napthine.

Sementara itu, PM Australia Tony Abbott mengatakan, pemerintahannya siap untuk melakukan apa pun demi memastikan warga di daerah bencana mendapatkan bantuan saat dibutuhkan. Enam kebakaran terjadi sepanjang, Senin (10/2), termasuk pada jarak 40 kilometer dari Kota Melbourne.

Kebakaran yang menghanguskan puluhan ribu lahan itu sudah mencapai level darurat. Petugas pemadam keba-karan berusaha keras mengendalikan api di sekitar Melbourne. Mereka mengata-kan berhasil menyelamatkan setidaknya 550 properti dari ancaman api di Keilor, tak jauh dari Bandara Melbourne.

� Agustoni/afp

ANGIN puting beliung menerjang rumah warga di dua dusun yakni Dusun Bajangan dan Dusun Lebah Desa Den Carik, Keca-matan Banjar, Buleleng. Kejadian diawali hujan deras disertai angin kencang, Sabtu (8/2). Salah seorang warga, Made Mudita (44) mengatakan angin puting beliung ini menimpa rumah warga di dua dusun.

Kejadiannya sangat cepat dan menyasar daerah permukiman penduduk. “Kejadian diperkirakan pukul 23.30 wita ketika warga sedang tidur. Minggu (9/2) pukul 06.00 wita, ada tetangga saya memberi tahu gudang mi-lik saya terkena angin puting beliung. Saya lalu mengecek dan benar gudang saya telah hancur berantakan,” ujarnya.

Mudita menjelaskan, kerugian akibat puting beliung ini mencapai puluhan juta rupiah. Namun dirinya bersyukur sebab anggota keluarganya tidak ada yang terkena musibah angin puting beliung ini.

Made Suteja, Perbekel Dencarik men-gatakan kerusakan terparah menimpa atap rumah dan ada juga rumah yang rata dengan tanah terkena hempasan puting beliung. “Korban jiwa syukurnya tidak ada, hanya kerusakan fisik rumah warga. Di Dusun Bajangan, 4 rumah rusak dan Dusun Lebah 2 rumah. Kami sudah berkoordinasi ber-sama pihak kecamatan dan BNPB. Untuk kerugian musibah belum sempat kami identifikasi keseluruhan,” jelasnya.

� Dewa Kusuma

Gedung SDN Tertimpa Pohon

Kebakaran Australia, Hanguskan 30 Rumah

Puting Beliung Terjang Dua Dusun

Page 8: Majalah Bali Post Edisi 26

8

L A P O R A N U T A M A

Wira Satya

Bantu Program Pembangunan,Kedepankan Kearifan LokalKorem 163/Wira Satya secara

geografis terletak di Pulau Bali dengan wilayah 5.632 m2. Memiliki 8 kabupaten

dan satu kota madya, delapan kodim dan 52 koramil. Dalam melaksanakan tugas pokok pembinaan teritorial, Korem 163/WSA juga menyesuaikan dengan tipologi wilayah Bali yang beraneka ragam budaya dan daerah wisata.

Secara spesifik, Pulau Bali berbeda dengan kebanyakan pulau-pulau lain di Indonesia. Pulau Bali merupakan pulau wisata dan memiliki daya tarik tempat wisata di hampir semua kabupaten. Daya tarik khusus wisata bali mencakup kul-tural adat dan seni budaya serta agama secara kompleks dan sangat menarik. Bali merupakan pusat wisatawan/turis (center of tourism) di Indonesia.

Atas kondisi Bali sebagai daerah tu-juan wisata dan keanekaragaman budaya, Korem 163/WSA selalu membantu pe-

merintah daerah dalam setiap pelaksanaan

program pemban-gunan dengan mengedepank-an kearifan l o k a l . D i s a m p i n g melaksana-

kan tugas pem-binaan terito-rial (binter),

juga melak-sanakan tugas p e n g a m a n a n

VVIP (Very Very Important Person)

sesuai yang dia-mana t -

kan pada Pasal 7 UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Banyak agenda atau event nasional dan internasional yang dilak-sanakan dan telah diamankan oleh Korem 163/WSA melalui pam VVIP seperti: Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Bali Democracy Forum (BDF), World Culture Forum (WCF), dan World Trade Organization (WTO), serta Miss World dan lainnya. Tolak ukur keberhasilan pengamanan, tidak adanya gangguan dan ancaman serta hambatan sebelum selama dan sesudah kegiatan konfrensi.

Di sisi lain, Korem 163/WSA juga tetap konsisten dalam menghadapi setiap kemungkinan ancaman terorisme. Bali yang pernah mengalami serangan teror-isme pada tahun 2002 (Bom Bali I) dan pada tahun 2005 (Bom Bali II) membuat trauma masyarakat dan wisatawan asing yang akan berkunjung ke Bali. Korem 163/WSA sebagai satuan komando kewil-ayahan di Bali terus-menerus melakukan langkah-langkah Binter dan mendorong pemerintah daerah tetap memajukan kehidupan pariwisata di Bali, melalui pemikiran dan langkah-langkah di luar kebiasaan (out of the box) satuan Korem lain pada umumnya. Demikian juga pada tugas yang lain yaitu membantu tugas Polri di bidang Kamtibmas. Korem 163/WSA selalu bersinergi dengan jajaran Polda Bali turut menyelesaikan setiap permasalahan kamtibmas di wilayah.

Adapun terobosan transformasi Binter yang telah dilakukan Korem 163/WSA yakni melaksanakan pengamanan Pam VVIP melibatkan pecalang yang terk-oordinir dengan baik. Selanjutnya dalam mendukung tugas pokok Korem, Kodim dan Koramil dan seluruh Babinsa yang bertugas di wilayah telah menggunakan HP android sehingga dapat mengakses

berita dan mengirim berita dengan cepat. Kemudian Babinsa diberi-kan kesempatan untuk berbicara di media sesuai dengan kapasitas tugas dan tanggung jawabnya.

Juga penggunaan pakaian adat Bali sep-erti saput (kain) dan udeng (ikat kepala) loreng, menjadi inspirasi dan motivasi tersendiri bagi prajurit Korem 163/WSA. Selanjutnya, pembuatan buku yang akan mengangkat dan mempromosikan Bali sebagai tempat wisata yang eksotis, aman, bersih, dan nyaman. Juga melaksanakan seminar tentang bagaimana Bali menjadi lebih unik dan menarik perhatian dunia serta penyediaan fasilitas toilet world class di semua jajaran Korem 163/WSA.

Terus, bagaimanakah konsep trans-formasi Binter Korem 163/WSA saat ini? Menjawab pertanyaan itu, dilakukan analisa dengan pendekatan empiris, ses-uai kenyataan tugas di lapangan. Adapun kegunaan tulisan ini sebagai bahan masukan pada Komando Atas dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

� Kol. Inf. Dr. Anton Nugroho, MMDS., M.A. (Komandan Korem

163/Wira Satya)

Page 9: Majalah Bali Post Edisi 26

9

KOREM 163/WSA selain melaksanakan tugas Binter di wilayah juga melaksanakan pengamanan VVIP. Dalam menjalankan tugas Pam VVIP selama ini bekerja sama dengan Polri, pemerintah daerah dan melibatkan unsur-unsur terkait termasuk pecalang. Siapa sebenarnya pecalang?

Pecalang berasal dari kata calang dan menurut theologinya dari kata celang yang dapat diartikan waspada. Jadi pecalang ada-lah seorang yang ditugaskan untuk menga-mankan desa adatnya untuk selalu waspada terhadap keamanan desa adat. Pecalang sering juga disebut polisi tradisional Bali tugasnya mengamankan suatu kegiatan adat, seperti: Upacara keagamaan, prosesi ngaben, prosesi pernikahan dan lain-lainnya yang berkaitan upacara adat di Bali. Jumlah pecalang di Bali cukup banyak sampai mencapai angka ribuan yaitu 13.392 orang. Hal ini dikarenakan di se-tiap banjar (RT) memiliki organisasi pecalang. Dari jumlah yang cukup banyak tersebut oleh Korem 163/WSA dijadikan sebagai peluang dan kekuatan untuk membantu TNI khusus-nya pengamanan Pam VVIP.

Pada kurun waktu tahun 2012 dan 2013 Korem 163/WSA telah melaksanakan pengamanan VVIP dengan berbagai agenda nasional dan internasional. Agenda inter-nasional sering dilaksanakan pada Agustus sampai Desember dan agenda nasional antara

Januari sampai Agustus. Mengapa menggunakan pecalang? Dilihat

dari kegiatan PAM VVIP di wilayah Korem 163/WSA cukup padat menjadikan ada kekurangan jumlah personel pengamanan yang pada awalnya menjadi kendala. Namun Danrem 163/WSA selaku Dansatgas Pamwil pada operasi Pam VVIP mengambil langkah untuk melibatkan pecalang sebagai tenaga bantuan membantu Pam VVIP. Pecalang dilibatkan sebagai tenaga bantuan pada ring III, baik pada pengamanan rute maupun ring III. Pengamanan ini sangat efektif dilakukan karena pecalang membantu menutup jalan-jalan kecil yang tidak ter-cover oleh TNI maupun Polri.

Dampak positif bagi Satuan Korem 163/WSA dalam penggunaan pecalang selama ini yakni terjadinya komunikasi sosial antara pra-jurit dan masyarakat (pecalang), secara tidak langsung melatih kesiap siagaan masyarakat untuk siap menghadapi segala ancaman di wilayah Bali, saling memberikan dukungan

moril antara TNI dan masyarakat selama melaksanakan tugas Pam VVIP, kemudian memberikan efek deteren terhadap musuh/teroris atau pihak-pihak yang ingin menga-caukan jalannya agenda nasional maupun internasional di Bali.

Dari dampak strategisnya, pecalang merupakan salah satu contoh Polisi Tradis-ional di Bali. Di wilayah lain di luar Bali di seluruh Indonesia tentu memiliki Polisi Tradisional seperti pecalang di Bali. Di Jawa dikenal dengan jogoboyo, di Batam dikenal dengan hulubalang, dan masih banyak lagi lainnya. Apabila seluruh Korem Jajaran TNI Angkatan Darat melakukan hal yang sama seperti Korem 163/WSA maka dampak strategis yang dirasakan adalah kekuatan TNI dan rakyat yang selama ini sudah terjalin akan lebih menambah kekuatan dan kepercayaan masyarakat kepada TNI. Sehingga citra TNI akan semakin baik di mata rakyat.

� Kol. Inf. Dr. Anton Nugroho,

MMDS, MA. (Komandan Korem 163/Wira Satya )

24 Februari - 2 Maret 2014 9

Pengamanan VVIP

Libatkan Pecalang

Danrem 163/Wira Satya Kol.Inf. Dr. Anton Nugroho saat memberikan pengarahan pada bawahannya.

MBP/dok

Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya menyalami pecalang pada saat apel kesiapan pengamanan kegiatan internasional.

Page 10: Majalah Bali Post Edisi 26

10

S E J A R A H

24 Februari - 2 Maret 201410

Gunung Kelud telah meletus dua minggu lalu. Masyarakat pun telah diungsikan. Peris-tiwa ini sebenarnya ditakutkan

masyarakat, terutama di daerah Kediri Selatan dan Blitar Barat maupun Utara.

Sampai awal tahun lalu, wisatawan (terbanyak wisnus) masih bisa naik hingga kawah gunung setinggi 1.731 me-ter dpl. tersebut. Ada bangunan semacam pelataran dari beton yang cukup luas dekat terowongan pembuang air guna mencegah air meluap dari kawah. Dari ‘pelataran’ itu wisatawan bisa menyak-sikan kawah berbentuk mangkuk dan air hijau kehitaman karena kedalamannya.

Peristiwa ‘’nakalnya’’ Gunung Kelud terakhir terjadi September 2007. Tiba-tiba saja ‘si anak nakal’ muncul dari dalam air kawah. Mulai dari berbentuk gundukan tanah hitam kelabu yang mengepulkan asap, kemudian berkembang bagaikan telur raksasa yang mengerikan, terdiri dari lava pekat, batu, kerikil dan tanah berpasir yang menyala. Pelan-pelan dia bangkit dari hari ke hari.

“Anak Kelud” begitu disebut orang, kini sudah setinggi sekitar 175 meter! Air kawah sudah hilang karena lubang kawah tertutup. Terowongan pembuang air kawah bila meluap, sudah tertutup oleh lava baru itu. Pelataran beton itu pun ditelannya..

Mengapa gunung itu ditakuti? Meskip-un ada aliran kepercayaan yang mengang-gap gunung tersebut sakral seperti halnya Gunung-gunung Lawu (perbatasan Jatim-Jateng), Penanggungan dan Semeru, na-mun secara alamiah saja, Kelud beberapa kali membawa korban jiwa manusia mau-pun harta benda bila meletus.

Puncaknya berbentuk cawan, yang sebelum lava bagai telur itu menutupnya,

menampung air kehijauan (belerang) jutaan meter kubik. Ketika meletus 1919, membawa korbannya tidak sedikit. Air pa-nas dan dingin ditumpahkan dari ‘cawan’ itu. Sampai alun-alun kota Kabupaten Blitar (berjarak puluhan kilometer dari gunung itu) terendam banjir lahar dingin. Lebih parah di bagian barat Kota Blitar, lahar panas dan dingin berupa bebatuan dan pasir putih keabu-abuan menutup areal pedesaan dan persawahan yang luas. Kini sisa lahar itu masih terhampar luas di Kecamatan Udan Awu (hujan abu). seolah dataran berwarna putih keabuan.

Korban jiwa saat itu 5.110 orang. Pa-dahal, di zaman itu jumlah pedesaan dan penduduk masih jarang. Tidak sebanyak sekarang. Lalu letusan-letusan selanjut-nya. Sampai sekarang yang dianggap cukup besar, adalah letusan 1966. Gunung itu memuntahkan air kawahnya sejumlah 20.500 ribu m3 yang diikuti 90 juta m3 material (lava) dari perutnya, menjadikan lahar panas itu meluncur sejauh 31 km. Sedikitnya 25 desa hancur dan 282 orang tewas, baik di Kabupaten Blitar maupun Kabupaten Kediri.

Perhitungan Direktorat Geologi Band-ung, ciri Kelud punya periode untuk meletus 15 tahun sekali. Seharusnya meletus lagi pada 1981, namun tidak terjadi, kecuali peningkatan aktivitasnya, meskipun terjadi hujan abu panas. Baru tahun 1990 terjadi letusan dan peluncuran lava, merusak kawasan pertanian dan perkebunan. Tidak dijelaskan mengenai korban jiwa manusia. Luncurannya agak terhambat, karena sejak 1973, -- dari pen-galaman 1966, -- pemerintah membangun tanggul-tanggul untuk kantong-kantong lahar di lerengnya (terutama arah ke se-latan, Kabupaten Blitar) guna mencegah

derasnya aliran lahar panas bila meletus yang bakal menimpa perkampungan. Terutama yang ada di kanan kiri Kali Semut (Blitar), persawahan, perkebunan, hutan pohon jati dan mahoni milik Perum Perhutani Unit II Jatim. Susahnya, aliran lava sewaktu meletus 1966 berbeda sekali dengan aliran sewaktu meletus 1990.

Untuk mencapai puncaknya memang mudah melalui Kota Pare (selatan ibu kota Kabupaten Kediri), menuju jalan arah timur, kemudian membelok ke selatan melewati hutan pohon jati dan mahoni menuju Kelurahan Kepung. Dari situ menaiki jalan menanjak melewati areal pertanian kebun yang subur untuk men-capai lokasi obyek wisata puncak Kelud. Namun, sekarang daerah itu tertutup

Gunung Kelud

’’Anak Nakal’’ Berkarakter Beda

Page 11: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 11

MBP /ist

Lava panas yang mengeras muncul serta terus membesar di tengah-tengah kawah. Tampang “si anak raksasa” itu pada 2011.

sekitar 6 kilometer dari puncak, karena sampai dengan minggu awal Februari, berstatus waspada. Menurut kepala Pos Pantau Gunung Kelud yang terletak 6 km dari puncak, Khoirul Huda, aktivitas gunung itu naik-turun.

Di sisi lereng tenggara gunung itu, Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, di mana Candi Penataran sebagai candi yang terbesar dan tertua di Jatim yang diban-gun era Raja Airlangga hingga kerajaan Majapahit, nampaknya bagi wisatawan lokal tidak perlu khawatir adanya bahaya dari puncak Kelud. Begitu pula petugas-petugas di Candi itu tidak mengkhawat-irkannya, pada hal jarak dari puncak itu

hanya beberapa kilometer saja. Jelas awan panas masih bisa mencapainya. Meskipun dalam zaman modern, tak ada awan panas, apalagi lava Kelud sewaktu meletus bisa mencapai tempat itu, kecuali abunya yang bertumpuk.

Kabupaten Malang juga bersiap diri menyiapkan jalur evakuasi, karena pen-duduknya juga ada di lereng Gunung Kelud yang posisinya sebelah barat ka-bupaten tersebut. Malahan ketika Pemda Kabupaten Blitar mengadakan latihan simulasi apabila Kelud meletus, Malang juga mengirimkan sekitar 320 anggota Pramuka untuk ikut, sehingga latihan itu cukup ramai juga.

Kini jalan masuk arah kawah lewat dua jalur kabupaten tersebut tertutup sudah. Para petugas menjaga betul, jangan sam-pai ada yang berpiknik ke puncak.

Bayangkan apabila seperti perkiraan Gde Swantika, Kepala Bidang Vulkanologi, Mitigasi Bencana Gempa Gunung, Gerakan Tanah (BPVMBG) di Bandung, kalau Kelud meletus, maka yang dilempar keluar kawah itu material di atas 100 juta m3 (dibanding Gunung Sinabung cuma 15 juta m3) dan mencapai jarak sektoral (horisontal) 10 km dan vertikal 15 km. Luncuran awan panas pun sekitar 100-200 km/jam.

� R. Amak Syariffudin

Page 12: Majalah Bali Post Edisi 26

12

24 Februari - 2 Maret 201412

P O L I T I K

Setidaknya, menurut organisasi inter-nasional nonpemerintah -- yang menyoroti masalah konservasi lingkungan -- WWF Indonesia, menyatakan sebagian besar masyarakat menginginkan caleg harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Untuk itu, partai politik dan para calon anggota legislatif harus memiliki agenda dan komitmen yang jelas dalam mengatasi masalah lingkungan.

Pernyataan tersebut berdasarkan hasil kajian WWF Indonesia bekerja sama den-gan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Hasil kajian bertajuk “Survei Persepsi Masyarakat terhadap Isu Lingkungan dan Preferensi Partai Politik” tersebut menun-jukkan bahwa 95,7 persen responden menyatakan ingin wakil rakyat mereka selanjutnya memiliki keseriusan dalam menangani isu-isu kerusakan lingkungan.

