lo 5,6,7

145
Anestesi Lokal

Transcript of lo 5,6,7

Page 1: lo 5,6,7

Anestesi Lokal

Page 2: lo 5,6,7

Definisi Anestesi Lokal di Bidang Kedokteran Gigi

• Anestesiologi ilmu yang mendasari usaha dalam hal pemberian anestesi dan analgesik serta menjaga keselamatan penderita

• Anestesi bersifat reversibel dan sementara• Mekanisme kerja anestesi lokal memblok konduksi

atau lorong Na pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf. Setelah keluar dari saraf pulih konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanda diikuti oleh kerusakan struktur saraf

Page 3: lo 5,6,7

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal

• Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen

• Batas keamanan harus besar• Efektif dengan pemberian secara injeksi atau

penggunaan setempat pada membran mukosa• Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan

bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama• Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang

stabil, juga stabil terhadap pemanasan

Page 4: lo 5,6,7

Indikasi dan Kontra Indikasi Anestesi Lokal

Anestesi Lokal

Infiltrasi

Pembedahan minor

Perawatan gigi

Blok Saraf

Pembedahan

Prawatan gigi

Prosedur diagnosis

Pengontrolan Rasa Sakit

Page 5: lo 5,6,7

Indikasi

• Ekstraksi gigi• Apikoektomi• Gingivektomi• Gingivoplasti• Bedah Periodontal• Pulpektomi• Pulpotomi• Alveoplasti• Bone grafting• Implant • Perawatan fraktur rahang• Reimplantasi avulsi

Kontraindikasi

• Adanya infeksi / inflamasi akut pada daerah injeksi, bila melakukan anestesi secara injeksi. Hindari bloking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar

• Penderita hemophilia, Christmas Disease, Von Willebrand Disease

• Alergi kandungan dari anestesi lokal tersebut

• Penderita hipertensi• Penderita penyakit

hati/liver

Page 6: lo 5,6,7

Persiapan Pra Anestesi

Persiapan diri anestetis• Harus sehat fisik dan psikis, memiliki pengetahuan dan

keterampilan anestesi yang memadai, dan memiliki mental yang baik

Persiapan alat dan bahan• Alat yang digunakan adalah syringe untuk menyuntikkan bahan

atau agen anestesi lokal ke daerah yang akan dianestesi.

Persiapan pasien• Dilakukan anamnesis menanyakan tentang riwayat penyakit

yang pernah atau sedang diderita, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, riwayat alergi, dan juga keluhan-keluhan yang mungkin dialami oleh pasien

Page 7: lo 5,6,7

Komplikasi Anestesi Lokal1) Kerusakan jarum

Penyebab kerusakan jarum

• membengkoknya sebelum di insersi dalam mulut pasien, dapat juga terjadi karena pergerakan pasien yang berlebihan secara tiba-tiba sehingga jarum penetrasi ke dalam otot.

Perawatan jika jarum patah

• Tetap tenang, jangan panic• Instruksikan pasien tidak

bergerak, jaga mulut pasien agar tetap terbuka. Gunakan bite block dalam mulut pasien

• Jika patahan masih terlihat, coba untuk mengambilnya

Pencegahan kerusakan jarum

• Tidak menggunakan jarum yang terlalu pendek untuk blok saraf inferior alveolar pada orang dewasa

• Tidak menggunakan jarum berukuran 30 untuk blok saraf inferior alveolar pada orang dewasa atau anak-anak

• Tidak membengkokan jarum ketika memasukan dalam jaringan lunak

• Tidak memasukan jarum kedalam jaringan lunak sampai ke pusatnya, kecuali jika benar-benar diperlukan untuk penyuntikan

• Berikan perhatian lebih jika memasukan jarum pada anak kecil atau pada orang yang takut (phobia) jarum

Page 8: lo 5,6,7

• Mati rasa selama beberapa jam atau berhari-hari setelah anestesi lokal

• bisa karena trauma pada beberapa saraf, injeksi anestesi lokal yang terkontaminasi alcohol atau cairan sterilisan yang dapat menyebabkan iritasi sehingga edema sampai parastesi.

Parastesi

• Paralisis sebagian dari cabang trigeminal terjadi pada blok saraf infraorbital atau infiltrasi kaninus maksila, sehingga menyebabkan otot kendur.

• Dapat disebabkan karena kesalahan injeksi anestesi lokal

Paralisis Nervus Fasial

Page 9: lo 5,6,7

• trauma pada otot atau pembuluh darah pada fossa infratemporal sehingga menyebabkan kejang tetanik yang berkepanjangan dari otot rahang dengan pembukaan mulut menjadi terbatas

Trismus

• Trauma pada bibir dan lidah akibat pasien tidak hati-hati menggigit bibir atau menghisap jaringan yang teranastesi, sehingga menyebabkan pembengkakan dan nyeri yang signifikan

Luka Jaringan Lunak

Page 10: lo 5,6,7

• terjadi karena kebocoran arteri atau vena setelah blok nervus alveolar superior posterior atau nervus inferior

• Pembengkakan dan perubahan warna pada region yang terkena dapat terjadi setelah 7 sampai 14 hari.

Hematoma

• Teknik injeksi yang tidak hati-hati dan tidak berperasaan

• Jarum tumpul akibat pemakaian injeksi multiple

• Deposisi cepat pada obat anestesi lokal kerusakan jaringan

• Jarum dengan mata kail

Nyeri

Page 11: lo 5,6,7

• Bila obat anestesi mengandung pH yang asam (kira-kira pH 5)

• injeksi yang terlalu cepat, biasanya pada palatal

• Kontaminasi alcohol dan larutan sterilisasi

Rasa Terbaka

r

• kontaminasi jarum sebelum administrasi anestesi.

• Kontaminasi terjadi saat jarum bersentuhan dengan membran mukosa.Infeksi

Page 12: lo 5,6,7

• terjadi karena trauma sebelum injeksi, infeksi, alergi, hemoragi, jarum yang teriritasi, serta hereditary angioderma.

• Edema pada lidah, faring, dan laring dapat berkembang pada situasi gawat darurat.

Edema

• Iritasi yang berkepanjangan atau iskemia pada gusi akan menyebabkan beberapa komplikasi seperti deskuamasi epitel dan abses steril

Pengelupasan Jaringan

• Pasien sering melaporkan setelah 2 hari dilakukan anestesi lokal timbul ulserasi pada mulut mereka, terutama di sekitar tempat injeksi

• Biasanya pasien mengeluh adanya sensitivitas akut pada area ulcer.

Lesi intraoral post anestesi

Page 13: lo 5,6,7

TEKNIK BLOK ANESTESI UNTUK PENCABUTAN GIGI RAHANG BAWAH

Nadia Amanda N

Page 14: lo 5,6,7

ANESTESI BLOK FISHER’S

• anestesi satu regio pada rahang bawah.

• saraf teranestesi N. Alveolaris inferior, cabang dari N. V3, N. Insisivus, N. Mentalis, dan N. Lingualis.

