Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5156/6/LAMPIRAN.pdfApa...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5156/6/LAMPIRAN.pdfApa...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
LAMPIRAN I: FOTO BERSAMA INFORMAN
1. Peneliti Bersama
Hessen Ali
2. Peneliti Bersama
Mohammed Hussin
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
3. Peneliti Bersama
Selvie Natalia
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
LAMPIRAN II: PERTANYAAN PENELITIAN
BAGIAN 1: PROSES AWAL MENGUNGSI
1. Apa yang melatarbelakangi keputusan Anda untuk mengungsi dari negara
Anda? Ceritakan menurut pengalaman Anda sejak berada di negara asal.
2. Apa yang Anda ketahui tentang Indonesia dan dari mana Anda
mendapatkan informasi tersebut? Apa yang membuat Anda berpikir dan
memutuskan untuk mengungsi ke Indonesia?
3. Ceritakan keadaan dan proses ketika Anda mengungsi dari negara asal ke
Indonesia! Dengan siapa Anda mengungsi? Organisasi/institusi atau pihak
manakah yang mengurus proses pengungsian Anda?
4. Saat pertama kali berada di Indonesia, dengan siapakah Anda berinteraksi?
Bagaimana pihak tersebut memperlakukan Anda?
BAGIAN II: PENGETAHUAN DASAR MENGENAI HAK DAN
KEWAJIBAN PENGUNGSI
5. Menurut sepengetahuan Anda, siapa yang disebut sebagai pencari suaka
dan pengungsi?
6. Ceritakan pengalaman Anda ketika mengajukan permohonan untuk
mendapatkan status pengungsi di Indonesia? Bagaimana pihak yang
berwenang memperlakukan Anda? Berapa lama proses tersebut
berlangsung?
7. Menurut sepengetahuan Anda, apa hak-hak yang dimiliki seorang
pengungsi pada umumnya?
8. Apa hak (termasuk hal-hal yang Anda dapatkan dan kegiatan yang boleh
Anda lakukan) yang Anda miliki selama menjadi pengungsi di Indonesia?
Bagaimana hak tersebut berlaku dalam kehidupan Anda sehari-hari?
9. Apa hal-hal yang tidak boleh Anda lakukan selama menjadi pengungsi di
Indonesia?
10. Apakah hak yang diberikan Indonesia sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup Anda? Bila belum, apa yang Anda harapkan bisa Anda
dapatkan?
BAGIAN III: PENGALAMAN TINGGAL DI DORMITORIO
11. Ceritakan proses penempatan Anda di community house Dormitorio
Tangerang! Apakah Anda sebelumnya pernah tinggal di kota lain di
wilayah Indonesia?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
12. Apa karakteristik yang membuat Anda dikenal atau membedakan Anda
dengan teman-teman sekitar Anda (selain nama Anda, dapat berupa
tampilan fisik, sifat, hobi)?
13. Ceritakan kegiatan yang Anda lakukan di dormitorio sehari-hari atau yang
pernah Anda lakukan dalam momen tertentu!
14. Apakah kegiatan sehari-hari Anda saat ini sesuai dengan harapan Anda?
Bila tidak, apa kegiatan lainnya yang ingin Anda lakukan?
BAGIAN IV: BUDAYA
15. Ceritakan budaya yang Anda miliki dan berkembang dari negara asal
Anda (termasuk nilai, kepercayaan, sikap, ekspektasi pada peran yang
dimiliki)!
BAGIAN V: INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT INDONESIA
16. Menurut sepengetahuan Anda, apa yang dipikirkan dan dirasakan
masyarakat Tangerang mengenai pencari suaka dan pengungsi?
17. Menurut sepengetahuan Anda, bagaimana media menggambarkan pencari
suaka dan pengungsi?
18. Apakah gambaran media tentang pengungsi sebagai imigran ilegal atau
perilaku kriminal adalah tepat dan sesuai dengan gambaran versi Anda?
Bagaimana gambaran tersebut mempengaruhi Anda?
19. Ceritakan perlakuan paling menyenangkan yang pernah Anda terima dari
masyarakat Indonesia?
20. Ceritakan perlakuan paling tidak menyenangkan yang pernah Anda terima
dari masyarakat Indonesia? Apakah Anda pernah mengalami perilaku
diskriminasi dari masyarakat sekitar?
BAGIAN VI: HARAPAN
21. Bila keadaan di negara Anda sudah Aman, apakah Anda akan kembali ke
negara asal Anda? Mengapa?
22. Sudah berapa lama Anda menanti untuk kembali ke negara asal atau
menuju negara ketiga? Bagaimana waktu penantian tersebut
mempengaruhi kehidupan Anda?
23. Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, apa yang Anda harapkan bisa Anda
capai? Menurut Anda, apakah Anda mampu mewujudkan harapan
tersebut?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
LAMPIRAN III: TRANSKRIP WAWANCARA HESSEN ALI
Tanggal: Rabu, 13 Juni 2018
Data Narasumber
Nama: Hessen Ali
Usia: 28 tahun
Asal Negara: Afghanistan (Wilayah Asia)
Status: Pengungsi, sendiri
Lama mengungsi: 4 tahun
Keterangan
P : Pewawancara, N : Narasumber
P: Apa yang membuat Kaka Ali mau mengungsi dari Afghanistan? Kenapa mau
pergi dari Afghanistan?
N: Kan di situ enggak aman, ada, negaranya perang, ke mana pun sudah, pergi
dari situ, yah. Enggak aman, buat aku gak aman, cuma itu doang.
P: Boleh aku diceritain tidak aman di sana itu seperti apa?
N: Sepertinya, ehm … Setiap hari ini kayak gini, kan ada Taliban, ada orang
Daish, ditangkap, dibunuh, langsung dibunuh, ada kayak gitu.
P: Itu setiap hari di desa?
N: Bukan setiap hari, itu kamu gak tahu mereka tiba-tiba datang, masuk, ambil.
Kalau aku tahu pasti kabur, gatau mereka tiba-tiba datang.
P: Ka Ali pernah orang itu tiba-tiba datang?
N: Ya, sudah. Sudah tangkap. Ya, aku sudah tangkap tapi keluarganya. Kan aku di
tempat kerja yang sudah ditangkap, bukan di rumah, di tempat kerja yang
ditangkap. Yah, setelah ditangkap, aku sudah kabur. Setelah itu mereka ancam
aku. Kalau setelah ini kamu sudah kabur, di mana aja, kapan aja aku ditangkap,
aku tau kamu di mana. Karena itu aku udah tinggalkan negara aku.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Saat kabur, Ka Ali kabur ke mana?
N: Kabur ke Kabul Baidah. Kabul itu negara, ehm ibu kota. Setelah itu sudah
pergi Hindustan, negara Hindustan, sendiri. Sudah, setelah itu sudah pergi
Hindustan, dari Hidustan pergi Malaysia. Malaysia lalu sudah di Indonesia.
P: Saat itu berarti tidak bertemu keluarga lagi?
N: Belum.
P: Saat ini tidak tahu keluarga di mana?
N: Enggak tahu.
P: Sudah coba hubungi?
N: Sudah, tapi gak ada, masih belum dapat.
P: Jadi saat itu ditangkap di tempat kerja, lalu Kaka Ali kabur. Kabur sama teman-
teman kantor?
N: Bukan, kan aku, kayak gini, aku maksudnya, aku jual mobil. Aku di jalan yang
mau kerja kan itu. Dekat yang tempat kerja aku, sudah di jalan. Bukan di tempat
kerja, di jalan mau ke tempat kerja, kan mobilnya aku beli, dibawa ke kota, jual.
Tapi kayak gitu aku sudah di jalan, ditangkap di jalan, dibakar mobilnya. Kan
mobilnya gak bisa ambil. Aku kabur, mobilnya taruh di situ, aku kabur, mobilnya
dibakar.
P: Tapi Kakak bisa kabur sendiri?
N: Ya bisa, kan mereka kayak gini, kan aku tunggu di situ, mereka bilang kamu
tunggu di sini, Taliban. Mereka kayak gini, kan, kamu di sini, aku bawa yang lain,
sampai mereka bawa yang lain, aku sudah kabur. Kan aku tau mereka pasti bunuh
aku. Biar aku coba, kalau kabur, biar langsung yang ditembak, itu bagus daripada
yang dipegang, yang dia pakai pisau, kayak gitu. Aku sudah coba, kan di situ ada
gunung, dekat aku, sudah naik gunung, sudah dalam pohon, dalam gunung, dalam
batu, kayak gitu, kan ada banyak, aku sudah pergi. Kan itu, aku sudah bilang,
dekat kerja aku. Maksudnya, mungkin aku satu jam lebih di jalan kaki. Aku kabur,
kabur, sampai sudah.
P: Lalu kabur, minta tolong siapa?
N: Kan aku sudah di kota yang aku tinggal, sudah sampai di situ. Setelah itu,
orang lewat dari situ datang, yah, mereka cerita, sudah, mobil itu punya kamu? Ya.
Kan KTP aku dalam mobil. Semua ditinggal, mereka diambil, sudah dikasih lihat,
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
orang ini, aku tahu namanya ini, tinggal di mana. Tapi orang lewat jalan, mereka
berhenti, nanya ini siapa. Mereka tahu, itu teman-teman kerja, teman-teman yang
mereka tahu aku jual mobil, tapi mereka bilang gak tahu ini, tapi ini aku tahu
tinggal di mana. Aku bilang, di mana aja aku bisa ditangkap lagi, dibunuh. Aku
saat itu makan di hotel, di restaurant, mereka datang, ya bilang kayak gini, Taliban
bilang kayak gini. Saat itu aku sudah dari kotanya harus dua hari lagi aku kabur,
langsung ke ibu kota, dua-tiga hari aku sudah bikin passport, lalu pergi.
P: Restaurant itu sesudah ditangkap atau sebelum?
N: Bukan, setelah. Ya, kan aku kabur, satu jam, dua jam aku sudah di jalan kaki
sampai di kota aku. Aku makan di restaurant, mereka datang.
P: Taliban datang?
N: Bukan, teman yang sudah lewat. Taliban masih ada di jalan.
P: Teman kasih tahu?
N: Ya kasih tahu, kamu dicari, gitu. Ya sudah, aku kabur lagi. Karena aku tahu,
sudah banyak kayak gitu ditangkap. Kan aku tahu kondisinya gimana, yah. Aku
harus kayak gitu. Mereka bahaya, bahaya sekali.
P: Jadi, Ka Ali pergi bikin passport?
N: Ya, udah bikin passport, langsung pergi ke Hindustan. Dari Hindustan ke
Malaysia. Malaysia naik kapal ke Indonesia.
P: Jadi, sampai saat ini belum ketemu keluarga yah?
N: Belum.
P: Lalu, Ka Ali tahu Indonesia dari mana? Dengar Indonesia dari mana?
N: Aku kan di Hindustan juga ada yang office UNCHR, juga ada di situ. Tapi aku
di situ, aku masih merasa gak aman. Aku harus jauh-jauh. Mereka bilang kalau
mau di Indonesia juga ada. Di situ juga UNHCR bisa diproses, maksudnya semua
bisa mereka tanggung jawab, kayak gini. Oh yasudah, aku sudah dari situ, sudah,
aku keputusan, yah, harus pergi ke Indonesia, jauh. Kan aku sampai satu tahun
masih, sampai sekarang aku masih, ehm … kalau tidur, mimpi yang mereka,
mimpi Taliban, Daish. Aku masih merasa, mungkin seminggu aku tiga kali, empat
kali, malam aku pasti mimpi Taliban. Masih merasa kurang aman. Terus kayak
gini, yah, aku masih takut, masih kurang aman.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Saat itu, UN, PBB kasih pilihan beberapa negara? Atau langsung kasih tahu
Indonesia saja?
N: Langsung kasih tahu. Kan ada di situ orang yang buat, di situ ada banyak orang
yang tahu Indonesia gimana. Mereka dikasih tahu aku, aku sudah di sini.
P: Apa yang Ka Ali dengar tentang Indonesia saat itu?
N: Aku sudah di Hindustan tinggal.
P: Ya. Tapi sebelum putuskan mau pindah Indonesia, orang-orang di situ bilang
pergi ke Indonesia saja?
N: Iya, betul.
P: Kenapa mereka bilang Indonesia?
N: Aku, kan ada di situ, kayak gimana, ada orang tahu, saya gak tahu tentang
UNCHR. Aku sudah nanya dari teman-teman, sudah kenal di situ. Aku kayak
gini ,kayak gini. Aku sudah share, cerita kondisi aku kayak gini. Dia bilang kamu
jangan di sini, mungkin mereka juga di sini. Kalau kamu kurang aman, kamu
harus pindah dari sini. Terus gimana? Kamu pergi aja ke Indonesia, kayak gini
kayak gini. Semua sudah cerita. Di situ bisa kamu aman. Yasudah, siapa yang
mau terima aku, sudah bilang sama orang, orang itu kirim aku.
P: Mereka cerita tidak kenapa mereka bilang Indonesia aman?
N: Amannya karena aku, bukan, buat mereka juga di Hindustan aman. Buat aku
gak aman.
P: Bukan. Maksudnya kenapa mereka bilang Indonesia aman?
N: Yah kasih tahu, kan mungkin teman mereka, keluarga mereka juga di sini,
sudah pernah di Indonesia, kayak gitu.
P: Jadi supaya aman, supaya lebih jauh dari Taliban, betul?
N: Ya betul
P: Lalu, bagaimana prosesnya untuk pindah melalui PBB? Bagaimana caranya
supaya PBB urus Ka Ali supaya bisa pindah ke sini?
N: Maksudnya?
P: Bagaimana caranya mendaftar ke PBB saat itu?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Aku sudah masuk ke Indonesia, sudah di Bogor. Di Bogor, sudah berapa hari
bilang ada PBB di Jakarta. Aku sama orang sudah pergi sampai Jakarta, di office
UNHCR, yah sudah cerita, mereka tulis. Ya, oke, sudah. Mereka bilang tunggu
interview.
P: Tapi belum?
N: Sudah interview, sudah.
P: Sudah ada hasilnya?
N: Belum, belum.
P: Sebelum di Bogor, di Hindustan betul?
N: Di Hindustan, ya. Itu kan negara India.
P: Ya, bagaimana cara daftar ke PBB supaya Ka Ali bisa pindah ke Indonesia?
N: Kan aku belum di situ, belum PBB. Baru di sini, di Indonesia.
P: Jadi saat di Hindustan hanya tanya-tanya teman pindah ke mana?
N: Ya, saat itu punya passport, masih belum masuk ke PBB. Cuma Tanya, yang
mana bagus, yang di sini atau bagaimana. Mereka bilang kalau kamu kurang aman,
kamu harus pergi ke Indonesia. Di Indonesia ada office PBB, mereka juga terima.
