laporan wts
-
Upload
yudistira-pandawa -
Category
Documents
-
view
245 -
download
0
Transcript of laporan wts
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja adalah Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol ) risiko yang tidak bisa diterima., Dan merupakan
bagaian dari upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
sendiri merupakan Kejadian yang tidak diduga, tidak diharapkan yang
mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan
mengakibatkan kerugian dengan korban manusia dan harta benda . Untuk
mengatasinya perlu norma keselamatan dan kesehatan kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi disebabkan beberapa penyebab yang terdiri
dari 5 golongan yaitu : golongan fisik, golongan kimia, golongan biologi,
golongan fisiologi, dan golongan psikologi.
Setiap tahun ada sekitar 1,1 juta jiwa kematian karena penyakit atau
kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data dari Internasional Labour
Organization (ILO) mengungkapkan terjadinya 250 juta kasus penyakit akibat
hubungan kerja dan menyebabkan 300.000 kematian di seluruh dunia. Setiap
tahun terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja baru. Dan hanya sedikit
pekerja yang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang
1
memadai, yaitu sekitar 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja
di negara industri.
Dari hasil laporan ILO 2002, standar keselamatan kerja di Indonesia
paling buruk di Asia Tenggara. Yang mana pada tahun 2002, sekitar 57.000
kecelakaan atau 400 kasus setiap harinya, jumlah korban kecelakaan kerja di
Indonesia adalah 40 per 100.000 pekerja, menempatkan Indonesia di peringkat 2
terburuk dari 27 negara didunia. Dari berbagai pekerjaan yang ada dan dapat
menimbulkan kecelakaan kerja, tempat penggilingan padi merupakan salah satu
pekerjaanyang dapat menimbulkan potensi kecelakaan dan bahaya kesehatan
kerja.
Penggilingan padi merupakan proses produksi beras, yang mana proses ini
padai yang berwarna kecoklatan masih berkulit akan di proses menjadi beras yang
berwarna putih akibat kulit terkelupas. Proses penggilingan padi ini meliputi
proses pelepasan kulit secara kasar, dilanjutkan proses penggilingan padi menjadi
beras setelah itu beras ditimbang dan diangkut. Dan dalam proses penggilingan
padi tersebut ada beberapa faktor yang mengganggu kesehatan karyawan , faktor
atau golongan itu antara lain seperti faktor fisik, dan ergonomi.
Karena pekerjaan penggilingan padi ini dapat menimbulkan beberapa
gangguan kesehatan, maka kami dari kelompok 14 memilih tempat penggilingan
padi sebagai tempat kerja untuk dilakukannya observasi atau work true survey
sebagai tugas dan proses pembelajaran di blok ilmu kesehatan komunitas.
2
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana proses penggilingan padi
2. Untuk mengetahui bahaya kesehatan kerja dan kecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada saat proses penggilingan padi di tempat
penggilingan padi
3. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuangan limbah yang dapat
mengganggu kesehatan di tempat penggilingan padi
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang sudah dilakukan pihak
penggilingan pada dalam mencegah bahaya kesehatan dan kecelakaan
kerja.
5. Untuk memenuhi proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung pada blok ilmu kesehatan komunitas
C. MANFAAT
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Sebagai suatu proses pembelajaran, pengetahuan dan pengalaman bagi
mahasiswa dalam bidang ilmu kedokteran okupasi yang mana disini mahasiswa
terjun langsung dalam observasi untuk mengetahui bahaya kesehatan dan
keselamatan kerja di sebuah tempat pekerjaan.
2. Manfaat bagi Perusahaan
Sebagai sebuah tolok ukur agar perusahaan bisa lebih memperhatikan cara
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi pada tempat kerjanya
sehingga dapat meminimalis kecelakaan serta gangguan kerja.
3
BAB II
HASIL KEGIATAN
A. INFORMASI UMUM
Walk through survey terhadap penggilingan padi “Mey,ms” kami
laksanakan pada tanggal 7 Mei 2013 (hanya satu kali kunjungan), tetapi 3
hari sebelumnya kami telah melakukan survey terlebih dahulu serta
meminta perizinan dari penggilingan padi tersebut.
Penggilingan padi “Mey, ms” milik bapak Makhsun yang beralamat di desa
taman sari, rt 02/01 Gedong Tataan Pesawaran Lampung adalah sebuah
tempat kerja penggilingan padi yang menerima jasa penggilingan dan
produksi padi.
