Lapsus Keluarga Binaan TB

41
1 TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KELUARGA BINAAN “TUBERCULOSIS PARU” Oleh Puji Nurhidayati H1A 010 034 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

description

1TUGAS LAPSUSFLEXION CONTRACTURE DIGITI 2,3,4,5 PEDIS SINISTRAOLEH :SUPERVISOR:DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYABAGIAN/SMF ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMRSU PROVINSI NTB20152BAB IPENDAHULUANLatar BelakangKontraksi merupakan suatu proses yang normal pada proses penyembuhan luka, sedangkan kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Kontraktur merupakan kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan dibawahnya yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka, kelainan bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai adalah akibat luka bakar.Banyaknya kasus penderita yang mengalami kontraktur dikarenakan kurangnya disiplin penderita sendiri untuk sedini mungkin melakukan mobilisasi dan kurangnya pengetahuan tenaga medis untuk memberikan terapi pengegahan, seperti perawatan luka, pencegahan infeksi, proper positioning dan mencegah immobilisasi yang lama. Efek kontraktur menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, gangguan mobilisasi dan gangguan aktifitas kehidupan sehari-hari.3BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi KontrakturKontraktur didefinisikan sebagai pengikatan permanen kulit yang dapat mempengaruhi otot dan tendon yang berada dibawahnya yang akan membatasi ruang gerak (range of motion), serta kemungkinan defek maupun degenerasi saraf di daerah tersebut (Adu, 2011). Keterbatasan ruang gerak sendi karena kerusakan yang bersifat anatomis, fisiologis, maupun neurologis dapat berakibat pada pemendekan jaringan ikat sekitar sendi tersebut. Kontraktur terjadi ketika jaringan ikat normal yang bersifat elastis digantikan oleh jaringan fibrous yang tidak elastis (Perdanakusuma, 2009). Keterbatasan gerakan yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bersifat multipel dan komplikatif secara medis. Namun pada umumnya sebagian besar restriksi pada sendi ditandai oleh pemendekan jaringan ikat sendi dan bersifat reversibel jika mendapat perawatan yang tepat. Untuk merencanakan perawatan yang efektif harus diperhatikan bahwa pemendekan jaringan ikat sendi bukan merupakan penyebab dari kontraktur, tetapi lebih merupakan konsekuensi lanjutan dari etiologi perimernya (Ledbetter, 2010).B. KlasifikasiBerdasarkan lokasi dari jaringan yang menyebabkan ketegangan, maka kontraktur dapat diklasifikasikan menjadi (Adu, 2011) :1. Kontraktur dermatogen atau dermogenKontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal tersebut dapat terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya pada luka bakar yang dalam dan luas, loss of skin/tissue dalam kecelakaan dan infeksi.2. Kontraktur tendogen atau myogenKontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat terjadi oleh keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi, misalnya pada penyakit neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma, penyakit degenerasi dan inflamasi.43. Kontraktur Arthrogen .Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses ini bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis, penyakit kongenital dan nyeri.Klasifikasi kontraktur berdasarkan derajat keparahan (Adu, 2011):1) I: gejala berupa keketatan namun tanpa penurunan gerakan ruang lingkup gerak maupun fungsi.2) II: sedikit penurunan gerakan ruang lingkup gerak atau sedikit penurunan fungsi namun tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan, tanpa penyimpangan arsitektur normal daerah yang terkena.3) III: terdapat penurunan fungsi, dengan perubahan awal arsitektur normal pada daerah yang terkena.4) IV: kehilangan fungsi dari daerah yang terkena.C. PenyebabKontraktur diakibatkan karena kombinasi berbagai faktor meliputi: posisi anggota tubuh, du

Transcript of Lapsus Keluarga Binaan TB

Page 1: Lapsus Keluarga Binaan TB

1

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KELUARGA BINAAN

“TUBERCULOSIS PARU”

Oleh

Puji Nurhidayati

H1A 010 034

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PUSKESMAS KEDIRI

2015

Page 2: Lapsus Keluarga Binaan TB

2

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat. TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri

berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis dan

ditularkan melalui perantara droplet udara (Hiswani, 2004).

Mycobacterium tuberkulosis telah menginfeksi sepertiga pendudiuk

dunia. Pada Tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global

penyakit TB karena pada sebagian besar negara di dunia. Penyakit TB

tidak terkendali, ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil

disembuhkan, terutama penderita menular / BTA (+). Pada tahun 1995

diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan

kematian 3 juta orang. Jumlah penderita TB diperkirakan akan meningkat

seiring dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia (Depkes RI, 2002;

Kemenkes RI, 2011).

Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000

kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000. Secara kasar

diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita

baru TB paru BTA (+) (Depkes RI, 2002; Girsang, 2002; Permatasari,

2005). Seorang penderita TB aktif dapat menularkan basil TB kepada 10

orang di sekitarnya dalam kurun waktu 1 tahun. (Girsang, 2002;

Permatasari, 2005). Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat

yang tidak lengkap diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman

TB terhadap obat Anti–tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance

(MDR) (Depkes RI, 2002; Hiswani, 2004; Kemenkes RI, 2011).

Kasus baru penyakit TB paru BTA (+) di Kecamatan Kediri yang terdeteksi pada

awal tahun 2015 bulan januari-september mengalami peningkatan pada bulan agustus yakni

sebanyak 13 pasien. Pada triwulan ketiga tahun 2015 ditemukan angka paling tinggi suspek

TB sebanyak 156 pasien.

Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka perlu ditelaah lebih lanjut mengenai

aspek yang menyebabkan mengapa angka kejadian TB paru masih saja tinggi dan faktor-

faktor yang memungkinkan penularannya sehingga dapat dilakukan pencegahan dan angka

Page 3: Lapsus Keluarga Binaan TB

3

kejadian penyakit ini pun dapat ditekan. Maka dari studi kasus ini, diharapkan untuk dapat

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit TB tersebut.

Page 4: Lapsus Keluarga Binaan TB

4

BAB II

LAPORAN KELUARGA BINAAN

I. Identitas Keluarga Binaan

Data pasien keluarga Binaan

Pasien Keterangan

Nama Tn. Tuhur Suami ny, Sapinah

Umur / tgl. Lahir 70 tahun/

Alamat Perumahan Pondok Pesantren

Nurul Hakim, Sedayu tengah.

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Pendidikan -

Pekerjaan -

Status perkawinan Menikah

Telah diobati sebelumnya

-

Alergi obat -

II. IDENTITAS KELUARGA BINAAN

Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga . Tn. Tuhur. Tn. Tuhur

merupakan suami dari ny. Sapinah. Keluarga inti dari Tn. Tuhur terdiri dari istri, anak,

menantu dan cucu. Tn. Tuhur tinggal bersama dengan keluarganya dalam satu rumah di

salah satu perumahan Pondok Pesantren Nurul Hakim. Dalam keluarga binaan ini terdapat 6

orang anggota keluarga lainnya. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh

pada saat kunjungan pertama yang tinggal serumah dengan Tn. Tuhur.

Data Anggota Keluarga:

Anggota Keluarga Keterangan

Nama Ny.Sapinah Istri Tn. Tuhur

Umur 65 Tahun

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Page 5: Lapsus Keluarga Binaan TB

5

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan -

Status Menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama Tn. Saprudin Anak Tn. Tuhur

Umur 40 tahun

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Agama Islam

Pendidikan SMA

Pekerjaan Penjaga di Ponpes Nurul Hakim

Status Menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama Ny. mariani Menantu Tn. Tuhur

Umur 38 tahun

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Agama Islam

Pendidikan SMA

Pekerjaan IRT

Status Menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama An. Fatimah Cucu Tn. Tuhur

Umur 10 tahun

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Agama Islam

Pendidikan MI

Pekerjaan Pelajar

Status Belum menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama An. Ahmad Cucu Tn. Tuhur

Page 6: Lapsus Keluarga Binaan TB

6

Umur 18 Bulan

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Agama Islam

Pendidikan -

Pekerjaan -

Status Belum menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama An. Ahmad Cucu Tn. Tuhur

Umur 18 Bulan

Alamat Perumahan Pondok Pesantren Nurul

Hakim, Sedayu tengah.

Agama Islam

Pendidikan -

Pekerjaan -

Status Belum menikah

Page 7: Lapsus Keluarga Binaan TB

7

Keluarga Tn. Zauzi secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga sebagai berikut:

Sdr.I Tn. T (meninggal)

Ibu Tn Tuhur (meninggal)

Bapak Tn. Tuhur (meninggal)

Ny. Riadah (65 thn)Tn. Tuhur (70 thn)Sdr.II Tn. T

(meninggal)

Anak I (meninggal)

Tn. Saprudin (40 thn)

Anak I (8 thn)

Anak II (2 thn)

Anak III (8 bln)

Ny. Mariani (38 thn)

Page 8: Lapsus Keluarga Binaan TB

8

III. DATA STATUS KESEHATAN KELURGA

Status Kesehatan dalam laporan ini dinilai berdasarkan Berat Badan (BB), Tinggi

Badan (TB), Tekanan Darah (TD), Frekuensi Nadi (N), Respirasi (RR) dan Suhu (T). Data

kesehatan awal, diambil saat pertemuan pertama dengan masing-masing anggota keluarga

binaan.

Aspek

Pemeriksaan

suami

Tn.T, 70th

Istri

Ny.R, 65th

Anak

Tn.S, 40

th

Menantu

Ny. M, 38

th

Cucu 1

An. F, 8 th

Cucu II

An. F, 2 th

CucuIII

An.A, 8

bulan

BB 48 kg 45 kg 58 kg 50 kg 20 kg 10 kg 7 kg

TB 160 cm 154 cm 160cm 156cm 135cm 100cm 76 cm

TD 100/50 700/110 130/80 120/80 - - -

N 88x/mnt 84x/mnt 104x/mnt 100x/mnt 124x/mnt 120x/mnt 130x/mnt

RR 28x/mnt 24x/mnt 22x/mnt 20x/mnt 28x/mnt 30x/mnt 30x/mnt

T 36,7 36,6 36,5 36,4 36,7 35,9 36,7

IV. Identitas pasien

Nama Pasien : Tn. T.

