LARINGITIS TUBERKULOSIS

19
LARINGITIS TUBERKULOSIS Pendahuluan Laringitis merupakan peradangan pada laring yang dapat menyebabkan suara parau. Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lebih dari 3 minggu. Laringitis kronik terjadi karena pemaparan oleh penyebab yang terus menerus. Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi laryngitis kronik non spesifik dan laryngitis kronik spesifik ( laryngitis tuberkulosa dan laryngitis luetika). 1,2 Laringitis tuberkulosis hampir selalu merupakan komplikasi dari tuberkulosis paru. Sejak ditemukannya pengobatan untuk tuberkulosis, angka kejadian dari laringitis tuberkulosis menjadi jarang. Kebanyakan pada kasus laringitis tuberkulosis hanya terdapat beberapa gejala ringan dari tuberkulosis paru atau sama sekali tidak menunjukkan gejala tuberkulosis paru sebelumnya. Di awal abad 20, laringitis tuberkulosis merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada laring dan sangat infeksius. Gejala yang paling sering membuat pasien datang ke rumah sakit ialah sakit tenggorokan, disfagia dengan atau tanpa odinofagia. 3 Seringkali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, 1

Transcript of LARINGITIS TUBERKULOSIS

Page 1: LARINGITIS TUBERKULOSIS

LARINGITIS TUBERKULOSIS

Pendahuluan

Laringitis merupakan peradangan pada laring yang dapat menyebabkan suara parau.

Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi

dalam jangka waktu lebih dari 3 minggu. Laringitis kronik terjadi karena pemaparan oleh

penyebab yang terus menerus. Laringitis kronik dapat dibedakan menjadi laryngitis kronik

non spesifik dan laryngitis kronik spesifik ( laryngitis tuberkulosa dan laryngitis luetika).1,2

Laringitis tuberkulosis hampir selalu merupakan komplikasi dari tuberkulosis paru.

Sejak ditemukannya pengobatan untuk tuberkulosis, angka kejadian dari laringitis

tuberkulosis menjadi jarang. Kebanyakan pada kasus laringitis tuberkulosis hanya terdapat

beberapa gejala ringan dari tuberkulosis paru atau sama sekali tidak menunjukkan gejala

tuberkulosis paru sebelumnya. Di awal abad 20, laringitis tuberkulosis merupakan penyakit

yang paling sering ditemukan pada laring dan sangat infeksius. Gejala yang paling sering

membuat pasien datang ke rumah sakit ialah sakit tenggorokan, disfagia dengan atau tanpa

odinofagia.3

Seringkali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis

tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat

pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah

mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama.2

1

Page 2: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Tinjauan Pustaka

I. Anatomi

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya

menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar dari bagian

bawah.

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah bidang

yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan

belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua

belah lamina kartilago tiroid arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran

kuadrangulari, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid,

sedangkan batas belakang ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid

(anterior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid

posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum

hiotiroid lateral, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum

vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan

ligamentum tiroepiglotika.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikukaris

(pita suara palsu).

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan

diantara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli.

Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu

vestibulum laring, glotik dan subglotik.

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plika ventrikularis.

Daerah ini disebut supraglotik.

Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus

laring Morgagni.

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak

di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak

kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga

laring yang terletak di bawah plika vokalis.

2

Page 3: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan

beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan

atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tenggorok oleh tendo dan otot-otot.

Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik ke atas,

sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan

membantu menggerakkan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago tiroid,

kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago komikulata, kartilago kuneiformis dan

kartilago tritisea.

Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum

krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan

belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi

krikoaritenoid.

Sepasang kartilago kornikulata melekat pada kartilago aritenoid di daerah apeks,

sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik, dan

kartilago tritisea di dalam ligamentum hiotiroid lateral.

Pada laring terdapat 2 buah sendi yaitu, artikulasi krikotiroid dan artikulasi

krikoaritenoid.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

instrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,

sedangkan otot-otot instrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring tertentu yang

berhubungan dengan gerakan pita suara.

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid),

seperti m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. Sedangkan otot-otot

ekstrinsik laring yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid) ialah m.sternohioid,

m.omohoid dan m.tirohioid.

Otot-otot ekstrinsik suprahioid berfungsi untuk menarik laring ke bawah,

sedangkan otot-otot ekstrinsik infrahioid menarik laring ke atas.

Otot-otot instrinsik yang terletak di bagian lateral laring ialah m.krikoaritenoid

lateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid.

Sedangkan otot-otot instrinsik yang terletak di bagian posterior laring adalah

m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik, m.krikoaritenoid posterior.

3

Page 4: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Sebagian besar otot-otot instrinsik adalah otot-otot aduktor (kontraksinya akan

mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang

merupakan otot abduktor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral).2

Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis superior dan

n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf sensorik dan motorik.

Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan

sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas

m.konstriksor faring medial, di sebelah medial a.karotis interna dan eksterna, kemudian

menuju ke kornu mayor tulang hioid, dan setelah menerima hunungan dengan ganglion

servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus

internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriksor faring inferior dan

menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak di

sebelah medial a.tiroid superior, menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama

dengan a.laringis superior menuju ke mukosa laring.

4

Page 5: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu

memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. N.rekuren merupakan cabang

dari n.vagus.

Nervus rekuren kanan akan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya,

sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior berjalan

diantara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar

tiroid akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Di sebelah posterior dari

sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior.

Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot instrinsik laring bagian lateral, sedangkan

ramus posterior mempersarafi otot-otot instrinsik laring bagian superior dan

mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior ramus internus.2

Pendarahan

Pendarahan umtuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan

a.laringis inferior.

Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laringis

superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-

sama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini

untuk berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus

piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.

Arteri laringis inferior merupakan caban dari a.tiroid inferior dan bersama-sama

dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui

daerah pinggir bawah dari m.konstriktor dari faring inferior. Di dalam laring arteri itu

bercabang-cabang, memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan

a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid, a.tiroid superior juga memberikan

cabang yang berjalan mendatari sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid.

Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikoiroid

untuk mengadakan anastomosis dengan a.laringis superior.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringis

superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan

inferior.2

5

Page 6: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Pembuluh limfa

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali daerah lipatan vokal. Disini

mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vokal

pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.

Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan

a.laringis superior, kemudian ke atas dan bergabung dengan kelenjar dari bagian

superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan ke

bawah dengan a.laringis inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan

beberapa diantaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.2

6

Page 7: LARINGITIS TUBERKULOSIS

II. Etiologi

Infeksi dari kuman Mycobacterium tuberculosis.4

Faktor resiko

1. Perokok

2. Alkohol

3. Malnutrisi

4. Imunodefisiensi5,6

III. Patogenesis

Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernapasan, sputum yang

mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfa.2,5

Proses inflamasi akan menyebabkan perubahan pada mukosa laring seperi

hiperemia dan edem. Epitel bersilia pada laring rusak, terutama pada dinding posterior,

yang menyebabkan gangguan dalam pengeluaran mukus sehingga timbul reaksi untuk

batuk. Mukus pada pita suara dapat menyebabkan spasme laring.4

IV. Gambaran klinis

Secara klinis laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium, yaitu :

1. Stadium infiltrasi

Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan hiperemis ialah mukosa

laring bagian posterior. Kadang-kadang pita suara terkena juga. Pada stadium ini

mukosa laring bewarna pucat.

Kemudian di daerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata,

tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan. Tuberkel itu makin membesar, serta

beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada

suatu saat, karena sangat meregang maka akan pecah dan timbul ulkus.

2. Stadium ulserasi

Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal,

dasarnya ditutupi oleh perkijuan, serta sangat dirasakan nyeri oleh pasien.

3. Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan paling sering

terkena adalah kartilago aritenoid dan epiglotis. Dengan demikian terjadi kerusakan

tulang rawan sehingga terbentuk nanah yang berbau. Proses ini akan berlanjut dan

7

Page 8: LARINGITIS TUBERKULOSIS

terbentuk sekuester. Pada keadaan ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat

meninggal dunia.

Bila pasien dapat bertahan maka proses ini berlanjut dan masuk dalam stadium

terakhir yaitu stadium fibrotuberkulosis.

4. Stadium fibrotuberkulosis

Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara

dan subglotik.2

Gejala klinis tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat gejala sebagai

berikut:

- Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring

- Suara parau yang berlangsung berminggu-minggu

- Disfagia atau odinofagia

- Penurunan berat badan, demam, keringat malam, batuk dan hemoptisis2,5,6,7

V. Diagnosis2,5,7

Dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan klinis

3. Laboratorium

4. Laringoskopi langsung atau tak langsung

5. Foto rontgen toraks

6. Pemeriksaan patologi anatomi

VI. Penatalaksanaan2,6

- Obat anti tuberkulosis

- Istirahatkan suara

8

Page 9: LARINGITIS TUBERKULOSIS

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Tn. W

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jaya Murni Tb. Awang

No. RM : 154265

Tanggal Periksa : 27 Juli 2011

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Flamboyan RSMW.

A. Keluhan Utama

Pasien mengatakan keluhan sulit menelan sudah 1 bulan lamanya.

B. Keluhan Tambahan

Sulit berbicara dan sulit bernafas juga sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang

lalu.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sulit menelan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien

merasakan sakit dan panas pada tenggorokannya. Keluhan pasien tersebut disertai

juga dengan keluhan sulit untuk berbicara dan sulit untuk bernafas. Keluhan sulit

menelan tersebut membuat pasien menjadi tidak nafsu makan sehingga pasien

merasa lemas.

Sejak ± 1,5 bulan yang lalu pasien juga merasakan timbul dua buah benjolan di sisi

sebelah kiri lehernya namun tidak terasa nyeri. Selain itu, pasien juga mengeluh

sudah lama batuk-batuk.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah dirawat di RS sebelumnya akibat sirosis hepatis.

