Long Case Amel

52
Long Case SKIZOFRENIA TAK TERINCI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan Kepada : dr. Arsanti Pinuji, Sp.KJ Disusun oleh : Amelia Carissa Pertiwi 20070310061

Transcript of Long Case Amel

Page 1: Long Case Amel

Long Case

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :

dr. Arsanti Pinuji, Sp.KJ

Disusun oleh :

Amelia Carissa Pertiwi

20070310061

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

HALAMAN PENGESAHAN

Page 2: Long Case Amel

LONG CASE

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun oleh:

Amelia Carissa Pertiwi

20070310061

Telah dipresentasikan pada:

Tanggal : 16 Januari 2013

Tempat : RS GRHASIA

Menyetujui dan mengesahkan,

Dosen pembimbing

dr. Arsanti Pinuji, Sp.KJ

BAB I

Page 3: Long Case Amel

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 35 tahun

Alamat : Bongsren RT 04, Gilang Harjo Pandak

Status : Sudah Bercerai

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Suku : Jawa

Agama : Islam

Datang ke RSG : 9Januari 2013

NRM : 037296

Bangsal : Srikadi

B. ANAMNESIS

a. ALLOANAMNESIS

Dilakukan tanggal 11Januari 2013, yang diperoleh dari ibu kandung pasien

Sumber Anamnesis

Identitas Sumber 1

Nama Ny. W

Alamat Sda

Pendidikan SD

Pekerjaan Wiraswasta

Umur 68 th

Hubungan Ibu Kandung

Lama kenal Sejak Kecil

Sifat Kenal Akrab

1. Keluhan Utama : Mengamuk dan memecah barang-barang.

Page 4: Long Case Amel

2. Riwayat Perjalanan Penyakit :

Pada tahun 1998, setelah lulus SMK, pasien mulai bekerja di asuransi

selama satu tahun. Selama itu, os mulai berpacaran dengan seorang laki-laki

yang tinggal dekat dengan rumahnya. Tetapi, ayah pasien tidak menyetujui

hubungan tersebut, karena menurut hitung-hitungan jawa, mereka tidak

cocok. Ayah pasien termasuk orang yang keras dan kaku sehingga tidak mau

mendengarkan pendapat anaknya. Sejak itu, pasien mulai menjadi

pemurung, tidak mau bersosialisasi, tertawa-tawa sendiri dan lama-lama

menjadi mengamuk. Kemudian pasien dibawa ke grashia untuk rawat inap.

Setelah keluar dari grhasia, pasien dibawa omnya untuk bekerja di

sebuah pabrik tekstil di Jakarta. Disana pasien bertemu dengan laki-laki asli

daerahnya dan menikah pada tahun 2004. Dari keterangan ibunya, pasien

tidak benar-benar menyukai laki-laki tersebut dan menikah karena paksaan

dari orang tua. Os dikaruniai seorang putrid yang sekarang sedang duduk di

bangku SD. Karena pasien tidak rutin minum obat, pasien menjadi sering

kambuh. Keadaan ini membuat pasien menjadi bercerai setelah tiga tahun

menikah. Pasien tidak pernah menyesali perceraian tersebut, dan

beranggapan bahwa yang terpenting adalah os sudah pernah merasakan

menikah dan punya anak.

Kurang lebih dalam satu minggu sebelum masuk rumah sakit, terjadi

peningkatan gejala berupa bingung, marah-marah, memecah barang-barang

rumah tangga dan senym-senyum sendiri. Kurang lebih selama delapan

bulan ini, pasien menolak minum obat, setiap orang tua memberikan obat,

pasien marah-marah dan membuang obatnya. Karena berlangsung terus

menerus, orang tua tidak memberikan lagi obatnya dan jika os tidak bias

tidur baru akan memintanya sendiri.

Perubahan perilaku terjadi secara perlahan-lahan.

Riwayat mencelakai diri sendiri (-)

3. Faktor yang mendahului

Faktor Pencetus : tidak minum obat selama 8 bulan

Faktor organik : tidak ditemukan

4. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien terakhir rawat inap pada tanggal 24 januari 2012 dengan perjalanan

penyakit

Page 5: Long Case Amel

- kurang lebih dua bulan pasien tidak mau minum obat, tidak mau

control.

- Tiga hari terakhir terjadi peningkatan gejala berupa tertawa-tertawa

sendiri, mondar-mandir, makan banyak, tidak mau bekerja, dan marah-

marah.

Riwayat Alergi (-)

5. Riwayat penyakit keluarga :

Adik dari kakek pasien ada yang menderita penyakit serupa.

Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Skizofrenia

Hipertensi

Sudah Meninggal

Cerai

6. Riwayat Kehidupan Pribadi

a) Riwayat Prenatal dan Perinatal

Riwayat kehamilan dan persalinan pasien tidak ada kelainan. Riwayat

kehamilan dikehendaki, riwayat persalinan normal, cukup bulan (9

bulan) dengan berat 3 gram dan ditolong oleh bidan. Riwayat

penggunaan alcohol atau substansi lain selama kehamilan (-).

b) Riwayat Masa Kanak Awal

SHT

S

Page 6: Long Case Amel

Os diasuh oleh ibu pasien dengan pekerjaan sampingan berjualan di

pasar. Jika ibu bekerja, anak terkadang dititipkan oleh neneknya. Ibu

pasien memberikan ASI eksklusif selama 3 bulan, setelah itu dengan

susu kaleng. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan

teman-teman sebayanya.

