Lapsus Dhf

25
BAB I LAPORAN KASUS I.1 IDENTITAS PASIEN Nama : An. “HBF” Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 6 tahun Agama : Islam Nama Ayah : Tn. “K” Pekerjaan Ayah : Buruh Tani Pendidikan Terakhir Ayah : SMP Agama : Islam Nama Ibu : Ny. “S” Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Terakhir Ibu : SMP Agama : Islam Alamat : Jl. Sumurgeneng RT.02, RW.05, Kec.Jenu, Kab.Tuban Tanggal MRS : 10-11-2011 Tanggal Pemeriksaan : 10-11-2011 I.2 HETEROANAMNESA Keluhan Utama : Panas Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan panas ± 5 hari, panas mendadak hari pertama terus menerus selama 1 hari, kemudian naik-turun, panas terutama pada malam hari,

Transcript of Lapsus Dhf

Page 1: Lapsus Dhf

1

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. “HBF”

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 6 tahun

Agama : Islam

Nama Ayah : Tn. “K”

Pekerjaan Ayah : Buruh Tani

Pendidikan Terakhir Ayah : SMP

Agama : Islam

Nama Ibu : Ny. “S”

Pekerjaan Ibu : IRT

Pendidikan Terakhir Ibu : SMP

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sumurgeneng RT.02, RW.05, Kec.Jenu, Kab.Tuban

Tanggal MRS : 10-11-2011

Tanggal Pemeriksaan : 10-11-2011

I.2 HETEROANAMNESA

Keluhan Utama : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan panas ± 5 hari, panas mendadak hari pertama terus

menerus selama 1 hari, kemudian naik-turun, panas terutama pada malam hari, muntah

5x dalam sehari, berupa makanan dan air, mual (+), badan terasa lemes, perut terasa

nyeri, nafsu makan menurun, BAB (-) ± 5 hari, BAK (+) lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Dikatakan ibu 1 bulan yang lalu pasien sakit cacar, sejak kecil pasien sering sakit batuk

pilek

Riwayat Kelahiran :

Pasien lahir di Bidan, lahir 9 bulan, normal, berat badan lahir 3000 gram

1

Page 2: Lapsus Dhf

2

Riwayat Gizi dan Makanan :

Sebelum sakit pasien nafsu makan banyak, makan sayur-sayuran, tempe dan ikan,

jarang daging karena tidak mampu beli

Riwayat Imunisasi :

Dikatakan ibu pasien sudah diberikan imunisasi lengkap, tetapi tidak bawa Kartu

Menuju Sehat, dikatakan ibu kartu hilang.

I.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Umum

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : komposmentis

Suhu badan : 37,7 OC

Nadi : 88 kali / menit

Pernafasan : 24 kali / menit

Berat Badan : 15000 gram

Gizi : cukup dilihat dari postur tubuh

Kepala dan leher

Kepala : Bentuk dan ukuran kepala dalam batas normal, rambut warna hitam

dan lebat

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Tidak terdapat sianosis pada bibir, lidah kotor (-)

Leher : Letak trakea simetris, di tengah (tidak didapatkan deviasi), tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening

Thorax

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada

Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan simetris

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: Suara nafas vesikuler, Rhonki : -/-, Wheezing : -/-

Suara jantung S1,S2 tunggal

Page 3: Lapsus Dhf

3

Abdomen

Inspeksi : Sejajar dinding thorax

Palpasi : Nyeri tekan (+) seluruh kuadran, supel

Perkusi : Tympani

Auskultasi: Bising usus (+)

Ekstremitas

Akral hangat pada kedua ekstremitas, tidak ada oedem

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Lab (IGD) tanggal 10-11-2011 jam 23:24 WIB.

