LP-HT

28
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI A. DEFINISI Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Menurut World Health Organization (WHO) batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik di atas nilai normal. B. KLASIFIKASI Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2004), klasifikasi dari hipertensi adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal <120 dan <80 Prehipertensi 120–139 atau 80-89 Hipertensi stage 1 140-159 atau 90–99 Hipertensi stage 2 > 160 atau > 100

Transcript of LP-HT

Page 1: LP-HT

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. DEFINISI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic

90 mmHg (Smeltzer, 2002).

Menurut World Health Organization (WHO) batasan tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi disebut

borderline hypertension. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis

kelamin

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik di atas nilai

normal.

B. KLASIFIKASI

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2004), klasifikasi dari

hipertensi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah

Diastolik

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120–139 atau 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 atau 90–99

Hipertensi stage 2 > 160 atau > 100

(U.S. Department of Health and Human Services, 2004)

C. ETIOLOGI

Sekitar 90% kasus hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui disebut

dengan hipertensi primer atau esensial. Sedangkan, sekitar 7% disebababkan oleh

kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau

hipertensi hormonal atau penyebab lain (Muttaqin, 2009).

Page 2: LP-HT

Menurut Corwin (2001), penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)

Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum

diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada

jantung dan pembuluh darah bersama-sama dapat menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Selain itu, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika,

lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistem renin angiotensin, efek dari

eksresi natrium, obesitas, merokok dan stress (Tambayong, 2000).

2. Hipertensi Sekunder

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-

10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil

KB).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah sebagai berikut:

a) Penyakit ginjal: stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor-tumor

ginjal, penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), trauma pada ginjal (luka yang

mengenai ginjal), dan terapi penyinaran yang mengenai ginjal.

b) Kelainan hormonal: hiperaldosteronisme, sindroma cushing, dan feokromositoma

c) Obat-obatan: pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoietin, kokain,

penyalahgunaan alkohol, dan kayu manis (dalam jumlah sangat besar).

d) Penyebab lainnya: koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, porfiria intermiten

akut, dan keracunan timbal akut (Baradero, 2008).

D. FAKTOR RESIKO

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat

dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor

yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, merokok dan nutrisi.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi:

1. Usia

Seiring bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat.

Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat

karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur

sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade

Page 3: LP-HT

kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur

akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu

reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran

ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

menurun.

2. Jenis kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada

usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada

usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000).

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita

terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit

hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses

ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-

55 tahun.

3. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan

riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga (Tambayong, 2000).

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit

putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang

kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap

vasopressin lebih besar (Tambayong, 2000).

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi:

1. Obesitas

Page 4: LP-HT

Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan

energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital

jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban

kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan

sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan

lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang

menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh

sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para

penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes

mellitus (Tambayong, 2000).

2. Merokok

Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa

setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin,

gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab

ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya

bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga

meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain

itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan

irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya

3. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol

(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi. Oleh karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium.

Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap

masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam

dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara

dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya

masak memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan

MSG (Tambayong, 2000).

4. Olah raga

Page 5: LP-HT

PATOFISIOLOGI

Genetik, gerontologi, obesitas

Perubahan struktur & fungsi PD

Elastisitas PD

Pompa jantung

Aliran darah perifer

Nikotin

Merokok

Asetil kolin ke PD

Stress, cemas, takut

Norepineprin

Vasokonstriksi PD

Tekanan darah sistemik

epineprin Katekolamin

Nikotin

Merokok

Katekolamin

Pelepasan renin

Angiotensin I

Angiotensin II

Aldosteron

Retensi Na & K

Mediator nyeri

PD Otak

Hipertropi ventrikel

CO

Beban jantung

Iskemi

Nyeri kepala

Gangguan perfusi jaringan

Penurunan CO

Kelelahan

BUN & Cr Vol.intravaskuler Filtrasi ginjal ↓ Kelebihan Vol.Cairan

Pelepasan mediator nyeri

Pembuluh darah otak

Nyeri akut

Page 6: LP-HT

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun

secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;

yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1. Sakit kepala, terutama bagian belakang waktu bangun pagi atau kapan saja, sewaktu

mengalami ketegangan

2. Pusing (migrain), susah tidur, susah konsentrasi, mudah tersinggung

3. Berdebar, dada terasa berat atau sesak waktu aktifitas

4. Kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, dan gelisah (Smeltzer, 2002).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CBC, meliputi pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit untuk menilai viskositas dan

indikator faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

2. Kimia darah, meliputi:

a) BUN/ kreatinin: menilai perfusi atau faal renal.

b) Glukosa serum: hiperglikemia (DM adalah presipitator hipertensi) akibat dari

peningkatan kadar katekolkamin.

c) Kadar kolesterol/trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi

pembentukan plak atheromasus.

d) Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer

e) Cek tiroid: menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap vasokontriksi

dan hipertensi

f) Uric Acid: hiperurisemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi

3. Elektrolit

a) Serum pottasium: hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme dan atau

efek samping terapi diuretik

b) Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi

4. Urine

a) Analisa urine: adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan adanya

disfungsi renal atau DM

Page 7: LP-HT

b) Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,

pheochromacytoma atau disfungsi pituitary, Cushing’s syndrome. Kadar renin juga

meningkat

5. Radiologi

a) Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal

pharenchymal disease, urolithiasis dan BPH.

b) Rontgen thorax: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katub jantung, deposit kalsium

pada aorta dan pembesaran jantung.

6. Elektrokardiogram: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi

atau disritmia

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas tiap program ditentukan oleh derajat

hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi

(Smeltzer, 2002).

1. Modifikasi gaya hidup

Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nonfarmakologi yang dapat

mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut :

Teknik-teknik mengurangi stres

Penurunan berat badan

Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau

Olahraga atau latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)

Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi anti

hipertensi.

Klien dengan hipertensi ringan yang berada dalam risiko tinggi (pria, perokok)

atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya

diatas 130 sampai 139 mmHg, perlu dimulai terapi obat-obatan (Muttaqin, 2009).

Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) menganjurkan modifikasi gaya hidup dalam

mencegah dan menangani tekanan darah tinggi, selain terapi dengan obat. Termasuk

dalam modifikasi gaya hidup adalah penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi

Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH), reduksi asupan garam, aktivitas fisik

yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu, berhenti merokok juga

dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan. Masing-

masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan

Page 8: LP-HT

komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan mempunyai efek

penurunan tekanan darah yang lebih nyata.

Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Menangani Hipertensi

Modifikasi RekomendasiPerkiraan penurunan

TD sistolik

Penurunan BB Menjaga berat badan normal

(IMT 18,5-24,9 kg/m2

5-20 mmHg/10 kg

Diet kombinasi DASH Konsumsi diet kombinasi

yang kaya akan buah, sayur,

dan produk makanan dengan

kadar total lemak dan

terutama kadar lemak

tersaturasi yang rendah

8-14 kg

Reduksi asupan

garam

Asupan garam tidak melebihi

100 mmol/hari (2,4 gr Na

atau 6 gr NaCl)

2-8 mmHg

Aktivitas fisik Aktivitas fisik yang teratur

seperti berjalan, aerobic

(setidaknya 30 menit per hari,

setidaknya 4-5 hari

seminggu)

4-9 mmHg

Konsumsi alkohol Membatasi konsumsi, tidak

melebihi 2 gelas per hari

pada pria dan tidak melebihi

1 gelas per hari pada wanita

dan individu dengan berat

badan ringan

2-4 mmhg

(U.S. Department of Health and Human Services, 2004)

2. Terapi farmakologis

Obat anti hipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan

obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu:

a) Diuretic

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk

mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri pada klien

dengan hipertensi ringan atau klien yang baru. Banyak obat antihipertensi

menyebabkan retensi cairan, karena itu seringkali diuretik diberi bersama

antihipertensi

Page 9: LP-HT

b) Menekan simpatetik (simpatolitik)

Penghambat adrenergik-alfa

Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa 1, menyebabkan

vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat beta juga menurunkan

lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) dan lipoprotein berdensitas rendah

(LDL) yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak diarteri

(arteriosklerosis).

