lo 5,6,7
Transcript of lo 5,6,7
Anestesi Lokal
Definisi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran Gigi
• Anestesiologi ilmu yang mendasari usaha dalam hal pemberian anestesi dan analgesik serta menjaga keselamatan penderita
• Anestesi bersifat reversibel dan sementara• Mekanisme kerja anestesi lokal memblok konduksi
atau lorong Na pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf. Setelah keluar dari saraf pulih konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanda diikuti oleh kerusakan struktur saraf
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal
• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
• Batas keamanan harus besar• Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa• Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan
bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama• Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang
stabil, juga stabil terhadap pemanasan
Indikasi dan Kontra Indikasi Anestesi Lokal
Anestesi Lokal
Infiltrasi
Pembedahan minor
Perawatan gigi
Blok Saraf
Pembedahan
Prawatan gigi
Prosedur diagnosis
Pengontrolan Rasa Sakit
Indikasi
• Ekstraksi gigi• Apikoektomi• Gingivektomi• Gingivoplasti• Bedah Periodontal• Pulpektomi• Pulpotomi• Alveoplasti• Bone grafting• Implant • Perawatan fraktur rahang• Reimplantasi avulsi
Kontraindikasi
• Adanya infeksi / inflamasi akut pada daerah injeksi, bila melakukan anestesi secara injeksi. Hindari bloking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar
• Penderita hemophilia, Christmas Disease, Von Willebrand Disease
• Alergi kandungan dari anestesi lokal tersebut
• Penderita hipertensi• Penderita penyakit
hati/liver
Persiapan Pra Anestesi
Persiapan diri anestetis• Harus sehat fisik dan psikis, memiliki pengetahuan dan
keterampilan anestesi yang memadai, dan memiliki mental yang baik
Persiapan alat dan bahan• Alat yang digunakan adalah syringe untuk menyuntikkan bahan
atau agen anestesi lokal ke daerah yang akan dianestesi.
Persiapan pasien• Dilakukan anamnesis menanyakan tentang riwayat penyakit
yang pernah atau sedang diderita, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat alergi, dan juga keluhan-keluhan yang mungkin dialami oleh pasien
Komplikasi Anestesi Lokal1) Kerusakan jarum
Penyebab kerusakan jarum
• membengkoknya sebelum di insersi dalam mulut pasien, dapat juga terjadi karena pergerakan pasien yang berlebihan secara tiba-tiba sehingga jarum penetrasi ke dalam otot.
Perawatan jika jarum patah
• Tetap tenang, jangan panic• Instruksikan pasien tidak
bergerak, jaga mulut pasien agar tetap terbuka. Gunakan bite block dalam mulut pasien
• Jika patahan masih terlihat, coba untuk mengambilnya
Pencegahan kerusakan jarum
• Tidak menggunakan jarum yang terlalu pendek untuk blok saraf inferior alveolar pada orang dewasa
• Tidak menggunakan jarum berukuran 30 untuk blok saraf inferior alveolar pada orang dewasa atau anak-anak
• Tidak membengkokan jarum ketika memasukan dalam jaringan lunak
• Tidak memasukan jarum kedalam jaringan lunak sampai ke pusatnya, kecuali jika benar-benar diperlukan untuk penyuntikan
• Berikan perhatian lebih jika memasukan jarum pada anak kecil atau pada orang yang takut (phobia) jarum
• Mati rasa selama beberapa jam atau berhari-hari setelah anestesi lokal
• bisa karena trauma pada beberapa saraf, injeksi anestesi lokal yang terkontaminasi alcohol atau cairan sterilisan yang dapat menyebabkan iritasi sehingga edema sampai parastesi.
Parastesi
• Paralisis sebagian dari cabang trigeminal terjadi pada blok saraf infraorbital atau infiltrasi kaninus maksila, sehingga menyebabkan otot kendur.
• Dapat disebabkan karena kesalahan injeksi anestesi lokal
Paralisis Nervus Fasial
• trauma pada otot atau pembuluh darah pada fossa infratemporal sehingga menyebabkan kejang tetanik yang berkepanjangan dari otot rahang dengan pembukaan mulut menjadi terbatas
Trismus
• Trauma pada bibir dan lidah akibat pasien tidak hati-hati menggigit bibir atau menghisap jaringan yang teranastesi, sehingga menyebabkan pembengkakan dan nyeri yang signifikan
Luka Jaringan Lunak
• terjadi karena kebocoran arteri atau vena setelah blok nervus alveolar superior posterior atau nervus inferior
• Pembengkakan dan perubahan warna pada region yang terkena dapat terjadi setelah 7 sampai 14 hari.
Hematoma
• Teknik injeksi yang tidak hati-hati dan tidak berperasaan
• Jarum tumpul akibat pemakaian injeksi multiple
• Deposisi cepat pada obat anestesi lokal kerusakan jaringan
• Jarum dengan mata kail
Nyeri
• Bila obat anestesi mengandung pH yang asam (kira-kira pH 5)
• injeksi yang terlalu cepat, biasanya pada palatal
• Kontaminasi alcohol dan larutan sterilisasi
Rasa Terbaka
r
• kontaminasi jarum sebelum administrasi anestesi.
• Kontaminasi terjadi saat jarum bersentuhan dengan membran mukosa.Infeksi
• terjadi karena trauma sebelum injeksi, infeksi, alergi, hemoragi, jarum yang teriritasi, serta hereditary angioderma.
• Edema pada lidah, faring, dan laring dapat berkembang pada situasi gawat darurat.
Edema
• Iritasi yang berkepanjangan atau iskemia pada gusi akan menyebabkan beberapa komplikasi seperti deskuamasi epitel dan abses steril
Pengelupasan Jaringan
• Pasien sering melaporkan setelah 2 hari dilakukan anestesi lokal timbul ulserasi pada mulut mereka, terutama di sekitar tempat injeksi
• Biasanya pasien mengeluh adanya sensitivitas akut pada area ulcer.
Lesi intraoral post anestesi
TEKNIK BLOK ANESTESI UNTUK PENCABUTAN GIGI RAHANG BAWAH
Nadia Amanda N
ANESTESI BLOK FISHER’S
• anestesi satu regio pada rahang bawah.
• saraf teranestesi N. Alveolaris inferior, cabang dari N. V3, N. Insisivus, N. Mentalis, dan N. Lingualis.
(Malamed, 2013)
• Area teranestesi geligi mandibular sampai midline, corpus mandibula, ramus inferior, mukoperiosteum bukal, mukus membrane anterior pada mandibula gigi molar pertama, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, serta jaringan lunak lingual dan periosteum
• Indikasi– prosedur pada gigi rahang bawah multiple pada satu
region,– anestesi jaringan lunak buccal,– anestesi jaringan lunak lingual.
