Lapsus Asma Bab 1

download Lapsus Asma Bab 1

of 18

description

sd

Transcript of Lapsus Asma Bab 1

BAB IPENDAHULUAN

Asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luarbiasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumapai pada anak di negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalens asma meningkat pada anak maupun dewasa. Namun, akhir-akhir ini di Amerika dilaporkan tidak terjadi peningkatan lagi di beberapa negara bagian. Prevalens total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% dewasa dan 10% pada anak).

Prevalens tersebut sangat bervariasi. Terdapat perbedaan prevelens antara negara bagian dan bahka perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu negara. Di Indonesia dalam dekade terakhir ini prevalensi asma bronkial cenderung meningkat, sehingga masalah penanggulangan asma menjadi masalah yang menarik. Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh di Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita asma. Hal ini antara lain disebabkan karena kurang tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita Bertambahnya pengetahuan dalam patogenesis asma mempunyai dampak positif terhadap penatalaksanaan asma. Ketika asma dianggap hanya sebagai suatu penyakit alergi, antihistamin dan kortikosteroid merupakan obat yang selalu digunakan dalam penatalaksanaan asma. Saat ini telah ditemukan konsep baru patogenesis asma bronkial sehingga mempengaruhi pola pengobatan asma.3,4,6,8Penyebab Asma masih belum jelas, diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus). Hiperaktivitas bronkus ini belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan sebagian adregenik, kurangnya enzim adenilklase dan meningginya tonus sistem paraimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjjai spasme bronkus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritablitas tersebut. Faktor genetik, biokimawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama

: An. A.M.T.W

No. RM

: 07 53 01Tanggal lahir/Umur: 10 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: islam

Anak ke

: 3 dari 4 saudara

Alamat Orang Tua

: jln. Panco marg no.13

Bangsa/suku

: Indonesia

BBL/PBL

: 24kg/-cm

Ruang perawatan

: Bangsal Melati III2

Jam periksa

: 11.30 WITII. Identitas Orang Tua/Wali:

AyahNama: Tn. A.N

Umur: 46 tahun

Pekerjaan: wiraswasta

Ibu:

Nama: Ny. H

Umur: 45 tahun

Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaIII. ANAMNESIS

Keluhan utama

: sesak nafasRiwayat penyakit sekarang:Dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak muncul saat pagi hari dan terpapar udara dingin, batuk lendir warna putih, flu, nyeri dada (-), sakit kepala (-) dan terdengar suara mengi saat bernafas. Sesak muncul disertai demam. Menggigil (-), kejang (-), sakit kepala (-), muntah 3x, mual (-), makan/minum baik dan BAB/BAK lancar. Riwayat pengobatan sebelumnya:Tidak ada

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama 2 bulan yang laluRiwayat keluarga: Riwayar Asma yaitu pada Ayah pasien, tapi intensitasnya tidak terlalu seringIV. Riwayat kehamilan dan Persalinan A. Riwayat Perkembangan dan tumbuh kembang

Riwayat perkembangan:

Pasien lahir di rumah sakit ditolong oleh bidan dilahirkan secara spontan dan air ketubah berwarna jernih. BBL 2500 gr, PBL 49 cm. Diagnosis lahir BCB-SMK, riwayat Pemberian vitamin K (+), riwayat ibu keguguran tidak ada. Riwayat berbalik saat 3 bulan, duduk saat 7 bulan, berdiri saat 9 bulan, gigi pertama pasien muncul saat berumur 10 bulan, dan mulai berbicara saat 12 bulan. Status ASI mulai dari 0-7 bulan, mulai makan makanan lunak pada usia 6 bulan.

Tengkurap: lupa (normal usia 1-2,4 bulan)

Merangkak: lupa (normal usia 5-8 bulan)

Duduk

: lupa (normal usia 6,8-8,3 bulan)

Berdiri

: lupa (normal usia 9,5-12,5 bulan)

Berjalan: lupa (normal usia 10,2-13,1 bulan)V. Status imunisasi:

BCG:Umur 0 bulan

Polio: umur 0 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan

Hepatitis: umur 0,2, 4, 6 bulan

DPT: umur 2, 3, 4 bulan

Campak: umur 9 bulanMakananAnak mendapat ASI sejak lahir sampai usia 2 bulan dilanjutkan dengan susu formula. Saat usia 1 tahun anak mulai makan bubur SUN sampai usia 1,5 tahun. Pada usia 1,5 2 tahun anak makan bubur. Usia 2 tahun sampai sekarang anak makan nasi biasa, dengan frekuensi 3 kali sehari. Anak suka makan ikan, telur, daging, sayur, buah. VI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: Sakit sedangKesadaran: Compos Mentis (GCS E4V5M6)Tanda Vital: Tekanan Darah: 100/60 mmHg, Nadi: 98 x/menit, Pernapasan: 29 x/menit, suhu: 6,60C2. Status Gizi

