laporan wts

55
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan kerja adalah Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol ) risiko yang tidak bisa diterima., Dan merupakan bagaian dari upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja sendiri merupakan Kejadian yang tidak diduga, tidak diharapkan yang mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan mengakibatkan kerugian dengan korban manusia dan harta benda . Untuk mengatasinya perlu norma keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi disebabkan beberapa penyebab yang terdiri dari 5 golongan yaitu : golongan fisik, golongan kimia, golongan biologi, golongan fisiologi, dan golongan psikologi. 1

Transcript of laporan wts

Page 1: laporan wts

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan kerja adalah Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan

menghilangkan (mengontrol ) risiko yang tidak bisa diterima., Dan merupakan

bagaian dari upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja

sendiri merupakan Kejadian yang tidak diduga, tidak diharapkan yang

mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan

mengakibatkan kerugian dengan korban manusia dan harta benda . Untuk

mengatasinya perlu norma keselamatan dan kesehatan kerja.

Kecelakaan kerja dapat terjadi disebabkan beberapa penyebab yang terdiri

dari 5 golongan yaitu : golongan fisik, golongan kimia, golongan biologi,

golongan fisiologi, dan golongan psikologi.

Setiap tahun ada sekitar 1,1 juta jiwa kematian karena penyakit atau

kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data dari Internasional Labour

Organization (ILO) mengungkapkan terjadinya 250 juta kasus penyakit akibat

hubungan kerja dan menyebabkan 300.000 kematian di seluruh dunia. Setiap

tahun terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja baru. Dan hanya sedikit

pekerja yang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang

1

Page 2: laporan wts

memadai, yaitu sekitar 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja

di negara industri.

Dari hasil laporan ILO 2002, standar keselamatan kerja di Indonesia

paling buruk di Asia Tenggara. Yang mana pada tahun 2002, sekitar 57.000

kecelakaan atau 400 kasus setiap harinya, jumlah korban kecelakaan kerja di

Indonesia adalah 40 per 100.000 pekerja, menempatkan Indonesia di peringkat 2

terburuk dari 27 negara didunia. Dari berbagai pekerjaan yang ada dan dapat

menimbulkan kecelakaan kerja, tempat penggilingan padi merupakan salah satu

pekerjaanyang dapat menimbulkan potensi kecelakaan dan bahaya kesehatan

kerja.

Penggilingan padi merupakan proses produksi beras, yang mana proses ini

padai yang berwarna kecoklatan masih berkulit akan di proses menjadi beras yang

berwarna putih akibat kulit terkelupas. Proses penggilingan padi ini meliputi

proses pelepasan kulit secara kasar, dilanjutkan proses penggilingan padi menjadi

beras setelah itu beras ditimbang dan diangkut. Dan dalam proses penggilingan

padi tersebut ada beberapa faktor yang mengganggu kesehatan karyawan , faktor

atau golongan itu antara lain seperti faktor fisik, dan ergonomi.

Karena pekerjaan penggilingan padi ini dapat menimbulkan beberapa

gangguan kesehatan, maka kami dari kelompok 14 memilih tempat penggilingan

padi sebagai tempat kerja untuk dilakukannya observasi atau work true survey

sebagai tugas dan proses pembelajaran di blok ilmu kesehatan komunitas.

2

Page 3: laporan wts

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana proses penggilingan padi

2. Untuk mengetahui bahaya kesehatan kerja dan kecelakaan kerja yang

dapat terjadi pada saat proses penggilingan padi di tempat

penggilingan padi

3. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuangan limbah yang dapat

mengganggu kesehatan di tempat penggilingan padi

4. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang sudah dilakukan pihak

penggilingan pada dalam mencegah bahaya kesehatan dan kecelakaan

kerja.

5. Untuk memenuhi proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung pada blok ilmu kesehatan komunitas

C. MANFAAT

1. Manfaat bagi Mahasiswa

Sebagai suatu proses pembelajaran, pengetahuan dan pengalaman bagi

mahasiswa dalam bidang ilmu kedokteran okupasi yang mana disini mahasiswa

terjun langsung dalam observasi untuk mengetahui bahaya kesehatan dan

keselamatan kerja di sebuah tempat pekerjaan.

2. Manfaat bagi Perusahaan

Sebagai sebuah tolok ukur agar perusahaan bisa lebih memperhatikan cara

menjaga kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi pada tempat kerjanya

sehingga dapat meminimalis kecelakaan serta gangguan kerja.

3

Page 4: laporan wts

BAB II

HASIL KEGIATAN

A. INFORMASI UMUM

Walk through survey terhadap penggilingan padi “Mey,ms” kami

laksanakan pada tanggal 7 Mei 2013 (hanya satu kali kunjungan), tetapi 3

hari sebelumnya kami telah melakukan survey terlebih dahulu serta

meminta perizinan dari penggilingan padi tersebut.

Penggilingan padi “Mey, ms” milik bapak Makhsun yang beralamat di desa

taman sari, rt 02/01 Gedong Tataan Pesawaran Lampung adalah sebuah

tempat kerja penggilingan padi yang menerima jasa penggilingan dan

produksi padi.

