Madu 3
-
Upload
haryatikennita -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Madu 3
-
Artikel Ilmiah
EFEKTIVITAS MADU DAN SARI BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Escherichia coli PADA KARKAS AYAM
Oleh :
Vega Decline NIM 060710116
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2011
-
Effectiveness of Honey and Noni juice (Morinda citrifolia) as an antibacterial against Escherichia coli
on Chicken Carcasses
Soetji Prawesthirini1, Vega Decline2, Suwarno3 1Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner,2Mahasiswi, 3Departemen
Mikrobiologi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
ABSTRACT
This study was aimed to determine effectiveness of honey and noni juice (Morinda citrifolia) as an antibacterial against Escherichia coli on chicken carcasses. There were two methods used in this research, such as Most Probable Number (MPN) to calculate the number of Escherichia coli and sensitivity test Difusy Agar Kirby Bauer that produces clear inhibition zone of the area around the paper disc. This research consists of 6 treatments (P0, P1, P2, P3, P4 and P5) with 5 replications. P0 as the control, P1 contains of honey, P2 contains of noni juice, P3 contains both honey and noni juice in the ratio 1:1, P4 contains both honey and noni juice in the ratio 1:2 and P5 contains both honey and noni juice in the ratio 2:1. The data were analyzed using Analisis of Variant (Anova). The results showed that P1 gave the greatest defference among all treatments. It could be concluded that the addition of honey as an antibacterial potency against was more effective to Escherichia coli than noni juice on chicken carcasses.
Keywords : honey, noni juice, antibacterial potency, chicken carcasses.
Menyetujui untuk dipublikasikan, Surabaya, 6 Juli 2011.
Mahasiswa: (Vega Decline) NIM. 060710116
Menyetujui Dosen Pembimbing I: (Soetji Prawesthirini, S.U.,drh.) NIP.195107031978032001
Menyetujui Dosen Pembimbing II: (Dr.Suwarno, M.Si.,drh.) NIP. 196105151989031002
Menyetujui Dosen Terkait I: (Budiarto,M.P.,drh) NIP.196107281991031
Menyetujui Dosen Terkait II: (Hasutji Endah Naruni, M.P.,drh) NIP.195202071978032001
Menyetujui Dosen Terkait III: (Dr.Anwar Maruf,M.Kes., drh.) 196509051995031004
-
Pendahuluan
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh
sebagian besar masyarakat secara turun-temurun. Keuntungan obat tradisional adalah
kemudahan untuk memperolehnya, bahan bakunya dapat ditanam di perkarangan sendiri,
murah, dan dapat diramu sendiri di rumah (Zein, 2005).
Sejak lama madu dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat
untuk kesehatan. Madu yang diminum setiap hari bermanfaat sebagai antibiotik
konvensional penangkal infeksi yang umum terjadi seperti infeksi saluran kencing dan
antidiare (Epoch Times, 2009). Madu mengandung zat antibakteri yang aktif melawan
serangan berbagai bakteri patogen penyebab penyakit. Empat faktor yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu antara lain adalah kadar gula madu yang
tinggi, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65), adanya senyawa radikal hidrogen
peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen, dan karena adanya
senyawa organik yang bersifat antibakteri (Kamaruddin, 1997).
Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan saat ini sebagai obat tradisional
adalah mengkudu (Morinda citrifolia) yang bermanfaat untuk menjaga dan mengobati
gangguan kesehatan. Tanaman mengkudu terbukti mampu meningkatkan daya tahan
tubuh, meningkatkan nafsu makan, mengurangi sifat tosik obat dan dapat membunuh
berbagai macam jenis bakteri (Mursito, 2002).
Escherichia coli merupakan golongan bakteri koliform yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air dan
makanan (Prawesthirini dkk., 2011). Escherichia coli merupakan flora normal dalam
saluran pencernaan hewan dan manusia sehingga sering menyebar melalui air
-
minum atau makanan yang terkontaminasi kotoran manusia dan hewan serta
pemasakan daging yang kurang matang (Todar, 2005).
Daging ayam yang aman, sehat, utuh, dan halal atau sering disingkat dengan
ASUH adalah daging yang diharapkan oleh semua konsumen, karena daging ayam
yang ASUH terjamin jika dikonsumsi oleh masyarakat (Setiowati dan Evi, 2009).