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah

Alamat : Sedayu tengah RT 01, Desa Kediri Selatan

V. Anamnesis (20-10-2015)

Page 9: Lapsus Keluarga Binaan TB

9

Keluhan utama: Sesak

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh sesak sejak seminggu sebelum datang ke Puskesmas. Sesak

dirasakan terus menerus dan semakin memberat sejak 1 hari terakhir. Sesak tidak membaik

dengan perubahan posisi, lingkungan, serta konsumsi makanan. Sesak juga tidak disertai

dengan adanya bunyi ‘ngik’. Awalnya pasien mengeluhkan adanya batuk berdahak yang

hilang timbul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Batuk yang dirasakan tidak terlalu berat

dan mengganggu pasien sehingga pasien jarang berobat. Batuk berdahak dengan dahak

berwarna kuning kehijauan, batuk darah (-). Riwayat demam (-). Pasien juga mengeluhkan

nyeri ulu hati. Mual (+), Muntah (-). Menurut keluarga pasien, badan pasien tampak semain

kurus, serta nafsu makan yang semakin menurun. Berkeringat malam sejak batuk mulai

dirasakan. BAB (+) lancar 1x/hari konsistensi lunak,warna kuning, darah (-). BAK (+) lancar

4-5 kali /hari warna kuning, darah, batu (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit jantung (-), hipertensi (-), DM (-), riwayat operasi (-), riwayat

minum OAT (-), asma (-), bronkitis (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku bahwa ia biasanya mengkonsumsi obat batuk yang dijual di warung

untuk mengatasi batuk yang dialaminya, namun keluhan batuk sulit mereda.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan:

o Riwayat Pribadi : pasien memliki riwayat merokok sejak saat masih muda

hingga beberapa bulan sebelum sakit ini, sehari merokok sebanyak ≥10 batang.

o Pekerjaan : Pasien saat ini tidak bekerja.Sebelumnya pasien merupakan penjaga

di Pondok Pesantren Nurul Hakim.

o Nutrisi : pasien mengaku nafsu makan menurun selama sakit, sehingga pasien

sangat jarang makan dan sesekali dapat mengonsumsi hanya setengah dari porsi

biasanya.

Page 10: Lapsus Keluarga Binaan TB

10

VI. Pemeriksaan Fisik

Keadaaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 100/50 mmHg

Frek. Nadi : 88 x/menit

Frek. Nafas : 28 x/menit

Suhu : 36,7 º C

Berat Badan : 48 kg

Tinggi Badan : 160 cm

Status Gizi : Kurang

Status Generalis

Kepala-Leher

Kepala : Deformitas (-)

Rambut : Putih, gelombang, lebat

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)

Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)

Gigi dan mulut: Karies dentis (-)

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Inspeksi:

1. Bentuk & ukuran : bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan

dinding dada simetris.

2. Permukaan dada : papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider

naevi(-) ,vena kolateral (-), massa (-).

3. Penggunaan otot bantu nafas : SCM aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot bantu

abdomen aktif dan hipertrofi (-).

4. Iga dan sela iga : pelebaran ICS (-).

5. Tipe pernapasan : torako-abdominal.

Palpasi:

Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal sinistra.

Page 11: Lapsus Keluarga Binaan TB

11

Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).

Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.

Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.

Perkusi:

Sonor seluruh lapang paru.

Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.

Batas paru-jantung:

Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra

Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra

Auskultasi:

Cor: S1 S2 tunggal regular, mur-mur (-), gallop (-).

Pulmo:

Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .

Rhonki (-/-).

Wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi:

Bentuk : simetris

Umbilicus : masuk merata

Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-),

caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider nevy (-)

Distensi (-)

Ascites (-)

Auskultasi:

Bising usus (+) normal

Metallic sound (-)

Bising aorta (-)

Perkusi:

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)

Nyeri ketok (-)

Nyeri ketok CVA (-/-)

Palpasi:

Nyeri tekan epigastrium (-)

Page 12: Lapsus Keluarga Binaan TB

12

Massa (-)

Hepar/lien/ren: tidak teraba

Tes Undulasi (-)

Shifting dullness (-)

Ekstremitas

Inguinal-genitalia-anus : tidak diperiksa

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan sputum hasil BTA (-) (di puskesmas)

- Foto rontgen dada (di RS Gerung)

Diagnosis Kerja

TB paru aktif BTA (-) Rontgen (+)

VII. Penatalaksanaan

- Terapi OAT Kategori 1 FDC 1x2 tablet

- Ambroxol 3 x 1 tablet

- Vitamin B complex, 1 x 1 tablet

VIII.Prognosis

Dubia at Bonam

IX. Konseling

Page 13: Lapsus Keluarga Binaan TB

13

Penyakit yang diderita adalah penyakit TB yang menular dan bisa menyerang

siapa saja.

Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit TB dan cara

penularannya.

Membuang dahak pada wadah tertutup yang berisi pasir dan air sabun, diganti

minimal 1x sehari, kemudian menguburnya di tempat yang jarang dilewati

orang.

Menjelaskan kepada anggota keluarga pasien yang tinggal serumah dengan

pasien untuk memeriksakan dahaknya di laboratorium, untuk memastikan

adanya anggota keluarga yang lain yang mengidap penyakit TB seperti pasien

atau tidak.

Menjelaskan kepada pasien agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan

dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi perkembangan penyakit TB di

Puskemas Kediri, meskipun pasien sudah merasa sehat sebelum dinyatakan

sembuh.

Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya, buka jendela setiap

hari pagi dan siang hari.

Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh.

V. KONDISI FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN

BUDAYA KELUARGA

V.1. Keadaan Lingkungan

Keluarga Tn.Tuhur tinggal di Dusun Sedayu Tengah, RT 01, Kediri. Tempat

tinggal tersebut berada pada lingkungan Pondok Pesantren Nurul Hakim terkait

dengan pekerjaan pasien sebagai penjaga di Pondok Pesantren tersebut. Pasien dan

keluarganya sudah tinggal di sana sejak 30 tahun yang lalu..