Jumlah pekerja adalah 4 orang yaitu sebagai berikut :

1. Pemilik : 1 orang

2. pekerja di bidang pengilingan padi dan pengelupasan kulit padi : 1 orang

3. pekerja di bidang pengilingan padi dan pengelupasan kulit padi serta

merangkap pendistribusian : 1 orang

4

Page 5: laporan wts

B. PROFIL PERUSAHAAN

Tempat penggilingan padi ‘Mey,Ms’ ini merupakan usaha sederhana milik

pribadi. Pemilik usaha ini bernama bapak Makhsun. usaha ini sudah berdiri sejak

30 tahun yang lalu sekitar tahun 1983. Penggilingan padi ini berkerja dalam

bidang penggilingan beras yang mana dijual dan didistributorkan ke pihak lain,

selain itu tempat penggilingan padi ini juga melayani jasa penggilingan padi bagi

para petani padi disekitar daerah setempat. Dalam proses penggilingan padi ini

dilakukan oleh 2 karyawan yang berkerja dari pagi pada pukul 09.00 WIB sampai

sore hari pukul 17.00 WIB dengan jam istirahat siang dari pukul 12.00 – 14.00

WIB. Untuk proses distributor dilakukan oleh 1 orang karyawan, namun apabila

tidak sedang mendistribusikan barang karyawan tersebut ikut membantu dalam

proses penggilingan.

Bagunan tempat penggilingan padi ini mempunyai luas sekitar 10x20 m,

di dalam bangunan ini terdapat satu ruang kecil yang digunakan sebagai ruangan

untuk menampung kulit padi yang halus (dedak ) sisa dari penggilingan padi,

selain itu didalam ruang bangunan ini terdapat tangga yang menuju ke sebuah

bilik persegi tempat pengelupasan padi, dan di samping bangunan ini terdapat

ruang kecil tempat diesel. Di dalam bangunan ini selain tedapat satu ruang kecil

serta bilik juga terdapat beberapa tumpukan karung beras dan padi, serta dua

mesin penggilingan yaitu satu mesin pengelupasan dan satu mesin penggilingan

padi. Pada mesin pengelupasan terdapat cerobong yang berbentuk tabung yang

digunakan untuk mengeluarkan kulit padi (sekam) sisa penggilingan ke dalam

5

Page 6: laporan wts

sebuah ruangan sedang agar sekap serta debu tidak mencemari udara, dan pada

mesin penggilingan sisa kulit padi yang halus (dedak) ditampung pada ruang

kecil. Sedangkan ruangan disamping terdapat mesin diesel sebagai energi untuk

menggerakan 2 mesin penggilingan padi, dan pada bagian ada diesel terdapat

cerobong asap untuk mengeluarkan asap ke udara. Pada bangunan ini hanya

terdapat satu ventilasi yang besar pada bagian depan bangunan.

C. ALUR PRODUKSI

Proses penggilingan padi yang pertama yaitu proses pengangkutan karung

padi, karung padi di angkut menuju tempat pengelupasan padi yang berada di atas,

setelah itu padi di dalam karung dikeluarkan dan dimasukan kedalam lubang

penggilingan. Padi yang sudah terkelupas kulitnya ditampung disebuah bakul dan

6

pengankutan padi

pengelupasan kulit padi (dehusking)

whitening (pemutihan)

penimbangan beras

Page 7: laporan wts

buangan kulit padi atau sekap dibuang ke ruangan dibelakang penggilingan padi

melalui tabung atau cerobong, setelah itu bakul yang berisi padi yang kulitnya

sebagian sudah terkelupas di angkat dan padi dituangkan pada lubang tempat

whitening (pemutihan) menjadi beras, kemudian beras di tampung didalam bakul

dan sisa kulita padi yang halus (dedak) ditampung kedalam ruangan kecil didalam

bangunan. Beras kemudian dimasukan kedalam karung sampai karung penuh

kemudian di timbang. Setelah itu padi diangkut menggunakan troli kedalam mobil

dan dilakukan pendistribusian atau dibawa pulang pemiliknya.

7

Page 8: laporan wts

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGGILINGAN PADI

Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem

agribisnis padi/perberasan di Indonesia.  Peranan ini tercermin dari besarnya

jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah

sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan

antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga

merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk

dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas

maupun  kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Prospek pengembangan usaha penggilingan padi mempunyai harapan yang cukup

cerah untuk masa-masa yang akan datang karena kebutuhan akan beras masih

cukup tinggi. Jika diasumsikan penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 230

juta jiwa 85/kg/tahun/orang, makadengan kebutuhan beras per kapita sebanyak

kebutuhan beras per tahunnya sekitar 19,55 juta ton. Dengan pertumbuhan

penduduk sebesar 2% pertahun tentunya hal ini harus diimbangi dengan upaya

program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebasar 2 juta ton pertahun

melalui peningkatan luas lahan, produktifitas, perbaikan penanganan pasca panen

khususnya usaha penggilingan padi dan pemasaran beras baik di dalam negeri

maupun luar negeri (ekspor).