Berat Badan: 24Kg

Tinggi Badan: 131 cm

BB ideal: 26 kgTB ideal: 131 cmBB/TB: 108% ( gizi baik)TB/U

: 100% ( normal)3. Kulit

Warna : putih

Sianosis: tidak ada

Hemangioma: tidak ada

Turgor: normal

Kelembaban: cukup

Pucat

: tidak ada4. Kepala

Bentuk

: normocephal Rambut:hitam , tidak jarang, tidak mudah dicabut

Lingkar kepala : 53 cm

5. Wajah a. Mata

: cekung (-)palpebra edema -/-konjungtiva anemis -/-sklera ikterik -/-refleks pupil +/+, isokor.b. Telinga

Bentuk : simetrisSekret: tidak adaNyeri: tidak ada

c. Hidung Bentuk: simetrisPernapasan cuping hidung: tidak adaEpsistaksis: tidak adaSekret: tidak ada d. Mulut Bentuk: normalBibir: mukosa bibir bawah basah, sianosis tidak adaGusi: tidak mudah berdarah dan pembekakan tidak ada22122122

22122122

Gigi

e. Lidah bentuk : normalpucat/tidak: tidak pucatkotor/tidak: tidak kotorwarna : kemerahan f. Faring Hiperemi: (-)

Edema

: tidak ada

Membran/ pseudo membran : (-)

g. Tonsil

Warna

: hiperemis (-)

Pembesaran: T1/T1Kripta/ detritus: (-/-)

Abses/ tidak: tidak ada

Membran/ pseudo membran : (-)

h. Uvula

Warna

: hiperemis (-)

Letak

: di tengah

Edema

: (-)6. Leher

Vena jugularis: pulsasi: tidak terlihat

Tekanan: tidak meningkat

Pembesaran kelenjar leher: tidak adaKaku kuduk

: tidak ada

Torikolis

: tidak ada

7. Thoraks

a. Dinding dada/ paru

Inspeksi: retraksi +/+Palpasi:fremitus fokal: simetris, nyeri tekan -/-

Perkusi:hipersonor +/+Auskultasi: suara dasar: vesikuler +/+

Suara tambahan: rhonki -/-, wheezing +/+

b. Jantung

Inspeksi: iktus

: tidak terlihat

Palpasi :Apeks

: tidak teraba

Thrill

: tidak ada

Perkusi:batas kanan : ICS IV linea Parastrenalis dextra

Batas kiri: ICS V linea Midklavikula sinistra

Batas atas: ICS II linea parasentranalis dextraAuskultasi:suara dasar: BJ I-II murni, regular

Bising

: tidak adac. Abdomen Inspeksi: bentuk: datar

Auskultasi: peristaltik usus (+) normal

Perkusi: timpani

Palpasi: hati: tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal: Nyeri ketok (-)

Massa: tidak ada

8. Ekstremitas: akral hangat, sianosis (-), CRT < 2, Lingkar lengan atas: 18cm9. Neurologi Tanda LenganTungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal Normal Normal Normal

TonusNormalNormalNormalNormal

Trofi- ---

Klonus----

Refleks fisiologisBPR (+)

TPR (+)BPR (+)

TPR (+)KPR (+)TPR (+)KPR (+)APR (+)

Refleks patologisHoffman tromner (-)

Leri (-)

Meyer (-)Hoffman tromner (-)

Leri (-)

Meyer (-)Babinsky (-)Chaddok (-)

Oppenheim (-)Babinsky (-)

Chaddok (-)

Oppenheim (-)

SensibilitasNormalNormal Normal Normal

Tanda meningeal - ---

10. Susunan saraf

: N.cranialis I- XII normal11. Genitalia

: tidak ada kelainan

12. Anus

: tidak ada kelainan VII. RESUMESeorang anak laki-laki 10 tahun dengan BB 24 kg diantar oleh ibunya dengan keluhan sesak nafas yang dialami 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini muncul pada saat pasien terpapar udara dingin. Sesak muncul diserati demam, batuk lendir berwarna putih, flu, muntah 3x dan terdengar suara mengi saat pasien bernafas. Menurut keterangan ibu pasien sebelum ke rumah sakit pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri semua badan. Berdasarkan anamnesis yang dilakukan dengan ibu pasien diketahui pasien sering masuk Rumah Sakit dengan keluhan yang sama pernah terjadi 2 bulan yang lalu. Menurut keterangan dari ibu pasien ayah pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan darah: 100/60 mmHg, nadi: 98x/m, pernafasan: 29 x/m, dan 36,60c. Pada pemeriksaan auskultasi pada paru ditemukan bunyi wheezing pada kedua paru.VIII. DIAGNOSA KERJA: Asma Bronkial IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium (10/03/2015)Darah rutinHasilNilai Rujukan