Menurut SNI (2009), batas maksimum cemaran mikroba Escherichia coli dalam
daging ayam segar adalah 1x101 MPN/gram atau ml.
Penggunaan indeks mikroorganisme dapat digunakan sebagai penentu derajat
sanitasi berdasarkan jumlah mikroorganisme dalam makanan. Penelitian ini
mencoba membandingkan sensitivitas daya antibakteri antara madu dan sari buah
mengkudu terhadap bakteri Escherichia coli dan menghitung jumlah bakteri
Escherichia coli pada karkas ayam, selanjutnya memungkinkan pemakaiannya untuk
mengurangi jumlah bakteri kontaminan khususnya Escherichia coli pada karkas
ayam.
Metode Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada bulan Juli sampai dengan bulan
September 2010. Penelitian ini dilakukan secara invitro menggunakan metode MPN untuk
menghitung jumlah bakteri Escherichia coli dan uji sensitifitas metode Difusi Agar Kirby
Bauer yang menghasilkan zona hambatan berupa daerah jernih disekitar paper disc.
Semua alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan oven
dan autoclave. Buah mengkudu yang sudah matang dicuci bersih lalu dipotong kecil-kecil
-
dan dihancurkan dengan blender/juicer kemudian disaring dengan kertas saring untuk
diambil sarinya.
Karkas ayam broiler dari pasar tradisional dipotong acak menjadi enam bagian
kemudian dimasukkan kedalam beker glass yang sudah berisi larutan perlakuan dari
madu, sari buah mengkudu dan campuranya yaitu untuk P0= kontrol atau tanpa
pemberian larutan perlakuan, P1= Madu , P2= Sari buah mengkudu, P3= Campuran
madu dan sari buah mengkudu dengan perbandingan 1:1, P4= Campuran madu dan sari
buah mengkudu dengan perbandingan 1:2, dan P5= Campuran madu dan sari buah
mengkudu dengan perbandingan 2:1. Sampel karkas ayam direndam dalam larutan
perlakuan selama dua jam, kemudian sampel karkas ayam dipotong kecil-kecil dan
masing-masing diambil 25 gram. Sampel karkas ayam sebanyak 25 gram kemudian
dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer yang berisi 225 ml larutan BPW 0,1% yang sudah
diberi label (PO, P1, P2, P3, P4,dan P5).
Penelitian ini menggunakan metode MPN lima belas tabung dengan ulangan
sebanyak lima kali. Setiap sampel diencerkan menjadi 10-1, 10-2, dan 10-3. Setiap
pengenceran diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam 5 tabung reaksi yang telah berisi 10
ml BGBB (semuanya 15 tabung) dan tabung durham yang berfungsi untuk menangkap
gas yang diproduksi oleh bakteri. Ke-15 tabung tersebut diinkubasi pada suhu 44,50C
450C selama 24-48 jam. Setiap tabung yang menunjukkan produksi gas dan keruh diduga
positif Escherichia coli.
Semua tabung yang positif diinokulasi dengan cara streak pada media EMBA (dibagi
menjadi 5 area pada setiap petri dish) kemudian diikubasi pada suhu 370C selama 18-24
jam. Koloni khas berwarna hijau metalik yang terbentuk pada media EMBA diidentifikasi
pada BPW 1% (setiap area pada 1 tabung) kemudian diinkubasi pada suhu 44,50C-450C
-
selama 24 jam untuk meyakinkan bahwa koloni tersebut benar-benar Escherichia coli. Pada
setiap tabung dilakukan tes indol dengan meneteskan reagen Kovach, bila positif akan
terlihat cincin merah muda. Cara perhitungan yaitu dengan menghitung tabung BPW 1%
yang positif perpengenceran. Hasil kemudian dicocokkan dengan tabel Mc Crady.
Uji sensitivitas metode Difusi Agar Kirby Bauer menggunakan isolat bakteri Escherichia
coli strain ATCC 25922 yang kemudian dibiakkan dalam Mueller Hinton Broth (MHB) dan
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil biakan disesuaikan dengan standart
MacFarland sehingga dapat diketahui jumlah bakteri yang akan digunakan sebagai media
biakan. Pada penelitian ini menggunakan standart MacFarland dengan jumlah bakteri 9 x
108 /ml. Paper disc dijenuhkan dengan 6 perlakuan (P0, P1, P2, P3, P4, dan P5) dan tunggu
sampai meresap kemudian dikeringkan dengan cara diinkubasi pada suhu 370C selama
kurang lebih 2-3 jam.
