Lapsus Dhf
-
Upload
heather-griffith -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of Lapsus Dhf
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. “HBF”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. “K”
Pekerjaan Ayah : Buruh Tani
Pendidikan Terakhir Ayah : SMP
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. “S”
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Terakhir Ibu : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sumurgeneng RT.02, RW.05, Kec.Jenu, Kab.Tuban
Tanggal MRS : 10-11-2011
Tanggal Pemeriksaan : 10-11-2011
I.2 HETEROANAMNESA
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan panas ± 5 hari, panas mendadak hari pertama terus
menerus selama 1 hari, kemudian naik-turun, panas terutama pada malam hari, muntah
5x dalam sehari, berupa makanan dan air, mual (+), badan terasa lemes, perut terasa
nyeri, nafsu makan menurun, BAB (-) ± 5 hari, BAK (+) lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Dikatakan ibu 1 bulan yang lalu pasien sakit cacar, sejak kecil pasien sering sakit batuk
pilek
Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di Bidan, lahir 9 bulan, normal, berat badan lahir 3000 gram
1
2
Riwayat Gizi dan Makanan :
Sebelum sakit pasien nafsu makan banyak, makan sayur-sayuran, tempe dan ikan,
jarang daging karena tidak mampu beli
Riwayat Imunisasi :
Dikatakan ibu pasien sudah diberikan imunisasi lengkap, tetapi tidak bawa Kartu
Menuju Sehat, dikatakan ibu kartu hilang.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : komposmentis
Suhu badan : 37,7 OC
Nadi : 88 kali / menit
Pernafasan : 24 kali / menit
Berat Badan : 15000 gram
Gizi : cukup dilihat dari postur tubuh
Kepala dan leher
Kepala : Bentuk dan ukuran kepala dalam batas normal, rambut warna hitam
dan lebat
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Tidak terdapat sianosis pada bibir, lidah kotor (-)
Leher : Letak trakea simetris, di tengah (tidak didapatkan deviasi), tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, Rhonki : -/-, Wheezing : -/-
Suara jantung S1,S2 tunggal
3
Abdomen
Inspeksi : Sejajar dinding thorax
Palpasi : Nyeri tekan (+) seluruh kuadran, supel
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Bising usus (+)
Ekstremitas
Akral hangat pada kedua ekstremitas, tidak ada oedem
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab (IGD) tanggal 10-11-2011 jam 23:24 WIB.
Hb : 14,6 g/dl
PCV : 58,8 %
Eritrosit : 6.980.000 /cmm
Leukosit : 6.800 /cmm
Trombosit : 43.000 /cmm
Glukosa sewaktu : 56 mg/dl
IMUNOLOGI
Widal A : Negatif
Widal B : Negatif
Widal H : Negatif
Widal O : Negatif
I.4 ASSESMENT
Observasi febris hari ke 5 + Konstipasi
I.5 PLANNING
Terapi dari IGD
Infus KAEN 1B 10 tetes/menit
Microlax supp ( bila BAB (-) )
Injeksi Taxegram 2x300 mg
Injeksi Antrain 3x200 mg
4
I.6 Follow Up
Tanggal S O A P
11-11-2011
Jam 20.50
Perawatan hari pertama
Panas (+) naik turun,
muntah (+) tiap makan,
mual (-), BAB (+) tadi
malam, BAK (+) lancar,
nafsu makan menurun, perut
masih terasa nyeri
Lapor hasil laborat
Hb : 10,6 g/dl
PCV : 38,6 %
KU:Lemah,
Komposmentis
TTV :
HR: 88 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 37,6oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(+)seluruh kuadran,
supel, tympani, BU
(+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
TTV :
HR: 104x/menit
RR: 40x/menit
Obs.febris hari
ke 6
Tx sesuai Advis
dr.Sp.Anak
1 jam pertama: Tetra
Hes 150 cc selama 1
jam
1 jam berikutnya:
Tetra Hes 150 cc
selama 1 jam
1 jam berikutnya:
Tetra Hes 150 cc
selama 1 jam
Inf Asering 15 tpm
Inj Phycin 3x500mg
Diet 3xNasi Tim
Lab DL ulang setelah
6 jam
Advis dr.Sp.Anak
Terapi tetap
6 jam lagi Lab DL
5
Eritrosit : 4.600.000 /cmm
Leukosit : 5.500 /cmm
Trombosit : 20.000 /cmm
Suhu: 36,1oC
12-11-2011
Jam 05.20
Lapor hasil laborat
Hb : 12,2 g/dl
PCV : 36,2 %
Eritrosit : 4.900.000 /cmm
Hitung Jenis Sel :
2/-/3/46/42/7
Leukosit : 6.500 /cmm
Trombosit : 23.000 /cmm
TTV :
HR : 100 x/menit
RR : 36 x/menit
Suhu : 36,5oC
Lapor dr.Sp.Anak
tidak terhubung 2x
12-11-2011
Jam 07.00
Perawatan hari ke 2
Panas (+) berkurang, kejang
(-), mual (-), muntah (-),
BAB (-) pagi ini, BAK (+)
lancar, nafsu makan sedikit
KU:Lemah,
Komposmentis
TTV :
HR: 100 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 36,8oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(+)seluruh kuadran,