• kontraindikasi– infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi, – pasien dengan kemungkinan untuk menggigit jaringan
lunak yang teranestesi
(Malamed, 2013)
• Keuntungan– injeksi anestesi di satu tempat memberikan anestesi
pada area yang luas pada satu region
• Kerugian– persentase anesthesia yang tidak cukup,– intraoral landmark tidak terlihat,– kadang terjadi aspirasi positif anestesi lingual dan bibir
bawah menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
(Malamed, 2013)
TEKNIK:
• Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi molar ketiga digeser ke lateral untuk mencari linea oblique eksterna digeser ke median untuk mencari linea oblique interna melalui trigonum retromolar
(Malamed, 2013)
• Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir
• lalu jarum dimasukkan kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar sampai terasa kontak dengan tulang.
(Malamed, 2013)
• Syringe kemudian digeser kea rah sisi yang akan dianestesi
• sejajar dataran oklusal• jarum ditusukkan lebih lanjut sedalam 6mm
lalu lakukan aspirasi• Bila aspirasi negative, larutan anestesi lokal
dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N. Lingualis.
(Malamed, 2013)
• Syringe digeser lagi kearah posisi pertama namun tidak penuh, sampai region caninus,
• kemudian jarum ditusukkan lebih dalam kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa konta jarum dengan tulang.
• Lakukan kebali aspirasi, bila negative, larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk menganestesi N. Alveolarius inferior.
(Malamed, 2013)
ANESTESI BLOK N. BUCCINATORIUS (BUCCAL NERVE BLOCK)
• menganestesi daerah pipi dan membrane mukosa bukal pada region gigi molar
• Saraf yang teranestesi N. Buccal yang merupakan cabang dari N. V3 yang mempersarafi jaringan lunak dan periosteum buccal sampai gigi molar mandibular
(Malamed, 2013)
• Indikasi– prosedur dental pada region gigi molar rahang
bawah
• Kontraindikasi– infeksi atau terdapat inflamasi akut pada area
injeksi
(Malamed, 2013)
TEKNIK:
• 25- atau 27-gauge jarum panjang.• Sebuah jarum panjang dianjurkan situs
deposisi posterior, bukan kedalaman penyisipan jaringan (yang minimal).
• Lokasi penyisipan: membran mukosa distal dan bukal untuk gigi molar paling distal di lengkungan
(Malamed, 2013)
• daerah Target: saraf bukal sampai melewati perbatasan anterior ramus
• Landmark: molar mandibula, mucobuccal fold
• Orientasi bevel: Menuju tulang selama injeksi
(Malamed, 2013)
s• Asumsikan posisi yang benar– saraf bukal kanan pukul 8 langsung menghadap
pasien – saraf bukal kiri pukul 10 menghadap diarah yang
sama dengan pasien
(Malamed, 2013)
• Posisi pasien terlentang (dianjurkan) atau semisupine
• Siapkan jaringan untuk penetrasi di distal dan bukal molar paling posterior.
(1) kering dengan kasa steril.(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).(3) Terapkan anestesi topikal selama 1 sampai 2 menit.
(Malamed, 2013)
• Dengan jari telunjuk tarik jaringan lunak bukal di daerah injeksi ke lateral visibilitas
• jaringan yang kencang memungkinkan jarum atraumatic penetrasi.
• Arahkan jarum suntik menuju tempat suntikan bevel ke arah tulang jarum suntik sejajar dengan bidang oklusal di sisi injeksi tapi lebih bukal dari gigi
• Menembus selaput lendir di tempat suntikan, lebih distal dan bukal dari molar terakhir
(Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• majukan jarum perlahan-lahan sampai mucoperiosteum yang lembut tersentuh.– ↓rasa sakit lokal anestesi sebelum kontak.– Kedalaman lebih dari 2 sampai 4 mm, dan
biasanya hanya 1 atau 2 mm.• Aspirasi• Negatif 0,3 mL (sekitar seperdelapan dari
cartridge) lebih dari 10 detik.– jaringan di balon tempat suntikan (menjadi
bengkak selama injeksi)hentikan deposit solusi
(Malamed, 2013)
• Tarik jarum suntik secara perlahan dan segera amankan jarum
• Tunggu sekitar 3 sampai 5 menit sebelum memulai prosedur dental yang direncanakan
(Malamed, 2013)
ANESTESI BLOK GOW-GATES
• memblok saraf mandibular yang sesungguhnya karena mencakup anestesi sensoris pada keseluruhan distribusi saraf V3.
• Injeksi ini memblok saraf alveolar inferior, lingual, mylohyoid, mental, insisif, auriculoteporal dan bukal.
(Malamed, 2013)
• Indikasi– Prosedure multiple pada gigi mandibular– anestesi jaringan lunak bukal dari molar ketiga
hingga ke midline, – anestesi jaringan lunak lingual– kegagalan dengan blok saraf alveolar inferior
konvensional.
(Malamed, 2013)
TEKNIK:• jarum panjang 25-gauge• Area insersi : membrane mukosa pada mesial ramus
mandibular, diatas garis dari intertragic notch menuju ke sudut mulut, lebih distal ke molar kedua maksila
• Area target : bagian lateral dari leher kondilus, dibawah insersi otot pterygoid lateral.
(Malamed, 2013)
• 4. Landmark– Extraoral
(1) Batas bawah tragus (intertragic notch): landmark yang tepat adalah ditengah meatus auditori ekternal yang bersembunyi pada tragus: batas bawahnya didapatkan melalui bantuan visual
(2) Sudut mulut
(Malamed, 2013)
– Intraoral(1) Tinggi injeksi ditetapkan dengan menempatkan ujung jarum dibawah mesiolingual (mesiopalatal) cusp molar kedua maksila
(2) Penetrasi jaringan lunak yang lebih distal dari molar kedua maksila
(Malamed, 2013)
• Posisi operator yang benar(1) Gow-Gates kanan jam 8 menghadap ke
pasien(2) Gow-Gates kiri jam 10 menghadap searah
dengan arah kepasien.
(Malamed, 2013)
• Posisi pasien– terlentang (direkomendasikan) /semi terlentang.– Minta pasien untuk memperpanjang lehernya &
membuka mulut lebar selama teknik.
(Malamed, 2013)
• Tempatkan telunjuk kiri atau ibujari pada coronoid notch.