(Malamed, 2013)

Page 15: lo 5,6,7

• Area teranestesi geligi mandibular sampai midline, corpus mandibula, ramus inferior, mukoperiosteum bukal, mukus membrane anterior pada mandibula gigi molar pertama, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, serta jaringan lunak lingual dan periosteum

Page 16: lo 5,6,7

• Indikasi– prosedur pada gigi rahang bawah multiple pada satu

region,– anestesi jaringan lunak buccal,– anestesi jaringan lunak lingual.

• kontraindikasi– infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi, – pasien dengan kemungkinan untuk menggigit jaringan

lunak yang teranestesi

(Malamed, 2013)

Page 17: lo 5,6,7

• Keuntungan– injeksi anestesi di satu tempat memberikan anestesi

pada area yang luas pada satu region

• Kerugian– persentase anesthesia yang tidak cukup,– intraoral landmark tidak terlihat,– kadang terjadi aspirasi positif anestesi lingual dan bibir

bawah menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien

(Malamed, 2013)

Page 18: lo 5,6,7

TEKNIK:

• Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi molar ketiga digeser ke lateral untuk mencari linea oblique eksterna digeser ke median untuk mencari linea oblique interna melalui trigonum retromolar

(Malamed, 2013)

Page 19: lo 5,6,7

• Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir

• lalu jarum dimasukkan kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar sampai terasa kontak dengan tulang.

(Malamed, 2013)

Page 20: lo 5,6,7

• Syringe kemudian digeser kea rah sisi yang akan dianestesi

• sejajar dataran oklusal• jarum ditusukkan lebih lanjut sedalam 6mm

lalu lakukan aspirasi• Bila aspirasi negative, larutan anestesi lokal

dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N. Lingualis.

(Malamed, 2013)

Page 21: lo 5,6,7

• Syringe digeser lagi kearah posisi pertama namun tidak penuh, sampai region caninus,

• kemudian jarum ditusukkan lebih dalam kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa konta jarum dengan tulang.

• Lakukan kebali aspirasi, bila negative, larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk menganestesi N. Alveolarius inferior.

(Malamed, 2013)

Page 22: lo 5,6,7

ANESTESI BLOK N. BUCCINATORIUS (BUCCAL NERVE BLOCK)

• menganestesi daerah pipi dan membrane mukosa bukal pada region gigi molar

• Saraf yang teranestesi N. Buccal yang merupakan cabang dari N. V3 yang mempersarafi jaringan lunak dan periosteum buccal sampai gigi molar mandibular

(Malamed, 2013)

Page 23: lo 5,6,7

• Indikasi– prosedur dental pada region gigi molar rahang

bawah

• Kontraindikasi– infeksi atau terdapat inflamasi akut pada area

injeksi

(Malamed, 2013)

Page 24: lo 5,6,7

TEKNIK:

• 25- atau 27-gauge jarum panjang.• Sebuah jarum panjang dianjurkan situs

deposisi posterior, bukan kedalaman penyisipan jaringan (yang minimal).

• Lokasi penyisipan: membran mukosa distal dan bukal untuk gigi molar paling distal di lengkungan

(Malamed, 2013)

Page 25: lo 5,6,7

• daerah Target: saraf bukal sampai melewati perbatasan anterior ramus

• Landmark: molar mandibula, mucobuccal fold

• Orientasi bevel: Menuju tulang selama injeksi

(Malamed, 2013)

Page 26: lo 5,6,7

s• Asumsikan posisi yang benar– saraf bukal kanan pukul 8 langsung menghadap

pasien – saraf bukal kiri pukul 10 menghadap diarah yang

sama dengan pasien

(Malamed, 2013)

Page 27: lo 5,6,7

• Posisi pasien terlentang (dianjurkan) atau semisupine

• Siapkan jaringan untuk penetrasi di distal dan bukal molar paling posterior.

(1) kering dengan kasa steril.(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).(3) Terapkan anestesi topikal selama 1 sampai 2 menit.

(Malamed, 2013)

Page 28: lo 5,6,7

• Dengan jari telunjuk tarik jaringan lunak bukal di daerah injeksi ke lateral visibilitas

• jaringan yang kencang memungkinkan jarum atraumatic penetrasi.

• Arahkan jarum suntik menuju tempat suntikan bevel ke arah tulang jarum suntik sejajar dengan bidang oklusal di sisi injeksi tapi lebih bukal dari gigi

• Menembus selaput lendir di tempat suntikan, lebih distal dan bukal dari molar terakhir

(Malamed, 2013)

Page 29: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

Page 30: lo 5,6,7

• majukan jarum perlahan-lahan sampai mucoperiosteum yang lembut tersentuh.– ↓rasa sakit lokal anestesi sebelum kontak.– Kedalaman lebih dari 2 sampai 4 mm, dan

biasanya hanya 1 atau 2 mm.• Aspirasi• Negatif 0,3 mL (sekitar seperdelapan dari

cartridge) lebih dari 10 detik.– jaringan di balon tempat suntikan (menjadi

bengkak selama injeksi)hentikan deposit solusi

(Malamed, 2013)

Page 31: lo 5,6,7

• Tarik jarum suntik secara perlahan dan segera amankan jarum

• Tunggu sekitar 3 sampai 5 menit sebelum memulai prosedur dental yang direncanakan

(Malamed, 2013)

Page 32: lo 5,6,7

ANESTESI BLOK GOW-GATES

• memblok saraf mandibular yang sesungguhnya karena mencakup anestesi sensoris pada keseluruhan distribusi saraf V3.

• Injeksi ini memblok saraf alveolar inferior, lingual, mylohyoid, mental, insisif, auriculoteporal dan bukal.

(Malamed, 2013)

Page 33: lo 5,6,7

• Indikasi– Prosedure multiple pada gigi mandibular– anestesi jaringan lunak bukal dari molar ketiga

hingga ke midline, – anestesi jaringan lunak lingual– kegagalan dengan blok saraf alveolar inferior

konvensional.

(Malamed, 2013)

Page 34: lo 5,6,7

TEKNIK:• jarum panjang 25-gauge• Area insersi : membrane mukosa pada mesial ramus

mandibular, diatas garis dari intertragic notch menuju ke sudut mulut, lebih distal ke molar kedua maksila

• Area target : bagian lateral dari leher kondilus, dibawah insersi otot pterygoid lateral.

(Malamed, 2013)

Page 35: lo 5,6,7

• 4. Landmark– Extraoral

(1) Batas bawah tragus (intertragic notch): landmark yang tepat adalah ditengah meatus auditori ekternal yang bersembunyi pada tragus: batas bawahnya didapatkan melalui bantuan visual

(2) Sudut mulut

(Malamed, 2013)

Page 36: lo 5,6,7

– Intraoral(1) Tinggi injeksi ditetapkan dengan menempatkan ujung jarum dibawah mesiolingual (mesiopalatal) cusp molar kedua maksila

(2) Penetrasi jaringan lunak yang lebih distal dari molar kedua maksila

(Malamed, 2013)

Page 37: lo 5,6,7

• Posisi operator yang benar(1) Gow-Gates kanan jam 8 menghadap ke

pasien(2) Gow-Gates kiri jam 10 menghadap searah

dengan arah kepasien.

