Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

50
LEMBAR KERJA TUTORIAL MODUL WABAH Oleh : RUANG 05 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

description

Lembar Kerja Wabah

Transcript of Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Page 1: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

LEMBAR KERJA TUTORIAL

MODUL

WABAH

Oleh :

RUANG 05

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2015

Page 2: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

RUANG 05

Stephanie K.I. Tilaar (120111217)

Yunike Maria Arisoy (120111240)

Indah Julianti Larete (120111015)

Megi Lilingan (120111271)

Dwi Ayu Primadana (120111073)

Magdalena Ildavonsa S. (120111172)

Rionaldy Walansendow (120111125)

Satriani Syahrin (120111319)

Albertha M. Kristin (120111089)

Carla Olivia N. Poli (120111227)

Billy Johanes Lombogia (120111051)

Senderina Malak (120111272)

Polii N. Clinton (120111247)

Page 3: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

SKENARIO

Puskesmas Melati mempunyai 12 desa dalam wilayah kerjanya. 7 desa berada di aliran sungai dan 5 desa ada di daerah pegunungan. Pada 5 hari terakhir Puskesmas Melati menerima 18 orang balita dan 6 orang dewasa yang mengalami muntah berak. 10 orang balita telah dirujuk ke RS akibat menderita dehidrasi berat sedangkan yang 8 orang lainnya dalam perawatan di Puskesmas karena masih menjalani dehidrasi ringan. Enam orang dewasa setelah diobservasi selama sehari sudah diizinkan pulang karena tidak ada tanda-tanda membahayakan. Semua penderita berasal dari 7 desa yang di aliran sungai. Kepala puskesmas telah melaporkan kejadian ini kepada Camat dan Kepala Dinas Kabupaten.

Petugas lapangan puskesmas telah melakukan kunjungan rumah dan mendapatkan banyak anak dengan keluhan muntah berak tapi belum menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Kepada penderita dan keluarga dalam masyarakat telah dibagikan obat dan dilakukan penyuluhan kesehatan, pencegahan, pemberian makanan dan cairan melalui mulut.

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja sekitar 3100 penduduk dan di setiap desa ada Posyandu dan kader kesehatan yang aktif. Laporan dari kader kesehatan juga terdapat penderita batuk, panas, dan timbul bintik kemerahan disertai mata merah. Penderita yang lain juga menderita lepuh di kulit, beberapa diantaranya telah dibawa ke Puskesmas.

KATA SULIT : -

KATA KUNCI :

1. 18 orang balita dan 6 orang dewasa mengalami muntah berak.2. Semua pasien berasal dari 7 desa di aliran sungai.3. terdapat juga penderita batuk, panas, dan timbul bintik kemerahan disertai mata

merah.

MASALAH DASAR : “ Puskesmas Melati menerima 18 orang balita dan 6 orang dewasa yang mengalami muntah berak. Seluruh penderita berasal dari 7 desa yang berasal di DAS.”

Page 4: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

PERTANYAAN & PEMBAHASAN :

1. Bagaimana menentukan keadaan wabah?

LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI WABAH:

Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari :1.      Persiapan Investigasi di LapanganPersiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:a.       Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alatb.      Administrasi: prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalananc.       Konsultasi: peran masing – masing petugas yang turun kelapangan2.      Pemastian Adanya WabahDalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:a.       Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya.b.      Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.c.       Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinyaCatatan hasil surveilans1)      Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.2)      Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional.3)      Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat (menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada).d.      Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):1)      Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita2)      Adanya cara diagnosis baru3)      Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat4)      Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa5)      Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan3.      Pemastian DiagnosisSemua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :a.       Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patutb.      Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkanc.       Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensid.      Kunjungan terhadap satu atau dua penderita4.      Pembuatan Definisi KasusPembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable), meragukan (possible), sensivitas dan spesifitas.

Page 5: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

5.      Penemuan dan Penghitungan KasusMetoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap kasus :a.       Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)b.      Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan)c.       Data klinisd.      Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakite.       Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik6.      Epidemiologi Deskriptif

a.       gambaran wabah berdasarkan waktuPerjalanan wabah berdasarkan waktu digambarkan dengan grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :1)      Memberi informasi sampai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan kelanjutannya2)      Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.3)      Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya,

Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :1)      Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata2)      Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa inkubasi rata-rata3)      Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendekMasa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat bila penyakit belum diketahui sehingga mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung median masa inkubasi :1)      Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya2)      Buat frekuensi kumulatifnya3)      Tentukan posisi kasus paling tengah4)      Tentukan kelas median5)      Median masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara waktu pemaparan dan kasus medianb.      gambaran wabah berdasarkan tempatGambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.c.       Gambaran wabah berdasarkan ciri orangVariable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada

Page 6: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit. Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-obatan)7.      Pembuatan HipotesisDalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.a.       Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:Apa reservoir utama agen penyakitnya?Bagaimana cara penularannya?Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?b.      Wawancara dengan beberapa penderitac.       Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.d.      Kunjungan rumah penderitae.       Wawancara dengan petugas kesehatan setempatf.       Epidemiologi diskriptif8.      Penilaian HipotesisDalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari 3 caraa.       Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, ataub.      Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan.c.       Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.9.      Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahanDalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah inia.       Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik)b.      Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan (pemeriksaan tempat pembuangan tinja)10.  Pengendalian dan PencegahanPengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.11.  Penyampaian Hasil PenyelidikanPenyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian penyelidikan diantaranyaa.       Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasanb.      Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiahc.       Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi,

Page 7: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

kesimpulan, dan saran)d.      Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakane.       Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.

2. Bagaimana melakukan tindakan awal penanganan wabah?

Tindakan penanganan wabah banyak macamnya. Secara sederhana tindakan tersebut menurut sasarannya dapat dibedakan atas tiga macam, yakni terhadap kasus, terhadap masyarakat dan terhadap lingkungan.

1.      Tindakan terhadap kasus

Pada dasarnya tindakan yang dilakukan terhadap kasus adalah dalam rangka mengobati penyakit yang diderita dan karena itu pada umumnya adalah sama dengan tindakan pengobatan biasa. Hanya saja karena penyakit yang diderita adalah penyakit menular maka pada tindakan terhadap kasus ini harus ditambahkan dengan tindakan lain yang sesuai dengan tindakan terhadap penyakit menular.

Tindakan terhadap kasus secara garis besarnya dibedakan atas beberapa macam yakni:

a.       Anamnesis

Anamnesis dapat ditunjukkan terhadap kasus atau keluarga kasus. Pada anamnesis ini dikumpulkan pelbagai keterangan yang diperlukan. Keterangan yang dimaksud paling tidak harus mencakup:

-          Identitas penderita, yaitu nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan agama.