9

Page 10: LARINGITIS TUBERKULOSIS

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/70mmHg

Frekuensi Nadi : 84x/menit

Frekuensi Nafas : 24x/menit

Suhu : 37°C

B. Status THT

Pemeriksaan Telinga : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Hidung : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Leher : Teraba dua buah benjolan di sisi kiri leher, berukuran

1x1x1 cm, mobile.

Pemeriksaan Tenggorokan : - Terdapat lesi di daerah faring

- Laring tampak hiperemis, massa (-)

C. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

- Leukosit : 13.200/ul - N. Segmen : 86 %

- Eritrosit : 4,98 jt - Limfosit : 10 %

- Hb : 12,5 gr% - Monosit : 4 %

- HCT : 39,0 % - Glukosa sewaktu : 121 mg%

- MCV : 78,3 fl - Ureum : 52 mg%

- MCH : 25,1 pg - Kreatinin : 1,5 mg%

- MCHC : 32,1 gr% - SGOT : 48 U/L

- Trombosit : 354 rb/ul - SGPT : 44 U/L

Foto Thoraks :

TB milier dengan efusi pleura bilateral

RESUME

10

Page 11: LARINGITIS TUBERKULOSIS

Seorang pasien laki-laki berumur 42 tahun datang dengan keluhan sulit menelan sejak 1

bulan yang lalu. Selain itu, pasien mengakatakan tenggorokannya terasa sakit dan panas

sehingga membuat nafsu makan pasien menurun. Keluhan sulit menelan tersebut juga disertai

dengan keluhan sulit bicara dan sulit bernafas. Pasien juga mengeluh sejak 1,5 bulan ini,

timbul 2 buah benjolan di sisi sebelah kiri lehernya namun tidak terasa nyeri. Pasien juga

sudah lama batuk-batuk. Pasien mempunyai riwayat penyakit sirosis hepatis.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan terdapat 2 buah benjolan di sisi sebelah kiri leher

berukuran 1x1x1cm dan teraba mobile. Kemudian dari pemeriksaan tenggorokan didapatkan

adanya lesi di daerah faring dan laring tampak hiperemis. Dari pemeriksaan laboratorim

didapatkan jumlah leukosit meningkat menjadi 13.200/ul sedangkan dari foto thoraks

didapatkan gambaran TB milier dan efusi pleura bilateral.

DIAGNOSA KERJA

Laringitis tuberkulosis

PENATALAKSANAAN

- Rifampicin 1 x 450 mg - Sanorin obat kumur

- INH 1 x 500 mg - Renvol 2 x 1 tab

- Etambutol 1 x 500 mg - Bronchopron syr. 3 x 1 C

- Pirazinamid 2 x 500 mg

11

Page 12: LARINGITIS TUBERKULOSIS

DISKUSI

Pasien seorang pria berusia 42 tahun ini didiagnosa dengan laringitis tuberkulosis

karena sesuai dengan tanda dan gejala dari infeksi laring, yaitu terdapat gejala sulit menelan

dan terasa sakit dan panas pada tenggorokan. Pasien juga mengeluh sulit untuk berbicara dan

bernafas yang berlangsung sudah 1 bulan lamanya, menunjukkan suatu perjalanan penyakit

yang kronis. Pada pemeriksaan tenggorokan juga tampak laring hiperemis. Kemudian dari

hasil pemeriksaan foto thoraks didapatkan gambaran TB milier dan efusi pleura bilateral.

Penanganan yang diberikan pada pasien ini sudah tepat yaitu pemberian obat anti

tuberkulosis serta pengobatan simtomatik untuk membantu menyembuhkan gejala batuk serta

rasa sakit dan panas pada tenggorokan pasien.

12

Page 13: LARINGITIS TUBERKULOSIS

DAFTAR PUSTAKA

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Laryngitis. Laryngitis.

2. Soepardi AE., Iskandar N., Bashiruddin J., Restuti RD. Kelainan Laring dalam

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 6. 2007.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Purnanta M. Arief. Laryngitis Tuberculosa in ENT Department Dr. Sardjito Hospital

Yogyakarta Year 2000-2004. 2005. Yogyakarta : Department ENT -Head and Neck,

Medical Faculty of GMU-Dr. Sardjito Hospital.

4. http://www.patient.co.uk/doctor/Laryngitis.htm . Laryngitis.

5. Abdalla Haider A., Nisreen Ahmad. Clinical Manifestation of Laryngeal

Tuberculosis.

6. YILMAZ Fahrettin., TASKIN Umit., et all. Laryngeal Tuberculosis. 2011, February

29th. Turkey.

7. Hafeez M., Arif Raza K., Naseer A., Noor Sahib K. Causes of Hoarseness in North of

Pakistan. J. Med. Sci. July 2010, Vol.18, No.3: 151-153. Pakistan : Department of

ENT, Khyber Teaching Hospital.

13