Mungkin kamu lebih aman dari Hindustan.
P: Jadi tanya teman-teman, yah?
N: Bukan teman, Cuma sudah baru kenal. Kan ada banyak yang baru kenal,
mereka juga kondisinya kayak aku atau yang lain mungkin beda, tapi mereka gak
cerita, cuma bilang gak aman, itu aja. Karena itu rahasia, mereka gak bilang, dan
mereka juga merasa takut. Aku gak tahu kamu siapa, misalnya, kayak aku cerita
sama kamu, mungkin juga mereka Taliban.
P: Jadi ke Indonesia dengan uang sendiri?
N: Dari PBB, sebulan…
P: Bukan, saat dari Hindustan ke Indonesia?
N: Oh, uang sendiri. Kan aku sudah bilang, aku jual mobil. Aku kan masih ada
uang, simpan uang, tapi sudah satunya dibakar masih ada uang, gitu.
P: Jadi di sana kerja jual mobil yah?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Iya jual mobil, aku beli, aku pintar tentang mobil.
P: Jadi, dari sana ke Indonesia uang sendiri, yah?
N: Iya, uang sendiri. Paspport sendiri, tiket, dari negara itu, masih sendiri, sampai
Indonesia.
P: Tidak bawa teman atau keluarga?
N: Enggak, bukan, sendiri.
P: Saat pertama kali di Indonesia, berarti di Pontianak atau Bogor?
N: Bogor yang pertama. Indonesia kan, sudah masuk Indonesia kan ada Maydon
(Medan), namanya Maydon (Medan), kota Maydon (Medan), dekat Pekanbaru.
Maydon (Medan) itu namanya?
P: Saya kurang tahu, tetapi dekat Pekanbaru yah?
N: Ya, dari situ langsung ke Jakarta. Dari Jakarta ke Bogor. Berapa hari aku cari
office PBB, baru sudah masuk. Setelah itu, kan gak ada yang bantuin aku, uang
aku hampir habis, sebelum habis aku harus masuk camp. Masuk camp, aku sudah
pergi ke Pekanbaru. Satu bulan tinggal di Pekanbaru setelah di Immigration.
Setelah masuk Immigration, diambil, yasudah kamu tinggal di sini. Setelah ini,
mereka sendiri, semua beli sendiri, tiketnya beli sendiri, pindah ke Pontianak. Aku
sudah di Pontianak, sudah dua tahun, yah itu. Setelah dua tahun sudah, itu baru
pindah ke Tangerang. Ya, aku sekarang di Tangerang.
P: Sebentar, saya ulang yah. Jadi dari Malaysia ke Pekanbaru dulu?
N: Bukan, Bogor. Cuma itu transit, kayak transit. Medan kayak transit. Kan itu
jalan harus lewat Pekanbaru, langsung ke Jakarta. Dari Jakarta ke Bogor, baru
masuk lagi cari ke PBB. Setelah berapa hari, aku sudah pindah ke …
P: Pontianak, betul?
N: Pekanbaru. Setelah Pekanbaru … kan aku sudah, sebelumnya enggak
immigration. Sudah Pekanbaru, immigration. Sudah sign di immigration, tanda
tangan, mereka diambil. Aku sudah info sama UNHCR. Kan ini orang, ini, mau
masuk camp. Harus tanggung jawab mereka kasih makan aku, mereka kasih
tempat yang tinggal, semua, sudah. Setelah itu, setelah satu bulan, aku pindah lagi
ke Pontianak. Dua tahun aku di camp, sudah tinggal di situ.
P: Baru ke Tangerang yah?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Yah betul.
P: Saya ulang lagi, boleh?
N: Ya, boleh.
P: Jadi dari Malaysia kan transit ke Pekanbaru.
N: Ya, bukan naik pesawat, naik kapal.
P: Ya, naik kapal.
N: Ya, kan ke Pekanbaru harus lewat jalan, harus lewat situ, yah. Aku tidak tahu
dari Pekanbaru atau saat itu dari mana, naik pesawat ke Jakarta, mungkin
Pekanbaru. Semua uang sendiri.
P: Dari Jakarta langsung ke PBB atau ke Bogor?
N: Langsung ke Bogor.
P: Kenapa langsung ke Bogor?
N: Kan aku gak tahu, aku gak tahu PBB di mana. Kan ada di situ, aku bukan
sendiri, ada teman-teman di situ, ini aku sepuluh orang, mereka bilang, aku
temannya ada di Bogor. Aku ikut mereka karena aku belum bisa Bahasa Indonesia.
Bingung, aku gak bisa … bisa English, aku harus gimana, mereka bisa bahasa
English. Langsung ke Bogor, ada temannya, dijelaskan kamu harus ini. Aku sudah
tinggal di kamar mereka, di Bogor. Setelah itu kasih tahu PBB, karena aku belum
tahu PBB gimana, belum tahu PBB ada apa, ngapain. Baru sudah masuk, yah
kamu buat apa di Indonesia. Karena aku sudah cerita, oh yasudah, oke. Baru aku
langsung daftar.
P: Jakarta baru diminta ke Pekanbaru lagi? immigration?
N: Ya, bukan dari Immigration. Aku naik, aku dari sini sendiri lagi di situ. Aku
belum tahu Pekanbaru, immigrationnya terima. Terima. Aku sudah di Pekanbaru,
sudah immigration, sudah terima. Yah, benar.
P: Baru Pontianak?
N: Ya, baru ke Pontianak, setelah sebulan.
P: Lalu dua tahun di Pontianak yah, baru ke sini?
N: Ya.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Kenapa dari Jakarta kan sudah ke PBB, kenapa harus ke Pekanbaru lagi?
N: Kan mereka enggak tanggung jawab. Cuma, mereka cuma, bahwa ini kan
orang sudah masuk ke Indonesia, masih belum interview. Maksud mereka cuma
masuk daftar saja, masih belum tanggung jawab. Setelah itu aku harus ke
immigration.
P: Kenapa harus ke Pekanbaru? Kenapa tidak ke immigration di Jakarta?
N: Mungkin aku kurang tahu. Saat itu mungkin kurang tahu. Aku masih merasa
sangat gak aman. Aku saat itu ke Indonesia, baru ke Indonesia, aku sangat kurang
aman, bingung. Ya, aku gak bisa bahasa Indonesia, gak bisa bahasa English. Terus
gimana? Aku benar-benar, yah, banyak yang di pikiran. Otak aku sakit, benar,
kepalaku sakit.
P: Jadi, siapa yang kasih tahu harus ke Pekanbaru?
N: Ada, teman. Aku sudah bilang ada orang-orang di Bogor, yah kan. Mereka
cerita, yah, tapi mereka juga gak tahu, gak 100 persen, gak tahu. Cuma dengar, ya
pengalaman, cuma dengar. Aku sudah bilang ya udah, I hope, aku berharap, ambil
immigration Pekanbaru. Cuma aku sudah pergi. Pasti kan aku harus ke
immigration. Sudah di immigration, langsung mereka silahkan. Yasudah.
P: Berapa lama, dari Malaysia ke Pekanbaru, lalu kemudian ke PBB, daftar,
immigration, berapa lama?
N: Mungkin, aku kurang ingat, mungkin dari India sampai Indonesia, mungkin 20
berapa hari, tapi dari Malaysia sampai Indonesia kurang tahu.
P: Berapa lama proses sampai immigration, dari pertama kali di Indonesia sampai
dapat immigration di Pekanbaru? satu bulan?
N: Enggak, 20 mungkin, 20 hari. Di Bogor, setelah itu aku sudah di situ, langsung
diambil, diterima mereka. Sekitar 20 hari setelah aku sudah masuk ke Indonesia.
Setelah itu, aku kurang tahu, mungkin aku gak ingat, mungkin 20, tapi sudah tulis.
Semua ingatan aku dari Afghanistan sampai sekarang aku sudah tulis. Kalau aku
buka daftarnya, semua ingat.
P: Jadi, kurang lebih, pertama kali di Indonesia sampai ke Pekanbaru immigration
itu 20 hari, yah?
N: Iya, tapi di immigration tinggal sebulan.
P: Baru pindah ke Pontianak, betul?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Betul.
P: Menurut Ka Ali, lama tidak prosesnya sampai immigration?
N: Oh … lama. Kan orang ditunggu, satu jam, lama. Itu bahkan satu bulan, itu
lama.
P: Dari PBB Lama?
N: Lama.
P: Dari daftar, pertama daftar, sampai interview, berapa lama?
N: Interview… tujuh bulan atau, yah tujuh bulan. Tujuh bulan baru interview.
P: Interviewnya di Jakarta atau di Pontianak?
N: Pontianak, PBB datang ke Pontianak, sudah, giliran aku empat-tiga orang,
sudah interview.
P: Jadi interviewnya di Pontianak. Pertama kali ke Indonesia berarti bertemu
dengan teman-teman yang di Bogor?
N: Ya. Bukan teman, cuma baru kenal. Gak sahabat, cuma kenal, kayak kita.
P: Bagaimana teman memperlakukan Anda?
N: Enggak, enggak perlakukan.
P: Tidak ramah? Hanya omong singkat? Orangnya seperti apa, sih?
N: Enggak. Yah seperti aku, kan mereka juga, Afghanistan, yang lain juga. Cuma
mereka gak terlalu jelaskan, enggak terlalu bilang, enggak terlalu ramah.
P: Jadi tertutup, tidak suka ngobrol yah?
N: Iya. Itu rahasia, mungkin.
P: Tapi kalau Anda tanya, dia kasih information?
N: Ehm, mereka enggak terlalu suka ditanya. Cuma aku saat itu tahu mereka tidak
terlalu suka, gak nanya, cuma kayak biasa aja, biarin. Mereka kurang aman sama
aku, kan baru kenal. Aku juga, sekarang kita kenal, aku juga enggak tahu karakter
kamu kayak gimana, karakter aku kayak gimana kan. Mungkin lama-lama baru
bisa santai kan. Orang baru kenal gak mungkin bisa langsung rahasia aku di share
semua sama kamu atau kamu sama aku. Itu kan ada, kan? Tapi mereka juga kayak
gitu. Tertutup.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Baik. Tapi, pertama kali ke Indonesia, ada ngobrol dengan orang Indonesia?
N: Enggak ngobrol, kan enggak bisa, kalau gak bisa orang gamau kan. Kalau aku
sekarang gak bisa bahasa Indonesia, kamu gak mau kan? Gak bisa bahasa Inggris,
kamu kan juga gak mau interview.
P: Kalau di PBB, saat pertama kali ke PBB?
N: Ya, aku tulis bahasa aku, saat itu sudah interview, orang ada, yang bahasanya
aku, aku sudah bilang sama dia, dia sudah translate.
P: Tapi orangnya bagaimana? Ramah?
N: Ya, baik, ramah.
P: Lalu, kalau saat ini, yang Ka Ali tahu, definisi, bukan definisi ehm … Kalau
dengar pencari suaka, asylum seeker, atau pengungsi, itu pikirnya apa tentang
mereka?
N: Enggak, enggak pikiran apa-apa, cuma aku sudah senang mereka, saat ini aku
interview, bilang sama mereka, rahasia aku, kondisi aku, share sama mereka, itu
aja. Aku sangat senang, saat ini masih ada orang yang nanya aku, kamu masalah
apa. Aku senang, saat itu. Karena pusing. Aku gak tahu dalam hal ini, atau pas
nanti, aku gak tahu gimana. Tapi sudah senang dia nanya dari aku.
P: Jadi tenang, sedikit tenang?
N: Ya, tenang.
P: Tapi, kalau pencari suaka, asylum seeker, pengungsi, tahu yah?
N: Ya tahu.
P: Ya maksudnya, ciri-ciri, definisi, definition. Maksudnya pencari suaka itu
orang yang seperti apa? Tidak ada rumah atau apa? Sepengetahuan Ka Ali,
pencari suaka itu…
N: Ya sebelumnya maksudnya aku tahu.
P: Sekarang, tahunya yang seperti apa?
N: Maksudnya mereka kayak gimana kan? Yah itu benar, aku berharap diri sendiri,
ada lebih punya masalah dari aku, yah gitu. Tapi aku masih berharap diri sendiri.
P: Maksudnya bagaimana?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: I hope, aku hope sama diri sendiri, kan lebih ada orang ada masalah dari aku,
lebih dari aku.
P: Jadi maksudnya …
N: Maksud kamu kayak gimana?
P: Maksudnya, kalau saya tanya orang, student, pelajar, itu yang kayak apa? Itu
orang yang pergi ke university, yang belajar, yang mau graduate. Kalau Ka Ali
dengar pencari suaka itu orang yang seperti apa, apakah ada identity card, kayak
pengungsi, tahu bedanya? Tahu beda pencari suaka dan pengugnsi?
N: Oh sama orang?
P: No, perbedaan asylum seeker, pencari suaka dan pengungsi. Tahu bedanya?
N: Cuma bilang aja gitu. Maksudnya, gak tahu itu. Gak tahu bedanya.
P: Sebelum ini, saya coba baca dokumen PBB, beda. Jadi, Ka Ali tidak tahu yah
bedanya. Jadi kalau asylum seeker atau pencari suaka belum punya identity. Kalau
pengungsi sudah punya identity dan sudah ada daftar dia akan pindah ke negara
apa.
N: Iya betul.
P: Sekarang tahu?
N: Sekarang tahu. Sebelumnya tahu tapi kurang, dengan, pertanyaannya tidak
mengerti.
P: Sekarang Ka Ali punya identity card dari PBB?
N: Tidak punya, belum punya. Tapi sedang tunggu. Terus, yah tahu mereka kapan
pindah ke lain negara, cuman harus, kata PBB, harus ditunggu dulu sampai negara
yang minta, yang mau kamu. Harus kamu tunggu dulu, kata mereka.
P: Jadi Ka Ali masih tunggu card?
N: Tunggu semuanya.
P: Tadi sudah cerita yah kalau ngajuin ke PBB. Ah, iyah, ceritakan detil kalau
daftar ke PBB itu, hanya datang saja, atau bagaimana pertama kali daftar?
N: Ehm, yang aku yang pertama, di office PBB, Cuma sudah daftar. Setelah itu
dikasih tahu interview, surat buat tunggu giliran interview. Dia bilang ini buat
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
kamu, sampai kapan, tanggal berapa, bulan berapa kamu interview, yasudah.
Habis itu tungguin sampai interview.
P: Setelah interview, PBB bilang apa?
N: Ya itu, sampai kamu dapat kartu refugee.
P: Sekarang belum, yah?