-          Keluhan utama, keluhan tambahan dan riwayat penyakit.

Pada pertanyaan tentang riwayat penyakit perhatian perlu dicurahkan pada keterangan di sekitar dan selama masa inkubasi. Keterangan-keterangan tersebut diperlukan untuk menentukan sumber penularan di satu pihak serta untuk pencarian kasus baru di pihak lain.

Adapun sumber penularan banyak macamnya, secara umum dibedakan atas manusia, binatang atau benda mati yang dipergunakan oleh penyebab penyakit sebagai tempat tinggal dan berkembang biak. Sedangkan pencarian kasus baru dapat dilakukan dengan mengamati orang-orang yang kontak dengan penderita selama masa inkubasi atau masa awal penyakit.

Sekalipun lengkapnya semua keterangan ini adalah penting, perlu diingat bahwa anamnesis yang terlalu lama tidaklah bijaksana.

Penderita dan juga keluarganya membutuhkan pengobatan bukan tanya jawab. Jika memang diperlukan keterangan yang lengkap dan diperkirakan akan membutuhkan waktu yang lama sebaiknya keterangan tersebut ditanyakan setelah tindakan pengobatan diberikan.

b.      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap kasus adalah sama seperti pemeriksaan penderita biasa yakni meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terhadap tubuh dan/atau organ tubuh yang dicurigai sesuai dengan penyakit yang diderita. Penerapannya tentu saja perlu disesuaikan dengan jenis penyakit menular yang diderita.

Page 8: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

c.       Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium

Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk konfirmasi diagnossis yang akan ditegakkan. Sediaan (specimen) yang diambil dapat berupa:

-          Darah : Pengambilan darah biasanya sebanyak lebih kurang 10 cc. Darah tersebut perlu diberi antikoagulansia dan kemudian disimpan dalam botol steril. Umumnya pengambilan darah tersebut dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada masa akut dan pada masa penyembuhan.

-          Tinja : Tinja biasanya diambil untuk beberapa gram. Bila tidak tersedia dapat dilakukan rectal swab. Tinja yang diambil tersebut harus disimpan dalam botol steril berisi cairan garam fisiologis.

-          Contoh makanan : Apabila timbulnya keadaan wabah ada hubungannya dengan makanan, perlu diambil contoh makanan yang umumnya antara 100-500 gram. Contoh makanan tersebut dibungkus dengan rapat dan kuat agar tidak mudah rusak.

Pengambilan sediaan harus dilengkapi dengan pemasangan label yang berisi keterangan tentang tempat pengambilan, waktu pengambilan, nama pasien, pemeriksaan yang diminta.

d.      Diagnossis : Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis penyakit. Cara mengambil diagnosis yang seperti ini disebut dengan diagnosis klinis. Untuk lebih memastikan diagnosis klinis perlu dilengkapi dengan keterangan hasil laboratorium.

Hanya saja jika pemeriksaan laboratorium tidak mungkin atau hasilnya terlalu lama, konfirmasi yang seperti ini dapat diabaikan. Dengan perkataan lain adanya diagnosis klinis telah dianggap cukup untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

e.       Terapi : Apabila diagnosis telah ditegakkan, lanjutkanlah dengan pemberian pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita. Terapi yang dapat diberikan ada yang bersifat etiologis dan ada pula yang bersifat simtomatis. Jika memang diperlukan, dapat ditambahkan dengan perawatan penderita.

f.       Isolasi : Karena yang dihadapi pada wabah adalah penyakit menular, maka perlu dipikirkan tindakan isolasi. Adapun yang dimaksud dengan isolasi di sini ialah memisahkan penderita dari orang lain untuk beberapa waktu, pada tempat dan kondisi khusus untuk mencegah secara langsung atau tidak langsung adanya pemindahan penyebab penyakit dari penderita kepada orang lain yang rentan atau yang mungkin menyebarkan bibit penyakit pada yang lain. Lamanya masa isolasi ini tergantung pada lamanya masa inkubasi dari penyakit tersebut.

Patut disampaikan di sini bahwa apabila memang kemampuan puskesmas tidak memungkinkan, dapat diminta batuan dari fasilitas lain yang lebih tinggi, misalnya mengirimkan kasus ke rumah sakit. Tindakan yang seperti ini dikenal dengan nama rujukan, yang karena ruang lingkupnya untuk masalh kedokteran tersebut dengan nama rujukan medis.

2.      Tindakan terhadap masyarakat

Yang termasuk dengan masyarakat di sini ialah penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang terjangkit wabah. Tindakan yang dilakukan di sini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni:

a.       Tindakan health promotion

Page 9: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Tujuan tindakan promotif ini ialah untuk lebih meningkatkan status kesehatan masyarakat sehingga dengan demikian dapat terhidar dari kemungkinan terserang penyakit yang sedang mewabah. Cara yang dipakai biasanya dalam bentuk penyuluhan kesehatan.

Pokok uraian yang disampaikan umumnya berkisar pada penyakit yang sedang mewabah terutama yang menyangkut aspek pencegahannya.

Ambil contoh jika sedang berhadapan dengan wabah penyakit D.H.F (Dengue Haemorrhagic Fever) misalnya, di sini diberikan penyuluhan kesehatan mengenai:

-          Pembersihan sarang nyamuk (PSN)

-          Penyemprotan nyamuk dewasa

-          abatisasi

b.      Tindakan spesifik protection

Tujuan tindakan preventif ialah melindungi pejamu (host) dari penyakit tertentu, dengan cara atau sarana yang bersifat khusus. Pada saat ini dikenal beberapa bentuk specific protection yakni:

-          Dengan memberikan kekebalan pada pejamu (host) melalui imunisasi.

-          Dengan memberi obat yang juga bersifat pencegahan penyakit, misalnya Klorokuin untuk mencegah penyakit malaria.

-          Dengan cara mematikan vektor penyebab penyakit, misalnya dengan cara abatisasi dan fogging (pengasapan) untuk mematikan nyamuk aedes aegypti, vektor penyakit demam berdarah.

c.       Pencarian kasus

Tindakan lain yang dilakukan terhadap masyarakat ialah mencari kemungkinan adanya kasus baru di masyarakat tersebut. Cara mencari kasus baru ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:

1.      Cara telusur ke belakang (Backward Tracing)

Tujuan dari cara ini ialah untuk menentukan sumber penularan. Cara yang ditempuh dibedakan atas beberapa macam yang jika disederhanakan terdiri dari:

-          Menentukan masa inkubasi penyakit yang sedang mewabah.

