LI Balkis Sken a B19
-
Upload
balkis-humairoh -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
description
Transcript of LI Balkis Sken a B19
Learning Issue
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: Kelopak mata berfungsi
melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata. Konjungtiva
adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola mata bagian luar. Sistem saluran air
mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air mata, dimana terletak pada pinggir luar dari
alis mata. Rongga orbita merupakan rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-
tulang yang kokoh. Otot-otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah
otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik
(Perdami, 2005:1)
Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata
Kelopak mata atau sering disebut palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata dari
trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan
kornea. Kelopak mata merupakan
pelindung mata yang paling baik
dengan membasahi
mata dan melakukan penutupan
mata bila terjadi rangsangan dari
luar. Kelopak mempunyai lapis
kulit yang tipis pada bagian depan
sedangkan di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Pada
kelopak mata terdapat beberapa
bagian antara lain; kelenjar sebasea,
kelenjar keringat ataukelenjar
Moll, kelenjar zeis pada pangkal
rambut bulu mata, serta kelenjar
Meibom pada tarsus. Kelopak mata
bisa terjadi kelainan yaitu lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata), ptosis (kelopak mata
tidak bisa dibuka).
Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di
daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai
pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita,
air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam
rongga hidung di dalam meatus inferior.
Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi bola
mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet. Terdapat tiga bagian
konjungtiva yaitu ; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus
bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding
orbita: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila,
bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral
orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang:
1. Superior : os. Frontal
2. Lateral : os. Frontal, os. Zigomatikus, ala magna os. Sfenoid
3. Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os. Palatina
4. Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os. Etmoid
Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata tergantung pada letak
dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot:
1. Otot oblik inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada fosa
lakrimal, tulang lakrimal, berinsersi pada
sklera posterior 2 mm dari kedudukan
makula, dipersarafi saraf okulomotor bekerja
untuk menngerakkan mata ke atas, abduksi
dan eksiklotorsi
2. Otot oblik superior
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan
ala parva tulang sfenodi do atas foramen
optik, berjalan menuju troklea dan di katrol
balik dan kemudian berjalan di atas rektus
superior yang kemudian beninsersi pada sklera di bagian temporal belakang bola mata.
Mempunyai aksi pergerakkan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila
sumbu aksi dan sumbu penglihatan searah atau mata melihatke arah nasal. Berfungsi menggerakkan
bola mata untuk depresi terutama bila melihat ke nasa, abduksi dan insiklotorsi
3. Otot rektus inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn.
Fungsi menggerakkan mata:
a. Depresi
b. Eksoklotorsi
c. Aduksi
4. Otot rektus lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral
dipersarafi N. VI, dengan pekerjaan menggerakkan bola mata terutama abduksi.
5. Otot rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering
memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Berfungsi
menggerakkan mata untuk aduksi.
6. Otot rektus superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura
saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis
retrobulbar.
Fungsinya menggerakkan mata-elevasi terutama bila mata melihat ke lateral:
o Aduksi
o Insiklotorsi
B. Bola Mata
Anatomi dan Fisiologi Bola Mata
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata serta bagian
putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata.
Kekakuan tertentu pada sklera mempengaruhi tekanan bola mata
b. Kornea
Kornea merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang bersifat
transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kornea berperan
meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata. Pembiasan terkuat dilakukan oleh
kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh
kornea. Kornea terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan
yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan
endotel. Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke dalam stroma
korneamenembus membran Bowman dan melepaskan selubung Schwannya
c. Bilik-bilik dalam mata
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan ruangan dibatasi oleh
kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos yang membawa makanan untuk jaringan
mata sebelah depan. Kemudian bilik mata belakang yang paling sempit
pada mata.
d. Humor Aquos
Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang dihasilkan oleh badan siliar
masuk ke bilik mata melalui pupil serta berfungsi memberikan makanan dan oksigen untuk
mempertahankan kornea dan lensa.
e. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak mengandung pembuluh
darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau selaput pelangi mempunyai kemampuan
mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot
untuk melakukan akomodasi sehingga lensa dapat mencembung dan merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Koroid itu sendiri lapis tengah
pembungkus bola mata yang banyak mengandung pembuluh darah dan memberikan makan
lapis luar retina.
f. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pada waktu tidur pupil mengalami pengecilan akibat
dari berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan hambatan miosis.
Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi.
g. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor dan akan
meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya berupa bayangan. Dalam retina terdapat
makula lutea atau bintik kuning yang merupakan bagian kecil dari retina dan area sensitif
paling rentan pada siang hari.
Fisiologi Mata
Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke retina
Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket–paket individual
seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara–cara gelombang. Jarak antara
dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Fotoreseptor di mata peka hanya
pada panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya
merupakan sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang
gelombang pada pita tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda–beda.
Panjang gelombang yang pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelomang
yang panjang diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya berpindah
dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium denagn tingkat kepadatan
yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui medium
transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah medium
yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat (begitu pula sebaliknya). Berkas
cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap
sudut kecuali sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua media dan sudut
jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin
besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Suatu lensa
dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkas–
berkas cahaya, yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan
demikian, permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf
(cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkas–berkas cahaya, suatu lensa konkaf
berguna untuk memperbaiki kesalahan refrektif mata tertentu, misalnya berpenglihatan dekat.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun jauh dapat
difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya,
yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah
anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris dan jaringan kapiler
(yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat
ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa sehingga
lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah
otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa
kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih
sferis (bulat) karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena
semakin bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih dekat
untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom. Serat–serat saraf
simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem syaraf
parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat–serat transparan. Kadang–kadang
serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu
keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini biasanya dapat dikeluarkan dengan
secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata
kompensasi.
Seumur hidup hanya sel–sel ditepi luar lensa yang diganti. Sel–sel di bagian tengah lensa
mengalami kesulitan ganda. Sel–sel tersebut tidak hanya merupakan sel tertua, tetapi juga
terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan
pertambahan usia, sel–sel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan kaku.
Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil bentuk sferis yang
diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan kemampuan akomodasi yang
berkaitan dengan usia ini, presbiopia, yang mengenai sebagian besar orang pada usia
pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa korektif untuk
penglihatan dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan. Sebagian
diproyeksikan ke daerah–daerah otak lain untuk tujuan–tujuan selain persepsi penglihatan
langsung, seperti :
- Mengontrol ukuran pupil
- Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya (siklus tidur–
bangun disesuaikan dengan siklus siang–malam).
- Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.
- Kontrol gerakan–gerakan mata.
Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot mata eksternal yang
menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga mata dapat menentukan gerakan, lokasi,
melihat, dan mengikuti benda. Gerakan mata adalah salah satu gerakan tubuh tercepat dan
terkontrol secara tajam.
Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.
Beberapa mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian anteriornya,
bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada. Kelopak mata berfungsi
sebagai shutter (daun penutup) untuk melindungi bagian anterior mata dari gangguan luar.
Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata pada saat–saat yang
mengancam, misalnya benda–benda yang datang cepat, cahaya yang sangat menyilaukan, dan
keadaan–keadaan sewaktu kornea atau bulu mata tersentuh. Kedipan kelopak mata secara
spontan berulang–ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan dan
bersifat bakterisidal. Air mata diproduksi secara terus–menerus oleh kelenjar lakrimalis di
sudut lateral atas dibawah kelopak mata. Cairan pembersih mata ini mengalir melalui
permukaan kornea dan bermuara ke saluran alus di sudut kedua mata dan akhirnya
dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi
air mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjir dari mata. Mata
juga dilengkapi dengan bulu mata protektif yang menangkap benda–benda halus di udara
seperti debu sebelum masuk ke mata.
Daftar Pustaka
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2007.
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2008.
Asbury, Vaughan. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2007.
Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984. h:1-8.
Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S. Visual
Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton Publishers,
London, 1999. p:30-38.