N: Belum, tapi akan, will.
P: Kalau ka Ali tahu hak, rights, refugee tahu? Boleh kasih tahu aku?
N: Refugee yah, maksudnya orangnya kayak gimana, harus …
P: Boleh bikin apa, boleh dapat apa, tahu?
N: Refugee, yah maksudnya, aku sudah di sini, kan, ditunggu, yah minta negara
aman, dimana aja aman, di mana aku bisa lanjut belajar, aku bisa yah, hidup yang
santai aja, dimana yah, kecuali perang, kecuali orang yang ancam aku, aku minta
cuma itu doang. Aman aja dari PBB, biar aku bisa hidup yang bagus, atau lebih
aman maksudnya, lebih aman.
P: Kalau di Indonesia, apa yang PBB kasih tau, kamu boleh bikin ini, aktivitas ini,
dan apa yang gak boleh?
N: Gak boleh aku kerja di Indonesia. Gak boleh pakai motor, gak boleh pakai
mobil, gak boleh aku kenal sama orang Indonesia, sama cewe Indonesia. Tidak
boleh nikah sama orang Indonesia. Dan harus, mau ke mana-mana, enggak boleh
aku … banyak yang dilarang. Enggak boleh kamu bisa pergi yang sendiri,
misalnya Surabaya, gak bisa pergi ke Bali, gak bisa. Kalau kamu mau pergi harus
bilang dulu sama orang immigration, supaya police sama kamu sampai sana. Itu
doang. Gak boleh, kan mereka bilang, kalian di sini, cuma buat uang dihabiskan,
jangan diambil uang dari Indonesia, ada suratnya gitu.
P: Ah… Jadi PBB yang kasih uang, tapi tidak boleh …
N: Itu negara Indonesia, bukan PBB
P: Oh jadi Indonesia yang kasih uang?
N: PBB yang kasih uang aku. Tapi negara Indonesia yang apa dilarang buat aku.
Yang aku lakukan apa, boleh atau enggak boleh, itu yang dilarang yang mana.
P: Yang boleh apa? Belajar boleh?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Belajar juga gak boleh. Belajar, semua harus dari PBB. Ada di sini belajar,
cuma dari PBB.
P: Hem, bukan formal education.
N: Iya, cuma English class, itu doang. Ada yang lain, computer juga ada, bahasa
Indonesia juga ada. Aku di Pontianak saat itu, aku dalam camp, sudah belajar
Bahasa Indonesia. Aku punya itu, surat yang, certificate aku punya. Aku punya
tiga certificate. Iya, aku dalam camp, buat aku cari bahagia buat orang buat
mereka senang, satu certificate dari situ. Satu certificate, aku sangat bersih-bersih
dalam camp, bikin bunga di depan, dari immigration. Satu certificate dari itu. Aku
punya tiga.
P: Tiga dari apa?
N: Satunya buat belajar Bahasa Indonesia, duanya dari immigration, karena aku
lebih baik.
P: Oh ya, karena bikin orang bahagia, betul?
N: Iya, bahagia, maksudnya orang gak banyak pikiran, aku main gitar, aku singing,
aku lucu-lucu, kayak gitu. Maksudnya, itu bahasa sendiri, bukan, yah.
P: Sama satu lagi tadi certificate …
N: Yah dari …
P: Jadi satu dari bahasa Indonesia, satu bikin orang bahagia, satu bersih?
N: Bersih, clean. Kan aku suka bunga, di Pontianak, di sini belum.
P: Di sana, siapa yang nilai? Who give mark? Siapa yang kasih, ini, orang ini
boleh dapat certificate?
N: Itu orang immigration. Immigration sudah lihat, Ali baik, jadi dapat certificate.
Aku sudah di sini, sudah kirim.
P: Oh, sudah ada yah sertifikatnya.
N: Aku saat itu pergi, mereka bilang, aku nanti kirim buat kamu.
P: Menurut Ka Ali, kenapa immigration kasih itu sertifikat?
N: Ehm, mungkin di depan mata mereka, aku sangat menghargai mereka, aku
sangat, enggak, aku dua tahun enggak jahat, cuma baik dengan mereka. Mereka
lihat aku benar-benar orang yang ikhlas, yang sungguh-sungguh, mereka kasih.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Ada orang lain dapat juga?
N: Satunya dari immigration enggak, cuma mungkin buat bahasa Indonesia sudah.
P: Bukan, jadi …
N: Bukan itu?
P: Apakah ada orang lain dapat sertifikat?
N: Bukan, bukan, cuma satu. Bahasa Indonesia sudah dapat selain aku.
P: Oh ... jadi yang bersih cuma Ka Ali?
N: Enggak, cuma aku doang. Dalam bahasa itu, bahasa Indonesia di kelas, ada
berapa orang, banyak sebelum. Baru mulai banyak, sudah lama-lama, lama-lama
tiga orang. Dari 20 orang sudah tiga orang, yang aku sampai terakhir. Aku sudah
kan, bahasa aku sudah kan, bahasa aku sudah bagus, aku suka percakapan.
P: Tadi, apa aja yang dikasih dari PBB untuk pengungsi atau refugee? Apa yang
PBB kasih untuk orang di sini?
N: Uang, yah. Sebulan dikasih.
P: Semua sama tapi? Jumlahnya sama?
N: Semua sama, jumlah maksudnya, enggak ada beda, semua sama.
P: Kalau ada keluarga?
N: Beda, bedanya dari anak kecil ini beda, orang besar beda.
P: Jadi hitung satu-satu orang yah?
N: Iya, buat aku kasih Rp 1.250.000 satu bulan, tanggal 15.
P: Setiap tanggal 15?
N: Enggak setiap, mungkin tanggal14, mungkin tanggal 15, mungkin tanggal 16.
Iya, bulan ini tanggal 5 kasih, kemarin. Ini bulan lagi, lama, harus tunggu lagi
sampai selanjutnya, sekarang sudah habis, sudah habis.
P: Selain uang, ada lagi dikasih?
N: Enggak ada lagi. Udah
P: Rumah yah dibayar?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Rumah, semua mereka, dikasih.
P: Sama ini, apa, PBB bikin activity tidak? Kegiatan tadi yah, les, kursus, belajar?
N: Iya, cuma itu doang, masih belum.
P: Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, computer?
N: Yah, activity yang lain enggak, itu aja. Lia course, kamu tahu bahasa inggris
Lia Course?
P: Iyah, tahu.
N: Di situ juga bisa, boleh, di situ boleh.
P: PBB Bayar yah?
N: Ya, PBB bayar, semua PBB bayar
P: Kalau Bahasa Indonesia di mana?
N: Bahasa Indonesia juga di sini. Cuma kalau bahasa inggris, di sini boleh, di situ
boleh, maksudnya mungkin orang ada yang uangnya gak cukup. Buat aku
sebenarnya gak cukup. Aku setiap hari kasih 20, 20, karena aku setiap hari,
gajinya aku sehari 40 ribu.
P: Gaji dari mana?
N: Dari PBB, kan sebulan Rp 1.250.000 kamu sudah … 1 hari itu 40 ribu. Kalau
satu bulan aku makan, aku beli baju, aku buat pergi ke sekolah, kan harus bayar,
buat transport. Iyah, buat mobil buat motor, gak ada lagi.
P: Bisa kursus Lia?
N: Bisa, tapi kan gak cukup ini uang. Buat aku, yang gaada family, aku harus
cukup. Harus perhatian. Gak boleh dibuang, gak boleh menghabiskan cepat.
Harus ini, hari ini 40 yah, harus cukup. Tidak boleh lebih. Kalau aku merokok,
sehari 20 harus merokok. Alhamdullilah aku gak merokok.
P: Oh, jadi yang Lia harus bayar sendiri?
N: Enggak bayar sendiri, cuma pergi-pulangnya
P: Oh, transport, mobil, motor.
N: Ya, kan jauh, dari sini sampai sana, kalau kamu naik mobil, 30, 20, naik Grab,
kan? Mahal. Kalau kamu kasih Rp 1.250.000 sebulan, buat kamu cukup?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Harus cukup.
N: Jangan bilang harus cukup, tidak mungkin. Kamu pergi kampus, harus makan
malam, kamu beli shampoo, sabun, pasta gigi, gosok gigi, harus semua beli kan?
Dari mana? Kan kamu ini bajunya di Indonesia cepat habis karena setiap hari cuci.
Betul? Dari mana?
P: Cuci sendiri?
N: Iya lah, sendiri, siapa yang … hahahaha (tertawa).
P: Kalau tidak mahal, gimana yah, aduh. Tapi Rp 1.250.000 cukup buat Ka Ali?
N: Tapi, kurang cukup, kurang. Sulit, kan aku juga mau fitness. Kalau aku gak
fitness aku, benar, ini bingung, pusing di rumah. Di kamar terus, tidur terus, aku
pusing. Di sini kalau kamu kerja, gak pusing kan? Pergi ke tempat kerja. Aktivitas,
ketemu orang. Buat aku gimana? Aku setiap hari tidur di kamar, lihat Youtube,
gak bisa kan? Gak mungkin. Kan pelan-pelan, pelan-pelan, buat kamu, sakit, itu
buat perhatian, kesehatan, gak bagus. Aku karena itu harus pergi ke gym. Aku
pergi ke fitness.
P: Berapa bayar fitness satu bulan?
N: Satu bulan, 100, sama treadmill, 140, satu bulan. Satu bulan bayar buat setiap
hari. Iyah sebulan. Aku sudah masuk tanggal 22, sampai 22 lagi, harus bayar 140.
Kalau gak pakai treadmill, kamu bisa 120, 20 nya cuma buat itu.
P: Tapi kenapa harus gym? Kenapa tidak di sini?
N: Ehm, mungkin, di situ bagus, kan aku kemarin maksudnya, buat aku mungkin
bagus karena aku kemarin 62 berat aku sekarang sudah 85. Saat itu masuk fitness,
aku selalu feel fresh, merasa muda masih, happy, senang. Kalau di sini mungkin
kamu cuma olahraga, enggak ada kamu yang lihat, yang kamu berharap kayak
gini maksudnya, kamu semoga. Kalau kamu masuk fitness, kamu pasti beda,
kamu tambah badannya, apa, begitu, kamu terlihat big di cermin, pasti kamu itu
bisa …
P: Oh, jadi kalau fitness, ada saya, harapnya body bagus yah? Bentuknya bagus?
N: Iya, body bagus, bentuknya bagus.
P: Kalau di sini semua sama yah?
N: Iyah, harus lari-lari, harus, cuma itu, maksudnya capek doang, itu aja. Aku dua
tahun dalam camp, aku sudah fitness, aku bikin sendiri. Di Pontianak, aku sudah
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
dua tahun, dumble sudah buat sendiri. Kan mereka kasih itu buah, apa, kasih apa
aja, maksudnya kasih buah, kasih susu, aku sudah jual sama security, mereka
kasih semen. Aku gak makan, bikin ini. Kan mereka gak boleh, immigration gak,
aku diam-diam sudah bikin barble, dumble, sudah tempatnya, kayu-kayu dari
mana aja, sudah keluar, buat sampah yang dibuang, mereka sangat baik sama aku.
Aku diambil satunya buat bikin ini. Tapi aku dua tahun sudah dari 62 dalam camp,
sudah 78, 76.
P: Tapi, kenapa pilihnya gym? Dulu suka? Di Afghanistan suka?
N: Bukan, belum tahu, baru di Indonesia. Sudah tahu ada dari Youtube, lihat
tentang itu, baca, di Google, benar-benar bagus. Orang yang mau bagus badannya,
maksudnya, terlihat bagus, yasudah, kamu harus itu. Yasudah, aku lihat dari
negara-negara lain juga, aku ikut.
P: Jadi, dulu mulai gym dari Potianak?
N: Pontianak, dalam camp. Sebelumnya sudah.
P: Tapi dulu di Ponti buat alat gym sendiri yah?
N: Semua sendiri. Di sini baru pergi ke gym.
P: Tadi di sini, sebelumnya tinggal di Pontianak yah. Apa bedanya tinggal di
Pontianak dan di sini?
N: Bedanya, lebih jauh, lebih beda. Di situ dalam penjara, gak boleh keluar. Di
sini aku bebas, bisa aku napas yang, enggak ada yang, aku di gym dulu biar napas.
Di sini bisa hidup terserah aku, mau napas, mau mandi, mau minum dari Alfmart,
bisa, boleh. Maksudnya kamu bisa beli. Di situ enggak, kalau misalkan beli 1
botol juice, di sini misalnya 5000, misalnya, di situ harus 20 beli, di dalam penjara.
Karena itu camp penjara. Bukan camp, penjara, tutup. dua tahun aku, enam bulan.
Setelah enam bulan, keluar, cuma pergi ke kolam renang. Cuma itu doang. tiga
jam. Polisi banyak, ikut dalam air, kolam renang, itu aja. Lalu, dalam mobil
penjara, setelah itu pulang.
P: Oh. Jadi, saat itu kasih semua orang?
N: Giliran, harus banyak. 300 orang. Ada 300 orang semuanya, minggu ini harus
tiga hari, 12 orang, besok 12 orang, besok 12. Sampai 12, 12, enam bulan. Kadang
di stop, mereka dua bulan pergi, tiga bulan di stop, gak mau, kan mereka marah,
gamau.
P: Jadi, harusnya satu bulan sekali? Harusnya?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Enggak, enam bulan sekali kamu pergi. Bisa enam bulan, tujuh bulan. Aku dua
tahun, tiga kali sudah pergi.
P: Dua tahun tiga kali. Oh yah, berarti skip satu kali yah, betul?
N: Iya betul, satu kali.
P: Jadi kalau di sana, kasih buah, begitu? Mereka kasih?
N: Iya, PBB kasih. UN. Satu orang, satu hari, satu apel, satu banana, dua banana,
satu susu, satu mie, mie yang goreng, Indomie, satu itu. Satu yang roti kayak gini,
yang itu, buat tiga hari.
P: Satu paket buat sehari?
N: Satu paket buat lima hari, seminggu, bukan, buat satu minggu.
P: Kasih uang juga?
N: Enggak. Satu hari, satu telur, tujuh telur, tujuh susu, tujuh apel, banana setiap
hari karena itu rusak, cepat rusak. Apa lagi? nasi, sama satu daging ayam setiap
hari. Malam, siang, malam, siang. Tapi pagi harus makan itu Mie, Indomie.
P: Oh, jadi cuma kasih buah-buahan satu package, satu hari satu hari, pagi-pagi
Indomie, terus makan siang dan malam ada, dari sana, ayam.
N: Iya, ayam, siang juga ayam. Nasi, ayam, itu doang.
