LAPSUS Down Syndrome
-
Upload
aulya-adha-dini -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of LAPSUS Down Syndrome
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
1/19
BAB I
REKAM MEDIK
STATUS PENDERITA
Nomor Rekam Medis : 177915
Tanggal dan Pukul Masuk RSAY:
A. ANAMNESIS
a. Identitas
Nama Pasien : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 15 bulan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Karang Rejo
Nama Ayah : Purwanto
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Aswati
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan orang tua : Kandung
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Belum bisa duduk
Keluhan tambahan : Belum bias makan nasi dan belum bias
memanggil papa dan mama
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
2/19
Riwayat Penyakit Sekarang
An. A, laki-laki, usia 15 bulan, dibawa ke RSAY karena belum bisa
duduk. Pasien anak kedua dari ibu usia 40 tahun. Pasien bisa
tengkurap pada usia 10 bulan. Saat ini belum bisa duduk dan
merangkak. Sampai sekarang pasien belum bisa makan nasi
sehingga masih diberi bubur. Pasien belum bisa memanggil
mama, papa, dan menangis bila ingin sesuatu.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat kejang
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Penyakit Kehamilan :
Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu
sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera
setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit
kelima 9. Berat badan waktu lahir 2.000 gram.
Riwayat Makanan
0 -4 Bulan : ASI
4 -6 Bulan : ASI
6 9 Bulan : ASI + bubur
9 12 Bulan : ASI + bubur
>1 tahun : ASI + bubur
Riwayat Imunisasi
BCG : 1x
DPT : 3x
Campak : 1x
Hepatitis : 3x
Polio : 4x
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
3/19
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Terlihat sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Suhu : 36,50C
Frekuensi Nadi : 120x/menit
Frekuensi Nafas : 32x/menit
Berat Badan Awal : 8 kg
Panjang Badan : 70 cm
Lingkar kepala : 41 cm
Status gizi : Kurang
b. Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
Pucat : -
Sianosis : -
Ikterus : -
Oedem : -
Turgor : baik
Pembesaran KGB : -
KEPALA
Mata sipit yang membujur keatas, jarak kedua mata yang berjauhan
dengan jembatan hidung yang rata, hidung yang kecil, mulut kecil
dengan lidah yang besar, telinga letak rendah
LEHER
Bentuk :
Trachea :
KGB : tak teraba membesar
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
4/19
THORAKS
Bentuk :
Retraksi Suprasternal :
Retraksi Substernal :
Retraksi Interkostalis :
JANTUNG
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
PARU
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : vocal fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : ronkhi basah halus +/+, wheezing +/+
ABDOMEN
Inspeksi : retraksi epigastrium (-)
Palpasi : hepar dan lien tak terabaPerkusi :
Auskultasi : bising usus normal
EKSTREMITAS
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
5/19
Lengan dan tungkai lembek dan mudah ditekuk, kekuatan kedua
lengan dan tungkai 4, refleks tendon menurun. Tungkai kelihatan
pendek, jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:
Hb : 14,2 gr/dL
Leukosit : 9500/uL
Trombosit : 325 rb/uL
Hematokrit : 45 %
GDS : 95 mg/dL
SGOT : 21 U/L
SGPT : 23 U/L
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Sindrom Down
2. Hipotiroid
3. Sindrom Turner4. Penyakit Trisomi
E. DIAGNOSIS KERJA
Sindrom Down
F. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
2. Psikoterapi
3. Farmakoterapi
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
6/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sindrom Down atau trisomi 21 adalah gangguan kromosom tersering pada
kelahiran hidup. Sekitar 1 dari 800 sampai 1 dari 900 kelahiran hidup
mengidap sindrom Down
B. ETIOLOGI
Kelebihan kromosom 21 pada sindrom Down "trisomi 21 diduga terjadi
akibat non-disjunction yaitu proses dua buah kromosom pada pembelahan
sel garnet (meiosis), yang secara normal mengalami segregasi rnenuju
kutub yang berlawanan (mengalami pembelahan yang ekual), tetapi
menjadi abnormal pergi bersamaan menuju kutub yang saran. Gangguan
pembelahan pada sel garnet (meiosis) yang menyebabkan non-disjunction
ini berhubungan dengan usia ibu saat pembuahan (konsepsi) dan akan
menghasilkan pembentukan gamet-garnet dengan jumlah kromosom
aneuploid(jumlah tidak normal). Kromosom anak berasal dari bapak dan
ibu yaitu masing-masing separuh (23 kromosom) dari jumlah kromosom
normal. Karena ada gangguan pembelahan sel telur ibu, penderita sindrom
Down yang mempunyai jumlah kromosom 47 diduga mendapat jumlah
kromosom 23 dari ayah dan 24 dari ibu.
