LP Hidrosefalus

39
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN HIDROSEFALUS DI RUANG ANYELIR (NICU) RSU R.A KARTINI JEPARA Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak di Ruang Anyelir, RSU R.A Kartini Jepara Dosen Pembimbing : Ns. Zubaidah, M.Kep., Sp. Kep. An. Oleh: Ervina Hesti Utami 22020111130066

description

Laporan pendahuluan hidrosefalus

Transcript of LP Hidrosefalus

Page 1: LP Hidrosefalus

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN HIDROSEFALUS

DI RUANG ANYELIR (NICU) RSU R.A KARTINI JEPARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

di Ruang Anyelir, RSU R.A Kartini Jepara

Dosen Pembimbing : Ns. Zubaidah, M.Kep., Sp. Kep. An.

Oleh:

Ervina Hesti Utami

22020111130066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

201

Page 2: LP Hidrosefalus

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN HIDROSEFALUS

DI RUANG ANYELIR (NICU) RSU R.A KARTINI JEPARA

A. PENGERTIAN HIDROSEFALUS

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon

yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan

serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi sistem

ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu

atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid (Sjamsuhidat, 2006).

Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan

intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat

mengalirnya cairan serebro spinal (Behrman, 2006)

Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan

dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi

gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF

berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.

Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan

intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat

mengalirnya liquor (Nurarif & Kusuma, 2013)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang mempengaruhi.

Klasifikasi hidrosefalus dapat dibagi berdasarkan beberapa faktor antara

lain (Behrman dkk, 2009) :

1. Gambaran klinis

Dikenal hidrosefalus yang manifes (overt hydrocephalus) dan

hidrosefalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus).

Hidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-tanda klinis yang

khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara itu, hidrosefalus

Page 3: LP Hidrosefalus

dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus

yang tersembunyi (Behrman dkk, 2009).

2. Waktu pembentukan

Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

Hidrosefalus yang terjadi pada neonatus atau yang berkembang

selama intra uterin disebut hidrosefalus kongenital. Hidrosefalus

yang terjadi karena cedera kepala selama proses kelahiran disebut

hidrosefalus infantil. Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus

yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor -

faktor lain setelah masa neonates (Behrman dkk, 2009).

3. Proses terbentuknya hidrosefalus (waktu/onzet)

Dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara

mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS

(berlangsung dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus kronik

apabila perkembangan hidrosefalus terjadi setelah aliran CSS

mengalami obstruksi beberapa minggu (bulan-tahun). Dan diantara

waktu tersebut disebut hidrosefalus subakut (Behrman dkk, 2009).

4. Sirkulasi CSS (cairan serebrospinal)

a. Hidrosefalus non komunikans

CSS sistem ventrikulus tidak berhubungan dengan CSS

ruang subaraknoid (adanya blok), misalnya terjadi pada

Kelainan perkembangan akuaduktus Silvius kongenital

(disebabkan oleh gen terangkai X resesif), infeksi virus,

tertekannya akuaduktus dari luar karena hematoma atau

aneurisma kongenital, Atresia foramen Luschka dan

Magendie (sindroma Dandy-Walker), dan berhubungan

dengan keadaan-keadaan meningokel, ensefalokel,

hipoplastik serebelum (Behrman dkk, 2009).

Page 4: LP Hidrosefalus

b. Hidrosefalus komunikans

Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan

antara CSS sistem ventrikulus dan CSS dari ruang

subaraknoid otak dan spinal. Gangguan absorbsi CSS dapat

disebabkan sumbatan sistem subaraknoid disekeliling batang

otak ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling batang

otak ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling

konveksitas otak. Disini seluruh sitem ventrikuli terdistensi .

Hal ini terjadi pada keadaan-keadaan (Behrman dkk, 2009):

1) Malformasi Arnold-Chiari dimana terjadi hambatan

CSS di ruang subaraknoid sekitar batang otak akibat

berpindahnya batang otak danserebelum ke kanalis

servikali.

2) Sekunder akibat infeksi piogenik dan meningitis

sehingga terjadi fibrosis dan perlekata.

3) Fibrosis akibat perdarahan subaraknoid

C. ETIOLOGI

Berikut ini merupakan beberapa etiologi Hidrosefalus (Nurarif & Kusuma,

2013) :

1. Kongenital

a. Stenosis akuaduktus serebri

Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan

oleh infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis

kongenital sejati adalah sangat jarang. (Toxoplasma/T.gondii,

Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).

b. Sindrom Dandy-Walker

Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan

hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa

ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasia vermis serebelum.

Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara

dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat;

Page 5: LP Hidrosefalus

dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya

biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini

sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis

korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali

jantung, dan sebagainya.

c. Malformasi Arnold-Chiari

Anomali kongenital yang jarang, dimana duabagian otak

yaitu batang otak dan cerebelum mengalami perpanjangan dari

ukuran normal dan menonjol keluar menuju canalis spinalis.

d. Aneurisma vena Galeni

Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi

secara normal tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa

bulan. Hal ini terjadi karena vena Galen mengalir di atas

akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong

aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.

e. Hidrancephaly

Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada, dan diganti

dengan kantong CSS.

2. Didapat (Acquired)

a. Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)

Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada

selaput (meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus

berkembang ketika jaringan parut dari infeksi meningen

menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui

akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan

CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat

pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian

dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi

demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku

kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan

Page 6: LP Hidrosefalus

dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan antibiotik dosis

tinggi.

b. Hematoma intraventrikuler

Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel,

mengakibatkan darah mengalir dalam jaringan otak sekitar dan

mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan hidrosefalus

berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan

kemampuan otak untuk menyerap CSS.

c. Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)

Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia

5-10 tahun. 70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang

disebut fosa posterior. Jenis lain dari tumor otakyang dapat

menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan kasus

yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk

papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian belakang

otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari

ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati

hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah

menghilangkan tumor penyebab sumbatan.

d. Kista arakhnoid

Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi

cairan. Jika terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan

dilapisi dengan jaringan pada membran arachnoid. Kista biasanya

ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak atau

pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan

hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS

dalam ventrikel khususnya ventrikel III.

Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat

menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika

kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang

otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar

Page 7: LP Hidrosefalus

bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan

melindungi batang otak.

D. MANIFESTASI KLINIS / GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang

disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat

yang menyebabkan hipotrofi otak (Manuaba, 2008).

1. Gambaran klinis hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada

umur kurang dari 1 tahun)

a. Kepala membesar

b. Sutura melebar

c. Fontanella kepala prominen

d. Mata kearah bawah (sunset phenomena)

e. Nistagmus horizontal

f. Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka

masak.

2. Gambaran klinis pada anak-anak dan dewasa

a. Sakit kepala

b. Kesadaran menurun

c. Gelisah

d. Mual, muntah

e. Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak

f. Gangguan perkembangan fisik dan mental

g. Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih

lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila

N.II. Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun

dan sutura sudah menutup, nyeri kepala terutama di daerah

bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara

bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering

dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang

perhatian tidak mampu merencanakan aktivitasnya.

Page 8: LP Hidrosefalus

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Behrman dkk, 2009)

1. Foto kepala

Dari foto sinar X kepala didapatkan biasanya hasil :

a. Tulang tipis

b. Disproporsi kraniofasial

c. Sutura melebar

Dengan prosedur ini dapat diketahui :

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup

maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran

kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transiluminasi

Penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5

cm, oksipital 1 cm.

3. Pemeriksaan CSS

Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela

mayor. Menentukan :

a. Tekanan

b. Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan /

infeksi

c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan

d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan

kepekaan antibiotik.

4. Ventrikulografi

Ventrikulografi yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2

murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui

fontanella anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah

kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi

Page 9: LP Hidrosefalus

ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela

telah menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan

bor pada karanium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini

sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang

telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. CT scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif, CT scan sering menunjukkan adanya

pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas

ventrikel lebih besar

dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering

ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi

reabsorpsi transependimal dari CSS. Jika ada hidrosefalus komunikan

gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem

ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah

sumbatan.

6. USG

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan

USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.

Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita

hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan

keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak

dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti

halnya pada pemeriksaan CT scan.

F. DIAGNOSA BANDING

1. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat

pencairan hematom subdural.

2. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural.

3. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.

4. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer

serebri, ruang yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS.

Page 10: LP Hidrosefalus

5. Tumor otak

6. Kepala besar

a. Megaloensefali : jaringan otak bertambah

b. Makrosefali : gangguan tulang.

7. Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro

( saraf ) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.

8. Komplikasi hidrosefalus :

a. Atrofi otak

b. Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.

G. PATOFISIOLOGI

CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel

lateral ke dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke

ventrikel IV. Di sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis

externum melalui foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV.

Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi

arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna

laterales; dan sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat

terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus yang padat dan ke dalam

selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus lymphaticus).

Hidrosefalus ini bisa terjadi karena konginetal ( sejak lahir) infeksi

(meningitis, pneuomonia. TBC), pendarahan di kepala dan factor bawaan

(stenosis , aquaductus, syilvi). Sehingga menyebabkan adanya obstruksi

pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, pentrikel

serebral melebar, menyebabkan permukaan pentrikuler mengkerut dan

merobek garis ependymal. Waitmater di bawahnya akan mengalami atropi

dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada grayematter terdapat

pemeliharaan yang bersifat seleksif sehingga walaupun pentrikel telah

mengalami pembesaran greymater tidak mengalami gangguan. Proses

dilatasi itu merupakan proses yang tiba-tiba atau akut dan dapat juga

selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan (Smeltzer, 2008).

Page 11: LP Hidrosefalus

Pada bayi dan anak kecil suturakranial nya melipat dan melebar ,

untuk mengkomodasi perningkatan masa cranial. Jika fontanela anterior

tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada

perabaan. Stenosis aquaductal (penyakit keluarga/keturunan yang terpaut

seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,

pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi

yang menonjol secara dominan ( dominan vrontal blow). Sindroma dan

diwalkker akan terjadi jika obstruksi pada poraminal diluar pada ventrikel

IV. Ventrikel ke IV melebar pada fossae posterior menonjol memenuhi

sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hydrocephalus

diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan

wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih

tua,sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa

otak,sebagai akibatnya menunjukan gejala kenaikan ICP sebelum ventrikel

serebral menjadi sangat besar. Kerusakan pada absorsi dan sirkulasi CSF

pada hydrocephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim

ventrikel tiap 6-8 jam dan ketidakadaan absorsi total akan menyebabkan

kematian. Pada pelebaran ventricular menyebabkan robeknya garis

ependyma normal yang pada dinding rongga memungkinkan kenaikan

absorsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventricular

lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi (Nurarif & Kusuma,

2013).

Page 12: LP Hidrosefalus

H. PATHWAY HIDROSEFALUS

Infeksi bakteri Bakteri masuk ke otak melalui aliran

darah

Bakteri menyerang meningen

Kelainan kongenital

Penyempitan akuaduktus sylvii

Kelainan fleksus koroideus

Fleksus koroideus memproduksi CSF

berlebih

Aliran CSS dari ventrikel ketiga

keempat terlambatMeningitis bakterial

Terbentuk jar. Parut pada ruang subaraknoid

Gangguan reabsorbsi CSF

CSF tertumpuk

Reaksi inflamasi

Hipertermi

HIDROSEFALUS

Penumpukan CSF pada ventrikel

lateral dan ventrikel ketiga

Akumulasi CSF

Obstruksi ventrikel III/IV

Resiko Cedera

Dilakukan tindakan operasi shunting

Resiko infeksi

Peningkatan volume CSF

Gangguan aliran darah ke otak

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

otak

Penurunan fungsi neurologis

Tumbuh kembang anak terganggu

Keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan

Krisis pada keluarga

Kurang informasi terhadap penyakit

Ansietas

Defisiensi pengetahuan

Kepala membesar

Tidak dapat bergerak, menegakkan kepala

Hambatan mobilitas fisik

Nyeri akut

Dilatasi ventrikel Peningkatan TIK

Page 13: LP Hidrosefalus

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi Medikamentosa

Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya

mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya

meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak

gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah

saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah (Carpenito, 2007):

a. Asetasolamid : Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125

mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200

mg/hari

b. Furosemid : Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2

mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari.

Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien

diprogramkan untuk operasi.

2. Lumbal Pungsi Berulang (Serial Lumbar Puncture)

Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan

progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi

lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara

intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis

akan lebih mudah (Carpenito, 2007).

Indikasi LPB umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan

terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan

subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC.

Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak

bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending

herniation) (Carpenito, 2007).