• Visualisasi landmark intraoral(1) Cusp mesiolingual (mesiopalatal) molar kedua maksila(2) Area penetrasi jarum adalah bagian distal molar kedua maksila
• Mengarahkan suntikan (dengan tangan kanan) menuju area injeksi dari sudut mulut diatas sisi berlawanan
(Malamed, 2013)
• Masukan jarum dengan gently ke jaringan pada area injeksi pada distal molar kedua maksila dengan ketinggian pada cusp mesiolingual (mesiopalatal)
• Luruskan jarum dengan bidang perluasan dari sudut mulut ke intertagic notch darea injeksi. Sejajar dengan sudut antara telinga dan wajah
(Malamed, 2013)
• Mengarahkan suntikan menuju area target di tragus(1) Barel suntikan membentang dalam sudut mulut melewati premolar, tetapi posisinya mungkin berbeda dari molar ke incisor tergantung pada divergensi ramus yang dinilai oleh sudut telinga ke wajah(2) Tinggi insersi diatas bidang oklusal mandibular lebih besar (10-25mm, tergantung ukuran pasien) daripada blok saraf alveolar inferior(3) Jika hadir molar ketiga mandibular dalam oklusi yang normal, maka area penetrasi jarum akan berada di distal gigi tersebut
• Perlahan masukan jarum sampai berkontak dengan tulang.(1) Berkontak dengan tulang leher kondilus(2) Rata-rata 25mm(3) Jika tidak berkontak dengan tulang, tarik jarum sedikit dan alihkan ke sisi lain.Pindahkan barel suntikan lebih ke distal, dengan mengangulasikan ujung jarum ke anterior dan masukan kembali jarum hingga berkontak dengan tulang(4) Jangan mengalirkan anestesi lokal jika belum berkontak dengan tulang
(Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• Tarik jarum 1mm• Aspirasi• Positif tarik jarum sedikit, arahkan sudut ke
superior, masukan kembali, re-aspirasi dan jika sekarang negative, alirkan larutan. Aspirasi positif terjadi pada arterimaksila internal yang terletal inferior pada area target.
• Negative alirkan 1.8ml larutan dalam durasi 60-90 detik.
s• Tarik suntikan dan amankan jarum• Instruksikan pasien untuk tetap membuka mulutnya
selama 1-2 menit setelah injeksi untuk mendapatkan penyebaran larutan anestesi
• (1) Gunakan rubber bite block untuk membantu pasien tetap membuka mulutnya.
• Setelah injeksi selesai, kembalika posisi pasien tegak atau semitegak
• Tunggu minimal 3-5 menit sebelum melakukan prosedur dental. Onset anestesi dari Gow-Gates kadang terlambat, bisa 5-7 menit, dikarenakan:(1) Diameter batang saraf pada area injeksi yang lebih besar(2) Jarak (5-10mm) dari area deposisi anestesi ke batang nerve
(Malamed, 2013)
ANESTESI BLOK AZIRANI-AKINOSI CLOSED-MOUTH MANDIBULAR
• Indikasi utamanya pada situasi pembukaan mandibular terbatas . Seperti situasi yang menyertai kehadiran spasm dari otot astikasi (trismus) pada salah satu sisi mandibular
(Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• Saraf yang teranestesi1. Inferor alveolar2. Mental3. Incisive4. Lingual5. Mylohyoid
• Area teranestesi1. Gigi mandibular hingga ke midline2. Badan mandibula, bagian inferior ramus3. Mucoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramenmental4. 2/3 anterios lidah dan dasar kavitas oral (saraf linual)5. Jarigan lunak lingual dan periosteum
(Malamed, 2013)
• Indikasi1. Pembukaanmandibula terbatas2. Multiple prosedur pada gigi mandibular3. Ketidakmampuan memvisualisasikan landmarks untuk IANB
• Kontraindikasi1. Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi2. Pasien dnegankebiasaan menggigit bibir atau lidah, seperti anak kecil atau orang dewasa yang cacat mental atau fisiknya (handicapped)3. Ketidakmampuan memvisualisasikan atau mendapatkan akses ke aspek lingual ramus
(Malamed, 2013)
• jarum panjang 25-gauge (meski panjang 27-gauge mungkin dipilih untuk pasien dengan ramus flare lebih kelateral daripada biasanya)
• Area insersi : jaringan lunak diatas batas medial (lingual) ramus mandibular yang langsung bersebelahan ke tuberositas maksilari pada ketinggian dari mucogingiva junction sebelah molar ketiga maksila
(Malamed, 2013)
• Area target : batas medial (lingual0 ramus dalam region saraf alveolar inferior, lingual dan mylohyoid yang bejalan ke inferior dari foramen ovale menuju foramenmandibula (ketinggianinjeksi Vazirani-Akinosi berada dibawah Gow-Gates, tapi diatas IANB)
• Landmark a. Mucogingival junction molar ketiga atau kedua maksilab. Tubeositas maksilarisc. Coronoid notch ramus mandibular
• Orientasi bevel : diorientasikan menjauhi tulang dari ramus mandibular ( bevel menghadap ke midline)
TAHAPAN
(Malamed, 2013)
• Posisi operator yang benar : untuk Vazirani-Akinosi kiri dan kanan, untuk administrator tangankanan, duduk pada posisi jam 8 menghadap ke pasien.
• Posisi pasien telentang (direkomendasikan) atau semi terlentang
• Letakan index finger kiri atau ibu jari pada coronoid notch , mencerminkan jaringan pada aspek medial ramus kelateral. Mencerminkan jarikan lunak membentuk dalam visualisasi area injeksi dan menurunkan trauma selama insersi jarum
(Malamed, 2013)
• Visualisasi landamark(1) Mocogingival junction molar ketga atau kedua(2) Tuberositas maksilaris• Persiapjan jaringan pada area penetrasi(1) Keringkan dengan gauze steril(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3) Aplikasikan topical anestesi
(Malamed, 2013)
• Instruksikan pasien untuk beroklusi dengan gently dengan keadaan pipi dan otot mastikasi tetap direlekskan.
• Pegang barel suntikan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum berada di level mucogingival junction dari molar ketiga atau kedau maksila
• Mengarahkan jarum ke posterior dan agak ke lateral, sehingga masuk ke pada sebuah garis singgung (tangen) ke prosesus alveolar maksilaris posterior dan sejajar dengan bidang oklusal maksila
(Malamed, 2013)
• Orientasi bevel menjauh dari ramus mandibular: oleh karena jarum maju melewati jaringan, pembelokan jarum akan timbul menuju ke ramus dan jarum mendekati saraf alveoral inferior.