Sebanyak 91 persen responden juga menyetujui bahwa terdapat hubungan antara bencana alam dengan praktik pen-gelolaan sumber daya alam (SDA) yang berlebihan.

Sementara 80,1 persen responden meya-

kini peristiwa-peristiwa bencana alam juga berkaitan erat dengan praktik korupsi dalam pengelolaan SDA. “Kebijakan pengelolaan sumber daya alam adalah persoalan serius yang kerap terabaikan dalam agenda politik, sehingga kerap berujung pada bencana dan kesengsaraan bagi rakyat,” kata Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga.

Selain itu, besarnya persepsi publik atas keterkaitan bencana alam dengan korupsi pengelolaan SDA menjadikan Pemilu 2014 sebagai momentum penting untuk memilih parpol dan wakil yang melulu memerhati-kan pembangunan dari parameter ekonomi tetapi juga kelestarian. “Pembangunan berkelanjutan harus mencakup dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif LP3ES Kurniawan Zen mendesak dit-erapkannya reformasi tata kelola SDA berorientasi pembangunan berkelanjutan. “Reformasi tata kelola SDA berorientasi pembangunan berkelanjutan sudah men-desak untuk dilakukan sebagai strategi mendasar menekan risiko bencana alam yang nantinya berpotensi menimbulkan

dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Menurut Kurniawan terdapat tiga kata kunci dalam pengelolaan SDA untuk pereko-nomian nasional yaitu kemakmuran rakyat, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sementara itu, mantan Ketua KPUD Kota Denpasar Ray Misno mengatakan, syarat peka lingkungan bagi caleg meru-pakan hal strategis yang harus terus di-gemakan. Pemilih harus digiring untuk mencermati kualitas calon wakil rakyat agar tak terjebak kepentingan temporer. ‘’Dunia politik harus membuka ruang dan menjadikan isu lingkungn sebagai hal strat-egis untuk diperjuangkan. Politik jangan lagi hanya berdebat soal kekuasan namun harus diimbangi dengan strategi yang akan diambil untuk menyelamatkan manusia dari ancaman bencana,’’ ujarnya.

Ray Misno mengatakan, isu lingkungan memiliki nilai kualitatif dan jangkauan dampak berpengaruh besar. Kesadaran politik publik khususnya pemilih tentang dampak pi-lihan mereka, harus ditingkatkan,” katanya.

� Dira Arsana

Merindukan PolitisiPeduli LingkunganDaya pikat politisi tak hanya terletak pada besarnya gambar dan seni bergaya pada baliho. Pesona politisi

justru akan terpancar dari komitmen dan strategi yang akan diambilnya dalam upaya menjaga bumi dari dampak anomali musim. Politisi ditantang memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan menyelaraskan kepentingan kekuasaan dengan kesejahteraan masyarakat. Kecerdasan politisi dalam mengela isu lingkun-

gan dan strategi penyelamatan bumi saat kampanye politik dinilai akan memberikan bobot tersendiri dalam pileg mendatang. Syarat ini menjadi penting dijadikan tolok ukur di tengah makin tingginya ancaman bencana dan makin nyatanya dampak anomali musim terhadap kehidupan manusia.

Simulasi pengamanan Pemi-lu 2014 di Jalan Diponegoro Bandung, Jawa Barat. Polisi

melakukan operasi khusus pengamanan Pemilu 2014 yang diberi sandi ‘Mantap

Brata’.

MBP/dok

Page 13: Majalah Bali Post Edisi 26

13

POLRI dan TNI melakukan sinergi untuk mengamankan Pemilu Legislatf (Pi-leg). Pemetaan daerah rawan konflik dan strategi pengamanan dirancang secara cer-mat melibatkan berbagai komponen. Untuk memudahkan kontrol. Khusus pengamanan pileg, Bali dibagi tiga zona.

Ketiga zona tersebut yakni zona pertama meliputi Jembrana, Tabanan dan Buleleng. Zona kedua meliputan Denpasar, Badung dan Gianyar. Serta zona ketiga yakni Klung-kung, Bangli, dan Karangasem. Pihak Polda juga menyiapkan pola penanganan kontijensi (pengamanan cadangan) jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau peningkatan gangguan keamanan. “Bila ada hal-hal yang tidak diinginkan, sudah ditentukan siapa yang akan back up dari Porles tedekat, kemudian Brimbob baru Polda Bali,” jelas Kabag Bin Ops Polda Bali Jefri Torunde.

Menurutnya, pileg di Bali mendapat atensi khusus jajaran Polda Bali agar pesta demokra-si itu mampu berjalan aman, tertib dan damai.

Polda Bali menerjunkan 4.242 personel kepolisian untuk pengamanan selama pileg dan pilpres. Pengamaan juga dibantu 2.800 personel TNI dari Kodam IX/Udayana.

“Polda Bali sudah siap melaksanakan pengamanan pileg dan pilpres. Ada 4.242 personel Polda Bali yang kami turunkan untuk pengamanan selama pileg dan pilpres. Jumlah itu sepertiga dari personel Polda Bali yang total 12 ribu lebih,” katanya saat men-jadi pembicara dalam dalam acara sinergitas penyelenggara pemilu bersama stakeholder dalam menyukseskan Pileg 2014 yang digelar KPU Bali di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali.

Ditambahkannya, pengamanan pileg ini tidak melibatkan Linmas, tetapi dibantu petugas KPPS (Kelompok Panitia Pemun-gutan Suara) di tiap TPS (Tempat Pemun-gutan Suara). “Pengamanan di TPS dibantu 16.270 KPPS dan dalam tiap TPS ada dua KPPS,” terangnya.

Ditambahkannya, sejauh ini kondisi

keamanan di Bali masih kondusif. Me-mang ada sedikit gejolak tetapi sudah bisa antisipasi, misalnya gangguan keamanan di Buleleng. Kami melakukan sinergi penga-manan dengan Kodam IX/Udayana dan pihak Pemprov Bali. Kami sudah membuat pos bersama di Pusdalop BPBD (Badan Penanganan Bencana Daerah) untuk mem-permudah koordinasi,” tandas Jefri.

Pihak Polda Bali juga sudah memetakan potensi konflik dan daerah yang rawan konflik dalam pileg. Diungkapkan, Polda Bali telah memetakan potensi konflik sosial di 34 lokasi di Bali. Jumlah itu hampir merata di seluruh wilayah Bali dan paling banyak di Denpasar, dan Karangasem. Potensi konflik sosial dalam pileg ini menyangkut konflik ideologi dan politik 15, konflik sara 7, dan konflik tapal batas 12. “Ada beberapa potensi konflik yang sudah dipetakan dan itu sudah diantisipasi lewat Babinsa dan Babinkamtibnas serta koor-dinasi dengan pecalang,’’ katanya.

� Widana

Pengamanan Pileg, Bali Dibagi Tiga Zona

Page 14: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201414

L I N G K U N G A N

Desa Trunyan merupakan salah satu desa kuno di Bali yang be-rada di tepian Danau Batur Kin-tamani, Bangli. Desa Trunyan

selama ini dikenal sebagai salah satu desa wisata yang mampu memikat wisatawan dengan keunikan tradisi pemakamannya. Untuk menuju desa ini, ada dua jalur yang bisa dilalui wisatawan. Yakni melalui jalur darat dan jalur perairan dengan meng-gunakan sarana kapal boat yang sudah disediakan di Dermaga Kedisan.

Hanya saja, dibandingkan jalur darat, wisatawan yang ingin berkunjung ke Trunyan selama ini lebih banyak memilih perjalanan melintasi danau. Selain dapat menyusuri danau secara langsung, per-jalanan melalui jalur perairan juga lebih efisien waktu dan lebih dekat dengan objek wisata pemakamannya. Dengan menye-berang danau, wisatawan hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk dapat sampai di Trunyan. Sementara jika melalui darat,

wisatawan membutuhkan waktu tempuh dua kali lipatnya.

Selama ini, jika sedang musim liburan dan cuaca mendukung, penyeberangan ke Desa Trunyan bisa mencapai belasan ka-pal dalam seharinya. Namun sejak cuaca buruk yang terjadi akhir Januari lalu, intensitas penyeberangan ke desa wisata itu menjadi berkurang. Penyebabnya wisatawan mancanegara ogah menye-berangi danau jika cuaca buruk. Kondisi itu diakui Kepala Bidang Bina Objek Di-nas Kebudayaan dan Pariwisata Kabu-paten Bangli Wayan Bona saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dikatakannya, akibat cuaca yang buruk yakni kondisi angin kencang serta inten-sitas hujan yang terjadi selama beberapa pekan pada Januari dan Februari ini, me-nyebabkan kunjungan ke Desa Trunyan menurun. Bahkan, penurunan kunjungan wisatawan ke Desa Tarumenyan itu menca-pai angka 65 persen. ‘’Dampak cuaca yang

kurang baik akhir-akhir ini memang sangat berpengaruh terhadap turunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Trunyan,’’ kata Kabid asal Desa Trunyan ini.

Bona menjelaskan, akibat cuaca bu-ruk disertai angin kencang yang me-landa kawasan Kintamani menyebabkan gelombang air di Danau Batur menjadi tak beraturan. Wisatawan yang hendak menyeberang melalui jalur perairan dari Dermaga Kedisan ke Desa Trunyan men-jadi waswas dan enggan melakukan pe-nyeberangan. ‘’Karena anginnya kencang yang menyebabkan gelombang air danau, wisatawan jadi enggan menyeberang lewat jalur perairan,’’ tuturnya.

Tak hanya itu, akibat tingginya guyuran hujan akhir-akhir ini juga menyebabkan kondisi air Danau Batur menjadi meluap. Bahkan luapan air danau yang mencapai ketinggian lima meter membuat sejumlah rumah warga yang berlokasi di dekat danau menjadi terendam.

Tergantung Cuaca

Dermaga Kedisan ditutup semen-tara akibat cuaca buruk. Kondisi ini

memaksa bendesa memarkir boat-nya di dermaga karena wisatawan enggan

menyeberang ke Trunyan.

Page 15: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 15

SEKITAR tahun 90-an, wisata penyeberangan ke Desa Trunyan sempat menjadi primadona wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Namun di saat bersa-maan, objek wisata kebanggaan Bangli itu juga diterpa isu tak sedap. Kabar yang berhembus, wisatawan yang menyeberang biasanya dipalak oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya objek wisata yang menyuguhkan tradisi adat istiadatnya yang unik itu sempat ditinggalkan dan dilupakan.

Saat kembali dikonfirmasi terkait kondisi itu, Ketua Gapasedap Nengah Dester menampik keras. Dia menga-takan, kabar itu hanyalah isu semata yang sengaja dibuat oleh sejumlah pihak untuk menurunkan citra pariwisata di Trunyan. ‘’Setelah kami telusuri, tidak ada oknum seperti itu. Itu semua hanya isu. Mungkin saat itu ada persaingan pariwisata. Karena penyeberangan di sini sempat berjaya pada tahun 90-an,’’ tuturnya.

Pascaisu tersebut, untuk memulihkan kepercayaan masyarakat pada kondisi semula, pihak dermaga ke-mudian mengambil inisiatif dengan memasang nomor telepon penting pada lambung kapal yang sewaktu-waktu bisa dihubungi oleh wisatawan jika memang terjadi pema-lakan. Dari beberapa nomor telepon yang ada pada daftar itu, salah satunya tertera nomor kepolisian setempat. Tak hanya itu, pihak dermaga juga memberikan draf kesan dan pesan kepada wisatawan yang di dalamnya tertera nomor

telepon nahkoda yang bersangkutan. ‘’Jadi semua lam-bung kapal kami pasangi nomor telepon penting yang bisa dihubungi wisatawan. Itu untuk memudahkan wisatawan jika ingin melakukan pengaduan,’’ tegasnya.

Sementara itu, membaiknya kondisi pariwisata di Trunyan juga diakui langsung Wayan Bona. Dia mengklaim bahwa citra pariwisata Kintamani kini telah pulih dan membaik. Kendati tengah menghadapi cuaca buruk, namun kondisi masyarakat yang dulu sempat diduga melakukan pemerasan oleh sejumlah oknum terhadap wisatawan kini sudah tidak ada lagi. ‘’Seka-rang sudah mulai bagus perkembangan masyarakat. Terutama untuk masyarakat Trunyan tidak lagi me-minta dan memaksa tamu. Tamu jalan-jalan tidak dihiraukan sekarang. Padahal dulu dimintain uang, sekarang sudah sangat menghormati tamu,’’ ujarnya.

Demikian pula para pedagang acung yang selama ini dianggap merusak citra pariwisata Kintamani akibat ulahnya yang sering memaksa pembeli. Untuk benar-be-nar memulihkan citra pariwisata di Kintamani termasuk Trunyan, Bona mengaku pihaknya telah melakukan sejumlah langkah pembinaan terhadap ratusan pedagang acung yang selama ini mengandalkan pariwisata untuk mengais nafkah.

� Swasrina

Trunyan Dilupakan?

Kabid asal Desa Trunyan ini menga-takan, kondisi yang terjadi akibat dampak cuaca buruk kali ini diakuinya sebagai kon-disi terparah selama ini. Meski hampir setiap tahunnya, kawasan Kintamani terbiasa di-landa hujan deras dan angin kencang. Bona menambahkan, pada cuaca normal, jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun as-ing yang datang melalui jalur perairan danau ke Desa Trunyan rata-rata mencapai seratus orang per hari. Namun sejak memasuki musim penghujan, kunjungan wisatawan tidak seramai biasanya. Bahkan, beberapa waktu lalu sempat tidak ada wisatawan yang menyeberang akibat angin kencang.

Meski untuk mencapai objek wisata Trunyan ada jalur alternatif melalui jalan darat, wisatawan yang datang enggan untuk melewatinya. Selain waktu tempuhnya yang lebih lama, jalur darat menuju Desa Trunyan juga dinilai sangat rawan dilalui karena kondisi tebing di sekitarnya yang labil dan berpotensi longsor.

Kondisi yang sama juga diakui, Ketua Gabungan Pengusaha Danau Penyeberan-gan (Gapasedap) Kabupaten Bangli Nengah Dester. Menurutnya, selain memang sedang tidak musim liburan, penurunan angka penyeberangan ke Trunyan juga dipengar-uhi akibat cuaca buruk. Jika cuaca cerah, Dermaga Kedisan yang biasanya melayani penyeberangan mulai pukul 8 hingga 5 sore biasanya rata-rata menyeberangkan 8 sampai 9 kapal boat dalam sehari. Namun saat cuaca buruk, pihak dermaga akan melakukan penutupan sementara hingga menunggu cuaca kembali membaik. ‘’Kami sempat tidak melakukan penyeberangan dan melakukan penutupan sementara seki-tar minggu ke empat Januari lalu. Saat itu cuaca memang kurang baik. Angin kencang dan hujan deras. Tepat saat musibah air bah menerjang Singaraja, sehingga kami tutup sampai tiga hari,’’ tuturnya.

Berdasarkan pengalaman setiap tahun-nya, cuaca buruk hingga mengakibatkan

penutupan biasanya terjadi sekitar Januari hingga Februari. Tak jarang, cuaca buruk juga terjadi pada bulan Juli. ‘’Biasanya pada bulan Juli gelombang airnya besar. Namun saya tidak bisa memprediksi kapan dan sampai kapan akan membaik karena semuanya tergantung cuaca,’’ ujarnya.

Sementara itu, akibat kondisi tersebut, selain berdampak terhadap menurunnya penghasilan daerah, turunnya kunjungan wisatawan akibat cuaca buruk secara oto-matis juga berpengaruh terhadap penghasi-lan masyarakat di beberapa desa setempat. Pendapatan masyarakat yang beberapa di antaranya menjual suvenir menjadi semakin berkurang. Namun Bona tetap yakin kunjungan wisatawan ke desa yang terkenal dengan sistem pemakamannya yang unik itu akan kembali meningkat me-nyusul membaiknya cuaca dan datangnya musim liburan.

� Swasrina

Page 16: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201416

O P I N I

Go n j a n g - g a n j i n g k a s u s masuknya beras impor ilegal asal Vietnam membuat beber-apa kementerian kalang kabut.

Sanksi tegas akan diberikan Kementerian Pertanian RI kepada sejumlah importir yang melakukan ‘mal prakik’ impor beras secara ilegal dengan memasukkan ke dalam daftar hitam (blacklist). Seperti ditegaskan Wakil Menteri Pertanian Rus-man Heriawan kepada pers di Jakarta belum lama ini, bahwa kasus beras impor asal Vietnam itu belum tuntas, sehingga harus ditelusuri apa penyebabnya. Bila terbukti importir melakukan kesalahan, akan diberikan rekomendasi impor dan memasukkannya ke dalam daftar hitam Kementerian Perdagangan RI. Ia men-ganggap kode jenis impor beras khusus yang sama menjadi pemicu tindakan nakal para importir beras.

Di dalam proses pemasukan beras, kode jenis beras atau disebut Hormonized System (HS) sama, yakni 1006.30.99.00. Kode itu memuat beras khusus jenis basmati, japonica, beras hibah, dan lain-lain.

Kondisi demikian, sekali lagi, telah mencerminkan adanya ‘salah urus’ dalam pengelolaan perberasan kita. Betapa tidak, dari 16.832 ton beras impor yang telah mendapat izin Kementerian Perdagan-gan RI kepada puluhan importir di tahun 2013 lalu itu, ternyata tidak semua beras yang masuk ke Indonesia sebagai beras jenis tertentu atau premium (khusus) yang peredarannya juga tertentu. Justru, sebagian beras medium asal Vietnam itu ‘berkedok’ beras premium. Bahkan ironisnya lagi, beras ilegal bisa masuk ke Indonesia secara resmi, bukan melalui penyelundupan.

Dikatakan ilegal karena tahun lalu pe-merintah tidak memberikan izin impor be-ras medium kepada Perum Bulog selaku satu-satunya lembaga yang diperboleh-kan mengimpor beras medium. Namun,

mekanisme masuknya beras medium itu dinyatakan sah karena menggunakan izin impor beras premium. Apalagi harga beras premium itu bisa dijual di bawah harga beras medium lokal. Hal ini jelas memukul para petani yang tengah ber-harap bisa mendapatkan harga yang baik untuk menutupi kerugian karena bencana banjir yang merusak tanaman mereka.