WBC18,4x1033,70-10,2 x103/ul

NEU14,11,63-6,96 %

MONO1,234,40-12,7%

EOS0,004,600-7,30%

BASO0,650,00-,1,70%

RBC58,14,06-5,58x106/ul

HGB13,212,9-15,9 g/dl

HCT41,737,7-53,7 %

MCV71,881,1-96,0 fl

MCHC31,731.8-35,4 g/dl

RDW12,311,5-14,5%

PLT628x103155-366x103ul

MPV5,93 fl6,90-10,6 fl

X. PENATALAKSANAAN IVFD RL 12 tpm

Nebulizer / 8 jam (varbifen amp+5 cc NaCl)

Sabutamol 2 mg 3x1

Ambroxol syrp 3x1

Methylprdnisolon 1 amp 12 jamXI. FOLLOW UPTanggalSubjektive (S), objective (O), Assasement (A)Planning

09/03/2015

Pkl: 06.00 WIT S: batuk lendir (+), sesak (+), panas (-), BAB (-) 2 hari, makan/minum lancar, BAK lancarO: TD: 100/60 mmHg, N: 98x/m, P: 29x/m, S: 36,60C

Mata: CA -/-, SI -/-

Mulut: sianosis (-), kering (-)

Thorax: datar, NT(-), Vesikuler, Rh (-/-), Wh (+/+)

A : Asma BronchialeR/ IVFD RL 12 tpm

Nebulizer / 8 jam (varbifen amp+5 cc)

Sabutamol 2 mg 3x1

Ambroxol syrp 3x1

Methylprdnisolon 1 amp 12 jam

10 03 2015

Pkl: 06.00 wita S: batuk lendir (+), sesak (-), panas (-), makan/minum lancar, BAK /BAB lancar

O: TD: 110/70 mmHg, N: 100x/m, P: 25x/m, S: 36,60C

Mata: CA -/-, SI -/-

Mulut: sianosis (-), kering (-)

Thorax: datar, NT(-), Vesikuler, Rh (-/-), Wh (+/+)

A : Asma Bronchiale

R/ Aff infus

Nebulizer

Tiamnisolon tab 4 mg 2x

Salbutamol tab 25 mg 3x1

Ambroxol syrp 3x1 cth

BLPL

XII. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad Functionam: bonam

Quo ad sanationam: bonam BAB II

DISKUSI

Seorang anak laki-laki 9 tahun dengan BB 24 kg diantar oleh ibunya dengan keluhan sesak nafas yang dialami 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini muncul pada saat pasien terpapar udara dingin. Sesak muncul diserati demam, batuk lendir berwarna putih, flu, muntah 3x dan terdengar suara mengi saat pasien bernafas. Menurut keterangan ibu pasien sebelum ke rumah sakit pasien juga mengeluh nyeri kepala, nyeri semua badan. Berdasarkan anamnesis yang dilakukan dengan ibu pasien diketahui pasien sering masuk Rumah Sakit dengan keluhan yang sama pernah terjadi 2 bulan yang lalu. Menurut keterangan dari ibu pasien ayah pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pada kasus ini pasien langsung didiagnosis dengan Asma Bronkial atas alasan berikut. Asma bronchial merupakan Penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luarbiasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Pada pasien ini keluhan yang sudah diderita oleh pasien sejak umur 5 tahun. Secara teori penyebab Asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus). Hiperaktivitas bronkus ini belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga karena adanya hambatan sebagian adregenik, kurangnya enzim adenilklase dan meningginya tonus sistem paraimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjjai spasme bronkus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau iritablitas tersebut. Faktor genetik, biokimawi, saraf otonom, imunologis, infeksi, endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma. Pada kasus ini salah satu pencetus pada terjadinya serangan asma karena adanya faktor lingkungan yaitu tepapar udara dingin, dan menurut keterangan ibu pasien, ayah pasien juga memiliki penyakit asma. Derajat Asma dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:1. Asma episodik jarang

