LP kruk1

10
Praktikum Gerontik III : Kruk Dharmastuti Ajeng Hapsari Kusuma Putri, 1006672314 1. Pengertian tindakan Kruk adalah alat bantu berjalan yang terbuat dari kayu atau metal. Kruk ini dibutuhkan untuk meningkatkan moblitas klien dengan gangguan mobilitas (Potter&Perry, 2010). Penggunaan kruk dapat bersifat sementara ataupun permanen. Kruk harus dapat membantu seseorang untuk berjalan secara mandiri. 2. Tujuan tindakan Sebagai alat Bantu berjalan. Mengatur / memberi keseimbangan waktu berjalan. Membantu menyokong sebagian berat badan. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain Meningkatkan rasa percaya diri klien 3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh perawat adalah kompetensi mengenai penggunaan kruk dan jenis kruk. Dari segi jenis, semua jenis kruk membutuhkan ujung isap, biasanya dilapisi karet untuk membantu menghindari klien tergelincir pada permukaan lantai. Menurut Berman, et al (2002), ada tiga jenis kruk yang sering digunakan, yaitu kruk aksila, kruk Lostfrand/forearm, dan kruk platform. Kruk aksila merupakan kruk yang memiliki permukaan dengan bantalan di bagian atas untuk tempat meletakkan aksila dan disertai dengan penyangga tangan. Kruk aksila memiliki bantalan tangan (Potter&Perry, 2010). Kruk Lostfrand memiliki pegangan metal yang jangkauannya hanya hingga lengan bawah yang disesuaikan dengan tinggi klien.

description

lp kruk

Transcript of LP kruk1

Page 1: LP kruk1

Praktikum Gerontik III : Kruk

Dharmastuti Ajeng Hapsari Kusuma Putri, 1006672314

1. Pengertian tindakanKruk adalah alat bantu berjalan yang terbuat dari kayu atau metal. Kruk ini dibutuhkan untuk meningkatkan moblitas klien dengan gangguan mobilitas (Potter&Perry, 2010). Penggunaan kruk dapat bersifat sementara ataupun permanen. Kruk harus dapat membantu seseorang untuk berjalan secara mandiri.

2. Tujuan tindakan Sebagai alat Bantu berjalan. Mengatur / memberi keseimbangan waktu berjalan. Membantu menyokong sebagian berat badan. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan   mobilisasi Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi Menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain Meningkatkan rasa percaya diri klien

3. Kompetensi dasar yang harus dimilikiKompetensi dasar yang harus dimiliki oleh perawat adalah kompetensi mengenai penggunaan kruk dan jenis kruk. Dari segi jenis, semua jenis kruk membutuhkan ujung isap, biasanya dilapisi karet untuk membantu menghindari klien tergelincir pada permukaan lantai. Menurut Berman, et al (2002), ada tiga jenis kruk yang sering digunakan, yaitu kruk aksila, kruk Lostfrand/forearm, dan kruk platform. Kruk aksila merupakan kruk yang memiliki permukaan dengan bantalan di bagian atas untuk tempat meletakkan aksila dan disertai dengan penyangga tangan. Kruk aksila memiliki bantalan tangan (Potter&Perry, 2010). Kruk Lostfrand memiliki pegangan metal yang jangkauannya hanya hingga lengan bawah yang disesuaikan dengan tinggi klien. Sedangkan kruk platform atau kruk ekstensi siku mempunyai manset untuk lengan atas.

Page 2: LP kruk1

Kelebihan penggunaan kruk : Menopang berat tubuh secara signifikan (satu kruk 80%, dua kruk 100%)

Kekurangan penggunaan kruk : Membutuhkan kekuatan energi dan kekuatan pada bagian tubuh atas, Tidak cocok digunakan pada lansia yang lemah

Kruk Aksila :

- Bersifat sementara (injuri akut)

- Dapat disesuaikan sesuai tubuh

- Membutuhkan kekuatan tubuh bagian atas

- Sulit untuk digunakan

- Risiko kompresi arteri atau syaraf di aksila jika salah dalam memnggunakan

Kruk Lengan :

- Digunaakan pada klien yang aktif dengan kelemahan pada kaki

- Mobilisasi lebih baik dibandingkan kruk aksila

- Terdapat fiksasi pada lengan dan pegangan pada tangan

4. Indikasi, kontra indikasi dan komplikasiIndikasia. Klien dengan cedera atau fraktur ekstremitas bawahb. Klien dengan kerusakan ligamen lututc. Klien yang mengalami kelumpuhan ekstrimitas bawahd. Klien dengan kelemahan pada ekstrimitas bawah

Kontra indikasi

a. Klien dengan penurunan kesadaranb. Klien post-op yang masih belum stabilc. Klien yang mengalmi kelemahan (malaise)

5. Alat dan bahan yang digunakanKruk

6. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan(University of Notre Dame, 2008)

- Pastikan grip, pad, skrup berada pada posisi kuat dan sesuai- Bersihkan bagian bawah kruk. Bagian bawah harus terbebas dari debu dan batu- Pastikan ada yang mendampingi jika pertama kali menggunakan kruk7. Protokol tindakan1. Pengkajian:

Page 3: LP kruk1

Tanyakan pada klien : kekuatan ekstrimitas bawah klien, lengan dan tangan ; kemampuan untuk menanggung beban berat badan; kemampuan untuk menjaga keseimbangan pada posisi berdiri di atas satu atau dua kaki; kemampuan untuk tetap berdiri tegak.