8

Page 9: laporan wts

Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di

Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi

besar (PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling

unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan

13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi

usaha penggilingan padi yang cukup besar. Penggilingan padi yang ada tersebut,

telah melayani puluhan juta ton produksi padi petani setiap tahunnya dari kurang

lebih 11,5 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang.

Berdasarkan data statistik (BPS) tahun 2000, jumlah penggilingan padi di

Indonesia sebanyak 108.512 unit yang terdiri dari 5.133 unit penggilingan padi

besar (PPB), 39.425 unit pengilingan padi kecil (PPK), 35.093 unit rice milling

unit (RMU), 1.630 unit penggilingan padi engelberg, 14.153 unit mesin huller dan

13.178 unit mesin penyosoh beras. Jumlah ini sekaligus menggambarkan potensi

usaha penggilingan padi yang cukup besar. Penggilingan padi yang ada tersebut,

telah melayani puluhan juta ton produksi padi petani setiap tahunnya dari kurang

lebih 11,5 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang.

Berdasarkan kapasitasnya, pengilingan padi atau rice mill dapat

dikelompokkan menjadi 3 katagori, yaitu rice mill skala kecil (kapasitas 0,5 ton

beras gilingan) sebagian bersar terdiri dari ERM, rice mill skala medium

(kapasitas 0,5 – 1,0 ton 1 jam) yang terdiri dari 2 tipe yaitu rice mill unit (RMU)

dan small scale rice mill 1 (SSRM), dan rice mill skala besar (kapasitas lebih dari

10 ton /jam). Industri penggilingan padi merupakan industri tertua di Indonesia

dan merupakan industri pertarna yang tergolong besar. lndustri tersebut mampu

9

Page 10: laporan wts

menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja langsung, mengolah lebih dari 40 juta ton

gabah menjadi beras giling dengan rendemen 66 - 80 %.

Pemerintah sejak dahulu rnemprioritaskan pengembangan Small Scale

Rice Mill dan Rice Mill Unit Karena dana investasi yang diperlukan relatif rendah

sehingga para petani diharapkan mampu membeli. Dua jenis penggiling padi

tersebut memiliki hasil (milling yield) dan mutu beras yang relatif baik.

Sedangkan ERM merniliki kendala tertentu karena rendemennya rendah dan mutu

beras hasil giling juga rendah. Karena alasan tersebut pernerintah menganjurkan

untuk merehabilitasi Engelberg Rice Mil/ tersebut dengan Rubber Roll Husker

atau diubah menjadi Rice Mill Unit atau Small Scale Rice Mill

Proses penggilingan padi terdiri dari 2 tahap dasar. Dehusking

(pengupasan gabah) dan urkitenhg (pemutihan). Untuk memperoleh mutu beras

giling sangat tergantung pada peralatan pembersihan dan pemisahan komponen-

kornponennya, disamping alat dehusking dan whitening.

Berdasarkan tingkat leknologi, penggiling padi dapat dikelompokkan

menjadi 2 tipe, yang pertama Rice MiII kornersial (medium - besar) dan yang

kedua adalah penggiling jasa (custom atau'service rnijls) yang terdiri dari Rice

Mill kecil yang rnenjajakan jasa penggilingan padi datam jumlah yang kecil (i

10% dari jumlah yang tercatat)

Ada beberapa bahaya potensial yang dapat ditimbulkan di tempat

penggilingan padi, dari 5 golongan bahaya potensial tersebut bisa ditimbulkan

ditempat penggilingan padi sebagai berikut :

10

Page 11: laporan wts

B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan

menghilangkan (mengontrol ) risiko yang tidak bisa diterima., Dan merupakan

bagaian dari upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja

sendiri merupakan Kejadian yang tidak diduga, tidak diharapkan yang

mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah ditentukan dari semula dan

mengakibatkan kerugian dengan korban manusia dan harta benda . Untuk

mengatasinya perlu norma keselamatan dan kesehatan kerja.

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,

alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit

Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Dalam

melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan

gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh

karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun lingkungan kerja

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan

pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di

Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:

a.        Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah

penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi

yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu

agen penyebab yang sudah diakui.

11

Page 12: laporan wts

b.        Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work

Related Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen

penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama

dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang

mempunyai etiologi kompleks.

c.         Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting

Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja

tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh

kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan

keselamatan dan kesehatan kerja, dibagi menjadi 5 golongan , yaitu golongan

fisik, golongan biologi, golongan psikologi, golongan kimia, dan golongan

ergonomi.

1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &

dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan

kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat

memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation

(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),

skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap

tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau

12

Page 13: laporan wts

kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan

(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.

3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang

berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-

penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang

berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.

4. Potensi bahaya fisiologis atau ergonomi, yaitu potensi bahaya yang berasal

atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak

sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan

pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak

sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai

dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan

mesin.

5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau

ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang

kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan

tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,

temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga

kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang

diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak

serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan

terjadinya stress akibat kerja.

