Laporan Tutorial Sk 2 Sistemik

download Laporan Tutorial Sk 2 Sistemik

of 18

Transcript of Laporan Tutorial Sk 2 Sistemik

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................1SKENARIO ............................................................................................................2STEP 1 ( Identifikasi Kata Sulit ) ..........................................................................2STEP 2 ( Menetapkan permasalahan ) ..................................................................2STEP 3 ( Analisis Masalah ) ..................................................................................3STEP 4 ( Mapping ) ...............................................................................................5STEP 5 ( Learning Objective ) ..............................................................................5STEP 7 ..................................................................................................................6Daftar Pustaka ......................................................................................................19

SKENARIOSeorang laki-laki umur 48 tahun datang ke klinik dokter gigi ingin membuatkan gigi tiruan. Penderita juga mengeluh adanya bau mulut dan banyak karang gigi. Dari pemeriksaan klinis diketahui adanya poliuri, polidipsi, dan polifagia dan badannya sering merasa lelah. Pemeriksaan darah pada penderita menunjukkan gula darah acak melebihi normal. Pasien mengkonsumsi obat anti diabetic oral namun jarang kontrol ke dokter.

STEP 11. Poliuri: keadaan seseorang dimana urine berlebih dari normal (>2,5 L/hari) akibat hiperfiltrasi pada ginjal2. Polidipsi: keadaan dimana seseorang sering haus karena banyaknya air yang dikeluarkan, konsumsi air >2L/hari3. Polifagia: keadaan dimana penderita DM cepat lapar dan lemas karena glukosa tidak bisa dirubah menjadi glikogen4. Antidiabetic oral: terapi yang diberikan pada penderita DM tipe II5. Gula darah acak: tes untuk mengetahui kadar gula dalam darah tanpa mempertimbangkan kapan waktu makan terakhir.

STEP 21. Apakah hubungan keadaan bau mulut dan karang gigi dengan Diabetes Mellitus?2. Mengapa terjadi xerostomia dan gigi goyang?3. Mengapa terjadi poliuri, polidipsi, dan polifagia?4. Kenapa badan jadi lemas?5. Bagaimana penatalaksanaan di bidang kedokteran gigi?

STEP 31. - Pasien DM frekuensi buang air kecil meningkat (dalam urin juga terkandung banyak glukosa) untuk mengimbanginya cairan dalam tubuh banyak yang ditarik saliva menurun bau mulut dan karang gigi Penderita DM kadar O2 dalam rongga mulut menurun bakteri anaerob meningkat jumlahnya karang gigi bau mulut Faktor usia atropi kelenjar saliva xerostomia

2. - Penderita DM banyak berkemih cairan tubuh menurun aliran saliva menurun xerostomia Saliva menurun fungsi enzim menurun meningkatkan resiko karang gigi Penderita DM sistem imun menurun rentan terjadi infeksi mikroorganisme mengeluarkan mediator kimia terbentuk poket periodontal gigi kehilangan perlekatan gigi goyang Penderita DM enzim kolagenase meningkat, sistem kolagenase menurun terjadi perusakan kolagen, tetapi tidak ada regenerasi periodontitis Sistem imun yang menurun meningkatkan virulensi mikroorganisme terjadi nekrosis jaringan3. - Poliuri Kadar gula meningkat dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk urine (yang didalamnya banyak terkandung gula) PolidipsiPenderita DM cairan pada pembuluh darah menurun (karena hiperfiltrasi oleh ginjal) mudah haus PolifagiaPenderita DM gagal merubah glukosa menjadi glikogen tidak punya cadangan energi cepat lapar4. Gangguan insulin polifagia penderita mudah lapar lemas5. - Harus mengetahui kadar insulin Hati-hati dalam penatalaksanaan dalam bidang prosto dan ortho Rutin menyarankan/memberi pengetahuan mengenai faktor predisposisi Rutin check up ke dokter gigi Menggunakan alat lepasan, dan harus rajin dibersihkan