P: Tapi kalau di sini dapat uang tapi tidak dikasih makan?
N: Enggak makan, harus pilih sendiri, itu 12, harus beli sendiri.
P: Kalau makan enak dimana, di sana atau di sini?
N: Enak di sini, kan kamu bisa bebas, pilih, kamu bisa, enggak pusing. Kadang
mau makan sayur, kan di situ gak ada sayur. Di sini, buat aku mau banyak sayur,
makan sayur, buat kesehatan bagus, di situ gak ada. Aku sudah sakit di situ, pergi
ke dokter, dia bilang harus makan ikan.
P: Tapi tidak ada ikan?
N: Gak ada ikan. Tapi saat itu sudah kasih ikan. Akhirnya, karena sakit dikasih
ikan. Sudah keluar, sudah makan ikan, makan sayur banyak, apa aja, yasudah.
P: Terus, di Pontianak bagaimana? Teman-teman baik?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Baik, kalau kamu baik, mereka juga baik. Semua baik dari diri sendiri. Tapi
semua gak sama, ya berteman, tapi gak semua sama. Yang jahat gak sama, kan,
gak semua sama, karakternya beda. Ada kepala keras, keras kepala. Ada orang
baik, ada jahat, ada yang suka lucu, ada orang yang kebaikannya banyak biar gak
apa-apa buat orang, gak jadi masalah, diam aja terus, belajar, di mana aja boleh,
cuma cerita, biar hari ini lewat, besok lewat, besok lewat sampai kapan aku keluar.
Cuma berharap.
P: Tapi kalau di sini enaknya bisa bebas?
N: Enaknya bisa ini, tapi tunggu sudah capek. Dari tunggu aku sudah capek,
sampai kapan aku kayak gini. Tidak mungkin orang di sini suka kayak gini.
P: Suka kayak gini maksudnya?
N: Maksudnya kayak gini, tunggu, tunggu sampai kapan aku pergi, aku pindah
dari sini. Tidak mungkin semua ini, semua gila, bukan. Bodoh bukan. Semua ada
orang di sini, ada dokter, ada orang pintar, kayak aku orang mekanik. Aku bisa
kalau di mana aja kerja aku, gampang buat aku. Bisa dapat aku, kalau dimana aja,
satu juta mungkin sebulan aku kasih orang miskin. Tidak mungkin aku satu juta
buat aku sebulan cukup. Kan aku di sini harus apa? Caranya gimana? Kalau boleh
kerja di sini mungkin aku lebih dari ini, mungkin. Tapi hidup lebih dari ini,
mungkin buat aku bisa, kalau kamu tahu, kalau cowo gak punya uang, malu,
betul? Buat semuanya. Kalau mau ke mana, maksudnya orang terlihat kamu
benar-benar ini, gimana? Terlihat banyak uang mungkin sih, di dalam dompetnya,
5000 enggak ada, gimana kan? Ini benar-benar, aku mau bicara ini, ini dalam hal-
hal ini, dalam semua cowo di sini ada, gak mungkin gak, orang mau kayak gini,
mereka suka kerja dan bisa habiskan uang sendiri. Benar, itu aja.
P: Terus, di sini, di Tangerang, susah tidak beradaptasi?
N: Gimana maksudnya?
P: Biar biasa tinggal di sini, susah tidak?
N: Susahnya, ehm … enggak susah, orangnya yang di sini baik. Aku dengan
orang-orang di sini gak kenal cuma lihat sifatnya bagus, baik, yang budayanya
bagus, daripada orang kampung misalnya, baru tahu ini orang, boleh misalnya,
orang asing. Maksudnya mereka sudah tahu tentang aku, ini mereka sudah maksa
tinggalin dari negaranya, pergi dari negaranya, mereka ada perasaan, mereka juga
manusia, punya hati. Mereka kebaikan, tidak ada masalah dalam ini, yah gak apa-
apa. Cuma susahnya itu buat aku, cuma gak ada kerja, gak ada activity, itu doang,
bingung. Kalau maksudnya kamu, saat ini kamu kerja kan? Ini kerja, kerjanya
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
beda. Kalau aku pergi, pagi pergi kerja, sore pulang, enak sekali. Fresh, kamu ada
hari ini kerja, kamu ada uang, enggak bingung. Mau ke mana, yaudah terserah
kamu, ada uang ini. Kamu berani. Kalau sekarang kamu bilang, ayo makan, aku
gak berani, karena gak ada uang. Di depan kamu malu. Dan kamu juga, kamu
bayar buat aku, aku juga malu. Ini cewek, aku cowok. Kenapa aku, dia bayar buat
aku. Aku harus yang bayar.
P: Kalau di Afghanistan juga begitu. yah? Harus cowok yang bayar?
N: Harus cowok. Di situ gak boleh cewek kerja. Sekarang boleh, sekarang baru
berapa persen. Baru mulai. Kan ini orang muda-muda, baru cewek, cowok-cowok
anak sekarang beda sama kemarin. Pikirannya, otaknya, beda. Di satu dunia,
cowok sama cewek sama, bukan beda. Bedanya buma, gak itu, kan dia sudah
cewek aku cowok. Bedanya itu doang. Tapi, semua sama, harus, ya kan?
P: Iya. Tapi kalau di sana harus cowok bisa tanggung jawab?
N: Tanggung jawab, semua tanggung jawab cowok. Malu kata orang buat cowok
enggak tanggung jawab. Malu. Tapi aku masih merasa itu, aku di sini, kalau
cewek bayar aku benar-benar malu.
P: Bingung?
N: Bukan bingung, malu. Aku kadang, caranya gimana, gak bisa bayar, gak ada
uang, terus dia bayar, aku malu, terus gimana?
P: Kalau di sini, Ka Ali itu di kenal sama teman-teman, orangnya itu kayak apa?
Jadi kalau saya tanya ke teman-teman, Ka Ali itu orangnya seperti apa ya? Kira-
kira mereka akan jawab apa?
N: Mereka baik, kelakuannya …
P: Akan bilang Kakak baik?
N: Ya, baik, aku gak ada yang kenal sama orang yang jahat. Gak ada, sifatnya
yang kayak munafik, gak ada. Kalau sekali aku sudah lihat, aku lihat dulu yang ini
kayak gimana, yang nanti, aku sudah chatting sama yang itu, iya kan? Baru aku
sudah, aku sudah tahu, baru aku sudah interview sama kamu, iya kan? Harus tahu.
P: Tapi, bukan itu …
N: Aku tahu. Tapi kamu tahu.
P: Jadi kalau saya tanya teman Ka Ali. Eh, Ka Ali itu orangnya kayak apa sih?
Dia kira-kira akan jawab apa?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Oh … Dia kira-kira akan jawabnya, yah, ada orang yang …
P: Ka Alinya, Ka Alinya, orangnya kayak apa?
N: Maksudnya, mungkin bilang, Ali gak bagus, kayak gitu kan? Mungkin bagus,
mereka bagus. Tapi mungkin ada gak jawab, aku gatau itu kayak gimana. Kalau
kamu nanya itu kayak gimana, aku gak mungkin, menilai tentang orang, ini bagus
atau enggak. Mungkin sama aku bagus, sama kamu gak bagus. Itu bisa aku yang,
dia sama aku bagus, harus sama kamu bagus, gak mungkin. Saat ini bagus, besok
gak bagus.
P: Oke. Kalau Ka Ali setiap hari selain gym, ngapain?
N:Selain gym kemarin, kemarin aku bikin roti, yang kayak kebab, roti arabik, di
sini, sama teman-teman. Ehm bukan, buat teman-teman. Mereka kasih uang kan
aku buat bayar. Ini mungkin ini, nanti aku nanya dari kamu, kan itu buat jual, jual
di sini cuma orangnya, boleh, orang Indonesia gak mau. Maksudnya mau, cuma
aku gak boleh jual. Itu diam, kayak diam, itu rahasia.
P: Tidak paham. Jadi, saya tanya yah, Ka Ali bikin roti, sama teman-teman tidak?
Sendiri?
N: Bertiga.
P: Lalu jual?
N: Jual.
P: Ke teman-teman yang lain?
N: Ini di sini beli, di sana beli, di sana yah. Aku punya karyawan, mereka telepon,
satu paket aku kirim di kamar dia. Mereka tidur, kalau tidur harus ditaruh di
kulkas. Yah, buat tambah, biar aku bisa gak bingung.
P: Terus, bahan-bahan beli sendiri?
N: Iya sendiri. Kan itu dari gandum, rotinya dari gandum, tepung, beli tepung dari
situ, pasar. Tapi sekarang, kemarin immigration enggak boleh, sudah tahu. Aku
sudah di stop. Aku sudah sekarang, karena itu aku sekarang lagi bingung, sudah di
stop, mau apa. Aku bingung lagi, aku kerja apa. Kan itu, mereka bilang jangan,
kan itu kerja bukan buat orang, aku bikin buat makan sendiri, orang Indonesia gak
boleh. Aku bingung gimana. Benar-benar ini sekarang, buat aku kadang sangat
susah. Aku mau kerja bikin roti, enggak buat orang-orang, ke mana aja, cuma di
atas, mau bikin, dia malas, gak bikin sendiri, buat dia, buat dia, tapi mereka tahu,
bilang enggak boleh.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Jadi biarpun teman gak bayar gak boleh?
N: Gak boleh, mereka juga gak boleh. Mereka bilang kalau nanti ditangkap, harus
dalam penjara, satu orang bayar 50 juta. Aku dari mana 50 juta. Kalau orang
sebulan satu juta dua ratus, 50 juta itu dari mana aku, gak ada, gak ada, susah.
P: Selain buat roti, suka aktivitas apa?
N: Aku suka, aku suka pergi tempatnya nih, tempat song, tempat mau, music, live
music.
P: Oh di SDC? SMS?
N: Maksudnya mau belajar, mau kan itu, kan tadi aku bilang song kan itu dari
bahasa sendiri, kan itu bikin sendiri, bukan buat terkenal, karena aku mau yang
belajar, mau keyboard, mau belajar. Yah tapi, harus bayar? Dari mana harus
bayar? Banyak ini mau tapi gak bisa.
P: Kalau setiap hari, selain bikin roti, apa lagi?
N: Tidur aja
P: Youtube?
N: Youtube, kadang belajar buku, belajar di sini.
P: Sukanya belajar apa?
N: Aku suka, masih kurang English, aku suka belajar English, biar nanti kalau
pergi ke negara mana, aku harus bisa bahasa Inggris yah.
P: Selain itu, main di sini sering?
N: Di sini aku gak, aku gak suka football, gak suka. Suka gym, yah banyak yang
orang bilang kenapa kamu enggak ini, karena aku enggak suka. Orang enggak
suka gak mungkin maksa kamu bisa, yah kan? Gak bisa.
P: Terus, kalau Youtube, cari apa biasanya?
N: Aku sangat lihat gym, kan kalau itu lihat banyak itu yang aku harus pergi gym.
Excercise, lihat gimana caranya, gimana caranya, kadang aku di, bahkan aku di
gym, orang diminta, aku bantuin dan latihan orang mau bayar, tapi aku takut, aku
cuma mau gratis tapi enggak mau uang, kan aku butuh uang, tapi takut kan, ada
orang di situ mungkin bilang sama immigration ini latihannya di sini, buat uang.
Aku bilang, mau gratis, latihannya gratis sama semua orang, cuma gamau uang.
Ada orang minta latihan dari aku, boleh latihan aku, yah boleh tapi aku gak mau
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
uang. Sudah, telepon buat aku, Ali sebulan latihan aku berapa? Aku ketawa.
Berapa boleh aja, berapa, boleh. Dia bilang berapa, aku bilang gratis. Dia bilang
kamu bercanda? Aku gak bercanda. Cuma mungkin kondisi aku, kamu gak tahu,
itu aja. Kalau kamu yang selain aku mau kasih uang aku, bukan buat latihan,
tujuan selain itu, yaudah boleh. Maksudnya, kamu karena bayar buat latihan, aku
gamau. Selain aku itu boleh, yah kamu, ayo kita makan, maksudnya bayar makan,
boleh. Maksudnya, tidak bayar uang buat latihan.
P: Jadi ajak makan aja gak apa-apa yah?
N: Yah maksudnya, kan mungkin dia gak mengerti, mungkin dia, aku gak share
kondisi aku, gak bisa kayak gini, aku udah share sama kamu, kan kamu, sudah
bilang aku kayak gini kayak gini, ini tugas kampus, karena itu aku sudah share
sama kamu, karena mungkin kita kayak sahabat, ya kan? Ini rahasia aku, mungkin
kamu gak mungkin dikasih tahu orang, ini buat kamu, kamu mungkin dalam ini,
kamu benar-benar tahu tentang orang, refugee, apa aja kamu tahu, ya kan? Itu gak
bisa bilang sama semuanya. Cuma tahu orang dari itu, yah ini orang, yah tapi
dalam orang ada banyak, apa aja, dalam pikirannya banyak aja. Mungkin kamu,
kamu semua ada buat kamu, tidak pikir bahwa semuanya ada. Ada orang gak ada,
gak punya uang, gak bisa makan. Jangan pikir kalau sekarang kamu kenyang,
semua orang kenyang, enggak. Ada orang lapar, gak ada uang, sekarang gak ada
baju. Misalnya besok, ada Idul Fitri, bingung. Teman-teman bilang ayo semua
bayar 100, 100 ribu, kita pergi ke mana-mana. Aku bilang, pergi ke mana itu buat
bayar mobil, buat makan, gimana? Mereka juga bingung, benar. Yaudah gak mau
kemana-mana, Cuma itu doang. Dari keluarga jauh. Di sini gak bisa pergi ke
mana buat sebentar.
P: Jadi tadi mau belajar musik tapi belum bisa?
N: Belum bisa, belum bisa, kan gak bisa bayar. Eh kan kamu tahu satu juta dua
ratus, dari mana aku bayar. Karena aku ini satu juta benar buat sebulan aku kurang,
kurang. Kadang aku benar-benar, aku gak makan, benar sudah aku gak makan,
satu hari gak makan, karena gak ada uang.
P: Biasanya beli makan di mana?
N: Beli makan dari, ada orang beli dari pasar, Misalnya aku yang kasih uang, beli,
kamu yang pergi di pasar beli buat aku. Maksudnya sekilo dua ribu, dia jual tiga
ribu, maksudnya yang satu ribu karena pergi, dia, kayak gitu.
P: Kalau di Afghanistan, seperti apa culture?
N: Culture …?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Biasanya, apa yang boleh? Kayak tadi, kalau cowok harus bisa tanggung jawab.
N: Culturenya kayak gini, maksudnya, cewek gak boleh di kota, kampung, gak
boleh, jadi harus pakai hijab. Maksudnya kamu gak bisa jadi pacar sama cewek.