-          Menentukan tanggal mulainya masa inkubasi.

-          Menentukan sumber penularan penyakit tersebut, orang, binatang, makanan, minuman dan lain-lain.

-          Menentukan sumber penularan yang kontak dengan kasus pada saat mulainya masa inkubasi.

-          Menentukan tempat atau lokasi terjadinya kontak tersebut.

Apabila semua keterangan ini berhasil diperoleh, maka dapatlah ditentukan sumber penularan penyakit. Dengan diketahuinya sumber penularan penyakit akan dapat dilakukan 

Page 10: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

penyelidikan lebih lanjut di sekitar sumber penularan yang dimaksud sehingga dapatlah diharapkan ditemukannya adanya kasus lain yang mungkin terserang penyakit.

Terjadinya kontak degan sumber penularan mungkin saja terjadi di luar wilayah kerja. Dalam keadaan yang seperti ini perlu dilakukan kerja sama dan koordinasi dengan petugas kesehatan lain yang berasal daru wilayah tersebut.

2.      Cara telusur ke depan (Forward Tracing)

Tujuannya ialah untuk mencari kasus baru yang ditulari oleh penderita. Cara yang ditempuh secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

-          Tentukan masa inkubasi penyakit tersebut.

-          Catat ke mana saja kasus tersebut pergi selama masa inkubasi dan selama masa sakit.

-          Catat orang-orang yang mungkin tertular penyakit.

-          Catat sumber makanan/minuman atau barang lain yang tercemari.

-          Lakukan konfirmasi hasil diagnosis dengan hasil laboratorium.

-          Awasi tersangka kontak, bila masih sehat awasi paling tidak untuk jangka waktu selama masa inkubasi penyakit tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan semua kasus cepat diketahui dan tindakan pengobatan, yang juga merupakan upaya pemutusan rantai penularan, akan dapat dilakukan. Sama halnya dengan tindakan terhadap kasus, maka apabila kemampuan puskesmas tidak memadai dapat dimintakan bantuan dari instansi kesehatan yang lebih tinggi yakni Dinas Kesehatan Tingkat II. Tindakan seperti ini disebut dengan rujukan, yang karena ruang lingkupnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat disebut dengan nama rujukan kesehatan.

3.      Tindakan terhadap lingkungan

Tindakan terhadap lingkungan dapat dibedakan atas dua macam yakni terhadap lingkungan fisik dan terhadap lingkungan biologik.

a.       Lingkungan fisik: Tindakan terhadap lingkungan fisik dibedakan pula atas beberapa macam yakni:

1.      Tindakan terhadap lingkungan fisik yang masih baik.

Tujuannya ialah melindungi lingkungan fisik tersebut sehingga tidak sampai berperan sebagai faktor yang mendorong timbulnya penyakit. Contoh tindakan yang seperti ini ialah:

-       Perlindungan sumber air minum.

-       Perlindungan makanan dan minuman.

2.      Tindakan terhadap lingkungan fisik yang telah tercemar.

Tujuannya ialah mengurangi kadar pencemaran yang telah  terjadi. Contoh tindakan yang seperti ini ialah:

-       Chloridasi sumber air.

-       Pemberian antiseptik

Page 11: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

-       Pemusnahan barang yang telah tercemar.

3.      Tindakan terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai sarang vektor.

Tujuannya ialah mengupayakan agar lingkungan fisik tersebut bebas dari vektor penyebab penyakit. Tindakan yang dilakukan dapat berbentuk pengobatan atau pemusnahan. Tindakan berbentuk pengobatan dilakukan jika lingkungan fisik tersebut masih diperlakukan oleh manusia, misalnya abatisasi sumber air untuk memusnahkan nyamuk aedes aegypti. Sedangkan tindakan pemusnahan dilakukan jika lingkungan fisik tersebut tidak diperlukan oleh manusia misalnya penimbunan rawa.

b.      Lingkungan biologic: Tindakan terhadap lingkungan biologik dapat dibedakan atas tiga macam yakni:

1.      Tindakan terhadap binatang yang sehat. Tujuannya ialah untuk melindungi binatang tersebut sehingga tidak sampai menjadi reservoir bibit penyakit. Misalnya imunisasi rabies pada anjing yang sehat.

2.      Tindakan terhadap binatang yang sakit. Tujuannya ialah agar bintanag yang sakit tersebut tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit. Misalnya membunuh anjing yang telah terserang rabies.

3.      Tindakan terhadap vektor. Karena pada umumnya vektor tersebut tidak bermanfaat bagi kehidupan, maka tindakan yang dilakukan umumnya bersifat memusnahkannya. Misalnya melakukan fogging pada penyakit demam berdarah serta spraying pada penyakit malaria.

3. Penyakit apa saja yang berpotensi wabah pada kasus?

Penyakit yang berpotensi wabah dalam kasus :

1. MORBILI

Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

- Factor penyebab penyakit/agent

Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang.

- Factor kekebalan tubuh/host

1. Umur

Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode

Page 12: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus.

Di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, tetapi ketika memasuki sekolah jumlah anak yang menderita menjadi meningkat.

Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus campak di negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda

Penelitian Casaeri dengan desain kasus kontrol di Kabupaten Kendal menyebutkan bahwa anak dengan usia rentan yakni kurang dari 15 tahun memiliki kemungkinan risiko 4,9 kali lebih besar untuk terinfeksi campak dibanding pada anak umur kurang rentan.

2. Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Kejadian campak pada masa kehamilan berhubungan dengan tingginya angka aborsi spontan.16

Berdasarkan penelitian Suwono di Kediri dengan desain penelitian kasus kontrol mendapatkan hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita campak lebih banyak pada anak laki-laki yakni 62%.

3. Umur Pemberian Imunisasi

Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta merupakan faktor yang penting untuk menentukan umur imunisasi campak dapat diberikan pada balita. Maternal antibodi tersebut dapat mempengaruhi respon imun terhadap vaksin campak hidup dan pemberian imunisasi yang terlalu awal tidak selalu menghasilkan imunitas atau kekebalan yang adekuat.

Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih mempunyai antibodi dari ibu yang dapat mengganggu respons terhadap imunisasi. Menunda imunisasi dapat meningkatkan angka serokonversi. Secara umum di negara berkembang akan didapatkan angka serokenversi lebih dari 85% bila vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara maju, anak akan kehilangan antibodi maternal saat berumur 12-15 bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian vaksin campak. Namun, penundaan imunisasi dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup tinggi di kebanyakan negara berkembang.

Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan anak yang mendapatkan vaksinasi pada usia >15 bulan, anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia <12 bulan memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak. Sedangkan anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki risiko 3 kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang mendapat vaksinasi pada usia 15 bulan.

Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di Arkansas menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki kemungkinan risiko terkena campak 5,6 kali lebih besar dibanding anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15 bulan atau lebih.

Page 13: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

6. Imunisasi

Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.

Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian.

Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas.

Sebuah penelitian kohort yang dilakukan terhadap 627 siswa di Arkansas mendapatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan vaksinasi berisiko 20 kali untuk terkena campak daripada anak yang memiliki riwayat vaksinasi pada usia 15 bulan atau lebih.

Berdasarkan penelitian I Made Suardiyasa di kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa anak yang tidak diimunisasi berisiko 29 kali untuk terkena campak dibanding anak yang mendapat imunisasi.

8. ASI Eksklusif

Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang terpenting yang dapat ditemukan pada kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya yang tinggi tetapi juga karena aktivitas biologiknya. IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi terhadap penyakit infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri, tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.

Suatu penelitian dengan desain kohort yang dilakukan di Swedia mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI selama >3 bulan dapat memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit campak dengan kata lain pemberian ASI merupakan faktor protektif terhadap kejadian campak (OR = 0,69).

- Factor lingkungan

Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang.

Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup

Page 14: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.

2. KOLERA

Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh suatu enterotoksin yang di hasilkan oleh vibrio kolera, di tandai dengan diare cair ringan sampai diare cair berat dengan muntah yang dengan cepat menimbulkan dehidrasi.

Factor penyebab/agent pada kolera

Vibrio cholera yang merupakan satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio. Bakteri ini pertama kali di temukan oleh Robert Koch pada tahun 1884. Vibrio cholera banyak ditemukan di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman tersebut, oleh karena itu penularan penyakit kolera dapat melalui air, makanan, dan sanitasi yang buruk.

Factor kekebalan tubuh/host

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan Vibrio cholerae.

b) Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.

c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

d) Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara,misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Auto Imune Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%)

Faktor Lingkungan

Sanitasi lingkungan merupakan kegiatan untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengendalian, pengelolaan dan pencegahan faktor lingkungan yang menganggu kesehatan. Penyakit diare umumnya terjadi pada daerah yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:

a. Sumber Air Bersih

Air bersih memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, karena diperlukan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.. Berbagai air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi kontruksi sarang pengolahan, pemeliharan dan pengawasan kualitasnya, urutan sumbernya air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat berasal dari:

Page 15: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

1. Perusahaan Air Minum (PAM).

2. Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis) 3. Air hujan

Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah penting berkaitan dengan kejadian diare. Oleh karena itu harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis). Kriteria sumber air minum antara lain :

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih; 2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta

menggunakan gayung khusus untuk mengambil air; 3) Memelihara dan menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak dan

sumber pencemaran lain. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pencemar misalnya septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter;

4) Menggunakan air yang direbus; 5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.

Hasil penelitian Purwidiana P.W menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian Adisasmito disimpulkan bahwa sarana air bersih berhubungan dengan kejadian diare dengan kejadian diare.

Tempat Pembuangan Tinja

Tempat pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari sanitasi. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain diare.

Syarat pembuangan tinja yang memenuhi aturan kesehatan adalah: tidak mengotori permukaan tanah sekitar, tidak mengotori air permukaan sekitar, tidak mengotori air dalam tanah sekitar, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lain, tidak menimbulkan bau, pembuatannya murah, mudah digunakan dan dipelihara.

Macam-macam tempat pembuangan tinja antara lain:

1) Jamban Cemplung (Pit latrine) Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah denga diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber air minum sekurangkurangnya 15 meter.

2) Jamban air (Water latrine)Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pemuangan tinja. Proses pembusukan sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.

3) Jamban Leher angsa (Angsa latrine)Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air agar bau busuk kakus tidak tercium. Bila dipakai tinja akan teertampung sementara dan bila disiram akan masuk ke bagian yang menurun masuk ke penampungan.

4) Jamban Bor (Bored hole latrine)

Page 16: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena pemakaian yang tidak lama. Kerugian bila air permukaan banyak mudah mengotori tanah permukaan (meluap)

5) Jamban Keranjang (Bucket latrine) Tinja ditampung di ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misal penderita sakit yang tidak bisa meninggalkan tempat tidur. Sistem ini biasanya menarik lalat dan berbau.

6) Jamban Parit (Trench latrine)Jamban ini dibuat dengan melubangi tanah sedalam 30-40 am untuk tempat defaecatie. Tanah galian digunakan untuk menimbunnya. Penggunaan jamban ini melanggar standar dasar sanitasi, terutama berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.

7) Jamban Empang (Overhung latrine) Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat diatas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainnya. Kerugiannya mencemari air permukaan sehingga bibit penyakit akan tersebar dan menimbulkan wabah.

8) Jamban Kimia (Chemical toilet) Jamban ini menggunakan tampungan bejana yang berisi caustic soda sehingga tinja akan hancur sekaligus didesinfeksi. Biasanya digunakan di kendaraan umum misalnya pesawat.

Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : konstruksi jamban kuat, rumah dan lantai sebaiknya semen, memiliki resapan (septic tank), bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan (privacy), tidak menimbulkan bau (leher angsa), disediakan alat pembersih seperti air yang cukup, dibersihkan secara teratur.

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinja di tempat yang memenuhi syarat sanitasi. Hasil penelitian Purwidiana A.W menyebutkan bahwa jenis jamban dan kebersihan jamban berhubungan dengan kejadian diare.

Lantai Rumah

Syarat rumah sehat memiliki lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah di musim penghujan. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan paling tidak diplester dan akan lebih baik jika dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan.

Penelitian Purwidianan P.W menyebutkan bahwa jenis lantai mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita. Lantai dinaikan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air dalam rumah.

Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari RT/hasil proses prooduksi. Jenis sampah terbagi atas sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk misalnya logam, besi plastik gelas. Sedangkan sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk misalnya makanan, daun, buah-buahan.