C. PATOGENESIS
Ada beberapa hipotesis yang berusaha untuk menjelaskan penyebab dari
efek usia ibu ini. Pada tahun 1990, Epstein mempostulasikan beberapa
penyebab kelebihan kromosom 21/ non-disjunction ini, yaitu:
1. Penuaan sel telur wanita (aging of ova), bahwa ada pengaruh intrinsik
maupun ekstrinsik (lingkungan) dalam sel induk, yang menyebabkan
pembelahan selama fase meiosis menjadi non-disjunction disebabkan
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
7/19
oleh faktor-faktor terputusnya benang-benang spindel atau komponen-
komponennya, atau kegagalan dalam pemisahan nukleolus. Sel telur
wanita telah dibentukpada saat masih dalam kandungan yang akan
dimatangkansatu per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil
balik(mengalami siklus menstruasi). Oleh karena itu pada saatwanita
menjadi tua kondisi sel telur tersebut kadang-kadangmenjadi kurang
baik dan pada waktu dibuahi oleh spermatozoadari laki-laki, sel benih
ini mengalami pembelahan yang salah.
2. Keterlambatan pembuahan (delayed fertilization), bahwa akibat
penurunan frekuensi bersenggama pada pasangan tua dan mungkin
juga pada ibu-ibu yang sangat muda telah meningkatkar kejadian
keterlambatan pembuahan dimana saat itu terjadi penuaan ovum pada
meiosis II setelah ovulasi.
3. Penuaan sel spermatosoa laki-laki (aging of sperm), bahwa
pematangan sperma dalam alat reproduksi pria, yang berhubungan
dengan bersenggama infrekuen, berperan dalam efek ekstra kromosom
21 yang berasal dari ayah.
Penyebab kelebihan kromosom 21 karena pewarisan adalah bila ibu atau
ayah mempunyai dua buah kromosom 21 tetapi terletak tidak pada tempat
yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 tersebut menempel
pada kromosom lain (translokasi) sehingga pada waktu pembelahan gel
benih kromosom 21 tersebut tidak selalu berada pada masing-masing sel
belahan. Pada kasus-kasus translokasi robertsonian pada grup-D
(kromosom 13,14, dan 15), kira-kira 40% diturunkan dari salah satuorang-tua (ayah atau ibu) yang memiliki kariotipe translokasi seimbang
45,-D,-21,+ translokasi robertsonian (D:21). Individu dengan translokasi
robertsonian grup-G (kromosom 21 dan 22), hanya kira-kira 7% yang
mempunyai pasangan orang tua sebagai pewaris, dan biasanya ibu adalah
sebagai pembawa.
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
8/19
Trisomi 21 mosaik (47,+21/46) dapat dihasilkan dari proses meiosis
ataupun mitosis. Proses non-disjunction terjadi selama permulaan
embriogenesis untuk menghasilkan populasi sel 47,+21 maupun poputasi
sel 45,-21 , dengan dugaan sel-sel monosomik hilang selama
perkembangan embrionik dan fetal. Individu dengan mosaik, seringkali
tidak mempunyai gejala klinik yang menonjol bila dibandingkan
dengan penderita sindrom Down dengan trisomi 21.
D. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Sindrum Down sudah diketahui sejak tahun 1866 oleh Dr.
Langdon Down dari Inggris, tetapi baru pada awal tahun enampuluhan
ditemukan diagnosis secara pasti yaitu dengan pemeriksaan kromosom.
Dahulu penyakit ini diberi nama Mongoloid atau Mongolism karena
penderita penyakit ini mempunyai gejala klinik yang khas yaitu wajah
seperti bangsa Mongol dengan mata yang sipit membujur keatas. Tetapi
setelah diketahui bahwa penyakit ini terdapat pada seluruh bangsa di
dunia, dan sekitar 30 tahun yang lalu pemerintah Republik Mongolia
mengajukan keberatan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
menganggap nama tersebut kurang etis, maka WHO menganjurkan untuk
mengganti nama tersebut dengail sindrom Down.
Secara garis besar pende;rita ini dengan mudah dapat dilihat yaitu wajah
yang khas dengan mata sipit yang membujur keatas, jarak kedua mata
yang berjauhan dengan jembatan hidung yang rata, hidung yang kecil,mulut kecil dengan lidah yang besar sehingga cenderung dijulurkan dan
telinga letak rendah. Tangan dengan telapak yang pendek dan mempunyai
rajah telapak tangan yang melintang lurus (horisontal/ tidak membentuk
huruf M), jari pendek-pendek, jari ke 5 sangat pendek hanya mempunyai 2
ruas dan cenderung melengkung (clinodactily). Tubuh umumnya pendek
dan cenderung gemuk. Gejala yang merupakan keluhan utarna dari orang
tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tuna
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
9/19
grahita), dengan 10 antara 50-70.
Angka keja.dian sindrom Down rata-rata di seluruh duma adalah 1 per 700
kelahiran. Kejadian ini akan bertambah tinggi dengan bertambah usia ibu
hamil. Pada wanita muda (< 25 tahun) insidensi sangat rendah, tetapi
mungkin meningkat pada wanita yang sangat muda (< 15 tahun). Risiko
melahirkan bayi sindrom Down akan meningkat pada wanita berusia >30
tahun dan meningkat tajam pada usia >40 tahun. Sekitar 60% janin
sindrom Down cenderung akan gugur dan 20% akan lahir mati.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan sitogenik
Diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan studi sitogenetika.
Karyotyping sangat penting untuk menentukan risiko kekambuhan.
Dalam translokasi sindrom Down, karyotyping dari orang tua dan
kerabat lainnya diperlukan untuk konseling genetik yang tepat.
b. Amniosentesis
Amniosentesis merupakan pemeriksaan yang berguna untuk diagnosis
berbagai kelainan kromososm bayi terutama sindroma Down, di mana
dengan mengambil sejumlah kecil cairan amniotik dari ruang amnion
secara transabdominal antara usia kehamilan 14-16 minggu.
Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil di atas usia 35
tahun.
c. Interphase fluorescence in situ hybridization (FISH)
FISH dapat digunakan untuk diagnosis cepat. Hal ini dapat berhasil dikedua diagnosis prenatal dan diagnosis pada periode neonatal.
Mosaicism yang tersembunyi untuk trisomi 21 sebagian dapat
menerangkan hubungan yang telah dijelaskan antara sejarah keluarga
sindroma Down dan risiko penyakit Alzheimer. Skrining untuk
mosaicism dengan FISH diindikasikan pada pasien tertentu dengan
gangguan perkembangan ringan dan mereka dengan Alzheimer onset
dini.
