Latihan II Sekar
-
Upload
rini-nur-azizah -
Category
Documents
-
view
94 -
download
9
description
Transcript of Latihan II Sekar
LATIHAN II
SQUASH
1. Tujuan
Mempelajari pembuatan preparat dengan teknik squash pada ujung akar Allium cepa
2. Metode
Alat :
Alat – alat yang digunakan pada pembuatan preparat ini antara lain cutter, pinset,
gelas benda, gelas penutup serta etiket tempel.
Bahan :
Bahan yang digunakan pada pembuatan preparat squash adalah ujung akar Allium
cepa, sepanjang 3mm dari ujung akar, dengan pengambilan antara pukul 08.00 hingga
pukul 14.00, asam asetat glacial 45 %, gliserin, HCL 1 N, aquades, acetoorcein, dan
cutex,
Cara Kerja :
Percobaan ini menggunakan metode squashing, pertama dilakukan fiksasi
menggunakan larutan asam asetat 45%, digunakan bahan ini agar preparat tidak terlalu
membengkak, volume asam asetat glacial yang di gunakan sebanyak 55 ml, dan aquades 45
ml selama 15 menit pada suhu 50C. kemudian dilakukan pencucian dengan aquades 2-3 kali.
Setelah itu dilakukan hidrolisa dengan menggunakan HCL 1 N, di panaskan pada suhu 600C
selama 2 menit. Dilakukan pencucian dengan aquades 2-3 kali, kemudian pewarnaan
dengan menggunakan acetoorcein seelama 1 jam.
Setelah itu kemudian diambil ujung akar, kemudian diletakkan diatas gelas benda
kemuadian dipotong bagian ujung akar dengan tanda akarnya lebih terlihat gelap. Setelah itu
ditetesi dengan gliserin dan ditutup dengan gelas penutup, gelas penutup di tekan tepat di
bawah ujung akar dengan gagang kuas hingga ujung akar hancur. Kemudian tepi gelas
penutup disegel menggunakan cutex, hal ini bertujuan agar preparat tidak cepat kering.
Selanjutnya di sebelah kiri gelas penutup dengan hati – hati dan tanpa gelembung,setelah itu
langkah selanjutnya dilekatkan etiket temple dan diberi keterangan sebagai penanda.
3. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Gambar
2. Preparat
squash ujung akar
Allium cepa
b. Pembaha
san
Pembuatan preparat dengan metode squash digunakan untuk mengamati
terjadinya pembelahan motosis dan meiosis. Pada pembuatan preparat ini diperlukan
1 lapis sel agar dapat diamati dengan jelas peristiwa pembelahan motosis yang terjadi.
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah ujung akar bawang merah
(Allium cepa) karena pada ujung akar Allium cepa sel-selnya selalu membelah,
dinding selnya transparan dan ukuran kromosom besar dan jumlahnya yang sedikit
sehingga memudahkan dalam pengamatan. Alasan kenapa pengambilan ujung akar
dilakukan pada pukul 08.00 sampai 14.00 ialah karena pada waktu itu sel Allium cepa
sedang melakukan aktifitas membelah.
Fiksasi
Fiksasi adalah proses yang bertujuan untuk mematikan sel, mengurangi
perubahan post mortem dan berusaha mempertahankan komponen sel seperti atau
mendekati keadaan sewaktu hidup. Untuk metode squash, fiksasi terutama dilakukan
dengan tujuan untuk mempertahankan kondisi kromosom yang sedang dalam kondisi
aktif membelah. Fiksasi dilakukan dengan menggunakan Asam asetat 45% selama
15 menit pada suhu 5oC (dalam lemari es). Asam asetat digunakan karena merupakan
fiksatif yang penetrasinya cepat sehingga kromosom dapat secara cepat terawetkan.
Konsentrasi yang digunakan tidak terlalu besar karena apabila Asam asetrat
konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam praparat maka akan terjadi pembengkakan.
Inkubasi pada suhu 50C dimaksudkan untuk meng-inaktivasi enzim di dalam sel.
Asam asetat murni pada suhu 170C berbentuk padat seperti es yang dimana
mengurangi perubahan post mortem (perubahan setelah mati) yang biasanya terjadi
contohnya autolisis, dan pada suhu rendah enzim hidrolitik tidak berfungsi dengan
kata lain tidak melanjutkan proses autolisis.
Pencucian
Proses pencucian menggunakan akuades dilakukan sebanyak 3 kali. Hal
tersebut bertujuan untuk menghilangkan bahan fiksatif yang sebelunya digunakan dan
bahan tersebut dapat bereaksi dengan bahan yang digunakan pada tahapan
selanjutnya, sehingga dapat mempengaruhi hasil akhir . Selain itu ada tujuan lain dari
pencucian yaitu untuk menghilangkan kotoran dan mencegah kenaikan suhu yang
terlalu ekstrim dengan jalan menyesuaikan suhu preparat pada suhu kamar.