Sampah dapat menjadi sumber penyakit. Karena itu perlu dikelola sehingga tidak mengotori lingkungan, tidak menjadi sarang vektor, maupun sarang penyakit. Sampah harus

Page 17: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

ditempatkan pada tempat yang memenuhi syarat. Syarat tempat sampah yang dianjurkan yaitu konstruksi kuat, tidak mudah bocor, tertutup, mudah dibuka, mudah dikosongkan, dibersihkan, ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang. Keluarga yang mempunyai tempat sampah khusus akan membuang sampah tersebut sehingga dapat mencegah diare, sedangkan keluarga yang tidak mempunyai tempat sampah khusus mempunyai resiko 2 kali lipat terkena diare dibandingkan yang mempunyai tempat sampah khusus. Hasil penelitian Rochman T. B. disimpulkan bahwa Ada hubungan yang bermakna antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.

Saluran Pembuangan Air Limbah

Limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, Industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Limbah yang tidak diolah akan mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup. Limbah merupakan media penyebaran penyakit terutama diare, kolera, typus, tempat berkembang biaknya mikroorganisme patogen, vektor, menimbulkan bau, pemandangan yang tidak sedap dan mencemari air permukaan serta mengurangi produktifitas manusia karena bekerja menjadi tidak nyaman.

Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat diperlukan sistem pengelolaan limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu diperlukan saluran pembuangan air limbah (SPAL). SPAL adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cucian dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL tersebut harus memenuhi syarat kesehatan antara lain jarak minimal 10 meter dari sumber air bersih sehingga air limbah tidak mencemari sumber air minum dan air tanah permukaan, tidak menimbulkan genangan yang mengakibatkan menjadi sarang vektor, tidak terbuka dan tidak terkena udara luar sehingga tidak berbau dan tidak mengganggu lingkungan.

3. VARICELLA

Varisela merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru lahir, menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang dewasa. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus, yaitu Varicella Zooster Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit cacar air, dan pada reaktivasi infeksi, virus ini menyebabkan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster.

Factor menyebab/agent

Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius.

Factor kekebalan tubuh/host1. Umur Varicella umumnya terjadi pada anak usia 5-9 tahun, namun ada  juga pada usia

1-4 tahun dan 10-14 tahun. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama mengalami

varicella3. Status Gizi Status gizi akan mempengaruhi tingkat kerentanan kejadian varicella karena

dengan status gizi yang buruk akan mempercepat penularan varicella.

Page 18: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

4. Imunisasi Imunisasi dengan immunoglobulin varicella zoster (VZIG) dapat mencegah penyakit dikalangan orang yang menghadapi resiko tinggi komplikasi. Imunisasi ini harus diberikan dalam waktu 96  jam setelah eksposure terhadap virus supaya efektif. Orang yang menghadapi resiko tinggi komplikasi setelah eksposure termasuk wanita hamil yang belum menderita dan belum diimunisasi, bayi baru lahir, dan sebagian pasien yang mengalami imunosupresi.

5. Imunitas Varicella dapat membahayakan dan menimbulkan kematian pada penderita kanker dan orang yang mengalami defisiensi system imun (penurunan fungsi system imunitas/kekebalan tubuh). Turunnya fungsi system imunitas tubuh tersebut menyebabkan tidak mempunyai kekebalan dan system pertahanan untuk melawan serangan virus penyebab varicella, sehingga kondisi penderita melemah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal.

Factor lingkungan

Varicella dapat berada pada lingkungan dimana saja baik perkotaan maupun pedesaan, tetapi penderita cacar air lebih dominan di lingkungan yang tidak bersih dan padat penduduk.

4. Penyakit apa saja yang berpotensi wabah diluar kasus?

Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989

Penyakit potensial wabah:

1. Kholera

Ada dua siklus kehidupan yang berbeda pada bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh manusia dan lingkungan. Bakteri kolera di tubuh manusia ditularkan melalui tinja yang mengandung bakteri. Bakteri kolera bisa berkembang biak dengan subur jika persediaan air dan makanan telah terkontaminasi dengan tinja tersebut. Selain itu bakteri kolera juga dapat berkembang di lingkungan sekitar manusia tinggal. Perairan pinggir pantai yang memiliki krustasea kecil bernama copepoda merupakan tempat alami munculnya bakteri kolera. Plankton dan alga jenis tertentu merupakan sumber makanan bagi krustasea, dan bakteri kolera akan ikut bersama inangnya, yaitu krustasea, mengikuti sumber makanan yang tersebar di seluruh dunia.

Sumber-sumber infeksi kolera bisa dari faktor makanan dan terpapar air yang mengandung bakteri. Faktor-faktor yang paling umum adalah sebagai berikut.

Makan kerang mentah atau yang tidak dimasak dengan matang, atau makanan laut lainnya yang berasal dari lokasi tertentu.

Tumbuhnya bakteri kolera di daerah kolera mewabah bisa melalui nasi dan milet yang terkontaminasi setelah dimasak dan didiamkan di suhu ruangan selama beberapa jam.

Bakteri kolera bisa bertahan di air untuk jangka waktu yang lama dan mencemari sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat umum.

Page 19: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Infeksi kolera bisa bersumber dari sayuran dan buah-buahan mentah yang tidak dikupas. Lahan pertanian yang terkontaminasi oleh pemupukan yang tidak baik atau air untuk pengairan yang mengandung sampah.

Lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki sanitasi memadai.

Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera. Risiko seseorang terjangkit kolera akan meningkat jika dia tinggal satu rumah bersama pengidap penyakit tersebut. Ada juga sebagian kelompok orang, seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan orang-orang yang memiliki kadar asam lambung rendah akan lebih rentan terjangkit kolera.

2. Pes

PES atau yang juga dikenal dengan Pesteurellosis, merupakan penyakit pada tikusdan hewan pengerat lainnya yang disebabkan oleh bakteri dan dapat ditularkan pada manusia. Kutu tikus adalah yang paling sering menjadi perantara dalam penularan penyakit ini. Pada manusia, PES dapat dibedakan menjadi . Yaitu PES Kelenjar Getah Bening, PES Infeksi Luas, Dan PES Pneumonik atau PES Paru-paru.

Penularan

1. Terkena gigitan kutu tikus yang sebelumnya telah menghisap darah tikus dengan penyakit PES.

2. Melalui titik-titik air liur di udara dari penderita PES Paru-paru.

3. Kontak langsung dengan menyentuh luka atau nanah penderita PES.

4. Kontak tidak langsung dengan menyentuh permukaan tanah yang berbakteri.

5. Makanan dan minuman yang tidak bersih dan tercemar bakteri.

3. Campak

Penyakit Campak,- Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saluran pernapasan yang menyebabkan infeksi. Pada penyakit ini penderita akan mengalami demam, batuk, flu (pilek), dan gangguan saluran pernapasan lainnya. Selain itu, akan timbul bintik merah di seluruh tubuh (termasuk wajah) penderita. Penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit menular, penularannya dapat dengan cara kontak langsung, atau melalui udara jika penderita batuk dan virus penyebab penyakit campak akan menyebar di udara dan terhirup oleh orang lain. Jika kekebalan tubuh orang sekitar lemah, maka akan dengan mudah terserang penyakit campak.