(Malamed, 2013)
• Masukan jarum 25mm kedalam jaringan ( rata2 ukuran orang dewasa). Jarak ini diukur dar tuberositas maksila. Ujung jarum harus berada pada pertengahan ruang pterygomandibula, yang dekat dengan cabang V3
(Malamed, 2013)
• Aspirasi• Negative alirkan 1,5-1,8ml larutan anestesi , dalam
durasi kira-kira 60 dekit• Tarik suntikan perlahan dan segera amankan jarum.• Setelah injeksi, kembalikan posisi pasien tegak lurus
atau semi tegak lurus• Paralisis saraf motoric akan berkembang secepat
atau lebih cepat daripada anestesi sensoris. • Anestesi bibir dan lidah akan disadari dalam 40-90
detik; prosedur dental dapat dimulai setelah 5 menit
TEKNIK MENTAL NERVE BLOCK• Saraf mental adalah akhiran cabang dari saraf alveolar inferior.
Keluar dari foramen mentale pada atau dekat apeks premolar mandibular, yang menyediakan inervasi sensoris ke jaringan bukal diatas anterior foramen dan jaringan lunak dibawh bibir bawah dan dagu pada area injeksI
1. Direkomendasikan jarum pendek 25 atau 27 gauge2. Area insersi : mucobuccal fold pada atau anterior ke foramen mental3. Area target : saraf mental keluar dari foramen mental ( biasanya berada diantara apeks premolar pertama dan kedua)4. Landmark : premolar mandibular dan muccobuccal fold5. Orientasi bevel : menuju ke tulang selama injeks
(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan, administrator pengguna tangan kanan, duduk dengan nyaman didepan pasien sehingga jarum dapat ditempatkan kedlam mulut dibawah garis penglihatan pasien
(2) Posisi operator duduk dibelakang pasien , namun hal ini dapat menyebabkan trauma psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada garis penglihatan pasien.
b. Posisi pasien(1) Direkomendasikan terlentang atau hampir terlentang(2) Mendekatlah kearah pasien untuk mempermudah akses ke area injeksi
c. Lokasi foramen mental(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan tekan melawan badanmandibula di area molar pertama(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai tulang dibawah jari terasa irregular dan sedkit cekung(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental akan teraba halus (smooth) ; namun, tulang sekitar foramen akan teraba kasar. (b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara apeks kedua premolar. Namun, mungkin saja ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari sisi ini.(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakiT karena penekanan jari ini Menyebabkan saraf foramen terttekn kearah tulang.(3) Jika ada radiografi, letak foramen mental dapat diperkirakan
d. Persipan jaringan pada area penetrasi(1) Keringkan dengan steril gauze(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3) Aplikasikan topical anetesie. Dengan index finger kiri tarik bibir bawah dan jaringan lunak bukal kearah lateral(1) Meningkatkan visibilitas(2) Menegangkan jaringan sehingga penetrasi tidak sebabkan traumaf. Orientasi suntikan dengan bevel mengarah ke tulan
g. Penetrasi membrane mukosa pada lokasi injeksi, pada kanin atau premolar pertama,arahakan suntikan menuju foramen mentalh. Masukan jarum perlahan sampai mencaoai foramen. Kedalaman penetrasi akan 5-6mm. untuk keberhasilan blok saraf mental tidak perlu mencapai formaen mentali. Aspirasij. Jika negative, perlahan alirkan 0,6ml ( kira0kira 1/3 cartridge) dalam 20 detik. Jika jaringan pada lokasi injesi membengkak , hentikan aliran dan pindahkan suntikank. Tarik suntikan dan segera amankan jaruml. Tunggu 2-3 menit sebslum memulai prosedur dental
TEKNIK ANESTESI INFILTRASI RAHANG ATAS
• Jarum pendek ukuran 25 atau 27 direkomendasikan.
• Area insersi jarum: pada mucobuccal fold di atas apeks gigi yang dianestesi
• Target area: regio apeks akar gigi • Bevel harus menghadap tulang
(Malamed, 2013)
PROSEDUR
• Siapkan jaringan yang mau diinjeksi. Jaringan tersebut dibersihkan dengan antiseptik topikal dan anestesi topikal.
• Arahkan jarum sedemikian rupa sehingga bevel menghadap tulang
• Angkat bibir, tarik jaringan• Tahan syringe paralel dari long axis gigi dan
diinsersikan pada mucobuccal fold
(Malamed, 2013)
• Insersikan jarum ke mucobuccal fold menuju ke area target.
• Masukan bevel sampal ke bagian atas regio apeks gigi• aspirasi negatif masukan solusi injeksi 0,6 ml (1/3 dari
cartridge) perlahan-lahan dalam waktu 20 detik. Jangan sampai jaringan membesar.
• Secara perlahan tarik syringe keluar.• Tunggu 2-3 menit sebelum dilakukannya dental• Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa “baal”
pada area administrasi dan pasien tidak merasakan sakit saat dilakukan perawatan.
(Malamed, 2013)
TEKNIK ANESTESI INFILTRASI UNTUK RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH
• Infiltrasi lokal teknik injeksi supraperiosteal /teknik paraperiosteal injeksi
• saraf teranastesi cabang terminal dental plexus yang besar.
• Area teranestesi – keseluruhan regio yang diinervasi oleh cabang
terminal dental plexus yang besar– pulpa dan area akar gigi– Periosteum, connective tissue, dan membran mukosa
buccal
(Malamed, 2013)
• Indikasi– anestesi pulpa gigi RA & RB ketika perawatan dibatasi hanya
pada satu atau dua gigi – anestesi jaringan lunak untuk prosedur bedah untuk area yang
terbatas
• Kontraindikasi– infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi– tulang yang padat yang ditutupi oleh apeks gigi.
(Malamed, 2013)
Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi:
1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.
2) Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal fold atau 1 – 1 ½ mm dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.
3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.
4) Keluarkan anastetikum 1 cc dengan pelan-pelan, penyuntikan yang terlalu cepat menyebabkan obat anastesi menyebar ke daerah yang lebih luas sehingga hanya terjadi anastesi ringan.
5) Untuk anastesi daerah palatinal, tusukan pada mukosa palatinal + 1/3 dari jarak pinggiran gusi gigi yang akan dicabut.
6) Tekan sedikit waktu jarum ditusukkan, kemudian keluarkan obat anastesi 0,5 ml.
TEKNIK ANESTESI INFILTRASI RAHANG BAWAH
• Teknik anestesi infiltrasi umumnya jarang digunakan untuk rahang bawah cortical plate pada rahang bawah tebal larutan anestesi tidak dapat berdifusi ke tulang kanselosa dan ke dalam saraf yang mensuplai pulpa gigi.
(Malamed, 2013)
TAHAP
1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.2) Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal fold
atau 1 – 1 ½ mm dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.
3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.