Hb : 14,6 g/dl

PCV : 58,8 %

Eritrosit : 6.980.000 /cmm

Leukosit : 6.800 /cmm

Trombosit : 43.000 /cmm

Glukosa sewaktu : 56 mg/dl

IMUNOLOGI

Widal A : Negatif

Widal B : Negatif

Widal H : Negatif

Widal O : Negatif

I.4 ASSESMENT

Observasi febris hari ke 5 + Konstipasi

I.5 PLANNING

Terapi dari IGD

Infus KAEN 1B 10 tetes/menit

Microlax supp ( bila BAB (-) )

Injeksi Taxegram 2x300 mg

Injeksi Antrain 3x200 mg

Page 4: Lapsus Dhf

4

I.6 Follow Up

Tanggal S O A P

11-11-2011

Jam 20.50

Perawatan hari pertama

Panas (+) naik turun,

muntah (+) tiap makan,

mual (-), BAB (+) tadi

malam, BAK (+) lancar,

nafsu makan menurun, perut

masih terasa nyeri

Lapor hasil laborat

Hb : 10,6 g/dl

PCV : 38,6 %

KU:Lemah,

Komposmentis

TTV :

HR: 88 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 37,6oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(+)seluruh kuadran,

supel, tympani, BU

(+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

TTV :

HR: 104x/menit

RR: 40x/menit

Obs.febris hari

ke 6

Tx sesuai Advis

dr.Sp.Anak

1 jam pertama: Tetra

Hes 150 cc selama 1

jam

1 jam berikutnya:

Tetra Hes 150 cc

selama 1 jam

1 jam berikutnya:

Tetra Hes 150 cc

selama 1 jam

Inf Asering 15 tpm

Inj Phycin 3x500mg

Diet 3xNasi Tim

Lab DL ulang setelah

6 jam

Advis dr.Sp.Anak

Terapi tetap

6 jam lagi Lab DL

Page 5: Lapsus Dhf

5

Eritrosit : 4.600.000 /cmm

Leukosit : 5.500 /cmm

Trombosit : 20.000 /cmm

Suhu: 36,1oC

12-11-2011

Jam 05.20

Lapor hasil laborat

Hb : 12,2 g/dl

PCV : 36,2 %

Eritrosit : 4.900.000 /cmm

Hitung Jenis Sel :

2/-/3/46/42/7

Leukosit : 6.500 /cmm

Trombosit : 23.000 /cmm

TTV :

HR : 100 x/menit

RR : 36 x/menit

Suhu : 36,5oC

Lapor dr.Sp.Anak

tidak terhubung 2x

12-11-2011

Jam 07.00

Perawatan hari ke 2

Panas (+) berkurang, kejang

(-), mual (-), muntah (-),

BAB (-) pagi ini, BAK (+)

lancar, nafsu makan sedikit

KU:Lemah,

Komposmentis

TTV :

HR: 100 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 36,8oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(+)seluruh kuadran,

hepar teraba 2 jari

dibawah arcus

costa, lien tidak

Observasi

DHF

Infus Asering 15 tpm

Inj Phycin 3x500mg

Inj Antrain 3x200mg

(bila panas)

Diet 3xNasi Tim

Page 6: Lapsus Dhf

6

Jam 10.30 Seluruh badan tampak

bintik-bintik kemerahan

teraba, supel,

tympani, BU (+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

Lapor dr.Sp.Anak

Transfusi FFP 150 cc

13-11-2011 Perawatan hari ke 3

Sudah tidak panas, Mual (-),

Muntah (-), nafsu makan

biasa, pusing (-),BAB (-) 2

hari ini, BAK (+) lancar

KU:cukup,

Komposmentis

TTV :

HR: 120 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 36,2oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(+)seluruh kuadran,

hepar teraba 2 jari

dibawah arcus

costa, lien tidak

DHF Infus Asering 15 tpm

Inj Phycin 3x500mg

Inj Antrain 3x200mg

(bila panas)

Diet 3xNasi Tim

Post transfusi FFP

150 cc (jam 00.10)

Page 7: Lapsus Dhf

7

teraba, supel,

tympani, BU (+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

14-11-2011 Perawatan hari ke 4

Sudah tidak panas, Mual (-),

Muntah (-), nafsu makan

biasa, BAB (-) 3 hari ini,

BAK (+) lancar

KU:cukup,

Komposmentis

TTV :