Penghambat neuron adrenergik (simpatolitik yang bekerja perifer)

Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang kuat

yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehinggapelepasan

norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupun

tahanan vaskular perifer menurun. Reserfin dan guanetidin( dua obat yang paling

kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat.

Hipotensi ortostatik merupakan efek samping yang sering terjadi klien

harus dinasehatkan untuk bangkit perlahan-lahan dari posisi berbaring atau dari

posisi duduk. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi natrium

dan air.

c) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan

merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga

menyebabkan vasodilatasi.

Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium serta

air tetahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama

dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Refleks

takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.

d) Antagonis angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE),

yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan

menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan

ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium diekskresikan bersama-sam

dengan air. Captopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin.

Obat-obatan ini dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi.

e) Penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis)

Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium

(Ca2+) intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk

melalui saluran kalsium (calcium channels)

Page 10: LP-HT

Calcium Channel Blockers menghambat pemasukan ion Ca ekstrasel ke

dalam sel dan dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi

myocard serta dinding pembuluh. Senyawa ini tidak mempengaruhi kadar Ca dalam

plasma. Berdasarkan efek tersebut di atas, Calcium Channel Blockers kini terutama

digunakan pada hipertensi, apabila diuretika atau dan beta blocker kurang efektif,

sebaiknya zat ini dikombinasi dengan suatu beta 14 blocker. Golongan obat ini

seperti diltiazem, verapamil, amlodipine, felodipine, isradipine, nicardipine,

nifedipine, nisoldipine (Muttaqin, 2009).

H. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut :

1. Stroke

Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient

iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke

iskemik,yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari jantung

dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga

berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Penderita hipertensi yang

berusia lanjut cenderung menderita stroke dan pada beberapa episode menderita

iskemia serebral yang mengakibatkan hilangnya fungsi intelektual secara progresif dan

dementia. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5

mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.

2. Penyakit jantung koroner

Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko

terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak),

meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada hubungan antara nilai tekanan

darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini menunjukan adanya faktor-faktor

resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Meskipun demikian,

suatu percobaan klinis yang melibatkan sejumlah besar subyek penelitian

(menggunakan β-Blocker dan tiazid) menyatakan bahwa terapi hipertensi yang

adequate dapat menurunkan resiko terjadinya infark miokard sebesar 20%.

3. Gagal jantung

Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan

bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk

menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat hipertensi. Data yang ada

menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti

mencegah terjadinya gagal jantung, namun dapat menunda terjadinya gagal jantung

selama beberapa dekade.

Page 11: LP-HT

4. Hipertrofi ventrikel kiri

Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap peningkatan

afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada

akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal ini bersamaan

dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada

penderita hipertensi, dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard. Penderita

hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri memiliki peningkatan resiko terjadinya cardiac

aritmia (fibrilasi atrial dan aritmia ventrikular) dan penyakit atherosklerosis vaskular

(penyakit koroner dan penyakit arteri perifer).

5. Retinopati

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut

retinopati hipersensitif. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg,

kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-

arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur, dan bukti nyata

pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau kebutaan permanent karena

rusaknya retina.

6. Kerusakan ginjal

Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam

waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,

kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Pada

hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat arteriosklerosis yang biasanya

agak ringan dan berkembang lebih lambat. Perkembangan kerusakan ginjal akibat

hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria merupakan faktor resiko

bebas untuk kematian akibat semua penyebab, dan kematian akibat penyakit

kardiovaskular. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara

efektif.

I. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan

penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi,

murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu

dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.

Page 12: LP-HT

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres multipel (hubungan,

keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan

meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal

pada masa yang lalu).

5. Makanan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta

kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun)

Riowayat penggunaan diuretic

Tanda : Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,suboksipital (terjadi

saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)

Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).

Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses

piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.

8. Pernafasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk

dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas

tambahan (krakties/mengi), sianosis.

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan

dengan peningkatan tekanan serebral

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri pada kepala

berkurang

Kriteria Hasil:

Page 13: LP-HT

Nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

Pengungkapan metode yang memberikan pengurangan

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring :

Catat karakteristik nyeri, lokasi,

intensitas lama dan penyebarannya.

Variasi penampilan dan perilaku klien

karena nyeri terjadi sebagai temuan

pengkajian

Mandiri :

Pertahankan tirah baring selama fase

akut.

Meminimalkan stimulasi atau

meningkatkan relaksasi

Berikan tindakan non farmakologi untuk

meng hilangkan sakit kepala seperti

kompres dingin pada dahi, pijat

punggung, dan teknik relaksasi

Tindakan yang menurunkan tekanan

vaskuler serebral dan yang

memperlambat atau memblok respons

simpatis efektif dalam menghilangkan

sakit kepala dan fungsinya.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai

kebutuhan.

Pusing dan penglihatan kabur sering

berhubungan dengan sakit kepala.

Beri cairan, makanan lunak. Biarkan

klien itirahat selama 1 jam setelah

makan.

Menurunkan kerja miocard sehubungan

dengan kerja pencernaan.

Pendidikan Kesehatan :

Ajarkan klien untuk menghilangkan atau

meminimalkan aktivitas yang dapat

meningkatkan sakit kepala missal

mengejan, saat BAB, batuk panjang dan

membungkuk.

Aktivitas yang dapat meningkatkan

vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala

pada adanya peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai indikasi :

• Analgesik

• Ansietas missal diazepam

Menurunkan atau mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsang system saraf

simpatis

Dapat mengurangi ketegangan atau

ketidaknyamanan yang diperberat oleh

stres.

Page 14: LP-HT

2. Resiko tinggi penurunan

curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia

miokard, hipertrofi atau irigiditas (kekakuan) ventrikula

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam curah jantung klien

meningkat

Kriteria hasil:

Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban ke jantung

Klien mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat di terima

Klien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal (N: 60-

100x/menit)

INTERVENSI RASIONAL

Monitoring :

Pantau TD. Ukur pada kedua

tangan/paha untuk evaluasi awal.

Gunakan ukuran menset yang tepat dan

tehnik yang akurat.

Perbandingan dari tekanan memberikan

gambaran yang lebih lengkap tentang

keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

Hipertensi berat diklasifikasikan pada

orang dewasa sebagai peningkatan

tekanan diastolik sampai 130; hasil

pegukuran diastolic diatas 130

dipertimbangkan sebagai peningkatan

pertama, kemudian maligna . hipertensi

sistolik juga merupakan factor resiko

yang di tentukan untuk penyakit

serebrovaskuler dan penyakit iskemi

jantung bila tekanan diastolic 90-115.

Catat keberadaan, kualitas denyutan

sentral dan perifer.

Denyutan karotis, jugularis, radialis dan

femoralis mungkin teramati atau

terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin

menurun, mencrminkan efek dari

vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan

kongesti vena.

Page 15: LP-HT

Auskultasi tonus jantung dan bunyi

napas.

S4 umum terdengar pada pasien

hipertensi berat karena adanya hipertrofi

atrium (peningakatan volume tekanan

atrium). Perkembangan S3 menunjukkan

hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi.

Adanya krakleas, mengi dapat

mengindikasikan kongesti paru sekunder

terhadap terjadinya atau gagal jantung

kronik.

Amati warna kulit, kelembapan, suhu,

dan masa pengisian kapiler.

Adanya pucat, dingin,kulit lembab dan

masa pengisian kapiler lambat mungkin

berkaitan dengan vasokonstriksi atau

mencerminkan dekompensasi/

penurunan crah jantung.

Catat edema umum/tertentu. Dapat mengindikassikan gagal jantung,

kerusakan ginjal atau vaskular.