Luas bangunan ± 10x15 m, yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tengah dan

teras yang digunakan sebagai tempat berjualan yang dijadikan juga sebagai dapur. .

Rumah pasien ini beratap genteng, langit-langit rumah terbuat dari pagar, dan dinding

terbuat dari semen. Terdapat 1 pintu pada bagian depan rumah, tanpa ada jendela,

Rumah ini berlantai keramik. Untuk keperluan tidur, pasien dan keluarga memakai

kasur. Dapur terletak di depan rumah yang bersamaan dengan tempat berjualan di

Page 14: Lapsus Keluarga Binaan TB

14

teras pasien. Dapur ini berukuran ± 2x2 meter, berdinding tembok serta beratapkan

genteng. Di dalam dapur tampak perlatan masak yang tersusun di atas tempat

pengatur barang. Pada ruangan ini tidak terdapat ventilasi. Udara dan cahaya masuk

melalui pintu. Tempat pembuangan sampah ada di gang menuju rumah pasien,

berjarak sekitar 10 meter dari rumah pasien.

Untuk kebutuhan minum sehari-hari keluarga pasien mengambil air bersih dari

sumur gali disamping rumahnya dan air PDAM. Air tersebut kadang langsung

dikonsumsi dan kadang juga dimasak terlebih dahulu. Untuk lingkungan, rumah

pasien berseblahan disamping kanan dan kiri dengan asrama putri Pondok Pesantren

Nurul Hakim yang berjarak masing-masing ½ meter dengan tembok rumah pasien.

Halaman belakang rumah pasien berseblahan dengan tembok perumahan lain yang

berjarak ½ dari tembok rumah pasien.

V.2. Sosial Ekonomi

Penghasilan dalam keluarga Tn. Tuhur diperoleh dari anaknya yang bekerja sebagai

penjaga Pondok, sedangkan Tn Tuhur sendiri tidak bekerja. Penghasilan perhari keluarga ini

tidak menentu, anak pasien mengatakan rata-rata penghasilan yang didapatkannya adalah

Rp.1.000.000 - Rp.2.000.000,-

Page 15: Lapsus Keluarga Binaan TB

15

Gambar 2.1. Denah Rumah Pasien.

Keterangan :

: Pintu

: Jendela

Serambi tempat berjualan dan dapur

Dapur 2 Kamar tidur pasien

Kamar mandi Dapur 1

Gudang

Tempat jualan

Kandang ayam

LORONG Ruang tamu

hh

LORONG

LORONG

Page 16: Lapsus Keluarga Binaan TB

16

Dokumentasi Rumah Pasien

Halaman depan rumah pasien

Page 17: Lapsus Keluarga Binaan TB

17

Page 18: Lapsus Keluarga Binaan TB

18

I. MASALAH KESEHATAN KEDOKTERAN KELUARGA

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama (25 Oktober

2015) terhadap Kedokteran Keluarga yang akan dibina, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah kesehatan di dalam keluarga tn tuhur beserta dengan kemungkinan

penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

NoAnggota

Keluarga

Masalah

Kesehatan

Kemungkinan Penyebab

Masalah KesehatanKeterangan

1 Tn. tuhur TB Paru Kontak dengan banyak pasien yang penyakitnya tidak jelas, beberapa di antaranya mengeluh batuk

Keadaan rumah yang tidak sehat dengan ventilasi dan pencahayaan kurang

Higienitas rumah kurang

Masalah diketahui saat kunjungan pertama ke rumah pasien

2. Istri Tn Tuhur

ISPA +Hipertensi - Kontak dengan suaminya sebagai penderita TB

- Keadaan rumah yang tidak sehat dengan ventilasi dan pencahayaan kurang

- Sering memakan makanan asin

Masalah dikatakan saat kunjungan ke-2

3. Anak Tn Tuhur

- - Saat kunjungan rumah tidak ada masalah kesehatan.

4. Menantu Tn Tuhur

- - Saat kunjungan rumah tidak ada masalah kesehatan.

5 Cucu I Tn Tuhur

- - Saat kunjungan rumah tidak ada masalah kesehatan.

6 Cucu II Tn Tuhur

- -

7 Cucu III Tn Tuhur

ISPA Lingkungan rumah dimana bapaknya dan pamannya yang merupakan seorang perokok.

Jarang dibuka jendela di kamar tidur sehingga ventilasi dan pertukaran udara kurang.

kakeknya yang sedang menjalankan pengobatan TB

Masalah dikatakan saat kunjungan ke-2

a. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga

Page 19: Lapsus Keluarga Binaan TB

19

Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah kesehatan yang

dialami oleh anggota keluarga Tn Tuhur tersebut di atas terkait dengan determinan kesehatan

yang ada yaitu aspek biologis, aspek lingkungan, aspek perilaku dan aspek pelayanan

kesehatan, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tn Tuhur :TB Paru

Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang ada terutama disebabkan

oleh faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor biologis.

2. Istri Tn. Tuhur

Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama

disebabkan oleh faktor biologis, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.