13

Page 14: laporan wts

Untuk mengatasi bahaya pontensial tersebut dan menjaga kesehatan dan

keselamatan kerja, maka dibuatlah program K3. Menurut Dewan K3 Nasional,

program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur

produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini

meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan

K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat,

penerapan K3 dan sistem evaluasi program.

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur

yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko

dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,

meliputi :

1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi

berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.

2. Membuat prosedur keamanan.

3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan

peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.

4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.

5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.

6. Rapat bulanan P2K3

14

Page 15: laporan wts

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat

pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya

program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau

dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat

berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi

bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program

keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing

perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan

pedoman dari pihak lain.

AOMA (American Occupational Medical Assosiation) dalam Soehatman

Ramli (2010) membagi komponen penting dari program K3, yaitu :

I. Komponen Pokok, meliputi:

1. Pemerikasaan Kesehatan Pekerja

a. Pre-placement yaitu pemeriksaan kesehatan atau status kesehatan

termasuk penilaian emosional, untuk memberikan rekomendasi pada manajemen

mengenai kemampuan seorang pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya

secara aman tanpa membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dan orang

lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa faktor yang

diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik

15

Page 16: laporan wts

dan alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh oleh pekerjaannya, evaluasi

dari macam kerja yang akan diberikan.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status

kesehatan pekerja yang mempunyai efek buruk terhadap kesehatannya.

c. Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau kecelakaan.

d. Pemerikasaan kesehatan pada waktu pensiun atau berhenti bekerja yang

bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan akibat kerja.

2. Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk

rehabilitasinya.

3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat kerja.

4. Pendidikan terhadap pekerja akan potensial occupational/hazard dan tindakan

pencegahan dan pengetahuan akan bahaya terhadap kesehatan.

5. Program penentuan perlunya alat-alat perlindungan diri dan pengadaannya.

6. Inspeksi berkala dan evaluasi atas lingkungan kerja untuk mengetahui apakah ada

kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta pencegahannya.

7. Pemeriksaan atau studi terhadap bahan kimia yang dipergunakan yang belum

mendapat pemeriksaan secara toksikologis.

8. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak daripada lingkungan kerja.

9. Pemerikasaan occupational health records.

16

Page 17: laporan wts

10. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.

11. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari ansuransi pekerja.

12. Keikutsertaan dalam program peraturan dari perusahaan yang berhubungan

dengan kesehatan.

13. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang ada.

II. Komponen Pilihan, meliputi:

1. Penyediaan tempat pengobatan (klinik) untuk hal-hal yang sifatnya minor dan non

occupational.

2. Pengobatan yang berulang-ulang dan kondisi non occupational yang diberikan oleh

dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan yang rutin, dapat disediakan/diadakan

demi mencegah hilangnya waktu kerja dan tentunya menurunkan biaya dari pekerja

itu sendiri.

3. Program bantuan terhadap pekerja bertujuan untuk membantu memecahkan

masalah atau keadaan yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi

kesehatan/kesejahteraan serta pekerjaan.

C. KEDOKTERAN OKUPASI

Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada

komunitas pekerja adalah kedokteran okupasi (occupational medicine) atau

kedokteran kerja. Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang

ditujukan kepada para pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan

17

Page 18: laporan wts

primer (health promotion, specific protection), sekunder (early detection and

prompt treatment), dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of

premature death). Kedokteran okupasi atau kedokteran kerja juga dikenal dengan

nama hiperkes medis.

Kedokteran okupasi melakukan penilaian tentang berbagai risiko dan

bahaya (hazard) di tempat kerja bagi kesehatan pekerja, dan menerapkan upaya

pencegahan penyakit dan cedera, serta meningkatkan kesehatan populasi pekerja.

Dokter okupasi melakukan upaya menurunkan risiko, mencegah terjadinya

penyakit dan cedera akibat kerja, dengan menerapkan ventilasi setempat,

penggunaan peralatan protektif perorangan, perubahan cara bekerja, dan

vaksinasi. Dokter okupasi melakukan surveilans kesehatan melalui skrining/

pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Dokter okupasi juga melakukan pencegahan tersier, yakni melakukan

upaya pelayanan medis perorangan pasca penyakit untuk membatasi kecacatan,

disfungsi sisa, dan kematian, melakukan rehabilitasi, dan mencegah rekurensi

penyakit, untuk memulihkan dan meningkatkan derajat kesehatan masing-masing

pekerja.

Dokter okupasi juga memberikan pelayanan medis langsung kepada

pekerja yang sakit. Dokter okupasi menaksir besarnya masalah dan memberikan

pelayanan kuratif untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami pekerja. Dokter

okupasi melakukan penatalaksanaan medis terhadap gangguan-gangguan penyakit

penting yang berhubungan dengan pekerjaan, mencakup pernapasan, kulit, luka

bakar, kontak dengan agen fisik atau kimia, keracunan, dan sebagainya. Dokter

18

Page 19: laporan wts

okupasi menganalisis absensi pekerja, dan menghubungkannya dengan faktor-

faktor penyebab.