c) Riwayat Masa Kanak Pertengahan

Orang tua kususnya Ayahnya mulai menetapkan peraturan-peraturan

yang harus ditaati pasien. Saat SD tidak pernah tinggal kelas. Anak

termasuk orang yang bersahabat dan dapat mengikuti aturan yang

berlaku.

d) Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Os tidak menggunakan alcohol atau zat-zat lainnya. Mulai mens usia 15

tahun, Os memang orang yang tidak banyak berkomunikasi dengan

orang tuanya, agak pendiam tetapi interaksi dengan teman-temannya

baik. Setalah Lulus SMK, pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena

masalah biaya.

e) Riwayat Masa Dewasa

o Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus kuliah, os bekerja di asuransi selama satu tahun. Tetapi

setelah hubungannya dengan pacarnya tidak disetujui, os menjadi

pendiam dan tidak mau bekerja.

o Riwayat Pernikahan

Os sudah menikah, dikaruniai anak satu, tetapi sekarang sudah

bercerai dan anak ikut suami.

o Riwayat Kehidupan Beragama

Os beragama Islam dan mengatakan jarang dalam beribadah, sholat

masih sering bolong-bolong.

o Riwayat Psikoseksual

Os pernah menukai laki-laki asal kampung halamanya tetapi idak

disetujui oleh ayahnya. Beberapa tahun kemudian os menikah

dengan terpaksa karena diminta oleh orang tuanya dan dan

melahirkan seorang anak perempuan yang duduk di bangku SD kelas

2

Page 7: Long Case Amel

o Aktivitas Sosial

Hubungan sosial os dengan tetangga sekitar rumahnya cukup baik

tetapi os jarang mengikuti aktivitas yang bersifat sosial di lingkungan

sekitar rumahnya.

7. Riwayat Keluarga

Os merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayah os bekerja

sebagai tukang becak dan ibunya tidak bekerja. Di keluarga, adik dari

kakeknya ada yang menderita gangguan yang sama.

8. Status Sosial Ekonomi

Os dibesarkan dengan kondisi ekonomi yang kurang.

9. Pola Asuh Keluarga

Os merupakan anak perempuan pertama dikeluarga. Sejak kecil Os

diasuh oleh ibunya tetapi bila ibunya bekerja di pasar, anaknya

dititipkan pada neneknya. Ayahnya mendidik os dengan keras dan

tidak mau menerima pendapat anaknya. Hubungan os dengan anggota

keluarga yang lain baik, tetapi tidak terlalu menyukai ayahnya.

10. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Alloanamnesis secara umum dapat dipercaya karena diperoleh dari

ibunya yang sangat mengenal dekat os.

b. AUTOANAMNESIS

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengaku dibawa ke RS Grhasia karena sering pusing dan tidak bisa

tidur. Os dibawa oleh bapaknya ke poli karena disuruh doker untuk mondok karena

sakit. Pasien juga mengaku tidak begitu mengingat bagaimana kejadiannya. Pasien

sudah pernah menikah satu kali dan dikaruniai seorang putri yang sekarang duduk

di kelas dua sd. Sejak tiga tahun yang lalu, os sudah bercerai dengan suaminya dan

putrinya tinggal bersama ibu kandung paien.Terkadang, pasien merasa suara

anaknya terdengar ditelinganya dan menyuruhnya untuk beristirahat dan tidur di

rumah. Dirumah os tidak minnum obat teratur, karena os merasa obat yang

diminum membuatnya terlihat bertambah gemuk dan terkadang 2 jam setelah

minum obat perutnya menjadi bergetar. Pasien yakin akan hal tersebut dan

membuatnya tidak mau minum obat. Setiap hari ibunya yang menyiapkan obat

Page 8: Long Case Amel

untuk pasien, tetapi jika pasien tidak mau ibunya juga tidak memaksakan. Jika

pasien tidak bias tidur malam pasien akan meminta sendiri obat tersebut.

C. PEMERIKSAAN PSIKIATRI

(Tanggal 11 Januari 2013)

Deskripsi Umum : pasien seorang wanita usia 35 tahun yang berpenampilan

sesuai dengan usianya. Pasien tampak kelebihan berat badan

dibandingkan dengan tinggi badan yang sesuai. Rambut pasien

berombak dan berwarna hitam. Pasien menggunakan baju

seragam pasien RS dengan alas kaki berupa sendal jepit.

Kebersihan dan perawatan tubuh terjaga baik. Selama

wawancara pasien tampak duduk tenang dengan sikap tubuh

tegak dan tidak selalu menatap jika diajak bicara, ramah,

kooperatif, terlihat antusias dalam menjawab setiap pertanyaan.

Kesadaran : Tampak Tenang, Compos Mentis, E4V5M6

Orientasi : OWTS baik

Sikap/tingkah laku: Kooperatif/Normoaktif

Roman muka : Hipomimik

Afek : Tumpul

Bentuk pikir : non-realistik

Isi pikir : Waham kebesaran (-), Waham Magic Mistic (-), Waham

Somatic (-), Waham Kejar (-), Waham Curiga (-), Waham

Bersalah (-), Waham Bizzare ( siar pikir (-), kendali pikir (+)

riwayat, sedot pikir (+), sisip pikir (+)), Waham Nihilistik (-)

Progres pikir :

- Kuantitatif : koheren, relevan

- Kualitatif : cukup bicara

Halusinasi : halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+) riwayat,

Halusianasi bau (-), Halusinasi Perabaan (-)