Jumlah pekerja adalah 4 orang yaitu sebagai berikut :
1. Pemilik : 1 orang
2. pekerja di bidang pengilingan padi dan pengelupasan kulit padi : 1 orang
3. pekerja di bidang pengilingan padi dan pengelupasan kulit padi serta
merangkap pendistribusian : 1 orang
4
B. PROFIL PERUSAHAAN
Tempat penggilingan padi ‘Mey,Ms’ ini merupakan usaha sederhana milik
pribadi. Pemilik usaha ini bernama bapak Makhsun. usaha ini sudah berdiri sejak
30 tahun yang lalu sekitar tahun 1983. Penggilingan padi ini berkerja dalam
bidang penggilingan beras yang mana dijual dan didistributorkan ke pihak lain,
selain itu tempat penggilingan padi ini juga melayani jasa penggilingan padi bagi
para petani padi disekitar daerah setempat. Dalam proses penggilingan padi ini
dilakukan oleh 2 karyawan yang berkerja dari pagi pada pukul 09.00 WIB sampai
sore hari pukul 17.00 WIB dengan jam istirahat siang dari pukul 12.00 – 14.00
WIB. Untuk proses distributor dilakukan oleh 1 orang karyawan, namun apabila
tidak sedang mendistribusikan barang karyawan tersebut ikut membantu dalam
proses penggilingan.
Bagunan tempat penggilingan padi ini mempunyai luas sekitar 10x20 m,
di dalam bangunan ini terdapat satu ruang kecil yang digunakan sebagai ruangan
untuk menampung kulit padi yang halus (dedak ) sisa dari penggilingan padi,
selain itu didalam ruang bangunan ini terdapat tangga yang menuju ke sebuah
bilik persegi tempat pengelupasan padi, dan di samping bangunan ini terdapat
ruang kecil tempat diesel. Di dalam bangunan ini selain tedapat satu ruang kecil
serta bilik juga terdapat beberapa tumpukan karung beras dan padi, serta dua
mesin penggilingan yaitu satu mesin pengelupasan dan satu mesin penggilingan
padi. Pada mesin pengelupasan terdapat cerobong yang berbentuk tabung yang
digunakan untuk mengeluarkan kulit padi (sekam) sisa penggilingan ke dalam
5
sebuah ruangan sedang agar sekap serta debu tidak mencemari udara, dan pada
mesin penggilingan sisa kulit padi yang halus (dedak) ditampung pada ruang
kecil. Sedangkan ruangan disamping terdapat mesin diesel sebagai energi untuk
menggerakan 2 mesin penggilingan padi, dan pada bagian ada diesel terdapat
cerobong asap untuk mengeluarkan asap ke udara. Pada bangunan ini hanya
terdapat satu ventilasi yang besar pada bagian depan bangunan.
C. ALUR PRODUKSI
Proses penggilingan padi yang pertama yaitu proses pengangkutan karung
padi, karung padi di angkut menuju tempat pengelupasan padi yang berada di atas,
setelah itu padi di dalam karung dikeluarkan dan dimasukan kedalam lubang
penggilingan. Padi yang sudah terkelupas kulitnya ditampung disebuah bakul dan
6
pengankutan padi
pengelupasan kulit padi (dehusking)
whitening (pemutihan)
penimbangan beras
buangan kulit padi atau sekap dibuang ke ruangan dibelakang penggilingan padi
melalui tabung atau cerobong, setelah itu bakul yang berisi padi yang kulitnya
sebagian sudah terkelupas di angkat dan padi dituangkan pada lubang tempat
whitening (pemutihan) menjadi beras, kemudian beras di tampung didalam bakul
dan sisa kulita padi yang halus (dedak) ditampung kedalam ruangan kecil didalam
bangunan. Beras kemudian dimasukan kedalam karung sampai karung penuh
kemudian di timbang. Setelah itu padi diangkut menggunakan troli kedalam mobil
dan dilakukan pendistribusian atau dibawa pulang pemiliknya.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGGILINGAN PADI
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
agribisnis padi/perberasan di Indonesia. Peranan ini tercermin dari besarnya
jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah
sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan
antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga
merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk
dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Prospek pengembangan usaha penggilingan padi mempunyai harapan yang cukup
cerah untuk masa-masa yang akan datang karena kebutuhan akan beras masih
cukup tinggi. Jika diasumsikan penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 230
juta jiwa 85/kg/tahun/orang, makadengan kebutuhan beras per kapita sebanyak
kebutuhan beras per tahunnya sekitar 19,55 juta ton. Dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 2% pertahun tentunya hal ini harus diimbangi dengan upaya
program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebasar 2 juta ton pertahun
melalui peningkatan luas lahan, produktifitas, perbaikan penanganan pasca panen
khususnya usaha penggilingan padi dan pemasaran beras baik di dalam negeri
maupun luar negeri (ekspor).