3. Cucu Tn. Tuhur

Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul terutama

disebabkan oleh faktor biologis, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.

b. Rencana Upaya Intervensi Yang Akan Dilakukan

No Anggota Keluarga

Masalah Kesehatan

Rencana Upaya Intervensi Ket

1 Tn Tuhur TB Paru Menjelaskan mengenai penyakit TBC dan lama pengobatannya serta efek-efek yang timbul setelah minum obat.

Menjelaskan efek jika pasien tidak minum obat secara teratur atau putus obat.

Menjelaskan mengenai PHBS. Menyarankan untuk menutup mulut bila

bersin atau batuk, dan tidak berludah pada sembarang tempat.

Memberikan informasi mengenai pentingnya ventilasi serta pencahayaan di dalam rumah.

Menyarankan untuk rutin memeriksakan kesehatan.

Menjelaskan cara penularan TBC dan cara mencegah penularannya

2. Istri tn tuhur

ISPA + Hipertensi

Penjelasan ke orangtua mengenai : Menjelaskan mengenai penyakit ISPA, faktor

resiko, dan pencegahannya. Menjelaskan mengenai PHBS. Menjelaskan cara penularan TBC dan cara

mencegah penularannya Menghindari makanan yang dapat

meningkatkan tekanan darah Memberikan informasi mengenai pentingnya

ventilasi serta pencahayaan di dalam rumah

Page 20: Lapsus Keluarga Binaan TB

20

Cucu III tn Tuhur

ISPA Penjelasan ke orangtua mengenai : Menjelaskan mengenai penyakit ISPA, faktor

resiko, dan pencegahannya. Menjelaskan mengenai PHBS. Memberikan informasi mengenai pentingnya

ventilasi serta pencahayaan di dalam rumah

c. Upaya Kesehatan Yang Telah Dilakukan Keluarga

Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga Tn. Tuhur bila terdapat anggota

keluarga yang mengalami sakit adalah mencari pengobatan ahli pengobatan tradisional

dimana pasien mendapat informasi mengenai pengobatan tradisional dari tetangga pasien.

Namun bila keluhan tidak dirasa mengganggu, TN Tuhur dan keluarga biasanya tidak ke

petugas kesehatan, biasanya hanya membeli obat sendiri di warung. Namun bila keluhan

semakin memberat baru Puskesmas Kediri. Istri Tn Tuhur dan Cucu ke III Tn tuhur belum

pernah dibawa untuk diperiksa di pelayanan kesehatan.

II. PENGKAJIAN PENGARUH KELUARGA DALAM KESEHATAN PASIEN

a. Nilai stress nilai stress dalam keluarga ini cukup tinggi, hal ini terlihat dari efek akibat

sakitnya Tn. Tuhur, istri , anak, dan menantu nya harus telatan merawat Tn. Tuhur dan

pergi bergantian bersama Tn. Tuhur ke PKM untuk mengambil obat di PKM serta

mengingatkan untuk meminum obat.

Selama sakitnya ini Tn tuhur tidak bisa beraktifitas seperti biasanya sebagai penjaga

pondok karena sejak sakit Tn Tuhur mengeluh lemas dan sering sakit kepala. Namun

dengan adanya kartu BPJS kesehatan Tn Tuhur cukup membantu dalam penanganan

penyakit Tn Tuhur.

b. Nilai fungsi keluarga Tn Tuhur merupakan keluarga yang fungsional, karena nampak

dari aktivitas memelihara dan merawat anggota keluarga yang sakit dapat dijalankan

dengan baik, dengan saling mengingatkan satu sama lain. Anak pasien dan anggota

keluarga yang lain memperhatikan kondisi pasien dan mengontrol konsumsi obat Tn

tuhur.

c. Lingkungan lingkungan tempat tinggal pasien saat ini dianggap memiliki pengaruh

cukup besar terhadap kondisi kesehatan pasien maupun resiko penularan terhadap

anggota keluarga lainnya. Rumah pasien yang memiliki luas + 10 x 15 meter2 dianggap

Page 21: Lapsus Keluarga Binaan TB

21

sempit untuk ditinggali oleh 7 orang. Namun pencahayaan yang kurang ditambah

kebiasaan keluarga yang tidak rutin membuka jendela atau pintu di pagi hari, menjadi

faktor tidak sehatnya lingkungan rumah. Hal ini akan membuat koloni Mycobacterium

tuberculosis yang sangat mungkin keluar melalui droplet pasien akan berkembang biak

dengan baik karena suasana yang gelap dan lembab tersebut, sehingga menghambat

perbaikan kondisi pasien dan juga berbahaya bagi keluarga yang tinggal serumah maupun

orang yang berkunjung.

Kebiasaan anak pasien yang merupakan perokok aktif dan masih merokok di dalam

lingkungan rumah memiliki pengaruh bagi kesehatan keluarganya, karena memiliki

kebiasaan merokok dalam rumah. Selain itu, pasien dan keluarganya masih

menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak, kemungkinan hal ini juga

memperburuk sirkulasi udara didalam rumah pasien.

d. Pemecahan Masalah penilaian terhadap coping index menunjukkan bahwa keluarga

Tn tuhur tidak terlalu mandiri dalam memecahkan masalah kesehatan yang ada, dan

masih membutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan berupa konseling terkait beberapa

poin kesehatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari sangat kurangnya penanggulangan

aspek higienitas, kompetensi emosional, serta lingkungan fisik tempat tinggal oleh

keluarga pasien. Selain itu beberapa masalah terkait kompetensi emosional dan hubungan

interpersonal antar anggota keluarga dianggap memiliki kontribusi terhadap kondisi

kesehatan keluarga ini, khususnya Tn Tuhur.