(Malamed, 2013)

Page 38: lo 5,6,7

• Posisi pasien– terlentang (direkomendasikan) /semi terlentang.– Minta pasien untuk memperpanjang lehernya &

membuka mulut lebar selama teknik.

(Malamed, 2013)

Page 39: lo 5,6,7

• Tempatkan telunjuk kiri atau ibujari pada coronoid notch.

• Visualisasi landmark intraoral(1) Cusp mesiolingual (mesiopalatal) molar kedua maksila(2) Area penetrasi jarum adalah bagian distal molar kedua maksila

• Mengarahkan suntikan (dengan tangan kanan) menuju area injeksi dari sudut mulut diatas sisi berlawanan

(Malamed, 2013)

Page 40: lo 5,6,7

• Masukan jarum dengan gently ke jaringan pada area injeksi pada distal molar kedua maksila dengan ketinggian pada cusp mesiolingual (mesiopalatal)

• Luruskan jarum dengan bidang perluasan dari sudut mulut ke intertagic notch darea injeksi. Sejajar dengan sudut antara telinga dan wajah

(Malamed, 2013)

Page 41: lo 5,6,7

• Mengarahkan suntikan menuju area target di tragus(1) Barel suntikan membentang dalam sudut mulut melewati premolar, tetapi posisinya mungkin berbeda dari molar ke incisor tergantung pada divergensi ramus yang dinilai oleh sudut telinga ke wajah(2) Tinggi insersi diatas bidang oklusal mandibular lebih besar (10-25mm, tergantung ukuran pasien) daripada blok saraf alveolar inferior(3) Jika hadir molar ketiga mandibular dalam oklusi yang normal, maka area penetrasi jarum akan berada di distal gigi tersebut

Page 42: lo 5,6,7

• Perlahan masukan jarum sampai berkontak dengan tulang.(1) Berkontak dengan tulang leher kondilus(2) Rata-rata 25mm(3) Jika tidak berkontak dengan tulang, tarik jarum sedikit dan alihkan ke sisi lain.Pindahkan barel suntikan lebih ke distal, dengan mengangulasikan ujung jarum ke anterior dan masukan kembali jarum hingga berkontak dengan tulang(4) Jangan mengalirkan anestesi lokal jika belum berkontak dengan tulang

(Malamed, 2013)

Page 43: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Tarik jarum 1mm• Aspirasi• Positif tarik jarum sedikit, arahkan sudut ke

superior, masukan kembali, re-aspirasi dan jika sekarang negative, alirkan larutan. Aspirasi positif terjadi pada arterimaksila internal yang terletal inferior pada area target.

• Negative alirkan 1.8ml larutan dalam durasi 60-90 detik.

Page 44: lo 5,6,7

s• Tarik suntikan dan amankan jarum• Instruksikan pasien untuk tetap membuka mulutnya

selama 1-2 menit setelah injeksi untuk mendapatkan penyebaran larutan anestesi

• (1) Gunakan rubber bite block untuk membantu pasien tetap membuka mulutnya.

• Setelah injeksi selesai, kembalika posisi pasien tegak atau semitegak

• Tunggu minimal 3-5 menit sebelum melakukan prosedur dental. Onset anestesi dari Gow-Gates kadang terlambat, bisa 5-7 menit, dikarenakan:(1) Diameter batang saraf pada area injeksi yang lebih besar(2) Jarak (5-10mm) dari area deposisi anestesi ke batang nerve

(Malamed, 2013)

Page 45: lo 5,6,7

ANESTESI BLOK AZIRANI-AKINOSI CLOSED-MOUTH MANDIBULAR

• Indikasi utamanya pada situasi pembukaan mandibular terbatas . Seperti situasi yang menyertai kehadiran spasm dari otot astikasi (trismus) pada salah satu sisi mandibular

(Malamed, 2013)

Page 46: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Saraf yang teranestesi1. Inferor alveolar2. Mental3. Incisive4. Lingual5. Mylohyoid

Page 47: lo 5,6,7

• Area teranestesi1. Gigi mandibular hingga ke midline2. Badan mandibula, bagian inferior ramus3. Mucoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramenmental4. 2/3 anterios lidah dan dasar kavitas oral (saraf linual)5. Jarigan lunak lingual dan periosteum

Page 48: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Indikasi1. Pembukaanmandibula terbatas2. Multiple prosedur pada gigi mandibular3. Ketidakmampuan memvisualisasikan landmarks untuk IANB

• Kontraindikasi1. Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi2. Pasien dnegankebiasaan menggigit bibir atau lidah, seperti anak kecil atau orang dewasa yang cacat mental atau fisiknya (handicapped)3. Ketidakmampuan memvisualisasikan atau mendapatkan akses ke aspek lingual ramus

Page 49: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• jarum panjang 25-gauge (meski panjang 27-gauge mungkin dipilih untuk pasien dengan ramus flare lebih kelateral daripada biasanya)

• Area insersi : jaringan lunak diatas batas medial (lingual) ramus mandibular yang langsung bersebelahan ke tuberositas maksilari pada ketinggian dari mucogingiva junction sebelah molar ketiga maksila

Page 50: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Area target : batas medial (lingual0 ramus dalam region saraf alveolar inferior, lingual dan mylohyoid yang bejalan ke inferior dari foramen ovale menuju foramenmandibula (ketinggianinjeksi Vazirani-Akinosi berada dibawah Gow-Gates, tapi diatas IANB)

• Landmark a. Mucogingival junction molar ketiga atau kedua maksilab. Tubeositas maksilarisc. Coronoid notch ramus mandibular

• Orientasi bevel : diorientasikan menjauhi tulang dari ramus mandibular ( bevel menghadap ke midline)

Page 51: lo 5,6,7

TAHAPAN

(Malamed, 2013)

• Posisi operator yang benar : untuk Vazirani-Akinosi kiri dan kanan, untuk administrator tangankanan, duduk pada posisi jam 8 menghadap ke pasien.

• Posisi pasien telentang (direkomendasikan) atau semi terlentang

• Letakan index finger kiri atau ibu jari pada coronoid notch , mencerminkan jaringan pada aspek medial ramus kelateral. Mencerminkan jarikan lunak membentuk dalam visualisasi area injeksi dan menurunkan trauma selama insersi jarum

Page 52: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Visualisasi landamark(1) Mocogingival junction molar ketga atau kedua(2) Tuberositas maksilaris• Persiapjan jaringan pada area penetrasi(1) Keringkan dengan gauze steril(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3) Aplikasikan topical anestesi

Page 53: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Instruksikan pasien untuk beroklusi dengan gently dengan keadaan pipi dan otot mastikasi tetap direlekskan.

• Pegang barel suntikan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum berada di level mucogingival junction dari molar ketiga atau kedau maksila

• Mengarahkan jarum ke posterior dan agak ke lateral, sehingga masuk ke pada sebuah garis singgung (tangen) ke prosesus alveolar maksilaris posterior dan sejajar dengan bidang oklusal maksila

Page 54: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Orientasi bevel menjauh dari ramus mandibular: oleh karena jarum maju melewati jaringan, pembelokan jarum akan timbul menuju ke ramus dan jarum mendekati saraf alveoral inferior.