Semua kegiatan kedokteran okupasi tersebut ditujukan untuk melindungi,

memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Derajat kesehatan yang

optimal memberikan kontribusi bagi kinerja perusahaan, seperti produktivitas,

laba (profitability), dan kelangsungan hidup. Peningkatan derajat kesehatan

pekerja akan meningkatkan produktivitas laba, dan kelangsungan hidup

perusahaan.

19

Page 20: laporan wts

BAB IV

DISKUSI

A. TABEL EVALUASI

Tabel 1.

Proses produksi

Bahaya Potensial Gangguan kerja

Biologi Fisik Kimia Psikososial

Ergonomi

Pengangkutan padi

Jasad renik, sepert MO dari karung yang berasal dari padi didalamnya.

Karung yg diangkut jatuh dan terkena kaki dan apabila mengguna - kan dorongan, alat dorongan bisa jatuh terkena kaki.

Tidak ada

Tidak ada

Beban berat mempengaru-hi anatomi punggung dan kaku otot.

Mengalami pegal-pegal dan sakit otot punggung.

Pengelupasan kulit padi

MO yang berasal dari padi yang akan digiling.

kaki dapat basuk ke penggilingan. Serta bising suara

Debu masuk ke saluran pernafasan

Gaji yang tidak menentu.

Tidak ada. Batuk-batuk.

20

Page 21: laporan wts

mesinPenggilingan padi (Poles)

Tidak ada

Bising karena suara mesin

Debu yang dapat masuk ke saluran napas

Gaji yang tidak menentu dan kelelahan.

Beban berat memindahkan padi ke tempat poles.

Batuk-batuk

Penimbangan padi

Tidak ada

Bahaya kaki tertimpah karung padi

Tidak ada

Tidak ada

Beban berat

Tidak ada

Tabel 2

Proses Produksi

Yang sudah dilakuka Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi

Jumlah Pekerja

Modifikasi alat kerja

Peraturan

APD

Pengangkutan padi

Menggunakan troli

Tidak ada

Tidak ada Tertimpah karung padi, tertimpa troli padi.

1

Pengelupasan kulit padi

Sisa kulit pada di buang pada ruang yang tersedia agar tidak mencemari

Tidak ada

Menggunakan masker wajah dan penutup telinga ( kaos)

Kaki bisa masuk dan jatuh dalam mesin.

1

Penggilingan padi (Poles)

Sisa kulit yang sudah halus di kumpulkan kedalam ruang kecil agar tidak mencemari.

Tidak ada

Menggunkan masker wajah dan penutup telinga (kaos)

Saat memindahkan padi dari pengelupasan kulit ke penggilingan padi beras dalam bakul dapat jatuh dan menimpah karyawan.

1

Penimbangan padi

Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Bisa tertimpah

1

21

Page 22: laporan wts

karung padi

B. BAHAYA POTENSIAL DI PENGGILINGAN PADI

Bahaya potensial adalah bahaya yang mungkin terjadi pada sebuat tempat

atau keadaan, bahaya potensial pada penggiligan padi adalah bahaya yang

mungkin dapat ditimbukan pada tempat kerja penggiligan padi, bahaya ini

dapadisebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor fisik, dan faktor ergonomi.

Dari hasil evaluasi da observasi di tempat penggilingan padi di

penggilingan padi “Mey, ms” bahaya potensial yang dapat ditimbulkan adalah

bahaya yang disebabkan faktor fisik dan ergonomi, dengan penjelasan sebagai

berikut

1. Pengangkutan karung padi

Dari pengankutan karung padi karyawan bisa tertimpah karung

padi apabila karung padi yang dibawa terjatuh, akibatnya akan

terkena kaki yang paling mungkin terjadi atau bagian tubuh yang

lain. Jika terkena bagian tubuh maka akan terasa sakit dan bisa

mengalami trauma. Dan bahaya ergonomi yang dapat timbul yaitu

beban berat mengangkat karung akan mempengaruhi bentuk

punggung karena mengangkat karung dengan pundak, serta tangan

bisa mengalami nyeri otot apabila karung diangkat dengan

ditenteng, selain itu karena padi berasal dari sawah yang

merupakan sumber mikroorganisme maka bahaya biologis dapat

terjadi.

22

Page 23: laporan wts

2. Pengelupasan padi

Dari pengelupasan padi bahaya fisik yang dapat terjadi pada

karyawan adalah apabila karyawan tidak hati-hati maka kaki dapat

masuk kedalam penggilingan. Kemudian kebisingan akibat bunyi

dari mesin penggilingan dapat menyebabkan gangguan pada

pendengaran, serta bahaya kimia debu yang akibat dari proses

penggilingan dapat masuk kesaluran napas dapat mengganggu

saluran napas.

3. Penggilingan padi

Dari penggilingan padi bahaya fisik dan bahaya kimia nya dapat

berupa tertimpahnya bakul yang berisikan padi hasil dari

pengelupasan yang akan dimasukan ke masin penggilingan yang

dapat menyebabkan trauma. Debu dan kebisingan akibat proses

penggilingan padi dapat mempengaruhu kesehatan, debu

mengganggu sistem pernafasan dan kebisingan gangguan

pendengaran. Bahaya ergonomi yang dapat timbul adalah beban

berat mengangkut bakul berisi padi saat akan dimasukan kedalam

lubang penggilingan, akan menyebabkan nyeri otot pada tangan.