3. Terapi Operasi

Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita

hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya

diberikan : Mannitol perinfus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam

jangka waktu 10-30 menit (Carpenito, 2007).

Page 14: LP Hidrosefalus

a. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III

Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah

khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya

dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir

keluar.

b. Operasi pintas/Shunting

Ada 2 macam :

1) Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat

hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang

berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

2) Internal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna

magna (ThorKjeldsen)

b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.

c. Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis

superior

d. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus

e. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke

mediastinum

f. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga

peritoneum

g. Lumbo Peritoneal Shunt, CSS dialirkan dari

Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum

dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy

secara perkutan. CSS dialirkan dari Resessus

Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan

operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara

perkutan.

Page 15: LP Hidrosefalus

Komplikasi Shunting :

1) Infeksi

2) Hematoma subdural

3) Obstruksi

4) Keadaan CSS yang rendah

5) Asites

6) Kraniosinostosis

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas

Umur, jenis kelamin, tempat tinggal

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan

ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat penyakit sekarang

1) Penampilan umum

a) Keadaan umum

b) Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital

c) Penggunaan alat bantu napas (Oksigen, CPAP, dll)

2) Nutrisi dan cairan

a) Lingkar Lengan atas

b) Panjang badan/tinggi badan

c) Berat badan

d) Lingkar kepala

e) Lingkar dada

f) Lingkar perut

g) Status nutrisi (z-score atau WHO, CDC):

h) Kebutuhan kalori

i) Jenis makanan

j) Makanan yang disukai

Page 16: LP Hidrosefalus

k) Alergi makanan

l) Kesulitan saat makan

m) Kebiasaan khusus saat makan

n) Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb

3) Kebutuhan cairan 24 jam

a) Balance cairan (hitung jumlah dan jenis cairan masuk dan

keluar)

b) Diuresis

c) Rute cairan masuk (oral, parenteral, enteral, dsb)

d) Jenis cairan (ASI/susu formula/infus/air putih, dsb)

e) Keluhan

4) Istirahat tidur

a) Lama waktu tidur (24 jam)

b) Kualitas tidur

c) Tidur siang

d) Kebiasaan sebelum tidur

5) Pengkajian nyeri (sesuai usia)

6) Psikososial anak dan keluarga

a) Respon hospitalisasi (rewel, tenang)

b) Kecemasan (anak dan orang tua)

c) Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah

d) Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak

e) Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak

f) Konsep diri

Gambaran tubuh

Ideal diri

Harga diri

Peran

Identitas diri

g) Spiritual (kebiasaan ibadah, keyakinan, nilai, budaya)

h) Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan

Page 17: LP Hidrosefalus

7) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)

8) Terapi

c. Riwayat kesehatan dahulu

60 – 90 % gejala hidrosephalus terlihat sejak lahir, kelainan

bawaan. Infeksi ; Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa

minggu sampai beberapa bulan setelah sembuh dari Miningitis.

Neoplasma ; pada anak yang terbanyak mendapat

penyumbatan bagian ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian

terakhir biasanya berasal dari seribelum, sedang bagian depan

ventrikel III biasanya suatu Kraniofaringioma.

Perdarahan ; perdarah sebelum dan sesudah lahir dalam otak

dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama basal otak.

d. Riwayat kesehatan keluarga: Adanya anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter

(keturunan).

e. Riwayat tumbuh kembang : Ada tidaknya keterlambatan tumbuh

kembang

f. Riwayat imunisasi

Biasanya anak belum mendapatkan Imunisasi yang lengkap,

bahkan belum sempat samasekali.

3. Pemeriksaan fisik : head to toe

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertemi b.d reaksi inflamasi (00007)

2. Nyeri akut b.d dilatasi ventrikel otak(00132)

3. Hambatan mobilitas fisik b.d pembesaran kepala (00085)

4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d peningkatan volume

CSF dan gangguan aliran darah ke otak (00201)

5. Resiko infeksi b.d tindakan shunting, infus umbilikal (00004)

6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d penurunan fungsi

neurologis (00111)

Page 18: LP Hidrosefalus

7. Ansietas orang tua b.d gangguan tumbuh kembang anak (00146)

8. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi terhadap penyakit

Hidrosefalus (00126)

Page 19: LP Hidrosefalus

L. RENCANA KEPERAWATAN

No.Dx

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria HasilIntervensi

1. Nyeri akut b/d agen

injury (fisik : benturan

dan dilatasi dari

ventrikel otak) (00132)