Sekadar gambaran, Badan Pusat Statis-tik (BPS) mencatat total beras impor asal Vietnam yang masuk ke Indonesia sejak Januari-November 2013 telah mencapai 156 ribu ton. Beras impor tersebut be-ragam jenisnya dan tidak semua berjenis medium yang dilarang impor. Pertanyaan-nya kemudian, kenapa kita mesti impor, dan haruskah kita impor? Apakah kondisi ini sengaja diciptakan oleh kartel beras di dalam negeri, yang juga merupakan im-portir beras dengan memanfaatkan kuota impor dari Perum Bulog? Sampai dimana ketahanan pangan kita?

Padahal jauh-jauh hari pemerintah melalui Menteri Pertanian Suswono

bersikeras tidak akan ada impor beras selama tahun 2013. Alasannya, karena luas lahan panen tahun 2013 mencapai 13,5 juta hektar. Selain itu, Perum Bulog juga bisa menyerap hingga 3,8 juta ton beras pada tahun 2013 dan pada akhir tahun stoknya juga mencapai dua juta ton. Untuk itu, tidak ada alasan mengimpor beras. Namun nasi sudah menjadi bubur. Importasi beras pun sudah dilakukan. Dari sini kembali menjadi sorotan dan kritikan, sekali lagi, sudahkah keberpi-hakan pemerintah kepada petani kita? Atau jangan-jangan keberpihakan hanya pemanis bibir belaka.

Pemerintah pun pernah sesumbar bah-wa Indonesia telah meninggalkan rezim impor beras medium. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menargetkan di akhir masa jabatannya produksi beras nasional bisa mencapai 10 juta ton per tahun.

Penyalahgunaan kewenangan izin impor beras premium bisa jadi merupa-kan alat bagi kelompok tertentu untuk mengumpulkan modal dalam menghadapi perhelatan politik. Apalagi terbesit kabar, dalam impor beras dua juta ton per tahun itu, keuntungan yang diraup bisa men-capai 30 persen atau setara dengan 8,4 triliun rupiah.

Pada akhirnya, publik sangat menanti action pemerintah agar masalah beras impor ilegal ini dapat tertangani dengan baik. Tentunya, hal ini perlu dukungan dan komitmen semua pihak, terutama be-berapa kementerian untuk duduk bersama dalam menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di balik impor beras ilegal. Agar jangan lagi terdengar jerit tangis dan teriakan petani padi kita akibat ulah im-portir nakal yang bermain bersama mafia perberasan nasional.

Penulis, Kepala Seksi Statistik Indus-tri, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali

Achmad Ali, SST., M.Agb.

Beras Salah Urus

Achmad Ali SST M Agb

Page 17: Majalah Bali Post Edisi 26

Campur tangan kekuasaan terhadap pengelolaan desa kini menguat. Pengalokasian anggaran ke pemerin-tahan desa akan membuat pemerintahan desa berada di bawah bayang-bayang kekuasaan. Kontrol terhadap

desa juga bisa dilakukan dengan pendekatan politik bukan ke-pentingan untuk pemerataan pembangunan ekonomi pedesaan. Politisasi atas pemerintahan desa bisa menguat jika penjabaran UU Desa No. 6/2014 didomplengi kepentingan-kepentingan politik dari partai berkuasa.

Pandangan ini mengemuka saat Pusat Data Bali Post meng-gelar jajak pendapat terkait dengan UU Desa. Berdasarkan hasil tabulasi atas jawaban responden UU Desa ini bisa diterima publik. Secara spirit UU Desa ini akan membuka ruang penye-baran pembangunan yang didanai anggaran pemerintah pusat dan daerah. Buktinya, ketika responden disodori pertanyaan; Yakinkah Anda UU Desa mampu mendorong pembangunan desa secara lebih baik? Menyikapi pertanyaan ini, 60 persen responden mengaku yakin. Mereka mengatakan selama ini pemerintah desa diabaikan padahal memiliki koneksi langsung dengan masyarakat. Pemerintahan desa juga memiliki data riil terkait masalah kependudukan, lingkungan, termasuk masalah sosial budaya dan pendidikan. Berdasarkan potesi ini, pendeka-tan politik dalam pemerintahan desa harus dihindarkan. Pemerin-tahan desa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat harus dihindarkan dari konflik kepentingan politik. Pemerintahan desa harus diberikan ruang mengambil keputusan dana kebijakan pembangunan berdasarkan musayawarah bukan berdasarkan permufakatan politis.

Selebihnya, 36 persen responden meragukan efektivitas UU Desa. Masalahnya, kini proses pemilihan kepala desa tak murni lagi bebas kepentingan politik. Pendekatan ekonomi da-lam pemilihan kades sangat kental. Kondisi ini akan membuat pihak-pihak yang berkepentingan akan menggunakan dana-dana pemerintahan desa untuk kepentingan pribadi. Korupsi bisa terjadi untuk pembiayaan politisasi pemilihan kades. Potensi korupsi juga terbuka ketika mentalitas aparatur desa belum teruji. Selebihnya, 4 persen responden tidak memberikan respons atas pertanyaan ini.

Sementara itu, terkait dengan sikap masyarakat terhadap UU Desa, 54 persen responden mengaku bisa menerimanya sebagai produk politik untuk kepentingan pembangunan. UU Desa ini akan menjadi rambu-rambu pengelolaan pemerintahan desa sebagai pilar pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan. Selama ini pemerintahan desa hanya dianggap pelengkap pe-merintahan, padahal kontribusinya terhadap pemetaan masalah kependudukan dan masalah-masalah lainnya sangat akurat. Dengan UU Desa ini, pelayanan terhadap masyarakat juga akan lebih efektif dan akurat.

Sementara 44 persen responden menilai pemerintahan desa akan berhadapan dengan banyak kendala. Lemahnya kinerja aparatur desa dan banyaknya desa terpencil akan membuat re-alisasi UU Desa ini tidak akan efektif. Peluang penyalahgunaan dana-dana yang dikucurkan ke desa sangat terbuka. Terlebih, kini pemerintahan desa banyak didomplengi kepentingan-kepentingan politik. UU Desa ini perlu diperkuat dengan aturan lainnya agar optimalisasi pemerintahan desa berjalan tanpa kendala. Edukasi terhadap aparatur desa untuk menguasai tata buku dan mempertanggungjawabkan keuangan negara harus segera dilakukan. Sedangkan 2 persen responden lainnya tak memberikan respons atas pertanyaan ini.

� Dira Arsana

24 Februari - 2 Maret 2014 17

J A J A K P E N D A PAT

Mewaspadai PolitisasiPemerintahan Desa

Page 18: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201418

P E N D I D I K A N

Selama ini, Provinsi Bali selalu berhasil menempati posisi tiga besar terbaik nasional untuk persentase kelulusan siswa dan

rata-rata nilai UN untuk jenjang pendidi-kan SMP/MTs dan SMA/SMK. Kendati begitu, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali maupun Disdikpora kabupaten/kota se-Bali diingatkan untuk tidak berpuas diri. Pasalnya, masih ada sejumlah SMA/SMK dan SMP di Bali yang mencatat persentase kelulusan siswa yang cukup rendah. Agar prestasi buruk sejumlah sekolah itu tidak terulang lagi pada UN tahun pelajaran 2013/2014 mendatang, Disdikpora Provinsi Bali dan Disdikpora kabupaten/kota se-Bali didesak untuk secepatnya mendata sekolah-sekolah ”bermasalah” tersebut.

Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana, S.P. masih adanya sejumlah sekolah yang mencatat persentase kelulusan siswa yang rendah membuktikan upaya pemerataan kualitas pendidikan di Bali belum ber-jalan optimal. Di satu sisi, banyak sekali sekolah yang sukses mencatat persentase kelulusan siswa 100 persen dengan rata-rata NUN akumulatif seluruh siswa yang sangat fantastik. Namun di sisi lain, masih

ada sejumlah sekolah yang mencatat persentase kelulusan siswa yang sangat rendah. Ironisnya lagi, mayoritas dari sekolah yang mencatat persentase kelu-lusan siswa yang rendah itu merupakan sekolah yang ”langganan” meraih prestasi buruk pada UN dari tahun ke tahun. ”Da-lam proses evaluasi pendidikan, perkara ada siswa yang tidak lulus alias gagal menamatkan pendidikannya merupakan hal yang wajar. Namun, hal itu menjadi tidak wajar jika penumpukan siswa-siswa yang tidak lulus itu terkonsentrasi pada sejumlah sekolah saja. Prestasi yang tim-pang itu merupakan bukti bahwa upaya pemerataan kualitas pendidikan itu belum berjalan lempang,” katanya.

Lebih lanjut, Kariyasa Adnyana men-desak Disdikpora Bali dan Disdikpora kabupaten/kota se-Bali proaktif terjun ke sekolah-sekolah ”bermasalah” guna mengetahui secara pasti permasalahan-permasalahan apa saja yang menelikung mereka sehingga prestasinya selalu jeblok pada UN. Setiap permasalahan yang ada itu didata dengan cermat untuk selanjutnya dicarikan solusi pemecahan masalahnya sehingga prestasi buruk itu tidak terulang lagi pada UN tahun berikutnya. ”Prestasi siswa yang buruk itu bisa jadi karena fasilitas penunjang pendidikan di sekolah

bersangkutan tidak memadai, kualitas guru yang rendah, proses pendidikan yang tidak optimal atau bisa disebabkan oleh hal-hal mendasar lainnya. Semua itu perlu didata dan dipetakan secara cermat oleh Disdikpora,” katanya mengingatkan.

Wakil rakyat dari Buleleng ini me-minta Disdikpora memprioritaskan pemberian bantuan berupa pengadaan sarana-prasarana penunjang pendidikan untuk sekolah-sekolah yang persentase kelulusan siswanya masih rendah. Pasal-nya, sarana-prasarana yang dimiliki sekolah itu sangat minim sehingga kurang representatif dalam mendukung prestasi akademis anak didiknya. Sementara untuk mendongkrak kualitas tenaga pengajar/guru, dia juga berharap pemerintah daerah memberikan prioritas pelatihan kepada guru-guru di sekolah “bermasalah” itu. Setiap ada workshop terkait peningkatan kompetensi guru, mereka yang paling pertama dimasukkan sebagai peserta untuk mengikuti kegiatan tersebut. “Jadi, bukan hanya siswa digenjot kualitasnya, tetapi para guru juga harus mendapat penanganan yang sama karena keduanya saling terkait dalam meningkatkan kuali-tas pendidikan di Bali,” tegasnya.

� Sumatika

Jelang UN 2014

Disdikpora Didesak Data Sekolah ”Bermasalah”

Page 19: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 19

BAHASA Bali termasuk tiga bahasa daerah yang diakui pemerintah untuk bisa dijadikan mengajar mandiri. Selain bahasa Bali juga bahasa Jawa dan Sunda. Hanya saja nasib guru bahasa Bali tak seindah predikat yang disandangnya.

Di Bali bisa kita lihat pengajaran bahasa Bali di SD saat ini masih ban-yak dirangkap oleh guru agama Hindu. Sementara di sertifikasi, kelebihan jam mengajar guru agama ini tak diakui. Kondisi ini menurut pengamat masalah bahasa Bali, Dr. I Nengah Arnawa mem-buat pengajaran bahasa Bali di SD banyak yang tak bertuan.

Pengajaran bahasa Bali disabot guru lain juga ditambah makin jarangnya pemda/pemkot yang mengangkat guru bahasa Bali untuk SMP dan SMA/SMK. Justru yang banyak diangkat adalah guru produktif yang bukan guru LPTK.

Hal ini dibenarkan pengamat pendidi-kan Drs. I Made Gede Putra Wijaya, M.Si.

Dia mengatakan guru yang produksi oleh LPTK seperti FKIP, IKIP dan lain-lain tak kebagian pengangkatan. Ini yang membuat calon guru bisa malas memilih LPTK ke depan.

Arnawa mengatakan seharusnya pe-merintah kota/kab. harus segera mengisi kekosongan ini dan mengalokasikan guru bahasa Bali di SD. Sebab dia menilai ketika memasuki kelas IV, V dan VI sudah saatnya diterapkan model guru bidang studi, sedangkan di kelas I, II dan III dengan model guru kelas. Dengan model guru bidang studi, pengadaan guru bahasa Bali makin diperlukan.

Dia menilai masih ada harapan baru bagi sarjana Pend. Bahasa dan Sastra Bali. Dulu, ada wacana Bahasa Bali di-integrasikan dengan seni budaya, dengan turunnya Pergub no. 20/2013 Bahasa Bali kini menjadi pelajaran mandiri. Ini bisa menjadi peluang dilakukannya rektrut-men besar-besaran. Pergub ini juga men-

gatur wali kota/ bupati dapat mewajibkan pengajaran bahasa Bali dua jam/minggu tiap jenjang sekolah.

Pemerintah pusat pun, kata Arnawa, juga mengeluarkan kebijakan baru. Sebe-lumnya ujian sertifikasi guru bahasa Bali tergabung dengan rumpun Seni Budaya, kini sudah dilakukan secara mandiri oleh penguji guru Bahasa Bali. Ini berarti lu-lusan Bahasa Bali dihargai sebagai guru profesional di bidangnya. Tinggal pemer-intah pusat melengkapi uji sertifikasi itu dengan huruf Bali model Bali Simbar.

Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum., setuju kekurangan guru Bahasa Bali di SD harus segera diisi dengan guru spesialis di bidangnya. ‘’Jika pemerintah ingin memajukan pendidikan, siswa yang banyak juga harus diisi dengan guru yang memadai bukan dengan cara merangkap,’’ ujarnya.

� Sueca

Guru Bahasa Bali, Disabot Guru Lain

Page 20: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201420

M A N C A N E G A R A

Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) helat per-temuan tingkat tinggi. Dialog yang sangat jarang terjadi

merupakan yang pertama sejak tujuh ta-hun silam. Perundingan tesebut diadakan di perbatasan kedua negara. Diperkirakan, dialog dua negara bersaudara ini dihelat untuk meredakan ketegangan yang ham-pir setiap saat terjadi antara Korut dan Korsel.

Korut dalam dialog ini membawa sejumlah agenda yang ingin dibicarakan dengan Korsel. Salah satunya protes mereka tentang latihan militer antara Korsel dan Amerika Serikat (AS) dan juga membahas reuni antardua negara tersebut. Perundingan ini berlangsung di desa per-batasan Panmunjeom. Pembicaraan antara pejabat tinggi antar-Korea ini adalah yang pertama kali sejak Mei 2007, ketika kedua negara mengadakan pertemuan tingkat tinggi terakhir mereka. Sebenarnya, mer-eka juga sempat akan mengadakan dialog pada Juni 2013, tetapi Korut membatalkan pertemuan ini secara sepihak.

Hubungan kedua negara ini menjadi tegang sejak perang pada 1950-an. Sejak

Perang Korea pada 1950-1953, ribuan keluarga terpaksa berpisah. Hubungan keduanya terus tegang selama berpuluh tahun lamanya. Pembicaraan ini menjadi tanda kemajuan yang signifikan.

Pada pekan lalu, Seoul dan Pyongyang sepakat untuk mengadakan reuni keluarga yang terpisah oleh perang ini pada 20-25 Februari mendatang di sebuah resor indah di Gunung Jumgang, Korea Utara. Pem-bicaraan tersebut memakan waktu lebih dari 13 jam. Perundingan dimulai sekitar pukul 10.00 dan berakhir pada 23.35.

Para pejabat tinggi mengadakan dialog maraton, termasuk dua putaran pembi-caran pleno dan diskusi ketua delegasi secara terpisah. Namun mereka men-gakhiri dialog tanpa perjanjian khusus. selain menginginkan penghentian latihan militer, Korut diketahui berkeinginan untuk menghidupkan kembali pariwisata antarkedua negara serta meningkatkan kerja sama peningkatan bantuan kema-nusiaan.

Walau bertetangga, namun Korut dan Korsel dikenal dengan sangat tidak akur. Pertemuan resmi antarkedua negara pun terakhir kali dilangsungkan pada 2007.

Bahkan tahun lalu, Korea Utara tiba-tiba menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan. Tak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena serangan bombardir.

Api kemudian langsung membara. Saksi mata mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong terbakar akibat serangan artileri tersebut. Hal ini yang menimbul-kan respons panas dari Korea Selatan. Persiapan dilakukan, yang termasuk di dalamnya adalah wajib militer, guna mempersiapkan diri dalam kemungkinan terjadinya perang di antara kedua belah pihak. Korea Selatan bahkan menggan-deng Amerika Serikat untuk berlatih militer.

Sekitar 10 menit kemudian setelah tembakan artileri di Pulau Yeonpyeong tersebut, Korea Selatan langsung memba-las serangan artileri terhadap tetangganya. Kedua pihak saling balas bombardir. Untung konflik tersebut dapat diredam oleh PBB. Akankah perundingan ini menjadi pintu adanya perdamaian? Kita patut tunggu.

� Gugiek Savindra

Dialog Korut dan KorselPembuka Jalan Perdamaian?

Page 21: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 21

Badai musim dingin dalam skala besar melanda kawasan padat penduduk di Timur Laut AS, setelah menyebabkan banyak

kerusakan di wilayah Selatan. Wilayah Selatan biasanya dikenal beriklim se-dang namun akibat badai salju tersebut lebih dari setengah juta rumah kehilangan sumber listrik dan lebih dari 3.300 pener-bangan dibatalkan.

Badai raksasa ini mempengaruhi ke-hidupan warga di 22 negara bagian antara Texas sampai Maine dan menewaskan sedikitnya 10 orang korban. Bagian pal-ing padat di AS - antara Washington DC dan Boston - diramalkan akan menerima timbunan salju setinggi 20 cm.

Kantor Layanan Cuaca Nasional AS menyebutkan badai ini melebihi yang diperkirakan. Kondisi ini mengakibatkan

warga Amerika di wilayah Selatan men-galami berbagai masalah akibat patahnya pohon-pohon, tiang listrik tertutup es set-ebal 2,5 cm, jalan raya yang berubah jadi kuburan mobil, berbagai kasus kecelakaan jalan, dan laporan warga yang menggigil kedinginan di rumah-rumah tanpa listrik.

Ramalan cuaca memperkirakan badai ini jadi salah satu yang terkuat menggun-cang negara bagian Atlanta, kota terbesar di Selatan sejak 1973. Badan Manaje-men Darurat Federal (FEMA) mengirim kebutuhan pokok, termasuk generator, bahan pangan, air, selimut dan ranjang tidur ke lokasi bencana di Atlanta. Soo Keith, warga yang tinggal di Raleigh, Atlanta menceritakan bahwa upayanya mengemudi di tengah jalan yang tertutup salju dan es gagal total. Dalam beberapa jam ia hanya mampu menempuh jarak dua

mil dan selanjutnya memilih berjalan kaki menuju rumahnya.