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
10/19
d. Ekokardiografi
Tes ini harus dilakukan pada semua bayi dengan sindroma Down
untuk mengidentifikasi penyakit jantung bawaan, terlepas dari temuan
pada pemeriksaan fisik.
e. Skeletal Radiografi
Kelainan kraniofasial termasuk brachycephalic microcephaly,
hypoplastic facial bones dan sinuses. Tes ini diperlukan untuk
mengukur jarak atlantodens dan untuk menyingkirkan atlantoaxial
instabilitas pada umur 3 tahun. Radiografi juga digunakan sebelum
anesthesia diberikan jika terdapat tanda-tanda spinal cord compression.
Penurunan sudut iliac dan acetabular juga dapat ditemukan pada bayi
baru lahir.
F. DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding dari sindroma Down adalah : 14
a. Hipotiroidisme
Terkadang gejala klinis sindroma Down sulit dibedakan dengan
hipotiroidisme. Secara kasar dapat dilihat dari aktivitasnya karena
anak-anak dengan hipotiroidisme sangat lambat dan malas, sedangkan
anak dengan sindroma Down sangat aktif
b. Akondroplasia
c. Rakitis
d. Sindrom Turner
e. Penyakit Trisomi
G. PENGOBATAN
Penanganan anak Sindroma Down didasarkan pada penanganan dasar
untuk anak dengan retardasi mental yang meliputi edukasi, psikoterapi,
dan farmakoterapi serta menangani kondisi medisnya dengan penyuluhan
pada orang tua pasien.
a. Edukasi
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
11/19
Penyediaan pendidikan khusus bagi anak yang mengalami retardasi
mental yang meliputi remediasi, tutoring, dan pelatihan kemampuan
sosial. Anak dengan sindroma Down juga mampu memberikan
partisipasi yang baik dalam belajar melalui program intervensi dini,
Taman kanak-kanak dan melalui pendidikan khusus yang positif akan
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Latihan khusus yang diberikan meliputi aktivitas motorik kasar dan
halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Demikian pula
dengan mengajari anak untuk dapat menolong dirinya sendiri seperti
belajar makan, belajar buang air besar/kecil, mandi, berpakaian, akan
memberi kesempatan anak untuk belajar mandiri.
Taman bermain/taman kanakkanak juga mempunyai peran yang
penting pada awal kehidupan anak. Anak akan memperoleh manfaat
berupa peningkatan keterampilan motorik kasar dan halus melalui
bermain dengan temannya. Dapat berinteraksi sosial dengan temannya.
Dengan memberikan kesempatan bergaul dengan lingkungan di luar
rumah maka kemungkinan anak dapat berpartisipasi dalam dunia yang
lebih luas. Di samping tindakan diatas program pendidikan khusus
juga dapat membantu anak melihat dunia sebagi suatu tempat yang
menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja. Pengalaman yang
diperoleh di sekolah akan membantu untuk memperoleh perasaan
tentang identitas personal, harga diri, dan kesenangan. Selama dalam
pendidikan anak diajari untuk biasa bekerja dengan baik dan menjalin
hubungan yang baik dengan teman-temannya. Sehingga anak akanmengerti mana yang salah dan mana yang benar, serta bagaimana
harus bergaul dengan masyarakat.
b. Penatalaksanaan masalah klinis
Anak dengan kelainan ini memerlukan perhatian dan penanganan
medis yang sama dengan anak yang normal. Mereka memerlukan
pemeliharaan kesehatan, imunisasi, kedaruratan medis, serta dukungan
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
12/19
dan bimbingan dari keluarga, tetapi terdapat beberapa keadaan di mana
anak dengan sindroma Down memerlukan perhatian khusus antara
lain:
1) Pemeriksaan mata dan telinga serta pendeteksian fungsi tiroid pada
bayi baru lahir dan rutin pada anak sindroma Down
2) Penyakit jantung bawaan, intervensi dini dengan pemeriksaan
kardiologi pada bayi baru lahir
3) Status Nutrisi, perlu perhatian meliputi kesulitan menyusu pada
bayi sindroma Down dan pencegahan obesitas pada usia anak dan
remaja
4) Kelainan tulang
5) Pendidikan, sebagai intervensi dini terhadap kelainan
perkembangan terutama menyangkut kemampuan kognitif dan
perkembangan social
6) Monitoring pertumbuhan dan perkembangan dengan kurva spesial
untuk sindroma Down dan disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan anak sindroma Down
7) Perawatan mulut dan gigi
8) Atlanto-axial instability screeningpada usia tiga tahun
9) Konseling genetik.