4) Keluarkan anastetikum 2cc pada sulkus bukal5) Sambil jarum ditarik deponir kembali anastestikum 0,2 cc
untuk memperoleh matirasa maksimum6) Bukal infiltrasi 0,5 – 1,0 cc cukup untuk menganastesi
jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut(Malamed, 2013)
TEKNIK BLOK ANESTESI NERVUS PALATINUS
GREATER PALATINE NERVE
anestesi bagian posterior dari palatum
keras
NERVUS NASOPALATINUS
anestesi dari palatum keras anterior
(Malamed, 2013)
TEKNIK ANESTESI BLOK PALATINE ANTERIOR NERVE (GREATER PALATINE)
• Ketika anestesi palatal diberikan, stabilkan jarum dengan kedua tangan.
(Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• untuk prosedur gigi yang melibatkan jaringan lunak palatal yang lebih distal dari canine.
• Area yang dianestesi bagian posterior palatum keras dan jaringan lunak dibawahnya, ke anterior sejauh premolar pertama dan secara medial ke garis median.
Gambar 2. Area yang dianestesi dengan greater palatine nerve block (Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• Jarum pendek ukuran-27direkomendasikan.• Lokasi penyisipan: jaringan lunak sedikit anterior dari
foramen palatine besar.• Daerah Target: greater palatine nerve ke anterior antara
jaringan lunak dan tulang dari palatum keras (Gambar 2. )
Gambar 2. Area target untuk blok greater palatine nerve (Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• Landmark: greater palatine foramen dan persimpangan proses alveolar rahang atas dan tulang palatum.
• Jalur penyisipan: memajukan jarum suntik dari sisi berlawanan dari mulut pada sudut kanan ke daerah sasaran.
• Orientasi bevel: menuju jaringan lunak.
TAHAPAN
(Malamed, 2013)
– Asumsikan posisi yang benar(1) greater palatine nerve kanan administrator menghadap pasien pada posisi jam 7 atau 8(2) greater palatine nerve kiri administrator menghadap dalam arah yang sama dengan pasien pada posisi jam 11.
(Malamed, 2013)
– Minta pasien, yang berada dalam posisi terlentang untuk melakukan hal berikut (Gambar 2. A)
(1) Terbuka lebar.(2) Memperpanjang leher.(3) Putar kepala ke kiri atau kanan visibilitas
(Malamed, 2013)
– Lokasikan greater palatine foramen (Gambar 2. B )(1) Tempatkan swab kapas di persimpangan proses alveolar rahang atas dan palatum keras.(2) Mulai di regio maxillary molar pertama dan palpasi ke posterior dengan menekan secara kuat ke dalam jaringan dengan swab.(3) swab "jatuh" ke dalam depresi yang dibuat oleh foramen greater palatine
(Malamed, 2013)
– Siapkan jaringan di tempat suntikan ( 1-2 mm lebih anterior dari foramen palatine besar)
(1) Bersihkan dan keringkan dengan kain kasa steril.(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).(3) Terapkan anestesi topikal selama 2 menit
– Setelah 2 menit dari aplikasi anestesi topikal, swab bergerak posterior sehingga langsung mengarah melalui foramen palatina besar.
(1) Terapkan tekanan yang cukup besar di daerah foramen dengan spons dengan tangan kiri
(2) (Perhatikan iskemia (whitening dari jaringan lunak) di tempat suntikan.
(3) Menerapkan tekanan selama minimal 30 detik.
(Malamed, 2013)
• Suntik jarum langsung ke dalam mulut dari sisi berlawanan dengan jarum mendekati tempat suntikan di sudut yang tepat.
(Malamed, 2013)
• Tempatkan bevel terhadap jaringan lunak pucat (Iskemik) sebelumnya di tempat suntikan.
• Dengan bevel terhadap jaringan:– (1) Terapkan tekanan yang cukup untuk menundukkan
jarum sedikit.– (2) Deposit volume kecil anestesi. Solusinya dipaksa
terhadap mukosa membran, dan droplet terbentuk
(Malamed, 2013)
– Luruskan jarum dan bevel menembus mukosa.
(1) Lanjutkan untuk mendeposit volume kecil anestesi selama prosedur.(2) Iskemia menyebar ke jaringan di sekitarnya selama anestesi (biasanya dengan vasokonstriktor) didepositkan
(Malamed, 2013)
– Lanjutkan menerapkan tekanan anestesi selama deposisi dari larutan anestesi. Iskemia menyebar karena vasokonstriktor mengurangi perfusi jaringan.
– Perlahan memajukan jarum sampai tulang palatine secara lembut tersentuh.
(1) Kedalaman penetrasi biasanya sekitar 5 mm.(2) Lanjutkan deposit volume kecil anestesi.
(Malamed, 2013)
– Aspirasi di dua bidang.– Jika negatif, perlahan deposit (minimum 30 detik)
tidak lebih dari seperempat sampai sepertiga dari cartridge (0,45-0,6 mL).
– Tarik jarum suntik.– Amankan jarum.– Tunggu 2 sampai 3 menit sebelum memulai
prosedur.
TEKNIK ANESTESI NASOPALATINE NERVE
• Ketika anestesi palatal diberikan, stabilkan jarum dengan kedua tangan.
(Malamed, 2013)
(Malamed, 2013)
• untuk mengkontrol rasa nyeri pada bagian palatal dengan administrasi solusi anestesi yang minimum (maksimal ¼ cartridge)
• akan mengenai area yang luas dari jaringan lunak palatal meminimalisir injeksi multiple palatal.
• disebut juga sebagai incisive nerve block/sphenopalatine nerve block
• Nervus yang teranestesi adalah nervus nasopalatinal secara bilateral
(Malamed, 2013)
• area yang teranestesi bagian anterior dari palatum keras (bagian mesial kanan premolar satu ke bagian mesial kanan premolar satu)
teknik
(Malamed, 2013)
Teknik penetrasi satu jarum ke
palatum
Multiple needle penetration
1. Teknik penetrasi satu jarum
(Malamed, 2013)
• jarum ukuran 25 atau 27.• Area insersi mukosa palatal di bagian lateral papila
incisivum karena jaringan di bagian ini lebih sensitif dibandingkan dengan mukosa palatal lainnya.
• Target area foramen incisivum di bawah papilla incisivum
(Malamed, 2013)
• Cara menginsersikan: dekati area injeksi dengan kemiringan 45o terhadap papilla incisivum
• Bevel menghadap jaringan lunak palatum.• Operator duduk pada arah jam 9 atau 10
menghadap arah yang sama dengan pasien
(Malamed, 2013)
• Instruksikan pasien untuk membuka mulutnya besar-besar, perpanjang lehernya, dan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk meningkatkan visibilitas
(Malamed, 2013)
• Persiapkan jaringan sebelah lateral papilla incisivum. – Jaringan dibersihkan dan dapat dioleskan topikal antiseptik
atau anestesi– Setelah anestesi topikal diaplikasikan selama 1-2 menit,
oleskan juga pada area papilla incisivum.