Ilusi : -

Hubungan jiwa : mudah

Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum

Insight : jelek

Page 9: Long Case Amel

D. PEMERIKSAAN FISIK

No. Pemeriksaan Hasil

1. Keadaan Umum Baik

2. Kesadaran Compos mentis

3. Vital Sign TD : 120/80mmHg Respirasi : 20 x/mnt

Nadi : 84x/mnt Suhu : afebris

4. Kepala Mesochepal, rambut pendek hitam, tidak mudah dicabut.

5. Mata Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikhterik (-/-)

6. Lidah Hiperemis (-), lidah kotor (-)

7. Gigi Carries dentis (-)

8. Leher Limfonodi teraba (-), nyeri tekan (-), sikatrik(-)

9. Thorax Paru :

Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)

Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tak tampak di SIC IV

midclavicularis sinistra, sikatrik (-)

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : redup

Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising (-)

10. Abdomen Inspeksi : dinding perut tampak datar, bekas luka oprasi (-)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani

11. Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan

12. Ektremitas Akral Hangat, udem (-)

13. Sistem

Integumentum

Tak ada Kelainan

Page 10: Long Case Amel

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Belum ada hasil

F. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Axis I : F. 20. 3

Axis II : Kepribadian Skizoid

Axis III : Tidak ada diagnosis

Axis IV : Tidak Jelas

Axis V : GAF 80-71

G. PENATALAKSANAAN

Haloperidol 1,5 mg 1 – 0 – 1

Stelazin 5 mg 1 – 0 – 1

Trihexyphenidyl 2mg 1 – 0 – 1

Clozapin 25 mg 0 – 0 - ½

H. Follow Up Pasien

Tanggal 14 Januari 2013

S : pasien bias tidur, terkadang merasa kepalanya pusing, sudah mulai mau ikut

rehabilitasi medic

O : Kooperatif, Koheren, Afek Tumpul, Hipomimik

Waham Siar Pikir (-), w. kendali pikir (-), w. sedot piker (+) pikirannya sering

kosong, w. sisip piker (+) merasa pikiran anaknya masuk ke pikirannya, w.

kebesaran (-), w magic mistik (-), w somatic (-), w. kejar (-), w curiga (-), w.

bersalah (-)

Halusinasi auditorik (+), Halusinasi Visual (-), H. penciuman (-), Hal.

Perabaan (-), Ilusi (-)

A : F20.3

P : Terapi Lanjut

Tanggal 15 January 2013

S : pasien bias tidur, Merasa kepalanya pusing,

O : Kooperatif, Koheren, Afek Tumpul, Hipomimik

Waham Siar Pikir (-), w. kendali pikir (-), w. sedot pikir (-), w. sisip pikir (-),

w. kebesaran (-), w magic mistik (-), w somatic (-), w. kejar (-), w curiga (-),

w. bersalah (-)

Page 11: Long Case Amel

Halusinasi auditorik (+) mendengar anaknya berkomunikasi dengan ibunya

dan mendengar suara temannya membisikan sesuatu yang baik saat os

kebingungan, Halusinasi Visual (-), H. penciuman (-), Hal. Perabaan (-), Ilusi

(-)

A : F20.3

P : Terapi Lanjut

I. PENEGAKKAN DIAGNOSA

No Pedoman Diagnostik Gejala pada pasien Kesimpulan

1.  Harus ada sedikitnya satu gejala

berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila

gejala-gejala itu kurang tajam atau

kurang jelas):

a. - Thought echo = isi pikiran

dirinya sendiri yang berulang

atau bergema dalam kepalanya

(tidak keras) dan isi pikiran

ulangan, walaupun isinya sama,

namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal

= isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya

(insertion) atau isi pikirannya

diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi

pikirannya tersiar keluar

sehingga orang lain atau

umumnya mengetahuinya.

b. - Delusion of control = waham

tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar

Terkadang pikiran

anaknya dapat masuk ke

pikirannya dan merasa

pikirannya terkadang

kosong seperti ada yang

mengambil

Pasien memiliki riwayat,

seperti ada yang

mengendalikannya, saat

tidak terpenuhi

Terpenuhi

tidak terpenuhi

terpenuhi

Page 12: Long Case Amel

atau

- Delusion of influence = waham

tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar

atau

- Delusion of passivity = waham

tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan

dari luar; (tentang dirinya=

secara jelas ,merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak

atau kepikiran, tindakan atau

penginderaan khusus).

- Delusion perception =

pengalaman inderawi yang tidak

wajar, yang bermakna sangat

khas bagi dirinya , biasanya

bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang

berkomentar secara terus

menerus terhadap prilaku pasien

.

- Mendiskusikan perihal pasien

di antara mereka sendiri

(diantara berbagai suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain

yang berasal dari salah satu

bagian tubuh.

os marah-marah.

Pasien merasa ada suara

anaknya yang berbisik

di telinganya agar os

istirahat

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

terpenuhi

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Page 13: Long Case Amel

d. Waham-waham menetap jenis

lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar

dan sesuatu yang

mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik

tertentu atau kekuatan dan

kemampuan diatas manusia

biasa (misalnya mampu

mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk

asing atau dunia lain)

tidak terpenuhi

2. Atau paling sedikitnya dua gejala

dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari

panca indera apa saja , apabila

disertai baik oleh waham yang

mengambang maupun yang

setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas,

ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang

menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break)

atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat

inkoherensia atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti

Halusinasi Visual (+)

riwayat, melihat dirinya

sendiri sedang

melakukan aktivitas

yang sama dengan

aktivitas sebelumnya.

