Limbah Medis

download Limbah Medis

of 8

Transcript of Limbah Medis

Limbah Medis

Limbah Medis

Hp

Sampah atau refuse adalah sebagian dari benda atau barang yang dianggap tidak digunakan, tidak dipakai atau tidak diinginkan lagi oleh pemakai, yang umumnya adalah hasil dari kegiatan manusia yang bukan dari hasil biologis, dan perlu dibuang agar tidak mengganggu kelangsungan hidup nya. Menurut definisi WHO sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Candra, 2007). Undang-undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.Juli Soemirat (2001) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (2002) mengatakan yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yangh harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.Limbah pada layanan kesehatan adalah limbah yang mencakup semua buangan yang berasal dari instalabsi kesehatan, fasilitas penelitian dan laboratorium (Pruss, 2005). Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan Limbah pada layanan kesehatan ada 3 macam yakni:1. Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.2. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran seperti insenerator, dapur, perlengkapan generaor, anestesi, dan pembuatan obat sitotoksik.3. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.Limbah medis padat adalah limbah yang landsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegitan di layanan kesehatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non padat (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes, 2004). Klasifikasi limbah medis padat tercantum dalam tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat Kategori LimbahDefinisiContoh limbah yang dihasilkan

1.InfeksiusLimbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus, prasit, atau jamur) yang tidak secara rutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentu pasien yang terinfeksi.

2. PatologisLimbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yant telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.Bagian tubuh manuasia dan hewan (limbah anatomis), darah dan cairan tubuh yang lain, janin.

3.SitotoksisLimbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel hidup.Dari materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dam pemberian obat, misalnya spuit, ampul, kemasan, obat kedaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang mengandung obat sitotoksik.

4. Benda tajamMerupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau lika tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahayan dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.Jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca.

5.FarmasiLimbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung darah atau cairan dan ampul obat.Obat-obatan, vaksin, dan cairan serum yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, yang sudah tidak diperlukan lagi.

6.KimiMengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik dan ekspermen serta dari pemeliharaan kebersihan dengan menggunakan desinfektan.Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven.

7.RadioaktifBahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari pengunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain: tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair, atau gas.Cairan yang tidak terpakai dari radioaktif atau riset di laboratorium, peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi, utine dan keskreta dari pasien yang diobati atau diuji dengan radionuklida yang terbuka.

8.Logam yang bertekanan tinggi/beratLimbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak.Thermometer, alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan gigi.

9.Kontainer bertekananLimbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah sakit.Tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung residu, gas catridge.

Sumber: Pengelolaan aman limbah layanan kesehatan, 2005Depkes RI (2001) menyebabkan bahwa pengaruh limbah layanan kesehatan terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:1. Gangguan kenyamanan dan estetika2. Kerusakan harta benda3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang4. Gangguan terhadap kesehatan manusia5. Gangguan genetik dan reproduksiPengelolaan limbah medis dengan baik berarti apabila telah memenuhi persyaratan pengelolalan limbah medis yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal itu meliputi;1. Minimasi Limbaha. Setiap layanan kesehatan harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.b. Setiap layanan kesehatan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.c. Setiap layanan kesehatan harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.d. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari puhak yang berwenang.2. Pemilahan, pewadahan pemanfaatan kembali dan daur ulanga. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari seumber yang menghasilkan limbah.b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.d. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.e. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melauli proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bascillus Stearothermophilis untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.f. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui salah satu proses sterilisasi.g. Pewadahan limbah medis padat harus memehuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai KategoriKategoriWadah kontainer/kantong plastikLambangKeterangan

1.RadioaktifMerahKantong boks timbal dengan simbol radioaktif

2.Sangat infeksiusKuningKantong plastik kuat antibocor, atau kontainer yang dapat di sterilisasi dengan otoklaf

3.Limbah infeksius, patologi anotomiKuningPlastik kuat dana anti boco atau kontainer

4.SitotoksikUnguKontainer plastik kuat dan anti bocor

5.Limbah kimia dan farmasiCoklat-Kantong plastik atau kontainer

Sumber: Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004h. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh layanan kesehatan kecuali untuk pemilihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.i. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, antibocor, dan diberi label yang bertuliskan Limbah Sitotoksik.3. Tempat penampungan sementaraa. Bagi layanan kesehatan yang mempunyai insenerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.b. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insenerator maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insenerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila di dimpan pada suhu ruang.4. Transportasia. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangankauan manusia maupun binatang.c. Petugas yang mengangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, Pakaian panjang (coverall) apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus.5. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padata. Limbah infeksius dan benda tajam1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam otoklaf sedinimungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.2) Benda tajam harus diolah dengan insenerator bilang memungkinkan dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.3) Setelah insenerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.b. Limbah farmasiLimbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insenerator pirolitik, rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atai insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary klin, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

c. Limbah sitotoksik1) Limbah sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum. 2) Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi. 3) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. 4) Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih. b. Limbah bahan kimiawi 1) Pembuangan limbah kimia biasa. Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. 2) Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill). c. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah. d. Kontainer Bertekanan Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya. e. Limbah radioaktif Pengelolaan limbah radioaktif yang amanharus diatur dalam kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).Pengetahuan dan kesadaran paramedis yang kurang tentang prosedur pengelolaan limbah medis juga memicu pembuangan limbah medis yang tidak sesuai prosedur. Sebagian paramedis menyepelekan bahaya yang mungkin dialami bila terkontaminasi oleh limbah medis. Stigma tersebut menyebabkan petugas kesehatan kurang memperhatikan pengelolaan limbah medis.