4. Influenza

Kejadian influenza A dipengaruhi oleh penyebab (agent), faktor pejamu (host),

dan lingkungan (environment).

1.Faktor agent

adalah adanya virus influenza A yang penyebarannya cukup luas.

Page 20: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

2.Faktor Manusia dan hewan

Faktor manusia meliputi imunitas seseorang yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan status gizi.

a.Manusia

1).Umur

Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penakit ginjal kronik atau gangguan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal sebagai penyakit yang tidak berbahaya ini.

2).Jenis kelamin

Semua jenis kelamin dapat terinfeksi virus influenza.

b.Hewan

Manusia merupakan reservoir utama untuk infeksi yang terjadi pada manusia, namun demikian reservoir mamalia seperti babi dan burung merupakan sumber subtipe baru pada manusia yang muncul karena pencampuran gen (gene reassortmen). Subtipe baru darisuatu strain virus virulen dengan surface antigensbaru mengakibatkan pandemik influenzayang menyebar terutama kepada masyarakat rentan. Faktor risiko adalah daerah yang padat penduduk pada ruangan tertutup, seperti dalam bis, penularan dapat juga terjadi dengan kontak langsung. Faktor risiko kejadian Influenza A dipengaruhi adanya kontak orang sehat kepada sumber penularan yaitu unggas yang teserang AI beserta produknya atau penderita influenza A. Penularan dari orang ke orang melalui droplet sedangkan dari unggas dikarenakan kontak dengan unggas atau produknya yang terkontaminasi virus influenza yang terhirup oleh penderita.

3.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi adanya sumberpenular yaitu orang yang terinfeksi virus influenza A serta keberadaan unggas yang terinfeksi virus influenza A. Faktor perilaku mempunyai pengaruh terhadap terjadinya influenza yaitu perilaku hygiene dan sanitasi yang baik akan mengurangi penularan influenza. Selain itu faktor pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap penyebaran virus, dengan peningkatan pendidikan masyarakat agar mengurangi kontak kepada penderita influenza maka penularan dapat dibatasi. Faktor lingkungan meliputi keberadaan unggas dan produknya, serta musim. Faktor risiko kejadian Influenza A dipengaruhi adanya kontakorang sehat kepada sumber penularan yaitu unggas yang teserang AI beserta produknya atau penderita influenza A. Penularan dari orang keorang melalui droplet sedangkan dari unggas dikarenakan kontak dengan unggas atauproduknya yang terkontaminasi virus

influenza yang terhirup olehpenderita. Faktor lingkungan meliputi keberadaan unggas dan produknya, serta musim.

5. Antraks

Page 21: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Proses penularan Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut dan saluran cerna. Sumber utama infeksi adalah tanah dan air.

Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai berikut :

• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit  seperti kulit, daging, tulang dan darah.

• Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.

• Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll

Selain itu menurut cara transmisinya:

a. water borne

1. Penyakit dari air (water-borne diseases):

– Infeksi (kontaminan biologi/ mikroba)

– Keracunan bahan kimia (kontaminan kimia)

2. Penyakit karena kontak dengan air (water-washed diseases)

3. Penyakit melalui air (water-based diseases)

Escherichia coli à diare campur darah disertai kejang perut (disentri), kolitis hemoragik (radang usus)

Virus hepatitis A à hepatitis A

Vibrio cholerae à diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kolera)

Cryptosporidium parvum à kriptosporidiasis

Shigela spp. à disentri

Salmonella typhosa à tifus abdominalis

b. Air borne disease– Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.– Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).– Misalnya : TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri, dsb.

c. Vehicle borne diseaseMelalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur, alat bedah, mainan, dsb.– Water borne disease ; cholera, tifus, hepatitis, dll

Page 22: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

– Food borne disease ; salmonellosis, disentri, dll– Milk borne disease ; TBC, enteric fever, infant diare, dll

d. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)

1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis, dll.2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever.3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin.4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll.5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever.6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).

6. Penyakit apa saja yang sering diderita dalam masyarakat dalam kasus namun bukan wabah?

1. Penyakit jantung

Nama ini digunakan untuk semua gangguan yang terjadi pada organ jantung, gangguan tersebut tentunya berbeda dan memiliki efek yang berlainan antara satu dengan lainnya. Salah satu contohnya adalah kardiovaskular, merupakan kondisi dimana terjadi penyempitan arteri dan penyumbatan pada pembuluh darah. Gangguan ini dapat memicu stroke dan nyeri dada. Selain itu ada pula aritmia, suatu kondisi dimana detak jantung terlalu cepat, lambat atau tidak beraturan. Semua gangguan pada organ tersebut lebih sering dinamakan dengan penyakit jantung. Penyakit ini dilaporkan menjadi pembunuh nomor satu di dunia dan paling banyak diderita. Faktor penyebab penyakit jantung : Faktor Usia dan Jenis kelamin, Faktor Keturunan Dari Keluarga, Faktor Perokok Aktif atau Perokok Pasif, Faktor Penyakit Diabetes (kencing manis), Faktor Tekanan darah tinggi (hipertensi), Faktor Kegemukan atau Obesitas, Faktor Gaya hidup kurang Olahraga.

2. KankerGangguan kesehatan ini memiliki banyak jenis, tergantung dimana sel kanker tersebut tumbuh dan berkembang. Jika tumbuh dan menyerang bagian lidah dinamakan kanker lidah, jika menyerang tenggorokan maka para ahli menamakannya dengan kanker tenggorokan. Kanker sendiri merupakan pembunuh normor dua setelah jantung. Merupakan penyakit yang diawali dengan berkembangnya sel tidak normal pada bagian tubuh atau organ tertentu. Perkembangan relatif cepat dan dapat menyebar serta menginfeksi bagian lainnya. Ada empat faktor utama penyebab kanker seperti lingkungan, makanan, biologis dan psikologis.

Lingkungan : bahan kimia, penyinaran yang berlebihan, merokok, polusi udara Makanan : mengandung zat-zat kimia tertentu Biologis : virus, hormon, keturunan

Page 23: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Psikologis : kepribadian, stress

3. Hipertensi

Penyakit yang biasanya dipicu karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja dan faktor resiko akan meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minumanberalkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.