STEP 4

STEP 51. Memahami Diabetes Melitus2. Memahami manifestasi Diabetes Melitus pada rongga mulut3. Memahami evaluasi kondisi rongga mulut4. Memahami penatalaksanaan dalam kedokteran gigiSTEP 7LO 1 Memahami Diabetes MelitusDiabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan kekurangan insulin yang menyebabkan meningkatnya gula dalam darah yang dapat mengakibatkan metabolisme karbohidrat lemak dan protein yang terganggu.Diabetes Melitus (DM), salah satunya ditandai dengan adanya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Akibat terjadinya hiperglikemia dalam darah, mediator mediator inflamasi teraktivasi dan terjadi penurunan sifat fagosit. Seperti yang kita ketahui, proses inflamasi merupakan proses alami dalam tubuh seseorang. Tetapi, jika inflamasi yang terjadi berlebihan dapat merusak system imun kita sendiri. Karena itu, pada penderita DM, kadar glukosa dalam darah diatas normal dan tentunya tubuh mengenali hal tersebut sebagai benda asing, sehigga terjadi peningkatan sitokin yang berupa TNF dan IL 6 oleh antibody tubuh. Maka dari itu, system imun dalam penderita DM mengalami penurunan fungsi, sehingga memudahkan terinfeksi atau semakin parahnya infeksi yang sudah terjadi.Gejala klasik dari Diabetes Melitus yaitu Poliuri disebabkan karena saluran pembuluh darah kental bercampur glukosa sehingga meresorbsi air dari sel untuk dapat disaring lewat ginjal yang berdampak kencing dengan jumlah dan frekuensi yang lebih dari normalnya. Sehingga dehidrasi intraseluler sel yang akan distimulkan ke hipotalamus sebagai rasa haus yang menyebabkan banyak minum disebut Polidipsi. Kemudian terjadi Polifagia cepat lapar akibat dari cadangan glikogen hati habis, meskipun glukosa banyak berada disekitar sel namun tidak dapat masuk ke sel karena tidak ada insulin. Diagnosa Diabetes Melitus menggunakan HbA1c , dapat dikatakan normal jika berada dalam 6,5%, sedangkan DM rendah 6,5-7%, DM sedang 7-8%, DM tinggi >8% Etiologi1. Kondisi tubuh seseorang yang kurang aktifKondisi tubuh seseorang yang kurang aktif menyebabkan tidak banyak glukosa yang dibakar sehingga tubuh mempunyai kebutuhan berlebih sehingga memicu sel untuk memproduksi insulin dan pada akhirnya sel pancreas akan kewalahan.2. MakananPada normalnya makanan berupa karbohidrat akan dipecah menjadi monosakarida di dalam hati menjadi glukosa yang pada akhirnya dijadikan menjadi sumber energy. Namun pada pasien DM terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, sehingga sebagai sumber energi diambil dari pemecahan lemak dan protein sehigga terjadi peningkatan asam lemak bebas diplasma. Asam lemak bebas ini ketika sampai di hati akan diubah menjadi asam beta hidroksi butirat dan asam aseto asetat yang kemudian akan menjadi benda keton.

Klasifikasi1. Diabetes Melitus Tipe 1 (DMTI)Pada tipe ini tergantung dengan insulin. Diabetes Melitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun dimana terdapat pengrusakan imunologis sel pengahsil insulin atau sel beta pankreas. Diabetes tipe 1 ini erat kaitannya dengan antigen HLA (Human Leukocyte Antigen), yaitu HLA-DR3 dan DR4. Hampir 95% kasus diabetes tipe 1 ditemukan antigen tersebut.2. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMTTI)Pada tipe ini berkaitan dengan faktor genetik yang diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya dan ditandai dengan adanya desensitisasi atau resistensi insulin.3. Tipe lain: Tipe lain ini, terjadi hamper sama dengan DM Tipe 1 yaitu terdapat kerusakan pada sel beta pada pankreasnya. Tetapi dalam DM Tipe lain ini juga ditemukan adanya kekurangan dari hormone insulinnya.4. Tipe GestationalDM Tipe Gestational ini terjadi pada ibu hamil. Maksudnya adalah, terjadi kenaikan kadar glukosa dalam darah ketika seorang ibu tengah mengandung. Dan kadar glukosa tersebut dapat kembali normal ketika sudah melahirkan. DM ini bisa terjadi, karena adanya benda asing yang ada pada si ibu yaitu bayi itu sendiri. Kenaikan kadar glukosa, merupakan respon terhadap bayi tersebut, ditambah dengan adanya reaksi system imun yang mengalami perubahan ketika seorang wanita tengah mengandung.