8
Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di
Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi
besar (PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling
unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan
13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi
usaha penggilingan padi yang cukup besar. Penggilingan padi yang ada tersebut,
telah melayani puluhan juta ton produksi padi petani setiap tahunnya dari kurang
lebih 11,5 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang.
Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di
Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi
besar (PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling
unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan
13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi
usaha penggilingan padi yang cukup besar. Penggilingan padi yang ada tersebut,
telah melayani puluhan juta ton produksi padi petani setiap tahunnya dari kurang
lebih 11,5 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang.
Berdasarkan kapasitasnya, pengilingan padi atau rice mill dapat
dikelompokkan menjadi 3 katagori, yaitu rice mill skala kecil (kapasitas 0,5 ton
beras gilingan) sebagian bersar terdiri dari ERM, rice mill skala medium
(kapasitas 0,5 – 1,0 ton 1 jam) yang terdiri dari 2 tipe yaitu rice mill unit (RMU)
dan small scale rice mill 1 (SSRM), dan rice mill skala besar (kapasitas lebih dari
10 ton /jam). Industri penggilingan padi merupakan industri tertua di Indonesia
dan merupakan industri pertarna yang tergolong besar. lndustri tersebut mampu
9
menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja langsung, mengolah lebih dari 40 juta ton
gabah menjadi beras giling dengan rendemen 66 - 80 %.
Pemerintah sejak dahulu rnemprioritaskan pengembangan Small Scale
Rice Mill dan Rice Mill Unit Karena dana investasi yang diperlukan relatif rendah
sehingga para petani diharapkan mampu membeli. Dua jenis penggiling padi
tersebut memiliki hasil (milling yield) dan mutu beras yang relatif baik.
Sedangkan ERM merniliki kendala tertentu karena rendemennya rendah dan mutu
beras hasil giling juga rendah. Karena alasan tersebut pernerintah menganjurkan
untuk merehabilitasi Engelberg Rice Mil/ tersebut dengan Rubber Roll Husker
atau diubah menjadi Rice Mill Unit atau Small Scale Rice Mill
Proses penggilingan padi terdiri dari 2 tahap dasar. Dehusking
(pengupasan gabah) dan urkitenhg (pemutihan). Untuk memperoleh mutu beras
giling sangat tergantung pada peralatan pembersihan dan pemisahan komponen-
kornponennya, disamping alat dehusking dan whitening.
Berdasarkan tingkat leknologi, penggiling padi dapat dikelompokkan
menjadi 2 tipe, yang pertama Rice MiII kornersial (medium - besar) dan yang
kedua adalah penggiling jasa (custom atau'service rnijls) yang terdiri dari Rice
Mill kecil yang rnenjajakan jasa penggilingan padi datam jumlah yang kecil (i
10% dari jumlah yang tercatat)
Ada beberapa bahaya potensial yang dapat ditimbulkan di tempat
penggilingan padi, dari 5 golongan bahaya potensial tersebut bisa ditimbulkan
ditempat penggilingan padi sebagai berikut :
10
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol ) risiko yang tidak bisa diterima., Dan merupakan
bagaian dari upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
sendiri merupakan Kejadian yang tidak diduga, tidak diharapkan yang
mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan
mengakibatkan kerugian dengan korban manusia dan harta benda . Untuk
mengatasinya perlu norma keselamatan dan kesehatan kerja.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Dalam
melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan
gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh
karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun lingkungan kerja
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di
Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah
penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu
agen penyebab yang sudah diakui.
11
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work
Related Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama
dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang
mempunyai etiologi kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting
Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja
tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh
kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, dibagi menjadi 5 golongan , yaitu golongan
fisik, golongan biologi, golongan psikologi, golongan kimia, dan golongan
ergonomi.
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),
skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau
12
kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang
berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-
penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
4. Potensi bahaya fisiologis atau ergonomi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak
sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan
pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak
sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan
mesin.
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak
serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan
terjadinya stress akibat kerja.
13
Untuk mengatasi bahaya pontensial tersebut dan menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja, maka dibuatlah program K3. Menurut Dewan K3 Nasional,
program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur
produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini
meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan
K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat,
penerapan K3 dan sistem evaluasi program.