c. Penyuluhan pada orang tua
Begitu sindroma Down ditegakan, dokter harus mampu menyampaikan
hal ini secara bijaksana dan jujur. Penjelasan pertama sangat
menentukan adaptasi dan sikap orang tua selanjutnya. Orang tua harusdiberitahu bahwa fungsi motorik, perkembangan mental, dan bahasa
biasanya terlambat pada sindroma Down. Demikian pula kalau ada
hasil analisa kromosom, harus dijelaskan dengan bahasa yang
sederhana. Informasi juga menyangkut tentang risiko terhadap
kehamilan berikutnya. Hal yang penting lainnya adalah menekankan
bahwa bukan ibu atau pun ayah yang dapat dipersalahkan tentang
kasus ini. Apabila diperlukan, juga penting untuk mempertemukan
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
13/19
sesama orang tua dengan anak sindroma Down agar dapat saling
berbagi sehingga nantinya hasil yang diharapkan adalah ketegaran
orang tua itu sendiri.
d. Psikoterapi
Terapi perilaku dilakukan untuk membentuk dan meningkatkan
kemampuan perilaku sosial serta mengontrol dan meminimalkan
perilaku agresif dan destruktif. Terapi kognitif, seperti menanamkan
nilai yang benar dan latihan relaksasi dengan mengikuti instruksi,
direkomendasikan untuk anak yang mampu mengikuti instruksi. Terapi
psikodinamik digunakan untuk mengurangi konflik tentang pencapaian
yang diharapkan yang dapat mengakibatkan kecemasan, kemarahan
dan depresi.
e. Farmakoterapi
Penderita sindroma Down yang disertai gejala ADHD atau depresi
dapat diberikan stimulan atau antidepresan. Agitasi, agresi, dan
tantrum merespon baik terhadap pemberian antipsikotik. Antipsikotik
atipikal seperti risperidone (Risperidal) dan olazapine (Zyprexal) lebih
dipilih karena memiliki kecenderungan lebih kecil dalam
mengakibatkan gejala ekstrapiramidal dan diskinesia. Litium
(Eskalith) berguna dalam mengontrol sifat agresif atau menyakiti diri
sendiri. Carbamazepin (Tegretol), valproate (Depakene), dan
propanolol (Inderal) juga dapat digunakan untuk perilaku agresif dan
tantrum. Pemberian antibiotik yang adekuat sangat diperlukan padapasien Sindroma Down dengan infeksi karena terbukti mampu
mencegah mortalitas.
H. KOMPLIKASI
Trisomi 21 adalah penyebab utama retardasi mental. Derajat retardasi
mental cukup berat: IQ bervariasi dari 25 hingga 50. Malformasi
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
14/19
congenital sering ditemukan dan menimbulkan kendala yang cukup berat.
Sekitar 40% pasien trisomi mengidap malformasi jantung, yang
merupakan penyebab utama kematian pada masa anak-anak dini. Infeksi
serius adalah penyulit penting lainnya penyebab morbiditas dan mortalitas.
Ketidakseimbangan kromosom, melalui suatu cara yang belum diketahui,
juga meningkatkan risiko pasien terjangkit leukemia akut, terutama
leukemia megakariosit akut (Robbins, 2007).