Komplikasi Diabetes MelitusPerubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat terganggunya proses penyembuhan luka. a. Neuropati perifer Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motoris dapat menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkanterbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusaknya serabut mielin mengakibatkan penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom memudahkan terjadinya artropati Charcot.Neuropati Perifer Diabetic (NPD)Neuropati Perifer Diabetic (NPD) adalah suatu keadaan dimana didapatkan kelainan klinis maupun subklinis yang ditandai dengan adanya manifestasi somatik dari sistem saraf perifer pada penderita Diabetes Melitus (DM) tanpa adanya manifestasi somatik dari neuropati perifer.Penderita Diabetes Melitus yang mengalami NPD ini mempunyai manifestasi klinik yang khas ditandai dengan kehilangan sensibilitas pada kaki/tungkai, terjadinya ulkus, deformasi, dan akhirnya terjadi gangren yang seringkali berakhir dengan amputasi. Diagnosis NPD didasarkan adanya bukti DM dan terdapatnya manifestasi neuropati pada penderita yang sama berupa adanya parastesia, berkurangnya atau hilangnya refleks rasa nyeri atau getar, adanya kelemahan atau kelumpuhan otot.Secara morfologi kelainan sel saraf pada NPD terdapat pada sel-sel schwann, selaput myelin, dan akson. Kelainan yang terjadi tergantung pada lamanya mengidap penyakit DM. Dengan mikroskop elektron pada NPD yang masih dini akan nampak gambaran karasteristik berupa demyelinisasi segmental, kerusakan akson dan penebalan membran basal yang mengelilingi permukaan sel schwann. Pada tingkat lanjut akson sel saraf dapat hilang sama sekali.b. Infeksi Penyembuhan luka pada penderita Diabetes MelitusPada penyakit diabetes, bila seorang penderita mengalami luka, maka luka tersebut akan sukar sembuh, hal ini dikarenakan kadar gula dalam darah meningkat, sehingga pada saat terjadi luka, bakteri akan masuk, dan akan merasa nyaman pada tempat tersebut, dan bahkan menjadikan glukosa tersebut sebagai suplai makanan bagi bakteri tersebut, dikarenakan pada penderita diabetes sistem imun dapat menurun, maka sistem imun tidak mampu melakukan perlawanan terhadap bakteri, sehingga bakteri akan semakin banyak dan menumpuk yang menyebabkan mengapa luka sukar sembuh.Selain hal tersebut di atas, penderita Diabetes Melitus lukanya bersifat kronis dan sukar sembuh karena buruknya aliran darah dan persarafan akibat gangguan metaboliknya. Salah satu komplikasinya adalah angiopati yang menyebabkan sirkulasi nutrisi seperti oksigen yang penting untuk proses penyembuhan akan terhambat, sehingga pertumbuhan bakteri yang menginfeksi meningkat. Pertahanan tubuh juga menurun sehingga terjadi hipoksia jaringan sehingga luka lebih lama sembuh dari orang yang normal. Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi tubuh untuk menyembuhkan luka. Faktor itu seperti defisiensi oksigen, malnutrisi, dan ketidakseimbangan elektrolit. Berikut ada faktor yang memperlambat penyembuhan luka yang salah satunya terdapat diabetes mellitus

Penyembuhan luka juga sukar terjadi karena adanya kesulitan dalam regenerasi jaringan pasien Diabetes Melitus karena terjadinya kelainan pada membrane basalis berupa :a. Menurunnya multiplikasi fibroblast.b. Menurunnya sintesis kolagen sehingga menyebabkan terhambatnya jaringan granulasi dan menurunnya daya kemampuan regenarasi jaringan. c. Menurunnya GAG (Glycoaminoglycan) di membrane basalis yang penting untuk mengatur metabolisme lipoprotein dan karena kadarnya menurun maka akanmudah timbul pengendapan lipoprotein di jaringan.