Page 55: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Masukan jarum 25mm kedalam jaringan ( rata2 ukuran orang dewasa). Jarak ini diukur dar tuberositas maksila. Ujung jarum harus berada pada pertengahan ruang pterygomandibula, yang dekat dengan cabang V3

Page 56: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Aspirasi• Negative alirkan 1,5-1,8ml larutan anestesi , dalam

durasi kira-kira 60 dekit• Tarik suntikan perlahan dan segera amankan jarum.• Setelah injeksi, kembalikan posisi pasien tegak lurus

atau semi tegak lurus• Paralisis saraf motoric akan berkembang secepat

atau lebih cepat daripada anestesi sensoris. • Anestesi bibir dan lidah akan disadari dalam 40-90

detik; prosedur dental dapat dimulai setelah 5 menit

Page 57: lo 5,6,7

TEKNIK MENTAL NERVE BLOCK• Saraf mental adalah akhiran cabang dari saraf alveolar inferior.

Keluar dari foramen mentale pada atau dekat apeks premolar mandibular, yang menyediakan inervasi sensoris ke jaringan bukal diatas anterior foramen dan jaringan lunak dibawh bibir bawah dan dagu pada area injeksI

1. Direkomendasikan jarum pendek 25 atau 27 gauge2. Area insersi : mucobuccal fold pada atau anterior ke foramen mental3. Area target : saraf mental keluar dari foramen mental ( biasanya berada diantara apeks premolar pertama dan kedua)4. Landmark : premolar mandibular dan muccobuccal fold5. Orientasi bevel : menuju ke tulang selama injeks

Page 58: lo 5,6,7
Page 59: lo 5,6,7

(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan, administrator pengguna tangan kanan, duduk dengan nyaman didepan pasien sehingga jarum dapat ditempatkan kedlam mulut dibawah garis penglihatan pasien

(2) Posisi operator duduk dibelakang pasien , namun hal ini dapat menyebabkan trauma psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada garis penglihatan pasien.

b. Posisi pasien(1) Direkomendasikan terlentang atau hampir terlentang(2) Mendekatlah kearah pasien untuk mempermudah akses ke area injeksi

Page 60: lo 5,6,7
Page 61: lo 5,6,7

c. Lokasi foramen mental(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan tekan melawan badanmandibula di area molar pertama(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai tulang dibawah jari terasa irregular dan sedkit cekung(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental akan teraba halus (smooth) ; namun, tulang sekitar foramen akan teraba kasar. (b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara apeks kedua premolar. Namun, mungkin saja ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari sisi ini.(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakiT karena penekanan jari ini Menyebabkan saraf foramen terttekn kearah tulang.(3) Jika ada radiografi, letak foramen mental dapat diperkirakan

Page 62: lo 5,6,7
Page 63: lo 5,6,7
Page 64: lo 5,6,7

d. Persipan jaringan pada area penetrasi(1) Keringkan dengan steril gauze(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)(3) Aplikasikan topical anetesie. Dengan index finger kiri tarik bibir bawah dan jaringan lunak bukal kearah lateral(1) Meningkatkan visibilitas(2) Menegangkan jaringan sehingga penetrasi tidak sebabkan traumaf. Orientasi suntikan dengan bevel mengarah ke tulan

Page 65: lo 5,6,7

g. Penetrasi membrane mukosa pada lokasi injeksi, pada kanin atau premolar pertama,arahakan suntikan menuju foramen mentalh. Masukan jarum perlahan sampai mencaoai foramen. Kedalaman penetrasi akan 5-6mm. untuk keberhasilan blok saraf mental tidak perlu mencapai formaen mentali. Aspirasij. Jika negative, perlahan alirkan 0,6ml ( kira0kira 1/3 cartridge) dalam 20 detik. Jika jaringan pada lokasi injesi membengkak , hentikan aliran dan pindahkan suntikank. Tarik suntikan dan segera amankan jaruml. Tunggu 2-3 menit sebslum memulai prosedur dental

Page 66: lo 5,6,7
Page 67: lo 5,6,7

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI RAHANG ATAS

• Jarum pendek ukuran 25 atau 27 direkomendasikan.

• Area insersi jarum: pada mucobuccal fold di atas apeks gigi yang dianestesi

• Target area: regio apeks akar gigi • Bevel harus menghadap tulang

(Malamed, 2013)

Page 68: lo 5,6,7

PROSEDUR

• Siapkan jaringan yang mau diinjeksi. Jaringan tersebut dibersihkan dengan antiseptik topikal dan anestesi topikal.

• Arahkan jarum sedemikian rupa sehingga bevel menghadap tulang

• Angkat bibir, tarik jaringan• Tahan syringe paralel dari long axis gigi dan

diinsersikan pada mucobuccal fold

(Malamed, 2013)

Page 69: lo 5,6,7

• Insersikan jarum ke mucobuccal fold menuju ke area target.

• Masukan bevel sampal ke bagian atas regio apeks gigi• aspirasi negatif masukan solusi injeksi 0,6 ml (1/3 dari

cartridge) perlahan-lahan dalam waktu 20 detik. Jangan sampai jaringan membesar.

• Secara perlahan tarik syringe keluar.• Tunggu 2-3 menit sebelum dilakukannya dental• Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa “baal”

pada area administrasi dan pasien tidak merasakan sakit saat dilakukan perawatan.

(Malamed, 2013)

Page 70: lo 5,6,7

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI UNTUK RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH

Page 71: lo 5,6,7

• Infiltrasi lokal teknik injeksi supraperiosteal /teknik paraperiosteal injeksi

• saraf teranastesi cabang terminal dental plexus yang besar.

• Area teranestesi – keseluruhan regio yang diinervasi oleh cabang

terminal dental plexus yang besar– pulpa dan area akar gigi– Periosteum, connective tissue, dan membran mukosa

buccal

(Malamed, 2013)

Page 72: lo 5,6,7

• Indikasi– anestesi pulpa gigi RA & RB ketika perawatan dibatasi hanya

pada satu atau dua gigi – anestesi jaringan lunak untuk prosedur bedah untuk area yang

terbatas

• Kontraindikasi– infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi– tulang yang padat yang ditutupi oleh apeks gigi.

(Malamed, 2013)

Page 73: lo 5,6,7

Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi:

1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.

2) Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal fold atau 1 – 1 ½ mm dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.

3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.

4) Keluarkan anastetikum 1 cc dengan pelan-pelan, penyuntikan yang terlalu cepat menyebabkan obat anastesi menyebar ke daerah yang lebih luas sehingga hanya terjadi anastesi ringan.

5) Untuk anastesi daerah palatinal, tusukan pada mukosa palatinal + 1/3 dari jarak pinggiran gusi gigi yang akan dicabut.

6) Tekan sedikit waktu jarum ditusukkan, kemudian keluarkan obat anastesi 0,5 ml.

Page 74: lo 5,6,7

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI RAHANG BAWAH

• Teknik anestesi infiltrasi umumnya jarang digunakan untuk rahang bawah cortical plate pada rahang bawah tebal larutan anestesi tidak dapat berdifusi ke tulang kanselosa dan ke dalam saraf yang mensuplai pulpa gigi.