4. Diabetes MelitusDM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut (Inzuchi SE, 2003). Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungka n dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg.Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh >23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat.Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).

5. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)A. PengertianInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluranpernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)

Gejala ISPA sangat banyak ditemukan pada kelompok masyarakat di dunia, karena

Page 24: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

penyebab ISPA merupakan salah satu hal yang sangat akrab di masyarakat. ISPA merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA menjadi perhatian bagi anak-anak (termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun dinegara maju karena ini berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dan balita akan sangat rentan terinfeksi penyebab ISPA karena sistem tubuh yang masih rendah, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2007).

B. Faktor Penyebab/Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007). Ada juga penyebab ISPA yang lain Salah satu penyebab adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).

C. Faktor kekebalan tubuh ISPA sering terjadi pada balita, karena menurut para ahli sistem kekebalan tubuh pada balita dan orang dewasa sangat berbeda, dimana sistem kekebalan tubuh balita masih belum terbentuk dengan baik atau sistem pertahanan tubuhnya masih lemah, sehingga dapat dengan mudah tertular virus.

D. Faktor LingkunganFaktor-faktor lingkungan yang menimbulkan atau mungkin menimbulkan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan yang meliputi kondisi sesuai syarat rumah sehat meliputi :- Ventilasi - Kepadatan penghuni - Penerangan alami - Suhu ruangan - Kelembaban- Lantai rumah - Dinding rumah - Atap rumah

Page 25: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

- Sumber air bersih - Tempat pembuangan sampah - Saluran pembuangan air limbah dan debu.

7. Undang-Undang dan Peraturan tentang wabah?

Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular,& ketentuan pasal 154 & pasal 157 undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,perlu menetapkan jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah & upaya penanggulangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH & UPAYA PENANGGULANGAN :

Ketentuan Umum (Pasal 1)

a.Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah,adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu & daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

b.Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB,adalah timbulnya/meningkatnya kejadian kesakitan & kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,& merupakan keadaan yg dapat menjurus pada terjadinya wabah.

c.Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

d.Penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab,sumber, & cara penularan serta faktor yang dapat mempengaruhi wabah.

e.Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah,adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara sebagaimana di maksud dalam undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f.Pemerintah daerah adalah gubernur,bupati,atau walikota & perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

g.Menteri adalah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

h.Direktur Jenderal adalah yang bertugas & bertanggung jawab dibidang pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan Kementrian Kesehatan.

i.Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upaya penanggulangan KLB/Wabah.

Page 26: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Pasal 2 Ruang lingkup pengaturan meliputi penetapan jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah,tata cara penetapan daerah KLB/Wabah,tata cara penanggulangan,& tata cara pelaporan.

Pasal 3Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis,sosial budaya,keamanan,ekonomi,ilmu pengetahuan, & teknologi,& menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.

Pasal 41.Jenis –jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah:

Kolera Pes Demam Berdarah Dengue Campak Polio Difteri Pertusis Rabies Malaria Avian Influenza H5N1 Antraks Leptospirosis Hepatitis Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009 Meningitis Yellow Fever & Chikungunya

2.Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 5 1.Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat dilakukan secara pasif & aktif.2.Penemuan secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui penerimaan laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi diagnosis secara klinis & konfirmasi laboratorium.3.Penemuan secara aktif seperti dikatakan pada ayat (1) melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis & pemeriksaan laboratorium.4.Selain pemeriksaan klinis & pemeriksaan Lab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.5.Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran umum penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah,tata cara pemeriksaan,pemeriksaan Lab,& pemeriksaan penunjang lainnya yang tercantum pada peraturan ini.

Pasal 6

Page 27: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB,apabila memenuhi salah satu kriteria:a.Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal pada suatu daerah

b.Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 kurun waktu dalam jam,hari/minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

c.Peningkatan kejadian kesakitan dua kali/lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam,hari/minggu menurut jenis penyakitnya.

d.Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukan kenaikan dua kali/lebih dibandingkan dengan angka rata-rata bulan dalam tahun sebelumnya.

e.Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukan kenaikan dua kali/lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.

f.Angka kematian kasus suatu penyakit (case fatality rate) dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

g.Angka proporsi penyakit (proportional rate) penderita baru pada satu periode menunjukan kenaikan dua kali/lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam waktu yang sama.

Pasal 71.Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota,kepala dinas kesehatan provinsi,atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB,apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.

2.Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan provinsi menetapkan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwilayah kerjanya masing-masing dengan menerbitkan laporan KLB.

Pasal 8(1) Dalam hal kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatudaerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, kepala dinas kesehatan provinsidapat menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.

(2) Dalam hal kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatankabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalamkeadaan KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam keadaan KLB.

Pasal 9Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi, atauMenteri harus mencabut penetapan daerah dalam keadaan KLB berdasarkanpertimbangan keadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Page 28: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Pasal 10(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasiKLB berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkanmalapetaka, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angkakesakitan dan/atau angka kematian.b. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek sosial budaya,ekonomi, dan pertimbangan keamanan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertimbangan penetapan suatu daerahdalam keadaan wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantumdalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 11Menteri menetapkan daerah dalam keadaan wabah berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

Pasal 12Menteri harus mencabut penetapan daerah wabah berdasarkan pertimbangankeadaan daerah tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 10.

Pasal 13(1) Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat.(2) Penanggulangan KLB/Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. penyelidikan epidemiologis;b. penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakankarantina;c. pencegahan dan pengebalan;d. pemusnahan penyebab penyakit;e. penanganan jenazah akibat wabah;f. penyuluhan kepada masyarakat; dang. upaya penanggulangan lainnya.(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufg antara lain berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutupfasilitas umum untuk sementara waktu, melakukan pengamatan secaraintensif/surveilans selama terjadi KLB serta melakukan evaluasi terhadapupaya penanggulangan secara keseluruhan.(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan KLB/Wabahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturanini.

Pasal 14

Page 29: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

(1) Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan upaya penanggulangan

secara dini apabila di daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, baik sebelum maupun setelah daerah ditetapkan dalam keadaan KLB.

(2) Upaya penanggulangan secara dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh

empat) jam terhitung sejak daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 15(1) Penetapan suatu daerah dalam keadaan KLB sebagaimana dimaksud dalamPasal 7, atau suatu daerah dalam keadaan wabah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 diperlukan untuk mempermudah koordinasi danoptimalisasi sumber daya di bidang kesehatan dalam upayapenanggulangan KLB/Wabah.(2) Sumber daya di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaanfarmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan danteknologi.