I. PROGNOSIS
Akhir-akhir ini, prognosis umum bagi pengidap sindrom Down telah
membaik secara bermakna karena perbaikan pengendalian infeksi. Saat
ini, diperkirakan bahwa sekitar 80% dari mereka yang tidak mengidap
penyakit jantung bawaan dapat bertahan hingga usia 30 tahun. Prognosis
kurang baik bagi mereka yang mengalami malformasi jantung. Sebagian
besar dari mereka yang bertahan hidup hingga usia pertengahan kemudian
mengalami perubahan histologik, metabolic, dan neurokimia penyakit
Alzheimer. Banyak yang mengalami demensia berat (Robbins, 2007).
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
15/19
BAB III
ANALISIS KASUS
Pola Prilaku Anak Umur 15 bulan
Motorik Berjalan sendiri, merangkak naik
tangga.
Adaptif Membuat menara 3 kubus; membuat
garis dengan pensil berwarna;
memasukkanpelletke dalam botol
Bahasa Campuran, mengikuti kata sederhana;
dapat menamai objek yang familiar
(bola)
Sosial Menunjukkan beberapa keinginan /
kebutuhan dengan menunjuk; memeluk
orangtua.
Penegakan Diagnosis:
A. Anamnesis
1) An. A, laki-laki, usia 15 bulan, dibawa ke RSAY karena belum bisa
duduk
2) Riwayat kehamilan :
Anak pertama dari ibu yang berusia 40 tahun.
Seorang perempuan lahir dengan semua oosit yang pernah
dibentuknya, yaitu berjumlah hampir 7 juta. Semua oosit tadi
berada dalam fase istirahat yaitu profase 1 dari meiosis sejak
sebelum ia lahir dengan sampai mengadakan ovulasi. Dengan
demikian, suatu oosit dapat tinggal dalam keadaan istirahat untuk
12-45 tahun. Selam waktu yang panjang itu, oosit dapat mengalami
nondisjunction ( idiopati atau krn etiologi tertentu). Oleh
karenanya, penderita sindrom down biasanya lahir sebagai anak
terakhir atau dari ibu yang hamil pada usia > 35 thn .
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke
bidan mengindikasikan bahwa tidak ada penyulit kehamilan yang
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
16/19
terjadi pada ibu selama mengandung, atau kalaupun ada, penyulit
tersebut dapat dikontrol dengan baik sehingga tidak menimbulkan
gangguan pada janin yang dikandung.
Frekuensi pemeriksaan pre natal yang baik pada kehamilan, yaitu:
- 0 28 minggu : 4 minggu sekali
- 29 36 minggu : 2 minggu sekali
- >36 minggu : 1 minggu sekali
3) Riwayat kelahiran :
Lahir spontan pada usia 38 minggu
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8,
menit kelima 9
Berat Badan Lahir 2000 gram
4) Riwayat perkembangan (kondisi saat ini ):
Bisa tengkurap pada usia 10 bulan
Tidak normal, karena normalnya pada usia 10 bulan bayi sudah
bisa merangkak, sedangkan menggulingkan punggung ke perut
(tengkurap) sendiri sudah bisa sejak usia 6,5 bulan menunjukkan
bahwa An. A mengalami keterlambatan motorik kasar.
Usia 15 bulan, belum bisa duduk dan merangkak
Tidak normal, karena pada usia ini seharusnya anak sudah dapat
duduk tanpa bantuan (usia 6 bulan ), merangkak ( 10 bulan ), dan
berjalan sendiri ( 12 bulan ). SD terdapat kelainan pada sel-sel
saraf di korteks cerebri (precentralis) atau disfungsi motorik atau
belum bisa duduk dan merangkak. Terjadi gangguan
perkembangan motorik (motor delay) yang mempengaruhi
kemampuan seorang anak menggunakan ototnya. Gangguan
motorik kasar (Gross motor delays) menyerang otot-otot besar
seperti lengan dan kaki. Sedangkan gangguan motorik halus (fine
motor delays) mengganggu otot-otot yang lebih kecil
Belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur.