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur
yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko
dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,
meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
14
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat
pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya
program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau
dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi
bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program
keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan
pedoman dari pihak lain.
AOMA (American Occupational Medical Assosiation) dalam Soehatman
Ramli (2010) membagi komponen penting dari program K3, yaitu :
I. Komponen Pokok, meliputi:
1. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja
a. Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan
termasuk penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi pada manajemen
mengenai kemampuan seorang pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya
secara aman tanpa membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dan orang
lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor yang
diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik
15
dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh oleh pekerjaannya, evaluasi
dari macam kerja yang akan diberikan.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status
kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap kesehatannya.
c. Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau kecelakaan.
d. Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja yang
bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan akibat kerja.
2. Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk
rehabilitasinya.
3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat kerja.
4. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazard dan tindakan
pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap kesehatan.
5. Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan pengadaannya.
6. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui apakah ada
kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta pencegahannya.
7. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang belum
mendapat pemeriksaan secara toksikologis.
8. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan kerja.
9. Pemerikasaan occupational health records.
16
10. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.
11. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari ansuransi pekerja.
12. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang berhubungan
dengan kesehatan.
13. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang ada.
II. Komponen Pilihan, meliputi:
1. Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya minor dan non
occupational.
2. Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupational yang diberikan oleh
dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin, dapat disediakan/diadakan
demi mencegah hilangnya waktu kerja dan tentunya menurunkan biaya dari pekerja
itu sendiri.
3. Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu memecahkan
masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi
kesehatan/kesejahteraan serta pekerjaan.
C. KEDOKTERAN OKUPASI
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada
komunitas pekerja adalah kedokteran okupasi (occupational medicine) atau
kedokteran kerja. Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang
ditujukan kepada para pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan
17
primer (health promotion, specific protection), sekunder (early detection and
prompt treatment), dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of
premature death). Kedokteran okupasi atau kedokteran kerja juga dikenal dengan
nama hiperkes medis.
Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai risiko dan
bahaya (hazard) di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya
pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.
Dokter okupasi melakukan upaya menurunkan risiko, mencegah terjadinya
penyakit dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi setempat,
penggunaan peralatan protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan
vaksinasi. Dokter okupasi melakukan surveilans kesehatan melalui skrining/
pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan
upaya pelayanan medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan,
disfungsi sisa, dan kematian, melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi
penyakit, untuk memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masing-masing
pekerja.
Dokter okupasi juga memberikan pelayanan medis langsung kepada
pekerja yang sakit. Dokter okupasi menaksir besarnya masalah dan memberikan
pelayanan kuratif untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami pekerja. Dokter
okupasi melakukan penatalaksanaan medis terhadap gangguan-gangguan penyakit
penting yang berhubungan dengan pekerjaan, mencakup pernapasan, kulit, luka
bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan sebagainya. Dokter
18
okupasi menganalisis absensi pekerja, dan menghubungkannya dengan faktor-
faktor penyebab.
Semua kegiatan kedokteran okupasi tersebut ditujukan untuk melindungi,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Derajat kesehatan yang
optimal memberikan kontribusi bagi kinerja perusahaan, seperti produktivitas,
laba (profitability), dan kelangsungan hidup. Peningkatan derajat kesehatan
pekerja akan meningkatkan produktivitas laba, dan kelangsungan hidup
perusahaan.
19
BAB IV
DISKUSI
A. TABEL EVALUASI
Tabel 1.
Proses produksi
Bahaya Potensial Gangguan kerja
Biologi Fisik Kimia Psikososial
Ergonomi
Pengangkutan padi
Jasad renik, sepert MO dari karung yang berasal dari padi didalamnya.
Karung yg diangkut jatuh dan terkena kaki dan apabila mengguna - kan dorongan, alat dorongan bisa jatuh terkena kaki.
Tidak ada
Tidak ada
Beban berat mempengaru-hi anatomi punggung dan kaku otot.
Mengalami pegal-pegal dan sakit otot punggung.
Pengelupasan kulit padi
MO yang berasal dari padi yang akan digiling.
kaki dapat basuk ke penggilingan. Serta bising suara
Debu masuk ke saluran pernafasan
Gaji yang tidak menentu.
Tidak ada. Batuk-batuk.
20
mesinPenggilingan padi (Poles)
Tidak ada
Bising karena suara mesin
Debu yang dapat masuk ke saluran napas
Gaji yang tidak menentu dan kelelahan.
Beban berat memindahkan padi ke tempat poles.