c. Gangguan sistem imun Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit gangguan pada metabolisme karbohidrat dimana berakibat sel-sel tubuh tidak mendapatkan glukosa sebagai energi padahal energi ini juga diperlukan dalam menjalankan fungsi neutrophil.Hyperglikemia pada penderita diabetes mellitus dapat membentuk akumulasi AGE (advanced glycation end product), dimana AGE inilah yang nantinya menyumbang peran dalam komplikasi pada penderita DM. AGE yang merupakan ikatan antar protein dan glukosa ini dapat mengubah fungsi dan struktur kapiler serta dapat berikatan dengan reseptor-reseptor pada sel endotel, otot halus, monosit, limfosit, makrofag dan mesangial yang berakhir pada perubahan fungsi sel-sel tersebut. Pada penderita DM, kemampuan dari mobilisasi, kemotaksis, dan aktivitas bakterisid dari PMN menurun. Disamping kemunduran fungsi dari PMN, sel mononuclear pun mengalami penurunan fungsi. Pada monosit penderita DM, kemampuan deteksi terhadap membrane mikroorganisme juga menurun, bisa dikarenakan oleh penurunan sensitivitas dari reseptor yang ada pada monosit, atau mungkin juga reseptor dari monosit jadi berkurang. Daya adhesi monosit terhadap bakteri serta kemotaksisnya juga mengalami kemunduran fungsi.d. Retinopati DiabetikKomplikasi pada penderita DM juga ditemukan pada daerah mata. Di mana pada daerah mata ditemukan penumpukan sorbitol yang bisa menyebabkan adanya katarak dan kebutaan. Tumpukan sorbitol terjadi akibat adanya gangguan jalur poliol akibat adanya kekurangan insulin. Jalur poliol adalah jalur di mana glukosa diubah menjadi sorbitol dan fruktosa. LO 2 Memahami manifestasi Diabetes Melitus pada rongga mulut1. XerostomiaXerostomia bisa dikarenakan produksi saliva dari kelenjar saliva mengalami kelainan. Salah satu factor yang mempengaruhi produksi saliva baik dari segi kuantitas maupun kualitas adalah gangguan pada saraf facial (VII) dan saraf glosofaringeal (IX). Xerostomia pada penderita DM biasa disebut xerostomia diabetic, pada kasus ini saliva yang dihasilkan memiliki komposisi glukosa yang cukup tinggi sehingga saliva yang dihasilkan kental dibandingkan saliva normal. Xerostomia ini akan berlanjut kepada burning mouth syndrome, gangguan pengecapan, dan pembesaran kelenjar parotis.2. Kalkulus Kandungan gula darah yang tinggi pada pasien DM yang tidak terkontrol menghasilkan kenaikan glukosa dalam cairan crevicular gingiva. Cairan crevicular gingiva yang tinggi akan glukosa berpengaruh pada perubahan komposisi bakteri dalam plak dan mempengaruhi perkembangan penyakit periodontal.3. Periodontitis Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat. Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas. Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob mudah berkembang.Pada penderita Diabetes Melitus, terdapat peningkatan AGEs dalam jaringan, termasuk pada jaringan periodontal. AGEs merupakan komponen yang dapat mendorong terjadinya perubahan dalam sel dan komponen matriks ekstraseluler sehingga dapat terjadi perubahan abnormal dari fungsi sel endotel dan proliferasi pembuluh darah kapiler. Selain itu, AGEs juga dapat berikatan dengn sel-sel inflamasi seperti monosit dan makrofag. Ikatan tersebut dapat meningkatkan produksi proinflamatory sitokin seperti IL-1 dan TNF-a yang berkontribusi pada peningkatan prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal. Pada penderita DM, didapatkan adanya peningkatan enzim kolegenase yang dapat menguraikan kolagen, sehingga perlekatan jaringan periodontal terganggu.4. Karies GigiTelah diteliti bahwa pada penderita diabetes miletus yang tidak terkontrol memiliki prevalensi mengalami karies jauh lebih besar dibandingkan dengan diabetes miletus terkontrol. Seseorang dengan diabetes dapat mengalami keadaan yang disebut hyposalivasi dan gangguan fungsi saliva, dimana saliva tersebut memiliki komponen-komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik. Sehingga penurunan produksi saliva dapat meningkatkan resistensi bakteri penyebab karies. Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes berhubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam saliva. Saliva dengan kadar glukosa yang tinggi dapat meningkatkan produksi asam melalui proses fermentasi oleh bakteri di dalam mulut, kemudian terjadi proses demineralisasi yang menghasilkan karies gigi5. Oral Lichen PlanusKomplikasi adanya DM mengakibatkan Oral Lichen Planus demikan juga kebalikannya karena yang diserang adalah autoimun. Oral lichen planus (OLP) merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulutyaitu berupa inflamasi kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa.6. Gigi goyang Akibat kegoyangan gigi pada penyakit diabetes melitus adalah diawali adanya penyakit periodontal. Jaringan periodontal adalah jaringan pendukung gigi seperti gingiva, tulang alveolar, sementum dan ligamen periodontal. Peningkatan glukosa bisa menurunkan produksi kolagen dan juga meningkatkan aktivitas kolagenase pada gingiva. Cairan sulkus gingiva juga mengandung kolagenase yang diproduksi fibroblas atau LPN (leukositphormonuclear) dan juga oleh bakteri yang menginfeksi. Aktivitas kolagenase melisiskan kolagen sebagai penyusun utama jaringan periodontal sehingga terjadi penurunan akumulasinya (attachment loss). Selain itu juga adanya gangguan regulasi hormon