4. Penimbangan padi

Saat penimbangan padi hal yang mungkin dapat terjadi yang timbul

dari bahaya fisik yaitu tertimpah karung beras yang dapat

mengakibatkan trauma. Dan bahaya ergonomi yang dapat

ditimbulkan adalah beban berat akibat mengangkat karung padi ke

tempat penimbangan gangguan muskuloskeletal

23

Page 24: laporan wts

C. GANGGUAN PEKERJAAN

1. Antropometri

Setelah dilakukan pengamatan pada para pekerja di penggilingan padi

“Mey,ms”, seringkali mereka melakukan pekerjaannya dalam posisi atau

sikap tubuh yang tidak baik yaitu berdiri yang kemudian membungkuk

untuk mengangkat beras, hal ini dilakukan selama bekerja.

Dengan demikian, para pekerja mengeluhkan terjadinya berbagai

gangguan muskuloskeletal seperti sakit pinggang dan sakit punggung.

2. Beban Kerja dan Sikap Kerja

a. Permintaan dan tuntutan dari customer yang mengharuskan

pekerjaan tersebut selesai tepat pada waktu yang telah dijanjikan.

Hal ini menyebabkan pekerja merasakan beban pada pekerjaan

mereka.

b. Pegawai bekerja 8 jam per hari. Mereka bekerja dari jam 9.00-12.00

kemudian 14.00-17.00 setiap hari dari hari senin hingga minggu.

Menurut Pasal 77 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

waktu kerja adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu

untuk 6 hari kerja. Dengan demikian, dapat dikatakan pekerja rata-

24

Page 25: laporan wts

rata telah lembur dalam pekerjaannya. Syarat lembur adalah paling

banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu, jika

melebihi ini maka pengusaha yang mempekerjakan buruh tersebut

wajib membayar upah kerja lembur. Sementara pekerja pada

perusahaan ini sudah dikatakan lembur, tetapi masih dalam batas

waktu jam kerja lembur yang ditetapkan oleh undang-undang

sehingga tidak perlu upah tambahan lembur.

Jika dikaitkan dengan waktu kerja ini, pekerja masih sering

mengeluh beban kerja yang sangat melelahkan, pekerja sering sekali

mengeluh sakit leher, pinggang, punggung, dan kaki.

3. Paparan polusi

Perkerja terutama akibat dari debu yang berasal dari proses dehuksing

dan whitening sehingga untuk mencegah paparan polusi debu tersebut

pekerja menggunakan kaos sebagai masker karena tidak disediakan

masker oleh pihak pemelik penggilingan padi.dan debu pada

penggilingan padi termasuk dalam debu organik atau debu biji-bijian

yang mana apabila terpapar terus menurus dapat menimbulkan

penumpukan disaluran napas.

4. Kebisingan

25

Page 26: laporan wts

Terjadi pada pekerja akibat dari suara yang dikeluarkan oleh mesin

penggilingan padi, suara kebisingan ini sangat keras dan termasuk suara

yang tidak boleh didengar terlalu sering oleh indera pendengaran kita

karena akan menyebabkan gangguan pendengaran. Namun karena tidak

pernah dilakukannya pengkuran tingkat kebisingan yang dilakukan oleh

pemilik maka kami tidak mengetahui berapa besar bunyi yang

dihasilkan, namun diperkirakan kurang lebih 95 dB.

D. HAL YANG SUDAH DILAKUKAN OLEH PEMILIK PABRIK

Bapak makhsun sebagai pemilik penggilingan padi ini belum menerapkan

program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada pekerja nya sehingga tidak

ada aturan K3 untuk pekerja-pekerjanya. Namun ada beberapa upaya yang

dilakukan untuk menimbulkan bahaya yang dapat menimpah dan menganggu

pencemaran udara disekitar penggilingan seperti :

1. Limbah atau hasil buangan kulit padi (sekap ) atau kulit padi yang halus

(dedak) ditampung disebuah ruangan tertutup agar tidak keluar dan

mencemari udara luar.

2. Pada bagian pengelupasan padi yang berada di bagaian atas, bilik

tersebut dikelilingi oleh papan sehinnga berbentuk bilik kecil agar

karyawan tidak jatuh

3. Asap yang dihasilkan akibat diesel untuk menyalakan mesin di buang ke

udara dengan menggunakan cerobang asap yang tinggi.

4. Saat pengankutan karung beras karyawan difasilitasi dengan troli besi

agar mudah mengangkut.

26

Page 27: laporan wts

Untuk alat pelindung diri karyawan menyediakan sendiri dengan

menggunkan kaos mereka menutupi mulut, hidung serta telinga agar

mencegah gangguan mungkin terjadi.