(Malamed, 2013)
• Tempatkan bevel berlawanan dengan jaringan lunak yang iskemik pada area injeksi.
• Pemegangan jarum harus stabil untuk mencegah terjadinya kecelakaan penetrasi jaringan.
(Malamed, 2013)
• Dengan bevel yang terletak melawan jaringan, aplikasikan tekanan yang cukup untuk memasukkan jarum, lalu masukkan sedikit anestesi ditekan melawan membran mukosa.
• Tegakkan jarum lalu biarkan bevel untuk menembus mukosa.
• Lanjutkan untuk memasukkan sedikit volume anestesi, lalu perhatikan iskemia yang menyebar ke jaringan pendukung setelah solusi diinjeksikan.
(Malamed, 2013)
• Lakukan penekanan dengan menggunakan kapas selama anestesi diinjeksikan.
• Secara perlahan, arahkan jarum menuju foramen incisivum sampai berkontak dengan tulang.
• Kedalaman penetrasi 6-10 mm.• Injeksikan sedikit volume anestesi ketika memasukkan
jarum.• Tarik jarum 1 mm untuk mencegah injeksi
subperiosteal. Bevel sekarang terletak pada pertengahan foramen incisivum.
(Malamed, 2013)
• aspirasi negatifinjeksikan anestesi kurang dari ¼ cartridge (0,45 ml) secara perlahan (15-30 detik)
• Tarik jarum keluar secara perlahan dan tunggu kurang lebih selama 2-3 menit sebelum melakukan tindakan perawatan.
• Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa baal pada bagian anterior palatum dan pasien tidak merasakan sakit selama dilakukannya perawatan.
(Malamed, 2013)
• Penyuntikan tidak dilakukan secara langsung ke papilla incisivum menimbulkan rasa yang sangat sakit pada pasien.
• solusi anestesi tidak boleh disuntikkan secara cepat dan tidak boleh didepositkan dalam jumlah yang besar
• Apabila jarum diinjeksikan lebih dari 5mm ke kanal incisivum dan memasukki dasar hidung infeksi dapat terjadi.
2. Teknik multiple needle penetrations
(Malamed, 2013)
• Gunakan jarum ukuran 27.
• Area insersi– frenulum labialis– papilla interdental– apabila
dibutuhkan dapat diberikan pada jaringan lunak palatal di papilla incisivum.
(Malamed, 2013)
• Target area foramen incisivum, di bawah papilla incisivum.
• Injeksi pertama arah insersinya ke frenulum labial.
• injeksi kedua jarum dipegang pada sebelah kanan papilla interdental
• injeksi ketiga jarum dipegang dengan sudut 45o terhadap papilla incisivum.
(Malamed, 2013)
• injeksi pertama– bersihkan area injeksi– tarik bibir bagian atas untuk merenggang jaringan
dan membuat operator lebih mudah melihat.– Secara perlahan masukan jarum ke arah frenulum
dan injeksikan 0,3 ml anestesi dalam waktu sekitar 15 detik.
(Malamed, 2013)
• injeksi kedua yang dilakukan pada bagian papilla interdental,– Tarik bibir bagian atas untuk mempermudah area
visibilitas operator.– Operator duduk pada arah jam 11 atau 12
mengarah ke arah yang sama dengan pasien.– Miringkan kepala pasien ke arah kanan untuk
menyediakan sudut yang baik untuk penetrasi jarum.
– Pegang jarum pada bagian kanan papilla interdental, tusukkan jarum pada papilla interdental.
– Arahkan jarum ke papilla incisivum.
(Malamed, 2013)
• Jaringan lunak pada permukaan labial sebelumnya telah dianestesi pasien tidak akan mengeluhkan ketidaknyamanan.
• Saat kepala pasien ditengadahkan ke belakang, operator dapat melihat iskemia jaringan yang disebabkan oleh anestesi.
• Ketika iskemia terjadi pada papilla incisivum, atau ujung jarum terlihat di bawah permukaan jaringan, dan aspirasi negatif, administrasikan anestesi kurang dari 0,3 ml sekitar 15 detik.
(Malamed, 2013)
• Stabilisasikan syringe dengan menggunakan jari pada tangan lainnya.
(Gambar 2. ) Gunakan jari pada tangan lain untuk menstabilkan syringe saat melakukan injeksi kedua (tanda panah)(Malamed, 1997)
(Malamed, 2013)
• Injeksi ketiga (hanya dilakukan apabila injeksi kedua tidak memberikan anestesi palatal yang adekuat)– Keringkan jaringan pada lateral papilla incivum– Instruksikan pasien untuk membuka mulutnya
lebar-lebar dan merentangkan lehernya. – Tempatkan jarum pada jaringan lunak papilla
incisivum menuju ke area distal papilla
(Malamed, 2013)
– Injeksikan jarum sampai berkontak dengan tulang, lalu tarik jarum sekitar 1 mm untuk mencegah injeksi subperiosteal
– Apabila aspirasi negatif, secara perlahan injeksikan anestesi sebesar 0,3 ml dalam waktu 15 detik.
– Tarik syringe keluar dan tunggu 2-3 menit untuk onset anesthesi sebelum dilakukannya perawatan.
Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa baal pada bagian bibir atas dan anterior palatum dan pasien tidak merasakan sakit selama dilakukannya perawatan.
Klasifikasi Obat Anastesi Umum
Sifat-sifat anestesi umum yang ideal adalah:1. Bekerja cepat, induksi dan pemulihan baik2. Cepat mencapai anestesi yang dalam3. Batas keamanan lebar4. Tidak bersifat toksis
Inhalasi
Gas
NO2 O2 Siklopropan
Cairan volatile
Ethyl ether
halotan
isofluran
desfluran
Enfluran
sevofluran
intravena
Propofol Barbiturat Etomidat Ketamin
Obat yang digunakan
untuk membantu
anastesi
benzodiazepin opioid
Cairan Volatile Ethyl ether • Zat ini sensitive terhadap cahaya, jika terkena cahaya terjadi pembentukan
peroksida dan aldehid. Ethyl ether ini mudah meledak dan terbakal • Absorbsi, metabolism, ekskresi
– Ethyl ether diabsorbsi oleh epitel pulmo dan dieksresi melalui ekspirasi dan urin, dan didstribusi plasama dan sel
• Kontraindikasi– Pada pulmonary edema, penyakit ginjal kronis.