Keith mengatakan, butuh empat jam untuk sampai ke rumah dalam keadaan beku. “Wajah saya beku, kaca mata beku, rambut pun beku seluruhnya. Saya mengerti cara menyetir di tengah salju. Tetapi badainya datang tiba-tiba dan semua orang meninggalkan tempat kerja dalam waktu bersamaan,” katanya

Warga korban badai diminta bersabar menanti listrik menyala kembali kar-ena petugas setempat tengah berupaya mengembalikan daya akibat timbunan salju dan es di berbagai titik. Jika badai tidak segera berlalu maka akan me-nyebabkan bencana yang sangat parah di negeri Paman Sam.

� Gugiek Savindra

Badai Salju Serang AS

Page 22: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201422

D A E R A H

Nasib pembangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) kini di ujung tanduk. Setelah ber-tahun-tahun mangkrak, kini

keadaannya semakin dilematis. Ada yang minta dihentikan hingga di re-lokasi. Ada juga saran agar dilanjutkan hingga selesai, karena sudah mengha-biskan anggaran puluhan miliar rupiah. Pertanyaannya, kenapa pembangunan PPI dilakukan di lokasi yang tidak ada aktivitas nelayannya?

Kalangan nelayan jengkel menyaksi-kan PPI yang sudah tak karuan. Bahkan nelayan menilai garis pantai di sepanjang pantai di wilayah Kusamba tak cocok dibangun PPI. Sebab, arusnya sangat keras. Seperti yang diungkapkan Ketua Forum Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Kabupaten Klungkung Dewa Gede Wira. Dia menilai, PPI Kusamba, sudah tak layak dilanjutkan. Kalaupun dilanjutkan harus dipindahkan dari lokasi saat ini. Jika tidak, dia mengaku pesimis PPI itu akan selesai dikerjakan dan bisa beroperasi.

“Di sana itu tidak ada aktivitas ne-layan. Pindahkan saja dari sana. Jangan buang-buang uang lagi untuk pembangu-nan PPI,” tegasnya. Dia menyadari, PPI itu dibangun nantinya juga bermanfaat bagi masyarakat setempat. Namun, menurutnya nelayan juga harus realistis. “PPI tak layak dilanjutkan di lokasi seka-rang,” tegasnya. Gede Wira menyayang-kan, sejak perencanaan, tidak melibatkan nelayan setempat. Padahal, nelayan lebih tahu situasi dan kondisi di garis pantai wilayah Kusamba. Perencanaan pemban-gunan PPI menurutnya sangat aneh dan terkesan dipaksakan.

Pasalnya, meski sejak awal memban-gun sudah digulung ombak dan terkubur pasir, tapi Pemkab Klungkung justru terus mengusulkan anggaran ke pemerin-tah pusat untuk melanjutkan pembangu-

nannya. Gede Wira menilai PPI itu lebih cocok berdiri di sekitar pantai Pesing-gahan, karena arus lautnya lebih tenang dan terdapat sedikit teluk. Di pihak lain, Perbekel Kusamba, Ketut Winastra, juga mengaku kurang yakin pembangunan PPI Kusamba sudah dilakukan dengan kajian matang. Winastra hanya berharap yang terbaik untuk warganya di Desa Kusam-ba. Kalau memang PPI Kusamba layak dilanjutkan, pihaknya meminta segera diselesaikan. Sebab, dia juga berharap di wilayahnya ada lapangan pekerjaan.

“Tentu kalau memang bisa disele-saikan dan bisa beroperasi, dampaknya akan sangat baik kepada warga kami. Tapi, kalau memang secara kajian pe-merintah tak cocok, sebaiknya dihenti-kan,” katanya. Proyek sejak tahun 2005 itu, rencananya bakal ditinjau ulang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pihak Kementerian berencana turun langsung melihat perkembangan hasil pekerjaannya, setelah setiap tahun selalu mendapat kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) dari kementerian dan menjadi sorotan publik. Rencana itu disampaikan Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, belum lama ini, setelah pihaknya melaporkan langsung perkembangan proyek PPI kepada Menteri KKP, Syarif Cicip Sutarjo bersama Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). Bupati mengaku prihatin, PPI Kusamba selalu menjadi polemik di masyarakat. Sehingga, bupati bersama Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Gusti Ngurah Badiwangsa, berinisiatif menyampaikan kondisinya kini kepada pihak kementerian. “Kami sampaikan, agar bapak menteri melihat langsung PPI itu. Pihak Kementerian berencana akan segera turun ke PPI,” kata bupati.

Pihak kementrian juga merasa pri-hatin melihat PPI tak kunjung teral-isasi. Sebab, total kucuran DAK KKP

RI sejak tahun 2005 hingga tahun 2013 untuk PPI Kusamba, sudah mencapai Rp 20.142.150.000. Namun, hasilnya belum dapat dinikmati masyarakat. Setelah menghadap kementerian, bupati pun kembali menarik ucapannya bakal segera merelokasi PPI. Pihaknya, masih melihat respons pihak kementerian. Sebab, kalau direlokasi, kucuran DAK sejak tahun 2005 itu juga bakal sia-sia. “Kalau pun bakal dilanjutkan, pemban-gunannya sepertinya harus dimulai dari nol,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap kementerian segera turun. Setelah itu, segera diputuskan apakah masih layak dilanjutkan lagi atau perlu direlokasi. Sehingga, ke depan tidak kembali menjadi polemik masyarakat. Dalam perjalanannya, kucuran DAK untuk PPI diawali sejak tahun 2005, sebe-sar Rp 910.000.000, tahun 2006 Rp 1.660.000.000 dan tahun 2007 Rp 3.001.000.000. Tahun 2008 kembali mendapat kucuran DAK sebesar Rp 3.001.000.000. Namun, pada tahun ini, DAK untuk pembangunan break water sepanjang 50 meter itu tidak direal-isasikan. Sehingga, menjadi sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa).

Pembangunan break water PPI kemu-dian dilanjutkan lagi pada tahun 2009 sepanjang 50 meter dengan anggaran sebesar Rp 2.506.000.000. Tahun 2010, pembangunan PPI Kusamba dilanjutkan dengan menghabiskan Rp 1.465.600.000, tahun 2011 sebesar Rp 2.427.200.000, tahun 2012 Rp 2.899.850.000. Sementara tahun 2013, kucuran DAK sebesar Rp 2.271.500.000, tidak bisa direalisasikan karena masih ada review design. Sehing-ga, total kucuran DAK sejak tahun 2005 hingga tahun 2013 untuk PPI Kusamba seluruhnya Rp 20.142.150.000.

� Bagiarta

PPI Kusamba Tak Layak Dilanjutkan

Page 23: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 23

NASIB nelayan setali tiga uang den-gan PPI Kusamba. Semakin lama nasib nelayan kian terpuruk. Jumlahnya kian berkurang, karena tangkapan mereka makin merosot. Ternyata di balik min-imnya tangkapan ikan, sejumlah nelayan menduga penyebabnya karena adanya aktivitas sejumlah kapal besar yang menangkap ikan secara besar-besaran di perairan antara Indonesia dengan Austra-lia, dekat dengan kepulauan Nusa Penida. Bahkan, menurut nelayan, kapal besar ini bisa mengangkut ikan seberat 700 ton dalam sekali tangkap.

Jika melihat sejarah, mayoritas masyarakat Kusamba dulu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Seh-ingga, jumlah nelayan dulu mencapai ribuan. Namun, belakangan jumlah mereka di Desa Kusamba makin sedikit. Ketua Forum Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Kabupaten Klungkung, Dewa Gede Wira, mengatakan jumlah nelayan kini hanya sekitar 250 KK dari 19 kelompok nelayan. “Jumlah ini yang di Klungkung daratan saja, belum yang di Nusa Penida,” katanya.

Jumlah itu dikhawatirkan akan se-makin berkurang. Sebab, kini semakin

banyak nelayan sudah memarkir jukung-nya karena tangkapan yang semakin sedikit dan mereka beralih menjadi buruh bangunan atau buruh angkut. Merosotnya tangkapan ikan nelayan cukup mengh-erankan. Padahal sebelumnya, ikan di perairan setempat tidak pernah habis. Rupanya, di balik minimnya tangkapan itu, sejumlah nelayan kerap melihat kapal besar beroperasi melakukan tangkapan dengan teknologi canggih.

Menurut Wira, di antara perairan Indo-nesia dan Australia dekat kepulauan Nusa Penida, berdiri sejumlah rumpon. Ketika ikan datang dalam jumlah banyak, kapal besar itu tinggal mengangkutnya. Kapal besar itu seperti buatan Cina dan diketa-hui nyaris beroperasi setiap hari. “Sangat mengerikan membayangkan kapal itu saat beroperasi. Sekali jalan bisa angkut 700 ton ikan. Sampai penuh sekali kapal itu,” ujarnya.

Bersaing dengan kapal besar semacam itu, tentu bukan lawan nelayan tradisional yang hanya mengandalkan jukung den-gan mesin tempel. Nelayan tradisional pun kian tergusur. Kini, nelayan hanya mengandalkan alat pancing untuk melaut. Hasilnya pun tak seberapa. Wira berharap

ini menjadi perhatian pemerintah. Jangan sampai kapal asing melakukan penang-kapan ikan di perairan Indonesia dan mematikan nelayan tradisional. Meski dalam posisi sulit, nelayan di dalam forum ini tetap bertahan. Bahkan, dalam waktu dekat forum ini akan menempuh upaya niskala dengan melakukan upacara neduh atau pakelem di perairan Nusa Penida.

Selain itu, para nelayan juga akan mohon bantuan kepada pemerintah provinsi, untuk mendirikan rumpon beserta alat tangkap-nya. Dengan cara ini, nelayan tradisional berharap perlahan dapat memperbaharui cara melakukan penangkapan dan keluar dari paceklik tangkapan. Selain itu, kel-ompok nelayan di Nusa Penida juga akan segera didata, sehingga nelayan di Klung-kung bisa bersatu dan semakin berkembang, bukan kian menghilang. “Di Nusa Penida masih ada sekitar 40 kelompok nelayan. Na-sibnya nyaris serupa, kerap paceklik ikan,” tandasnya. Nelayan lainnya, seperti Dewa Nyoman Sugara dan Dewa Putu Mandra, berharap tetap bisa eksis di dunia nelayan. Sebab, dari kecil sudah terbiasa dengan kehidupan di tengah laut.

� Bagiarta

Kapal Besar Gusur Nelayan

Nampak break water PPI Kusamba hancur

diterjang ombak.

Page 24: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201424

K E S E H ATA N

Dewasa ini, teknologi kedokteran tampaknya makin maju saja. Kemajuan teknologi ini memberi kontribusi nyata kepada masyarakat. Teknologi kedokteran bedah plastik ini juga mengalami derap perkembangan yang sangat signifikan. Pandangan awam, masyarakat mengetahui bedah

plastik itu hanya merupakan kreasi estetika saja. Seperti pemancungan hidung, pembesaran payudara atau pembesaran mata. Tetapi, sesungguhnya, ilmu bedah plastik lebih luas dari itu, dan dapat digolongkan menjadi dua. Satu bidang estetika dan bagian lainnya adalah bedah plastik rekonstruksi. Khusus bidang rekonstruksi ini, berfungsi memperbaiki bagian tubuh yang tidak normal. Misalnya cacat, cedera karena trauma maupun disebabkan kecelakaan.

Teknologi penyambungan itu disebut replantasi dan revaskularisasi. Metode ini sesungguhnya tidak hanya menyambung organ gerak yang putus saja. Tetapi melalui cara ini bisa juga melakukan penyambugan bagian pembuluh darah bahkan saraf. Dengan pendekatan bedah plastik rekonstruksi ini, pembuluh bahkan saraf yang putus dapat disambung, sehingga organ gerak itu dapat berfungsi kembali dengan baik. Teknik operasinya pun menggunakan peralatan mikro mikroskop dengan pembesaran mencapai 40 kali.

Beberapa kasus bahkan berhasil ditangani dengan baik. Seperti kasus putusnya sebagian tangan kanan anak umur 4 tahun akibat masuk dalam gear motor. Tim Bedah Plastik melakukan penyambungan selama 12 jam. Hasilnya, tangan anak tersebut bisa berfungsi kembali sekitar 85 persen. Kasus putusnya jari tangan se-orang siswa SD ini, lantaran ditebas arit saat ikut ayahnya ke ladang. Kasus ini pun berhasil ditangani sehingga jari yang putus bisa diselamatkan. Selain menyambung organ yang terpotong, teknologi ini juga bisa membentuk organ remuk seperti kena mercon maupun masuk ke dalam mesin penggiling, menjadi baik kembali. Fungsi tangan yang terputus, memang tidak kembali 100 persen. Namun sangat mendingan, karena organ bisa kembali berfungsi sekitar 80-85 persen,’’

Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi estetika RS Sanglah dr. Agus Roy Rusly Hariantana, Sp. BP-RE. menjelaskan, bedah plastik termasuk ke dalam cabang ilmu kedokteran. Bidang ini dibagi lagi atas dua yaitu rekonstruksi dan es-tetika. “Rekonstruksi bertujuan memperbaiki bagian tubuh yang abnormal menjadi normal. Sementara estetika bertujuan mengubah organ yang normal menjadi super normal,” ujarnya. Staf bagian Tim Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetika di RS Sanglah ini menambahkan, pihaknya sudah mampu melakukan penyambungan organ gerak yang putus dalam hal ini tangan. Dalam setahun, ada sekitar 20 kasus yang ditangani tim Bedah Plastik RS Sanglah. Dikatakan, sebagian besar grafiknya menunjukkan keberhasilan memuaskan. Faktanya, organ tangan yang putus, akhirnya bisa disambung dan berfungsi kembali, meski tidak 100 persen.

� Wira Sanjiwani

Bedah Plastik, RekonstruksiJari Putus pun Bisa Disambung

Page 25: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 25

TIDAK jarang kita melihat ke-celakaan kerja yang menyebabkan organ gerak seperti tangan dan kaki seseorang remuk, patah bahkan sam-pai putus. Dahulu, jika sudah terjadi nasib naas seperti itu, maka tidak ada alternative lain kecuali diamputasi. Saat ini teknologi penyambungan organ gerak yang putus sudah bisa dilakukan. Dokter spesialis bedah plastik RS Sanglah, dr. Agus Roy Rusly Hariantana, Sp.BP-RE. men-gatakan di RS Sanglah sudah ada teknologi penyambungan organ gerak putus itu. Bantuan itu telah dilakukan, antara lain mengatasi organ tangan yang putus.

Tangan, kata Roy, merupakan or-gan yang berfungsi sekitar 50 persen dari organ lainnya. Ibu jari merupakan bagian tangan yang mengambil andil sebesar 50 persen dari fungsi tangan keseluruhan. Karenanya jika tangan apalagi jari terputus, maka tim bedah plastik akan melakukan tindakan penye-lamatan dengan sekala prioritas. Sudah pasti, tim akan berusaha maksimal agar organ yang putus ini bisa disambung dan berfungsi baik kembali.

Penyambungan organ tangan yang putus, kata Roy, ada prioritasnya. Dia mencontohkan kasus yang terjadi pada anak-anak. Selain itu kasus yang terjadi pada ibu jari dan telunjuk. Na-mun, ditegaskan, tindakan penyam-bungan tidak akan dilakukan jika pasien ada latar belakang riwayat sakit seperti hipertensi, diabetes mellitus atau penyakit jantung dan stroke.

Ada langkah -langkah prioritas yang harus dilakukan jika kecelakaan terjadi yang menyebabkan tangan seseorang itu putus. Pertama adalah tindakan penyimpanan organ tangan yang putus tadi.

‘’Tangan yang terpu-tus itu usahakan jangan dibuang. Organ itu di-simpan baik-baik dan kemudian langsung dibawa ke RS j ika hendak

disambungkan lagi,’’ tutur Roy.Ketahanan organ tangan yang pu-

tus berbeda-beda. Untuk jari keawetan atau sampai terjadinya kematian jar-ingan kurang dari 8 jam. Pergelangan tangan kurang dari 16 jam dan lengan atas dan organ bawah kurang dari 4 jam. Untuk memperpanjang keawetan organ, lanjut Roy, ada beberapa hal yang harus dilakukan. ‘’Misalkan jaringan dan organ yang putus itu dil-etakkan di dalam plastik. Kemudian plastik yang berisi jari ini dimasuk-kan lagi ke dalam plastik yang telah dimasukkan es,’’ jelas Roy.

Berbeda dengan tangan remuk. Organ ini pasti tidak bisa diselamat-kan lagi. Tetapi biasanya tim medis melakukan prioritas menyelamatkan untuk jempol dan telunjuknya saja. Meski kelak tidak akan dapat melaku-kan fungsinya secara optimal. Tetapi paling tidak dilakukan pengembalian bentuknya.

‘’Untuk tulang yang remuk biasan-ya kita ambil pengganti adalah tulang dari panggul atau jari kaki. Organ itu-lah dipasangkan ke jari yang putus,’’ jelas Roy. Cara lain adalah menanam tulang jari yang berhasil diselamatkan ke dalam tubuh pasien. ‘’Biasanya penanaman dilakukan selama dua

minggu sampai tulang kembali hidup. Set-

elah itu baru diam-bil untuk dipasang di jari,’’ terang Roy.

� Wira Sanjiwani.

Tulang Remuk Diganti Organ Panggul atau Jari Kaki

Selain itu kasus yangari dan telunjuk. Na-tindakan penyam-

an dilakukan jika belakang riwayat ertensi, diabetesyakit jantung dan

-langkah prioritas kan jika kecelakaan

nyebabkan tanganutus. Pertamapenyimpanan ang putus

ng terpu-jangan

itu di-k dan

gsung

minggu sampai tulangkembali hidup. Set-

elah itu baru diam-bil untuk dipasangdi jari,’’ terangRoy.

� WiraSanjiwani.

Page 26: Majalah Bali Post Edisi 26

L E N S A

Masifnya pencarian batu untuk pembuatan batu sikat ditengarai memperparah kondisi abrasi di Pantai Klotok, Klungkung. Padahal di pantai terse-but terdapat Pura Kahyangan Jagat, Pura Watu Klotok, yang kini keberadaannya makin terancam abrasi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Klung-kung mengimbau pencari batu di kawasan Pantai Klotok untuk mengerem aktivitas pencarian batu sehingga abrasi pantai tidak makin parah.

PENCARI BATU SIKAT

Page 27: Majalah Bali Post Edisi 26
Page 28: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201428

O L A H R A G A

Mengumpulkan Generasi yang HilangSebuah negeri yang diporak-porandakan perang dua dekade

lalu, mencoba bangkit dan menunjukkan jati dirinya. Ko-sovo, sebuah negara kecil, multi kultur dan berpenduduk 1,8 juta jiwa, dalam kegamangan mencari identitas dirinya.