Terpenuhi

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Page 14: Long Case Amel

keadaan gaduh gelisah (excitement),

posisi tubuh tertentu (posturing)

atay fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap

apatis, bicara yang jarang dan

respons emosional yang menumpul

tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari

pergaulan sosial dan menurunya

kinerja sosial, tetapi harus jelas

bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau

medikasi neureptika.

i. Suatu perubahan yang konsisten

dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek

perilaku perorangan, bermanifestasi

sebagai hilangnya minat, tidak

bertujuan, sikap malas, sikap

berdiam diri dan penarikan diri

secara sosial.

Afek pada pasien

tumpul dan Hipomimik.

Terpenuhi

Tidak Terpenuhi

Kesimpulan :

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid

No. Pedoman Diagnostik Gejala pada pasien Kesimpulan

1. Memenuhi kriteria umum

diagnosis skizofrenia

dan

2. Sebagai tambahan:

- Sebagai tambahan :

* Halusinasi dan/ waham arus

terpenuhi

Page 15: Long Case Amel

menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau

memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling),

mendengung (humming),

atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau

pengecapan rasa, atau

bersifat seksual , atau lain-

lain perasaan tubuh,

halusinasi visual mungkin

ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa

hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan

(delusion of control),

dipengaruhi (delusion of

influence) atau passivity

(delussion of passivity),

dan keyakinan dikejar-

kejar yang beraneka

ragam, adalah yang paling

khas;

 Gangguan afektif, dorongan

kehendak dan

pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif

tidak nyata / tidak

menonjol.

Mendengar suara

anaknya yang

menyuruhnya untuk

istirahat.

Memiliki riwayat

pikirannya dikendalikan

orang lain

Terpenuhi, tetapi

tidak menonjol

dan berganti-

ganti tiap harinya

tidak terpenuhi

Terpenuhi, tetapi

tidak menonjol,

karena hanya

muncul pada

awal saja dan os

terkadang tidak

mengakuinya

tidak terpenuhi

Page 16: Long Case Amel

Tabel 3. Pedoman Diagnosa Skizofrenia Hebrefenik

No. Pedoman Diagnosis Gejala Pada Pasien Kesimpulan

Memenuhi Kriteria umum

diagnosis skizofrenia

- Diagnosis hebefrenik untuk

pertama kali hanya

ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda

(onset biasanya 15-25

tahun).

- Kepribadian premorbid

menunjukan pemalu dan

senang menyendiri

(solitary), namun tidak

harus demikian untuk

memastikan bahwa

gambaran yang khas

berikut ini

- Untuk meyakinkan umumnya

diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3

bulan lamanya, untuk

memastikan bahwa

gambaran yang khas

berikut ini memang benar

bertahan :perilaku yang

tidak bertanggung jawab

dan tidak dapat

diramalkan, serta

manerisme, ada

kecenderungan untuk

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Page 17: Long Case Amel

menyendiri (solitaris) dan

perilaku menunjukan

hampa tujuan dan hampa

perasaan. Afek pasien yang

dangkal (shallow) tidak

wajar (inaproriate), sering

disertai oleh cekikikan

(gigling) atau perasaan

puas diri (self-satisfied),

senyum-senyum sendiri

(self absorbed smiling)

atau sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa

menyerigai, (grimaces),

manneriwme, mengibuli

secara bersenda gurau

(pranks), keluhan

hipokondriakalI dan

ungkapan dan ungkapan

kata yang diulang-ulang

(reiterated phrases), dan

proses pikir yang

mengalamu disorganisasi

dan pembicaraan yang tak

menentu (rambling) dan

inkoherens

- Gangguan afektif dan

dorongan kehendak, serta

gangguan proses pikir

biasanya menonjol,

halusinasi dan waham

biasanya ada tapi tidak

menonjol ) fleeting and

fragmentaty delusion and

hallucinations, dorongan

kehendak (drive) dan yang

bertujuan (determnation)

hilang serta sasaran

tidak terpenuhi

Page 18: Long Case Amel

ditinggalkan, sehingga

prilaku tanpa

tujuan (aimless) dan tanpa

maksud (empty of purpose)

Tujuan aimless tdan tampa

maksud (empty of

puspose). Adanya suatu

preokupasi yang dangkal,

dan bersifat dibuat-buar

terhadap agama, filsafat,

dan tema abstrak lainnya,

makin mempersukar orang

memahami jalan

pikirannya.

Tabel 4. Pedoman Diagnosa Skizofrenia Katatonik (F20.2)

No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan

Memenuhi criteria umum diagnosis

skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut

ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

a. Stupor ( amat

berkurangnya dalam

reaktivitas terhadap

lingkungan dan dalam

gerakan serta aktivitas

spontan) atau mutisme

(tidak berbicara)

b. Gaduh-gelisah (tampak

jelas aktivitas motorik yang

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Page 19: Long Case Amel

tak bertujuan, yang tidak

dipengaruhi oleh stimuli

eksternal).

c. Menampilkan posisi tubuh

tertentu (secara sukarela

mengambil dan

mempertahankan posisi

tubuh tertentu yang tidak

wajar atau aneh)

tidak terpenuhi

Tabel 5. Pedoman Diagnosis Skizofrenia Tak Terinci

Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan

(1) Memenuhi kriteria umu untuk

diagnosa skizofrenia

(2) Tidak memenuhi kriteria untuk

skizofrenia paranoid,

hebefrenik, katatonik.’