Batuk-batuk
Penimbangan padi
Tidak ada
Bahaya kaki tertimpah karung padi
Tidak ada
Tidak ada
Beban berat
Tidak ada
Tabel 2
Proses Produksi
Yang sudah dilakuka Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi
Jumlah Pekerja
Modifikasi alat kerja
Peraturan
APD
Pengangkutan padi
Menggunakan troli
Tidak ada
Tidak ada Tertimpah karung padi, tertimpa troli padi.
1
Pengelupasan kulit padi
Sisa kulit pada di buang pada ruang yang tersedia agar tidak mencemari
Tidak ada
Menggunakan masker wajah dan penutup telinga ( kaos)
Kaki bisa masuk dan jatuh dalam mesin.
1
Penggilingan padi (Poles)
Sisa kulit yang sudah halus di kumpulkan kedalam ruang kecil agar tidak mencemari.
Tidak ada
Menggunkan masker wajah dan penutup telinga (kaos)
Saat memindahkan padi dari pengelupasan kulit ke penggilingan padi beras dalam bakul dapat jatuh dan menimpah karyawan.
1
Penimbangan padi
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Bisa tertimpah
1
21
karung padi
B. BAHAYA POTENSIAL DI PENGGILINGAN PADI
Bahaya potensial adalah bahaya yang mungkin terjadi pada sebuat tempat
atau keadaan, bahaya potensial pada penggiligan padi adalah bahaya yang
mungkin dapat ditimbukan pada tempat kerja penggiligan padi, bahaya ini
dapadisebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor fisik, dan faktor ergonomi.
Dari hasil evaluasi da observasi di tempat penggilingan padi di
penggilingan padi “Mey, ms” bahaya potensial yang dapat ditimbulkan adalah
bahaya yang disebabkan faktor fisik dan ergonomi, dengan penjelasan sebagai
berikut
1. Pengangkutan karung padi
Dari pengankutan karung padi karyawan bisa tertimpah karung
padi apabila karung padi yang dibawa terjatuh, akibatnya akan
terkena kaki yang paling mungkin terjadi atau bagian tubuh yang
lain. Jika terkena bagian tubuh maka akan terasa sakit dan bisa
mengalami trauma. Dan bahaya ergonomi yang dapat timbul yaitu
beban berat mengangkat karung akan mempengaruhi bentuk
punggung karena mengangkat karung dengan pundak, serta tangan
bisa mengalami nyeri otot apabila karung diangkat dengan
ditenteng, selain itu karena padi berasal dari sawah yang
merupakan sumber mikroorganisme maka bahaya biologis dapat
terjadi.
22
2. Pengelupasan padi
Dari pengelupasan padi bahaya fisik yang dapat terjadi pada
karyawan adalah apabila karyawan tidak hati-hati maka kaki dapat
masuk kedalam penggilingan. Kemudian kebisingan akibat bunyi
dari mesin penggilingan dapat menyebabkan gangguan pada
pendengaran, serta bahaya kimia debu yang akibat dari proses
penggilingan dapat masuk kesaluran napas dapat mengganggu
saluran napas.
3. Penggilingan padi
Dari penggilingan padi bahaya fisik dan bahaya kimia nya dapat
berupa tertimpahnya bakul yang berisikan padi hasil dari
pengelupasan yang akan dimasukan ke masin penggilingan yang
dapat menyebabkan trauma. Debu dan kebisingan akibat proses
penggilingan padi dapat mempengaruhu kesehatan, debu
mengganggu sistem pernafasan dan kebisingan gangguan
pendengaran. Bahaya ergonomi yang dapat timbul adalah beban
berat mengangkut bakul berisi padi saat akan dimasukan kedalam
lubang penggilingan, akan menyebabkan nyeri otot pada tangan.
4. Penimbangan padi
Saat penimbangan padi hal yang mungkin dapat terjadi yang timbul
dari bahaya fisik yaitu tertimpah karung beras yang dapat
mengakibatkan trauma. Dan bahaya ergonomi yang dapat
ditimbulkan adalah beban berat akibat mengangkat karung padi ke
tempat penimbangan gangguan muskuloskeletal
23
C. GANGGUAN PEKERJAAN
1. Antropometri
Setelah dilakukan pengamatan pada para pekerja di penggilingan padi
“Mey,ms”, seringkali mereka melakukan pekerjaannya dalam posisi atau
sikap tubuh yang tidak baik yaitu berdiri yang kemudian membungkuk
untuk mengangkat beras, hal ini dilakukan selama bekerja.
Dengan demikian, para pekerja mengeluhkan terjadinya berbagai
gangguan muskuloskeletal seperti sakit pinggang dan sakit punggung.