e. Sumber-sumber yang dimiliki keluarga tidak seluruh anggota keluarga Tn tuhur

memiliki kesadaran dan potensi yang cukup baik untuk meningkatkan kondisi kesehatan

keluarga, namun hampir seluruh anggota keluarga memberikan dukungan secara moril

maupun materiil untuk kesembuhan Tn tuhur saat ini.

f. Perilaku kesehatan keluarga pada keluarga Tn tuhur nampak beberapa aktivitas

yang bertentangan dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat, yaitu adanya anggota keluarga

yang merokok di dalam rumah, tidak adanya kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah

buang air atau sebelum dan sesudah makan, serta pola diet yang suka mengkonsumsi

kandungan garam tinggi dan kurangnya asupan buah dalam diet sehari-hari.

g. Nilai Keluarga terhadap Pelayanan Kesehatan care seeking behavior keluarga Tn

tuhur dapat dikatakan kurang baik, karena Tn tuhur dan anggota keluarga lainnya baru

mendatangi pusat layanan kesehatan ketika keluhan sudah memberat. Hal ini diakibatkan

Page 22: Lapsus Keluarga Binaan TB

22

pemahaman yang kurang akan kondisi penyakitnya serta kurangnya kesadaran akan

pentingnya berobat secara teratur.

III. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

a. Determinan Masalah Kesehatan

Tuberkulosis Paru

BIOLOGIS DAN GENETIK

Biologis: usia pasien 70 tahun, resiko penyakit infeksi >

Mycobacterium tuberculosis dapat tumbuh dengan baik di lingkungan rumah pasien.

PERILAKU LINGKUNGAN

Rumah sehat (-) pencahayaan lingkungan rumah yang kurang dan keadaan rumah yang Lembab

Akses ke Yankes terjangkau, namun kesadaran akan pentingnya berobat ke pelayanan kesehatan kurang

Kebiasaan merokok Tingkat pengetahuan serta

pendidikan yang kurang mengenai TB dan PHBS

Keluarga pasien yang masih merokok di dalam rumah

Jendela rumah tidak rajin dibuka

Tidak menutup mulut saat batuk

PELAYANAN KESEHATAN

Man tenaga kesehatan terlatih (+), namun jumlah terbatas

Money dana program yang terbatas

Material baik, penyuluhan mengenai TB telah dilakukan

Method kegiatan kontak serumah belum dilaksanakan, monitoring setelah mulai terapi OAT (+)

Machine baik, fasilitas laboratorium PKM Kediri untuk pemeriksaan dahak tersedia

Page 23: Lapsus Keluarga Binaan TB

23

b. Diagnostik Holistik

- Aspek Personal

Pasien datang ke Poli Dewasa Puskesmas Kediri dengan keluhan sesak sejak seminggu

terakhir, batuk berdahak sejak 2 minggu terakhir, badan terasa lemah, nafsu makan

menurun dan berat badan menurun. Pasien juga mengeluhkan sering pusing kepala

disertai rasa leher yang agak kaku.

- Aspek Klinis

Tuberkulosis Paru BTA (-) Rontgen (+)

- Aspek Risiko Internal

Pasien merupakan laki-laki berumur 70 tahun, yang mana ia rentan terkena penyakit

infeksi akibat daya tahan yang sudah menurun dan telah terjadi perubahan degeneratif

terutama pada saluran napas. Keadaan rumah pasien yang lembab juga meningkatkan

resiko infeksi TB karena merupakan lingkungan yang baik untuk Mycobacterium

tuberculosis tumbuh.

- Aspek Psikososial Keluarga

Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit tuberculosis, sehingga tidak

seluruh anggota keluarga aware terkait penularan penyakit ini. anak, dan cucu pasien

yang tinggal serumah kurang memahami dengan baik pentingnya keteraturan konsumsi

OAT maupun menjaga lingkungan rumah agar sirkulasi udara dan cahaya tetap baik.

- Derajat fungsional: 2

Page 24: Lapsus Keluarga Binaan TB

24

c. Rencana Penatalaksanaan Pasien

No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan

1. Aspek personal

Evaluasi: Keluhan, harapan, dan

kekhawatiran pasienIntervensi: Edukasi kepada pasien

mengenai TB, gejalanya, penularannya, dan pengobatannya serta bahaya yang di timbulkan

Memberikan informasi tentang rumah sehat

Serta mengedukasi pasien untuk rutin mengkontrol tekanan darah ke puskesmas setiap seminggu sekali dan rutin konsumsi obat hipertensi

Pasien dan keluarga pasien

1 minggu

Pasien dan keluarga memahami kondisi kesehatan pasien saat ini

2. Aspek klinikTuberculosis

Evaluasi:- Pemantauan perbaikan

kondisi klinis pasien- Keteraturan dalam

mengkonsumsi obat TBC dan hipertensi

- Evaluasi efek samping obatIntervensi: Non Farmakologis:

- Menghindarkan dari faktor resiko

- Menjaga kebersihan lingkungan

Farmakologis : OAT KIE :

Menjelaskan tentang TBC (bagaimana penularannya, apa bahayanya bila tidak diobati serta cara pencegahannya) & pentingnya terapi non farmakologi