Batasan karakteristik :

1. Perubahan frekuensi

jantung

2. Perubahan frekuensi

pernafasan

3. Diaforesis

4. Perilaku distraksi

5. Ekspresi perilaku

6. Sikap melindungi area

nyeri

7. Indikasi nyeri yang

dapat diamati

(Pengkajian dengan

FLACC)

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam,

klien memiliki kontrol nyeri dengan

dengan kriteria hasil :

1. Keluarga mengenali

penyebab nyeri

2. Penggunaan teknik

pengurang nyeri dengan

teknik nonfarmakologi

(distraksi, sentuhan, relaksasi,

guided imagery) dengan tepat

3. Penggunaan analgesik

dengan tepat

4. Tidak ada ekspresi wajah

nyeri Tidak ada gelisah yang

muncul

5. Tanda vital dalam batas

normal

1. Pain management (1400)

a. Memberikan pengkajian nyeri secara komprehensif

b. Meyakinkan pasien mendapatkan analgesik yang tepat

c. Mengkaji pengaruh nyeri pada kualitas hidup

d. Memberikan edukasi pada klien dan keluarga tentang

nyeri

e. Memberikan edukasi tentang teknik non farmakologi

pengurang nyeri

f. Monitor tanda vital

g. Monitor nyeri

Page 20: LP Hidrosefalus

6. Skala nyeri kurang dari 3

2 Hambatan mobilitas fisik

b.d pembesaran kepala

(00085)

1. Penurunan waktu

reaksi

2. Kesulitan merubah

posisi

3. Dispnea setelah

aktivitas

4. Gerakan bergetar

5. Keterbatasan

melakukan

ketrampilan motoric

halus

6. Keterbatasan

melakukan

ketrampilan motoric

kasar

7. Keterbatasan

rentang pergerakan

sendi

Setelah dilakukan tindakan

Keperawatan selama 7x24 jam,

hambatan mobilitas fisik klien

teratasi dengan indikator sebagai

berikut :

1. Klien dapat merubah posisi

saat berbaring

2. Pergerakan sendi dan otot

tanpa batasan

3. Kekuatan otot normal

1. Bed Rest Care (0740)

a. Jelaskan alasan kepada keluarga dibutuhkannya bedrest

b. Posisikan tubuh klien dengan tepat.

c. Hindari pengunaan bed-linens dengan tektur yang keras

d. Pindahkan imobilisasi klien sedikitnya setiap 2 jam

berdasarkan jadwal spesifik

e. Monitor kondisi kulit klien

f. Monitor konstipasi pada klien

g. Monitor fungsi urinary sistem pada klien

2. Exercise Promotion (0200)

a. Melibatkan keluarga klien dalam perencanaan dan

mempertahankan program latihan

b. Informasikan klien tentang manfaat kesehatan dan efek

psikologis dari latihan

c. Intruksikan klien tentang durasi, frekuensi, dan intensitas

dari latihan yang diberikan

d. Intruksikan klien pada teknik untuk menghindari injuri

pada saat latihan

e. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan program

dalam satu minggu

Page 21: LP Hidrosefalus

8. Pergerakan lambat

9. Pergerakan tidak

terkoordinasi

10. Tremor akibat

pergerakan

11. Ketidakstabilan

postur

f. Monitor respon klien pada latihan program.

3. Circulatory Care (4060)

a. Menampilkan penilaian yang menyeluruh dari sirkulasi

peripheral

b. Evaluasi edema dan nadi peripheral

c. Inspeksi kulit untuk statis luka

d. Menilai derajat dari ketidaknyamanan pada klien

e. Rendahkan ektrimitas bawah untuk meningkatkan

sirkulasi arteri

f. Ubah posisi klien sedikitnya setiap 2 jam

g. Mempertahankan keadekuatan hidrasi untuk mencegah

peningkatan kelekatan darah

h. Monitor status cairan termasuk intake dan output

3 Keterlambatan

pertumbuhan dan

perkembangan b.d

penurunan fungsi

neurologis (00111)

Batasan Karakteristik :

1. Gangguan

pertumbuhan fisik

2. Penurunan waktu

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam

makan keterlambatan dan

pertumbuhan dan perkembangan

dapat berkurang dengan kriteria hasil

:

1. Anak berperilaku

sesuai tingkatan usianya

2. Keluarga dapat

1. Development Enhancement : Child (8274)

a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk

memfasilitasi sumber perkembangan anak yang optimal

c. Berikan perawatan yang konsisten

d. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil

e. Ciptakan lingkungan yang aman.