Mandiri :

Berikan lingkungan tenang, nyaman,

kurangi aktivitas atau keributan

lingkungan. Batasi jumlah pengunjung

dan lamanya tinggal.

Membantu untuk menurunkan rangsang

simpatis; meningkatkan relaksasi.

Pertahankan pembatasan aktivitas,

seperti istirahat di tempat tidur/kursi;

jadwal periode istirahat tanpa gangguan;

bantu pasien melakukan aktivitas

perawatan diri sesuai kebutuhan.

Menurunkan stress dan ketegangan

yang mempengaruhi tekanan darah dan

perjalanan penyakit hipertensi.

Page 16: LP-HT

Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman

seperti pijatan punggung dan leher,

meninggikan kepala tempat tidur.

Mengurangi ketidaknyamanan dan

menurunkan rangsang simpatis.

Anjurkan tehnik relaksasi, panduan

imajinasi, aktivitas pengalihan.

Dapat menurunkan rangsang yang

menimbulkan stress, membuat efek

ntenang, sehingga akan menurunkan

TD.

Pantau respon terhadap obat untuk

mengontrol tekanan darah

Respon terhadap terapi obat “stepped”

(yang terdiri atas deuretik, inhibitor

simpatis dan vasodilator) tergantung

pada individu dan efek sinergis obat

dalam jumlah paling dan sedikit dosisi

paling rendah.

Kolaborasi :

Berikan obat-obatan sesuai indikasi,

contoh:

• Diuretic triazid, misalnya klorotizid

(diuril); hidroklorotiazid (Esidrik atau

Hidrodiuril); bendroflumentiazid

(Naturetin).

• Deuretik hemat kalium,

mis.Spinolakton (Aldactone);

triameterene (Dyrenium); amiliorade

(midiamor).

• Inhibitor simpatis, mis. propanolol

(inderal); metoprolol (Lopresor);

Atenolol (Tenormin); nadolol

(corgard); metildopa

(aldomet) ;reserpine (Serpasil);

klonodin (Catapres).

• Vasodilator, mis. Monoksidil (loniten);

hidralazin (Apresoline); bloker saluran

Triazid mungkin digunakan sendiri atau

dicampur dengan obat lain untuk

menurunkan TD pada pasien

denganfungsi ginjal yang relatife normal.

Deuretik ini memperkuat agen-agen

antihipertensilain dengan membatasi

retensi cairan.

Dapat diberikan dalam kombinasi

dengan deuretiktiazid u tuk

meminimalkan.

Kerja khusus obat ini bervariasi, tetapi

secara umum menurunkan TD melalui

efek kombinasi penurunan tahanan total

perifer, menurunkan curah jantung,

menghambat aktivitas simpatik

Mungkin diperlukan untuk mengobati

hipertensi berat bila kombinasi deuretik

dan inhibitor simpatis tidak berhasil

Page 17: LP-HT

kalsium, mis. Nefedipin (procardia);

verapmail (Calan).

• Agen-agen antiadrenegrik; α-1 bloker

prazosin (minipres); tetazosin (Hytrin).

• Inhibitor adrenegik yang kerja sentral:

klonidin (Captapres); guanabenz

(Wytension); metildopa (Aldomet).

• Vasodilator kerja langsung: hidralazin

(Apresoline); minoksidil (loniten)

• Vasodilator oral yang bekerja

langsung: diazoksid (Hypersat);

nitropusid; (Nipride, nitropess).

• Bloker ganglion, mis.Guanetidin

(ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE

inhibitor, mis.kaptropil (Capoten).

mengontrol TD. Vasodilatasi vaskuler

jantung sehat dan meningkatkan aliran

darah koroner keuntungan sekunder dari

terapi vasodilator.

Bekerja pada pembuluh darah untuk

mempertahankan agar tidak konstriksi.

Obat ini meningkatkan rangsang simpatis

pusat vasomotor untuk menurunkan

tahnan arteri perifer.

Merilekskan otot-ototpolos vaskuler.

Obat-obat ini diberikan secara intravena

untuk menangani kedaruratan hipertensi.