Pasien dan keluarga

1 minggu

Perbaikan kondisi klinis pasien

Teratur dan disiplin dalam pemberian obat pasien

Dapat mencegah komplikasi

Dilakukan kontrol kesehatan secara teratur

Pasien dan keluarga benar-benar berupaya untuk pencegahan penularan penyakit pasien ke anggota keluarga lainnya

Page 25: Lapsus Keluarga Binaan TB

25

3. Aspek resiko internal

Edukasi: Mengenai keadaan

kesehatan pasien Pentingnya menghindarkan

faktor resiko Aspek perilaku pasien

keluarga (PHBS) /serta aspek lingkungan memiliki peranan penting terhadap terjadinya penyakit

Pasien dan keluarga

1 minggu

Pasien dan keluarga mengerti bahwa merokok merupakan faktor resiko yang rentan menyebabkan terjadinya penyakit saluran napas seperti TBC

4. Aspek psikososial Kurangnya

pengetahuan mengenai TBC.

Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai rumah sehat, dan prilaku hidup bersih dan sehat

Edukasi: Mengenai TBC, faktor

resiko TBC, pencegahan serta tatalaksana dan bahaya TBC

Edukasi mengenai pentingnya PHBS

Pasien dan keluarga

1 minggu

Pasien dan keluarga pasien mengerti dan mampu memahami mengenai TBC

Pasien dan keluarga pasien dapat menerapkan PHBS di rumah

Pada pasien di kasus ini, yang awalnya bertindak sebagai PMO adalah anak pasien

yaitu Tn. Saprudin , yang cukup baik dalam merawat pasien dan mengawasi minum obat

pasien.. Menurut pengamatan pembina, jumlah obat yang tersisa sesuai dengan jumlah obat

yang dikonsumsi sejak awal pengobatan, sehingga dapat disimpulkan Tn tuhur mengonsumsi

obat secara teratur. s

Page 26: Lapsus Keluarga Binaan TB

26

d. Tindak Lanjut dan Hasil Intervensi Pasien

Tanggal Intervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya

Kunjungan

Pertama :

25 Oktober

2015

Evaluasi Apa saja keluhan yang ada pada pasien dan anggota keluarga pasien, serta status kesehatan keluarga secara umum

Melakukan evaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien, keteraturan meminum obat yang diberikan, bagaimana PHBS keluarga pasien, serta faktor resiko terjadinya TBC pada pasien

Hasil : Kedokteran Keluarga : Mengenai prilaku hidup bersih dan sehat keluarga pasien :

- Keluarga pasien jarang atau hampir tidak pernah membuka pintu dan jendela setiap pagi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan yang memadai.

- Dapur pasien terdiri dari kamar dapur yg menggunakan tungku didepan rumah pasien, dan dapur yang menggunakan kompor berada di belakang rumah pasien. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun (-)

- Kebiasaan tidak menutup mulut saat batuk- Sumber air minum adalah air PAM yang terkadang

langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu Keluarga pasien masih belum mengetahui mengenai penyakit

TBC, faktor resiko, pencegahan, dan mengenali tanda bahaya penyakit tersebut.

Anggota Kedokteran Keluarga : Tn Tuhur : TB Paru

Keluhan sesak, batuk berdahak,badan lemas, nafsu makan menurun. Pasien telah minum obat TB dari PKM Kediri selama ± 2 bulan dan diminum secara teratur.

Istri Tn Tuhur : pusing, tidak bertenaga, 1 minggu terakhir mengeluh batuk namun jarang.

Anak Tn tuhur : -. Menantu Tn tuhur : -. Cucu I Tn Tuhur :- Cucu II Tn Tuhur :- Cucu III Tn Tuhur : ISPA

Batuk dan pilek. Pasien tidak pernah diperiksakan ke puskesmas.

Kunjungan

Kedua :

31 Oktober

2015

Evaluasi Evaluasi kondisi klinis pasien dan anggota lain dalam Kedokteran Keluarga

Evaluasi ulang PHBS Kedokteran Keluarga dan mencari faktor resiko terhadap penyakit-penyakit yang timbul dalam Kedokteran Keluarga

Melakukan intervensi terhadap PHBS Kedokteran KeluargaHasil Kedokteran Keluarga :

Evaluasi PHBS :- Keluarga pasien jarang membersihkan rumahnya, terutama

Page 27: Lapsus Keluarga Binaan TB

27

kamar tidur.- Keluarga pasien sudah membuka pintu rumah setiap pagi hari,

namun jendela kamar dan ruang tamu tetap jarang dibuka.- Pasien mulai mebiasakan menutup mulut saat batuk dan sudah

tidak membuang dahak sembarangan.- Sumber air minum adalah air PAM dan selalu dimasak

Anggota Kedokteran Keluarga : Tn Tuhur : TB Paru

Keluhan sesa berkurang , batuk berdahak,badan lemas, nafsu makan menurun. Pasien telah minum obat TB dari PKM Kediri selama ± 3 minggu dan diminum secara teratur.

Istri Tn Tuhur : ISPA +hipertensi pusing berkurang, nafsu makan mulai membaik, Keluhan batuk masih.