2. Beban Kerja dan Sikap Kerja
a. Permintaan dan tuntutan dari customer yang mengharuskan
pekerjaan tersebut selesai tepat pada waktu yang telah dijanjikan.
Hal ini menyebabkan pekerja merasakan beban pada pekerjaan
mereka.
b. Pegawai bekerja 8 jam per hari. Mereka bekerja dari jam 9.00-12.00
kemudian 14.00-17.00 setiap hari dari hari senin hingga minggu.
Menurut Pasal 77 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
waktu kerja adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu
untuk 6 hari kerja. Dengan demikian, dapat dikatakan pekerja rata-
24
rata telah lembur dalam pekerjaannya. Syarat lembur adalah paling
banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu, jika
melebihi ini maka pengusaha yang mempekerjakan buruh tersebut
wajib membayar upah kerja lembur. Sementara pekerja pada
perusahaan ini sudah dikatakan lembur, tetapi masih dalam batas
waktu jam kerja lembur yang ditetapkan oleh undang-undang
sehingga tidak perlu upah tambahan lembur.
Jika dikaitkan dengan waktu kerja ini, pekerja masih sering
mengeluh beban kerja yang sangat melelahkan, pekerja sering sekali
mengeluh sakit leher, pinggang, punggung, dan kaki.
3. Paparan polusi
Perkerja terutama akibat dari debu yang berasal dari proses dehuksing
dan whitening sehingga untuk mencegah paparan polusi debu tersebut
pekerja menggunakan kaos sebagai masker karena tidak disediakan
masker oleh pihak pemelik penggilingan padi.dan debu pada
penggilingan padi termasuk dalam debu organik atau debu biji-bijian
yang mana apabila terpapar terus menurus dapat menimbulkan
penumpukan disaluran napas.
4. Kebisingan
25
Terjadi pada pekerja akibat dari suara yang dikeluarkan oleh mesin
penggilingan padi, suara kebisingan ini sangat keras dan termasuk suara
yang tidak boleh didengar terlalu sering oleh indera pendengaran kita
karena akan menyebabkan gangguan pendengaran. Namun karena tidak
pernah dilakukannya pengkuran tingkat kebisingan yang dilakukan oleh
pemilik maka kami tidak mengetahui berapa besar bunyi yang
dihasilkan, namun diperkirakan kurang lebih 95 dB.
D. HAL YANG SUDAH DILAKUKAN OLEH PEMILIK PABRIK
Bapak makhsun sebagai pemilik penggilingan padi ini belum menerapkan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada pekerja nya sehingga tidak
ada aturan K3 untuk pekerja-pekerjanya. Namun ada beberapa upaya yang
dilakukan untuk menimbulkan bahaya yang dapat menimpah dan menganggu
pencemaran udara disekitar penggilingan seperti :
1. Limbah atau hasil buangan kulit padi (sekap ) atau kulit padi yang halus
(dedak) ditampung disebuah ruangan tertutup agar tidak keluar dan
mencemari udara luar.
2. Pada bagian pengelupasan padi yang berada di bagaian atas, bilik
tersebut dikelilingi oleh papan sehinnga berbentuk bilik kecil agar
karyawan tidak jatuh
3. Asap yang dihasilkan akibat diesel untuk menyalakan mesin di buang ke
udara dengan menggunakan cerobang asap yang tinggi.
4. Saat pengankutan karung beras karyawan difasilitasi dengan troli besi
agar mudah mengangkut.
26
Untuk alat pelindung diri karyawan menyediakan sendiri dengan
menggunkan kaos mereka menutupi mulut, hidung serta telinga agar
mencegah gangguan mungkin terjadi.
27
BAB V
PENGARUH KEBISINGAN DI PENGGILINGAN PADI “MEY,MS”
A. Tingkat kebisingan yang ditimbulkan pada penggilingan padi “Mey,ms”
Penggilingan padi “mey,ms” merupakan penggilingan padi yang termasuk
ramai dan sering dipergunakan para petani dalam jasa penggilingan padi. Pada
saat sedang menggiling maka mesin yang bergerak akan menimbulkan suara,
suara ini berasal dari mesin dehuksing, mesin whitening serta mesin diesel mesin
penggerak. Suara mesin yang terdengar sangat keras sehingga untuk berbicara
didalam tempat penggilingan padi harus menggunakan suara yang keras hingga
berteriak. Tingkat kebisingan pada penggilingan padi “mey,ms” tidak pernah di
ukur namun dari sumber yang kami dapat bahwa tingkat kebisingan pada
penggilingan padi sekitar 95 dB, dan tingkat kebisngan tersebut termasuk tingkat
kebisingan yang tinggi.