(Malamed, 2013)

Page 75: lo 5,6,7

TAHAP

1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.2) Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal fold

atau 1 – 1 ½ mm dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.

3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.

4) Keluarkan anastetikum 2cc pada sulkus bukal5) Sambil jarum ditarik deponir kembali anastestikum 0,2 cc

untuk memperoleh matirasa maksimum6) Bukal infiltrasi 0,5 – 1,0 cc cukup untuk menganastesi

jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut(Malamed, 2013)

Page 76: lo 5,6,7

TEKNIK BLOK ANESTESI NERVUS PALATINUS

Page 77: lo 5,6,7

GREATER PALATINE NERVE

anestesi bagian posterior dari palatum

keras

NERVUS NASOPALATINUS

anestesi dari palatum keras anterior

(Malamed, 2013)

Page 78: lo 5,6,7

TEKNIK ANESTESI BLOK PALATINE ANTERIOR NERVE (GREATER PALATINE)

• Ketika anestesi palatal diberikan, stabilkan jarum dengan kedua tangan.

(Malamed, 2013)

Page 79: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• untuk prosedur gigi yang melibatkan jaringan lunak palatal yang lebih distal dari canine.

• Area yang dianestesi bagian posterior palatum keras dan jaringan lunak dibawahnya, ke anterior sejauh premolar pertama dan secara medial ke garis median.

Gambar 2. Area yang dianestesi dengan greater palatine nerve block (Malamed, 2013)

Page 80: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Jarum pendek ukuran-27direkomendasikan.• Lokasi penyisipan: jaringan lunak sedikit anterior dari

foramen palatine besar.• Daerah Target: greater palatine nerve ke anterior antara

jaringan lunak dan tulang dari palatum keras (Gambar 2. )

Gambar 2. Area target untuk blok greater palatine nerve (Malamed, 2013)

Page 81: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Landmark: greater palatine foramen dan persimpangan proses alveolar rahang atas dan tulang palatum.

• Jalur penyisipan: memajukan jarum suntik dari sisi berlawanan dari mulut pada sudut kanan ke daerah sasaran.

• Orientasi bevel: menuju jaringan lunak.

Page 82: lo 5,6,7

TAHAPAN

(Malamed, 2013)

– Asumsikan posisi yang benar(1) greater palatine nerve kanan administrator menghadap pasien pada posisi jam 7 atau 8(2) greater palatine nerve kiri administrator menghadap dalam arah yang sama dengan pasien pada posisi jam 11.

Page 83: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Minta pasien, yang berada dalam posisi terlentang untuk melakukan hal berikut (Gambar 2. A)

(1) Terbuka lebar.(2) Memperpanjang leher.(3) Putar kepala ke kiri atau kanan visibilitas

Page 84: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Lokasikan greater palatine foramen (Gambar 2. B )(1) Tempatkan swab kapas di persimpangan proses alveolar rahang atas dan palatum keras.(2) Mulai di regio maxillary molar pertama dan palpasi ke posterior dengan menekan secara kuat ke dalam jaringan dengan swab.(3) swab "jatuh" ke dalam depresi yang dibuat oleh foramen greater palatine

Page 85: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Siapkan jaringan di tempat suntikan ( 1-2 mm lebih anterior dari foramen palatine besar)

(1) Bersihkan dan keringkan dengan kain kasa steril.(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).(3) Terapkan anestesi topikal selama 2 menit

– Setelah 2 menit dari aplikasi anestesi topikal, swab bergerak posterior sehingga langsung mengarah melalui foramen palatina besar.

(1) Terapkan tekanan yang cukup besar di daerah foramen dengan spons dengan tangan kiri

(2) (Perhatikan iskemia (whitening dari jaringan lunak) di tempat suntikan.

(3) Menerapkan tekanan selama minimal 30 detik.

Page 86: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Suntik jarum langsung ke dalam mulut dari sisi berlawanan dengan jarum mendekati tempat suntikan di sudut yang tepat.

Page 87: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Tempatkan bevel terhadap jaringan lunak pucat (Iskemik) sebelumnya di tempat suntikan.

• Dengan bevel terhadap jaringan:– (1) Terapkan tekanan yang cukup untuk menundukkan

jarum sedikit.– (2) Deposit volume kecil anestesi. Solusinya dipaksa

terhadap mukosa membran, dan droplet terbentuk

Page 88: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Luruskan jarum dan bevel menembus mukosa.

(1) Lanjutkan untuk mendeposit volume kecil anestesi selama prosedur.(2) Iskemia menyebar ke jaringan di sekitarnya selama anestesi (biasanya dengan vasokonstriktor) didepositkan

Page 89: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Lanjutkan menerapkan tekanan anestesi selama deposisi dari larutan anestesi. Iskemia menyebar karena vasokonstriktor mengurangi perfusi jaringan.

– Perlahan memajukan jarum sampai tulang palatine secara lembut tersentuh.

(1) Kedalaman penetrasi biasanya sekitar 5 mm.(2) Lanjutkan deposit volume kecil anestesi.

Page 90: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Aspirasi di dua bidang.– Jika negatif, perlahan deposit (minimum 30 detik)

tidak lebih dari seperempat sampai sepertiga dari cartridge (0,45-0,6 mL).

– Tarik jarum suntik.– Amankan jarum.– Tunggu 2 sampai 3 menit sebelum memulai

prosedur.

Page 91: lo 5,6,7

TEKNIK ANESTESI NASOPALATINE NERVE

• Ketika anestesi palatal diberikan, stabilkan jarum dengan kedua tangan.

(Malamed, 2013)

Page 92: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• untuk mengkontrol rasa nyeri pada bagian palatal dengan administrasi solusi anestesi yang minimum (maksimal ¼ cartridge)

• akan mengenai area yang luas dari jaringan lunak palatal meminimalisir injeksi multiple palatal.

• disebut juga sebagai incisive nerve block/sphenopalatine nerve block

• Nervus yang teranestesi adalah nervus nasopalatinal secara bilateral

Page 93: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• area yang teranestesi bagian anterior dari palatum keras (bagian mesial kanan premolar satu ke bagian mesial kanan premolar satu)

Page 94: lo 5,6,7

teknik

(Malamed, 2013)

Teknik penetrasi satu jarum ke

palatum

Multiple needle penetration

Page 95: lo 5,6,7

1. Teknik penetrasi satu jarum

(Malamed, 2013)

• jarum ukuran 25 atau 27.• Area insersi mukosa palatal di bagian lateral papila

incisivum karena jaringan di bagian ini lebih sensitif dibandingkan dengan mukosa palatal lainnya.

• Target area foramen incisivum di bawah papilla incisivum

Page 96: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Cara menginsersikan: dekati area injeksi dengan kemiringan 45o terhadap papilla incisivum

• Bevel menghadap jaringan lunak palatum.• Operator duduk pada arah jam 9 atau 10

menghadap arah yang sama dengan pasien

Page 97: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Instruksikan pasien untuk membuka mulutnya besar-besar, perpanjang lehernya, dan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk meningkatkan visibilitas

Page 98: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Persiapkan jaringan sebelah lateral papilla incisivum. – Jaringan dibersihkan dan dapat dioleskan topikal antiseptik

atau anestesi– Setelah anestesi topikal diaplikasikan selama 1-2 menit,

oleskan juga pada area papilla incisivum.