hepar teraba 2 jari
dibawah arcus
costa, lien tidak
Observasi
DHF
Infus Asering 15 tpm
Inj Phycin 3x500mg
Inj Antrain 3x200mg
(bila panas)
Diet 3xNasi Tim
6
Jam 10.30 Seluruh badan tampak
bintik-bintik kemerahan
teraba, supel,
tympani, BU (+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
Lapor dr.Sp.Anak
Transfusi FFP 150 cc
13-11-2011 Perawatan hari ke 3
Sudah tidak panas, Mual (-),
Muntah (-), nafsu makan
biasa, pusing (-),BAB (-) 2
hari ini, BAK (+) lancar
KU:cukup,
Komposmentis
TTV :
HR: 120 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 36,2oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(+)seluruh kuadran,
hepar teraba 2 jari
dibawah arcus
costa, lien tidak
DHF Infus Asering 15 tpm
Inj Phycin 3x500mg
Inj Antrain 3x200mg
(bila panas)
Diet 3xNasi Tim
Post transfusi FFP
150 cc (jam 00.10)
7
teraba, supel,
tympani, BU (+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
14-11-2011 Perawatan hari ke 4
Sudah tidak panas, Mual (-),
Muntah (-), nafsu makan
biasa, BAB (-) 3 hari ini,
BAK (+) lancar
KU:cukup,
Komposmentis
TTV :
HR: 100 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 36,2oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(-),lien tidak teraba,
supel, tympani, BU
(+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
DHF Infus D5½ 15 tpm
Inj Phycin 3x500mg
Diet 3xNasi Tim
Cek DL
8
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
15-11-2011
Jam 07.00
Jam 10:15
Perawatan hari ke 5
Sudah tidak panas, Mual (-),
Muntah (-), nafsu makan
meningkat, pusing (-),BAB
(-) 4 hari ini, BAK (+)
lancar
Hasil Laborat terakhir
KU:cukup,
Komposmentis
TTV :
HR: 110 x/menit
RR: 26 x/menit
Suhu: 36,3oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(-),lien tidak teraba,
supel, tympani, BU
(+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
DHF Infus D5 ½ 15 tpm
Inj Phycin 3x500mg
Diet 3xNasi Tim
Hb : 12,5 g/dl
LED : 14/25 mm/jam
PCV : 32,8%
9
Eritrosit:
4.480.000 /cmm
Hitung Jenis Sel :
-/-/-/61/36/3
Leukosit :
6.300 /cmm
Trombosit :
150.000 /cmm
16-11-2011 Perawatan hari ke 6
Sudah tidak ada keluhan,
nafsu makan meningkat,
BAB (-) 5 hari ini, BAK (+)
lancar
KU:cukup,
Komposmentis
TTV :
HR: 110 x/menit
RR: 26 x/menit
Suhu: 36,3oC
BB: 15000 gram
Kepala/leher:
Anemis: (-),
Ikterus (-), Cianosis
(-), Dypsnea (-)
Thorax:
Simetris,retraksi (-)
Nyeri tekan (-),
sonor, suara nafas
vesikuler, rhonki
-/-, wheezing -/-
Abdomen:
Sejajar dinding
thorax, nyeri tekan
(-),lien tidak teraba,
supel, tympani, BU
(+)
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
pada kedua
ekstremitas
DHF Pasien dipulangkan
10
Oedem (-) pada
kedua ekstremitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PENDAHULUAN (1,2,3)
11
Demam Berdarah Dengue / DBD (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF) adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom
renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian.1 Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu varian klinis infeksi virus
dengue yang ditandai panas 2-7 hari dan pada saat panas turun disertai dengan
gangguan hemostatik dan kebocoran plasma dengan tanda adanya peningkatan
hematokrit.2,3
II.2 ETIOLOGI (4,6,7,8)
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk yang merupakan kelompok arbovirus yaitu virus
single stranded RNA. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai
imunitas silang yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini semua
terdapat di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat. Beberapa nyamuk telah diketahui sebagai vektor
virus dengue. Di Indonesia, 2 jenis nyamuk diperkirakan sebagai vektor utama yaitu
Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Replikasi dan transmisi dari virus dengue:
Virus dengue ditransmisikan ke manusia melalui saliva nyamuk ( gigitan
nyamuk) lalu virus akan bereplikasi pada organ target dan menginfeksi sel darah putih
dan jaringan limfatik, virus kemudian dilepaskan dan bersirkulasi di darah. Ketika
nyamuk menggigit manusia akan menyerap virus dalam darah, penularan dari manusia
kepada nyamuk hanya akan terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Virus akan bereplikasi di usus nyamuk dan organ lain nyamuk dan menginfeksi
kelenjar ludah nyamuk dan bereplikasi pada kelenjar ludah nyamuk.