(3) Tidak memenuhi kriteria untuk

skizofrenia residual atau depresi

pasca skiszofrenia

Terpenuhi

Terpenuhi

Terpenuhi

Tabel 6. Pedoman Diagnosis Depresi paska skizofrenia (F20.4)

No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan

Apabila pasien tidak lagi

menunjukkan gejala skizofrenia

diagnosis menjadi episode depresi

Pedoman Diagnostik :

Pasien memenuhi kriteria

skizofrenia selama 12 bulan

terakhir ini.

Beberapa gejala skizofren tetap ada

tidak terpenuhi

Page 20: Long Case Amel

tetapi tidak lagi mendominasi gam

baran klinisnya.

Gejala gejala depresi menonjol dan

meng ganggu, memenuhi paling

sedi kit cri teria episode depresif

dalam kuru waktu paling sedikit 2

minggu

Tabel 7. Pedoman Diagnosa Skizofrenia residual F20.5

No. Pedoman Diagnosis Gejala pada pasien Kesimpulan

Untuk suatu diagnostik yang

menyakinkan , persyaratan

berikut harus di penuhi

semua:

(a) Gejala “Negatif” dari

skizofrenia yang menonjol

misalnya perlambatan

psikomotorik, aktifitas

menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan

ketidak adaan inisiatif,

kemiskinan dalam

kuantitas atau isi

pembicaraan, komunikasi

non verbal yang buruk,

seperti ekspresi muka,

kontak mata, modulasi

suara, dan posisi tubuh,

perawatan diri, dan kinerja

sosial yang buruk.

(b) Sedikitnya ada riwayat

satu episode psikotik yang

jelas dimasa lampau yang

memenuhi kriteria untuk

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

tidak terpenuhi

Page 21: Long Case Amel

diagnosa skizofrenia

(c) Sedikitnya sudah

melampaui kurun waktu

satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi

gejala yang nyata seperti

waham dan halusinasi

telah sangat berkurang

(minimal) dan telah timbul

sindrom negatif dari

skizofrenia

(d) Tidak terdapat dementia,

atau penyakit/gangguan otak

organik lainnya, depresi

kronis atau institusionla

yang dapat menjelaskan

disabilitas negatif tersebut.

tidak terpenuhi

Dari data diatas pasien dapat didiagnosis dengan Skizofrenia Tak Terinci.

J. PERMASALAHAN PASIEN

Kekambuhan yang berulang akibat tidak patuh minum obat.

Sindrom Skizofrenia

a. Afek tumpul, Hipomimik

b. Gangguan persepi (Halusinasi auditorik (+), visual (+))

c. Proses pikir (bentuk pikir non realistik)

d. Isi pikir (waham kendali piker, sisip pikir, sedot piker (+))

e. Insight : jelek

Page 22: Long Case Amel

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. SKIZOFRENIA

II.1.1. Pengertian

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat

berkembang kemudian.

Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu

gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan

Page 23: Long Case Amel

pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam

perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan,

‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak

acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

II.1.2. Epidemiologi

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di

berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir

sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan

biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki

biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada

perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi

pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan

daerah rural.

Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama

ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin.

Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri

merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari

pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.

II.1.3. Etiologi

Teori tentang penyebab skizofrenia yaitu :

1. Diatesis-Stress Model

Teori ini menggabungkan antara factor biologis, psikososial, dan lingkungan yang

secara kusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat menyebabkan

berkembangnya skizofrenia. Diamana ketiga factor tersebut saling berpengaruh

secara dinamis

2. Faktor Biologis

Dari factor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan bahwa

skizofrenia disebabkan oleh aktifitas dopaminergik yang berlebihan di bagian

kortikal otak dan berkaitan dengan gejala positf dari skizofrenia. Selain perubahan

yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT scan ternyata ditemukan

perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks atau

atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.

Page 24: Long Case Amel

3. Genetika

Factor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat umum

1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8%, dan pada anak 12% jika

salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari

orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua dengan skizofrenia 40%. Pada

kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12%

4. Faktor Psikososial

a. Teori Perkembangan

Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya

perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di tahun-tahun awal

kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah

interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan social

penderita skizofrenia

b. Teori Belajar

Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang menderita skizofrenia

mempelajari reaksi dan cara berpikir irrational orang tua yang mungkin

memiliki masalah emotional yang bermakna. Hubungan interpersonal yang

buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang karena mempelajari

model yang buruk selama anak-anak.

c. Teori Keluarga

Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan

skizofrenia. Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dari keluarga

disfungsional.

II.1.4. Klasifikasi Skizofrenia

F20.0 Skizofrenia paranoid

Merupakan jenis Skizofrenia yang paling sering dijumpai di Negara manapun.

Gambaran Klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relative stabil, sering

kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi, terutama

pendengaran dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan serta gejala katatonik tidak menonjol.

Page 25: Long Case Amel

F20.1 Skizofrenia hebefrenik

Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak jelas dan secara

umum dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang secara terputus-

putus, perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan. Suasana

perasaan pasien dangkal dan tidak wajar, sering disertai cekikikan (giggling) atau

perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri, atau sikap yang angkuh / agung

(lofty manner) , tertawa menyeringai (grimaces), keluhan hipokondriaka dan

ungkapan kata yng berulang-ulang.