B. Tingkat kebisingan di penggilingan padi “mey,ms” mempengaruhi para
pekerja.
Kebisingan menurut keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup
No: KEP/48/MENLH/II, 1996 tentang baku tingkat kebisingan yaitu :”
kebisngan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang tidak menimbukan gangguan
kesehatan dan kenyamanan lingkungan.”
28
Pada penggilingan padi yang memiliki tingkat tekanan suara
hingga 92 dB dapat menjadi sebuah kebisingan yang sangat mengganggu
para pekerja khususnya mengganggu pendengaran. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi gangguan kebisingan seperti:
a. Intensitas bising
Nada dengan 100 hz dengan intensitas 85 dB jika
diperdengarkan selama 4 jam tidak akan membahayakan
derajat kebisingan, namun pada penggilingan padi yang mana
intesitasnya 95 dB yang diperdengrkan kepada perkerja selama
8 jam kerja dapat menggangu derajat kebisingan.
Nilai ambang batas kebisingan adalah faktor tempat kerja yang
dapat menerima tingkat tekanan suara yang dapat didengarkan
pekerja dalam beberapa jam yang telah ditentukan.
Jam Intesitas tekanan
suara
8 jam 85 dB
6 jam 92 dB
4 jam 95dB
3 jam 97 dB
2 jam 100 dB
1 jam 105 dB
0,5 jam 110
Jadi seharusnya pada penggilingan padi maksimal jam kerja
hanya 4 jam perhari agar tidak mengganggu pendengaran.
29
b. Sifat Bising
Bising yang didengar terus menerus akan menimbulkan bahaya
yang lebih parah daripada yang terdengar putus-putus,
sedangkan pada penggilingan padi “mey,ms” yang mana mesin
akan terus bergerak apabila ada orang yang membutuhkan jasa
penggilingan, dan biasanya akan berhenti beberapa menit saja
dalam masa jam kerja apabila tidak ada pelanggan yang akan
menggilingkan padi, jadi ditempat penggilingan padi “mey,ms”
termasuk sifat bising yang putus-putus sehingga sedikit
mengurangi resiko.
Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan
pada fungsi pendengaran manusia. Resiko terbesar adalah hilangnya
pendengaran (hearing loss) secara permanen. Dan jika resiko ini terjadi
(biasanya secara medis sudah tidak dapat diatasi/ "diobati"). sudah
barang tentu akan mengurangi efisiensi pekerjaan si penderita secara
signifikan. Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam
dua kelompok besar, yaitu:
1. Dampak auditorial (Auditory effects), dimana dampak ini
berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran,
seperti hilangnya/ berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/
berfrekuensi tinggi dalam telinga.
2. Dampak non-auditorial (Non-auditory effects). Dampak ini bersifat
psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan, stress,
dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.
30
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja:
a. Percakapan biasa (45-60 dB)
b. Bor listrik (88-98 dB)
c. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)
d. Gergaji mesin (110-115 dB)
e. Musik rock (metal) (115 dB)
f. Sirene ambulans (120 dB)
g. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)
h. Pesawat terbang jet (140 dB)
Lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB atau
kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi
tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dB selama lebih dari 8 jam
memiliki tergolong sebagai high level of noise related risks.
Formula NIOSH (National Institute of Occupational Safety & Health)
untuk menghitung waktu maksimum yang diperkenankan bagi seorang
pekerja untuk berada dalam tempat kerja dengan tingkat kebisingan tidak
aman adalah sebagai berikut:
T= 480
2( L−85/3)
Dimana:
31
T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan (dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rate
Bandingkan formula yang telah ditetapkan oleh NIOSH tersebut dengan
formula yang masih digunakan oleh OSHA, yakni:
T= 8
2( L−90)/5
Dimana:
T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan (dalam jam)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
5 = exchange rate
Indikator adanya (potensi) gangguan kebisingan beresiko tinggi
diantaranya:
a. Terdengarnya suara-suara dering/ berfrekuensi tinggi di telinga
b. Volume suara yang makin keras pada saat harus berbicara dengan
orang lain
32
c. “Mengeraskan” sumber suara hingga tingkatan tertentu yang
dianggap oleh seseorang sebagai kebisingan
Implementasi prinsip-prinsip pengendalian bahaya untuk resiko yang
disebabkan oleh kebisingan:
1. Penggantian (substitution)
a. Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan tingkat
kebisingan yang lebih rendah.
b. Mengganti “jenis proses” mesin (dengan tingkat kebisingan yang
lebih rendah) dengan fungsi proses yang sama, contohnya pengelasan
digunakan sbg penggantian proses riveting.