II.3 EPIDEMIOLOGI (6,7)
Demam Berdarah Dengue terjadi di daerah endemik di Asia tropik, dimana
suhu panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes
11
12
aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini infeksi dengan virus dengue dari semua
tipe sering terjadi. Di Indonesia, DHF telah dilaporkan terdapat disemua propinsi.
Pengaruh musim terhadap Demam Berdarah Dengue tidak begitu jelas, tetapi dalam
garis besar dapat dikatakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan
September-November dan mencapai puncaknya antara bulan Maret-Mei. Jumlah kasus
di Indonesia tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk dengan angka kematian
bermakna < 2%
II.4 PATOGENESIS (2,5,6,7)
Terdapat dua hipotesis mengenai patogenesis dari Demam Berdarah Dengue :
Hipotesis infeksi heterolog sekunder
Berdasarkan hipotesis ini seseorang akan menderita DHF apabila mendapatkan
infeksi berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam jangka waktu tertentu,
yang berkisar di antara 6 bulan – 5 tahun. Pada infeksi subsequent antibodi heterolog
yang telah ada membentuk komplek dengan serotipe virus yang baru menginfeksi,
tetapi tidak menetralisir virus yang baru. Ada bukti bahwa antibodi non-netralisasi
menaikkan infeksi seluler dan memperbesar keparahan penyakit.
Pada awal stadium akut infeksi dengue sekunder, ada aktivasi cepat sistem komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding itu.
Hipotesis antibodi dependent enhacement
Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan berperan dalam mempercepat
proses replikasi virus dan monosit atau makrofag. Limfosit T helper dan T sitotoksis
berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue.
Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokinin oleh makrofag. Monosit yang terinfeksi melepaskan mediator vasoaktif yang
meningkatkan peningkatan permeabilitas vaskular dan manifestasi perdarahan.
13
II.5 MANIFESTASI KLINIS (5,6,7)
Masa inkubasi Demam Berdarah Dengue diduga merupakan masa inkubasi demam
dengue. Demam Berdarah Dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu
Fase pertama yang relatif ringan: demam mulai mendadak, malaise, muntah, nyeri
kepala, anoreksia dan batuk
Fase kedua penderita biasanya mengalami: ekstremitas dingin, lembab, badan
panas, muka merah, keringat banyak, gelisah, irritable, dan nyeri mid epigastrik.
Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai.
Tanda-tanda syok dapat terjadi: pernafasan cepat dan sering berat, nadi lemah
cepat dan kecil. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg
Hati mungkin membesar dan biasanya keras dan agak nyeri. Fase ini biasanya
terjadi pada hari ke 3-7 perjalanan penyakit.
II.6 DIAGNOSIS (1,2,3,4,5,6,7,8)
Dasar diagnosis Demam Berdarah Dengue berdasar WHO (1975), sebagai berikut:
Klinik
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniket positif dan salah
satu bentuk lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, dan perdarahan gusi),
hematemesis dan atau melena.
3. Pembesaran hati
4. Renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistole
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita menjadi gelisah,
timbul sianosis di sekitar mulut.