Girlfriend-boyfriend gak bisa. Kalau bisa harus langsung married. Kamu bisa
diam-diam, bebas, maksudnya ada orang yang girlfriend-boyfriend diam-diam.
Sekarang di ibu kota sudah bebas, yah gak terlalu bebas, cuma terlihatnya bebas.
Jadi orang berani bilang, ini girlfriend aku, kenapa kamu yang dekat dia,
maksudnya di situ bisa, yang lain enggak. Kan di situ yah banyak gak boleh,
banyak maksudnya, gak bisa pergi kamu, cowok sama cewek kalau pergi, kalau
police tanya ini siapa, kamu harus bisa jawab, ini sister atau mother atau, atau ini
istri aku.
P: Gak boleh jawab pacar?
N: Enggak, maksudnya kalau ini pacar aku, police tangkap. Kalau bilang ini baru,
gimana, maksudnya di Indonesia, kalau baru mau nikah, itu namanya apa?
P: Fiancee? Tunangan?
N: Baru, sudah kenal, sudah dekat, enggak… maksudnya enggak pacar, enggak
nikah, itu namanya?
P: HTS?
N: Iyah kayak gitu, maksudnya yah telepon papa mama kamu itu siapa, telepon,
yah dia sudah, oke sorry, pergi. Kalau gak bisa pergi, gak usah ke mana mana.
Kalau itu, harus surat nikah, surat married, kalau enggak ada. Ada sister juga
boleh, yaudah ini sister, bisa kamu tunggu apa, sampai kapan bisa tinggal. Sister
sama brother kan gak apa-apa itu. Cuma buat harus kasih surat.
P: Kalau ini, ibadah, shalat?
N: Yah, kayak Indonesia, sama. Agamanya sama.
P: Ada tidak yang beda … Apa beda antara Indonesia dan Afghanistan?
N: Oh banyak yang beda. Makannya beda, makannya banyak yang beda. Di sini
banyak sayur, di situ enggak ada sayur. Di sini ada banyak yang goreng, di situ
enggak ada goreng. Ya benar. Di situ makan roti gandum, di sini enggak. Beda,
sangat beda, sangat beda.
P: Orang-orangnya? Bedanya apa?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Bedanya, kayak aku, misalnya ada itu namanya apanya, janggut, janggutnya
banyak. Aku dikit, mereka banyak, hidungnya mancung, ada tinggi. Di sini tidak,
pendek. Tapi di situ ada banyak suku, maksudnya sukunya ada Tajiks, Uzbeks,
Hazaras, Pashtuns, tapi maksudnya beda budayanya beda. Sukunya beda, budanya
beda. Misalnya, dalam budaya Pashtuns, kalau cowok sama cewek, maksudnya
tahu, langsung dipukul, langsung dibunuh, ceweknya langsung di lempar batu. Itu
Taliban, itu suku Taliban. Kayak yang sekarang gak bisa tahu di Afghanistan,
kamu orang biasa dan sama orang Taliban sama. Saudara kamu Taliban, kamu
orang biasa, kayak gitu.
P: Oh, bisa gak tahu?
N: Bisa gak tahu. Satunya saudara kamu Daish, satunya Taliban. Kamu enggak
tahu, Aku enggak tahu ini, aku kiranya orang biasa, tapi aslinya. Aku mungkin
satu dalam mobil pergi sama dia, di mana aja, dia tahu. Yaudah, pistolnya, aku
Daish. Oh my God. Bunuh.
P: Tapi Ka Ali tidak mau yang dimana-mana?
N: Yah enggak tahu, enggak tahu. Kalau kamu misalnya pergi dari Jakarta sampai
Tangerang gak tahu kamu bunuh atau hidup bisa sampai.
P: Ehm, bukan, jadi kalau di sana kan ada suku-suku. Kalau Ka Ali tidak ikut satu
suku atau gimana?
N: Maksudnya, suku aku Hazarah, tapi enggak pergi suku yang lain.
P: Tidak seperti Taliban?
N: Bukan, suku aku di Afghanistan number one, suka banyak belajar, suka
olahraga, suka maksudnya success Negara. Sekarang di dunia, buat misalnya
Afghanistan, suku aku sudah dapat buat number one, maksudnya emas, apa yang
lain, buat belajar sudah number one di kampus-kampus. Semua Negara aku, suku
aku. Tapi suku Pashtuns, 100 persen, 20 persen gak belajar, 80% semua bom, bom
diri, mau orang dibunuh. Sudah tua masih, kayak gimana, masih pakai apa-apa,
gak positif, gak positif, semua negatif. Suku aku enggak. Suku aku, enggak boleh
cewe belajar, suku Pashtum. Suku aku, sama sudah belajar, cewek-cowok.
Sekarang, Alhamdulilah banyak yang sudah doctor, sudah teacher, sudah apa saja,
sudah.
P: Jadi kalau misalkan suku Ka Ali sama orang sini tidak terlalu beda yah?
N: Gak terlalu.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Kecuali sama suku Taliban?
N: Beda, sangat beda. Mereka tahu mata aku kecil, mata mereka gede-gede.
Mereka juga gede-gede. Banyak ini yang janggut kayak ini. Mereka pakai ini,
namanya apa, kayak hamil, itu namanya apa.
P: Ka Ali tahu tidak kalau orang Indonesia pikir tentang pengungsi dan pencari
suaka itu seperti apa?
N: Iya, itu pertanyaannya bagus. Aku maksudnya baru kenal, sama kamu, mereka
sangat baik, baru nanya kamu siapa-siapa, aku sudah share, mereka kira aku Daish,
aku Taliban, aku di depan mata mereka, aku orang negatif.
P: Dikira sama kayak Taliban?
N: Iya, tapi kan aku enggak begitu. Aku sudah bilang aku orangnya ini, ini, ini.
Sampai mereka tahu, sampe mereka percaya sama aku, mungkin berapa kali harus
kenal, harus ketemu,baru tahu, baru tahu tentang aku gimana. Kalau aku baru
kenal sama kamu, kamu cuma nanya dari mana, tapi enggak tahu aku refugee.
Aku bilang sama orang Indonesia aku refugee, mereka kira refugee itu orang bom.
Teroris, bukan orang baik di mata mereka. Aku sudah capek, cuma hal-hal di
Indonesia, cuma dari kata ini. Aku gak berani bilang refugee. Kalau aku bilang
refugee, kata orang, pasti, kan aku lihat, lakunya berubah, berubah. 100, sekarang
100 persen baik, aku bilang ini, 50 enggak, 60, 80 berubah, ya. Setelah bilang,
lakunya berubah. Kira aku ini ada bom. Itu nanya bagus. Aku berapa kali aku
sudah bilang sama orang Indonesia, aku bukan orang gitu. Aku sudah refugee, aku
sudah tinggalin negara aku karena aku mangsa, aku gak nyaman. Yah, begitu.
P: Kalau itu orang Indonesia, kalau Ka Ali tahu enggak media, berita, pikir orang
pencari suaka dan pengungsi itu seperti apa?
N: Tahu.
P: Pernah dengar tidak dari berita?
N: Ehm, sudah dengar, di tempat gym aku sudah dengar. Bilang yah orang ini
banyak, ada di pinggir jalan, kayak gini, kayak gini, tidur kayak gini, mereka gak,
gak baik. Bicaranya maksudnya, yang kabarinnya gak baik, jelek-jelek semua.
Bilang tentang aku, kalau orang gak dengar, kalau orang sampai gak tahu,
mungkin mereka pikirnya negatif sama jelek. Baru tahu, benar itu, beda, ini sangat
beda, daripada bicara mereka, beda sekali ini. Ada orang kayak gitu, dia baik, gitu
aja.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Kalau, ada tidak, satu momen saat orang Indonesia itu baik sekali? Pernah
alami tidak?
N: Aku aslinya terlihat orang Indonesia sangat menghargai, menghormati.
P: Ada tidak satu momen, satu activity, atau satu kejadian, Ka Ali ingat sekali
orang itu baik?
N: Aku gak ingat, enggak ingat.
P: Tapi biasanya ini yah, mostly ramah orang Indonesia?
N: Iya ramah, baik.
P: Kalau discrimination dari orang Indonesia, pernah alami? Pernah ada orang
Indonesia bikin jahat sama Ka Ali?
N: Belum, kan aku gak kenal sama orang Indonesia, enggak terlalu kenal
P: Tapi paling itu yah tadi, ada orang yang kalau bilang refugee, terus jadinya
pikirnya negatif?
N: Mereka bicara dalam mereka, aku kan mengerti kan bahasanya, mereka bilang
ini ini ini, itu doang. Kalau bilang, ehm maksudnya, kalau bilang ini orang begini,
mereka mau kenal sama aku, setelah mereka bicara, mau jauh, mau mundur.
P: Kalau Afghanistan sudah aman, ada pikiran mau kembali tidak?
N: Kalau sudah aman, kalau sudah enggak orang bunuh aku, aku sekarang pulang.
Aku sekarang pulang. Tidak suka di sini. Tidak mungkin, tidak mungkin aku lupa
yang tempat melahirkan aku. Mau pulang, sekarang pulang, kalau enggak ada
orang bunuh aku, dan buat aku, boleh aku kerja, dapat uang sendiri, aku sekarang
mau pulang. Aku sudah capek, benar.
P: Apa yang paling bikin rindu, bikin kangen dari Afghanistan?
N: Kan Papa dan Mama sudah meninggal, enggak ada. Ya, mereka sakit.
P: Kakak, Adik sama?
N: Adik enggak ada, semua kan, aku sudah pergi dari saudara.
P: Bukan. Jadi papa mama sudah tidak ada. Adik tidak punya?
N: Tidak punya. Punya, satu, bukan adik. Saudara di negara Iran sama istrinya.
P: Kalau kakak ada?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Enggak ada. Kakak itu saudara, kakak, maksudnya, cowo, itu cowo. Aku
berdua.
P: Jadi kalau sudah aman enggak mau pindah ke yang lain yah? Mau pulang?
N: Mau pulang, kalau aman, aku mau pulang.
P: Kalau belum aman, harapannya mau pindah ke mana selain Indonesia?
N: Mau ke …
P: Ada pikiran?
N: Ada, ehm … Aku enggak ada pikiran, maksudnya kemarin ada, sekarang
enggak ada. Kemarin aku mau ke Australia, mungkin lebih aman, mungkin boleh
aku bagus. Bagusnya karena boleh aku kerja gampang di situ, bisa hidup yang
bener bagus. Kalau sekarang di mana aja boleh, cuma mau cari aman. Pentingnya
ada aman. Sekarang kalau boleh pergi ke mana, ke Amerika, Kanada, New
Zealand, mana aja, boleh. Tapi mungkin, aku enggak tahu mereka enggak mau,
mungkin terima Indonesia, kalau Indonesia mau. Kan daripada bunuh, aku terima
Indonesia
P: Apa yang Ka Ali harapkan lima tahun lagi? Harapan, hope terbesar?
N: Aku mungkin, aku harap, mungkin, yah tiga tahun, empat tahun aku akan
pindah. Tapi kondisi sekarang ini aku lihat, tidak mungkin, kan refugee banyak,
negaranya aman, tambah nyaman lagi, tambah, kemarin kurang aman, sekarang
enggak ada, 100 persen enggak aman. Sekarang, kemarin mungkin 80 persen,
mungkin aku berharap lagi bisa aman, tapi sekarang enggak ada harap, udah, udah
habis. Aku sudah kecewa. Aku sudah kecewa sama negara diri sendiri. Karena
aku setiap hari lihat di Facebook, di mana aja sudah dengar, aku lihat mau orang
yang kemarin sedikit baik dalam, maksudnya president, dalam apapun, dalam
negara, ya kan? Sekarang mau orang yang jahat masuk. Mau ambil negaranya
orang jahat-jahat. Kalau mereka ambil, pasti banyak orang dibunuh. Bahkan kamu
enggak tahu, keluar, sudah keluar, ada di dalam rumah kamu, bunuh. Sekarang
aku enggak berharap. Aku sebulan cepat sekali move dari Indonesia, itu aja.
P: Yang terakhir, saat ini, siapa yang paling berharga, orang paling berharga di
hidup saat ini?
N: Berharga, maksudnya?
P: Penting buat Ka Ali, paling penting.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Diri sendiri. Gak ada paling penting dari aku, karena enggak ada. Kalau ada
aku pasti bilang mother. Tidak mungkin bilang sister, lebih aku, enggak ada suka
dari mama aku, dari mother aku, dari papa aku. Aku mau bunuh, tapi aku gak mau
mereka bunuh, tapi mereka sudah enggak ada, tapi penting dari aku enggak ada.
Mau saudara, yah sudah tinggal sama istrinya, di mana, itu sudah berkeluarga.
Enggak ada penting dari aku. Ada penting yang diri sendiri.
P: Terakhir, menurut Ka Ali, Ka Ali percaya tidak, beberapa tahun lagi, hidup
sudah lebih baik?
N: Percaya? enggak percaya. Cuma semoga, harapan, cuma itu doang. Aku masih
enggak bisa keputusan tentang hidup diri sendiri. Saat itu, kalau aku tentang
keputusan dan hidup diri sendiri, saat itu aku bisa, hidup aku kayak gimana.
Sekarang, aku enggak tahu, aku lagi balik Afghanistan, bunuh, atau mungkin
pindah. Karena dua arah buat aku sekarang, bahkan PBB juga bilang, dua arah
buat kamu. Mau pindah, pulang negara kamu, atau tunggu sampai kamu pergi.
Aku sudah di sini, lihat, gak ada yang aman buat aku, yang pergi, kalau aku
pulang, aku bunuh. Kalau tunggu mungkin di sini sampai kapan, mungkin aku
sudah gila. Itu pasti. Kan satu hari kamu, dipikir, dua hari, tiga hari, sampai kapan.
Kamu enggak bisa bekerja, kamu enggak bisa kenal, kamu kan cowok, kamu
masih muda, kamu mau sama cewek maksudnya, kamu mau apa aja kan, kamu
juga cewek, kan kamu juga, maksudnya punya feel, punya nafsu, kamu punya,
cowok juga kayak gitu.
Kamu gak berani sama cowok, sama cewek Indonesia, maksudnya kan buat
cowok penting itu. Kan gak bisa, kan gak ada kerja, gak ada uang. Kamu mau beli
baju, kamu mau dalam mall mau beli baju, kamu gak bisa beli, gimana itu? Kamu
benar-benar itu kadang-kadang kecewa dari diri sendiri. Saat itu sudah kecewa
dengan diri sendiri, pas itu pasti kamu gila. Kalau orang sudah kecewa dari diri
sendiri, tidak mungkin lagi berdiri, kan itu sangat buat manusia, penting, kalau
sudah kecewa dengan diri sendiri.