Page 99: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Tempatkan bevel berlawanan dengan jaringan lunak yang iskemik pada area injeksi.

• Pemegangan jarum harus stabil untuk mencegah terjadinya kecelakaan penetrasi jaringan.

Page 100: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Dengan bevel yang terletak melawan jaringan, aplikasikan tekanan yang cukup untuk memasukkan jarum, lalu masukkan sedikit anestesi ditekan melawan membran mukosa.

• Tegakkan jarum lalu biarkan bevel untuk menembus mukosa.

• Lanjutkan untuk memasukkan sedikit volume anestesi, lalu perhatikan iskemia yang menyebar ke jaringan pendukung setelah solusi diinjeksikan.

Page 101: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Lakukan penekanan dengan menggunakan kapas selama anestesi diinjeksikan.

• Secara perlahan, arahkan jarum menuju foramen incisivum sampai berkontak dengan tulang.

• Kedalaman penetrasi 6-10 mm.• Injeksikan sedikit volume anestesi ketika memasukkan

jarum.• Tarik jarum 1 mm untuk mencegah injeksi

subperiosteal. Bevel sekarang terletak pada pertengahan foramen incisivum.

Page 102: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• aspirasi negatifinjeksikan anestesi kurang dari ¼ cartridge (0,45 ml) secara perlahan (15-30 detik)

• Tarik jarum keluar secara perlahan dan tunggu kurang lebih selama 2-3 menit sebelum melakukan tindakan perawatan.

• Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa baal pada bagian anterior palatum dan pasien tidak merasakan sakit selama dilakukannya perawatan.

Page 103: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Penyuntikan tidak dilakukan secara langsung ke papilla incisivum menimbulkan rasa yang sangat sakit pada pasien.

• solusi anestesi tidak boleh disuntikkan secara cepat dan tidak boleh didepositkan dalam jumlah yang besar

• Apabila jarum diinjeksikan lebih dari 5mm ke kanal incisivum dan memasukki dasar hidung infeksi dapat terjadi.

Page 104: lo 5,6,7

2. Teknik multiple needle penetrations

(Malamed, 2013)

• Gunakan jarum ukuran 27.

• Area insersi– frenulum labialis– papilla interdental– apabila

dibutuhkan dapat diberikan pada jaringan lunak palatal di papilla incisivum.

Page 105: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Target area foramen incisivum, di bawah papilla incisivum.

• Injeksi pertama arah insersinya ke frenulum labial.

• injeksi kedua jarum dipegang pada sebelah kanan papilla interdental

• injeksi ketiga jarum dipegang dengan sudut 45o terhadap papilla incisivum.

Page 106: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• injeksi pertama– bersihkan area injeksi– tarik bibir bagian atas untuk merenggang jaringan

dan membuat operator lebih mudah melihat.– Secara perlahan masukan jarum ke arah frenulum

dan injeksikan 0,3 ml anestesi dalam waktu sekitar 15 detik.

Page 107: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• injeksi kedua yang dilakukan pada bagian papilla interdental,– Tarik bibir bagian atas untuk mempermudah area

visibilitas operator.– Operator duduk pada arah jam 11 atau 12

mengarah ke arah yang sama dengan pasien.– Miringkan kepala pasien ke arah kanan untuk

menyediakan sudut yang baik untuk penetrasi jarum.

– Pegang jarum pada bagian kanan papilla interdental, tusukkan jarum pada papilla interdental.

– Arahkan jarum ke papilla incisivum.

Page 108: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Jaringan lunak pada permukaan labial sebelumnya telah dianestesi pasien tidak akan mengeluhkan ketidaknyamanan.

• Saat kepala pasien ditengadahkan ke belakang, operator dapat melihat iskemia jaringan yang disebabkan oleh anestesi.

• Ketika iskemia terjadi pada papilla incisivum, atau ujung jarum terlihat di bawah permukaan jaringan, dan aspirasi negatif, administrasikan anestesi kurang dari 0,3 ml sekitar 15 detik.

Page 109: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Stabilisasikan syringe dengan menggunakan jari pada tangan lainnya.

(Gambar 2. ) Gunakan jari pada tangan lain untuk menstabilkan syringe saat melakukan injeksi kedua (tanda panah)(Malamed, 1997)

Page 110: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

• Injeksi ketiga (hanya dilakukan apabila injeksi kedua tidak memberikan anestesi palatal yang adekuat)– Keringkan jaringan pada lateral papilla incivum– Instruksikan pasien untuk membuka mulutnya

lebar-lebar dan merentangkan lehernya. – Tempatkan jarum pada jaringan lunak papilla

incisivum menuju ke area distal papilla

Page 111: lo 5,6,7

(Malamed, 2013)

– Injeksikan jarum sampai berkontak dengan tulang, lalu tarik jarum sekitar 1 mm untuk mencegah injeksi subperiosteal

– Apabila aspirasi negatif, secara perlahan injeksikan anestesi sebesar 0,3 ml dalam waktu 15 detik.

– Tarik syringe keluar dan tunggu 2-3 menit untuk onset anesthesi sebelum dilakukannya perawatan.

Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa baal pada bagian bibir atas dan anterior palatum dan pasien tidak merasakan sakit selama dilakukannya perawatan.

Page 112: lo 5,6,7

Klasifikasi Obat Anastesi Umum

Page 113: lo 5,6,7

Sifat-sifat anestesi umum yang ideal adalah:1. Bekerja cepat, induksi dan pemulihan baik2. Cepat mencapai anestesi yang dalam3. Batas keamanan lebar4. Tidak bersifat toksis

Page 114: lo 5,6,7

Inhalasi

Gas

NO2 O2 Siklopropan

Cairan volatile

Ethyl ether

halotan

isofluran

desfluran

Enfluran

sevofluran

Page 115: lo 5,6,7

intravena

Propofol Barbiturat Etomidat Ketamin

Obat yang digunakan

untuk membantu

anastesi

benzodiazepin opioid

Page 116: lo 5,6,7

Cairan Volatile Ethyl ether • Zat ini sensitive terhadap cahaya, jika terkena cahaya terjadi pembentukan

peroksida dan aldehid. Ethyl ether ini mudah meledak dan terbakal • Absorbsi, metabolism, ekskresi

– Ethyl ether diabsorbsi oleh epitel pulmo dan dieksresi melalui ekspirasi dan urin, dan didstribusi plasama dan sel

• Kontraindikasi– Pada pulmonary edema, penyakit ginjal kronis.

Page 117: lo 5,6,7

Efek farmakologi– Ethyl ether ini menyebabkan depresi system saraf pusat yang efektif memblok formasi

retrikular. Ethyl ether menghasilkan zat yang memblok neuromuscular (aktivitas curariform yaitu yang menyebabkan neuromuscular lumpuh tanpa menghilangkan kesadaran) yang mengurangi respon otot skeletal terhadap stimulasi.