Merupakan 75% populasi pada anak. Ditadai oleh adanya episode < 1x tiap 4-6 minggu, mengi stelah aktivitas berat, tidak terdapat gejala di antara episode serangan, dan fungsi paru normal di antara serangan. Tetapi profilaksis tidak dibutuhkan pada kelompok ini. Pada asma episodik jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala-gejala lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar 3-4 hari,. Sedangkan batuk-batuknya, dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini. Tumbuh kembang pada anak biasanya baik. Diluar serangan tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.2. Asma episodik sering

Merupakan 20% populasi asma. Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering dan timbulnya mengi pada aktivitas sedang, tetapi dapat dicegah dengan pemberian agonis 2. Gejala dapat dikurangi dari 1x/minggu dan fungsi paru di antara serangan normal. Tapi profilaksis sangat dibutuhkan. Pada golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan udara, adanya alergen, aktivita fisik dan stres. Banyak kasus yang tidak jelas pencetusnya. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik atau perisisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam haru dengan batuk dan mengi yang menganggu tidur. 3. Asma peristen

Terjadi pada sekitar 5% anak asma. Ditandai oleh seringnya epsidoe akut, mengi pada aktivitas ringan, dan diantara interval gejala dibutuhkan agonis 2 lebih dari 3 kali/minggu karena anak terbangun di malam hari atau dada terasa berat di pagi hari. Terapi profilaksis sangat dibutuhkan. Pada anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 tahun. 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan pada 50% sisanya serangannya episodik. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang perisestin dan hampir mendapat mengi tiap hari. Pada kasus ini, pasien termasuk pada golongan Asma episodik jarang karena pada anamnesis ditemukan gejala sesak pada malam hari, dan serang terjadi lebih sering dan timbul saat pasien terpapar cuaca dan setelah melakukan aktivitas berat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan Darah: 100/60 mmHg, Nadi: 98 x/menit, Pernapasan: 35 x/menit, dan Suhu: 36,60C, pada pemeriksaan thorax inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar. , pada perkusi ditemukan hipersonor seluruh thoraks dan pada auskultasi ditemukan wheezing pada kedua paru. Sehingga dari pemeriksaan pasien didiagnosis dengan Asma dengan derajat sedang episode jarang.

Pada penyakit Asma dilakukan pemeriksaan penunjang anatara lain:

1. Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan fungsi paru mulai dari pengukuran sederhana , yaitu peak expiratory flow rate (PEFR) atau arus puncak ekspirasi (APE), pulse oxymetri, spirometri, sampai pengukuran yang kompleks yaitu muscle strengh testing, volume paru absolut, serta kapasitas difusi. Pemeriksaan fungsi paru yang obyektif dan lengkap dapat bermanfaat dalam evaluasi diagnostik anak dengan batuk, mengi rekuren, aktivitas terbatas, dan keadaan lain yang berkaitan dengan sistem respiratorik. Pemeriksaan fungsi paru ini terutama bermanfaat apabila ada manifestasi gejala asma yang tidak khas. Kebanyakan uji fungsi paru mengevaluasi satu atau lebih aspek fungsi paru, yaitu: 1) volume paru, 2) fungsi jalan paru, 3) pertukaran gas. Pengukuran volume paru bermanfaat pada penyakit kelemahan otot napas, deformitas dinding dadam atau penyakit intersitial paru, serta beberapa anak dengan kelainan obstruktif jalan napas. Pengukuran PEF yang diakukan seccara tidak teratur, misalnya hanya 2-3 kali dalam seminggu atau secara intermiten, tidak dapat menentukan perburukan fungsi paru lebih awal, tetapi cara ini masih dapat memberikan informasi mengenai variabilitasnya. Untuk hal ini, PEF diukur lebih baik diukur pada pagi dan malam hari pada hari yang sama dan harus dilakukan secara konsisten sebelum atau setelah pemberian bronkodilator. Jika didapatkan variabilitas diurnal > 20% (petanda ada perburukan asma), didiagnosis asma perlu dipertimbangkan. Hal ini yang harus diingat adalah bahwa pada asma intermiten atau asma berat variabilitas PEF tidak selalu ditemukan.4,5,6

Pemeriksaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan. Meskipun pemeriksaan ini digunakan sebagai salah satu parameter dan perlu diupayakan. Meskipun pemeriksaan ini digunakan sebagai saah satu parameter untuk menentukan derajat penyakit asma.4,5,6,2. Foto rontgen thoraks

Pemeriksaan ini perlu dilakukan dan pada foto akan tampak corakan paru yang meningkat. Hiperinflmasi terdapat serangan akut dan pada asma kronik atelektasis juga sering ditemukan. Setiap anak penderita asma yang berkunjung pertama kalinya perlu dibuat foto rontgen parunya. Foto ini dibuat terutama untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain. Foto perlu diulang bila ada indikasi misalnya penumonia atau penumothoraks. Rontgen foto sinus paranasal juga asmanya sulit terkontrol.1,2,3,4,53. Penilaian status alergi

Penilaian status alergi dengan kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum tidak banyak membantu diagnosis asma, tetapi pada pemeriksaan dapat membantu menentukan faktor resiko atau pencetus asma.4,5,6Pada kasus ini, pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang diatas dan hanya ditemukan pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan pada leukosit 18,4x103/ul

Tujuan tatalaksana asma pada anak secara umum adalah menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:1

1. Pasien dapat menjalani aktivitas normal seorang anak pada umumnya, termasuk bermain dan berolahraga

2. Sesedikit mungkin agka absensi sekolah

3. Gejala tidak timbul pada siang ataupun malam hari

4. Kebutuhan obat maksimal mungkin dan tidak ada serangan

5. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi yang menclok

6. Efek samping obat dapat dicegah sehingga tidak/sesedikit mungkin timbul, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Berasarkan kegunaannya secara garis besar obat asma dikenal terdiri dari dua jenis yaitu obat pereda (reliever) dan obat pengontrol (controller). Obat pereda terkadang juga disebut sebagai obat pelega atau obat serangan. Obat kelompok ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma yang sedang timbul. Jika serangan sudah teratasi dan gejala sudah menghilang, obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi kronik saluran nafas. Dengan demikian, obat ini dipakai terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, bergantung pada derajat penyakit asma dan responnya terhadap pengobatan. gonis beta-2, antikolinergik, teofilin, dan kortikosteroid sistemik. Sedangkan Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma yang persisten. Obat yang termasuk dalam golongan controller adalah obat anti inflamasi seperti kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil , dan antihistamin aksi lambat. 1,2,3,4,5,6,7,8Pada kasus ini, pasien diberikan IVFD RL 12 tpm, Nebulizer / 8 jam (farbifen 2,5 ml+5 cc NaCl), Sabutamol 2 mg 3x1, Ambroxol syrp 3x1 dan dexamethasone 1/2 amp 8 jam pada hari pertama, dan dilanjutkan dengan triamnisolon 4 mg 2x tab pada pada hari ke dua. Yang dimana Varbifen dan salbutamol merupakan golongan 2-agonis Selektif. Pemberian golongan 2-agonis Selektif diberikan secara inhalan dan oral. Pemberian secara oral akan menimbulkan efek bronkodilatasi setelah 30 menit, efek puncak dicapai 2-4 jam, dan lama kerjanya sampai 5 jam. Pemberian secara inhalasi memiliki onset kerja lebih cepat (1 menit) , efek puncak dicapai dalam 10 menit dan lama kerjanya 4-6 jam. Dexamethasone dan triamnisolon sebagai golongan kortikosteroid sistemik digunakan bertujuan untuk memperbaiki serangan asma dan pemberiannya merupakan bagian tatalaksana serangan asma. Fungsi dari dexamethasone sendiri untuk mencegah progresitivitas asma, mencegah perlunya rawat inap di rumah sakit, mengurangi gejala, memperbaiki fungsi paru, serta memperbaki respon bronkodilatasi yang ditimbulkan oleh 2-agonis Selektif. Obat yang lain diberikan adalah ambroxol syrup yang dimanan merupakan golongan mukolitik. Mukolitik diberikan pada serangan asma episodik ringan dan sedang, tetapi harus hati-hati pada anak dengan refleks batuk yang tidak optimal.1,2,3,4,5,6,7

DAFTAR PUSTAKA 1. Behram K. Asma Bronkial. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak. Nelson Vol 1. Edisi 15. Jakarta: EGC; 1999.

2. Cissy B. Epodemiologi Asma Anak. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2010

3. Heda Melinda. Diagnosis Asma pada Anak. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2010

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tatalaksana Asma. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis 1. Jakarta: 2010

5. Rudolph M.A.Penyakit-penyakit saluran pernafasan. Dalam: Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol 2. Jakarta: EGC; 2006

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.Dalam: Buku Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika Jakarta; 1995

7. Meiyanti .Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronkial. [online] 2011 september 02. [cited on 2015 march 25]; [8 screens]. Available from: HYPERLINK:http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Vol.19_no.3_5.pdf8. Noah S Scheinfeld, Peditric Asthma .[online] 2014 march 30. [cited on 2015 March 2]; [4 screens]. Available from: HYPERLINK http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview

1