27

Page 28: laporan wts

BAB V

PENGARUH KEBISINGAN DI PENGGILINGAN PADI “MEY,MS”

A. Tingkat kebisingan yang ditimbulkan pada penggilingan padi “Mey,ms”

Penggilingan padi “mey,ms” merupakan penggilingan padi yang termasuk

ramai dan sering dipergunakan para petani dalam jasa penggilingan padi. Pada

saat sedang menggiling maka mesin yang bergerak akan menimbulkan suara,

suara ini berasal dari mesin dehuksing, mesin whitening serta mesin diesel mesin

penggerak. Suara mesin yang terdengar sangat keras sehingga untuk berbicara

didalam tempat penggilingan padi harus menggunakan suara yang keras hingga

berteriak. Tingkat kebisingan pada penggilingan padi “mey,ms” tidak pernah di

ukur namun dari sumber yang kami dapat bahwa tingkat kebisingan pada

penggilingan padi sekitar 95 dB, dan tingkat kebisngan tersebut termasuk tingkat

kebisingan yang tinggi.

B. Tingkat kebisingan di penggilingan padi “mey,ms” mempengaruhi para

pekerja.

Kebisingan menurut keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup

No: KEP/48/MENLH/II, 1996 tentang baku tingkat kebisingan yaitu :”

kebisngan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang tidak menimbukan gangguan

kesehatan dan kenyamanan lingkungan.”

28

Page 29: laporan wts

Pada penggilingan padi yang memiliki tingkat tekanan suara

hingga 92 dB dapat menjadi sebuah kebisingan yang sangat mengganggu

para pekerja khususnya mengganggu pendengaran. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi gangguan kebisingan seperti:

a. Intensitas bising

Nada dengan 100 hz dengan intensitas 85 dB jika

diperdengarkan selama 4 jam tidak akan membahayakan

derajat kebisingan, namun pada penggilingan padi yang mana

intesitasnya 95 dB yang diperdengrkan kepada perkerja selama

8 jam kerja dapat menggangu derajat kebisingan.

Nilai ambang batas kebisingan adalah faktor tempat kerja yang

dapat menerima tingkat tekanan suara yang dapat didengarkan

pekerja dalam beberapa jam yang telah ditentukan.

Jam Intesitas tekanan

suara

8 jam 85 dB

6 jam 92 dB

4 jam 95dB

3 jam 97 dB

2 jam 100 dB

1 jam 105 dB

0,5 jam 110

Jadi seharusnya pada penggilingan padi maksimal jam kerja

hanya 4 jam perhari agar tidak mengganggu pendengaran.

29

Page 30: laporan wts

b. Sifat Bising

Bising yang didengar terus menerus akan menimbulkan bahaya

yang lebih parah daripada yang terdengar putus-putus,

sedangkan pada penggilingan padi “mey,ms” yang mana mesin

akan terus bergerak apabila ada orang yang membutuhkan jasa

penggilingan, dan biasanya akan berhenti beberapa menit saja

dalam masa jam kerja apabila tidak ada pelanggan yang akan

menggilingkan padi, jadi ditempat penggilingan padi “mey,ms”

termasuk sifat bising yang putus-putus sehingga sedikit

mengurangi resiko.

Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan

pada fungsi pendengaran manusia. Resiko terbesar adalah hilangnya

pendengaran (hearing loss) secara permanen. Dan jika resiko ini terjadi

(biasanya secara medis sudah tidak dapat diatasi/ "diobati"). sudah

barang tentu akan mengurangi efisiensi pekerjaan si penderita secara

signifikan. Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam

dua kelompok besar, yaitu:

1. Dampak auditorial (Auditory effects), dimana dampak ini

berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran,

seperti hilangnya/ berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/

berfrekuensi tinggi dalam telinga.

2. Dampak non-auditorial (Non-auditory effects). Dampak ini bersifat

psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan, stress,

dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.

30

Page 31: laporan wts

Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara

yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja:

a. Percakapan biasa (45-60 dB)

b. Bor listrik (88-98 dB)

c. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)

d. Gergaji mesin (110-115 dB)

e. Musik rock (metal) (115 dB)

f. Sirene ambulans (120 dB)

g. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)

h. Pesawat terbang jet (140 dB)

Lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB atau

kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi

tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dB selama lebih dari 8 jam

memiliki tergolong sebagai high level of noise related risks.

Formula NIOSH (National Institute of Occupational Safety & Health)

untuk menghitung waktu maksimum yang diperkenankan bagi seorang

pekerja untuk berada dalam tempat kerja dengan tingkat kebisingan tidak

aman adalah sebagai berikut:

T= 480

2( L−85/3)

Dimana:

31

Page 32: laporan wts

T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat

kebisingan (dalam menit)

L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya

3 = exchange rate

Bandingkan formula yang telah ditetapkan oleh NIOSH tersebut dengan

formula yang masih digunakan oleh OSHA, yakni:

T= 8

2( L−90)/5

Dimana:

T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat

kebisingan (dalam jam)

L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya

5 = exchange rate

Indikator adanya (potensi) gangguan kebisingan beresiko tinggi

diantaranya:

a. Terdengarnya suara-suara dering/ berfrekuensi tinggi di telinga

b. Volume suara yang makin keras pada saat harus berbicara dengan

orang lain

32

Page 33: laporan wts

c. “Mengeraskan” sumber suara hingga tingkatan tertentu yang

dianggap oleh seseorang sebagai kebisingan

Implementasi prinsip-prinsip pengendalian bahaya untuk resiko yang

disebabkan oleh kebisingan:

1. Penggantian (substitution)

a. Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan tingkat

kebisingan yang lebih rendah.

b. Mengganti “jenis proses” mesin (dengan tingkat kebisingan yang

lebih rendah) dengan fungsi proses yang sama, contohnya pengelasan

digunakan sbg penggantian proses riveting.