P: Tapi masih hope yah?
N: Masih aku, masih aku. Tapi kalau enggak ini, kecewa dengan diri sendiri.
P: Tapi kalau boleh bekerja di sini, akan kerja apa?
N: Kalau boleh, mungkin … Aku lihat kerjanya kayak gimana kan. Di sini aku
sudah sedikit tahu, mekaniknya gak bagus di sini, enggak terlalu, enggak bisa
success. Aku suka, suka mulai bisnis, dikit, karena terakhinya bagus. Dari kecil
kamu mulai, beberapa tahun lagi kamu pasti bisa, dalam kerja pasti kamu dalam
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
kerja bikin kamu pintar. Bukan kamu yang pintar masuk kerja, bukan. Bahkan
kamu sudah belajar, masih, kalau orang kayak bodoh masuk kerja. Nanti kalau
masuk kerja, kerjanya diri sendiri itu di bilang kayak gini, kayak gini, bikinnya
kayak gini, kayakk gini, saat itu kamu pelan-pelan pintar, baru kamu berani, baru
kenal sama orang besar-besar, orang bisnis, sampai kamu kapan, saat itu kamu
tahu yang kemarin, yang sekarang, bedanya. Aku masih benar-benar, pikir aku,
tentang kerja, aku masih aktif. Masih pingin.
P: Enggak mau malas?
N: Enggak. Karena aku dari kecil sampai sekarang, sampai berapa tahun yang lalu,
aku kerja yang keras. Malam kerja pagi kerja, enggak ada yang capek. Bahkan
aku udah capek kerja, aku sudah pulang kerja, maksudnya aku sudah tidur, dari
tempat kerja masih sama baju yang kerja, hitam, sama oli, kotor, aku enggak apa-
apa, yang penting aku kerja. Tapi makannya enak. Bahkan tangan aku kotoran
mobil, makannya, itu rasa bensin, rasa oil, enak tapi. Enak, itu enak. Bahkan
sekarang pakai saus pun makan enggak enak, enak, maksudnya enak kamu
habiskan uang diri sendiri, kamu berdiri dari kaki sendiri.
P: Karena sekarang uangnya bukan uang sendiri?
N: Bukan, aku kadang, aku malu.
P: Tapi hope yah? Positif?
N: Aku selalu positif.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
LAMPIRAN IV: TRANSKRIP WAWANCARA MOHAMMED
HUSSIN
Tanggal: Senin, 18 Juni 2018
Data Narasumber
Nama: Mohammed Hussin
Usia: 27 tahun
Asal Negara: Palestina
Status: Pengungsi, bersama keluarga
Lama mengungsi: 6 tahun
Keterangan
P : Pewawancara, N : Narasumber
P: What make you think about going away from your country?
N: What make me think to go away from my country … There is about Palestine,
there was war there with the Israel, so we, they, we escape from war, and they are
my country, they take my home from there, they take my government, so
becoming Palestine government Israel. And they not allow me to back to Palestine.
And there I go, we escape to another country from Arab also, Middle East, we go
to Iraq. And we stay long time in Iraq.
P: How long you stay in Iraq?
N: My, my father, he born in Iraq. My grandfather, he was 10 year. He was age 10
year. He escape from Palestine to Iraq.
P: So you move to your grandparents home?
N: Yes, my grandparents go from Palestine to Iraq. And then we was stay very
good in Iraq, then there in Iraq, was having war with America, with the Iraq. And
after the war is finished, the people of Iraq, there is, ehm … like terrorist. They
are militia, terrorist of militia. They attack Palestine people, they attack religion of
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
us. They attack those religion like Sunni and religion of Muslim. And they,
especially Palestinian, like different, different country. So, they attack to us, they
kill us because they we are Palestine, Sunni, and else.
Then, they, they coming by gun to my, my home. And they kill people around me,
and they tell me, you will killed if you are not escape from our country, Iraq
country. So, I escape and I go to Indonesia to, to looking about future, to looking
about home, country where I can stay in there. And after I escape in Iraq, I cannot
back in Iraq because they tell us, this is not your country, so you are not allowed
to back. So, I am stuck here. What I go, I cannot, I don‟t know. And I just hope to
get country I stay, I stay and working and just, just live my, just live and I hope to
I can work and have family and …
P: How old were you when you were going from Palestine to Iraq?
N: I wasn‟t born.
P: Oh, you wasn‟t?
N: Yeah, my grandfather, he was, old 10 year.
P: So, your grandparents move from Palestine to Iraq? So, you born in Iraq?
N: Yes, I was came from Iraq, I was go out Iraq from, when I was ehm … I don‟t
know. I don‟t know. I, just, I was, student.
P: High school?
N: Yes, high school.
P: So you are going with? … Can I know your family member going to
Indonesia? Who else besides you?
N: We are 6 person, mother and father, 2 boys and 2 girls.
P: Okay, and then, what make you move to Indonesia? Who told you about
Indonesia?
N: The other refugees. They go to, to Australi, and they catch them to, from the
way, from boat. And they tell us, don‟t go to Australi, just waiting and hope that
some country is brought you to go from government to Australi, or America, or
anywhere else. Just, good start.
P: So, what do you heard about Indonesia? Why you choose Indonesia? Basically,
there are a lot of countries, isn‟t it? There a lot of countries that can, like, make
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
you stay for a while and then send you to Australia or ect., including Indonesia.
But, why you and your family finally decided to choose this place? Maybe
because the majority of Muslim, or, is there any particular reason?
N: About religion, not. Not about religion. We just about, we just about, we heard
that government, they help us, they help refugee people, and the people of
Indonesia, they kindly, and they good, they don‟t have racist, they are not racist.
And they, they understand that our start of us, they don‟t have problem for us.
That‟s why we like choose to stay in Indonesia.
P: So you heard that from another refugee before you decide to come here in Iraq?
N: Yeah, I was try to go to Australi and then, I cannot to go to Australi. That‟s
why government Indonesia, they like help me to I stay in Indonesia, as refugee, to
I transfer to any country to take us as refugee.
P: So, before, you are trying to go to Australia?
N: Yeah, I was to go, trying to go to Australi.
P: Have you had a process to go there? Maybe buying tickets or anything else to
Australia?
N: No, because I cannot go Australi by directly.
P: And you‟re not trying to go by boad?
N: I was trying to go by boat.
P: So, you have been traveling by boat, but they stop you?
N: Ya
P: And send you to here?
N: Ya.
P: And then, have you stayed anywhere else before here, Tangerang?
N: Yes, I was start first year, first two years at Pekanbaru, rodenim, in Pekanbaru,
Riau. The camp, in immigration camp. Then, I take refugee card, I was an asylum
seeker, than I take refugee card, and the immigration, they, they send me to
mitation to Batam City.
P: After how many years?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: After two years.
P: So you stay at Pekanbaru two years?
N: Two year. Than I was go to Batam and imitation or combitation…
P: What is it?
N: Immitaion, combitation, like camp, but it is not camp, commutation,
commutation …
P: But different with this type of community house?
N: Ya, community house. Community house there. Then, I move, they move me
also after 2 year from Batam to Jakarta because the process, I must come here,
Jakarta. So, Batam City cannot process there.
P: So, two years in Pekanbaru, two years in Batam, and three years here?
N: Ya
P: How did you firstly come here? Did you go directly to Pekanbaru, or you go
Jakarta first?
N: From Pekanbaru, to Batam City, then to Batam to Jakarta.
P: No, I mean from Iraq, you go directly to Pekanbaru?
N: Ya, we use airplane, we use legal, legal.
P: Oh, you are taking visa as well, holiday visa?
N: Yes, visa, airport, and everything. But from here, ya, they take away...
P: So, how did you send your application to UNCHR to get the refugee card?
How is the process? Can you tell me the details?
N: By immigration. Ya, by immigration in Pekanbaru. So, we stay in Immigration.
And the UNCHR, they interview us in the camp, and they process us. They
conduct UNCHR with immigration.
P: How long is the process until you get your first chance interview? How long
did you wait to be interviewed?
N: It depends, it depends on, something like, the process. Some people take the
interview, ehm… after two months. And some people, they take interview after 6
months.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Hem, how about you?
N: After six months.
P: After that, you get the refugee card?
N: No, after one year, help, I take a refugee card.
P: So, what I wanna know is, basically from Iraq, the government told you, or
UNCHR told you, send you to go to Pekanbaru? Or you know from other refugee
that you need to go Pekanbaru? How do you know to get to Pekanbaru? Why not
Jakarta?
N: Yes, because we was coming to Indonesia by, before, before we cannot stay in
Indonesia, like Pekanbaru, like stay the camp. We was, they put us in the camp in
Pekanbaru. The immigration, they choose where we stay, that‟s why.
P: Which Immigration? Pekanbaru immigration?
N: Yah, we go to immigration …
P: And you told them that you are Asylum Seeker?
N: Yes, we are asylum seeker, and we need help from you. And they take us to
inside the camp, and we waiting the process with UNCHR, and give us refugee,
and then I got here.
P: So you go directly to Pekanbaru, yah?
N: Ya.
P: So, how about the expanse, first expanse from Iraq to Pekanbaru? Is it like, you
covered it by yourself? Or you use agency? Because I heard that there is people
who use agency, but turns out the agency is fraud, like wrong, so they take their
money?
N: Yeah, right. They are feeder, the agency, they take us, like, they take from us
the full, all money. And they are so much expensive, like 10.000 dollar.
P: Per person?
N: Yeah. 14 million, like that, and that 20.000 different of people. Then they take
the money, and they tell us, don‟t go, we don‟t care about your money and we are
not back your money, and we, they tell us, up to you, up to you, you must get, you
must get more money. And they are lie, they not give us that money. And they, we
look ourselves, we don‟t have money more to live or to eat, or to … That‟s why
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
we, we ask from government Indonesia to help us, because we don‟t have any
money to live in here.
P: So, did the agency bring you to Indonesia, or not at all?
N: Yes, they send us to Indonesia, then they, yeah. They send us to Indonesia and
then to Australi, but when they send us to Indonesia, they leave us.
P: Oh, so they promised that they will move you to Australia from Indonesia? But
than they just leave you here, and that‟s why you were asking help from
Pekanbaru immigration?
N: Yeah.
P: Okay I get it. How, can you tell me experience when you live in the camp in
Pekanbaru? How is it? How is the people? How is the place? How is the food and
stuffs?
N: About the place, is rodenim, like a jail. It‟s jail immigration. So, what do you
think about jail? Small room, and you cannot move anywhere, and you cannot do
anything, just waiting, just sit. About, we said like, that jail but is good, but they
product us. And actually, it was ehm … bad experience there, because they like,
feel you are do something wrong in jail, because jail is like, because jail is like,
people ehm … If they punish, you must go in jail.
P: So you feel bad? You feel like you have done something wrong?
N: Yeah, you feel bad.
P: But, how did the immigration people treat you there? Did they treat you nicely?
N: Yeah, immigration people, they was nicely, very nicely, they was brought there
to us to, from danger people, from anywhere. And they, they was good with us.
P: Do they sometimes punish you with something? Or maybe take your money?
Do they do something bad to you?
N: No, nothing bad to us. They nothing bad. Very good, very good.
P: So basically, just the place that make you feel like …
N: Yeah, just the place, rodenim.
P: So how many people can live in one room? Do you live all family in one room?
N: Yeah, all family in one room, six person in one room.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: How big is the room?
N: It‟s not big, just like, you must sleep together in one side and you cannot move
around.
P: How about the food? I heard from someone else that they give you food.
N: Yeah, there was in the rodenim camp, they gave us food, and we cooking.
P: Oh, so you are cooking alone?
N: There is different camp. There is half camp, they give food to eat, and some
camp, they give food to cook.
P: Okay, so you get something to cook?
N: Yeah, it is better if you cook, because it‟s different psychology of another
country. So, Indonesian people, they eat different food, and Arab people, they eat
different food. Like, the rice, there is some people, they don‟t brought the gluten,
but Arab, they want gluten in the rice.
P: Can you choose food that you want to cook, or they just give you general food?
N: What is general food?
P: I mean, like, they already pick it. There is like schedule, week one you gonna
be given this type of food, week two they gonna give you this type of food, or you
can order something what you wanna cook?
N: Yeah, I like to eat burger, hahaha (laughing).
P: No, I mean, you can order what you wanna cook?
N: Yeah, I cannot. I can order but expensive every time I order. So I cook nasi,
rice, and there was salsa, something like potato with rice, chicken rice, like this.
P: So, how about activity? Do they give you any activities besides staying only in
the camp?
N: Sometimes every six months they take to swimming pool, sometimes.
Sometimes one year they give, sometimes not, not immigration, they give the UN.
UN they give us time to swimming pool.
P: So you‟re going together with people that live in there?
N: Yeah
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Is there any more activity you can do beside sitting around?
N: No, nothing.
P: You just sitting around? Not trying to do something else?
N: Cannot. I cannot work, I cannot work, I cannot do anything, just sit in the camp,
nothing can do.
P: Do they let you have TV or phone?
N: Yeah, they let us to have TV and phone. Some camp, they not give TV or
phone, some camp they …
P: Okay. So, what is the difference between you staying in rodenim and then you
go to the community house in Batam? What do you feel different?
N: About, I was not good chance to me, I go to Batam, because Batam they make
the community house, it‟s like camp. They gave us until six o‟clock and it was far
away from shop, from anywhere, and there was, like, get problem, if we late, 30
minutes from the way, from, when we back, yeah it was bad experience.
Because, like, they give you rule, so you must back in six o‟clock. And if you late,
in the bus way, or if you late to back, you will punish, you will punish seven
weeka, ehm … 3 weeks no go outside, and they were shouting, immigration, they
shouting to us, why you like this, and they …
So, I not feel good, because they, I feel worry everytime, when I go outside. I‟m
scared, if I‟m back, they are shouting to us and fighting, and they punish me not
go outside.
P: Is there any bad thing that they did? Anything bad they did to you?
N: They don‟t do bad to me, just the punishment. I take the punishment and not
say anything.
P: You have been punished? Once? Twice?
N: Yeah, I late before, 30 minutes, I came six o‟clock 30 minutes, and I not go
outside two weeks, but he mean no go outside, it‟s like apartment, community
house like apartment, garden, and door they close.
P: So, they have only one door to go outside?
N: Yeah, so I can stay at my home and sit in the garden inside the apartment, no
problem.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Oh but you cannot go outside the apartment area?
N: Yeah, yeah.
P: And then, you move here, how do you feel living here?