Tentukan tipe alat bantu yang paling cocok bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapis.

2. Apabila diindikasikan memakai kruk, maka perawat menyiapkan jenis kruk yang akan dipakai sebagai alat bantu berjalan klien.

3. Beri salam pada klien ketika bertemu 4. Menyampaikan tujuan penggunaan alat bantu berjalan berupa kruk 5. Mengajarkan klien cara menggunakan kruk

a. Pastikan panjang kruk tepat Mengukur klien untuk menentukan kruk yang

tepat.1. Klien berbaring pada posisi supine, sementara

perawat mengukur jarak dari lipatan aksila anterior ke satu titik di 10 cm lateral tumit.

2. Klien berdiri tegak dan atr posisi ujung kruk 5 cm di depan dan 15 cm di samping kaki. Pada bahu yang ditopang kruk, perawat harus memastikan adanya jarak antara aksila dan kruk minimal 3 jari atau 2,5-5 cm.

Untuk menentukan letak penyangga tangan yang tepat.

1. Klien berdiri tegak lurus dan berat badan bertumpu pada penyangga tangan di kruk.

2. Perawat mengukur sudut fleksi siku. Sudut tersebut sekitar 30 derajat.

b. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri menggunakan kruk sebelum mulai berjalan.

Minta klien untuk berdiri dan meletakkan ujung kruk 15 cm di depan kaki dan 15 cm ke samping luar. Posisi segitiga ini memberikan dasar tumpuan yang lebar dan meningkatkan keseimbangan serta stabilitas.

Pastikan jarak kedua kaki klien agak berjauhan. Orang yang tinggi membutuhkan dasar tumpuan yang lebih lebar daripada orang yang pendek.

Pastikan postur tubuh klien dalam posisi tegak, yaitu lutut dan pinggul ekstensi, punggung lurus dan kepala tegak lurus. Usahakan agar posisi bahu tidak membungkuk sehingga tidak ada beban yang bertumpu pada aksila. Siku hendaknya diregangkan secukupnya sehingga memungkinkan berat badan bertumpu pada tangan.

Anda hendaknya berdiri di belakang klien dan pada sisi bagian yang lemah. Dengan berdiri di belakang klien dan di sisi bagian yang lemah, perawat dapat segera menyangga jika klien kehilangan keseimbangan.

Page 4: LP kruk1

Jika klien tidak dapat berdiri dengan stabil (goyah), pasang sabuk pemindah di pinggang klien dan pegang sabuk tersebut dari atas bukan bawah. Memegang sabuk dari atas lebih efektif untuk mencegah klien jatuh.

c. Ajarkan klien cara berjalan dengan menggunakan kruk

Cara jalan alternatif 4 titik (four-point alternate gait)

Cara jalan seperti ini merupakan cara yang paling dasar dan paling aman, memberikan minimal 3 penyangga setiap saat, namun cara ini membutuhkan koordinasi. Cara ini dapat dipergunakan ketika berjalan di tengah keramaian karena tidak memerlukan ruang yang besar. Untuk menggunakan cara jalan ini, kedua tungkai klien harus mampu menjadi tumpuan sejumlah berat badan klien. Minta klien untuk:

Menggerakan kruk sebelah kanan ke depan pada jarak yang sesuai (misal 10-15 cm) Menggerakkan tungkai kiri ke depan, sebaiknya sejajar dengan kruk. Menggerakkan kruk kiri ke depan Menggerakkan kaki kanan ke depan

Cara jalan tiga titik (three-point gait)

Untuk menggunakan cara jalan ini, klien harus mampu menahan seluruh berat badan pada tungkai yang kuat. Kedua kruk dan tungkai yang kuat menahan berat badan secara bergantian. Minta klien untuk:

Menggerakkan kedua kruk dan tungkai yang lemah ke depan secara bersamaan. Menggerakkan tungkai yang kuat ke depan.

Cara jalan alternatif dua titik (two-point alternate gait)

Cara jalan ini lebih cepat daripada cara jalan empat titik. Cara ini membutuhkan keseimbangan yang lebih baik, karena hanya 2 titik yang menyangga tubuh. Selain itu, setiap tungkai harus menahan minimal setengah berat badan. Pada cara ini gerakan lengan dengan kruk sama dengan gerakan lengan saat berjalan biasa. Minta klien untuk:

Page 5: LP kruk1

Menggerakkan kruk sebelah kiri dan tungkai kanan ke depan secara bersamaan. Menggerakkan kruk sebelah kanan dan tungkai kiri ke depan secara bersamaan.