HR: 100 x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 36,2oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(-),lien tidak teraba,

supel, tympani, BU

(+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

DHF Infus D5½ 15 tpm

Inj Phycin 3x500mg

Diet 3xNasi Tim

Cek DL

Page 8: Lapsus Dhf

8

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

15-11-2011

Jam 07.00

Jam 10:15

Perawatan hari ke 5

Sudah tidak panas, Mual (-),

Muntah (-), nafsu makan

meningkat, pusing (-),BAB

(-) 4 hari ini, BAK (+)

lancar

Hasil Laborat terakhir

KU:cukup,

Komposmentis

TTV :

HR: 110 x/menit

RR: 26 x/menit

Suhu: 36,3oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(-),lien tidak teraba,

supel, tympani, BU

(+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

DHF Infus D5 ½ 15 tpm

Inj Phycin 3x500mg

Diet 3xNasi Tim

Hb : 12,5 g/dl

LED : 14/25 mm/jam

PCV : 32,8%

Page 9: Lapsus Dhf

9

Eritrosit:

4.480.000 /cmm

Hitung Jenis Sel :

-/-/-/61/36/3

Leukosit :

6.300 /cmm

Trombosit :

150.000 /cmm

16-11-2011 Perawatan hari ke 6

Sudah tidak ada keluhan,

nafsu makan meningkat,

BAB (-) 5 hari ini, BAK (+)

lancar

KU:cukup,

Komposmentis

TTV :

HR: 110 x/menit

RR: 26 x/menit

Suhu: 36,3oC

BB: 15000 gram

Kepala/leher:

Anemis: (-),

Ikterus (-), Cianosis

(-), Dypsnea (-)

Thorax:

Simetris,retraksi (-)

Nyeri tekan (-),

sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki

-/-, wheezing -/-

Abdomen:

Sejajar dinding

thorax, nyeri tekan

(-),lien tidak teraba,

supel, tympani, BU

(+)

Ekstremitas:

Akral hangat (+)

pada kedua

ekstremitas

DHF Pasien dipulangkan

Page 10: Lapsus Dhf

10

Oedem (-) pada

kedua ekstremitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENDAHULUAN (1,2,3)

Page 11: Lapsus Dhf

11

Demam Berdarah Dengue / DBD (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF) adalah

penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai

dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,

hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom

renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan

kematian.1 Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu varian klinis infeksi virus

dengue yang ditandai panas 2-7 hari dan pada saat panas turun disertai dengan

gangguan hemostatik dan kebocoran plasma dengan tanda adanya peningkatan

hematokrit.2,3

II.2 ETIOLOGI (4,6,7,8)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue ditularkan kepada

manusia melalui gigitan nyamuk yang merupakan kelompok arbovirus yaitu virus

single stranded RNA. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai

imunitas silang yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini semua

terdapat di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak

berhubungan dengan kasus berat. Beberapa nyamuk telah diketahui sebagai vektor

virus dengue. Di Indonesia, 2 jenis nyamuk diperkirakan sebagai vektor utama yaitu

Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Replikasi dan transmisi dari virus dengue:

Virus dengue ditransmisikan ke manusia melalui saliva nyamuk ( gigitan

nyamuk) lalu virus akan bereplikasi pada organ target dan menginfeksi sel darah putih

dan jaringan limfatik, virus kemudian dilepaskan dan bersirkulasi di darah. Ketika

nyamuk menggigit manusia akan menyerap virus dalam darah, penularan dari manusia

kepada nyamuk hanya akan terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang

mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Virus akan bereplikasi di usus nyamuk dan organ lain nyamuk dan menginfeksi

kelenjar ludah nyamuk dan bereplikasi pada kelenjar ludah nyamuk.