Page 22: LP Hidrosefalus

respon

3. Terlambat dalam

melakukan

ketrampilan umum

kelompok usia

4. Kesulitan dalam

melakukan

ketrampilan umum

kelompok usia

5. Afek datar

6. Ketidakmampuan

melakukan aktivitas

perawatan diri yang

sesuai dengan usia

7. Ketidakmampuan

aktivitas pengendalian

dan perawatan diri

yang sesuai dengan

usia

8. Lesu/tidak

bersemangat

menggunakan koping terhadap

tantangan adanya

ketidakmampuan

3. Status nutrisi

seimbang

4. Status gizi normal

5. Berat badan normal

2. Nutritional Management (1100)

a. Kaji keadekuatan asupan nutrisi (kalori, zat gizi)

b. Tentukan makanan yang sesuai untuk anak

c. Pantau kecenderungan kenaikan atau penurunan BB

3. Nutritional Therapy (1120)

a. Memantau intake makanan/ cairan

b. Memantau kesesuaian perintah diet untuk memenuhi

kebutuhan gizi sehari – hari

c. Mengidentifikasi perlunya pemasangan nasogastric tube

d. Berikan diit secara enteral sesuai dengan anjuran

e. Monitor hasil laboratorium (GDS, hemoglobin,

hematokrit)

Collaboration :

a. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan klien

4 Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Infection protection (6550)

Page 23: LP Hidrosefalus

dilakukan tindakan

shunting ,infus umbilical

(00004)

keperawatan selama 3x24 jam, risiko

infeksi dapat diatasi dengan kriteria

hasil:

1. Terbebas dari tanda atau

gejala infeksi

2. Menunjukan hygiene pribadi

yang adekuat

3. Mengubah gaya hidup untuk

mengurangi risiko

a. Pantau tanda dan gejala infeksi

b. Pantau bagian yang mudah terkena infeksi

c. Lihat kulit dan membran mukosa yang kemerahan

d. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana mencegah

infeksi

2. Infection control (6540)

a. Bersihkan lingkungan secara tepat setelah pasien

menggunakannya

b. Batasi jumlah pengunjung, jika dibutuhkan

c. Ajarkan cuci tangan bersih untuk menjaga kesehtan

personal higiene

d. Ganti peralatan keperawatan setiap prosedur selesai

e. Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan

sebelum dan sesudah mengunjungi klien

Collaboration:

a. Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian

antibiotic yang sesuai

5 Defisiensi pengetahuan

b.d kurangnya informasi

terhadap penyakit

Hidrosefalus (00126)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 maka

defisiensi pengetahuan orang tua

tentang Hidrosefalus dapat teratasi

1. Teaching : Disease Proscess (5602)

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan orang

tua tentang hidrosefalus

b. Jelaskan patofisiologi hidrosefalus sesuai dengan

Page 24: LP Hidrosefalus

dengan kriteria hasil sebagai berikut :

1. Orang tua klien tidak terlihat

bingung dan berperilaku

berlebihan

2. Orang tua klien mampu

mengetahui jenis penyakit,

penyebab dan perawatan

anaknya

3. Orang tua klien mampu

mengikuti instruksi perawat

dalam pemantauan anak dengan

hidrosefalus

4. Orang tua klien mampu

menjelaskan kembali informasi

yang disampaikan perawat.

tingkat pendidikan dan dengan bahasa yang mudah

dimengerti

c. Jelaskan penyebab hidrosefalus

d. Berikan informasi tentang kondisi kesehatan anaknya

e. Instruksikan kepada orang tua untuk melaporkan

kondisi kesehatan klien kepada petugas kesehatan

dengan cara yang tepat.

Page 25: LP Hidrosefalus

DAFTAR PUSTAKA

Behrman,Richard E,dkk. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15.

Jakarta : EGC.

Berman et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Ed 5.

Jakarta: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.

Jakarta : EGC.

Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.

New Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth

Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid

1&2.Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Sjamsuhidat, Wim de Jong. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1. Jakarta : EGC.