N: I feel like, ehm … Like free. Like I was in the jail, I was in the… I was like,
some boss, like boss, he is order you everything, and you feel scary or something,
but becoming you are boss, you don‟t have anything to worry to you, you can feel
free like human, not have problem from anywhere, anything. And I just, I feel safe.
P: You feel safer here?
N: Yeah I feel safer more than if give like rule. That rule make me afraid more
than I feel safe, because I‟m afraid they angry from me or will punish me.
P: How about the people here? Do you get along with them?
N: Yeah, we already friend with all people here. And they are my friends, and we
got relationship with all people. There is no bad people.
P: Do you have such kinds, some kinds of group in the community house? Maybe
like social group, football group?
N: Yeah they have football, you play football here, and just friends, we sit
together and …
P: Do you have personal role that you need to do in this community house?
N: Ehm ... I hope we stay without any role, hahaha (laughing), because also we
need to, we can get anything, like free.
P: Right now I‟m going to ask you about the status, asylum seeker and refugee.
Can you tell me the details, what it the different between those two status?
N: Asylum Seeker and Refugee?
P: Yeah, what is the different of two of them?
N: Asylum seeker, all of us, we coming to Indonesia is asylum seeker, without
any paper. So, when we take immigration, so we interview to UNCHR, because
UNCHR, they get from Indonesia, from immigration, promise if that people, they
can‟t get refugee from … they can‟t …
P: They can‟t make refugee live here forever?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Yeah. If the reason from them is really, is real, so they take refugee and they
can live in Indonesia legal. If you take refugee card, register, you just take
interview at UNCHR and give you refugee card, that means that you legal now,
you are legal now.
If you, UNCHR, they not give you refugee card, so you are illegal. Because, so,
when you take refugee card, you just waiting now for any country to take refugee
to another country. So, when we take refugee card, we coming to refugee, we are
transit to Indonesia.
P: You‟re waiting?
N: Yeah, so we just transiting, just waiting for another country to take us to go
there.
P: I heard that you get some kind of, like money, living cost from UNCHR? Does
asylum seeker get to have that money as well? Or you need to be refugee to get
that money and live in the community house?
N: You need to be refugee, and in community house, not in by yourself.
P: So, basically, people who live in community house need to be refugee? Or it
can be asylum seeker?
N: Yeah, community house, you must be refugee.
P: About the money you get from UNCHR, do you find it enough to live every
month?
N: It is Rp 1.250.000 rupiah per month. What do you think? Of course not enough.
If my other family didn‟t send us money, it will hard to live.
P: Oh so you have family sending money for you? Which country they stay?
N: Yes, they stay in Australia.
P: Okay. Do you know the rights of the refugee? Do you aware of the rights you
have as a refugee? Can you tell me what rights you now?
N: My rights? My rights as refugee in Indonesia?
P: Not in Indonesia, international.
N: In the world?
P: Yes, in the world.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: My rights is to give me chance to I live in any country, to I feel its my home, to
I live as normal people that have home, and country, paper to work, future to can
do, working, live without any rule, and yeah…
P: So, you basically now thinking that you‟re not living a normal life?
N: Yeah, we are not living a normal life, because we cannot work in here, and we
don‟t have any paper, only refugee card to stay in Indonesia. So, we are just
transit here, and we don‟t have any rights, only us refugee to stay, and no more.
P: How about rules, I heard you cannot have motorbike or car here?
N: Yeah… 50 percent true, 50 percent not. We need to go market, and anywhere.
If we take transportation, like gojek or grab, expensive everytime. That‟s why we
have motorbike. Some have bicycle to go around.
P: Okay, about refugee card, I heard that this refugee card is only valid for 2 years,
is that true?
N: Yeah, I don‟t know why. They give rules now two years. But this two years is
not mean you must stay two years than you go. This about the process, some
people they take this refugee card, and after one month, they transfer. And some
of them, they take this refugee card, and four years, five years. It‟s different the
process of the country.
P: After two years card is valid, is no more valid, do you need to sign again to
UNCHR?
N: No, this refugee card is like identity card, when empty, you must make new
again.
P: So, after two years you need to make new again?
N: Yeah.
P: So, you have already make new again? How many times you have renew your
card?
N: I was before take card one year, and must valid one year more. So I change two
cards, and now I change one card, two years. Yeah, three times.
P: Can you tell me what you can do as a refugee in Indonesia and what you cannot
do? Can you explain it to me?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: In Indonesia cannot do anything. I just sit and just can sit at my home, and
watching people around, or walking, and nothing more. I hope to I can work and
get future of myself, or student or something. I cannot get student here, and I
cannot working here. And I cannot, I don‟t get paper to work here. That‟s why.
We stay in Indonesia already 6, we not allowed to get future or get work or
anything …
P: What do they let you do? Is there any activity they provide, from Indonesia or
from the UN?
N: No, nothing.
P: I heard there is course?
N: Oh you mean, you mean activity to stay, to learn, learning, just learning. We
have activity to learn.
P: Do you find that activity, the course, English course, Indonesian course, do you
find it useful for yourself?
N: Yeah, they have activity to learn English, and to learn experience of work
somewhere.
P: Oh, they have something like that?
N: No, just learning, like fixing electronic, or learning English, like activity, is
normal activity, not so big.
P: But, do you find it useful for yourself?
N: Yeah, useful, useful for myself. But it‟s good thing too because you can learn,
get certificate, to can help us, if we go any country, we can work in there. Are you
fasting?
P: No, are you fasting?
N: No, because now it‟s Idul Fitri, We not, we already fasting.
P: Do you own certificate from that course? Have you any own certificate from
that activity?
N: Yeah, certificate of electronics.
P: Oh electronics. Can you tell me more about that experience? How is it?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Yeah they give us, they give teacher, and they teach us what to must fix, what
something is wrong, if fraud, broking, and to check.
P: Is it done here, or you need to go somewhere?
N: In here.
P: Okay, some kind of electronics course. Another thing is, if I‟m asking your
friends here, what do you think, how do you think the will describe you as a
person?
N: Describe me?
P: Yes, so, if I‟m coming to your friend, and I‟m asking them, how is this person,
how …
N: I‟m a good man, hahahaha (laughing). They say good man, good friends.
P: Why will they say you are good friend?
N: Because I kind to them, I respect them …
P: You are fixing their stuff as well?
N: Hahahaha (laughing), yeah I fix their stuffs.
P: So you like to fix stuffs in the …
N: Yeah I like to fix stuffs. Is like my job.
P: So people will call you if something is wrong?
N: Hahahaha (laughing), yeah, sometimes.
P: Can you tell me your daily activities here, beside sitting and maybe, you like
reading, watching Youtube and stuffs?
N: Yeah, it‟s like this, I‟m using my phone. I use Watsapp, Facebook.
P: What do you use it for? For fun?
N: For reading, I use for reading and that‟s it.
P: What do you like to read?
N: Well I just sit daily in home, and talking (mumbling) … And sit with my friend,
speaking. That‟s it, every day.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: Can you please tell me about your, like in Iraq, what is the culture? Can you
tell me about specific culture? How does the people, the community?
N: In Iraq, at home. Home. We was stay at home, and free, and we can walk, we
can do anything, free people, not have any problem. But after the war, this people
coming to check, they coming, like want to kill us.
P: So, it used to be a good community but people then come threating you …
N: Yeah, after war, they are coming to much terrorist here.
P: Maybe, what I mean about culture is, how do they expect you as a person? For
example, like a student, they expect to be good in your …
N: Ehm … How long you have, how much you, how much you have, I mean this
…
P: It‟s little bit, 10 minutes.
N: Because, i mean, you have long time.
P: Well … I spent 1 hour and 40 minutes on previous interview.
N: Aish.
P: Almost two hours, because people telling me stuff, just a little bit.
N: Yes, what more?
P: I wanna ask you, is there any different culture here in Indonesia and your
previous home?
N: Yeah, it‟s different too much.
P: Too much? What is the different that bother? What make you feel
uncomfortable here?
N: Different about I can do my future, I can looking in my life, I can work, I have
paper, I am legal 100 percent, I can do my future, I can work, I can study, we can
go anywhere … Here, I cannot do anything, just sit. Transit.
P: If Iraq or Palestine is safe, are you thinking about going back there?
N: Yes, of course, because I like my home. I don‟t like to stay in another country,
just feeling like refugee, is bad. It‟s bad to start if I stay another country as a
refugee, it‟s very bad.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
P: So maybe the last question, what do you hope for the next five years?
N: I hope? Next five years?
P: Yeah, what you hope will happen to your life?
N: I hope to having my life, I stay in the country …
P: In your country or any country that will to receive you?
N: Like any country, I don‟t have a problem, from any country. I want to go in
any country. I get work, and paper and legal 100 percent, look at my future and
family, I get family, I can working, feel safe where I am, where Is I am.
P: The last thing, I want conclude this interview, basically you not feel
comfortable to live your life now as a refugee? Is it true … Is it a correct
statement? You feel uncomfortable to live your life now?
N: Yes I don‟t like to stay as refugee because it‟s not normal life, is bad, is bad
experience, life, and like you are lost. Refugee people is like they are lost, and lost.
They lost, they don‟t know where they go, they cannot go anywhere, they can do
anything, and they don‟t have future, and they don‟t have a legal to anything, they
don‟t allow anything, just sit.
P: One last question, what do you think that people, Indonesian people around
here thinking about you as or refugee in general?
N: Indonesian people like about me?
P: No, not you, but refugee, as a refugee. What Indonesian thinking about
refugee?
N: Indonesian people looking about refugee, they say, they looking to us like, we
were like need help, and they don‟t have country, and they are lost, cannot do
anything, and they escape from war, from terrorist, to just feel safe in another
country. And that is the true, we are like that.
P: So you basically thinking that you are lost?
N: Yeah, and they try to help us, and respect us. That‟s why I like Indonesia
country. But, you cannot work, cannot to study.
P: Okay, I think that‟s all. Thank you so much for the interview.
N: Yes, thank you, thank you.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
LAMPIRAN V: TRANSKRIP WAWANCARA SELVIE
NATALIA
Tanggal: Selasa, 7 Agustus 2018
Keterangan
P : Pewawancara, N : Narasumber
P: Bagaimana pemahaman konsep diri dari perspektif ilmu psikologi?
N: Kalau di psikologi, aku memang ingat sih ada dimensi self-awareness dan self
esteem juga. Pokoknya intinya kalau konsep diri itu kan bagaimana orang itu
melihat dirinya sendiri kan. Termasuk self-esteem ini juga bagian dari konsep diri.
Jadi, dia melihat dirinya berharga atau tidak itu bagian dari konsep dirinya dia
seperti apa, apakah positif atau negatif.
Kalau faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri, yang tadi kamu
sebutkan di Bab 2. Other‟s images, social comparison‟s itu ada. Cultural teaching
juga pasti mempengaruhi. Kurang lebih sama lah. Tergantung teori siapa yang
kamu pakai.
P: Bisa dijelaskan gak kak lebih detil bagaimana keempat faktor tadi
mempengaruhi konsep diri?
N: Misalnya mengacu dari teori yang kamu pakai yah.. Dari factor Other‟s images
itu, sebenernya konsep diri kan terbentuknya dari kita kecil lho. Dari usia 4
tahunan, 3 tahun waktu dia mulai ngaca-ngaca sendiri, terus dia mulai lihat, aku
rambutnya keriting yah, aku rambutnya lurus. Itu konsep diri dia. Tapi anak kecil
belum bisa mikir itu baik atau buruk. Orang lain dari lingkungan yang ikutan
ngasih tau. Misalkan, “eh rambutmu kok keriting banget kaya Indomie, jelek
banget”. Dia mulai berpikir, “eh jelek yah, berarti saya jelek, dong.” Nah, itu
konsep dirinya. Jadi konsep diri itu sebenarnya tidak serta merta terbentuk dari
pemikiran orang itu saja, tetapi lingkungan juga berperan banget. Terutama
lingkungan terdekat dia, seperti keluarga, lingkungan sekolah, dll. Ketika kita
udah besar, konsep diri yang sudah terbentuk sejak kecil tadi, jadi terbawa. Nah,
kalau misalkan orangnya memiliki self-esteem yang baik, otomatis dia akan dapat
berdamai dengan dirinya. Misalnya, dulu lingkungan sekolahnya bilang, “lo tuh
jelek banget, rambutnya keriting kaya Indomie.” Terus dia merasa jelek. Tapi
lingkungan keluarganya bilang, “enggak, kamu cantik koq, kamu unik.” Dan
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
terus-terusan disupport, jadi itu yang akan membentuk self-esteem yang bagus.
Nah, dia sudah besar, dia bisa berpikir bahwa semua orang itu unik, enggak serta
merta dari other‟s images aja.
Jadi, other‟s images mempengaruhi konsep diri. Tapi kalau dia self-esteemnya
bagus, other‟s images tidak berpengaruh banyak.
P: Kalau untuk faktor social comparisons di perspektif ilmu psikologi kurang
lebih seperti apa kak?
N: Kalau social comparisons kurang lebih sama juga. Manusia kan makhluk
sosial,yah. Kita pasti, kita gak ngomong pun, pasti dalam otak kepikiran dong, “ih
dia cantik banget yah”. Terus kita bandingin dia dengan diri sendiri. Kita mulai
berpikir, “ih dia kok bulu matanya lentik banget yah, jadi pingin, mau ekstension.”
Jadi membandingkan diri sendiri.
Apalagi kalau pengungsi, aku sih melihatnya pengungsi ini lebih ke arah social
comparisons, yah. Di sini ternyata dia gak bisa apa-apa. Aku pun baru tahu
ternyata di sini pengungsi gak boleh usaha, gak boleh kerja, kayanya terkekang
banget. Apalagi untuk orang yang punya motivasi untuk maju, kayak Hussen Ali
tadi, itu kayaknya, kebayang gak sih dia gak bisa ngapa-ngapain. Itu pun dia
mentok pergi gym doang.
Mereka pasti ada ngebandingin diri mereka sama pemuda lain yang seusia dia saat
ini di Indonesia, mereka lagi bekerja, masa-masanya produktif, cari duit. Terus
masa-masanya yang tepat untuk menikah. Lalu mereka melihat ke diri mereka
sendiri, “aku mah apa atuh? Cari duit ga bisa, mau pacaran jg gengsi ga bisa
traktir cewenya” Itu dipengaruhi oleh social comparisons-nya.
Tapi balik lagi kita lihat ke self-esteem nya. Contoh si Ali Hussen, dia kan self-
awareness-nya lumayan tinggi nih. Self-awareness itu tidak semua orang punya
lho. Jadi, ada beberapa orang juga yang self-awareness nya kurang, dalam artian
dia kurang bisa melihat dirinya sendiri secara mendalam. Seperti merenung lah.