Hidrolisa
Tujuan hidrolisa adalah untuk memisahkan sel-sel (maserasi) dengan cara
melepaskan komponen lamela antar sel agar kromosom dapat terlihat dengan jelas.
Hidrolisa dilakukan dengan menggunakan HCl 1 N dan dipanaskan pada temperatur
60o C selama + 2 menit. Hidrolisa dilakukan dengan HCl konsentrasi rendah karena
apabila digunakan reagen yang lebih pekat maka sel akan mudah hancur. Inkubasi
juga tidak boleh terlalu lama karena apabila terlalu lama preparat tidak dapat
berwarna saat proses pewarnaan. Selain itu sel juga bisa rusak atau inti sel memanjang
melebihi ukuran aslinya seingga tidak representative saat pengamatan berlangsung.
Langkah berikutnya preparat dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali.
Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan Acetoorcein 1% yang dilarutkan
dalam asam asetat 45%. Pewarnaan seperti ini cocok untuk pewarnaan preparat
kromosom. Pewarna Acetoorceintersusun atas 1 gram Orcein sebagai agen pewarna,
45 ml Asam asetat glacial yang berfungsi untuk mencegah pewarnaan terhadap
sitoplasma, dan 55 ml akuades sebagai pelarut. Preparat harus terendam agar dapat
terwarnai secara sempurna. Pewarnaan dilakukan selama + 1 jam.
Mounting
Mounting dilakukan dengan menggunakan gliserin yaitu dengan mengambil
ujung akar yang telah diwarnai kemudian dipotong bagian ujung yang warnanya lebih
gelap jika dibandingkan dengan bagian lain. Karena bagian tersebut merupakan
bagian dari akar dengan masih mudanya jaringan meristem yang sedang aktif
membelah jaringannya muda dan ukuran sel masih rapat dan kecil sehingga akan
terpulas lebih gelap. Ujung akar yang diambil adalah bagian akar yang terlihat lebih
lancip,berserabut, dan terpulas lebih tebal (pekat) sepanjang ± 3 mm, kemudian ujung
akar yang telah dipotong diletakkan di atas gelas benda dan ditetesi gliserin. Setelah
itu gelas benda ditutup menggunakan gelas penutup. Gelas penutup ditekan (tepat di
bawahnya ada ujung akar) dengan ujung kuas hingga ujung akar hancur dan digesek-
gesek agar sel tidak bertumpuk sehingga waktu pengamatan sel dapat dilihat dengan
jelas. Kemudian pada tepi gelas penutup diolesi cutex yang berfungsi sebagai segel
gelas penutup agar tidak bergeser. Penambahan gliserin di sini dimaksudkan untuk
menaikkan indeks bias, karena indeks bias air lebih kecil jika dibandingkan dengan
indeks bias gliserin, fungsi lainnya dapat menjaga kelembutan serta kesegaran bahan.
Gliserin juga memiliki titik didih yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan air maka
gliserin tidak mudah menguap.
Pemberian Nama
Pemberian nama ditempatkan di sebelah kiri gelas penutup, dengan
menempelkan label dan diberi keterangan nama spesies dan nama yang membuat
preparat serta golongan dan NIM mahasiswa.
Tahap mitosis yang dapat diamati pada preparat ialah :
a. Interfase
Saat fase ini, sel telah siap membelah, namun belum mempersiapkan kegiatan
membelah. Inti sel tampak keruh serta tampak benang kromatin yang halus.
b. Profase
Benang kromatin terlihat memendek dan lebih tebal. Kemudian terbentuk
kromosom-kromosom. Setiap kromosom membelah memanjang dan anakan
kromosom inilah yang dinamakan kromotid. Dinding sel pada fase ini ikut membelah.
c. Metafase
Kromosom berbaris pada bidang tengah/ekuator sehingga jumlah
kromosomnya dapat dilihat dan diamati dengan jelas.
d. Anafase
Sentromer membelah dan kedua belah kromatid memisahkan diri dan menuju
sel kutub yang berlawanan. Setiap kromatid memiliki sifat yang sama dengan
induknya. Mulai tahap pembelahan ini kromatid dianggap sebagai kromosom baru.
e. Telofase
Pada tiap kutub sel terbentuk sel kromosom yang identik. Plasma sel terbagi
menjadi 2 bagian. Proses ini dinamakan sitoklinase. Pada tambahan karena selnya
berbanding maka sitokinase ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah
sel. Tiap sel induk bersifat diploid (2n) dan menghasilkan sel anakan yang haploid.
4. Kesimpulan
Pembuatan preparat teknik squash adalah preparat dibuat dengan cara
squashing/ menekan spesimen yang akan diamati di atas kaca benda, sehingga
diperoleh lapisan tipis, penekanan ini dilakukan agar sel-selnya menyebar sehingga
diperoleh lapisan yang cukup tipis sehingga mudah diamati dan sel tidak menumpuk.
Sehingga proses pembelahan sel (mitosi atau meiosis) dapat teramati dengan mudah.
Dari perobaan dengan ujung akar bawang diperoleh pembelahan sel secara mitosis.