II.3 EPIDEMIOLOGI (6,7)

Demam Berdarah Dengue terjadi di daerah endemik di Asia tropik, dimana

suhu panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes

11

Page 12: Lapsus Dhf

12

aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini infeksi dengan virus dengue dari semua

tipe sering terjadi. Di Indonesia, DHF telah dilaporkan terdapat disemua propinsi.

Pengaruh musim terhadap Demam Berdarah Dengue tidak begitu jelas, tetapi dalam

garis besar dapat dikatakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan

September-November dan mencapai puncaknya antara bulan Maret-Mei. Jumlah kasus

di Indonesia tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk dengan angka kematian

bermakna < 2%

II.4 PATOGENESIS (2,5,6,7)

Terdapat dua hipotesis mengenai patogenesis dari Demam Berdarah Dengue :

Hipotesis infeksi heterolog sekunder

Berdasarkan hipotesis ini seseorang akan menderita DHF apabila mendapatkan

infeksi berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu tertentu,

yang berkisar di antara 6 bulan – 5 tahun. Pada infeksi subsequent antibodi heterolog

yang telah ada membentuk komplek dengan serotipe virus yang baru menginfeksi,

tetapi tidak menetralisir virus yang baru. Ada bukti bahwa antibodi non-netralisasi

menaikkan infeksi seluler dan memperbesar keparahan penyakit.

Pada awal stadium akut infeksi dengue sekunder, ada aktivasi cepat sistem komplemen.

Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk

melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel

dinding itu.

Hipotesis antibodi dependent enhacement

Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses

netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan berperan dalam mempercepat

proses replikasi virus dan monosit atau makrofag. Limfosit T helper dan T sitotoksis

berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.

Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.

Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi

sitokinin oleh makrofag. Monosit yang terinfeksi melepaskan mediator vasoaktif yang

meningkatkan peningkatan permeabilitas vaskular dan manifestasi perdarahan.

Page 13: Lapsus Dhf

13

II.5 MANIFESTASI KLINIS (5,6,7)

Masa inkubasi Demam Berdarah Dengue diduga merupakan masa inkubasi demam

dengue. Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu

Fase pertama yang relatif ringan: demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri

kepala, anoreksia dan batuk

Fase kedua penderita biasanya mengalami: ekstremitas dingin, lembab, badan

panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, irritable, dan nyeri mid epigastrik.

Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai.

Tanda-tanda syok dapat terjadi: pernafasan cepat dan sering berat, nadi lemah

cepat dan kecil. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg

Hati mungkin membesar dan biasanya keras dan agak nyeri. Fase ini biasanya

terjadi pada hari ke 3-7 perjalanan penyakit.

II.6 DIAGNOSIS (1,2,3,4,5,6,7,8)

Dasar diagnosis Demam Berdarah Dengue berdasar WHO (1975), sebagai berikut:

Klinik

1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniket positif dan salah

satu bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, dan perdarahan gusi),

hematemesis dan atau melena.

3. Pembesaran hati

4. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun

(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistole

menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan

lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita menjadi gelisah,

timbul sianosis di sekitar mulut.

Kriteria laboratorium:

Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)

Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan nilai hematokrit ≥ 20%

Pemeriksaan Radiologis

Page 14: Lapsus Dhf

14

Pemeriksaan foto thorax dilakukan untuk mendeteksi efusi pleura, terutama pada kasus

dugaan kebocoran plasma (plasma leakage) tidak seberapa banyak dan deteksi ascites

tidak jelas didapat.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji torniquet positif.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III : Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi,yaitu nadi cepat dan

lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi

disertai kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.

Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat

diukur.

II.7 DIAGNOSIS BANDING (5)

Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang luas.

Pada hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic

thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam.

Pada hari demam ke 3-4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar,

apabila gejala klinis lain seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati

menjadi nyata.

Kesulitan kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis,

dalam hal ini trombositopenia dan hemokonsentrasi di samping penilaian gejala

lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu.