– Ethyl etherini menyebabkan iritan local terhadap jalur pernapasan yang menyebakan sekresi bronchial meningkat. Konsentrasi tinggi menekan pusat respirasi

– Ethyl ether meneyebabkan detak jantung meningkat karena pelepasan epineprin. Ethyl ethermenyebabkan meningkatnya tekanan darah kemudian menjadi normal karena vasodilatasi peripheral. Pada konsentrasi tinggi ether menekan miokardium secara langsung.

– Ethyl ether menyebabkan nausea dann vormet. Pada saat postoperative terjadi depresi pada pergerakan lambung dengan ga.

– Ethyl ether menyebabakan produksi urin berkurang karena berkurangnya filtasi glomerular dan pelasan ADH.

– Ethyl ether menyebabkab gangguan pada fungsi hati yang bersifat reversible.

Page 118: lo 5,6,7

Halo

tan anestetik

golongan hidrokarbon yang berhalogen.

zat yang tidak bewarna, berbau enak, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah meledak.

Halotan merupakan anestetik yang kuat dengan efek anagesik yang lemah. Secara langsung halotan menghambat kerja otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis.

Page 119: lo 5,6,7

• .• .

Enflu

ran anestetik eter

berhalogen tidak mudah terbakar.

Enfluran dalam kadar tinggi dapat menyebabkan depresi kardiovaskular dan perangsangan sistem saraf pusat

enfluran diberikan dengan kadar rendah bersama N2O untuk menghindari efek sampingEnfluran menyebabkan relaksasi otot rangka lebih baik daripada halotan, sehingga dosis obat harus diturunkan

Enfluran

Page 120: lo 5,6,7

Isofluran• .

Isoflu

ran Isofluran adalah

eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Isofluran berbau tajamkadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi membuat pasien menahan napas dan terbatuk.

Pada anestesi yang dalam dengan isofluran tidak terjadi perangsangan sistem saraf pusat seperti pada enfluran

.

Isofluran meningkatkan aliran darah otak sementara metabolisme otak hanya menurun sedikit. Sirkulasi otak tetap responsif terhadap CO2 Oleh karena itu, isofluran merupakan anestesi pilihan dalam bedah saraf.

Page 121: lo 5,6,7

Desfluran

Desfluran lebih sulit menguap dibandung dengan kelompoknya.

Desfluran umumnya banyak digunakan pada bedah singkat atau pada bedah rawat jalan.

Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak napas, atau bahkan spasme laring

Sudah jarang digunakan

Page 122: lo 5,6,7

Sevofluran

• Sevofluran merupakan anestetik inhalasi baru yang memberilan induksi dan pemulihan yang lebih cepat.

• Metabolismenya di hati dan menghasilkan ion fluor yang juga dapat merusak ginjal.

Page 123: lo 5,6,7

Nitrogen Monoksida (N2O)

N2O yang juga disebut gas gelak

merupakan gas yang tidak bewarna, tidak berbau, tidak berasa, dan lebih berat daripada udara.N2O sukar larut dalam darah dan merupakan anestesi yang kurang kuat sehingga kini hanya digunakan sebagai bantuan.

Pada anestesi yang lama, N2O dapat menyebabkan rasa mual, muntah, dan lambat sadar. N2O memiliki efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin.

Page 124: lo 5,6,7

Siklopropan

Siklopropan merupakan anestesi inhalasi yang kuat, berbentuk gas, berbau spesifik, tidak bewarna, dan disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi.

Siklopropan relatif tidak larut dalam darah sehingga dalam 2-3 menit induksi dilalui. Siklopropan menimbulkan relaksasi otot cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran napas.

Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung; curah jantung dan tekanan arteri tidak meningkat sehingga merupakan anestetik yang dipilih pada pasien syok. Perdarahan dapat terjadi saat dilakukan perasi karena siklopropan meningkatkan aliran darah.

Page 125: lo 5,6,7

Anestesi Intra Vena

adalah anestesi yang cepat

menghasilkan hipnosis

efek analgesia, menimbulkan

amnesia pasca-anestesia

mempunyai, dampak buruknya mudah dihilangkan oleh

antagonisnyacepat dieleminasi oleh tubuh, tidak

atau sedikit mendepresi fungsi

respirasi dan kardiovaskular,

pengaruh farmakokinetikn

ya tidak bergantung

pada disfungsi organ.

Kriteria ini sulit dicapai oleh satu obat, maka umumnya digunakan

kombinasi beberapa obat atau digunakan kombinasi

beberapa obat atau dengan cara lainnya.

Page 126: lo 5,6,7

Barbituratbarbiturat kerja sangat singkat yaitu tiopental, metoheksital, dan tiamilal yang diberikan secara bolus intravena atau secara infus.Penyuntikan intravena harus dilakukan secara hati-hati karena dapat terjadi ekstravasasi atau penyuntikkan ke dalam arteri. Dengan dosis yang memadai untuk induksi, pasien akan merasakan rasa bawang putih di lidahnya

KetaminKetamin merupakan larutan tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman. Ketamin memiliki sifat analgesik, anestesi, dengan kerja singkat. Ketamin tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Ketamin merupakan satu-satunya anestesi intravena yang merangsang kardiovaskular karena efek perangsangnya pada pusat saraf simpatis.

PropofolPropofol berupa minyak pada suhu kamar sebagai emulsi 1%.

Propofol intravena 1,5-2,5 mg/kgBB menimbulkan induksi anestesi secepat tiopental, tetapi dengan pemulihan yang lebih cepat dan pasien segera merasa lebih baik dibanding setelah penggunaan anestetik lain. Kelebihan propofol adalah bekerja lebih cepat daripada tiopental, konfusi pascabedah minimal, dan kurang menyebabkan mual-muntah pasca bedah

Page 127: lo 5,6,7

Obat yang Digunakan untuk Membantu Anestesi

• Menurut Kee et al (1996), Anastesi seimbang, suatu kombinasi obat-obatan, sering dipakai dalam anastesi umum. Anestesi seimbang terdiri dari:– Hipnotik diberikan semalam sebelumnya– Premedikasi, seperti analgesik narkotik atau benzodiazepin

(misalnya, midazolam dan antikolinergik (contoh, atropin) untuk mengurangi sekresi diberikan kira-kira 1 jam sebelum pembedahan

– Barbiturat dengan masa kerja singkat, seperti natrium tiopental (Pentothal)

– Gas inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen– Pelemas otot jika diperlukan

Page 128: lo 5,6,7

Benzodiazepin

• Benzodiazepin yang digunakan adalah diazepam, lorazepam, dan midazolam.

• Dengan dosis untuk anestesi, kelompok obat ini menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek analgesik.

• Efek pada sistem saraf pusat dapat diatasi dengan antagonisnya. Anestesi ini sering digunakan pada penderita jantung karena obat inI tidak mendepresikan sistem kardiovaskular.

• Dosis diazepam untuk induksi adalah 0,1-0,5 mg/kgBB sedangkan pada orang sehat, dosisnya adalan 0.2 mg/kgBB diberikan bersama narkotik analgesik.