Pasal 16

(1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepadakepala desa/lurah dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambatlambatnya24 (dua puluh empat) jam sejak mengetahui adanya penderitaatau tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalamPasal 4.

(2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatankabupaten/kota selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejakmenerima informasi.

(3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanyapenderita atau tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur, danMenteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluhempat) jam sejak menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam LampiranPeraturan ini.

Pasal 17

(1) Pelaksanaan penanggulangan KLB/Wabah harus dilaporkan secaraberjenjang kepada Menteri dalam kurun waktu kurang dari 24 (dua puluhempat) jam.(2) Pelaporan KLB/Wabah meliputi laporan penetapan, perkembangan dan

Page 30: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

laporan penanggulangan KLB/Wabah Pasal 18(1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB/Wabahdibebankan pada anggaran pemerintah daerah.(2) Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu menanggulangiKLB/Wabah maka dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuankepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya.(3) Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menggunakan contoh formulir terlampir.

Pasal 19Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulanganKLB/Wabah kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 20Dalam penanggulangan KLB/Wabah, Pemerintah dapat bekerja sama dengannegara lain atau badan internasional dalam mengupayakan sumber pembiayaandan/atau tenaga ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 211) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB/Wabah, dibentuk Tim GerakCepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

(2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenagamedis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, entomolog kesehatan, tenaga Laboratorium,dengan melibatkan tenaga pada program/sector terkait maupun masyarakat.

Pasal 22Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ditetapkan oleh:a. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama bupati/walikota untuktingkat kabupaten/kota;b. Kepala dinas kesehatan provinsi atas nama gubernur untuk tingkat provinsi;danc. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.

Pasal 23Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelahmendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 24

Dalam keadaan KLB/wabah seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baikpemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan terhadap penderitaatau tersangka penderita.

Pasal 25Dalam keadaan KLB/Wabah, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib

Page 31: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

menyediakan perbekalan kesehatan meliputi bahan, alat, obat dan vaksin sertabahan/alat pendukung lainnya

Pasal 26(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kotamelakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulanganKLB/Wabah.(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui:a. peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulanganKLB/Wabah;b. peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah;c. pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan penanggulanganKLB/Wabah; dand. bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/Wabah

Pasal 27Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang DapatMenimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya, dan Tata CaraPenanggulangan Seperlunya, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 28Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan inidengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

8. Syarat-syarat mencapai desa sehat?

1. Dokter puskesmas bagi setiap Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)Dokter puskesmas adalah dokter, dokter gigi, dan dokter spesialis, yang telah lulus pendidikan kedokteran dan/atau (spesialis) baik di dalam maupun di luar negeri yang telah terakreditasi dan mendapat tugas dari pemerintah sebagai Dokter Puskesmas.

Penyediaan dokter Puskesmas dimaksudkan dalam rangka menjamin ketersediaan dokter yang berkualitas, berkomitmen tinggi untuk pemenuhan hak atas kesehatan sesuai prinsip-prinsip perdesaan sehat, dan mampu bekerja secara baik pada setiap Puskesmas. Hal ini untuk memastikan adanya Dokter Puskesmas, berfungsinya tenaga medis dan bangunan Puskesmas untuk pelayanan kesehatan dasar di kawasan perdesaan, secara minimal pada jam dan hari kerja penugasan.

2. Bidan desa bagi setiap desaBidan Desa adalah dseorang yang lulus dari pendidikan kebidanan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang mendapat tugas pemerintah sebagai Bidan Desa.

Page 32: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

Penyediaan bidan desa dimaksudkan dalam rangka menjamin ketersediaan bidan desa yang berkualitas di setiap desa. Hal ini untuk memastikan keberadaan bidan desa yang bertugas dan bekerja untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang berkualitas, terutama kesehatan ibu dan anak.

3. Air bersih bagi setiap rumah tanggaPenyediaan air bersih yang aman dan sehat dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai air minum yang merupakan salah satu penentu dasar tercapainya standar kesehatan yang berkualitas. Air bersih untuk setiap rumah tangga merupakan pilar penting bagi terlaksananya percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan.

4. Sanitasi bagi setiap rumah tanggaSanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih di mana setiap individu, rumah tangga, dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar, bebas dari buang air di sembarang tempat, mengelola air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, mengelola limbah dan sampah dengan benar.

Penyediaan sanitasi yang baik untuk setiap rumah tangga merupakan salah satu penentu dasar tercapainya standar kesehatan yang berkualitas. Ketersediaan dan keterjangkauan sanitasi yang baik untuk setiap rumah tangga adalah pilar penting bagi terlaksananya percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan.

5. Gizi bagi setiap ibu hamil, ibu menyusui dan balitaGizi adalah lah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup berningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan Balita.

Penyediaan gizi yang baik dan seimbang untuk setiap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita merupakan tujuan yang harus direalisasikan untuk tercapainya kualitas kesehatan. Asupan gizi untuk setiap ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan Balita dikedepankan.

9. Tindakan Eradikasi wabah?

Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya segera dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan yang paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang berhubungan.. Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut: 1.      Mengeliminasi sumber patogena.       Eliminasi atau inaktivasi patogenb.      Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)c.       Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi

Page 33: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)d.      Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya)e.       Pengobatan kasus2.      Memblokade proses transmisia.       Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan, respirator)b.      Disinfeksi/ sinar ultraviolet c.       Pertukaran udara/ dilusi d.      Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara e.       Pengendalian vektor.3.      Mengeliminasi kerentanana.       Vaksinasib.      Pengobatan (profilaksis, presumtif)c.       Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”)d.      Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).Hal terkhir dan merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara pencegahan di masa yang akan datang.

Tindakan Eredikasi wabah : 1. Mengeliminasi sumber patogen

a. Eliminasi dan inaktivasi patogenb. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksic. Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi

(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)d. Perubahan perilaku penjamu atau sumbere. Pengobatan kasus

KESIMPULAN

Untuk menentukan keadaan wabah di suatu daerah, diperlukan data epidemiologi tentang morbiditas dan mortalitas suatu penyakit.

Page 34: Lembar Kerja Ruang.05 Modul Wabah 2015

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Resna A. Soerawidjaja & Prof. DR. Dr. Azrul Azwar, M.P.H; Penanggulangan Wabah oleh PUSKESMAS

Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989

www.djpp.depkumham.go.id

(Guyton CA. 1996)

(Depkes RI, 2002)

(Suhandayani, 2007)

(Riskerdas, 2007)

(Tedjapranata M, 2009)

(Muttaqin, 2008)

(Nelson, 2003)