Ini bermula dari persetujuan badan sepak bola internasional FIFA yang memberi izin negara itu menggelar pertandingan persahabatan di Mitrovica pada 5 Maret. Dalam pertemuan antara Presiden FIFA Sepp Blatter dengan Federasi Sepak Bola Serbia dan Kosovo, dis-epakati syarat bahwa sepanjang pertandingan persahabatan tersebut tidak diperdengarkan atau diperlihatkan lagu kebangsaan, simbol nasional baik berupa bendera atau lambang negara. Hanya tulisan “KOSOVO” dan sebuah bintang yang tertera di kaos pemain. Ko-sovo juga tidak diperbolehkan memainkan pertandingan melawan tetangganya yakni enam negara pecahan Yugoslavia. Ini dikarena-kan Kosovo yang merdeka pada 2008 dari Serbia dan diakui lebih dari 100 negara termasuk AS, PBB, Bank Dunia dan IMF, namun keanggotaannya di FIFA belum diakui. “Keputusan yang diambil oleh Komite darurat FIFA ini untuk menawarkan kembali langkah penting dalam pengembangan sepak bola di Kosovo dan men-egaskan bahwa kekuatan olahraga kami ini dalam menyatukan umat manusia,’’ kata Blatter dalam pernyataannya.

Dua tahun lalu, FIFA menyetujui sebuah pertandingan per-sahabatan yang digelar di Kosovo. Belakangan Federasi Sepak

Bola Serbia memprotes keputusan itu dan memaksa FIFA menunda keputusannya. Oleh karena itu, FIFA kemudian meminta pada Ko-sovo apabila akan menggelar pertandingan maka harus diajukan ke institusi itu minimal empat pekan sebelum pergelaran.

Setidaknya dengan izin itu maka dimulai pula proses untuk masuk menjadi anggota resmi FIFA. Setidaknya langkah tersebut bisa tuntas sebelum negeri itu mengikuti babak penyisihan Piala Dunia 2018 di Rusia.

Mencari TimnasAlbert Bunjaku ditunjuk menjadi pelatih Timnas Kosovo. Misi

pertamanya adalah mencari skuad yang layak untuk bersaing di kancah Eropa di mana 54 negara tergabung di konfederasi UEFA serta FIFA untuk memuluskan langkah tampil di Piala Dunia.

Secara tidak langsung, Bunjaku dimudahkan langkahnya dan mengumpulkan pemain-pemain yang memiliki kaliber interna-sional. Perang Balkan pada 1990-an, menyebarkan warga Kosovo ke berbagai negara di Eropa. Kemiskinan juga memaksa mereka

mencari penghidupan dari di Wilayah Barat yang jauh lebih makmur. Akhirnya keturunan mereka tum-buh di lingkungan baru di mana standar hidup jauh lebih baik dibandingkan di tanah leluhurnya.

han Piala

ovo. Misi ersaing dig

A asi UEFAunia.

n ahnya danr interrnana--

a KoKososovovoasa mmerereke ahauauh h lelebib hhhh

Pemain Kosovo berlatih di Stadion Pristina, Kosovo.

Page 29: Majalah Bali Post Edisi 26

Misi Bunjaku adalah mengumpulkan para pemain yang bersinar di negeri orang seperti gelandang Manchester United Adnan Janu-zaj, Xherdan Shaqiri (Bayern Munich, Valon Behrami (Napoli) dan Granit Xhaka (Borussia Monchengladbach). Mereka seluruhnya mengalirkan darah dari orangtuanya yang berasal dari Kosovo.

Jika mereka bersedia mengibarkan bendera kampung halaman-nya bersama pemain-pemain domestik, maka Kosovo pun bisa masuk peta sepak bola dunia. “Kami harus berhati-hati dalam memanggil mereka karena mereka terlibat di timnas yang mereka bela saat ini,” jelas Eroll Salihu, sekjend Asosiasi Sepakbola Kosovo (FFK) dalam wawancara dengan Reuters.

Ia merujuk pada Shaqiri. Gelandang enerjik itu membela klub juara Eropa Bayern namun dilaga internasional ia mewakili Swiss. Sedangkan Januzaj diburu negara Belgia, Albania dan juga Ing-gris.

“Kami tidak ingin mendapatkan mereka saat ini juga. Karena mereka juga tengah sibuk mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia dan pertandingan internasional lainnya. Namun saat Kosovo telah sepenuhnya men- jadi anggota UEFA dan FIFA, maka sudah menjadi kewajiban moral kami untuk membuka pintu bagi mereka yang lahir atau yang memiliki leluhur Kosovo,” lanjutnya.

Kosovo me- mang telah diakui oleh ratu-san negara sejak memproklamasikan

Kemerdeka- annya enam tahun lalu. Namun ke ing inan negara itu men- jadi wilayah b e r - daulat masih

m e n g h -a d a p i

t a n -t a n -g a n k a r -ena Serbia masih men-gakui tempat itu sebagai

salah satu provinsi di wilayah selatan. Akibatnya Kosovo pun be-lum mendapatkan kursi sendiri di PBB dan organisasi-organisasi di lembaga internasional tersebut. Posisi Kosovo masih dalam label sementara.

“Saya fokus untuk membangun tim, tetapi kami menyadari yang akan kami hadapi pada pertandingan pertama nanti adalah menjadi tim yang lepas dari segala keterkungkungan,” jelas Bunjaku.

Komposisi skuadnya adalah pemain-pemain baru dan yang berpengalaman dari luar negeri yang bersedia pulang kampung untuk membela timnas. Target utama timnya adalah tampil di Piala Dunia 2018 di Rusia.

Jerome Champagne, konsultan independen untuk FFK serta kandidat Presiden FIFA tahun depan, memuji dengan keputusan Blatter yang memberi kesempatan Kosovo memainkan peratand-ingan internasional.

“Selama 15 tahun, mereka (Kosovo) merasa terisolasi, tak di-inginkan, terlupakan, tetapi kini telah berubah,” ungkap Champagne yang akan mencalonkan diri menjadi kandidat Presiden FIFA tahun depan. “Ini adalah pertandingan internasional yang diakui FIFA, Kosovo belum menjadi anggota FIFA.”

Masih panjang jalan yang harus dilalui Kosovo sebelum menjadi anggota resmi UEFA dan FIFA, organisasi yang gencar menghukum pemain-pemainnya bila membawa pesan-pesan politik ke lapangan olahraga. Bahkan fasilitas olahraga di negara itu pun jauh dari kata

ideal.Satu-satunya stadion di negara itu

adalah di ibu kota Pristina. Stadion tersebut hanya mampu menampung 16 ribu penonton saja. Bahkan untuk kursi dan lampu penerang mendapat donasi dari Stadion Rasunda, Swedia.

Sayangkan kursi plastik dan lam-pu tersebut masih terong-

gok di gudang dan belum dipasang.

� Yudi Winanto

- nam annya enun an ke ing ina

h jadi wilayahhdaulat masihhm e n g h -

p i a d ant a -

a nt a -a n ga rk -

na Serbia enmasih menm -akui tempatgau sebagaiit

ideal.Satu-satunya stadion di negara itu

adalah di ibu kota Pristina. Stadiontersebut hanya mampu menampung 16 ribu penonton saja. Bahkan untuk kuk rsi dan lampu penerang mendapat donasi dari Stadion Rasunda, Swedia.

SaS yangkan kursi plastik dan lam-pu tersebut masih terong-

gok di gudang dan belum dipasang.

� YudiWinanto

-t i

Adnan Januzaj (Manchester United)

Velon Behrami (Lazio)

Page 30: Majalah Bali Post Edisi 26

O L A H R A G A

24 Februari - 2 Maret 201430

Komisi Daerah (Komda) Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) Bali memang baru seu-mur jagung tepatnya mulai ter-

bentuk 2012 silam. Langkahnya pun tertatih-tatih, ditambah tidak ada pihak yang peduli dan menggubris organisasi yang dinakhodai I Ketut Sukadana ini dalam misinya membina pemain sepak bola usia dini.

Induk organisasi yang menaungi bola dan institusi olahraga lainnya meman-dang sebelah mata keberadaan ASSBI. Padahal, dari Sekolah Sepak Bola (SSB) yang memoles pemain usia 8-16 tahun ini, dilahirkan sejumlah pemain berbakat. Su-kadana memberi contoh tiga hasil binaan SSB Putra Perkanthi, yaitu Gede Jeno Wilyantara, Komang Adi Parwa, dan sang putra Komang Dion Ardiadana Putra. Jeno sempat memperkuat Bali Devata, Persija LPI, PSIS Semarang dan seka-rang berlabuh di PS Badung. Adi Parwa direkrut Persib Bandung U-19, sedangkan Dion membela Persib U-15. ‘’Komang Dion sempat bergabung dengan Persib tiga pekan. Namun, karena belum jelas kelanjutan sekolahnya, akhirnya kami tarik pulang dan melanjutkan studi di SMAN 1 Kuta (Smansaku),’’ beber Wakil Ketua Harian Putra Perkanthi ini.

Sukadana yang menjadi Kepala Ling-kungan Pesalakan, Jimbaran, tidak putus asa. Mantan striker Putra Perkanthi dan PS Unud ini tetap menggelar hajatan berskala internasional melibatkan tim SSB Singapura dan India. Dari segi pe-nyelenggaraan berjalan sukses, sehingga Australia dan Jepang berjanji bakal ikut berpartisipasi. ‘’Bantuan yang kami harapkan dari lembaga sepak bola dan olahraga tak kunjung mengucur. Secara jujur saya akui ASSBI dipandang sinis dan dicibir, namun saya mengganggap sebagai tantangan,’’ ujarnya.

Biaya menyelenggarakan kejuaraan bertumpu dari biaya pendaftaran tim, urunan pengurus ditambah partisipasi donatur yang peduli. Tidak jarang para orangtua siswa SSB merogoh kocek send-iri jika sang anak harus bertanding keluar Bali. Meski begitu, alumnus SMAN 3 Denpasar (Trisma) dan FH Unud ini tidak

kapok. Ia berniat menggulirkan turnamen internasional yang diikuti tim mancane-gara dan Komda ASSBI se-Indonesia sekitar Juni atau Oktober mendatang.

Event bergengsi lainnya yang digelar ASSBI adalah Piala Gothia. Juara wilayah Bali bakal berlaga ke ajang nasional bersama 22 tim wakil Komda ASSBI se-Indonesia. Selanjutnya, kampiunnya berhak berlaga ke Swedia. Untuk tingkat lokal, ASSBI rutin mengadakan kejuaraan keliling Denpasar, Badung, Tabanan, Gian-yar, dan Jembrana. ‘’Bali memiliki tujuh

Komcab ASSBI, tinggal Karangasem dan Buleleng yang belum,’’ terangnya.

Sukadana berharap wadah SSB yang dipimpinnya kelak dilirik orang yang peduli dan tulus memberikan bantuan. Untuk itu, ASSBI Bali harus mampu menorehkan prestasi nasional. ‘’Kami mesti membukti-kan bisa mengukir prestasi nasional. Setelah itu mungkin ASSBI Bali baru diperhitung-kan insan sepak bola di Bali,’’ jelas pria kelahiran Jimbaran, 24 Februari 1967 ini.

� Daniel Fajry

omisi Daerah (Komda) Asosiasi S k l h S k B l I d i

kapok. Ia berniat menggulirkan turnamen i t i l diik ti ti

Komcab ASSBI, tinggal Karangasem dan B l l b l ’’ t

Dipandang Sinis dan Dicibir

ASSBI Bali Jalan Terus

MBP/nel

I Ketut Sukadana

Page 31: Majalah Bali Post Edisi 26
Page 32: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201432

K R I M I N A L

Kecelakaan lalu lintas (lakalantas) maut di Jalan Raya Lukluk, Br. Badung, Mengwi, Rabu (5/2) pagi lalu pasti tak bisa terha-

puskan begitu saja dari benak RNW (15). Pantas saja, karena siswi kelas 3 SMP itu menewaskan dua orang dan melukai empat lainnya. Saat kejadian, sekitar pukul 06.30, RNW baru saja mengambil alih setir mobil-nya, Honda New CRV hitam bernopol DK 658 AE, dari sopir pribadinya, Hapit (35). Lantaran tak mahir mengemudi, mobil yang disopiri anak baru gede (ABG) asal Banjar Perang Alas, Lukluk ini, akhirnya menghantam tiga motor dan satu mobil angkutan umum yang melaju dari arah berlawanan (selatan).

Akibatnya seorang pengedara motor (kebetulan asal banjar yang sama dengan RNW) tewas di tempat, dan satunya lagi meninggal dunia di RSUP Sanglah. Sak-ing kerasnya benturan, membuat mobil Honda CRV itu mengalami kerusakan pada bodi belakang kanan, ban belakang dan depan, serta kaca depan pecah, termasuk moncongnya penyok. Sedangkan motor Honda Vario yang ditabrak ringsek tak berbentuk. Dua motor lagi, tidak separah kendaraan lainnya.

Menurut Kasat Lantas Polres Badung AKP I Wayan Sudita didampingi Kanit Laka Ipda I Wayan Sendri, RNW memaksa mengendarai mobil, padahal sudah dicegah sopir pribadinya. ‘’Kemungkinan takut dengan anak bosnya, sang sopir itu nurut saja,” tegasnya.

Sejumlah saksi mata menyebutkan, mobil yang dikendarai RNW sudah oleng dari arah utara, hingga melaju melewati as jalan. Setibanya di depan Seketariat Griya Taman Gede di Lukluk, mobil tersebut menghantam tiga motor yakni Honda Vario DK 8574 FQ yang dikendarai I Wayan Epan Saputra (22) asal Br. Perang Alas, Lukluk; Suzuki Shogun nopol DK 5974 CZ yang diken-darai Manap (46) sambil membonceng isetirnya, Nur Lila M (40) dan anak balitanya, Nasilatul Mofiroh (1,2) asal Desa Gucialit, Lumajang, Jatim; Ya-

maha Jupiter MX, DK 6450 IG, yang dikendarai I Putu Yoga Muliartha (18) dengan membonceng adiknya, Ni Made Merta Dewi (14), warga BTN Merta An-yar, Lukluk, dan mobil angkutan umum Chevrolet DK 1624 QQ yang dikendarai I Wayan Dirga (46) asal Br. Keranjung, Sembung, Mengwi.

Pasca-lakalantas, RNW diperiksa di Polres Badung, dan ditetapkan sebagai tersangka. Siswi SMP ini dijerat Pasal 310 Ayat 3 dan 4 UU Lalu Lintas dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. Tapi dia tidak ditahan lantaran masih di bawah umur. Dia hanya wajib lapor. Dengan demikian RNW dipastikan bisa mengikuti ujian pemantapan di sekolahnya pada 24 Februari mendatang. “Sepulang sekolah, bahkan Minggu, RNW ditemani orang-tuanya serta petugas Badan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) tetap men-jalani wajib lapor. Proses hukumnya masih berlanjut,” tambah Kasat Lantas, AKP I Wayan Sudita.

Kapolres Badung AKBP Komang Suar-tana menambahkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Komisi Perlindun-gan Anak Indonesia (KPAI) dalam proses penanganan kasus kecelakaan yang dialami RNW hingga mengakibatkan dua korban tewas dan luka-luka ini. “Kami hanya mengamankan tersangka bukan menahan, mengingat dia masih di bawah umur dan mengalami trauma. Dalam proses selan-jutnya kami masih menunggu keputusan kejaksaan,” tegasnya.

Dalam kasus lakalantas ini, orangtua tersangka yakni I Made Puja Astawa dan I Nyoman Darmini, juga diperiksa. Tapi mereka tidak ditetapkan sebagai tersangka. Saat RNW mengemudikan mobil menuju sekolahnya di Dalung, Kuta Utara, orang-tuanya tidak mengetahui sama sekali, lantaran sudah dipercayakan kepada sopir pribadinya, Hapit. “Dia (Hapit) mengaku RNW yang memaksa ingin mengendarai mobil, padahal dia sudah dilarang,” tambah AKP I Wayan Sudita.

Terkait lakalantas ini, kakak tertua tersangka yakni Gita Rosiana mengatakan

bahwa RNW memang belum mahir men-gendarai mobil. Dia selama ini baru bisa memaju-mundurkan mobilnya di halaman rumahnya di Banjar perang Alas Lukluk yang luasnya nyaris 1 hektar itu. Bahkan keluarganya melarang RNW mengendarai mobil di jalan raya. “Kemungkinan sebe-lum kejadian, dia yang minta mengemudi-kan mobil kepada sopir,” tegasnya.

Lakalantas yang melibatkan siswa SMP ini kembali mengingatkan kita pada peristiwa serupa pada 28 Oktober 2011 lalu. Dalam kecelakaan maut yang ter-jadi di Jalan Cok. Agung Tresna, Renon, Denpasar, sekitar pukul 01.00, dua pelajar SMPN 1 Denpasar, Komang Augi Surya Nugraha dan Putu Budi Artawan Jaya alias Kevin, harus meregang nyawa. Saat keja-dian, mereka menabrak pohon perindang di pinggir jalan, sehingga mobilnya rusak parah. Terulangnya kasus serupa langsung membuat kalangan pengamat pendidikan dan pemerhati anak angkat bicara. Menurut mereka, orangtua siswa dan kalangan dunia pendidikan di Bali wajib memetik pelajaran berharga dari kasus kecelakaan mobil yang melibatkan RNW (15). Memang bukan rahasia lagi, kalau saat ini banyak siswa SMP mengendarai sepeda motor maupun mobil ke sekolah, tapi kendaraannya tidak diparkir di sekolah alias dititipkan di luar. Pemandangan ini menjadi hal yang biasa. Bahkan mereka dengan percaya diri men-gendarai kendaraan dengan berseragam sekolah.

Pengamat pendidikan Dr. Putu Ru-mawan Salain, M.Si. dan Drs. I Made Gede Putra Wijaya, S.H., M.Si. sangat prihatin dengan makin banyaknya kasus lakalantas yang melibatkan anak-anak dan remaja yang sejatinya belum cukup umur untuk mengemudikan mobil. Menurut keduanya, hal ini membuktikan lemahnya penegakan peraturan lalu lintas.

Di sisi lain, pemerhati anak dr. AA Sri Wahyuni, Sp.KJ. mengingatkan para orangtua agar tidak memberikan fasilitas kendaraan berupa mobil atau sepeda motor kepada putra-putrinya yang masih di bawah umur dan tidak memiliki SIM.

Setir Mobil, Siswi SMP Tewaskan Dua Pemotor

Page 33: Majalah Bali Post Edisi 26

‘’Beralasan sayang kepada anak, den-gan gampangnya orangtua memberikan pelajaran yang salah kepada anak-anak. Tidak hanya itu, jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, maka tidak hanya anak yang bermasalah. Sebagai orangtua juga kena imbasnya. Orangtua akan mengalami kerugian, dan yang paling mendasar yakni tidak bisa menyalurkan kasih sayang seba-gai orangtua,’’ tegas Sri Wahyuni.

Ketua Yayasan Lentera Anak Bali ini menambahkan, pemberian fasilitas seperti mobil kepada anak-anak merupakan ben-tuk kasih sayang yang salah. Di samping

melanggar hukum, memberikan toleransi kepada anak di bawah umur untuk meng-gunakan fasilitas yang belum menjadi hak mereka justru akan membahayakan keselamatan jiwa anak tersebut. Rumawan Salain menambahkan, ini peringatan bagi semua orang tua, harus mengawasi dengan baik anak-anaknya. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi para orangtua, memberi-kan perhatian atau kasih sayang kepada anak tidak selalu dengan kemewahan, seperti membelikan kendaraan roda dua atau empat.

Putra Wijaya melanjutkan, pihak insti-

tusi pendidikan bekerja sama dengan Ke-polisian hendaknya secara aktif memberi-kan pendidikan kepada para siswa, tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesadaran berlalu lintas. Orangtua juga diharapkan ikut membantu dalam menyukseskan kes-elamatan berkendara di jalan. Tertib aturan berlalu lintas harus diterapkan sejak dini kepada anak-anak.

MBP/ wiadnyana

Mobil Honda New CRV nopol DK 658 AE yang dikemudikan RNW ringsek akibat menabrak tiga sepeda motor dan mobil angkutan umum di Jl. Raya Lukluk, Mengwi, Badung, Rabu (5/2) pagi lalu, sekitar pukul 06.30. Salah satu motor, Honda Vario, yang ditabrak, hancur tak berbentuk.

Page 34: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201434

K R I M I N A L

Polisi yang mestinya sebagai pengayom masyarakat dan pen-egak hukum, malah melanggar hukum. Itulah yang terjadi pada

oknum anggota Unit Patroli Polres Bang-li, Aipda Putu Jayanegara alias Gombeng (39). Pria asal Kelurahan Bebalang, Ban-gli ini, Minggu (9/2) petang lalu, dibekuk tim Buser Polda Bali di tempat kosnya di LC Uma Aya, Bangli. Dia awalnya dibekuk dalam kasus pencurian senjata api (senpi) di Polres Bangli, tetapi saat dilakukan penggeledahan di tempat ko-snya, polisi menemukan narkoba yang diduga jenis sabu-sabu (SS).

Menariknya, sebelum diciduk dengan dugaan mencuri senpi dan menguasai SS seberat 0,67 gram, Gombeng diajak ber-sumpah di Pura Penulisan, Kintamani. Sejak awal pria yang sudah 16 tahun me-nikah, tetapi belum dikaruniai anak ini, memang dicurigai mencuri senpi. Meski disumpah, ternyata tak mengendurkan keberanian Gombeng. Menurut sumber yang tidak bersedia dikorankan, dia ber-sikukuh tidak pernah mencuri senpi yang belakangan ditemukan di rumah seorang pentolan ormas di Gianyar, Dewa Kapik. Meski tidak mengaku, tim Propam Polda Bali dan Polres Bangli tak langsung percaya dengan pengakuan Gombeng. Terlebih dia memang sudah dicurigai sejak awal karena terekam kamera CCTV saat keluar dari salah satu ruangan Polres Bangli menggunakan jaket hitam sekitar pukul 02.00 dini hari.

Sedangkan saat disidik di Polda Bali, Aipda I Putu Jayanegara alias Gombeng malah mengaku lalai membawa senpi organik V2. Dia membantah menjual senpi itu kepada orang lain. Menurut Kabid “Hilangnya senpi itu karena yang bersangkutan lalai. Lalainya karena apa? Masih dalam penyelidikan petugas. Namun, dia sempat mengatakan, senpi itu ditinggalkan di tempat kosnya,” kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Hariadi, Selasa (11/2) lalu.

Apa benar senpi itu tertinggal di

tempat kosnya, atau malah dijual atau sengaja diberikan kepada seseorang? Kombes Hariadi kembali menegaskan, masih dalam proses penyelidikan. Begitu juga terkait pemeriksaan pentolan ormas, Dewa Kapik, karena senpi itu ditemukan di belakang rumahnya di Banjar Temesi, Gianyar, juga masih dalam penyelidikan Bid. Propam Polda Bali.

Sedangkan saat ditanya mengenai temuan narkoba di tempat kos Aipda I Putu Jaya Negara, Kombes Hari-adi kembali memberikan jawaban yang sama, yakni masih dalam penyelidikan. “Keduanya, baik itu kasus senpi maupun kasus narkoba, masih dalam penyelidi-kan,” tambahnya.

Tak hanya terlibat kasus senpi dan narkoba, Gombeng ternyata polisi ber-masalah. Buktinya, menurut informasi yang dikumpulkan, ketika bertugas di Bima, NTB, saat pulang ke rumahnya di Kelurahan Bebalang, Bangli, Gombeng mencuri sepeda motor milik Ketua DPRD Bangli kala itu. Akhirnya dia divonis tiga bulan penjara. Hebatnya, setelah ke luar dari tahanan, dia kembali berdinas di Polri. Bahkan sekitar Januari lalu, Gombeng dikabarkan memukul seorang warga di areal tajen (sabung ayam). Perkelahian dengan bebotoh tajen itu sempat berbuntut saling lapor ke Polres Bangli.

Sejumlah tetangga tempat Gombeng kos di LC Uma Aya, Bangli, sungguh tak menyangka akan perilaku anggota Polres Bangli tersebut. Selama ini, Gombeng yang dikenal memiliki track record bu-ruk di kesatuannya, malah tidak pernah bersikap aneh. Hanya tetangganya men-gatakan Gombeng jarang ada di tempat kos, seperti yang dituturkan dagang sate di depan rumah kos Gombeng, Gung Biang Ade Rai. Menurutnya, sosok Gombeng dikenal biasa saja. Dia biasa membeli sate di tempat Rai.

Rai mengaku, perilaku Gombeng sedikit janggal karena rumah asalnya di Bebalang, sejatinya tidak jauh dari

tempatnya bekerja. Tetapi Gombeng justru memilih kos alias bukan tinggal di rumahnya saja. ‘’Dia juga suka meme-lihara ayam, tetapi sekarang tidak lagi,’’ kata Gung Ade Rai.

Sedangkan ayah Gombeng, Made Madia mengatakan, bahwa Gombeng memilih kos walau rumahnya dekat dengan Polres Bangli, karena hubungan Gombeng dengan istrinya yang asal Bungkulan, Buleleng, tidak akur lagi. Bahkan beberapa bulan setelah Gombeng kos, istrinya menyusul kos di suatu tem-pat. Informasi terakhir yang diperoleh orangtuanya, Gombeng sudah menjalani sidang cerai. ‘’Jujur saja dia masih ser-ing minta uang. Dia juga senang metajen (sabung ayam),’’ tutur Madia.

Sumber lain yang juga tidak mau disebut namanya mengatakan, selama ini Gombeng tidak mau narsis foto-foto seperti polisi lainnya. Kalau difoto, dia berusaha menghindar. ‘’Kemungkinan ini salah satu triknya agar sulit dikenali,’’ kata sumber itu.

Terkait kasus ini, Kapolda Bali Irjen A.J. Benny Mokalu melalui Kombes Hariadi memerintahkan, agar penyidikan kasus hilangnya senpi tersebut diinten-sifkan. “Kapolda memerintahkan kasus hilangnya senpi dan ditemukannya SS di tempat kos Gombeng diusut setuntas-tuntasnya, karena termasuk pelanggaran berat,” jelasnya, Rabu (12/2) lalu.

Intinya, kasus ini mesti dituntaskan supaya tak ada lagi oknum polisi yang banyak masalah tetap bertugas di kes-atuannya. Jika dibiarkan, maka koprs Polri akan bertambah rusak. Hal ini tentu termasuk kelemahan atasan Gombeng di Polres Bangli. Jika ada oknum polisi yang bermasalah, mestinya segera diproses dan dijatuhi sanksi sesuai kes-alahannya, termasuk pemecatan.

Oknum Anggota Polres Bangli Terlibat Banyak Masalah

Page 35: Majalah Bali Post Edisi 26

Satuan Narkoba Polres Badung di bawah komando Kasat Narkoba AKP Bambang Gede Artha dalam kurun waktu 8 Februari hingga 1

Januari lalu, menangkap lima tersangka kasus penyalahgunaan narkoba jenis sabu-sabu (SS). Satu dari lima tersangka adalah seorang guru honorer di salah satu SD di Denpasar.

Menurut AKP Bambang, Selasa (11/2) lalu, guru honorer tersebut yakni ter-sangka Agus Wiweka Dharma Putra. Pria berusia 34 tahun ini terjaring dalam pen-angkapan kasus penyalahgunaan narkoba sejak sebulan lalu. Selain dia, polisi juga menangkap 4 tersangka lainnya, masing-masing M. Maskur (38), Afi Furohman (29), Imam Muzaki (32), dan I Kadek Sudarmawan (31). “Mereka ditangkap di tempat terpisah,” tegasnya.

Lebih lanjut AKP Bambang menye-butkan, tersangka Agus Wiweka Dharma Putra dibekuk pada Senin (20/1) lalu di rumahnya di Jalan Buana Kubu, Denbar, bersama barang bukti SS seberat 0,28 gram dan 0,56 gram.

Sementara tersangka M. Maskur dan Afi Furohman ditangkap pada Sabtu (1/2) lalu di Jalan Tukad Yeh Aya, Densel, bersama barang bukti 0,53 gram sabu. Untuk tersangka Imam Muzaki, dibekuk di Jalan Pulau Moyo Gang Telokom, Den-pasar, dengan barang bukti sabu seberat 0,4 gram. “Penangkapan I Kadek Sudar-mawan dilakukan aparat Sat. Narkoba Polres Badung di Jalan Raya Sesetan, Densel, dengan barang bukti sabu seberat 0,03 gram,” imbuhnya.

Menurut AKP Bambang, kelima tersangka adalah pengguna. Sedangkan

untuk bandar dan pengedarnya masih dalam pengembangan, lantaran jaringan tersebut terputus. “Mereka mendapatkan barang haram itu dengan sistem tempel,” terangnya.

Saat ditanya lebih dalam seputar penangkapan tersangka Agus Wiweka Dharma Putra, AKP Bambang mengata-kan, bahwa tersangka adalah guru honorer di salah satu sekolah di Denpasar. Oknum guru ini diciduk berdasarkan informasi masyarakat yang mengatakan bahwa Agus sering mengkonsumsi SS. “Saat tersangka ditangkap, anggota kami men-emukan paket SS di tangannya,” tandas AKP Bambang.

24 Februari - 2 Maret 2014 35

Sebulan, Lima Tersangka Kasus Narkoba Diciduk

MBP/wiadnyana

Satuan Narkoba Polres Badung di bawah komando Kasat Narkoba AKP Bambang Gede Artha menunjukkan lima tersangka kasus peny-alahgunaan narkoba jenis SS belum lama ini.

Page 36: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201436

B I S N I S

Wacana pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Holding Company yang digulir-kan Pemprov Bali mengundang

tanda tanya. Bukan saja ambisi itu memerlu-kan dana sangat besar, juga perlu pertimban-gan. Jangan sampai kehadiran usaha-usaha pelat merah tersebut malah menggerogoti APBD, seperti yang terjadi saat ini. Selain itu pemerintah daerah ikut berebut ‘’kue’’ yang semakin kecil. Pemerintah daerah juga semakin getol ikut bermain pada usaha yang selama ini telah menjadi daya tarik pengusaha swasta. Rencana dibangunannya Bali Man-dara Internasional Hospital, adalah salah satu dari kegetolan tersebut. Belum selesai rencana tersebut, kini Pemda Provinsi Bali berencana membentuk Holding Company.

Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta kepada wartawan pertengahan bulan ini mengatakan, Pemprov Bali berencana mem-bentuk BUMD dengan nama PT Bali Mandara

Holding Company. Nantinya itu akan menjadi induk dari perusahaan kecil lainnya milik daerah dengan berbagai bidang usaha.

Adalah satunya membangun hotel dengan memanfaatkan berbagai aset milik pemprov setempat yang tidak produktif. “Kalau ada yang memang bisa dibangun hotel di atas aset kita, misalnya yang di tepi pantai sehingga setiap tahun akan menambah PAD (pendapatan asli daerah) Bali,” katanya usai menghadiri rapat paripurna DPRD Bali. Rencana besar ini tentu masih menjadi tanda tanya besar. Ter-masuk membangun RSI. Sebab membangun rumah sakit bertaraf internasional hingga saat ini belum terwujud. Padahal rencana itu telah masuk APBD sejak 2012 dengan anggaran Rp 200 miliar. Alokasi dana itu akhirnya menjadi sisa (silpa) karena tidak terserap. Demikian hal-nya pada 2013 anggarannya tidak tersalurkan. Apakah RSI ini akan terwujud atau dijadikan wacana saja atau angan-angan saja?

Sebab wacana awal RSI ini akan diker-

jasamakan dengan rumah sakit internasional di luar negeri. Bahkan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Bali selaku leading sector rencana ini pernah mengemukakan sudah ada inves-tor dari Singapura dan Jerman yang berminat bekerja sama. Namun dua tahun ditunggu kerja sama tersebut tak terwujud.

Bahkan akhir tahun 2013 lalu wacananya malah berbalik arah. Semua pengerjaan dan pengelolaannya dilakukan pemerintah daerah. Alasannya pemda masih mampu mebuat dan membiayai operasional rumah sakit terse-but. Dari alasan tersebut masyarakat tentu bertanya-tanya, apakah alasan itu memang demikian adanya atau dibuat-dibuat setelah gagal mendatangkan partner untuk bekerja sama dalam pengelolaan? Kalau memang harus mengelola sendiri mengapa tidak dari awal itu diprogramkan, sehingga tidak mengundang polemik yang berkepanjangan baik dari tokoh masyarakat maupun anggota DPRD Bali?

RSI yang Tak Kunjung Datang

MBP/dok

Rumah Sakit Internasional (RSI) Nyitdah Tabanan, salah satu contoh diwujudkan Pemkab Tabanan yang belum berjalan maksimal.

Page 37: Majalah Bali Post Edisi 26

“Wujudkan efisiensi dalam penggunaan energi listrik, komit-men tingkatkan kompetensi ME”

Salah satu penerapan sembilan budaya perusahaan Grup Hardys/GH Holdings yakni perbaikan terus–menerus, menjadi modal utama bagi Divisi Mechanical Engineering (ME) untuk mengadakan pelati-han Sistem Tata Cahaya (Training Lighting System) bertajuk in-house executive training selama dua hari dimulai tanggal 4 hingga 5 Februari 2014 bertempat di Parigata Room Head Office Grup Hardys/GH Holdings Jln. Tukad Pakerisan 100 x Denpasar-Bali.

Hadir sebagai trainer adalah Ir. I Ketut Widiarsa, MM. seorang praktisi Lighting System yang juga menjabat Strategic Local Partner Thorn Lighting For indonesia.

Menurut Ida Bagus Suniata selaku Manager ME, pelaksanaan training Ligting System merupakan salah satu upaya penting untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman Divisi ME khususnya mengenai Lighting System tidak hanya dari sisi praktis namun juga teoritis sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara maksimal.

Salah satu materi pelatihan ini adalah fokus membedah penggu-naan teknologi Light Emitting Diode atau yang sering dikenal dengan lampu LED, termasuk desain dan maintenance untuk menghasilkan pencahayaan yang maksimal. ”Pengetahuan yang diberikan sangat berguna bagi kami dalam melaksanakan tugas dan kewajiban terutama dalam hal Mechanical Engineering,” ujarnya.

Abdi Negara, S.Sos selaku Corporate Secretary & Business De-velopment Dirctor dalam keteranganya menyatakan training yang dilaksanakan secara berkelanjutan baik yang dilakukan di internal perusahaan maupun melibatkan pihak luar yang berkompeten merupa-kan salah satu strategi transformasi ke-5 Grup Hardys terutama di bi-dang Transformasi Sumber Daya Manusia. “Kami yakin, pelaksanaan training seperti ini mampu menghadirkan perbaikan nyata terutama bagi efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan,“ paparnya.

Masih menurut Abdi, Grup Hardys/GH Holdings melalui sembilan core business utama yakni; HardysRetail (PT Hardys Retailindo), HardysProperty (PT HardysPropertindo), HardysLand (PT Hardys Realtindo), HardysHotel (PT Hardys Hotel Indonesia), HardysAgro (PT Bali Agro Lestari Indah), HardysFunzone (PT Sarana Rekreasi Keluarga Indonesia), HardysInvestment (PT Hardys Corpora), Har-

dysTrans (PT Sarana Transportasi Indonesia), HardysAdvertising (PT Sarana Media Advertindo), telah menjadikan sarana training seperti ini sebagai bentuk continues improvement sejak dimulainya transformasi pertama di tahun 2010.

Ir. Gede Agus Hardiawan Presiden Direktur GH Holdings didamp-ingi Ketut Rukmini Hardy, SP. selaku Komisaris Utama, menyatakan bahwa kualitas sumber daya manusia Grup Hardys/GH Holdings har-us terus bertumbuh dan berkembang seiring perkembangan teknologi yang berjalan pesat. ”Kami melihat disinilah mesti mengambil peran strategis karena dengan aplikasi teknologi yang tepat guna, maka perusahaan akan mampu berjalan secara efektif dan efisien, sejalan dengan semangat transformasi Grup Hardys,” tandasnya.

Abdi Negara, S.Sos. Direktur Corporate Secretary & Business Develop-ment, didampingi Ida Bagus Suniata (Manager ME) saat foto bersama Ir. I Ketut Widiarsa, MM.(Strategic Local Parther Thorn Lighting For Indonesia) berfoto seusai kegiatan Training Lighting System di Lobby

Head Office GH Holdings(5/2).

GH Holdings Selenggarakan ’’Training Lighting System’’

Seperti yang dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya, bahwa pelaksanaan pembangunan RSI termasuk pengadaan alat kesehatan (alkes), biaya operasional dan SDM sepenuhnya akan dibiayai APBD Bali secara bertahap. ‘’Kita batal mencari investor operasional untuk RSI. Pemprov masih mampu sep-enuhnya nanti menganggarkan untuk pengadaan alkes dan operasional,’’ kata Suarjaya (BP 18/12).