2. Pemisahan (separation)
a. Pemisahan fisik (physical separation)
Memindahkan mesin (sumber kebisingan) ke tempat yang lebih jauh dari
pekerja.
b. Pemisahan waktu (time separation)
Mengurangi lamanya waktu yang harus dialami oleh seorang bekerja
untuk “berhadapan” dengan kebisingan. Rotasi pekerjaan dan pengaturan
jam kerja termasuk dua cara yang biasa digunakan.
3. Perlengkapan perlindungan personnel (personnel protective
equipment/ PPE)
Penggunaan earplug dan earmuffs
4. Pengendalian administratif (administrative controls)
33
Larangan memasuki kawasan dengan tingkat kebisingan tinggi
tanpa alat pengaman
Larangan/ peringatan untuk terus mengenakan PPE selama berada
di dalam tempat dengan tingkat kebisingan tinggi
Kesimpulannya adalah para pekerja pada penggilingan padi ini sangat
berpotensi dalam bahaya kebisingan namun dari pihak perusahaan tidak
menyediakan APD yang seharusnya, walaupun para pekerja sudah
menggunakan kaos sebagai APD. Tetapi penggunaan kaos sebagai APD
tidak memenuhi standar sehingga pekerja bisa mengalami gangguan
pendengaran.
C. Gangguan yang ditimbulkan dari kebisingan.
Kebisingan dapat minimbulkan gangguan kesehatan pada manusia yang
terpapar dan dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :
a. Gangguan Fisiologis
Merupakan gangguan yang mula-mula timbul akibat bising dan secara
fisiologis fungsi pendengaran terganggu akibatnya pembicaraan tidak
dapat didengar dengan jelas.gangguan ini dapat mengganggu cardiac
output dan menigkatkan tekanan darah.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang yang terpapar bising dapat terganggu kejiwaannya,
gangguan kejiwaan tersebut dapat berupa stress, sulit berkonsentrasi,
dan lain-lain. Dengan akibat lebih jauh mempengaruhi kesehatan organ
yang lain.
c. Gangguan Patologi Organ
Merupakan gangguan terpapar bising paling menonjol dimana gangguan
akibat fungsi dari penedengar, pada pekerja penggilingan padi gangguan
34
ini yang sering dialami, dimana para pekerja tidak dapat mendengar orang
berbicara dengan suara biasa sehingga pada saat berkomunikasi lawan
bicara akan berbicara dengan sedikit keras.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan sesuatu yang sangat penting dan
perlu perhatian khusus, tidak hanya bagi para karyawan namun juga bagi para
pengusaha atau pemilik usaha serta bagi pelayan kesehatan setempat.
Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat penggilingan padi “ Mey, Ms “
sudah sedikit ada perhatian baik dari pemilik dan dari karyawan nya namun
belum begitu maksimal karena masih belum ada peraturan dan perhatian
khusus. Ada beberapa bahaya potensial yang dapat timbul di tempat
penggilingan padi ini seperti debu(golongan kimia), kebisingan, dan
kecelakaan lalu lintas ( golongan fisik ) serta beban berat mengangkut karung
(golongan ergonomi ), serta gaji yang tak menentu karena tidak pasti
(golongan psikologi).
Pada penggilngan padi “Mey,ms “ yang kmi fokuskan adalah bahaya fisik
berupa kebisingan yang mana dapat mengganggu kesehatan pekerja khusus
nya gangguan pendengaran dan komunikasi. Karena tingkat tekanan suara
pada penggilingan padi “Mey,ms” sekitar 92 dB yang man pekerja bekerja
selama 8 jam, sedangkan normalnya pada tempat pekerjaan yang intensitas
tekanan suaranya mencapai 92 dB maksimal waktu bekerja perhari hanya 4
jam.
36
5.2 SARAN
1. Peningkatan kesadaran bagi pekerja tentang betapa pentingnya kesehatan
dan keselamatan kerja
2. Memperhatikan masalah kesehatan mulai dari hal-hal yang sekecil apapun
3. Menjaga keamanan diri dari segala yang berbahaya.
4. Perusahaan lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja para
pekerja.
5. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yaitu
menggunakan penutup telingan dan masker yang sesuai.
“Menerapkan prinsip “mencegah lebih baik daripada mengobati”
37