F20.2 Skizofrenia katatonik

Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran esensial dan dominan dan

dapat bervariasi antara kondisi ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor, atau antara

sifat penurut yang otomatis dan negativism. Sikap dan posisi tubuh yang dipaksakan

(constrained) dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Episode

kegelisahan disertai kekerasan mungkin merupakan gambaran keadaan ini mencolok.

F20.3 Skizofrenia tak terinci

Kondisi-kondisi yang memenuhi criteria diagnose umum untuk skizofenia tetapi tidak

sesuai dengan satupun subtype yang lain, atau memperlihatkan gejala lebih dari satu

subtype tanpa gambaran predominasi yang jelas

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah

suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala kizofrenia harus tetap ada, tetapi

tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap ini dapat

positif atau negative, walaupun biasanya yang terakhir itu lebih sering.

F20.5 Skizofrenia residual

Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenik di

mana telah terjadi progesi yang jelas dari stadium awal (terdiri dari satu atau lebih

episode dengan gejala psikotik yang memenuhi criteria umum untuk skizofrenia di

atas), ke stadium lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala negative jangka

panjang, walaupun belum tentu ireversibel.

Page 26: Long Case Amel

F20.6 Skizofrenia simpleks

Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang bersifat

perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan untuk

memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan kinerja secara menyeluruh. Tidak

terdapat waham dan halusinasi, serta gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika

dibandingkan dengan skizofrenia subtype hebrefenik, paranoid dan katatonik. Cirri-

ciri negative yang khas dari skizofrenia residual (misalnya afek tumpul, hilangnya

dorongan kehendak) timbul tanpa didahului gejala psikotik yang overt.

II.1.5. Penegakan Diagnosis

Kriteria Diagnosis Skizofrenia

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)

diIndonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala ataulebih bila gejala-gejala itu kurang jelas) :

a) thought eco=isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalamkepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya

sama tapi kualitasnya berbeda.

thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya(withdrawal)

thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umummengetahuinya

b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatantertentu dari luar

delusion of influence= waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatantertentu dari luar

delusion of passivity= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadapsuatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” secara jelas

merujuk ke pergerakantubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan

atau penginderaan khusus)

Page 27: Long Case Amel

delusion perception= pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangatkhas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik

atau mukjizat

c) Halusinasi auditorik

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap

perilaku pasien

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara)

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

tubuh pasien)

d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, ataukekuatan dan kemampuan

di atas manusia biasa

Pedoman Diagnosis Skizofrenia Tak Terinci

a. Memenuhi Kriteria diagnosis Skizofrenia

b. Tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia paranoid, hebrefenik atau

katatonik

c. Tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depredi pasca

skizofrenia

II.1.6 PENATALAKSANAAN

a. Farmakoterapi

1) Anti Psikotik

Secara garis besar Obat anti psikotik terdiri dari :

Anti Psikotik Generasi 1

Terdiri atas

Broad Spectrum Neuroleptics

Memiliki efek utama pada blockade system dopaminergik (reseptor

dopamine tipe D2). Tetapi juga memiliki efek yang lain yaitu

- Menghambat neuron histaminergik (reseptor H1) sehingga

berefek sedasi

- Menghambat neuron kolinergik (reseptor muskarinik tipe

M1) sehingga menghambat gerakan psikomotor

Page 28: Long Case Amel

- Menghambat neuron adrenergic (reseptor α1) sehingga

menyebabkan hipotensi dan sedasi.

Contoh obat yang sering digunakan

a. Chlorpromazine

Chlorpromazine merupakan obat antipsikotik turunan phenotiazine.

Mekanisme kerjanya secara pasti tidak diketahui. Prinsip efek

farmakologinya adalah sebagai psikotropik dan ia juga mempunyai

efek sedatif dan anti-emetik. Chlorpromazine bekerja pada taraf

susunan saraf pusat, terutama pada tingkat subkortikal maupun pada

berbagai sistem organ. Chlorpromazine mempunyai efek anti-

adrenergik kuat dan antikolinergik perifer lemah, serta efek

penghambatan ganglion yang relatif lemah. Ia juga mempunyai efek

antihistamin dan antiserotonin lemah.

Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan

mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 3×25

mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis

tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

Long Term Neuroleptic

Bekerja lebih spesifik memblokade neuron dopaminergik, utamanya

pada reseptor D2, sehingga efek untuk mengatasi gejala psikotik

lebih besar.

a. Trifluoperazine (Stelazine)

Bekerja secara antagonis terhadap reseptor dopaminergik D2 di

postsinap. Memiliki efek menurunkan pengeluaran hormone pada

hipotalamus dan hipofisis. Waktu paruh yang dimiliki 24 jam

dengan metabolism pada hepar.

Dosis awal dapat diberikan 2-5 mg per hari kemudian dapat

dinaikkan menjadi dosis pemeliharaan 15-20 mg per hari tetapi

tidak boleh lebih dari 40 mg / hari.

b. Haloperidol

Haloperidol merupakan butirofenon pertama dari antipsikotik

utama.Kerja terapeutik obat-obat antipsikotik konvensional adalah

menghambat reseptor D2 khususnya di jalur mesolimbik. Hal ini

Page 29: Long Case Amel

menimbulkan efek berkurangnya hiperaktivitas dopamin pada jalur

ini, yang didalilkan sebagai penyebab simtom positif pada psikosis.