Anak Tn tuhur : -. Menantu Tn tuhur : -. Cucu I Tn Tuhur :- Cucu II Tn Tuhur :- Cucu III Tn Tuhur : ISPA

Keluhan batuk pilek mulai berkurangIntervensi Melakukan edukasi mengenai :

Kedisiplinan minum obat TB Tn. Tuhur yang harus diminum setiap hari dan diawasi Anak pasien yang merupakan PMO Tn. Tuhur

Melakukan pemeriksaan sputum di laboratorium Puskesmas Kediri untuk seluruh anggota keluarga lain terkait pencegahan penularan penyakit.

Edukasi tentang pemanfaatan dan pentingnya ventilasi rumah, jendela rumah harus rajin dibuka 2x dalam sehari

Menjelaskan bahwa pasien harus tetap mengontrol konsumsi garam dan rutin konsumsi buah, sehingga pasien harus mengupayakan banyak makan terutama konsumsi sayur dan buah.

Menjelaskan kepada Tn. Tuhur agar tettap memeriksakan diri dan mengonsumsi obat penurun tekanan darah secara teratur. Serta menjelaskan resiko yang bisa dialami apabila tekanan darah tidak rutin dikontrol

Menyarankan untuk membawa istri tn tuhur dan cucu ke III tn tuhur ke Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.

Memberikan edukasi mengenai PHBS mencuci tangan sebelum makan, memasak sumber air minum sebelum diminum, dan jangan menumpuk baju dan barang di kamar.

Kunjungan

Ketiga :

05 November

2015

Evaluasi Evaluasi kondisi klinis pasien dan anggota lain dalam Kedokteran Keluarga

Evaluasi ulang PHBS Kedokteran Keluarga dan mencari faktor resiko terhadap penyakit-penyakit yang timbul dalam Kedokteran Keluarga

Evaluasi hasil intervensi sebelumnya dan melakukan intervensi yang lebih lanjut

Hasil Evaluasi PHBS :- Anggota Keluarga masih menumpuk beberapa barang-barang

Page 28: Lapsus Keluarga Binaan TB

28

di gudang dan menjadi berdebu- Keluarga pasien sudah membuka pintu rumah, jendela kamar

dan ruang tamu setiap pagi- Seluruh anggota keluarga pasien dibawa untuk diperiksa ke

Puskesmas Kediri sekaligus melakukan pemeriksaan dahak ke laboratorium Puskesmas Kediri.

- Sumber air minum adalah air yang sudah dimasak sebelum diminum.

Anggota Kedokteran Keluarga : Tn Tuhur : TB Paru

Keluhan sesa berkurang , batuk berdahak,badan lemas, nafsu makan menurun. Pasien telah minum obat TB dari PKM Kediri selama ± 4 minggu dan diminum secara teratur.

Istri Tn Tuhur : ISPA +hipertensi pusing berkurang, nafsu makan mulai membaik, Keluhan batuk masih.

Anak Tn tuhur : -. Menantu Tn tuhur : -. Cucu I Tn Tuhur :- Cucu II Tn Tuhur :- Cucu III Tn Tuhur : ISPAKeluhan batuk pilek mulai berkurang

Intervensi Melakukan edukasi mengenai : Kedisiplinan minum obat TB Tn. Tuhur yang harus diminum

setiap hari dan diawasi anak pasien yang merupakan PMO Tn. Tuhur

Melakukan pemeriksaan sputum di laboratorium Puskesmas Kediri untuk seluruh anggota keluarga lain terkait pencegahan penularan penyakit.

Mengambil obat TB di Puskesmas Kediri terkait mencegah putus obat

Memberikan edukasi mengenai PHBS mencuci tangan sebelum makan

Rumah sudah di bersihkan dan lebih tertata rapi, namun kesan gelap masih terasa karena minimnya sumber pencahayaan kamar tidur.

Page 29: Lapsus Keluarga Binaan TB

29

KESIMPULAN

Kesimpulan Penatalaksanaan Pasien Kedokteran Keluarga

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien:

1. Baiknya kesadaran pasien untuk minum obat secara teratur

2. Dukungan dari seluruh anggota keluarga untuk pengontrolan teratur demi kesembuhan

pasien

3. Komitmen pasien untuk benar-benar memperbaiki perilaku hidup tidak sehat

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien:

1. Kondisi fisik rumah yang memang tidak memiliki cukup ventilasi, sehingga usaha

perbaikan lingkungan tidak bisa berjalan maksimal

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:

1. Edukasi untuk tetap teratur mengonsumsi OAT hingga 6 bulan, dan saat sudah 2 bulan

konsumsi obat pasien harus melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk melihat respon

penyakitnya terhadap obat tesebut

2. Menyarankan anggota keluarga yang tinggal serumah untuk rutin setiap bulan

memeriksakan dahaknya ke pelayanan kesehatan, serta anggota keluarga lainnya yang

pernah kontak erat dengan pasien, termasuk cucu pasien.

3. Menganjurkan pada Tn. Tuhur agar senantiasa rutin mengonsumsi obat penurun tekanan

darah dan kontrol tekanan darah ke Puskesmas

4. Melakukan perbaikan ringan pada lingkungan bangunan rumah, jangka pendek dengan

memaksimalkan fungsi jendela, pintu dan ventilasi yang sudah ada; dan jangka panjang

dengan menambah jumlah jendela atau lubang ventilasi yang searah dengan jalan

masuknya cahaya.

5. Menganjurkan pada pasien dan keluarganya untuk mempertahankan perilaku hidup bersih

dan sehat yang sudah bisa dicapai & terus meningkatkannya dari hari ke hari.