Cara Jalan Mengayun ke Kruk (Swing to Gait)

Klien yang mengalami paralisis tungkai dan pinggul dapat menggunakan cara ini. Penggunaan cara ini dalam waktu lama dapat mengakibatkan atropi otot yang tidak terpakai. Cara jalan mengayun ke kruk ini adalah yang paling mudah dari kedua cara jalan mengayun. Minta klien untuk:

Menggerakkan kedua kruk ke depan secara bersamaan Pindahkan berat badan ke lengan lalu mengayun ke arah kruk.

Cara jalan mengayun melewati kruk (Swing Through Gait)

Cara jalan ini sangat memerlukan keterampilan, kekuatan, dan koordinasi klien. Minta klien untuk:

Menggerakkan kedua kruk ke depan secara bersamaan. Pindahkan berat badan ke lengan dan mengayun melewati kruk.

Page 6: LP kruk1

Menaiki tangga

Berdiri di belakang klien dekat dengan sisi yang lemah. Minta klien untuk:

Mengambil posisi segitiga di dasar tangga Mengalihkan berat badan ke kruk dan

menggerakkan tungkai yang kuat ke atas anak tangga.

Mengalihkan berat badan ke tungkai yang kuat di atas anak tangga dan gerakkan kruk dan tungkai yang lemah ke atas anak tangga. Kruk selalu menyangga tungkai yang lemah.

Ulangi hingga mencapai bagian teratas tangga.

Menuruni tangga

Berdirilah satu anak tangga di bawah klien pada sisi yang lemah. Minta klien untuk:

Mengambil posisi segitiga di tangga teratas. Memindahkan berat badan ke tungkai yang kuat, dan

gerakkan kruk dan tungkai yang lemah ke anak tangga di bawahnya.

Mengalihkan berat badan ke kruk, dan gerakkan tungkai yang kuat ke anak tangga yang sama. Kruk selalu menyangga tungkai yang lemah.

Mengulangi langkah hingga mencapai dasar tangga.

Atau, minta klien untuk:

Memegang kedua kruk pada tangan bagian luar dan pegang pagar tangga dengan tangan yang lain sebagai penyangga.

Memindahkan berat badan ke tungkai yang kuat, dan gerakkan kruk dan tungkai yang lemah ke anak tangga di bawahnya.

Mengalihkan berat badan ke kruk, dan gerakkan tungkai yang kuat ke anak tangga yang sama. Kruk selalu menyangga tungkai yang lemah.

3. Beri tambahan penyuluhan tentang cara menggunakan kruk pada klien

Penyuluhan Penggunaan Kruk

Berat badan dibebankan pada lengan bukan aksila. (tekanan kontinyu pada aksila dapat menyebabkan cedera saraf radialis dan akhirnya menyebabkan kelumpuhan karena kruk, kelemahan otot lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan.

Page 7: LP kruk1

Pertahankan postur tubuh yang tagk lurus sebisa mungkin untuk mencegah ketegangan pada otot dan sendi serta mempertahankan keseimbangan.

Saat menggunakan kruk, setiap langkah yang diambil hendaknya merupakan jarak yang nyaman bagi tubuh klien. Sebaiknya dimulai dengan langkah pendek bukan panjang.

Periksa ujung kruk secara reguler, dan ganti jika sudah rusak. Jaga agar ujung tongkat tetap kering untuk mempertahankan gesekan pada

permukaannya. Jika ujung tongkat basah, keringkan dahulu sebelum digunakan.

4. Setelah klien mengerti tentang penggunaan kruk dan juga mampu mempraktekkannya, anjurkan klien untuk berlatih dengan membuat jadwal latihan.

5. Dokumentasikan kemajuan klien pada catatan klien dengan menggunakan formulir atau daftar tilik disertai catatan narasi jika diperlukan.

6. Selanjutnya, buat kontrak waktu untuk latihan selanjutnya apabila klien membutuhkan pendampingan.

Referensi

University of Notre Dame. (2008). Using your crutches. http://uhs.nd.edu/assets/9479/crutchwalking_uhs_08.pdf diakses pada 10/03/2014 pukul 20:30 WIB

Berman, A., Synder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2002). Buku Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb: Kozier and Erb’s techniques in clinical nursing. Ed. 5. [Terj. Eny Meiliya, et al.]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Miller, C.A. (2005). Nursing Care of Older Adults: theory and practice. Philadelphia: JB.

Lippincot.

Potter, P. A. & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Fundamental of

nursing. Ed 7, Vol 2. [Terjemahan Adrina Fedrika]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.