Dijelaskannya, pertimbangan lain-nya, pihaknya tidak ingin terlalu diatur investor. Sebab, jika dikerjasamakan untuk pengadaan alkses dan operasional RSI, tentu ada tawar-menawar dengan investor, misalnya menyangkut proporsi SDM. ‘’Sedangkan kita mempunyai SDM kuat, baik dokter maupun tenaga medis. Jadi, diputuskan kita sendiri yang

akan menggarap RSI itu dengan kemam-puan sendiri,’’ ujarnya berkilah.

Diterangkannya, pembangunan fisik RSI dan kelengkapan operasionalnya akan dilakukan bertahap dengan pen-ganggaran multi years. Untuk fisik, akan dianggarkan di APBD Perubahan 2014 dengan anggaran Rp 200 miliar. Semen-tara untuk pengadaan alkes, akan diang-garkan di APBD Induk 2015 Rp 300 miliar. Sedangkan untuk operasional dan SDM, akan dihitung berapa kebutuhan anggarannya setelah pembangunan fisik dan pengadaan alkes rampung. ‘’Untuk pembangunan fisik, kami targetkan rampung tahun 2015, lalu dilanjutkan pengadaan alkes, operasional dan SDM-nya sehingga pada 2016 kami targetkan RSI ini sudah beroperasi,’’ ujarnya.

Saat ditanya apakah penganggaran

total untuk RSI itu sudah mendapat persetujuan DPRD Bali, Suarjaya men-gatakan, secara lisan pihaknya sudah sempat berkoordinasi dan ada lampu hijau dari anggota Dewan. Namun memang, nanti harus dapat persetujuan resmi lewat penganggaran di APBD tahun berikutnya.

Sekretaris Komisi IV DPRD Bali Cok Asmara Putra Sukawati mengatakan, jika memang pemprov batal mencari investor operasional dan RSI nanti sep-enuhnya dibiayai APBD, pihakya men-gaku akan memperjuangkan pengang-garannya. ‘’Komisi IV siap mendukung penganggaran. Jika RSI ini berjalan baik, pelayanan kepada masyarakat akan meningkat,’’ katanya.

� Pusat Data

Page 38: Majalah Bali Post Edisi 26

P A R I W I S A T A

24 Februari - 2 Maret 201438

Objek Wisata Jatiluwih Jatiluwih termasuk salah satu objek

wisata dengan panorama indah. Variasi panorama sawah berundak-undak berlatar belakang gunung

berhutan lebat. Daerah persawahan ini berbentuk teras, memiliki luas sekitar 636 hektar. Sawah ini menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradi-sional Bali. Objek wisa-ta yang terletak di Desa Jatiluwih, Ke-camatan Penebel ini ditetapkan sebagai kawasan Warisan Budaya Dunia (WBD)

o l eh UNESCO

(United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) kini mulai terancam oleh kehadiran investor. Ser-buan para pemilik modal ini dikhawatir-kan merusak lingkungan alam setempat.

“Saya banyak mendapat pengaduan tentang serbuan investor ke Jatiluwih. Serbuan investor ini dikhawatirkan berdampak negatif. Salah satunya, lun-turnya keaslian pertanian di kawasan tersebut. Jika keaslian Jatiluwih mero-sot, status WBD dari UNESCO bisa dicabut. Ini menjadi tugas berat kita,”

kata Ketut ‘’Boping’’ Suryadi,

Ketua DPRD Tabanan.Wakil rakyat di DPRD Tabanan sedang

menggodok Rancangan Perda (Ranperda) Jalur Hijau untuk membendung serbuan investor terutama yang bisa berdampak pada keaslian pariwisata di Tabanan. Kata Boping, penetapan jalur hijau tidak boleh kacau, sehingga dibutuhkan payung hu-kum khusus untuk mengaturnya. “Untuk menyelamatkan pariwisata dibutuhkan pengaturan jalur hijau yang ketat. Ini yang akan kita terapkan di Ja�luwih. Jangan sampai lahan di sana dikapling investor karena harganya tinggi,” jelasnya.

MBP/dok

Jatiluwih merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Penebel, Ka-bupaten Tabanan. Jatiluwih merupakan sebuah desa wisata, yang memiliki

panorama alam yang indah yang disertai dengan sawah berundak. Udaran-ya juga relatif sejuk karena tempat ini berada pada ketinggian 700 meter.

Page 39: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 39

PEMERINTAH mesti menjamin ke-langsungan kawasan subak di Bali, apalagi subak telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Hal itu ditekankan oleh Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Prof. Arief Rachman. Sebab, adanya kekhawatiran kawasan warisan dunia subak di Bali terancam kelangsungannya yang sejatinya telah masuk dalam poin –poin persyaratan sebelum mendapatkan pengakuan dari UNESCO.

Nah, kata dia, apabila sekarang permasala-han petani yang saat ini berada di kawasan subak sebagai warisan dunia akan dihadapkan dengan permasalahan seperti tingginya pajak yang mesti dibayarkan dan serbuan inves-tor. Maka, menurut Prof. Arief, pemerintah, rakyat dan seluruh komponen mesti menjamin keberadaan subak dengan aturan ketat salah satunya pemerintah mengeluarkan peraturan daerah, seperti mensubsidi pajak. “Bupati harus membuat perda untuk subak, harus ada yang menjamin kawasan subak tidak terjual, termasuk mengelola kawasan sekitar subak biar berdampak langsung pada masyarakat sekitarnya,” katanya.

Ditegaskan, sejauh ini banyak kawasan

yang dinyatakan sebagai situs warisan bu-daya, justru tidak mampu dijaga dengan ketat. “Seperti Borobudur, situs warisan budaya yang terkenal, ternyata di sekitar kawasan itu berdiri tower-tower, bila di biarkan maka situs ini, secara langsung akan di cabut,” ucapnya. Oleh karena itu, lanjut Prof. Arief kita semua harus bekerja keras untuk mengembangkan perencanaan pengembangan yang melibatkan masyarakat demi memastikan perlindungan berkelanjutan situs warisan dunia kita.

Dinas Pariwisata Bali mencatat beberapa kawasan subak dengan lahan basahnya seperti sawah di Bali memiliki nilai jual objek pajak (NJOP) cukup tinggi. Hal ini, disebabkan begitu pesatnya pembangunan hotel di Bali yang berimbas harga tanah cukup mahal, sehingga petani pun merasakan dampaknya dengan membayar pajak tinggi, sebagian la-han –lahan persawahan tidak lagi produktif di kerjakan, dan ujung-ujungnya memilih dijual. Kendati demikian, pemerintah telah memas-tikan untuk melindungi lahan persawahan di Bali apalagi subak ditetapkan sebagai situs warisan dunia.

� Parwata

Biasanya, kata Boping, investor akan mencari celah untuk mengembangkan usaha di kawasan wisata. Salah satunya, membeli lahan dengan harga tinggi. Lalu, lambat laun akan muncul bangunan dan sejenisnya. Jika itu terjadi, keaslian kawasan Ja�luwih dipas-tikan akan bergeser. Lalu, status WBD tidak akan berlanjut. Apalagi, setiap lima tahun UNESCO akan memantau perkembangan kawasan tersebut.

Serbuan investor ke Ja�luwih dibenarkan Sekretaris Pekaseh Ja�luwih, Semarajaya. Namun, pria ini menegaskan, investor belum ada yang menguasai lahan pertanian. Mereka hanya memborong lahan perkebunan di seki-tar kawasan wisata Ja�luwih.

Kendati demikian, serbuan investor ini wajib diwaspadai. Sebab, tak menutup ke-mungkinan bisa merembet ke kawasan per-tanian. “Kalau investor sudah lama menyerbu Ja�luwih. Namun, bukan persawahan yang diburu, melainkan perkebunan,” katanya.

Menurut Semarajaya, hingga detik ini, se-luruh lahan sawah di kawasan Ja�luwih masih dimiliki petani lokal. Mereka tetap bertahan dengan persawahan masing-masing untuk menyambung hidup. “Yang kami butuhkan adalah komitmen pembagian hasil pariwisata kepada petani. Dengan ini, serbuan investor bisa dibendung,” tegasnya.

Selain itu, infrastruktur yang mendukung pelestarian pertanian bisa dibenahi dengan

baik. Jumlah petani di Ja�luwih mencapai 395 orang dengan luas lahan 303 hektar. Jumlah ini terbagi dalam 7 tempek subak. Se-jak masuk WBD, lahan di Ja�luwih ditetap-kan sebagai lahan pertanian berkelanjutan alias abadi. Artinya, petani dilarang menjual atau mendirikan bangunan di kawasan tersebut. Jika terjadi jual-beli, tetap dila-rang membuat bangunan permanen. “Kami sedang mengusulkan kontribusi bagi petani pascaturunnya WBD,” kata pria yang akrab dipanggil Pak Krisna ini. Apalagi, sejak adanya WBD, angka kunjungan wisatawan terus meningkat.

� Dewi Puspa

UNESCO Khawatirkan Kelanjutan Subak

Diserbu Investor

Page 40: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201440

E V E N T

MBP/Suryawan

DENPASAR TEMPOE DOELOE - Berbagai pernak-pernik sepeda tua ditampilkan dalam Pameran Sepeda Tua (sepeda ontel) serta pam-eran Klithikan berlangsung di areal kawasan Museum Bali dan Pura

Jagatnatha dalam acara Kongres Komunitas Sepeda Tua Indonesia yang bertajuk Denpasar Tempoe Doeloe serangkaian perayaan HUT ke-226 Kota Denpasar, Sabtu (8/2), di Kawasan Lapangan Puputan

Badung.

Page 41: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 41

Raih sukses dengan menginfor-masikan kegiatan/usaha, tanggung

jawab sosial perusahaan (CSR), peluncuran produk, dan promosi

lainnya melalui rubrik Event dengan menghubungi bagian Iklan Bali Post - (0361) 225764. Penyampaian ma-teri dilakukan dua minggu sebelum

penerbitan.

MBP/Suryawan

PERAYAAN HPN - Serangkaian Hari Pers Na-sional (HPN), Kelompok Media Bali Post (KMB)

menyelenggarakan penjualan buku-buku mu-rah, pameran produk organik dan demo melukis

sketsa wajah di tempat yang dilangsungkan di Shankara Restaurant, Sanur, belum lama ini.

MBP/Gun

WORKSHOP TATA RIAS - Acara pelatihan tata rias diri sendiri dan membuat serta memasang sanggul di Gedung Balai Budaya Klung-

kung dilaksanakan belum lama ini. Penyelenggaraan kegiatan yang diikuti ratusan peserta ini dilakukan Bisnis Bali (Kelompok Media Bali Post) bekerja sama dengan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI)

serangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-26 WHDI Provinsi Bali.

Page 42: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201442

W I S A T A

Jalan Penghubung Sangeh dan Cau Belayu rusak parah, guide dan travel agent mencak-mencak. Lho, apa hubungannya? “Tembus-

nya jalan penghubung Desa Sangeh (Ba-dung) dan Desa Cau Belayu (Tabanan) itu sangat memudahkan wisatawan ke Bedugul dari DTW Sangeh,” kata Man-ager Operasional Daya Tarik Wisata (DTW) Bukit Sari Sangeh.

Meski belum diresmikan, jelas Sumo-hon, jalan yang tersebut sudah ramai dila-lui pengendara. Dalam waktu lima menit, orang sudah bisa sampai di Desa Cau Belayu untuk selanjutnya menuju Be-dugul dari Desa Sangeh atau sebaliknya. Menariknya, hal tersebut berimbas juga pada kunjungan wisatawan DTW Bukit Sari Sangeh. Utamanya wisatawan man-cenegara dari Australia dan Eropa.

Anehnya lagi, lanjut mantan pegawai hotel ini, jalan yang sudah tembus akhir 2013 lalu itu sekitar 400 meter rusak parah. Kondisi parah itu ada di sebelah timur jembatan yang merupakan wilayah Kabupaten Badung. Jalan batu kapur itu penuh palung-palung, sehingga membuat pengendara tidak nyaman. “Keluhan ini sering kami terima dari para guide mau-pun travel agent,” ujar Sumohon.

Keluhkan Jalan Rusak

Jalan penghubung Sangeh dan Cau Belayu rusak parah.

Page 43: Majalah Bali Post Edisi 26

LAPORAN

LAPORANwww.bali-travelnews.com

Mobil pendek tidak bisa lewat karena tersangkut di bibir palung. Pada musim panas penuh debu dan pada musim hu-jan, kondisinya penuh lumpur kapur. Sementara, jalan yang berada di sebelah barat jembatan yang merupakan wilayah Kabupaten Tabanan tampak bagus. Meski kurang lebar, namun kondisinya sangat baik untuk dilalui. Wujudnya hotmik dengan kondisi got yang baik.

Adanya akses itu, jelasnya, memu-dahkan para guide atau travel yang untuk mengajak para tamunya ke objek wisata Bedugul ataupun menyaksikan sunset di Tanah Lot. Hal itu berbeda dengan sebelumnya, yang harus meling-kar lagi untuk bisa sampai di kawasan wisata sejuk di Pulau Dewata itu. “Le-wat jalan ini jarak dan waktu menjadi

lebih singkat,” ungkapnya. Sumohon mengaku, semenjak jalan

tersebut bisa dilalui sangat berimbas terhadap jumlah kunjungan wisatawan utamanya wisatawan mancanegara (wis-man) ke Bukit Sari Sangeh. Hal itu mu-lai terlihat sejak awal Oktober di mana wisman yang berkunjung lebih banyak datang dari Ubud menuju kawasan wisata Bedugul. “Kami selaku pengelola DTW sangat merasakan imbasnya,” ungkapnya.

Meski tidak terlalu banyak, tambah Sumohon, ia menilai adanya akses tersebut sangat positif. Pada akhir Ok-tober, November dan Desember 2013, jumlah kunjungan wisman meningkat rata-rata mencapai 1.500 orang dari sebelumnya yang tak pernah di atas 1.000

orang. “Sekarang ini jumlah kunjungan wisatawan domestik (wisdom) dan wis-man hampir berimbang,” ucapnya.

Berdasarkan data Operasional DTW Bukit Sari Sangeh, kunjungan wisatawan tahun 2013 meningkat jika dibanding-kan dengan tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan wisatawan tahun 2012 men-capai 205.329 orang (asing 14.153) dan domestik 191.176, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mencapai tahun 2013 mencapai 211.727 (asing 15.052 dan domestik 196.675).

� Budarsana

Page 44: Majalah Bali Post Edisi 26

T R A D I S I

Umat Hindu di Bali tak hanya mengenal Nyepi kaitannya den-gan perayaan Tahun Baru Saka. Di sejumlah daerah di Pulau

Dewata, umat Hindu juga melaksanakan Nyepi kaitannya dengan aci di Pura. Di Desa Pakraman Ababi, Karangasem, mis-alnya umat setempat melaksanakan Nyepi kaitannya dengan pelaksanaan upacara atau

aci di salah satu pura setempat. Uniknya dalam upacara itu ada istilah Nyepi Luh (Nyepi untuk kalangan wanita) dan Nyepi Muani untuk kalangan laki-laki.

Nyepi luh ini berkaitan dengan aci di Pura Kedaton yang terletak di tengah sawah desa setempat. Di desa tersebut ada keper-cayaan bahwa brata Nyepi Luh ini mesti ditaati oleh kalangan wanita. Jika ada yang

melanggar, misalnya ada yang bepergian ke luar desa saat Nyepi Luh, mereka bisa mengalami marabahaya.

Nyepi Luh, kata Klian Desa Pakraman Ababi Made Sudiarsa, rutin digelar tiap tahun berkaitan dengan aci di Pura Kedaton yang jatuh pada Kajeng Tilem Sasih Kapitu. Nah, se-hari setelah puncak aci digelar panyepian bagi para wanita yang dikenal dengan Nyepi Luh.

’’Nyepi Luh’’ dan ’’Nyepi Muani’’ di Ababi

MBP/dok

objek tirtagangga sepi karena nyepi luh

Page 45: Majalah Bali Post Edisi 26

Brata panyepian Nyepi Luh ini sama dengan Nyepi pada umumnya. Pada saat itu para wanita tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak berpoya-poya mengumbar hawa nafsu mencari hiburan dan tidak boleh bepergian ke luar Desa Ababi. Para wanita hanya boleh keluar rumah sebatas ke rumah tetangga. Sebenarnya, Nyepi Luh itu dalam rangka ngiring Ida Batari sebagai manifes-tasi dari predana malancaran, usai kaaturan pangaci sehari sebelumnya. Para wanita saat Nyepi Luh sembahyang ke sejumlah pura. Dimulainya pelaksanaan Nyepi Luh ditandai dengan suara kulkul desa yang dibunyikan sekitar pukul 07.00 Wita. Selanjutnya Nyepi Luh di-lebar (diakhiri) sore hari ditandai juga dengan bunyi kulkul desa. Pada saat itu juga sekaligus prosesi panyineban

pangaci di Pura Kedaton.Sementara itu aci di Pura Kedaton dimu-

lai dengan ngejaga (tawur serta upakara lain berupa pacaruan). Usai tawur, seluruh krama majurag ngalungsur (berebut) nasi kalasan atau nasi takepan atau nasi tawur. Nasi kalasan ini dibawa pulang dan dise-barkan di pekarangan rumah atau di sawah dan di lading masing-masing. Nasi kalasan itu sebagai simbol memeroleh anugerah kemakmuran dan kesuburan, terhindar dari sasab merana (hama dan penyakit).

Saat Nyepi Luh berlangsung, para pedagang di wilayah Desa Ababi tidak melakukan aktivitas, termasuk hotel dan kios di objek wisata Tirtagangga. Mereka

khusyuk melakukan brata panyepian, tidak ada yang berwisata dan berjualan.

Nyepi MuaniSebulan kemudian, sehari usai aci di

Pura Dalem Desa Ababi, giliran krama laki-laki yang melaksanakan Nyepi yang dikenal dengan Nyepi Muani. Saat itu kaum laki-laki menggelar catur brata panyepian. Sama seperti Nyepi Luh, krama laki-laki tidak boleh bekerja dan tak boleh ke luar desa, tetapi sembahyang dan ngiring Ida Batara Siwa mayoga dan malancaran, sehari usai kaaturan.

� Budana

Page 46: Majalah Bali Post Edisi 26

T R A D I S I P R O P E R T I

Hampir setiap rumah dipastikan memiliki kamar mandi. Seperti halnya dapur, dalam kepercayaan masyarakat tertentu kamar mandi

ini biasanya diletakkan di bagian teben (hilir atau kaki). Di Bali umumnya ditempatkan di bagian paling selatan atau barat daya. Paling selatan kamar mandi dan di sebelah utara atau timurnya dapur. Jarang masyarakat Bali menempatkan dapur apalagi kamar mandi di

bagian hulu seperti di sebelah utara, timur, apalagi di timur laut yang dipercaya sebagai lokasi paling sakral. Demikian halnya dalam kepercayaan masyarakat Cina/Tionghoa. Menurut Feng Shui, kamar mandi memiliki energi yin sehingga harus ditempatkan pada sektor “buruk” (hilir).