insulin juga mempengaruhi fungsinya yang selain menjaga kadar gula darah normal, yaitu untuk merangsang ambilan asam amino dan sintesis protein yang berguna untuk formasi tulang oleh osteoblast. Jika regulasi terganggu maka terjadi hipokalsemia yang akan meningkatkan hormon paratiroid dan menyebabkan resorbsi tulang. Oleh karenanya pada penderita diabetes melitus terjadi manifestasi berupa gigi goyang bahkan keluar dari soketnya tanpa disadari.LO 3 Memahami evaluasi kondisi rongga mulutCandidosisPada pasien DM terjadi penekanan fungsi neutrofil yang berakibat pada penurunan kualitas fagositosis dan proses killing intrasel. Dalam melaksanakan fungsinya menelan partikel sasaran, sel-sel fagosit (neutrofil dan makrofag) harus mengenal dan menempel dulu pada sel sasaran. Sesudah mikroorganisme sasaran ditelan, granula-granula lisosim dilepaskan ke dalam vakuola dan proses membunuh dengan cara oksidatif dengan menggunakan produk-produk oksigen aktif seperti superoksida, hydrogen peroksida dan hipoklorit berlangsung lebih awal. Energy cara oksidatif ini dipasok melalui hexose monophosphate shunt (HMPS). Proses ini diawali dengan oksidasi membrane sel yang memanfaatkan donor electron yang berasal dari Nicotinamide adenine dinuccleotide phosphate (NADPH) yang menghasilkan radikal superoksida. Dalam keadaan normal glukosa memasuki HMPS dan menghasilkan NADPH. Dinding leukosit permeable terhadap glukosa sehingga pada keadaan hiperglikemia, glukosa membanjiri HMPS di dalam leukosit dan dimetabolisme oleh aldosa reduktase melalui polyol pathway. Aldose reduktase merupakan enzim yang membutuhkan NADPH dan berakibat menurunnya produksi radikal superoksida yang dibutuhkan oleh leukosit untuk proses ozidative killing.LO 4 Memahami penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Kedokteran GigiPrinsip perawatan gigi dan mulut secara umum untuk penderita Diabetes Melitus :a. Waktu perawatan perlu dipertimbangkan dengan matang untuk mencegah terjadinya gangguan pada pemberian insulin secara rutin.b. Perawatan tidak boleh mengganggu waktu makan rutin yang sudah ditentukan oleh dokter yang menangani.c. Tindakan operasi yang memerlukan anestesi umum sebaiknya dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan ahli.d. Melakukan penanganan untuk setiap komplikasi diabetic Bedah Mulut1. Untuk setiap tindakan operatif ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor sebelum dan setelah tindakan operatif. Faktor sebelum operatif antara lain keadaan umum penderita, kadar gula darah dan urin penderita, anastetikum yang akan digunakan serta tindakan asepsis. Tindakan yang perlu dilakukan setelah tindakan operatif adalah pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi, juga keadaan umum serta kadar gula darah dan urin.2. Anastetikum yang digunakan untuk tindakan operatif harus aman, tidak boleh meninggikan kadar gula dalam darah. Procain sebagai anastesi lokal sangat dianjurkan. Pada pasien DM tipe 2 dengan menggunakan anestesi lokal biasanya tidak perlu tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Sedangkan pada DM tipe 1 yang terkontrol maupun tidak harus membenahi keadaan gula darahnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Selain itu sebelum dilakukan operasi diberikan pramedikasi berupa antibiotik, begitu pula setelah operasi (3 jam sebelum dan sesudah operasi).3. Sebelum tindakan operatif sebaiknya penderita diberi suatu antibiotik untuk mencegah infeksi (antibiotik profilaksis, juga pemberian vitamin C dan B kompleks, dapat membantu memepercepat proses penyembuhan serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi setelah perawatan. Kultur bakteri perlu dilakukan untuk kasus-kasus infeksi oral akut. Jika terjadi respon yang kurang baik dari pemberian antibiotik yang pertama, dokter gigi dapat memberikan lagi antibiotik yang lebih efektif berdasarkan uji kepekaan bakteri pada pasien. Oral MedicineDalam penatalaksanaan oral medicine pada pasien DM, pengobatan harus terlebih dahulu dilakukan pada DM lalu kemudian ke manifestasi yang ada pada rongga mulut. Hal ini dikarenakan ada obat yang bersifat kontraindikasi, yaitu kortikosteroid. Kortikosterod sendiri bersifat imunosupresan yang dapat menurutkan system imun dan akan menambah parah candidosis pada pasien. Obat-obatan yang dapat diberikan, antara lain:a. Itrazonazoleb. Flukonazole c. KetokonazolePenatalaksanaan Oral Lichen Planus dengan memberikan kortikosteroid yang topical dengan hati-hati seperti prednisolon 10 mg 3xsehari. Kemudian jika sudah membaik diberikan krim clobetasol propionate 0,05% , karena bersifat mudah larut dengan saliva ditambahkan dengan pasta triamcinolone 0,1%. ProsthodonsiaPenderita Diabetes yang menggunakan gigi tiruan, disarankan memakai gigi tiruan lepasan, agar mudah dibersihkan. Terutama pada malam hari sebelum tidur sebaiknya gigi tiruan dilepas dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur. Selain itu dapat juga dilakukan pembuatan rongga pada gigi tiruan yang akan dipasangkan, yaitu berupa reservoir saliva buatan yang berfungsi menampung, dan mengalirkan saliva agar keadaan rongga mulut tidak kering. Dan sebagai alternative tambahan untuk pasien pasien yang mengalami xerostomia. Periodonsia1. Menghilangkan kalkulus dan plak2. Menggunakan dental floss dan menggosok gigi secara teratur