Bakteri Escherichia coli yang telah ditumbuhkan pada Mueller Hinton Broth (MHB)
diambil sebanyak 0,2 ml kemudian ditanam pada Mueller Hinton Agar (MHA) dan
diratakan dengan menggunakan hockey stick steril, setelah itu dibiarkan selama 10-15
menit agar bakteri menempel dan meresap pada media. Paper disc yang sudah dikeringkan
diletakkan pada media dengan menggunakan pinset steril dan diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Hasil dibaca dengan mengukur diameter zona hambatan berupa daerah
jernih atau bening disekitar paper disc.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap dengan ulangan sebanyak lima kali. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan Sidik Ragam. Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan Uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) untuk menentukan perlakuan terbaik.
-
Hasil dan Pembahasan
Data hasil penghitungan jumlah Escherichia coli ditampilkan pada Tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata dan simpangan baku jumlah Escherichia coli setelah ditransformasi dengan log y
Perlakuan Rata-rata jumlah Escherichia coli (X SD)
P0 (Kontrol atau sampel tanpa pemberian larutan)
3,20a 0,00
P1(Madu) 2,76b 0,12
P2 (Sari buah mengkudu) 3,06ab 0,21
P3 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 1)
2,93ab 0,29
P4 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 2)
3,01ab 0,19
P5 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 1)
2,82ab 0,32
Superskrip pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,01).
Tabel 2. Rata-rata dan simpangan baku zona hambatan terhadap Escherichia coli dalam satuan mm
Perlakuan Rata-rata zona hambatan (X SD)
P0 (Kontrol atau sampel tanpa pemberian larutan)
6,00b 0,00
P1(Madu) 7,48a 0,47
P2 (Sari buah mengkudu) 6,14ab 0,13
P3 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 1)
7,04ab 0,65
P4 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 2)
6,92ab 0,65
P5 (Campuran madu dan sari buah mengkudu= 1 : 1)
7,26ab 1,19
Superskrip pada kolom yang sama menunjukkan menunjukkan perbedaan sangat nyata (P > 0,01)
Berdasarkan hasil penelitian penghitungan jumlah bakteri Escherichia coli didapatkan
hasil analisis data secara statistik menggunakan Sidik Ragam yaitu atau pemberian madu
dan sari buah mengkudu serta campurannya memberikan perbedaan yang nyata terhadap
jumlah Escherichia coli karena F hitung < F Tabel 0,01.
-
Jumlah Escherichia coli pada karkas ayam berkurang karena madu memiliki tekanan
osmosis yang tinggi mengakibatkan bakteri yang terdapat dalam larutan tersebut
mengalami dehidrasi sehingga bakteri menjadi kering (Kustantiny, 1992). Kadar gula pada
madu sebesar 81% dan pH yang alkalis menimbulkan sifat osmosis tinggi (Hansson, 2001).
Sifat inhibine pada madu sebagai bakterisidal yang bekerja dengan cara menghidrolisis
hipopolisakarida pada dinding sel bakteri menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat
dan mati. Sifat inhibine pada madu diperoleh dari penambahan enzim glukosa oksidase ke
dalam madu yang dilakukan oleh lebah pekerja (Schlegel, 1994). Madu juga memiliki enzim
lysozim yang menunjukkan bahwa madu memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menghambat bakteri (Waha, 2002).
Jumlah Escherichia coli pada karkas ayam berkurang karena di dalam sari buah
mengkudu terdapat acubin, levo asperuloside, alizarin, dan beberapa zat antraquinon yang
merupakan zat antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa, Proteus morgaii, Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella, dan Shigela. Senyawa saponin memiliki
molekul yang dapat menarik air (hidrofilik) menyebabkan hancurnya bakteri sehingga dapat
bersifat sebagai zat antibakteri (Winarti, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan dalam jumlah pertumbuhan bakteri,
perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan jumlah larutan yang diberikan pada tiap
perlakuan. Pada jumlah yang tinggi, kandungan bahan kimiawi semakin banyak, maka
semakin banyak pula bakteri yang terbunuh. Kerja antibakteri dari suatu antiseptik
dipengaruhi konsentrasi/jumlah, suhu, dan waktu. Bila konsentrasi tinggi dapat bersifat
bakterisidal terhadap organisme tertentu (Pelezer and Chan, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian pengukuran zona hambatan terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli didapatkan hasil analisis data secara statistik menggunakan Sidik Ragam
-
dimana pemberian madu dan sari buah mengkudu serta campurannya memberikan
perbedaan yang sangat nyata terhadap zona hambatan yang dihasilkan karena F hitung > F
Tabel 0,01.
