LP Fistula Enterkutan

16
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS FISTULA ENTERKUTAN DI RUANG A2 BEDAH WANITA DAN ANAK RSUP Dr.KARIADI SEMARANG Disusun Oleh Dedy Setyawan P.17420110041 PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

Transcript of LP Fistula Enterkutan

Page 1: LP Fistula Enterkutan

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS

FISTULA ENTERKUTAN DI RUANG A2 BEDAH WANITA DAN

ANAK RSUP Dr.KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh

Dedy Setyawan

P.17420110041

PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

SEMARANG

2012

Page 2: LP Fistula Enterkutan

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PASIEN ANAK DENGAN FISTULA ENTERKUTAN

1. Pengertian

a. Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal atau

antara organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare, 2001).

b. Entero-enteral atau enterocutaneous adalah petikan yang abnormal kebocoran isi perut atau

usus (usus besar atau kecil) ke organ lain, biasanya bagian dari usus (entero-enteral) atau

kulit (enterocutaneous). (Lee, 2006).

2. Etiologi

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-kadang

fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.

Fistula secara umum sering ditemukan pada penderita :

a. Penyakit Crohn

b. Tuberkulosis

c. Divertikulitis

d. Kanker

e. Cedera anus maupun rektum.

Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :

a. Spontaneous (15% sampai 25%)

- Radang usus buntu

- Lubang duodenal ulcers

- Radiasi

- Penyakit diverticular

- Ischemic usus

- Malignancies.

b. Postoperative (75% hingga 85%)

- Kegagalan anastomotic

- Penutupan abdominal.

- Operasi kanker

- Lysis yang adhesions

Page 3: LP Fistula Enterkutan

3. Manifestasi Klinis

Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari

lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,

tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi

sistemik disertai gejala yang berhubungan.

4. Klasifikasi

Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung pada

lokasi organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan tehnik atau prosedur pembedahan.

Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.

a. Rendah: 200 ml/24 jam

b. Moderat: 200-500 ml/24 jam

c. Tinggi: 500 ml/24 jam

Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum dalam

seri klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki mortality

54%, pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus sedanglan rendah output

fistulas meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan

kematian dari 50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat dan rendah output fistulas, masing-

masing. Kira-kira 30% semua tipe fistula akan menutup secara spontan dalam waktu 6-7

minggu.

5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana ditemukan satu

atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan. Sebuah alat

penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung dalamnya bisa

ditentukan lokasinya dengan melihat melalui anoskop yang dimasukkan ke dalam rectum.

6. Penatalaksanaan

Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi

(eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara

seksama dengan enema yang diprogramkan.

Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau

Page 4: LP Fistula Enterkutan

dengan menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau

dibiarkan terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan

kasa.

Sebuah studi menelan kontras, di mana radio-kekusaman dye adalah ditelan oleh pasien dan

diambil foto sinar-x dan CT scan, sering menunjukkan anatomi dari hiliran. Jika hiliran

melibatkan titik dua, yang kontras enema (kontras dye diberikan melalui dubur) dapat

bermanfaat.

Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka lebih luas

dengan menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan

tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi

pada lokasi yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan

kantong ostomi.

Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,

mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan

mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan

wound drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah

infeksi silang, memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar

jaringan, meningkatkan kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas

pasien dan biaya lebih efektif. Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui

luka dan fistula terlalu banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2009).

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :

a. Infeksi

b. Gangguan fungsi reproduksi

c. Gangguan dalam berkemih

d. Gangguan dalam defekasi

e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fistel enterokutaneus :

a. Kekurangan gizi

b. Dehidrasi

c. Masalah kulit

d. keracunan darah

Page 5: LP Fistula Enterkutan

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk

menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan

tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,

merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien

untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan

tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya

sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Sirkulasi

Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)

b. Eliminasi

Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan

Tanda : Feses keluar melalui fistula

c. Makanan/cairan

Gejala : Anoreksia; mual dan muntah

Tanda : Penurunan Berat Badan

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah

e. Keamanan

Gejala : Demam

f. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Rencana pembedahan

Rencana Pemulangan :

Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses

pembedahan

c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.

Page 6: LP Fistula Enterkutan

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi

tidak adekuat.

e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri

f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi.

h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri

3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :

1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.

2) Pantau tanda-tanda vital.

3) Ajarkan teknik nafas dalam

4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase

5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

Rasional :

1) Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap

pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.

2) Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri

3) Meningkatkan relaksasi,mening kenyamanan dan menurunkan nyeri.

4) Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang

5) Memblok lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses

pembedahan

Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

Intervensi

1) Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.

2) Obeservasi penyatuan luka, adanya inflamasi

3) Pantau pernapasan, bunyi napas. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 35-45 derajat,

bantu pasien untuk membalik, batuk, dan napas dalam.