Konservasi Gigi1. Preparasi saluran akar yang tidak menimbulkan luka2. Pemilihan bahan tumpatan yang tidak menimbulkan nekrosis pada jaringan

DAFTAR PUSTAKAAl-Farabi, Makhyan Jibril. 2013. Antibodi terhadap AGE, Cara Mutakhir Pencegahan Komplikasi Diabetes Mellitus. Rumah Sakit Saiful Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. CDK-210/Vol.40 No. 11Alba Lovreiro., T.C., et All. 2007. Neutrophil Function and Metabolism in Individual with Diabetes Mellitus. Brazilian Journal of Medical and Biological Research. 40:1037-1044. ISSN: 0100-879XBrashers, Valentina L. 2003. Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2. Jakarta: EGC.Djamal N. Z. 1984. Beberapa Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Merawat Gigi dan Mulut pada Penderita Diabetes Mellitus Bagian Patologi Kedokteran Gigi Indonesia. Universitas Indonesia. Journal of The Indonesian Dental Association of the APDF / FDI: 51-8Francis S. Greenspan, John D. Baxter. 1998. Endokrinologi Dasar dan Klinik Ed.4. Jakarta : EGCHarlina. 2002. Hubungan antara kadar glukosa saliva dengan jumlah koloni kandida albikans pada penderita diabetes mellitus. Jurnal PDGI. Edisi KhususKartimah DS. Xerostomia pada penderita DM karena neuropati diabetika glosofaringeal. J PDGI 2006 ; 56 (2) : 53-100. Lewis MAO, Lamey PJ. 1994. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut/ Clinical Oral Medicine. Alih bahasa: Wiriawan E. Jakarta: Widya MedicaLynch MA, et al. 1992. Ilmu Penyakit Mulut Diagnosa dan Terapi. 8th ed. Alih Bahasa Kurniawan PPS. Jakarta:Binarupa AksaraManaf, Asman. 2008. Genetical Abnormality and Glucotoxicity in Diabetes Melitus: The Background of Tissue Damage and Infection. Pekanbaru: PDPIMarks, Dawn B.; Allan D. Marks dan Colleen M. Smith. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.Nield-Gehrig, Jill S., Donald, E. Willmann. 2011. Foundation of Periodontics For the Dental Hygienist 3rd ed. China: Wolters Kluwer Health.Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC Respati, Titi Nindya.Iwanda.Hubungan Diabetes Mellitus dengan Karies Gigi .Semarang;UNDIP,2006.Sjamsuhidayat, De Jong WD. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedag. Jakarta. EGCStolle LB;at all, 2004 Feb; The metabolism of the diabetic foot. (journal article) ISSN: 0001-6470 PMID: 15022818 CINAHL AN: 2009394327Sylvia Anderson P, Lorraine M.W.2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. 6 vol. 2. Jakarta : EGCTambayong, Jan. 1999. Patofisiologi. Jakarta: EGC.Tjokroprawiro A. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke-3. Jakarta. Gaya Baru1