laporan1

12
MONOGRAFI Zat Aktif :Paracetamol/acetaminophen Sifat Kimia Nama Lain : Acetaminofen, Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2] Rumus Molekul : C 8 H 9 NO 2 rumus bangun : Berat Molekul : 151 Kemurniaan : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H 9 NO 2 dihitung terhadapzat anhidrat. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Serbuk Bau : Tidak berbau Warna : Putih Rasa : Pahit Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian etanol P, 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol, dan dalam 9 bagian propilenglikol Stabilitas

description

farmasi

Transcript of laporan1

MONOGRAFI Zat Aktif :Paracetamol/acetaminophenSifat Kimia Nama Lain: Acetaminofen, Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]Rumus Molekul: C8H9NO2rumus bangun:

Berat Molekul: 151Kemurniaan : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadapzat anhidrat.Sifat FisikaOrganoleptisBentuk: Serbuk Bau: Tidak berbauWarna: PutihRasa: Pahit KelarutanLarut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian etanol P, 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol, dan dalam 9 bagian propilenglikolStabilitas Terhadap pelarut :Paracetamol sangat stabil dalam air Terhadap PH :Waktu paruh dalam larutan terdapat pada PH 6 diperkirakan selama 21,8 tahun, penurunannya dikatalisis oleh asam dan basah dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada PH 2,28 tahun pada PH 9. Terhadap cahaya : - Terhadap oksigen : -

Sifat Farmakologi Khasiat:Analgetikum dan Antipiretikum. Efektif padaberbagai jenis keadaan artritis dan rematik termasuk nyeri otot rangka juga dada, nyeri kepala, dysmenore, myralgia, dan neuralgia. Efek Samping : Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah Tempat absorpsi : Diabsorpsi cepat dan sempurna di saluran cerna Waktu paruh: Konsentrasi tertinggi dalam plasma antara 1 sampai 3 jam Interaksi obat1. Aspirin : Konsentrasi parasetamol dalam darah akan meningkat dengan adanya aspirin.2. Kloramfenikol :Parasetamol meningkatkan waktu paruh kloramfenikol.EKSIPIEN1. Zat TambahanA. Bahan penghancur (disintegrant): Amilum 1. Rumus molekul: (C6H10O5)n2. BM : 50.000 160.0003. PH : 5,5 6,5 untuk 2% b/v4. Fungsi : Glidan, diluen, binder, disinteran5. Kompresibilitas : -6. Densitas : -7. Distribusi partikel : 10 100 m 8. Rentang : 2 32 m9. Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dingin (950) dan dalam air dingin10. Organoleptis: serbuk, putih hampir putih dan pahit.11. Flowability : 10,8 11,7 g/s pati jagung.12. Stabilitas dan penyimpanan : amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari (high humidity) saat digunakan sebagai pelincir atau disintegran pada sediaan padat, amilum dipertimbangkan sebagai bahan inert dibawah kondisi penyimpanan normal. Namun larutan amilum yang dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak stabil dan rentan serangan mikroorganisme dan menyebabkan a wide voriety of starch derivatives and modified storches that have unique phisical properties. Amilum harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering.B. Bahan pengisi (diluent): Avicel PH 102 1. Sinonim: Microcrystaline selullosa2. CAS: [9000-34-6]3. Fungsi: Penghancur, pengisi4. Konsentrasi: 5-15 %5. Pemerian: Serbuk,hampir tidak berbau, hamper tidak berasa, putih.6. Kelarutan: Mudah larut dalam air.7. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.C.Bahan pengikat (binder): PVP k30 PVP (Polivinil Pyrolidone)Struktur kimia

Rumus molekul(C6H9NO)n

Nama kimia1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer [9003-39-8]

Berat molekul2500-3000000

PemerianSerbuk hakus berwarna putih hingga putih krem,tidak berbau atau hampir tidak berbau,serbuk higroskopis

KelarutanSangat larut dalam asam,kloroform , etanol 95%,keton,metanol dan air,praktis tidak larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral

Stabilitaspenurunan kelarutan povidone stabil untuk siklus pendek dari preparan Povidon mulai berwarna gelap sampai batas tertentu pada pemanasan 1500C ,dengan panas sekitar 1100C-1300C.Sterilisasi uap dari larutan berair tidak mengubah kandungan povidon,larutan berair yang peka,rentan terhadap pertumbuhn jamur dan akibatnya memerlukan penambahan bahan pengawet yang cocok

InkompatibilitasInkompatibel terhadap bahan organik dan anorganik

Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara ,sejuk dan tempat kering

Kegunaan Pengikat (0,5%-5%)

Daftar pustakaHOPE 6th edisi 2009 hal 581-582

e. Bahan pelican (lubrikan): Magnesium StearatStruktur kimia

Rumus molekulC36H70MgO4

Nama kimiaOctadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]

Berat molekul591,29

PemerianSerbuk halus berwarna putih,bau samar rasa khas

KelarutanPraktis tidak larut dalam etanol,etanol 95%,eter dan air ,sedikit larut dalm benzen hangat,dan etanol hangat 95%

StabilitasMagnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering

InkompatibilitasInkompatibel dengan asam kuat,basa, garam besi.Hindari pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,beberapa vitamin dan garam besi

Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat sejuk dan kering

Kegunaan Lubricant,0,25 % - 5,0 %

Daftar pustakaHOPE 6th edisi 2009 hal 404 405

Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari pati jagung sebanyak 15% sebagai penghancur (disintegran) PVP k30 sebanyak 5% sebagai pengikat (binder), avicel PH 101 sebagai pengisi (diluent) 15,5%, dan Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan). Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat. Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan metode granulasi basah dengan menggunakan alkohol. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip granulasi basah pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air.(Goeswin Agoes halaman : 306)Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar dari 5% .Pemilihan alkohol dalam metode granulasi basah ini tidak didasarkan pada kelarutan parasetamol sebagai zat aktif karena dalam pembuatan tablet, zat aktif tidak diharuskan untuk melarut, sehingga fungsi dari alcohol dalam granulasi basah ini adalah untuk melarutkan pengikat yaitu PVP yang merupakan zat yang larut dalam alkohol sehingga pengikat lebih mudah dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain. Digunakan bahan pengisi avicel PH karena diharapkan dihasilkan tablet yang baik dan tidak keras.Selain itu, dipilih metode granulasi basah karena, berdasarkan literatur, zat aktif yang kami gunakan ini (Parasetamol) stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan. Pada metode ini terlebih dahulu kami melakukan pencampuran bahan aktif dengan bahan pengisi (avicel PH 101) dan bahan penghancur (pati jagung) dalam wadah pencampur. Setelah semua bahan telah tercampur dengan baik (homogen), hasil pencampuran dipindahkan ke dalam mortir.Tahap selanjutnya adalah kami membuat larutan pengikat. Larutan pengikat yang ditambahkan ini memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul. Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP k30 yang dilarutkan dalam alcohol 70% sebanyak 80 mL. Setelah larutan pengikat jadi, larutan dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran serbuk fase dalam sampai terbentuk masa yang dapat dikepal.Tahap selanjutnya adalah tahapan pengayakan. Pada metode ini pengayakan dilakukan sebanyak 2 kali dan untuk pengayakan pertama digunakan ayakan yang lebih besar yaitu ayakan no.12. Setelah semua masa selesai diayak maka massa tersebut dimasukan ke dalam oven dan fluid bed dryer pada suhu 700C. Kemudian mengayak massa granul kembali dengan menggunakan ayakan yang lebih kecil, yaitu ayakan no.16. Setelah diperoleh massa granul yang kering dilakukan evaluasi terhadap granul kering yang didapat. Evaluasi granul yang dilakukan pertama kali adalah uji kadar air granul dengan menggunakan alat moisture analyzer dan didapat kadar air granul sebesar 1,15% dengan penggunaan oven selama satu jam dan kadar air 1,35% dengan penggunaan fluid bed dryer selama 15 menit. Kadar air yang kami peroleh ini sesuai dengan kadar air yang kami inginkan dan sesuai dengan literatur yang ada sehingga tidak perlu dilanjutkan pemanasan. Pengeringan granul dengan fluid bed dryer lebih cepat karena pada prinsipnya granul yang dikeringkan disemburkan sehingga pengeringan merata pada semua granul, sedangkan pengeringan granul dengan oven (tray drying) dibutuhkan waktu yang lebih lama karena pengeringan terjadi hanya pada dua sisi yaitu sisi atas dan sisi bawah sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama agar pengeringan merata pada semua granul.Setelah melalui tahap pengeringan dilakukan penimbangan kembali granul. Granul yang kami peroleh sebanya xxxgram. Setelah itu dihitung %granul dari penimbangan granul yang dihasilkan dengan penimbangan granul awal. Disini, didapatkan %granul sebesar x%Keuntungan metode granulasi basah :1. Memperoleh aliran yang baik2. Meningkatkan kompresibilitas3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai4. Mengontrol pelepasan 5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses6. Distribusi keseragaman kandungan7. Meningkatkan kecepatan disolusiKekurangan metode granulasi basah:1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi2. Biaya cukup tinggi3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

KESIMPULAN Metode pembuatan tablet yang kami pilih untuk zat aktif parasetamol adalah metode granulasi basah, karena berdasarkan literatur, zat aktif yang kami gunakan stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan Pemilihan alkohol dalam metode granulasi basah ini tidak didasarkan pada kelarutan parasetamol sebagai zat aktif tetapi untuk melarutkan pengikat yaitu PVP yang merupakan zat yang larut dalam alkohol sehingga pengikat lebih mudah dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain Kadar air yang kami peroleh ini sesuai dengan kadar air yang kami inginkan dan sesuai dengan literatur yang ada sehingga tidak perlu dilanjutkan yaitu 1,15% dengan penggunaan oven selama satu jam dan kadar air 1,35% dengan penggunaan fluid bed dryer selama 15 menit %granul yang didapatkan dalam praktikum kali ini sebesar x%

DAFTAR PUSTAKADepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indoneia,. edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan. Rowe, Raymond C, Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press.