Baik dalam kepercayaan masyarakat Bali (Hindu) maupun menurut Feng Shui, letak kamar mandi di hulu atau pada sektor “baik”

memberikan banyak dampak buruk. Yang paling umum adalah gangguan kesehatan dan bahkan bisa mengakibatkan dikhianati pasangan. Apalagi, jika kamar mandi di letakkan di lantai atas (pada bangunan bert-ingkat) dan di bawahnya persis berada dapur. Hal ini diyakini bisa menyebabkan gang-guan kesehatan pada penghuninya. Istilah masyarakat Bali, ‘’Jangan tai diletakkan di kepala.’’ Karenanya, masyarakat Bali selalu memposisikan kamar mandi sedapat mung-kin bukan di bagian kepala, yakni di bagian kaki/bawah. Masyarakat Bali juga menghin-dari penempatan kamar mandi menjadi satu dengan kamar tidur (istilah umumnya kamar mandi dalam). Sebab menurut kepercayaan, hal ini mengarahkan penghuninya untuk mengkhianati pasangannya seperti dengan berselingkuh dan sejenisnya hingga bisa berakhir perceraian. Namun, menurut keper-cayaan Cina/Tionghoa, itu bukanlah harga mati. Agar aliran energi positif Feng Shui dapat mengalir dengan baik di kamar tidur, diberikan solusi yakni bukaan pada kamar mandi dibuat selebar mungkin. Misalnya dengan membuat pentilasi yang lebar agar udara lebih lancar. Cahaya matahari sebai-knya dapat memasuki kamar mandi dengan maksimal. Dengan pencahayaan yang baik, kamar mandi semakin nyaman dan mem-berikan energi positif.

Kamar mandi dengan ukuran kecil pada dasarnya bisa membuat merasa nyaman dan intim. Tetapi, pada saat yang sama, juga bisa membuat merasa sesak dan menyedihkan. Kamar mandi berukuran kecil akan tetap berukuran kecil bagaimanapun kita memi-nimalisir penggunaan ruang di dalamnya. Tetapi dengan sedikit sentuhan visual, warna serta pencahayaan yang baik, kita dapat membuat kamar mandi kecil lebih nyaman untuk digunakan. Warna yang cerah dan lem-but akan membawa kenyamanan di dalam kamar mandi. Cahaya yang cukup terang akan membuat ruang kecil kamar mandi menjadi tampak lebih besar. Karenanya, gunakanlah warna yang terang untuk lantai kamar mandi karena itu akan memantulkan cahaya dari atas sehingga akan membuat kamar mandi kecil serasa lebih besar.

� Sugiarta

Kamar Mandi Sebaiknya di ’’Teben’’Di Hulu, Berdampak Buruk bagi Kesehatan

Page 47: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 2014 47

KAMAR mandi merupakan area paling favorit dalam sebuah hunian kar-ena menjadi ruang pribadi yang dapat memanjakan diri pemilik rumah untuk bersantai. Sayangnya, tidak semua kamar mandi memiliki ruang yang cukup untuk menjaga barang-barang tertata rapi. Se-mua pemilik rumah pastilah ingin memi-liki kamar mandi yang nyaman dan juga enak dipandang. Namun, bagaimana jika kamar mandi yang ada ukuranya kecil? Meskipun kecil, bukan berarti tak bisa ditata untuk menjadi lebih nyaman dan asri. Kamar mandi yang kecil pun masih bisa dibuat tampil cantik.

Dalam setiap kamar mandi, entah itu yang ukurannya besar maupun yang kecil, faktor yang sangat berperan menimbulkan rasa lega adalah pencahayaan. Karenanya, kamar mandi memerlukan pencahayaan yang baik karena dengan adanya cahaya yang masuk dapat membuat perasaan lebih rileks dari kejenuhan aktivitas sehari-hari. Untuk itu, kita bisa menem-patkan jendela kamar mandi di dekat bak mandi. Penempatan jendela ini juga untuk membantu sirkulasi udara yang masuk

ke dalam kamar mandi sehingga kamar mandi menjadi tidak terkesan pengap.

Jika masalah pencahayaan sudah teratasi, hal berikutnya yang dapat mem-buat kamar mandi terasa lebih lapang dan luas adalah pemilihan desain lantai kamar mandi. Desain kamar mandi yang sudah biasa akan membuat kita cepat bosan. Karenanya, cobalah berinprovisasi dengan memilih desain lantai yang agak berbeda atau lain dari biasanya. Misalnya, dengan menggunakan keramik dengan corak full color maupun corak natural. Agar terkesan lebih luas dan elegan, co-balah menggunakan coraka hitam putih.

Jika desain lantai kamar mandi sudah di-tentukan, tentu saja warna atau cat dinding dan plafonnya harus disesuaikan. Warna cat dinding merupakan hal yang paling mem-buat suasana kamar mandi berbeda dari sebelumnya. Ini dapat dilakukan dengan mengubah warna cat kamar mandi dengan warna yang berbeda dari sebelumnya. Kita dapat menggabungkan warna-warna cerah atau warna natural untuk menciptakan tampilan baru pada kamar mandi. Hal ini akan membuat penampilan kamar mandi

menjadi lebih cantik.Selanjutnya, furnitur maupun aksesoris

yang akan ditaruh di kamar mandi haruslah disesuaikan. Keserasian warna lantai, dind-ing, plafon, perabotan dan hal lainnya akan membuat kamar mandi tampak cantik dan serasi. Tambahlah aksesoris yang sekiranya dapat membuat perasaan lebih rileks dan nya-man saat berada di kamar mandi. Aksesoris yang ditambahkan jangan sampai mengubah posisi furnitur kamar mandi yang ada. Cukup dengan menambahkan perlengkapan kamar mandi seperti wastafel, pot tanaman atau pas bunga sehingga nuansa kamar mandi menjadi lebih sejuk dan benar-benar segar.

Penempatan rak di bawah wastafel akan menambah elegan tampilan kamar mandi. Selain itu, batangan penggantung handuk dan shower dapat membantu me-manfaatkan ruang yang ada dalam kamar mandi. Tempatkan gantungan berdiri untuk mencantolkan pakaian atau handuk tambahan. Bisa juga menaruh keranjang mandi tiga susun yang dapat menyimpan banyak peralatan mandi.

� Pusat Data

Menata Kamar Mandi Kecil

Page 48: Majalah Bali Post Edisi 26

G A Y A H I D U P

Hidup sehat itu mudah. Bahkan bisa mendapat nilai tambah. Hal ini dia-lami Tema 1st Runner Up L-Men of The Year 2013. Pria bernama lengkap

I Dewa Gede Agung Dwi Temaja mengaku dari dulu suka berolahraga. Ia pernah bergabung dengan klub sepakbola Guntur dan Putra Tresna. Posisi terakhirnya adalah kipper Perseden U-21. Dengan postur 178 cm dan berat 55 kg, ia merasa terlalu kurus. Pria kelahiran 20 April 1990 ini lalu ikut fitnes. Latihan teratur membuatnya bisa menambah bobot hingga menjadi 68 kg.

Setelah tubuhnya mulai berisi, putra kedua pasangan Dewa Alit Mudiarta-Dewa Ayu Rai Wahyuni ketagihan fitnes. “Saya akhirnya keterusan fitnes dan jarang bermain bola. Paling-paling main futsal. Lalu menyaksikan iklan L-Men of The Year, rasanya pengen mencoba. Tahun 2012 saya mendaftar, audisi regular. Saya dapat juara II. Tahun 2013 ikut lagi audisi video, dapat juara I dan mewakili regional Bali ke ting-

kat nasional. Ada 20 peserta yang berkompetisi di grandfinal dan saya meraih juara 2 atau 1st Runner Up,” ujar mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini.

Sebagai 1st runner up, Tema berhak menjadi ikon untuk produk L-Men. Wajahnya pun ter-pampang di kemasan susu ini. Karier di dunia entertainment bisa saja direngkuhnya, namun Tema memilih untuk fokus menyelesaikan ku-liah. Untuk menjaga kebugaran, adik kandung Dewa Agung Mahendra ini rutin fitnes tiga kali seminggu. “Banyak anak muda yang kuat duduk untuk facebook-an atau twitter-an. Tetapi, kok tidak kuat olahraga. Padahal olahraga itu mudah. Ada tiga pola hidup sehat, pertama olahraga tera-tur, kedua makan teratur, ketiga istirahat teratur. Kalau ini dilakukan, pasti hidup jadi sehat,” ujar pria asal Tegallalang Kendran, Gianyar ini.

Tema

Tiga Pola Hidup Sehat

LAPORAN MBP/pur

I Dewa Gede Agung Dwi Temaja

Page 49: Majalah Bali Post Edisi 26

24 Februari - 2 Maret 201449

Keberhasilan program pembangunan pemerintah dan prestasi yang ditoreh-kan Kabupaten Badung, tidak diraih dengan cara mudah. Keberhasilan justru merupakan buah perencanaan dan pelaksanaan program yang terukur dan terarah dengan disertai dukungan dan part is ipasi aktif seluruh

komponen masyarakat. Partisipasi masyarakat bahkan dinilai sebagai hal yang paling menentukan keberhasilan sebuah program pembangunan.

Pemkab Badung selalu memberi ruang dan mendorong part isipasi masyarakat dalam pembangunan. Bagi Kabupaten Badung, persoalan sumber daya dan dana sesungguhnya

tidak menjadi hambatan. Yang ter-penting justru menciptakan ruang

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sejalan den-gan tema pembangunan 2015 yakni “Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan potensi daerah untuk mewujud-kan pembangunan daerah yang berkelanjutan.”

Kepala Bappeda dan Lit-bang Kabupaten Badung I Wayan Suambara menjelaskan,

untuk mewujudkan keterli-batan dan partisipasi aktif masyarakat dalam peren-

canaan dan pengangga-ran serta implementa-

sinya di lapangan, senantiasa harus

mengacu kepada tema dan pri-

oritas pembangunan daerah yang telah ditetapkan pada rancangan RKPD Tahun 2015.

Suambara mengajak masyarakat menyadari potensi wilayah masing-masing. Dengan demikian, masyarakat bisa mengembangkan model pemban-gunan sesuai dengan potensi yang dimiliki tanpa perlu meniru model pengembangan di wilayah lain, se-hingga diharapkan masyarakat bisa mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada untuk memperkuat taraf per-ekonomian masyarakat.

Secara khusus dia meminta ca-mat dan perbekel untuk benar-benar menggerakkan partisipasi masyarakat. Terlebih desa kini mengelola ang-garan yang besar. Masyarakat harus menjadi pelaku langsung atas potensi ekonomi yang ada, jangan hanya seke-dar menjadi konsumen. “Pola pikir itu seyogyanya dilaksanakan di semua sektor, mengingat hampir semua sek-tor ekonomi ternyata ditekuni warga pendatang, karena mereka memang bersedia bekerja keras dan jeli melihat peluang,” katanya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, pendapatan asli daerah (PAD) Kabu-paten Badung yang didominasi dari sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Namun di sisi lain, aspek pembangunan yang harus mendapatkan penanganan pemerintah cakupan-nya sangat luas bahkan bisa disebut tidak terbatas. Maka dari itu, dalam tiap pelaksanaan musyawarah peren-canaan pembangunan (musrenbang), program dan kegiatan yang diusulkan masyarakat juga harus berorientasi pada skala prioritas dan kebutuhan masyarakat. (adv)

Partisipasi Masyarakat Tentukan Kualitas Pembangunan

Page 50: Majalah Bali Post Edisi 26

T O K O H

LAPORANwww.bali-travelnews.com

Moeliono, begitu ia dikenal se-bagai salah satu wujud syukur dan rasa terima kasih hidup di Bali, laki-laki sederhana

kelahiran Tuban, Jawa Timur, 4 Juli 1959 ini mendedikasikan dirinya untuk memerangi sampah plastik di pura-pura besar di Bali. Misalnya Puncak Mangu, Uluwatu, Lem-puyang, Andakasa, Silayukti, Taman Ayun dan Besakih. Kegiatan yang aktif dia lakukan mulai 2003 ini tidak hanya dilakukan sekali melainkan berkali-kali sampai sekarang. Selain dikenal sebagai aktivis sosial, pecinta alam dan pengusaha marmer, dia menjadi sosok yang inspiratif, toleran dan tulus di kalangan karyawan dan teman-temannya.

Kecintaannya pada lingkungan Bali, men-dorong dirinya aktif mengarahkan, mengajak dan menyuarakan perang sampah. Baik ke sekolah SD, SMP, SMA, pecinta alam, tokoh adat maupun masyarakat lokal.

Moeliono menyampaikan, saat ini Bali sebenarnya berhadapan dengan hal kecil na-mun menimbulkan masalah besar. Masalah ini tiada lain adalah sampah. “Ada hal lucu yang terjadi di Bali. Banyak yang menjadi-kan Bali makanan empuk untuk mencari uang, misalnya dengan mengeksploitasi na-mun in the of the day tidak mau merawatnya. Mau jadi apa Bali?” sentilnya.

Menurutnya, Bali beda dengan daerah lain seperti Surabaya, Jakarta, Medan dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. “Saya melihat banyak wisatawan asing yang datang ke Bali terutama yang 40 tahun ke atas. Mer-

eka adalah orang yang ingin belajar hidup di Bali. Bukan sekedar melihat pemandangan. Pasalnya, kalau dilihat banyak kok pantai-pantai indah di Indonesia selain Kuta. Mis-alnya, di bagian selatan Pulau Jawa, pantai di Indonesia bagian timur, pantainya bersih. Nah, di sini? Ada saja sampahnya,” katanya sambil mengelus dada.

Pengalamannya membasmi sampah diawali sejak tahun 2001. Saat itu, dia jadi panitia olahraga lintas alam. Rutenya saat itu adalah di Bedugul. Saat perjalanan ke pun-cak, Moeliono semakin penasaran. Sebab, semakin tinggi dia melintas, jumlah sampah semakin banyak. “Saya tidak mengerti dan bingung saat itu. Saya tidak tahu tentang apa yang terjadi di lingkungan puncak. Karena penasaran, saya mengarahkan teman-teman untuk menemani saya menelusuri puncak dan asal-muasal sampah tersebut. Betapa kagetnya, ternyata setelah sampai di atas, ada pura yang di kenal dengan Pucak Mangu dan dari sanalah asal sampahnya. Di lain hari kami kembali melakukan perjalanan ke sana. Entah apa yang terjadi melihat tumpukan sampah di kawasan suci tersebut, hati nurani terpanggil. Seolah-olah ada yang mengingat-kan, apa yang sudah saya lakukan untuk Bali, tertegun saat saat itu.” katanya.

Mulai saat itu, dirinya hanya ditemani enam, lima bahkan tiga orang staf di pe-rusahaan marmernya tetap berangkat ke Pucak Mangu untuk membersihkan sampah. “Aktivitas sosial ini dimulai sejak 2003. Pura Pucak Mangu adalah sasaran pertama kami saat itu. Pasalnya, lokasi tersebut tinggi dan terdapat tempat suci. Apabila terjadi banjir, sampah yang ada di puncak ini bisa membahayakan kawasan yang berada lebih rendah,” tuturnya.

Kala itu, dia ingin coba. Kemudian baru konsen dan mengarahkan masyarakat tahun 2005. Sampai saat ini, Moeliono dan karyawan diperusahaannya ke Pura Pucak Mangu setiap dua bulan sekali. Setiap kali ke sana, 15 sampai 20 kantong sampah plastik terkumpul. “Sekarang, Pura Pucak Mangu jadi pura yang sangat bersih. Kalaupun ada sampah, paling lama hanya dua bulan. Jan-gan sampai pura itu seperti TPS,” katanya.

Aksi ini tidak hanya dia lakukan di Pucak Mangu, namun merembet ke pura-pura lain seperti Uluwatu, Andakasa dan Silayukti. Dalam waktu dekat ini, dia juga akan ke Besakih. Pengalaman perang sampah tidak

cukup sampai di sana. Di bulan berikutnya, dia juga mengunjungi Desa Songan dan Pura Ulun Danu Batur Bangli. “Desa ini kecil dengan kepala keluarga sekitar lima ribu. Sangat mengejutkan, ketika melakukan aksi bersih-bersih di sana, sehari bisa dapat 3 truk sampah,” ungkapnya.

Hal mengesankan pernah dia lakukan pada tahun 2005 di mana ia berhasil men-gajak pelajar se-Kota Denpasar mengum-pulkan 125 truk sampah plastik selama 2 minggu. Dia juga tidak segan-segan me-nyumbang bak sampah, baju seragam kegiatan, spanduk bahkan biaya transportasi sampah lewat dompet pribadinya. “Sampai saat ini saya masih senang ke Pucak Mangu untuk melakukan aksi bersih sambil trekking. Dulu banyak yang beranggapan kalau saya ini DKP, kalau saya ini go green, petugas kebersihan dan macam-macam. Saya tinggal di Bali dan inilah salah satu ungkapan terima kasih. Bangga bisa ngayah.’’

Lalu bagaimana pengelolaannya? Dia menyampaikan, sampah yang sudah terkum-pul, tidak dia kelola. Melainkan diserahkan ke TPA dengan kondisi yang sudah dipilah. Di sana sampah kemudian dikelola oleh petugas yang lebih berwenang. “Jadi kegia-tan ini tidak kami uangkan,” tegasnya.

Menyadarkan generasi muda. Siapa bil-ang mengajak anak-anak bersih sampah itu susah? Buktinya, anak-anak kita motivasi dan arahkan sangat mudah. Mereka hanya perlu diberikan pengertian, pendidikan, dis-entuh lewat pendekatan dan diberi contoh. Harapan kepada pemerintah, sambungnya, mari kita didik masyarakat luas, terjun lang-sung, sentuh dan tunjukan kepada mereka bahwa begini keadaan dan dampaknya. Buat mereka sadar dan terperangah. “Falsafah kehidupan di Bali jauh lebih hebat diband-ing negara lain. Di sini kita punya Tri Hita Karana tetapi aplikasinya terus terang saya akui masih kurang. Sedikit orang mau kasi contoh. Sekali-kali, perlu tiru orang Sin-gapura, kawasannya bersih dan rapi. Apa tidak bangga punya lingkungan bersih? Jangan sampai deh, Bali nambah julukan lagi setelah julukan the lost paradise. Malu dong!” tandasnya.

� Ocha

Basmi Sampah Demi Anak Cucu

Page 51: Majalah Bali Post Edisi 26
Page 52: Majalah Bali Post Edisi 26