Haloperidol adalah salah satu obat yang umumnya digunakan

untuk mengobati pasien agresif dan berbahaya, walaupun mempunyai

efek samping yang berat, termasuk simtom-simtom ekstrapiramidal

dan akatisia.Semua antagonis reseptor dopamin diabsorpsi dengan baik

setelah pemberian oral, sedangkan pada preparat liquid lebih efisien

diabsorpsi dibandingkan dengan tablet atau kapsul.

Untuk gejala yang moderate dosis awalnya 0,5-2 mg per hari

sedangkan skizofrenia berat dapat diberikan 3-5 mg perhari, dengan

dosis maksimal 30 mg perhari.

Anti Psikotik Generasi II

APG II bekerja secara antagonis terhadap serotoninergik (5HT2 reseptor)

dan dopaminergik (D2 reseptor)

Efek Teraputik : mengatasi gejala psikotik seperti gejala positif, gejala

negative, dan terhindar dari efek merugikan obat misalnnya terjadinya

sindrom ekstrapiramidal.

a) Risperidone

Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas

antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)

dan pada reseptor dopamin tipe 2 sertaantihistamin (H1). Menurut

data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif

maupunnegatif.

Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat,

berbeda denganklozapin, sehingga dapat menginduksi gejala

ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yangmenonjol. Meskipun

demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal

secara kuantitatif” karena efek samping neurologis

ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.

Dosis awal yang digunakan 2 mg per hari yang dapat

ditingkatkan pada 24 jam dengan interval 1-2 mg per hari. Dosis

rekomendasi 4-8 mg per hari dengan waktu paruh 12 jam.

Page 30: Long Case Amel

b) Clozapin

Afinitasnya terhapap reseptor dopamine D4 dapat mengontrol

efek psikiatrik dan menurunkan efek EPS. Selain itu obat ini juga

menghambat reseptor hiatamin sehingga memiliki efek sedasi.

Waktu paruh obat ini 12 jam yang dimetabolisme di hepar.

Obat ini biasanya digunakan pada skizofrenia yang sudah resisten

dengan obat APG 1 dengan dosis awal 12,5 mg yang terbagi

dalam dua dosis yang dinaikkan dalam 25-50 mg perhari dengan

target dosis 300-450 mg perhari.

2) Anti parkinson

Triheksipenydil

Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral

lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi

penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan

asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf

pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis

toksik.

Pada pemberian oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak

terakumulasi dalam jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam

bentuk metabolitnya. Sehari 1 – 15 mg dibagi dalam 2 – 4 dosis. Dewasa :

awal 2 mg, atau 3 kali sehari dosis dinaikkan sampai diperoleh hasil yang

diharapkan.Untuk reaksi ekstrapiramidal kecuali “tardive” dyskinesia.

Dewasa: awal 1 mg, jika gejala tidak terkontrol dalam beberapa jam dosis

ditingkatkan  sehingga hilang gejala. Dosis sehari 5 – 15 mg, dosis 15 –

20 mg jarang dibutuhkan.

b. Psikoterapi

Terhadap Pasien yang belum membaik

Terapi Perilaku: yaitu menggunakan hadiah ekonomi atau pujian

untuk mendorong pasien mau meningkatkan kemampuan social,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal

Page 31: Long Case Amel

Terapi Kelompok : yaitu dengan beberapa klien berkumpul dan saling

berkomunikasi dan therapist berperan sebagai fasilitator dan pemberi

arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback

tentang pikiran dan perasaan yang dialami dan peserta diposisikan

untuk berkomunikasi.

Terhadap pasien jika sudah membaik :

pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan dan

efek samping pengobatan

memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol

apabila sudah diperbolehkan pulang

menekankan pada pasien bahwa jika pasien tidak minum obat

gejalanya akan muncul kembali dan jika ada efek samping pada obat

segera beritahu dokter.

membantu pasien menerima realita dan menghadapinya

membantu pasien agar dapat kembali melakukan kegiatan sehari-

harinya

menambah kemahiran / keterampilan yang dimiliki

pasien dilatih untuk bagaimana melawan gejala yang timbul kembali

PsikoedukasiTerhadap keluarga :

Memberikan pengertian dan penjelasan pada keluarga

tentangpenyakit yang diderita pasien

Menyarankan pada keluarga pasien agar lebih berpartisipasidalam

pengobatan pasien agar kontrol dan minum obat nya teratur.

Menyarankan pada keluarga untuk membentuk suasana

danlingkungan yang kondusif bagi perkembangan

penyembuhanpasien.

Edukasi masyarakatLingkungan masyarakat pasien masih tabu terhadap penyakit jiwa,

sehingga kemungkinan pasien selalu dilecehkan adalah cukup besar. Itulah

yang menghambat penyembuhan pasien, dan meningkatkan kemungkinan

kambuhnya penyakit pasien.

Page 32: Long Case Amel

Penting dilakukan edukasi kepada masyarakat khususnya di sekitar

pasien tinggal, untuk mensosialisasikan pengertian penyakit jiwa yang

sebenarnya. Diharapkan masyarakat akan mengerti sehingga dapat

memperlakukan pasien selayaknya manusia yang berhak untuk dihargai.

II.1.7. Kekambuhan Skizofrenia

Perawatan pasien skizofrenia cenderung berulang ( recurrent ), apapun bentuk

subtipe penyakitnya. Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada pasien skizofrenia yang

hidup bersama anggota keluarga yang penuh ketegangan, permusuhan dan keluarga

yang memperlihatkan kecemasan yang berlebihan. Tingkat kekambuhan dipengaruhi

juga oleh stress dalam kehidupan, seperti hal yang berkaitan dengan keuangan dan

pekerjaan. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien

dengan skizofrenia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat

Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan

yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya,

Sukarnya memperoleh obat di luar rumah sakit,

Mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga yang

mungkin bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat kepada

pasien.