Pengukuran inhibitor simpatis tambahan

mungkin dibutuhkan (untuk efek

komulatifnya)bila tindakan ini gagal untuk

mengontrol TD dan kerja sama pasien

dengan regimen terapeutik telah

ditetapkan.

Berikan pembatasan cairan dan diit

natrium sesuai indikasi.

Pembatasan ini dapat menangani retensi

cairan dengan respons hipertensif,

dengan demikian menurunkan beban

kerja jantung

Siapkan untuk pembedahan bila ada

indikasi.

Bila hipertensi berhubungan dengan

adanya feokromositoma maka

pengangkatan tumor akan memperbaiki

kondisi.

3. Intoleransi aktivitas b.d

kelemahan umum; ketidakseimbangan antara suplai darah dan kebutuhan oksigen

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat

melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil:

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

Klien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

Page 18: LP-HT

Klien menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

TINDAKAN INTERVENSI

Mandiri

Kaji respons pasien terhadap aktivitas,

perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20

kali per menit di atas frekuensi istirahat;

peningkatan TD yang nyata selama/

sesudah aktivitas (tekanan sistolik me-

ningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik

meningkat 20 mmHg); dispnea atau nyeri

dada; keletihan dan kelemahan yang

berlebihan; diaforesis; pusing atau ping-

san.

Menyebutkan parameter membantu

dalam mengkaji respons fisiologis terha-

dap stres aktivitas dan, bila ada merupa-

kan indikator dari kelebihan kerja yang

berkaitan dengan tingkat aktivitas.

Instruksikan pasien tentang teknik

penghematan energi, mis., mengguna-

kan kursi saat mandi, duduk saat menyi-

sir rambut atau menyikat gigi, melakukan

aktivitas dengan perlahan.

Teknik menghemat energi mengurangi

penggunaan energi, juga membantu

keseimbangan antara suplai dan kebu-

tuhan oksigen.

Berikan dorongan untuk melakukan akti-

vitas/ perawatan diri bertahap jika dapat

ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebu-

tuhan.

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan kerja jantung tiba-tiba.

Memberikan bantuan hanya sebatas

kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien memahami

tentang pengetahuan program pengobatan, aturan penanganan dan kontrol penyakit

Kriteria hasil :

Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.

Klien mampu mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang

perlu diperhatikan.

Klien mampu mempertahankan TD dalam parameter normal.

TINDAKAN RASIONAL

Page 19: LP-HT

Bantu klien dalam mengidentifikasi

factor-faktor resiko kardivaskuler yang

dapat diubah, misalnya : obesitas, diet

tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola

hidup monoton, merokok, dan minum

alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan

teratur) pola hidup penuh stress.

Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan

hubungan dalam menunjang hipertensi

dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

Selain itu, agar klien dapat menghindari

faktor – faktor yang meningkatkan resiko

kambuh dan keluarga dapat memberikan

lingkungan yang mendukung

penyembuhan

Kaji tingkat pemahaman klien tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut.

Mengidentivikasi tingkat pegetahuan

tentang proses penyakit hipertensi dan

mempermudah dalam menentukan

intervensi

Kaji kesiapan dan hambatan dalam

belajar termasuk orang terdekat.

Kesalahan konsep dan menyangkal

diagnosa karena perasaan sejahtera

yang sudah lama dinikmati

mempengaruhi minimal klien / orang

terdekat untuk mempelajari penyakit,

kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak

menerima realitas bahwa membutuhkan

pengobatan kontinu, maka perubahan

perilaku tidak akan dipertahankan

Jelaskan pada klien tentang proses

penyakit hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan akibat

lanjut) melalui penkes.

Meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan klien tentang proses

penyakit hipertensi.

Berikan dukungan kepada klien dan

keluarga tentang pentingnya program

pemeliharaan tekanan darah

Dukungan yang baik akan meningkatkan

kemauan kliendan keluarga untuk

mendukung pemeliharaan tekanan darah

Page 20: LP-HT

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. 2008. Seri Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovascular.

Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth

Edisi 8. Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.