Page 129: lo 5,6,7

Macam-Macam Teknik Anestesi Umum

Page 130: lo 5,6,7

Anestesi Umum

Anestesi Intravena

Anestesi Inhalasi (gas)

Page 131: lo 5,6,7

• Respon individual terhadap anestesi umum bervariasi dan tidak berhubungan dengan dosis-respon yang tepat

• Dosis anestesi yang digunakan harus tepat sebagai pedoman

• Ahli anestesi menggunakan tanda klinik anestesi (ukuran pupil, gerak mata, kecepatan dan volume pernapasan)

Page 132: lo 5,6,7

4 stadium tanda klinis anestesi:1. Pasien sadar, keadaan analgesia dan amnesia2. Pasien tidak sadar, dapat bereaksi tidak tentu,

pola pernapasan tidak teratur3. Menghasilkan keadaan operasi optimal,

pernapasan baik, hemodinamis stabil. Pernapasan dan sirkulasi menurun saat menuju stadium empat

4. Kolaps kardiovaskuler dan kegagalan pernapasan

Page 133: lo 5,6,7

Anestesi Umum di kedokteran Gigi

Outpatient General

Anesthesia

Inpatient General

Anesthesia

Page 134: lo 5,6,7

Outpatient General Anesthesia

Pasien ASA I, ASA II, beberapa ASA III1. IV barbiturate/propofol (kurang dari 30 menit)• prosedur bedah oral dan maksilofasial yang singkat

(impaksi M3)• Methohexital (barbiturate yang sering dipakai),

propofol (non barbiturate)• Tambahan obat: nitrous oxide-oxygen,

benzodiazepin (↑durasi anestesi), opioid, anestesi lokal (mencegah stimulus rasa sakit mencapai otak, ↓dosis barbiturat, kontrol nyeri post operatif)

Page 135: lo 5,6,7

Outpatient General Anesthesia

2. Conventional operating theater (lebih dari 30 menit, kurang dari 4 jam)• Mirip anestesi inpatient• Anestesi short-acting, pasien pulih dengan

cepat• ASA I atau ASA II• Pasien melakukan tes laboratoirum dan

fisik 48 jam sebelum prosedur

Outpatient General Anesthesia

Page 136: lo 5,6,7

Outpatient General Anesthesia• Instruksi preoperative:

Puasa 6-8 jam Hasil lab diterima dan diperiksa, hasil harus dalam

batas normal Rekam medis lengkap Telah menandatangani inform consent

• Sebelum operasi: melepaskan lensa kontak/protesa, tidak menggunakan obat premedikasi IM

• Pasien duduk di dental chair/ meja operasi, anesthesiologist memasang alat monitoring (ECG, precordial stethoscope, blood pressure cuff, pulse oximeter)

Outpatient General Anesthesia

Page 137: lo 5,6,7

Outpatient General Anesthesia

• Memberikan ifus IV dengan 5% dextrose dan air / lactated ringer’s solution. Mukosa disemprot 4% kokain atau 0,5% phenylephrine

• Anestesi dengan short-acting barbiturate• Anestesi lanjutan (maintenance)• Setelah prosedur berakhir, paisen diberikan

100% O2. setelah refleks protektifnya kembali, pasien dibawa ke area recovery sampai diizinkan pulang

Outpatient General Anesthesia

Page 138: lo 5,6,7

Inpatient General Anesthesia

• Pasien ASA IV, beberapa kasus ASA III, pasien yang kontraindikasi dengan prosedur outpatient

• Pasien datang ke RS 1 hari sebelum prosedur bedah, melakukan evaluasi preoperatif

• Sore hari, anesthesiologist melakukan preanesthetic visit untuk mengevaluasi pasien

• Pasien diintubasi nasoendotracheal, bukan oroendotrecheal

• Pasien diminta berpuasa sebelum operasi dan pemberian premedikasi IM satu jam sebelum prosedur

Page 139: lo 5,6,7

Inpatient General Anesthesia

• Sebelum pasien ke kamar operasi, anesthesiologist menyiapkan obat-obatan dan peralatan yang diperlukan

• Perawat mempersiapkan pasien, menempatkan pada meja operasi dan memasang monitor fisiologi.

• infus IV dipasang• Tanda vital dimonitor dan direkam• Ketika tim bedah datang, induksi anestesi dengan cara

IV• Topikal anestesi pada lubang hidung pasien

Inpatient General Anesthesia

Page 140: lo 5,6,7

Inpatient General Anesthesia• Masker full face dipasang pada pasien dan diberi O2• Setelah pasien hilang kesadaran, memastikan jalan napas

baik kemudian diberi muscle relaxant.• Maintenance anestesi (sevoflurane, meperidine IV)juga

diberi gas N2O 3L/menit dan O2 2L/menit.• Paisen siap menjalani prosedur pembedahan• Anesthesiologist mengontrol tanda vital dan memberi

tambahan dosis obat maintenance• Setelah pembedahan selesai, anestesi inhalasi dihentikan,

kemudian memberikan 100% O2. diperlukan obat tambahan untuk mencegah bradikardi

Inpatient General Anesthesia

Page 141: lo 5,6,7

Inpatient General Anesthesia

• Bila gerakan respirasi pasien adekuat, lakukan ekstubasi

• Pasien dipindah ke ruang recovery• Pasien menerima oksigen melalui nasal cannula

dan tanda vital tetap dimonitor sampai stabil dan pasien bangun

• Pada ASA I dan II biasanya pasien tinggal di RS 1-3 malam, namun pada ASA III dan IV dapat lebih lama

Inpatient General Anesthesia

Page 142: lo 5,6,7

INTRAVENA

Keuntungan: lebih diterima pasien, kurang perasaan klaustofobik, tahap tidak sadar lebih cepat

Kekurangan: induksi cepat dan depresi cerebrum yang jelas terlihat seperti pada gangguan pernapasan dan hemodinamik. Agen IV digunakan bersama N2O atau anestesi inhalasi lainnya

Page 143: lo 5,6,7

INHALASI

Gas padat (argon dan xenon), hidrokarbon halogenasi (halotan, efluran)

Keuntungan: dapat diserap secara terkontrol dan cepat

Faktor yang menentukan kecepatan transfer di jaringan otak: kelarutan zat anestesi, kadar zat anestesi dalam udara (tekanan parsial), ventilasi paru, aliran darah paru, perbedaan tekanan parsial anestesi di arteri dan vena

Page 144: lo 5,6,7

Klasifikasi ASA

Page 145: lo 5,6,7

Kelas Status fisik Contoh

I Pasien normal yang sehat Pasien bugar

II Pasien dengan penyakit sistemik

ringan

Hipertensi esensial, diabetes ringan

III Pasien dengan penyakit sistemik berat

yang tidak melemahkan

(incapacitating)

Angina, insufisiensi pulmoner sedang

sampai berat

IV Pasien dengan penyakit sistemik yang

melemahkan dan merupakan ancaman

konstan terhadap kehidupan

Penyakit paru stadium lanjut, gagal

jantung

V Pasien sekarat yang diperkirakan tidak

bertahan selama 24 jam dengan atau

tanpa operasi

Ruptur aneurisma aorta, emboli paru

massif

E Ditambahakan pada akhir operasi darurat