Efek farmakologi– Ethyl ether ini menyebabkan depresi system saraf pusat yang efektif memblok formasi
retrikular. Ethyl ether menghasilkan zat yang memblok neuromuscular (aktivitas curariform yaitu yang menyebabkan neuromuscular lumpuh tanpa menghilangkan kesadaran) yang mengurangi respon otot skeletal terhadap stimulasi.
– Ethyl etherini menyebabkan iritan local terhadap jalur pernapasan yang menyebakan sekresi bronchial meningkat. Konsentrasi tinggi menekan pusat respirasi
– Ethyl ether meneyebabkan detak jantung meningkat karena pelepasan epineprin. Ethyl ethermenyebabkan meningkatnya tekanan darah kemudian menjadi normal karena vasodilatasi peripheral. Pada konsentrasi tinggi ether menekan miokardium secara langsung.
– Ethyl ether menyebabkan nausea dann vormet. Pada saat postoperative terjadi depresi pada pergerakan lambung dengan ga.
– Ethyl ether menyebabakan produksi urin berkurang karena berkurangnya filtasi glomerular dan pelasan ADH.
– Ethyl ether menyebabkab gangguan pada fungsi hati yang bersifat reversible.
Halo
tan anestetik
golongan hidrokarbon yang berhalogen.
zat yang tidak bewarna, berbau enak, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah meledak.
Halotan merupakan anestetik yang kuat dengan efek anagesik yang lemah. Secara langsung halotan menghambat kerja otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis.
• .• .
Enflu
ran anestetik eter
berhalogen tidak mudah terbakar.
Enfluran dalam kadar tinggi dapat menyebabkan depresi kardiovaskular dan perangsangan sistem saraf pusat
enfluran diberikan dengan kadar rendah bersama N2O untuk menghindari efek sampingEnfluran menyebabkan relaksasi otot rangka lebih baik daripada halotan, sehingga dosis obat harus diturunkan
Enfluran
Isofluran• .
Isoflu
ran Isofluran adalah
eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Isofluran berbau tajamkadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan napas dan terbatuk.
Pada anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan sistem saraf pusat seperti pada enfluran
.
Isofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 Oleh karena itu, isofluran merupakan anestesi pilihan dalam bedah saraf.
Desfluran
Desfluran lebih sulit menguap dibandung dengan kelompoknya.
Desfluran umumnya banyak digunakan pada bedah singkat atau pada bedah rawat jalan.
Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak napas, atau bahkan spasme laring
Sudah jarang digunakan
Sevofluran
• Sevofluran merupakan anestetik inhalasi baru yang memberilan induksi dan pemulihan yang lebih cepat.
• Metabolismenya di hati dan menghasilkan ion fluor yang juga dapat merusak ginjal.
Nitrogen Monoksida (N2O)
N2O yang juga disebut gas gelak
merupakan gas yang tidak bewarna, tidak berbau, tidak berasa, dan lebih berat daripada udara.N2O sukar larut dalam darah dan merupakan anestesi yang kurang kuat sehingga kini hanya digunakan sebagai bantuan.
Pada anestesi yang lama, N2O dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan lambat sadar. N2O memiliki efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin.
Siklopropan
Siklopropan merupakan anestesi inhalasi yang kuat, berbentuk gas, berbau spesifik, tidak bewarna, dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi.
Siklopropan relatif tidak larut dalam darah sehingga dalam 2-3 menit induksi dilalui. Siklopropan menimbulkan relaksasi otot cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran napas.
Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung; curah jantung dan tekanan arteri tidak meningkat sehingga merupakan anestetik yang dipilih pada pasien syok. Perdarahan dapat terjadi saat dilakukan perasi karena siklopropan meningkatkan aliran darah.
Anestesi Intra Vena
adalah anestesi yang cepat
menghasilkan hipnosis
efek analgesia, menimbulkan
amnesia pasca-anestesia
mempunyai, dampak buruknya mudah dihilangkan oleh
antagonisnyacepat dieleminasi oleh tubuh, tidak
atau sedikit mendepresi fungsi
respirasi dan kardiovaskular,
pengaruh farmakokinetikn
ya tidak bergantung
pada disfungsi organ.
Kriteria ini sulit dicapai oleh satu obat, maka umumnya digunakan
kombinasi beberapa obat atau digunakan kombinasi
beberapa obat atau dengan cara lainnya.
Barbituratbarbiturat kerja sangat singkat yaitu tiopental, metoheksital, dan tiamilal yang diberikan secara bolus intravena atau secara infus.Penyuntikan intravena harus dilakukan secara hati-hati karena dapat terjadi ekstravasasi atau penyuntikkan ke dalam arteri. Dengan dosis yang memadai untuk induksi, pasien akan merasakan rasa bawang putih di lidahnya
KetaminKetamin merupakan larutan tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman. Ketamin memiliki sifat analgesik, anestesi, dengan kerja singkat. Ketamin tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin merupakan satu-satunya anestesi intravena yang merangsang kardiovaskular karena efek perangsangnya pada pusat saraf simpatis.
PropofolPropofol berupa minyak pada suhu kamar sebagai emulsi 1%.
Propofol intravena 1,5-2,5 mg/kgBB menimbulkan induksi anestesi secepat tiopental, tetapi dengan pemulihan yang lebih cepat dan pasien segera merasa lebih baik dibanding setelah penggunaan anestetik lain. Kelebihan propofol adalah bekerja lebih cepat daripada tiopental, konfusi pascabedah minimal, dan kurang menyebabkan mual-muntah pasca bedah
Obat yang Digunakan untuk Membantu Anestesi
• Menurut Kee et al (1996), Anastesi seimbang, suatu kombinasi obat-obatan, sering dipakai dalam anastesi umum. Anestesi seimbang terdiri dari:– Hipnotik diberikan semalam sebelumnya– Premedikasi, seperti analgesik narkotik atau benzodiazepin
(misalnya, midazolam dan antikolinergik (contoh, atropin) untuk mengurangi sekresi diberikan kira-kira 1 jam sebelum pembedahan
– Barbiturat dengan masa kerja singkat, seperti natrium tiopental (Pentothal)
– Gas inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen– Pelemas otot jika diperlukan
Benzodiazepin
• Benzodiazepin yang digunakan adalah diazepam, lorazepam, dan midazolam.
• Dengan dosis untuk anestesi, kelompok obat ini menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek analgesik.
• Efek pada sistem saraf pusat dapat diatasi dengan antagonisnya. Anestesi ini sering digunakan pada penderita jantung karena obat inI tidak mendepresikan sistem kardiovaskular.
• Dosis diazepam untuk induksi adalah 0,1-0,5 mg/kgBB sedangkan pada orang sehat, dosisnya adalan 0.2 mg/kgBB diberikan bersama narkotik analgesik.