Jadi kalau ada masalah, dia cenderungnya ngelupain, gak mikirin, bodoh amat,
atau nyalahin orang lain. Tipe rang yang kurang bisa belajar dari pengalaman.
Balik lagi ke si Ali Hussen, self-awareness- nya kan bagus, dan self-esteem-nya
tinggi juga kalau menurut aku, makanya dia bisa tahan. Dia ngerti caranya supaya
dia tidak jadi kriminal di sini, ini kan negara orang. Supaya dia bisa bertahan
paling tidak, karena uangnya sudah habis. Merasa beruntung UNHCR kasih dia
duit. Tapi dari duit itu, dia ga cuma mikir gimana bisa survive tp juga gimana dia
bisa saving, itu oke lho. Karena dengan keadaan dia yang seperti sekarang ini,
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
tidak membuat dirinya terpuruk banget bahkan masih bisa memikirkan peluang
usaha. Jadi bisa lebih berdamai dengan dirinya sendiri dan dengan keadaannya dia.
Ada juga kan beberapa orang yang mengungsi, tapi mau enaknya aja karena kan
mereka gak kerja dan setiap bulan dapat duit. Bisa santai. Yasudah, duitnya
mereka habisin, dan bulan depannya mereka dapat duit lagi. Bahayanya kalau
mereka ga bisa kontrol keinginan mereka, ingin lebih, nah biasanya peluang
mereka untuk melakukan tindak kriminal lebih besar karena mereka kurang bisa
melihat dirinya sebagai pribadi yang berharga dan berguna, gitu.
P: Berarti untuk social comparisons berpengaruhnya bukan langsung ke konsep
diri yah? Tapi lebih ke dia menilai diri sendiri berharga atau engganya?
N: Self esteem maksudnya? Self-esteem itu kan bagian dari konsep diri. Kalau di
kasus ini, dia bandingin diri mereka dengan pemuda Indonesia lain. Berpengaruh
atau tidaknya terhadap konsep diri mereka, tergantung dari tinggi rendahnya self-
esteem yang mereka punya. Tapi kalau dia masih kecil atau remaja, masih masa-
masa berkembang, social comparisons itu berpengaruh banget, karena dia masih
galau. Anak kecil umumnya kan pemikirannya masih terbatas nih, gak bisa
mengolah secara mendalam informasi yang diterima. Pasti apapun yang diterima
dari luar, dia mentah-mentah terima, atau mentah-mentah tolak. Apalagi misalkan
yang ngomong gurunya, atau pribadi lain yang lebih dewasa. Itu akan
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri dan self-esteemnya.
P: Oke, aku paham. Kalau cultural teaching bagaimana pengaruhnya ke konsep
diri, Ka?
N: Nilai-nilai budaya yah. Faktor ini lebih ke arah pembentukan dalam jangka
panjang sih.. Misalnya gini, kita bayangin aja kalau kita lahir dan besar di Indo,
lalu liburan ke Jepang, belum tentu kita mentah-mentah mengadopsi budanya
Jepang kan? Kalau misalnya pindah atau kuliah ke Jepang, maksudnya yang stay
lebih lama, tetap kita ada bawa budaya kita sendiri, which is sudah kita pelajari
sejak kita kecil, dan itu terus-terusan diingatkan oleh orang tua kita. Jadi bukan
karena dia pindah ke negara lain dengan budaya yang berbeda, lalu konsep diri
orang ini berubah. Untuk kedua orang ini, aku gak melihat seperti itu sih. Karena
mereka kan hidupnya juga berkumpul dengan pengungsi lain. Sama seperti kita
yang misalnya kuliah ke Jepang tadi, kita pun akan mencari komunitas pelajar
Indonesia kan. Nilai-nilai budaya Indo kita juga ga terlupakan.
P: Jadi memang dari awal mereka punya budaya yang sudah ditanamkan ke
mereka dan mereka bawa budaya itu ke sini?
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
N: Bawa nilai-nilainya, nilai-nilai budaya yang mereka terima yah. Kan ada
beberapa orang juga yah yang sudah dikasih tahu, tapi mereka cuma
mempertanyakan aja. Enggak mesti, tuh, misalkan dibilangin, “suku kita itu suku
yang bertanggung jawab,loh.”, terus percaya. Ada juga yang dari dulu dikasih
tahu kayak begitu, tapi dia lihat contoh orang-orang di sekitarnya tidak seperti itu,
jadi dia ambil kesimpulan bahwa tidak semua suku itu seperti itu. Jadi, yah, nilai
itu tidak mentah-mentah dia terima juga. Tergantung lingkungan juga. Jadi,
cultural teaching itu termasuk contoh praktek yang dilihat dia sehari-hari.
P: Jadi, sesuai dengan kenyataan yang dia lihat juga yah?
N: Iya, betul. Kalau self-evaluations berhubungan juga dengan faktor
pembentukan konsep diri, lebih ke arah menemukan. Jadi, dia sebenarnya konsep
dirinya sudah terbentuk, tapi dia belum nyadar. Jadi, dengan self-evaluations, dia
baru nyadar, “oh … ternyata gue orangnya kayak gini yah.” Kalau si Ali, dia bisa
menemukan. Kalau yang satu lagi, si Mohammed, dia kurang mau dan kurang
bisa untuk menemukan. Jadi dia istilahnya go with the flow aja. Jadi dia ngerasa
dirinya memang begitu, keadaannya memang begitu. Jadi, dia berpikira yah
nunggu aja.
P: Makanya dia sulit menemukan kelebihannya, ya?
N: Iya, begitu. Kadang gak semua orang bisa untuk melihat dirinya sendiri. Ada
beberapa orang yang sulit. Meskipun mungkin dia bisa, tapi atas bantuan orang
lain. Dia cerita, terus orang lain membantu, seperti konseling. Bisa sama teman
atau sama professional. Tidak seperti Ali yang bisa menemukan sendiri. Tidak
semua punya kemampuan self-evaluations, seperti itu. Jadi bukannya dia tidak
bisa sama sekali. Dia punya, tetapi butuh bantuan orang lain, untuk bantu dia
menemukan, jarang yang bisa menemukan secara mandiri.
P: Kalau begitu Kak, konsep diri kan memang sudah sejak kecil dibentuk,
memang perubahan hidupnya si pengungsi ini bisa dibilang cukup ekstrim, tapi
gak berarti konsep dirinya berubah ekstrim, yah? Memungkinkan gak konsep diri
seseorang berubah 180 derajat?
N: Konsep diri berubah masih mungkin, tapi 180 derajat akan tergantung dengan
seberapa traumatik peristiwa yang dia alami. Ada orang yang dari kecil dididik
bahwa dunia positif, aman. Tapi saat dia ada kondisi seperti ini, kan, dia berpikir
gak aman lagi dong, yah. Jadi lebih ke bagaimana dia mempersepsikan dunia atau
lingkungan di sekitarnya, sehingga dia ikut berubah. Karena dia mengganggap
dunia ini tidak aman, jahat, jadi dia otomatis jaga jarak, bikin semacam
pertahanan diri, gak mau terlalu ramah lagi ke orang baru. Nah, itu bisa terjadi.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
Tapi, ada juga orang yang, misalnya, dapat kondisi seperti ini, tapi dia masih bisa
berpikir nih, “Oh … ternyata yah gak semua orang jahat sih, mungkin karena
memang gue terlalu sering lihat yang jelek-jeleknya, mikir negatif, tapi
sebenernya ada beberapa orang juga yang baik koq.” Jadi, tergantung cara dia
mempersepsikannya seperti apa.
P: Berarti konsep diri mungkin berubah kalau pengalamannya sudah traumatik,
yah?
N: Iya, bisa. Konsep diri bisa berubah tergantung lingkungannya.
P: Berarti kalau enggak terlalu traumatik, atau masih bisa memberikan dia
kesempatan untuk berpikir, itu masih mungkin ….
N: Mungkin bisa berubah, mungkin juga engga. Kita bisa lihat juga dari cara dia
menangani masalah, stress, atau trauma. Reaksi setiap orang kan beda-beda. Ada
yang lari, ada yang cepet-cepet selesaiin, ada juga yang freeze di tempat karena
gak tahu harus ngelakuin apa lagi. Nah, cara-cara orang mengatasi masalahnya itu
bisa mempengaruhi cara seseorang memandang dirinya sendiri dan juga dunia
sekitarnya, dan juga mempengaruhi bagaimana kita bersikap.
P: Oke kak. Informasinya sudah sangat cukup. Terima kasih Kak atas waktunya.
N: Iya, sama-sama.
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
Selvie Natalia, M.Psi, Psi
e: [email protected] ph: 0813-1116-2934
Profile
I am Indonesian, female, 29 years old. I am graduated from Pelita Harapan University
majoring in Psychology for my Bachelor Degree and Tarumanagara University for my
Master Degree (majoring Clinical Child Psychology). I spend free time for watching
films, talking with my friends, reading, doing sports, and traveling. I’m a patience girl
and have interest in children and their development. I have a heart to work with children
especially special needs children (No SIPP: 0461-16-2-1)
Personal Data
Name : Selvie Natalia
Date of Birth : December 12th, 1988
Gender : Female
Religion : Catholic
Marital Status : Single
Address : Dasana Indah blok RA 2 no. 12, Bonang, Kelapa Dua, Tangerang 15821
Phone Number : 0813 111 62 934
Email Address : [email protected]
Formal Education
• High school in SMA Tarakanita, Gading Serpong, Tangerang 2004-2007
• Undergraduate program in Universitas Pelita Harapan (UPH),
Tangerang (major: Psychology, GPA: 3.54)
2007-2011
• Graduate program in Unversitas Tarumanagara, Jakarta Barat
(mayor major: Clinical Child Psychology, minor major: Clinical
Adult Psychology)
2014-2016
Informal Education
• English Language Course (BBC, Gading Serpong) 2004 – 2005
• Private English Course (at home) 2002 – 2004
• English Language Course (IEP, Tangerang) 1988 – 2002
Training & Workshop
• Hypnotherapy – Stress Management Technique (by
Kayross Consulting)
November, 2013
• Psikotraumatologi dan Pelatihan Teknik Stabilisasi
(Resource Development and Installation) (by Magister
of Psychology, Tarumanagara University)
October, 2014
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
Selvie Natalia, M.Psi, Psi e: [email protected]
ph: 0813-111-62-934 Page 2
Work Experience
• Trainer in SIP Literacy Centre
Responsibilities: train the teachers to teach literacy (reading &
writing) to the children according to SIP method.
Report to: Owner
• Private Tutor for elementary & junior high school student
Responsibilities: teaching school lessons
Report to: Parents
• Psychologist Associate Responsibilities:
Running psychological test such as intelligency test (WISC,
CFIT, IST, TKD), aptitude test (RMIB, SDS),
recruitment/promotion test (PAPI Kostick, DISC),
personality test (MMPI, MBTI, BAUM, DAM, WZT, CAT,
MDS, FSCT)
Scoring the result of the test
Observing the client
Making psychological reports
• Tester and Recruitment Associate
2017 – present
2008 – present
2016 - present
2011 – 2016
Responsibilities:
Running psychological test such as intelligence test (WISC,
CFIT, IST, TKD), aptitude test (RMIB, SDS),
recruitment/promotion test (PAPI Kostick, DISC),
personality test (MMPI, MBTI, BAUM, DAM, WZT, CAT,
MDS, FSCT)
Scoring the result of the test
Observing the candidate
Report to: Senior psychologist
• ADHD Consultant & Couch (Part-timer staff in ADHD Center,
Gading Serpong)
Responsibilities: Intake interview with parents, screening the child,
giving information about ADHD and ADHD Center
Report to: Senior Psychologist, The Owner
2011 – 2012
• Assistant of Lecturer (UPH, Lippo Karawaci)
Responsibilities: Preparing teaching materials, assist students at
class, giving additional tutorial class, scoring the quiz/exam, doing
administration task
Report to: Lecturer, Head of Faculty, Dean, Faculty Director
2011 - 2013
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
Selvie Natalia, M.Psi, Psi e: [email protected]
ph: 0813-111-62-934 Page 3
Other activities
• Teacher in Sunday School – St. Helena Church 2009 – present
• Facilitator in ASAK Team – St. Helena Church 2016 – present
• Charity to the Orphanage / Nursing Homes
• Traveling once a year
2012 – present
2011 – present
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018
S A R A K I N A S I H
I am a Public Relations student, lookingforward to life changing experiencewhere I can develop my knowledge andskills in professional field.
H e l l o !
G e t i n T o u c h W i t h M e
0819 0876 1744
sarakinasih
Sara Kinasih
E D U C A T I O N
2017 - Public Relations Internee at LG Electronics Indonesia
Assisted journalist for product review or gathering,contacted influencer and Key Opinion Leader for event,carried out media monitoring
2016 - Companion in Swinburne University of Technology Melbourne The New Colombo Plan (NCP)
Assisted Swinburne Students in daily activitiesand communication with Cihuni Local Government,Teachers, and Elementary Students.
2016 - Event Team Coordinator in UMN Student Orientation
Planned and executed orientation, creating creative andvaluable orientation assignments and activities
2016 - Publication Team Member in Communication Festival
Wrote social media content and press release, sentinvitation and poster to universities across Java
2017 - Part Time Administrator in Bahasa Indonesia untuk
Processed evaluation data, organized foreign students’visa requirement, recorded listening material, designedstudent’s paper test lay out, backed up student's andteacher's presence data
Penutur Asing (BIPA) UMN
MULTIMEDIA NUSANTARA UNIVERSITY
E X P E R I E N C E
K N O W L E D G E B A S E D
PR ResearchCrisis ManagementPR Writing & OnlineIMC
Media RelationsEvent ManagementCSRPR Campaign
BY KOMPAS GRAMEDIA PUBLIC RELATIONS | 2014 - 2018 GPA: 3.93
2016 - Stage Manager Art & Culture (Arture)
Worked together in creating stage sets with propertyteam, monitored property flow in the play performance
SANTA URSULA BSD SENIOR HIGH SCHOOL
2011 - 2014 SANTA URSULA BSD JUNIOR HIGH SCHOOL
2008 - 2011 TARAKANITA GADING SERPONG ELEMENTARY SCHOOL
2002 - 2008
S k i l l s
Teamwork & Leadership
Planning & Organizing
Communication
Creativity
English (Oral and Written)
2018 - Internal Communication & Culture Management Internee at Blibli.com
Managing content on company's Linkedin account foremployee branding, preparing communication materialsfor internal purpose
Gambaran Konsep Diri..., Sara Kinasih, FIKOM, 2018