Pasien cenderung menjadi putus asa dengan program terapi yang lama dan

tidak menghasilkan kesembuhan kondisi

Makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan pasien

Frekuensi pemberian obat yang mengganggu jadwal harian pasien

Adanya Efek samping dari obat yang merugikan pasien.

Rasa obat dan warna yang tidak disukai pasien

A. PROGNOSIS

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.

Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis

spesifik di Tabel dibawah ini

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat / tua Onset muda

Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas

Page 33: Long Case Amel

Onset Akut Onset Tidak jelas

Riwayat seksual, sosial, pekerjaan

premorbid baik

Riwayat seksual, sosial, pekerjaan

premorbid tidak baik

Gejala gangguan mood (terutama

depresi)

Perilaku menarik diri, autistik

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian

orangyang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi

umum.Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup

dalammasyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab

utama kematiandi negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya,

telahmuncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada

orang dengangangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%,

sekitar 12 kali lebihtinggi dari populasi umum.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada Alloanamnesa pada keluarga Ny M, ditemukan stressor awal yang menyebabkan

terjadinya gangguan adalah tidak disetujuinya hubungan dengan orang yang sangat

disukainya hanya karena dianggap tidak cocok berdasarkan hitungan jawa. Ayah pasien juga

mendidik pasien dengan keras dan tidak mau mendengarkan pendapat anaknya. Kepribadian

pasien sendiri juga pendiam dan jarang bersosialisasi yang cenderung kea rah schizoid.

Selama delapan bulan terakhir pasien tidak mau minum obat dan selalu membuang obat yang

diberikan.

Dari pemeriksaan psikiatri pasien dapat ditemukan gejala-gejala seperti waham

bizarre yaitu waham sisip pikir (merasa pikirannya terkadang disisipi pikiran orang lain yaitu

anaknya), waham kendali piker (merasa pikirannya dikendalikan orang lain sehingga pasien

menjadi marah), dan waham sedot piker (pikirannya sering kosong karena diambil oleh orang

lain. Selain itu juga terdapat gejala halusinasi baik visual (melihat dirinya sendiri sedang

Page 34: Long Case Amel

melakukan aktifitas tertentu) maupun auditorik (mendengar temannya atau anaknya

membisikkan sesuatu. Afek pada pasien ini juga termasuk tumpul dan hipomimik.

Dari gejala pasien di atas memenuhi criteria diagnosis sebagai Skizofrenia (F20).

Untuk jenis dari skizofrenia sendiri didapatkan diagnosis skizofrenia tak terinci karena tidak

memenuhi criteria dari Skizofrenia paranoid, hebrefenik, katatonik, residual dan depresi

pasca skizofrenia.

Terapi psikofarmaka yang diberikan adalah antipsikotik dan antiparkinson.

Haloperidol termasuk dalam obat anti-psikosis tipikal (long term), dimana mekanisme kerja

dari obat ini adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,

khususnya di sistem limbik dan sistem ekstra piramidal, sehingga efektif untuk mengatasi

gejala gejala positif. Dalam kasus ini ditemukan gejala gejala positif yang menonjol yaitu

gangguan isi pikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi). Haloperidol sendiri memiliki

efek sedative lemah karena tidak menghambat reseptor histaminergik sehingga digunakan

pada pasien skizofrenia dalam terapi jangka panjang

Stelazine sendiri berisi trifluoperazin, satu golongan dengan haloperidol yaitu anti

psikotik generasi satu yang long term, sehingga memiliki efek sedasi lemah tetapi tetap

berefek pada ekstrapiramidal sindrom. Selain itu juga diberikan cozapin yang termasuk

golongan atypical (APG II) sehingga dapat meminimalisasi efek ekstrapiramidal syndrome

karena bekerja antagonis terhadap reseptor serotoninergik. Biasanya clozapine digunakan

pada gangguan psikotik yang sudah relaps dan tidak berefek pada obat yang sebelumnya.

Trihexyphenidil merupakan antiparkinson yang dapat menghilangkan reaksi ekstrapiramidal

akibat obat. Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat

daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson.

Pada pasien ini, selain terapi farmakologis dapat juga dilakukan psikoterapi, baik

individual, kelompok, maupun keluarga. Pada psikoterapi individual, dapat dilakukan edukasi

tentang apa itu penyakit skizofrenia sampai pentingnya minum obat. Kekambuhan pada

pasien ini disebabkan oleh pasien yang menolak minum obat karena merasa tubuhnya

menjadi bertambah gemuk dan kadang terasa bergetar. Sehingga, perlu dilakukan edukasi ke

pasien tentang efek samping dari obat itu sendiri dan pentingnya minum obat teratur agar

tidak terjadi kekambuhan. Selain itu, edukasi tentang obat juga penting untuk diberitahukan

kepada keluarga mulai dari kegunaan obat, efek samping, dan akibat jika berhenti minum

Page 35: Long Case Amel

obat sehingga keluarga senantiasa dapat selalu mengngatkan anaknya apabila pasien menolak

untuk minum obat.

DAFTAR PUSTAKA

1) Muslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta

2) Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri Ilmu

Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi VII, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara; 2007.

3) Soewadi. 2002. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kedokteran

Jiwa FK UGM.

4) Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1993. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan ke3.

Departemen Kesehatan : Jakarta.