4) Observasi terhadap tanda/ gejala peritonitis, mis, demam, peningkatan nyeri, distensi

abdomen.

Page 7: LP Fistula Enterkutan

5) Pertahankan perawatan luka aspetik. Pertahankan balutan kering.

6) Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

Rasional

1) Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik

infeksi.

2) Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.

3) Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan, ketidakefektifan batuk, dan

distensi abdomen.

4) Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan, peritonitis dapat terjadi bila

usus terganggu, mis, ruptur praoperasi, kebocoran anastomosis.

5) Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah

bertindak sebagai retrograd, menyerap kontaminan eksternal.

6) Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi

Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri

Intervensi

1) Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya.

2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga.

3) Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.

4) Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan

penanganannya.

Rasional

1) Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi

perubahan dalam hidup

2) Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.

3) Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang

pembatasan yang ditetapkan.

4) Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menghadapinya.

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula,

absorbsi tidak adekuat.

Tujun : menunjukkan berat badan stabil atau penigkatakan berat badan sesuai sasaran dengan

nilai normal

Page 8: LP Fistula Enterkutan

Intervensi :

1) Timbang berat badan tiap hari

2) Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut

3) Anjurkan istirahat sebelum makan

4) Berikan kebersihan oral

5) Catat masukan dan sintomatologi

6) Dorong pasien untuk mengatakan perasaan masalah mulai makan diet

7) Kolaborasi obat anti kolinergik sesuai indikasi

8) Kolaborasi vitamin B12 dan asam folat

Rasional :

1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keefektifan terapi.

2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi

3) Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan

4) Mulut yang bersih dapat menambah nafsu makan

5) Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan unutk memilih makanan yang

diingikan, dapat meningkatkan masukan.

6) Keragu-raguan untuk makan mungkin dikibatkan oleh takut makan akan menyebabkan

eksaserasi gejala.

7) Anti kolinergik diberikan 15 sampai 30 menit sebelum makan memberikan penghilangan

keram dan deare.

8) Malabsorbsi B12 akibat kehilangan fungsi ileum penggantiannya mengatasi depresi sum-

sum tulang karena proses inflamasi lama, kekurangan asam folat umumnya terjadi

sehubungan dengan penurunan masukan atau absorbsi

e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri

Tujuan : Klien dapat merawat dirinya secara bertahap

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya

2) Bantu klien dalam merawat dirinya

3) Berikan dorongan pada klien untuk melakukan perawatan mandiri secara bertahap.

4) Berikan motivasi pada keluarga agar membantu pemenuhan kebutuhan perawatan diri

klien.

Rasional :

1) Mengetahui kemampuan klien dalam merawat dirinya

Page 9: LP Fistula Enterkutan

2) Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya

3) Memberi keyakinan pada klien bahwa ia dapat merawat diri tanpa bantuan orang lain

4) Keterlibatan keluarga membantu tercapainya tujuan serta membantu dalam

mempertahankan hasil yang telah dicapai.

f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi

Intervensi

1) Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata,

perilaku menarik perhatian.

2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik

3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan

perhatian mendengan pasien.

4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

5) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.

6) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.

7) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis teknik mengatasi stres.

Rasional

1) Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.

2) Membuka hubungan terapeutik. Membantu dalam meng-indentifikasi masalah yang

menyebabkan stres.

3) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.

4) Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu

menurunkan ansietas.

5) Meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.

6) Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang.

7) Meningkatkan kontrol penyakit.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi

Tujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.

Intervensi

1) Tentukan persepsi pasien/ keluarga tentang proses penyakit.

2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor yang menimbulkan faktor

pendukung.

3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.

4) Tekankan pentingnya perawatan kulit, mis, teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan

Page 10: LP Fistula Enterkutan

perineal yang baik.

5) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi periodik.

Rasional

1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kebutuhan belajar individu.

2) Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan

informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit.

3) Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.

4) Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.

5) Pasien dengan inflamasi beresiko untuk kanker dan evaluasi diagnostik teratur dapat

diperlukan.

h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri

Tujuan : kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi

Intervensi :

1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi

2) Anjurkan beberapa aktifitas ringan selama siang hari jamin pasien berhenti beraktifitas

beberapa jam sebelum tidur

3) Ciptakan lingkungan yang nyaman

Rasional :

1) Membantu dalam mengidentifikasi intervensi yang tepat

2) Aktifitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur pada

malam hari

3) Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan kualitas tidur

Page 11: LP Fistula Enterkutan

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta.

Silbernagl, Stefan. Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. 2000. Hipokrates, Jakarta.

Purwanto, 2001. Anatomi Fisiologi. EGC, Jakarta.