Macam-Macam Teknik Anestesi Umum
Anestesi Umum
Anestesi Intravena
Anestesi Inhalasi (gas)
• Respon individual terhadap anestesi umum bervariasi dan tidak berhubungan dengan dosis-respon yang tepat
• Dosis anestesi yang digunakan harus tepat sebagai pedoman
• Ahli anestesi menggunakan tanda klinik anestesi (ukuran pupil, gerak mata, kecepatan dan volume pernapasan)
4 stadium tanda klinis anestesi:1. Pasien sadar, keadaan analgesia dan amnesia2. Pasien tidak sadar, dapat bereaksi tidak tentu,
pola pernapasan tidak teratur3. Menghasilkan keadaan operasi optimal,
pernapasan baik, hemodinamis stabil. Pernapasan dan sirkulasi menurun saat menuju stadium empat
4. Kolaps kardiovaskuler dan kegagalan pernapasan
Anestesi Umum di kedokteran Gigi
Outpatient General
Anesthesia
Inpatient General
Anesthesia
Outpatient General Anesthesia
Pasien ASA I, ASA II, beberapa ASA III1. IV barbiturate/propofol (kurang dari 30 menit)• prosedur bedah oral dan maksilofasial yang singkat
(impaksi M3)• Methohexital (barbiturate yang sering dipakai),
propofol (non barbiturate)• Tambahan obat: nitrous oxide-oxygen,
benzodiazepin (↑durasi anestesi), opioid, anestesi lokal (mencegah stimulus rasa sakit mencapai otak, ↓dosis barbiturat, kontrol nyeri post operatif)
Outpatient General Anesthesia
2. Conventional operating theater (lebih dari 30 menit, kurang dari 4 jam)• Mirip anestesi inpatient• Anestesi short-acting, pasien pulih dengan
cepat• ASA I atau ASA II• Pasien melakukan tes laboratoirum dan
fisik 48 jam sebelum prosedur
Outpatient General Anesthesia
Outpatient General Anesthesia• Instruksi preoperative:
Puasa 6-8 jam Hasil lab diterima dan diperiksa, hasil harus dalam
batas normal Rekam medis lengkap Telah menandatangani inform consent
• Sebelum operasi: melepaskan lensa kontak/protesa, tidak menggunakan obat premedikasi IM
• Pasien duduk di dental chair/ meja operasi, anesthesiologist memasang alat monitoring (ECG, precordial stethoscope, blood pressure cuff, pulse oximeter)
Outpatient General Anesthesia
Outpatient General Anesthesia
• Memberikan ifus IV dengan 5% dextrose dan air / lactated ringer’s solution. Mukosa disemprot 4% kokain atau 0,5% phenylephrine
• Anestesi dengan short-acting barbiturate• Anestesi lanjutan (maintenance)• Setelah prosedur berakhir, paisen diberikan
100% O2. setelah refleks protektifnya kembali, pasien dibawa ke area recovery sampai diizinkan pulang
Outpatient General Anesthesia
Inpatient General Anesthesia
• Pasien ASA IV, beberapa kasus ASA III, pasien yang kontraindikasi dengan prosedur outpatient
• Pasien datang ke RS 1 hari sebelum prosedur bedah, melakukan evaluasi preoperatif
• Sore hari, anesthesiologist melakukan preanesthetic visit untuk mengevaluasi pasien
• Pasien diintubasi nasoendotracheal, bukan oroendotrecheal
• Pasien diminta berpuasa sebelum operasi dan pemberian premedikasi IM satu jam sebelum prosedur
Inpatient General Anesthesia
• Sebelum pasien ke kamar operasi, anesthesiologist menyiapkan obat-obatan dan peralatan yang diperlukan
• Perawat mempersiapkan pasien, menempatkan pada meja operasi dan memasang monitor fisiologi.
• infus IV dipasang• Tanda vital dimonitor dan direkam• Ketika tim bedah datang, induksi anestesi dengan cara
IV• Topikal anestesi pada lubang hidung pasien
Inpatient General Anesthesia
Inpatient General Anesthesia• Masker full face dipasang pada pasien dan diberi O2• Setelah pasien hilang kesadaran, memastikan jalan napas
baik kemudian diberi muscle relaxant.• Maintenance anestesi (sevoflurane, meperidine IV)juga
diberi gas N2O 3L/menit dan O2 2L/menit.• Paisen siap menjalani prosedur pembedahan• Anesthesiologist mengontrol tanda vital dan memberi
tambahan dosis obat maintenance• Setelah pembedahan selesai, anestesi inhalasi dihentikan,
kemudian memberikan 100% O2. diperlukan obat tambahan untuk mencegah bradikardi
Inpatient General Anesthesia
Inpatient General Anesthesia
• Bila gerakan respirasi pasien adekuat, lakukan ekstubasi
• Pasien dipindah ke ruang recovery• Pasien menerima oksigen melalui nasal cannula
dan tanda vital tetap dimonitor sampai stabil dan pasien bangun
• Pada ASA I dan II biasanya pasien tinggal di RS 1-3 malam, namun pada ASA III dan IV dapat lebih lama
Inpatient General Anesthesia
INTRAVENA
Keuntungan: lebih diterima pasien, kurang perasaan klaustofobik, tahap tidak sadar lebih cepat
Kekurangan: induksi cepat dan depresi cerebrum yang jelas terlihat seperti pada gangguan pernapasan dan hemodinamik. Agen IV digunakan bersama N2O atau anestesi inhalasi lainnya
INHALASI
Gas padat (argon dan xenon), hidrokarbon halogenasi (halotan, efluran)
Keuntungan: dapat diserap secara terkontrol dan cepat
Faktor yang menentukan kecepatan transfer di jaringan otak: kelarutan zat anestesi, kadar zat anestesi dalam udara (tekanan parsial), ventilasi paru, aliran darah paru, perbedaan tekanan parsial anestesi di arteri dan vena
Klasifikasi ASA
Kelas Status fisik Contoh
I Pasien normal yang sehat Pasien bugar
II Pasien dengan penyakit sistemik
ringan
Hipertensi esensial, diabetes ringan
III Pasien dengan penyakit sistemik berat
yang tidak melemahkan
(incapacitating)
Angina, insufisiensi pulmoner sedang
sampai berat
IV Pasien dengan penyakit sistemik yang
melemahkan dan merupakan ancaman
konstan terhadap kehidupan
Penyakit paru stadium lanjut, gagal
jantung
V Pasien sekarat yang diperkirakan tidak
bertahan selama 24 jam dengan atau
tanpa operasi
Ruptur aneurisma aorta, emboli paru
massif
E Ditambahakan pada akhir operasi darurat