2. Pemisahan (separation)

a. Pemisahan fisik (physical separation)

Memindahkan mesin (sumber kebisingan) ke tempat yang lebih jauh dari

pekerja.

b. Pemisahan waktu (time separation)

Mengurangi lamanya waktu yang harus dialami oleh seorang bekerja

untuk “berhadapan” dengan kebisingan. Rotasi pekerjaan dan pengaturan

jam kerja termasuk dua cara yang biasa digunakan.

3. Perlengkapan perlindungan personnel (personnel protective

equipment/ PPE)

Penggunaan earplug dan earmuffs

4. Pengendalian administratif (administrative controls)

33

Page 34: laporan wts

Larangan memasuki kawasan dengan tingkat kebisingan tinggi

tanpa alat pengaman

Larangan/ peringatan untuk terus mengenakan PPE selama berada

di dalam tempat dengan tingkat kebisingan tinggi

Kesimpulannya adalah para pekerja pada penggilingan padi ini sangat

berpotensi dalam bahaya kebisingan namun dari pihak perusahaan tidak

menyediakan APD yang seharusnya, walaupun para pekerja sudah

menggunakan kaos sebagai APD. Tetapi penggunaan kaos sebagai APD

tidak memenuhi standar sehingga pekerja bisa mengalami gangguan

pendengaran.

C. Gangguan yang ditimbulkan dari kebisingan.

Kebisingan dapat minimbulkan gangguan kesehatan pada manusia yang

terpapar dan dapat dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :

a. Gangguan Fisiologis

Merupakan gangguan yang mula-mula timbul akibat bising dan secara

fisiologis fungsi pendengaran terganggu akibatnya pembicaraan tidak

dapat didengar dengan jelas.gangguan ini dapat mengganggu cardiac

output dan menigkatkan tekanan darah.

b. Gangguan Psikologis

Seseorang yang terpapar bising dapat terganggu kejiwaannya,

gangguan kejiwaan tersebut dapat berupa stress, sulit berkonsentrasi,

dan lain-lain. Dengan akibat lebih jauh mempengaruhi kesehatan organ

yang lain.

c. Gangguan Patologi Organ

Merupakan gangguan terpapar bising paling menonjol dimana gangguan

akibat fungsi dari penedengar, pada pekerja penggilingan padi gangguan

34

Page 35: laporan wts

ini yang sering dialami, dimana para pekerja tidak dapat mendengar orang

berbicara dengan suara biasa sehingga pada saat berkomunikasi lawan

bicara akan berbicara dengan sedikit keras.

35

Page 36: laporan wts

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan sesuatu yang sangat penting dan

perlu perhatian khusus, tidak hanya bagi para karyawan namun juga bagi para

pengusaha atau pemilik usaha serta bagi pelayan kesehatan setempat.

Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat penggilingan padi “ Mey, Ms “

sudah sedikit ada perhatian baik dari pemilik dan dari karyawan nya namun

belum begitu maksimal karena masih belum ada peraturan dan perhatian

khusus. Ada beberapa bahaya potensial yang dapat timbul di tempat

penggilingan padi ini seperti debu(golongan kimia), kebisingan, dan

kecelakaan lalu lintas ( golongan fisik ) serta beban berat mengangkut karung

(golongan ergonomi ), serta gaji yang tak menentu karena tidak pasti

(golongan psikologi).

Pada penggilngan padi “Mey,ms “ yang kmi fokuskan adalah bahaya fisik

berupa kebisingan yang mana dapat mengganggu kesehatan pekerja khusus

nya gangguan pendengaran dan komunikasi. Karena tingkat tekanan suara

pada penggilingan padi “Mey,ms” sekitar 92 dB yang man pekerja bekerja

selama 8 jam, sedangkan normalnya pada tempat pekerjaan yang intensitas

tekanan suaranya mencapai 92 dB maksimal waktu bekerja perhari hanya 4

jam.

36

Page 37: laporan wts

5.2 SARAN

1. Peningkatan kesadaran bagi pekerja tentang betapa pentingnya kesehatan

dan keselamatan kerja

2. Memperhatikan masalah kesehatan mulai dari hal-hal yang sekecil apapun

3. Menjaga keamanan diri dari segala yang berbahaya.

4. Perusahaan lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja para

pekerja.

5. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yaitu

menggunakan penutup telingan dan masker yang sesuai.

“Menerapkan prinsip “mencegah lebih baik daripada mengobati”

37