Kriteria laboratorium:
Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan nilai hematokrit ≥ 20%
Pemeriksaan Radiologis
14
Pemeriksaan foto thorax dilakukan untuk mendeteksi efusi pleura, terutama pada kasus
dugaan kebocoran plasma (plasma leakage) tidak seberapa banyak dan deteksi ascites
tidak jelas didapat.
WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi,yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
II.7 DIAGNOSIS BANDING (5)
Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang luas.
Pada hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic
thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam.
Pada hari demam ke 3-4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar,
apabila gejala klinis lain seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati
menjadi nyata.
Kesulitan kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis,
dalam hal ini trombositopenia dan hemokonsentrasi di samping penilaian gejala
lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu.
II.8 PENATALAKSANAAN (2,6)
Penatalaksanaan memerlukan evaluasi segera tanda-tanda vital dan tingkat
hemokonsentrasi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
15
DBD tanpa syok ( Derajat I dan II )
Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin
karena pengaruhnya pada koagulasi darah
Diusahakan tidak memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan untuk
mengurangi beban detoksifikasi hati
Antibiotika diberikan untuk profilaksis infeksi sekunder
Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
Cairan intravena diperlukan apabila anak terus menerus muntah, demam tinggi,
dan dehidrasi karena dapat mempercepat terjadinya syok, dan pada nilai
hematokrit yang cenderung meningkat
DBD disertai syok ( Derajat III dan IV )
Penggantian volume plasma segera ( cairan kristaloid isotonis) ringer
laktat/ringer asetat/NaCl 0,9% 10-20 ml/kgBB secepatnya dalam bolus 30 menit.
Apabila syok belum teratasi tambahkan cairan koloid 10 ml/kgBB/jam
Oksigenasi O2 2-4 liter/menit
Indikasi pemberian darah:
Terdapat perdarahan secara klinis
Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid syok menetap dan hematokrit turun
Kadar hematokrit > 40 %
Plasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi gangguan
koagulopati pada syok yang menimbulkan perdarahan masif.
Pantau kadar hemoglobin, hematokrit, dan trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12
jam
Pantau balans cairan catat jumlah cairan yang masuk diuresis ditampung dan
jumlah perdarahan.
KRITERIA MEMULANGKAN PASIEN (5,8)
Pasien dapat dipulangkan apabila:
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Tampak perbaikan secara klinis
Hematokrit stabil
16
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000/ ul dan cenderung meningkat
Serta tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis)
PENCEGAHAN (5)
Strategi pencegahan penyakit DBD lebih ditekankan pada:
Upaya preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim
penularan penyakit di desa/kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat-pusat
penyebaran penyakit ke wilayah lainnya
Strategi ini diperkuat dengan menggalakkan pembinaan peran serta masyarakat
dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Melaksanakan penanggulangan fokus di rumah pasien dan di sekitar tempat
tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media
Apabila dari hasil penyelidikan epidemiologi diperoleh data adanya risiko penularan
DBD, maka Puskesmas/Dinkes Dati II akan melakukan langkah-langkah upaya
penanggulangan berupa
Foging fokus
Abatisasi selektif, tujuan abatisasi ialah membunuh larva dengan butir-butir
abate sand granule (SG) 1% pada tempat penyimpanan air dengan dosis ppm (part
per million), yaitu 10 gram meter 100 liter air
Menggalakkan masyarakat untuk melakukan kerja bakti dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN).
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegijanto Soegeng, Prof.DR.H,dr,SpA(K),dkk. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa &
Penatalaksanaan. Salemba Medika, Jakarta, 2002, hal:45-67
17
2. Herry Garna. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. RS Dr Hasan Sadikin
Bandung, 2005.hal:247-254.
3. Pedoman Diagnosis Dan Terapi,Bagian Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 3,RSU Dr. Soetomo.
Surabaya, hal:104-110.
4. H.Rampengan.T. Prof.Dr,SpA(K). Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. Penerbit
EGC.Jakarta,2007. hal:122-128.
5. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Penerbit IDAI. Jakarta, 2010. hal:155-
181
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ilmu
Kesehatan Anak. Jilid 2. Penerbit Infomedika. Jakarta. 1985,hal: 607-621.
7. Behrman E Richard MD. Dengue Haemorrhagic Fever Nelson Ilmu Kesehatan Anak,
Volume 2, Bab 193, Edisi 15, Penerbit EGC,1999. hal:1132-1134.
8. World Health Organisation, Diagnosis Pengobatan Pencegahan dan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Penerbit EGC
17