Liken Simpleks Kronis

30
LIKEN SIMPLEKS KRONIS Sinonim Nama lain LSK adalah Neurodermatitis sirkumskripta, istilah yang pertama kali dipakai oleh vidal, oleh karena itu juga disebut liken vidal. Defenisi Lsk adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik berupa akantosis (penebalan stratum spinosum) dan hiperkeratosis (penebalan stratum korneum), dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak seperti kulit batang kayu. Epidemiologi Lsk berlangsung secara kronis dan secara epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia antara 30-50 tahun (jarang pada anak-anak). Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita LSK pada onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Selain itu, LSK terjadi lebih

Transcript of Liken Simpleks Kronis

Page 1: Liken Simpleks Kronis

LIKEN SIMPLEKS KRONIS

Sinonim

Nama lain LSK adalah Neurodermatitis sirkumskripta, istilah yang pertama kali

dipakai oleh vidal, oleh karena itu juga disebut liken vidal.

Defenisi

Lsk adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan

likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus

akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.

Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik

berupa akantosis (penebalan stratum spinosum) dan hiperkeratosis (penebalan

stratum korneum), dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan

peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak

seperti kulit batang kayu.

Epidemiologi

Lsk berlangsung secara kronis dan secara epidemiologi lebih banyak menyerang

kelompok dewasa yang berusia antara 30-50 tahun (jarang pada anak-anak).

Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita LSK pada

onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19 tahun. Selain itu, LSK terjadi lebih

sering pada wanita dibanding laki-laki dengan insidensi lebih banyak pada bangsa

asia.

Etiopatogenesis

Etiologi pasti LSK belum diketahui, namun diduga pruritus mamainkan peranan

karena pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivitas enzim proteolitik.

Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa

likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena

adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi saluran

empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis atopik,

Page 2: Liken Simpleks Kronis

dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan

emosi.

Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein X dan

protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas. Jumlah sel

langerhans juga dapat bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP (calcitonin

gene-related peptide) dan SP (substance P),bahan imunoreaktif, jumlahnya di

dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada LSK. SP dan CGRP

melepaskan histamin dari sel mas yang selanjutnya memicu pruritus. Ekspresi

faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum

meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural.

Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga penderita sering

menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit.

Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang

penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.

Gejala klinis

Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.

Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila

muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk;

setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan

rasa nyeri).

Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-

tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali

bersifat paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya akan

dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara refleks

menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari.

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa,

lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan

menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan

Page 3: Liken Simpleks Kronis

kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan

lamanya lesi. Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikasi dapat

diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak yang solid, namun

likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi ukuran 2

s.d 3 mm.

Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp,

tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal,

paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelsngsn kaki bagian depan,

dan punggung kaki. Lsk di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada

wanita, berupa plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke skalp.

Biasanya skuamanya banyak menyerupai psoriasis.

Variasi klinis lsk dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan

tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus

berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat

laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya

multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa milimeter

sampai 2 cm.

Histopatologi

Gambaran histopatologik lsk sirkumskripta berupa ortokeratosis, hipergranulosis,

akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Berserbukan sel radang limfosit

dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas bertambah,

kolagen menebal. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal,

menonjol lebih tinggi dari permukaan sel schwan berproliferasi, dan terlihat

hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta yang menutupi sebagian epidermis.

Diagnosis

Page 4: Liken Simpleks Kronis

Diagnosis LSK didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit. Namun

perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala

pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis,dan dermatitis atopik.

Jika diagnosis likenifikasi telah ditegakkan, penyebab yang mendasarinya harus

dianalisa secara hati-hati. Lesi yang tersebar simetris dapat menandakan adanya

likenifikasi sekunder dari dermatitis kontak.

Diagnosis banding

a. Liken planus

Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang berwarna

merah-biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Biasanya lesi ini timbul

di ekstremitas sisi flexor, selaput lendir, dan alat kelamin. Pasien biasanya

merasa sangat gatal, dan gejala ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun.

Selain itu, terdapat pula lesi patogmonik di mukosa, yaitu papul polygonal,

datar dan berkilat, serta kadang ditemukan delle.

Liken planus memiliki 5 bentuk morfologi : hipertrofik, folikular,

vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk

hipertrofilah yang harus dibedakan dengan lsk. Bentuk ini meliputi plak

yang verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak pada tulang

kering.

Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan

histopatologi, dimana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,

degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan

infiltrat seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis

bagian atas.

b. Dermatitis atopik

Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi dermatitis atopik di lipat

siku dan lipat lutut (flexor), sedangkan pada lsk di siku dan punggung kaki

Page 5: Liken Simpleks Kronis

(ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis atopik biasanya sembuh

dalam usia 2 tahun sedangkan lsk dapat berlanjut sampai tua.

c. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat

kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas

tegas dengan skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis

terdapat tanda khas fenomena tetesan lilin dan auspitz, serta tanda tak khas

yaitu fenomena kobner.

Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit kepala,

perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama

siku dan lutut, dan daerah lumbosakral.

Pemeriksaan penunjang

Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung

pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan

penyakitnya, penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.

Namun pemeriksaan yang paling bermakna pada lsk adalah pemeriksaan

dermatopathology. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran yang

bervariasi mengenai derajat hiperkeratosis dengan paraorthokeratosis dan

orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia. Biopsi mungkin

dapat bermanfaat dalam menemukan gangguan pruritus primer yang telah

menyebabkan timbulnya likenifikasi sekunder yang terjadi, seperti

psoriasis.

Pengobatan

Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan

memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Untuk

Page 6: Liken Simpleks Kronis

mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal

atau intralesi, produk ter.

Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif

(contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat

pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek

(maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat,

bila perlu ditutup dengan penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil

dapat diberikan secara suntikan intralesi. Salep kortikosteroid dapat pula

dikombinasi dengan ter. Yang mempunyai efek anti-inflamasi. Ada pula

yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada

penyakit yang mendasarinya, bila memang ad harus juga diobati.

Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan

pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian

dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah

kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti clobetassol propionat,

difloraseasone diasetat, atau bethametashon difrofionat. Pemberian

kortikosteroid berupa triamcinolone secara intralesi, biasanya sangat

efektif (3 mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena pada

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atrophi.

Preparat tar

Kombinasi 5 % crude coal tar dalam pasta zinc oxide ditambah

kortikosteroid kelas II kemudian dibalut dengan perban oklusif kering,

akan efektif jika diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya

lengan dan kaki.

Perban oklusif

Preparat kortikosteroid biasanya diberikan pertama, kemudian diikuti

dengan perban oklusif saja (tanpa kortikosteroid), juga dapatbermanfaat

Page 7: Liken Simpleks Kronis

untuk mencegah pasien menggaruk lesinya dan merupakan tindakan yang

efektif mengingat kebiasaan menggaruk pada pasien lsk adalah tindakan

reflex dan kebiasaan yang tidak disadari.

Antihistamin

Pemberian topikal, salep doxepin 5%, krim capsaicin, atau salep

tacrolimus dapat bersifat efektif dan sgnifikan pada beberapa pasien dan

dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun penggunaan

antihistamin topikal ini dapat menyebabkan efek samping ringan berupa

pusing.

Prognosis

Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari),

dan status psikologik penderita.

Page 8: Liken Simpleks Kronis

TINEA CRURIS

Sinonim

Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of

the groin, dhobie itch.

Defenisi

Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus.

Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit

yang berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural

saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian

bawah atau bagian tubuh yang lain. 

Etiologi

Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton

rubrum (90%) danEpidermophython fluccosum Trichophyton

mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%)

Epidemiologi

Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah

tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki

Page 9: Liken Simpleks Kronis

dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea

cruris.Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan

diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.

Patofisiologi

Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan

langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari

manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman,

kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan

melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau

autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini

menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan

invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-

cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim

keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi

peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum

menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi

(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi

suatu reaksi peradangan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:

a.Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik,

geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang

lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh

misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython

fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam.

b.Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.

c.Faktor suhu dan kelembapan

Page 10: Liken Simpleks Kronis

Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada

lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari

paling sering terserang penyakit jamur.

d.Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden

penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering

ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik

e.Faktor umur dan jenis kelamin

Gejala klinis

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas,

peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri

atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit

ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan

keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Tinea kruris merupakan salah satu

bentuk klinis yang sering dilihat diindonesia.

1. Anamnesis

Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat

meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra

pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika

banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan

yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai

pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita

diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara,

atlit olahraga dan individu yang beresiko terkena dermatophytosis.

2. Pemeriksaan Fisik

Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan

sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari

papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak

Page 11: Liken Simpleks Kronis

hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi.

Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.

Manifestasi tinea cruris :

1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha,

dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis

2.Daerah bersisik

3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif

4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan

disertai likenifikasi

5.Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang

tersebar dan sedikit skuama

6.Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena

7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin

muncul karena garukan

8.Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga

tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula

folikuler

9.Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas

pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik

untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang

sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.

a.Pemeriksaan dengan sediaan basah

Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi

dengan memakai scalpel atau pinggir gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH

10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di

mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis

Page 12: Liken Simpleks Kronis

sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)

pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium

b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium

saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-

mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.

Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)

c.Punch biopsi

Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya

dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan

tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur

akan tampak coklat atau hitam

d.Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma

dimana akan tampak floresensi merah bata

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan

melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang

seperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada sediaan yang

ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud, punch biopsi, atau

penggunaan lampu wood.

Diagnosis banding

vCandidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida

biasanya oleh Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat

mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia,

dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.

Page 13: Liken Simpleks Kronis

Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun

eksogen. Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina,

kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit

kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa

iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki

dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur,

kontak dengan penderita.

Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah

payudara, bagian pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga

mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis

(balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat,

pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat,

kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.

Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil berupa bercak yang

berbatas tegas, bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa lenting-

lenting yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak

kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan

skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya

berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir

yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau

terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan

berwarna putih.

vErytrasma

Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang

disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema

dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi

berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus

kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi

dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain

terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang

Page 14: Liken Simpleks Kronis

eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi.

Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan

tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada

perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat

berfluoresensi merah membara (coral red) 

vPsoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan

skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin,

Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut

dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah

lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak)

dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium

penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir.

Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.

Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat

berkonfluensi.

vDermatitis Seboroik

Dermatitis Seboroik merupakan penyakit inflamasi konis yang mengenai

daerah kepala dan badan. Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5%

populasi.Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ni dapat

mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3 bulan

sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan

skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk

yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak berskuama dan berminyak

disertai eksudat dan krusta tebal.

Penatalaksanaan

Page 15: Liken Simpleks Kronis

Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur

topikal saja dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa

formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan

jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-

4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan

sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat

diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi

topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih dahulu interaksi

obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi hepar apabila

terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.

Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat

golongan yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan

lainnya seperti siklopiros,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan

menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi

mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana truktur tersebut merupakankomponen

penting dalam dinding sel jamur. Goongan Alynamin menghambat keja dari

squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol

yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan menyebabkan kematian

sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan

membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin

mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan

golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea cruris tersedia

dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:

Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:

1.Golongan Azol

a.Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)

Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris

karena bersifat broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat

pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel

jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu

Page 16: Liken Simpleks Kronis

jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa.

Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari

selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan pada

pasien yang menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan

hinari kontak mata.

b.Mikonazole (icatin, Monistat-derm)

Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak

akanmenghambat biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel

jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%,

solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada

anak sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan

hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.

c.Econazole (Spectazole)

Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu

menghambat RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu

permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan

dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan

sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada

pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.

d.Ketokonazole (Nizoral)

Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad

spektrum akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur

meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat

dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan

hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.

e.Oxiconazole (Oxistat)

Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat

sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel

jamur mati. Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu.

Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak

Page 17: Liken Simpleks Kronis

12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien

yang menunjukkan hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.

f.Sulkonazole (Exeldetm)

Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik

tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan

kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia

dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun

penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang terkena

selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).

2.Golongan alinamin

a.Naftifine (Naftin)

Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari alinamin

yang mekanisme kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol sehingga

menyebabkan pertumbuhan sel amur terhambat. Pengobatan dengan naftitine

dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk

1% cream dan lotion. . Penggunaan pada anak sama dengan dewasa ( dioleskan 4

kali sehari selama 2-4minggu).

b. Terbinafin (Lamisil)

Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen

epoxide yang merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang

menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur.

Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan terbinafin.

Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak. Digunakan selama

1-4 minggu

3.Golongan Benzilamin

a. Butenafine (mentax)

Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran

sel jamur menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam

Page 18: Liken Simpleks Kronis

bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan.

Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4kali sehari.

4.Golongan lainnya

a. Siklopiroks (Loprox)

Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi

DNA

b.Haloprogin (halotex)

Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-

4minggu dan dioleskan sebanyak 3kali sehari.

c.Tolnaftate

Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4

minggu(Wiederkehr, Michael. 2008).

Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal

dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam

pengobatan tinea cruris:

a. Ketokonazole

Sebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral

yangberspektrum luas. Kerja obat ini fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama

2-4 minggu.

b. Itrakonazole

Sebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang

berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat

sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan komponen

penting pada selaput sel jamur.Pada penelitian disebutkan bahwa itrakonazole

lebih baik daripada griseofulvin dengan hasil terbaik 2-3 minggu setelah

perawatan. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan

100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk

anak-anak 5mg/hari PO selama 1 minggu. Obat ini dikontraindikasikan pada

penderita yang hipersensitivitas, dan jangan diberikan bersama dengan cisapride

karena berhubunngan dengan aritmia jantung.

Page 19: Liken Simpleks Kronis

c.Griseofulfin

Termasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan

mengikat mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya

dibanding itrakonazole. Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize (330-375

mg ultramicrosize) PO selama 2-4minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau

20 mg microsize /kg/hari

c.Terbinafine

Pemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada

anak pemberian secara oral disesuaikan dengan berat badan:

12-20kg :62,5mg/hari selama 2 minggu

20-40kg :125mg/ hari selama 2 minggu

>40kg:250mg/ hari selama 2 minggu

Edukasi kepada pasien di rumah :

1.Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering

2.Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.

3.Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan

mengganti pakaian yang lembab

4.Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti

katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.

5.Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan

penderita harus segera dicuci dan direndam air panas.

Komplikasi

Tinea cruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada

infeksi jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.

Prognosis

Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan

kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga.