Laprak biokimia Darah
-
Upload
wildanul-akhyar -
Category
Documents
-
view
82 -
download
6
description
Transcript of Laprak biokimia Darah
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS
ANALISIS BIOKIMIA DARAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Biokimia Klinis pada Semester 5 Program Studi
Farmasi Angkatan 2013
OLEH
Ahmad Hasyim Abbas 1113102000010
Ahmad Wildanul A. 1113102000072
Aisyah 1113102000030
Amalia Rahmatika 1113102000053
Anggi Indah H. 1113102000041
Puspa Novadianti S. 1113102000028
KELAS B
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SEPTEMBER/2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Uji biokimia sering kali digunakan untuk pemeriksaan laboratorium yang digunakan
untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan laboratarium juga merupakan ilmu
terapan yang digunakan untuk menganalisa cairan tubuh dan jaringan untuk mendiagnosis
suatu penyakit. Beberapa contoh pemeriksaan laboratorium dilakukan melaui
prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien, misalnya
darah. Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah
mengalir diseluruh tubuh dan berhubungan langsung dengan sel-sel didalam tubuh. Darah
terbentuk dari beberapa unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan
kepingdarah. Darah merupakan salah satu bahan uji atau sampel yang diambil dari pasien
untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien. Dari sampel darah banyak uji laboratorium yang
dapat dilakukan, misalnya pemeriksaan kadar glukosa darah dan kreatinin dalam darah.
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
tenaga bagi manusia.
Kadar glukosa dalam tubuh manusia dapat digunakan untuk memprediksi
metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang ada. Pemeriksaan
laboratorium terkait pemeriksaan glukosa darah salah satu tujuannya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya penyakit diabetes mellitus pada pasien. Pada
umumnya pemeriksaan biokimia darah khususnya glukosa biasanya menggunakan
serum darah sebagai spesimen. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatinin
fosfat yang terjadi di otot sehingga merupakan zat racun dalam darah.
Kadar kreatinin akan tinggi pada orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal.
Sebagian besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan dibuang keluar bersama
urin dan tidak diserap kembali kedalam darah. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang
tiap hari bergantung pada masa otot total. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan
salah satu parameter yang sangat penting untuk mengetahui fungsi ginjal seorang pasien.
Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
apakah seseorang dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialisis atau
tidak.
Kreatinin memiliki batasan normal yang sempit, jika nilai kreatinin seseorang berada
di atas nilai normal, nilai di atas normal inilahyang semakin menunjukkan berkurangnya nilai
fungsi ginjal. Pemilihan metode juga dapat membantu proses pemeriksaan kadar kreatinin
darah. Ada dua metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan kadar kreatinin darah,
diantaranya: deproteinasi atau tanpa deproteinasi. Deproteinasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengendapkan protein ataupun senyawa kimia lain yang dapat mengganggu dalam
proses pemeriksan. Sedangkan tanpa deproteinasi dilakukan tanpa proses
pengendapanprotein, tetapi pemeriksaan kadar kreatinin darah dilakukan dalam suasana
alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan.
II. Tujuan
A. Untuk pembuatan filtrat darah bebas protein dengan metoda Folin-Wu;
B. untuk mengetahui kadar gula darah dengan metoda Folin-Wu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Analisis Biokimia Darah
A. Filtrat Darah Bebas Protein
Darah merupakan sample biologis yang biasa digunakan untuk menentukan
kadar atau uji adanya kandungan senyawa tertentu, karena didalamnya ada berbagai
komponenselular seperti sel darah merah, sel darah putih, platelet dan berbagai protein
dan berperan pada proses distribusi dan metabolisme. Protein dalam darah biasanya
akan dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu pembacaan pada proses
analisa. Protein dapat dihilangkan, salah satunya dengan zat pengendap protein seperti
asam tungstat, ammoniumklorida, asam trikloroasetat, asam perkolat, methanol dan
asetonitril yang setelah diendapkan dipisahkan dengan cara menyaring. Sampel darah
yang telah bebas protein bisa digunakan untuk menentukan kadar urea, asam urat,
glukosa, kreatinin asam amino, klorida dan non Protein Nitrogen. Proses penghilangan
protein pada darah salah satunya menggunakan metode Folin Wu. Metode ini
digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran kadar
glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula
dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi
fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada
oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier
dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang
terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
B. Glukosa Darah
1. Definisi Glukosa Darah
Glukosa (suatu glukosa monosakarida) adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa, terutamanya dalam industri panagn.
Glukosa (C6H12O6) memiliki berat molekul 180.18, termasuk dalam heksosa yaitu
monosakarida yang mengandung enam atom karbon (Lehniger, 1982).
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam
biologi. Hal itu terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan
abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi system biokimia primitif. Hal yang
lebih penting bagi organism tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereksi secara
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikolisasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. (Lehniger, 1982).
Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami
glukoneogenesis (Murrat, 2003). Glukogenesis memenuhi kebutuhan akan
glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam
makanan. Pasokan glukosa yang terus-menerus diperlukan sebagai energi,
khususnya bagi sistem syaraf dan eritrosi. Glukosa juga diperlukan didalam
jaringan adiposa sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga
mempunyai peran didalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam
sitrat di seluruh jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-staunya bahan
bakar yang memasoj energy bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray,
2003).
Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapt digunakan untuk
memprediksi metabolism yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula
yang tersedia. Jika kandungan 1 glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka
glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk
menghasilkan energy. Namun jika kandungan glukosa tersebut di bawah batas
minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa
mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukogenesis untuk
mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah (Poediadji,
1994).
Glukogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat
menjadi glukosa atau glikogen.substrat utamanya adalah asam-asam amino ,
glukogenik, laktat gliserol dan propionat. Hati dan ginjal adalah adalah jaringan
glukoneogenik utama.
Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula normal
manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80 mg/100 ml darah, tetapi sesaat
sehabis makan meningkat sampai 120 mg/ 100 ml. Glukosa bersama asam lemak
adalah molekul bahan bakar utama pemicu metabolisme makhluk hidup. Organ
pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati, otak, otot jantung dan jaringan
adiposa. Mekanisme homeostatik berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam
sel dan penggunaanya oleh jaringan tubuh. Bila kadar gula turun, mekanisme
pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis ) terbuka,
sehingga kadar normal tetap terpelihara.
Glukosa terbentuk dari dua kelompok senyawa yang menjalani
glukoneogenesis (1) kelompok yang terlibat dalam perubahan netto langsung
menjadi glukosa, termasuk sebagian besar asam amino dan propionat da (2)
kelompok yang merupakan produk metabolisme glukosa di jaringan. Oleh karena
itu, laktat yang dibentuk oleh glikolisis di otot rangka dan eritrosit, diangkut ke
hati dan ginjal tempat zat ini diubah kembali menjadi glukosa, yang kembali
tersedia melalui sirkulasi untuk oksidasi di jaringan. Proses ini dikenal sebagai
siklus Cori atau siklus asam laktat.
Menurut Villee (1999), bahwa sekresi insulin dan glukagon dikontrol
oleh kadar glukosa dalam darah. Jika kadar glukosa dalam darah naik (seumpama
setelah makan), maka sekresi insulin terangsang dan bekerja untuk
mengembalikan kadar glukosa dalam keadaan normal. Dalam otot rangka insulin
akan meningkatkan pemasokan gukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi
sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat.
Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat
setelah makan sebagai respon adanya insulin.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dl
darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-14- mg/dl pada 2 jam setelah
makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
2. Masalah Klinis Glukosa Darah
Peningkatan kadar (hyperglycaemia) diabetes mellitus, asidosis
diabetik, hiperaktivitaskelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali,
hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang
parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera
tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut,
kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome),
pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid,
furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.
Penurunan kadar (hypoglycaemia): reaksi hipoglikemik (insulin
berlebih), hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison), hipopituitarisme,
galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati,
paru-paru), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati,
beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas
berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme.
Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.
C. Kreatinin
1. Definisi Kreatinin
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombbakan kreatin fosfat yang
terjadi di otto yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang
yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin
yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan
tidak diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah asam organik bernitrogen
yang terdapat secara almi di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat membantu
menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.
Kreatin ditemukan pertama kali oleh Derek Edward Bye pada tahun
1832 sebagai komponen dari otot rangka. Nama kreatin sendiri berasal dari
bahasa yunani, dari kata kreas yang beartoi daging. Batas normal ureum : 20 – 40
mg/dl. Bats normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl (Tanyuri, 2008). Kreatinin
terbentuk akibat penguraian otot. Tingkat kreatinin dalam darah mengukur fungsi
ginjal. Tingkat yang tinggi biasanya karena masalah dalam ginjal. Rasio kadar
asam urat / kreatinin dalam urin sewaktu: rasio > 0.8 menandakan over-
production. Bila rasio ini > 0.9 menandakan adanya acute acid nephrophaty. Bila
rasio ini < 0.7, menandakan terjadinya hiperurisemia akibat gagal ginjal.
Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di
hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam
bentuk kreatin fosfat ()creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Dalam sistem ATP ( adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatine kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomelurus
dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total dari pada aktivitas otot atau tingkat metabolisme
protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin
harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cidera fisik yang berat atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Sejumlah besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi darah akan
ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali kedalam darah.
Oleh karena itu rasio konsentrasi kreatinin di dalam darah dan urin, dapat
digunakan untuk menghitung rasio tapis kreatina (bahasa Inggris: creatine
clearance, CrCl), yang setara dengan laju filtrasi glomerular (Glomerular
Filtration Rate, GFR). Menurut literatur didapatkan kadar kreatinin dalam darah
menurut pembagian umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut.
a. Dewasa laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl;
b. dewasa perempuan : 0,5-1,0 mg/dl (wanita sedikit lebih
rendah karena massa otot yang lebih rendah dari pada pria);
c. anak bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl;
d. bayi : 0,7-1,4 mg/dl;
e. anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl;
f. anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl, kadar agak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot;
g. lansia : kadarnya mungkin berkurang akibat
penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin.
Pemeriksaan urin dan darah untuk mengetahui kadar kreatinin biasanya
menggunakan metode Jaffe Kinetik. Metode ini ditemukan pertamna kali oleh
Jaffe tahun 1886. Reaksi Jaffe berdasar pada reaksi antara kreatinin dan pikrat
pada suasanan basah yang akan membentuk warna merah orannye dan terjadi
perubahan absorbsi pada panjang gelombang antara 505 nm dan 520 nm.
Keuntungan metode pikrat ialah murah, cepat, dan jumlah sampel
sedikit. Kadar normal kreatinin pada laki- laki adalah 0,6 – 1,1 mg/dl atau 16 – 24
mg/kg/hari. Pada perempuan kadar normal kreatininya adlah 0,5 – 0,9 mg/dl atau
11- 20 mg/kg/hari.
Gambar 1 Biosintesis Kreatinin
Sumber:
http://www.umich.edu/~medfit/supplementation/GIFS/biosynthesisofcreatine.gif
2. Masalah Klinis Kreatinin
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit
ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit
peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan
volume cairan). Namun, kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi
kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi
glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah
gagal ginjal akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati
diabetik, pielonefritis, eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi,
penurunan aliran darah ke ginjal (syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif),
rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus,
prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi [kadar
tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]). .
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah
amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin),
kanamisin, metisilin, simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin,
trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa, triamteren.
Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada distrofi otot (tahap akhir),
myasthenia gravis.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
I. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi;
2. mikropipet;
3. pipet;
4. gelas beaker;
5. gelas ukur;
6. spektofotometer;
7. kuvet;
8. labu ukur 10 ml;
9. kertas saring;
10. corong.
B. Bahan
1. Darah tikus;
2. Na-tungsat 10%;
3. asam sulfat;
4. pereaksi Molisch;
5. pereaksi Biuret;
6. standar glukosa 0,1g/ml;
7. aquades;
8. tembaga alkali;
9. asam fosfomolibdat;
10. standar kreatinin 0,006 mg/ml;
11. larutan pikrat alkalis;
12. NaOH 10%.
II. Cara Kerja
A. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein (Folin-Wu)
1. Diambil darah sebanyak 1 ml dengan menggunakan mikropipet;
2. dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer;
3. kemudian ditambahkan aquadest sebnyak 7 ml;
4. ditambahkan Na-tungsat 10% sebanyak 1 ml dan H2SO4 sebanyak 1 ml;
5. dihomogenkan, kemudian disaring dnegan menggunakan kertas saring yang
diletakkan diatas corong;
6. kemudian diambil filtrate darah sebanyak 1 ml;
7. ditambahakan pereaksi Biuret (CuSO4 1 ml : NaOH 1 ml).
B. Pengukuran Kadar Gula Darah (Kuantitatif)
Pada pengukuran kadar gula darah secara kuantitatif ini digunakan 4 tabung
reaksi.
1. Tabung 1
a. diambil 1ml filtrate darah Folin -Wu dengan menggunakan
mikropipet;
b. dimasukkan dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan tembaga alkalis 1 ml;
d. dipanaskan dalam air 100oC selama 8 menit, dan didinginkan selama
3 menit;
e. kemudian ditambahkan asam fosfomolibdat sebanyak 1 ml;
f. diencerkan sampai 10 ml;
g. diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.
2. Tabung 2
a. Diambil 1 ml filtrat darah Folin- Wu dengan menggunakan
mikropipet;
b. dimasukkan dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan tembaga alkalis 1 ml;
d. dipanaskan dalam air 100oC selama 8 menit, dan didinginkan selama
3 menit;
e. kemudian ditambahkan asam fosfomolibdat sebanyak 1 ml
f. diencerkan sampai 10 ml;
g. diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.
3. Tabung 3
a. Diambil 1 ml standar glukosa 0,1g/ml dengan menggunakan
mikropipet;
b. dimasukkan dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan tembaga alkalis 1 ml;
d. dipanaskan dalam air 100oC selama 8 menit, dan didinginkan selama
3 menit;
e. kemudian ditambahkan asam fosfomolibdat sebanyak 1 ml;
f. diencerkan sampai 10 ml;
g. diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.
4. Tabung 4
a. Diambil 1 ml aquadest dengan menggunakan mikropipet;
b. dimasukkan dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan tembaga alkalis 1 ml;
d. dipanaskan dalam air 100oC selama 8 menit, dan didinginkan selama
3 menit;
e. kemudian ditambahkan asam fosfomolibdat sebanyak 1 ml
f. diencerkan sampai 10 ml;
g. diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.
C. Penetapan Kadar Kreatinin Darah (Jaffe)
Pada pengukuran kadar kreatini (Jaffe) ini digunakan 3 tabung reaksi.
1. Tabung 1 (Blanko)
a. Diambil aquades sebanyak 1 ml dengan menggunakan mikropipet;
b. dimasukkan kedalam tabung reaksi;
c. ditambahkan larutan pikrat alkalis sebanyak 1 ml;
d. ditambahkan NaOH 10% sebanyak ¼ ml;
e. dihomogenkan, diamkan selama 15 menit;
f. diencerkan sampai 5 ml;
g. kemudian dibaca serapannya dalam waktu 30 menit, pada panjang
gelombang 520 nm.
2. Tabung 2 (Standar)
a. Diambil standar kreatinin 0,006 mg/ml sebanyak 1 ml dengan
menggunakan mikropipet;
b. dimasukkan ke dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan aquades sebanyak 1 ml;
d. ditambahkan larutan pikrat alkalis sebanyak 1 ml;
e. ditambahkan NaOH 10% sebanyak ¼ ml;
f. dihomogenkan, diamkan selama 15 menit;
g. diencerkan sampai 5 ml;
h. kemudian dibaca serapan dalam waktu 30 menit, pada panjang
gelombang 520 nm.
3. Tabung 3 (Uji)
a. Diambil filtrat darah Folin-Wu sebanyak 1 ml dengan menggunakan
mikropipet;
b. dimasukkan ke dalam tabung reaksi;
c. ditambahkan larutan pikrat alkalis sebanyak 1 ml;
d. ditambahkan NaOH 10% sebanyak ¼ ml;
e. dihomogenkan, diamkan selama 15 menit;
f. diencerkan sampai 5 ml;
g. kemudian dibaca serapan dalam waktu 30 menit, pada panjang
gelombang 520 nm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil
A. Filtrat Bebas Protein
Bahan Tabung
Aquadest (ml) 7
Darah (ml) 1
Na- tungstat 10 % (ml) 1
H2SO4 2/3 (ml) 1
MENCAMPUR,DI DIAMKAN 5 MENIT LALU DI SARING
Filtrat di uji dengan BIURET
Hasil pengamatan dan kesimpulan
Kelompok 2 B:
Filtrat : Bening
Filtrat + Biuret ( NaOH 10% + CuSO4 0,1 N) = bening agak biru tipis
Menandakan tidak terdapat protein
Kelompok 2 D:
Filtrat : Bening
Filtrat + Biuret (NaOH 10% + CuSO4 0,1 N) = bening agak biru tipis
Menandakan tidak terdapat protein
B. Kadar Gula Darah (Kuantitatif)
BAHANTabung
1 2 3 4
Filtrat Folin wu (ml) 2 2 _ _
Standar glukosa 0,1
g/ml (ml)_ _ 2 _
Aquadest (ml) _ _ _ 2
Tembaga alkalis
(ml)2 2 2 2
Panaskan dalam air 100o C selama 8 menit,didinginkan selama 3 menit
As.Fosfomolibdat
(ml)2 2 2 2
Diencerkan sampai 25 ml,kemudian dibaca pada λ = 420
HASIL
PENGAMATANKadar glukosa darah (mg/dl) = Ru – Rb x 0,2 x 100
Rs – Rb 0,2
Keterangan :
Ru = Absorban unknown
Rb = Absorban blanko
Rs = Absorban standar glukosa
Rb = 0,007 ; 0,007 = 0,007
Rs = 0,603 ; 0,582 = 0,5925
Ru = 0,104 ; 0,105 = 0,1045
Kadar glukosa darah (mg/dl) = 0,1045 – 0,007 x 0,2 x 100
0,5925 – 0,007 0,2
= 16,65 mg/dl
C. Penetapan Kadar Kreatinin Darah (Jaffe)
Bahan Blanko Standar 1 Uji
Filtrat Folin-Wu (ml) - - 2
Standar (ml) - 2 -
Aquadest (ml) 2 2 -
Larutan pikrat alkalis (ml) 2 2 2
NaOH 10 % (ml) 0,5 0,5 0,5
Mencampur dengan baik,didiamkan selama 15 menit,warna yang terbentuk akan stabil
selama 30 menit.Membaca serapan dalam batas waktu 30 menit pada panjang
gelombang 520
Hasil dan kesimpulan :
Kadar kreatinin darah/plasma = Au –Ab x (5x0,006) x 15 x 100 x mg/dl
As – Ab 25 (10x0,1)
Aquadest = 0,000
Blanko = 0,069 ; 0,050 = 0,0595
Standar 1 = 0,070 ; 0,068 = 0,0690
Uji 1 = 0,133 ; 0,103 = 0,1180
Kadar kreatinin darah/plasma = 0,118 – 0,0595 x (5x0,006) x 15 x 100 x mg/dl
0,0690 – 0,0595 25 (10x0,1)
= 11,0826 mg/dl
II. Pembahasan
Praktikum Biokimia klinis kali ini, mengenai pembuatan filtat darah bebas protein,
penetapan gula darah dan kreatin darah melalui metode folin –Wu. Metode folin-Wu adalah
salah satu metode uji analisa kuantitatif glukosa dalam darah dan kreatinin darah yang paling
banyak digunakan. Pada percobaan pertama mengenai pembuatan filtrat darah dengan bahan
darah hewan uji (tikus), aquadest, Na tungstat 10%, H2SO4 2/3 N. Filtrat yang dihasilkan
berwarna bening. Pada proses pembuatan filtrat ini perlu penambahan aquadest yang
bertujuan untuk mengencerkan darah agar darah tidak menggumpal. Sementara penambahan
Na tungstat bertujuan mengendapkan protein yang terlarut dalam air, dan H2SO4 berfungsi
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na tungstat. Hasil
filtrat kemudian di uji dengan larutan CuSO4 0,1 N dan NaOH 10%, uji ini untuk mengetahui
apakah filtrat yang dihasilkan masih terdapat protein atau tidak. Padapraktikum kali ini
kelompok 2 B dan D mendapatkan hasil filtrat yang sama beningnya. Filtrat yang di uji
dengan CuSO4 0,1 N dan NaOH 10% menunjukkan filtrat berwarna bening, hal ini
menandakan bahwa filtrat tidak lagi mengandung protein. Hasil filtrat darah bebas protein ini,
selanjutnya akan digunakan untuk menguji kadar glukosa dalam darah dan uji kadar kreatinin
darah.
Tahapan-tahapan penetapan kadar gula dalam darah, membuat larutan uji, larutan
standar dan larutan blangko dengan campuran filtrat, standar glukosa, aquadest, dan
penambahan tembaga alkalis (Cu2O). Selanjutnya masing-masing larutan dipanaskan selama
8 menit dalam air 1000C kemudian di dinginkan dalam air es selama 3 menit. Pemanasan ini
berfungsi untuk menambah laju reaksi Cu2O, sementara pendinginan dimaksudkan untuk
menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri. Usai pendinginan, masing-masing larutan uji,
blanko dan standar ditambahkan 2 ml asam fosfomilibdat lalu diencerkan hingga 25 ml yang
selanjutnya dibaca pada alat spektrofotometer UV – Vis 420 nm. Pada penambahan tembaga
Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap
sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan menambahkan pereaksi fosfomolibdat, kuprooksida
melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan oleh adanya
oksidasi Mo. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam
filtrat. Nilai serapan (absorbansi) dari uji adalah 0,1045 setelah dirata-ratakan (duplo); nilai
absorbansi blanko adalah 0,007 setelah dirata-ratakan (duplo) dan nilai absorbansi standar
glukosa adalah 0,5925 setelah dirata-ratakan (duplo). Jadi kadar glukosa yang didapat adalah
16,65 mg/dl sehingga dapat dikatakan bahwa kadar glukosa yang didapat ini menunjukkan
angka yang masih rasional.
Produk utama pencernaan karbohidrat dan gula sirkulasi utama adalah glukosa.
Dalam darah vena perifer, kadar normal glukosa plasma saat puasa adalah 70 – 110 mg/dl.
Dalam darah arteri, kadar glukosa plasma adalah 15-30 mg/dl (Ganong, 2008).
Pada pengujian kreatinin juga menggunakan metode Folin Wu. tahap – tahapan yang
dilakukan pada proses ini menggunakan filrat darah yang di gunakan juga harus bebas dari
protein. Pada dasarnya hal yang dilakukan sama dengan uji glukosa darah yang
membedakanya pada uji ini tidak menggunakan tembaga alkalis (Cu2O), tetapi menggunakan
larutan pikrat alkalis yang berperan untuk mengikat kreatin secara tautomer sehingga
menciptakan warna merah yang dapat dideteksi pada alat spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 520 nm. Nilai serapan (absorbansi) uji adalah 0,1180 setelah dirata-
ratakan (duplo); absorbansi blanko adalah 0,0,0595 setelah dirata-ratakan (duplo); absorbansi
standar adalah 0,0690 setelah dirata-ratakan (duplo). Sehingga kadar keratinin yang didapat
adalah 11,0826 mg/dl. Hasil yang diperoleh berada di atas batas normal yaitu 0,7 – 1,5 mg/dl.
Kadar kreatinin dalam darah adalah 1 mg/dl (Ganong, 2008).
Saat pengujian, filtrat yang dibutuhkan kurang dari yang dibutuhkan, maka
kelompok kami memutuskan untuk pembuatan larutan standar dan larutan uji dibuat setengah
dari prosedur yang telah diteteapkan begitu pula saat pengencerannya. Adapun kesalahan dari
perbedaan hasil kadar kreatinin yang didapatkan, kemungkinan karena kesalahan dari
praktikan atau kadar dan komposisi dari prosedur pembuatan yang dibuat oleh praktikan.
Kadar kreatin dalam darah tergantung dari asupan makanan dan air yang dikonsumsi, kadar
kreatin tinggi menunjukkan terjadinya kerusakan salah satu organ tubuh, yakni ginjal yang
berperan dalam proses metabolisme.
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
A. Uji Folin wu menghasilkan larutan bening tak berwarna dan setelah di uji biuret
menghasilkan lapisan biru tipis yang menandakan filtrat bebas dari protein;
B. kadar glukosa filtrat uji yang didapat adalah 16,65 mg/dl sehingga dapat
dikatakan bahwa kadar glukosa yang didapat ini menunjukkan angka yang masih
rasional;
C. kadar kreatinin filtrat uji yang diperoleh berada di atas batas normal yaitu 1,062
mg/dl (kadar kreatinin normal: 0,7 – 1,5 mg/dl). Kadar kreatinin dalam darah
tergantung dari asupan makanan dan air yang dikonsumsi, kadar kreatinin tinggi
menunjukkan terjadinya kerusakan ginjal yang berperan dalam proses
metabolisme.
II. Saran
A. Praktikan sebaiknya memakai sarung tangan karet saat mengambil darah;
B. pengambilan darah dengan menggunakan mikropipet dilakukan dengan hati-hati;
C. filtrat uji, standar, dan blanko sebaiknya langsung di baca serapannya dengan
spektrofotometer setelah didiamkan 30 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakatra: EGC, 2008.
Murray, Robert K. Biokimia Harper, 27th ed.. Jakarta: EGC, 2009.
Poedjiadji, Anna. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press, 1994.
Lampiran 1 Dokumentasi Praktikum Analisis Biokimia Darah
Proses mempipet darah
mengggunakan mikropipet
dan tip.
Darah yang telah dipipet. Akuades + darah + Na
tungstat 10% + H2SO4 2/3 N
yang didiamkan 5 menit.
Filtrat darah bebas protein. Tabung uji kreatinin. Tabung blanko kreatinin.
Hasil uji biuret (10 tetes CuSO4 + ½ ml NaOH) pada filtrat darah bebas protein.