Zona hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dapat terbentuk karena
adanya zat antibakterial yang dikandung oleh madu dan sari buah mengkudu, banyaknya
jumlah madu dan sari buah mengkudu yang diberikan dan waktu pemberian madu dan sari
buah mengkudu. Menurut Pelezar and Chan (1993), hal-hal yang menentukan aktifitas
antibakterial adalah konsentrasi zat antibakterial tersebut karena konsentrasi dapat
berpengaruh pada kemampuan suatu zat antibakterial dalam menghambat pertumbuhan
bakteri (bakteriostatik) atau membunuh bakteri (bakteriosidal).
Zat-zat yang terdapat di dalam buah mengkudu seperti xeronine, plant sterois, alizarin,
lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine,
magnesium dan lain-lain telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan bakteri
infeksi seperti Pseudomonas, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan
Escherichia coli (Winarti, 2005). Xeronine mengatur bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-
protein spesifik yang terdapat di dalam sel, hal ini penting mengingat bila protein-protein
tersebut berfungsi abnormal maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan (Pelezar and
Chan, 1993).
Menurut Bangun dan Sarwono (2002) perasan buah mengkudu yang sudah berwarna
hitam, maka kandunga anthraquinon pada perasan buah mengkudu tersebut sudah hilang
atau perasan tersebut sudah tidak berkhasiat.
Faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu antara lain adalah
kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri, tingkat keasaman
madu yang tinggi (pH 3.65), adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang dapat
-
membunuh mikroorganisme patogen, dan adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri
(Kamaruddin, 1997).
Kesimpulan
1. Madu dan sari buah mengkudu serta campurannya dapat menurunkan jumlah bakteri
Escherichia coli pada karkas ayam.
2. Madu lebih dapat menurunkan jumlah bakteri Escherichia coli pada karkas ayam.
3. Madu dan sari buah mengkudu serta campurannya sebagai antibakteri dapat
menghasilkan zona hambatan terhadap pertumbuhan Escherichia coli.
4. Madu sebagai antibakteri menghasilkan zona hambatan paling luas terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Daftar Pustaka
Bangun, A.P, dan Sarwono B., 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Dewan Standarisasi Nasional. 2009. SNI Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan
(SNI 73288:2009). Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. Epoch Times. 2009. Khasiat Madu : Studi Ungkap Manfaat Penyembuhannya. The Epoch
Times Edisi 116. 02-08 Oktober 2009. Kamaruddin. 1997. Khasiat Madu. Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine
Universityof Malaya, Kuala Lumpur. http://www.edumuslim.org. Kustantiny, A., S. I Putu., K.P. Djoko., S. Hanggari., M. Rusana dan H. Oemar. 1992. Desain
Penurunan Kadar Air Dalam Madu. Deputi Bidang Pengembangan Kekayaan Alam, BPPT. Jakarta.
Mursito, B. 20002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Penebar Swadaya. Jakarta. Pelezar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1993. Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. 452-456. Schlegel, H. G., and K. Schmid. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Ke-6. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 54. 328-329.
-
Todar, K. 2005. E.coli Infections. Todar Online Textbook of Bacteriology. University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.
Waha, M. G. 2002. Sehat Dengan Mengkudu. Edisi ke-2. MSF Group, Jakarta, hal : 13-8. Kusriningrum, R. 2008. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Universitas. Airlangga. Surabaya. Winarti, C. 2005. Peluang Pengembang Minuman Fungsional Dari Buah Mengkudu (Morinda
citrofilia L.). Jurnal Litbang Pertanian. Zein, U. 2005. Pemanfaatan tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemilihan Kesehatan. Divisi
pnyakit Tropik dan Infeksi FK USU. Sumatera Utara.