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
17/19
Normalnya, sejak anak berusia 4-6 bulan sudah dapat makan
makanan padat (semi padat seperti jus, cereal), karena swallowing
reflex sempurna, oromotor telah berkembang baik , pertumbuhan
gigi. Anak SD memiliki kelemahan pada otot-otot oromotor atau
mengalami gangguan makan seperti belum bisa makan nasi,
sehingga masih diberi. Hal ini berdampak terjadinya gangguan
pertumbuhan atau gagal tumbuh.
Belum bisa memanggil mama dan papa, bila ingin sesuatu dia
selalu menangis.
Tidak normal, karena pada usia ini, anak sudah dapat berbicara 4-6
kata, termasuk memanggil mama atau papa yg seharusnya sudah
bisa sejak usia 12 bulan serta sudah dapat menunjuk apa yang dia
inginkan bukan hanya dengan menangis. Hal ini menunjukkan An.
A mengalami keterlambatan bicara & bahasa serta gangguan
prilaku sosial.
Tidak ada riwayat kejang menyingkirkan penyebab kerusakan SSP
Pada kasus bukan karena kejang melainkan faktor penyebab lain.
B. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Antropometri :
BB 8 kg; PB 70 cm
Lingkaran kepala 41 cm
Berdasarkan grafik Nellhaus, termasuk di bawah -2SD
mikrocephaly. Nilai normal untuk usia 15 bulan adalah 45 50 cm.
2) Anak sadar, kontak mata baik, menangis ketika diperiksa
menyingkirkan autisme, gangguan penglihatan.
3) Pada wajah anak terlihat jarak kedua mata jauh, hidung pesek,
telinga kecil dan lebih rendah dari sudut mata. kepala bagian
belakang datar, lehar pendek gambaran dismorfik : ciri khas pada
sindroma Down.
4) Menoleh ketika dipanggil namanya kemampuan sosialisasi Aldi
baik dan menyingkirkan autisme serta gangguan pendengaran.
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
18/19
5) Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol normal, menyingkirkan
diagnosis CP diskinetik
6) Pada posisi tengkurap dapat menahan kepala beberapa menit
normal, bayi mulai bisa mengangkat kepala dan menahannya
(merupakan gerakan motorik kasar bayi pada usia 3 bulan) beberapa
detik pada usia 3 bulan, dan hal ini menyingkirkan adanya muscular
distrophy (lumpuh generalisata)
7) Refleks Moro dan refleks menggenggam tidak ditemukan normal,
(harus sdh menghilang sejak usia 6 bulan ) tidak ada lesi pada SSP.
8) Lengan dan tungkai lembek dan mudah ditekuk, kekuatan kedua
lengan dan tungkai 4, refleks tendon menurun ada kelemahan pada
anggota gerak yang bersifat hipotoni, tanda SD
9) Tungkai kelihatan pendek, jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
gambaran khas pada SD
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan :
1) Pemeriksaan TSH, T4, T3
2) Studi sitogenetik : Karyotyping penderita dan orang tua penderita
(untuk kepentingan konseling genetik)
3) Fluorescence In Situ Hybridization (FISH) : untuk mendeteksi Trisomi
21 secara cepat, baik pada masa prenatal maupun masa neonatal.
4) Thyroid-stimulating hormone (TSH) and Thyroxine (T4) : untuk
menilai fungsi kelenjar tiroid. Dilakukan segera setelah lahir dan
berkala setiap tahun.
5) X-foto kepala : brakisefali, mikrosefali, hipoplastik tulang-tulang
wajah dan sinus
6) X-foto tangan : hipoplastik tulang falangs tengah
7) Pemeriksaan Dermatoglifik (sidik jari, telapak tangan & kaki)
menunjukkan gambaran khas SD
8) EKG & ECHO : untuk mendeteksi kemungkinan kelaian jantung
bawaan
-
7/28/2019 LAPSUS Down Syndrome
19/19
9) ABR : untuk menentukan derajad gangguan pendengaran/ketulian
10)DDST : untuk deteksi dini gangguan tumbuh kembang