II.8 PENATALAKSANAAN (2,6)

Penatalaksanaan memerlukan evaluasi segera tanda-tanda vital dan tingkat

hemokonsentrasi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

Page 15: Lapsus Dhf

15

DBD tanpa syok ( Derajat I dan II )

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin

karena pengaruhnya pada koagulasi darah

Diusahakan tidak memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan untuk

mengurangi beban detoksifikasi hati

Antibiotika diberikan untuk profilaksis infeksi sekunder

Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas

kapiler dan perdarahan.

Cairan intravena diperlukan apabila anak terus menerus muntah, demam tinggi,

dan dehidrasi karena dapat mempercepat terjadinya syok, dan pada nilai

hematokrit yang cenderung meningkat

DBD disertai syok ( Derajat III dan IV )

Penggantian volume plasma segera ( cairan kristaloid isotonis) ringer

laktat/ringer asetat/NaCl 0,9% 10-20 ml/kgBB secepatnya dalam bolus 30 menit.

Apabila syok belum teratasi tambahkan cairan koloid 10 ml/kgBB/jam

Oksigenasi O2 2-4 liter/menit

Indikasi pemberian darah:

Terdapat perdarahan secara klinis

Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid syok menetap dan hematokrit turun

Kadar hematokrit > 40 %

Plasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi gangguan

koagulopati pada syok yang menimbulkan perdarahan masif.

Pantau kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12

jam

Pantau balans cairan catat jumlah cairan yang masuk diuresis ditampung dan

jumlah perdarahan.

KRITERIA MEMULANGKAN PASIEN (5,8)

Pasien dapat dipulangkan apabila:

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

Nafsu makan membaik

Tampak perbaikan secara klinis

Hematokrit stabil

Page 16: Lapsus Dhf

16

Tiga hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit > 50.000/ ul dan cenderung meningkat

Serta tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau

asidosis)

PENCEGAHAN (5)

Strategi pencegahan penyakit DBD lebih ditekankan pada:

Upaya preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim

penularan penyakit di desa/kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat-pusat

penyebaran penyakit ke wilayah lainnya

Strategi ini diperkuat dengan menggalakkan pembinaan peran serta masyarakat

dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Melaksanakan penanggulangan fokus di rumah pasien dan di sekitar tempat

tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB)

Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media

Apabila dari hasil penyelidikan epidemiologi diperoleh data adanya risiko penularan

DBD, maka Puskesmas/Dinkes Dati II akan melakukan langkah-langkah upaya

penanggulangan berupa

Foging fokus

Abatisasi selektif, tujuan abatisasi ialah membunuh larva dengan butir-butir

abate sand granule (SG) 1% pada tempat penyimpanan air dengan dosis ppm (part

per million), yaitu 10 gram meter 100 liter air

Menggalakkan masyarakat untuk melakukan kerja bakti dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN).

DAFTAR PUSTAKA

1. Soegijanto Soegeng, Prof.DR.H,dr,SpA(K),dkk. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa &

Penatalaksanaan. Salemba Medika, Jakarta, 2002, hal:45-67

Page 17: Lapsus Dhf

17

2. Herry Garna. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. RS Dr Hasan Sadikin

Bandung, 2005.hal:247-254.

3. Pedoman Diagnosis Dan Terapi,Bagian Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 3,RSU Dr. Soetomo.

Surabaya, hal:104-110.

4. H.Rampengan.T. Prof.Dr,SpA(K). Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. Penerbit

EGC.Jakarta,2007. hal:122-128.

5. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Penerbit IDAI. Jakarta, 2010. hal:155-

181

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ilmu

Kesehatan Anak. Jilid 2. Penerbit Infomedika. Jakarta. 1985,hal: 607-621.

7. Behrman E Richard MD. Dengue Haemorrhagic Fever Nelson Ilmu Kesehatan Anak,

Volume 2, Bab 193, Edisi 15, Penerbit EGC,1999. hal:1132-1134.

8. World Health Organisation, Diagnosis Pengobatan Pencegahan dan Pengendalian

Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Penerbit EGC

17