Laporan Tomkins

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi yang semakin meningkat keberadaan suatu perusahaan di dalam suatu dunia usaha sekarang ini menuntut perusahaan untuk terus berusaha mancari cara dan upaya yang terbaik agar memiliki kemampuan bersaing yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain. Suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu unit proses yang mengolah sumberdaya input menjadi output dengan suatu tranformasi tertentu. Dalam proses inilah terjadi proses penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis output yang dihasilkan mempunyai nilai lebih dibandingkan sebelum diproses. Salah satu tujuan perusahaan lainnya adalah untuk dapat menciptakan dan memberikan produk yang berkualitas bagi 1

Transcript of Laporan Tomkins

Page 1: Laporan Tomkins

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan ekonomi yang semakin meningkat keberadaan suatu

perusahaan di dalam suatu dunia usaha sekarang ini menuntut perusahaan untuk

terus berusaha mancari cara dan upaya yang terbaik agar memiliki kemampuan

bersaing yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain.

Suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu unit proses yang mengolah

sumberdaya input menjadi output dengan suatu tranformasi tertentu. Dalam proses

inilah terjadi proses penambahan nilai atas sumber daya sehingga secara ekonomis

output yang dihasilkan mempunyai nilai lebih dibandingkan sebelum diproses.

Salah satu tujuan perusahaan lainnya adalah untuk dapat menciptakan dan

memberikan produk yang berkualitas bagi konsumen. Untuk mencapai harapan

dan tujuan tersebut harus didukung oleh banyak faktor dalam pelaksanaannya.

Salah satu untuk mendukung efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi

adalah dengan mengambil keputusan manajemen dengan menerapkan akuntansi

biaya perusahaan. Akuntansi biaya merupakan elemen yamg sangat penting

dalam suatu kelancaran produksi untuk menciptakan produk dan jasa yang

berkualitas dan menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas,

kelancaran proses, fleksibilitas operasi, biaya handling bahan, serta mutu

1

Page 2: Laporan Tomkins

kehidupan kerja. Oleh karena itu perusahaan harus meningkatkan produktivitas

kerja menjadi lebih baik.

Untuk mengetahui keefektifan akuntansi biaya pada saat ini dan untuk

meningkatkan produktivitas kerja, pihak perusahaan mengalokasikan sejumlah

modal, baik dalam bentuk uang, gedung, fasilitas, peralatan dan lain-lain yang

disesuaikan dengan kebutuhan serta kapasitas perusahaan. Akuntansi biaya

sangatlah penting bagi perusahaan industri agar kelancaran proses produksi dapat

berjalan dengan lancar sehingga perusahaan dapat meningkatkan jumlah hasil

produksinya serta dapat menjaga kelangsungan dan perkembangan perusahaan

dalam situasi kondisi perekonomian pada saat dewasa ini.

Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik

untuk membahas “PROSES PRODUKSI PT. PRIMARINDO ASIA

INFRASTRUCTURE, TBK.”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam perusahaan industri sepatu PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

Bandung yang mempunyai produk yang komplek mestinya mempunyai masalah

yang komplek juga. Dalam hal ini permasalahan yang akan saya angkat dalam

laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

Bandung adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

Bandung ?

2

Page 3: Laporan Tomkins

2. Bagaimanakah biaya produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

Bandung?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Laporan

1.3.1 Tujuan Laporan

Laporan ini dibuat untuk mengetahui proses produksi dan biaya

produksi di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung.

1.3.2 Kegunaan Laporan

1. Untuk memenuhi tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

2. Untuk menambah pengetahuan tentang Akuntansi Biaya pada

umumnya dan pengetahuan biaya dan proses produksi pada

khususnya.

3. Untuk memberikan pengalaman praktek kepada Mahasiswa agar

dapat mengembangkan teori yang telah di dapat selama perkuliahan.

4. Sebagai bahan untuk memasuki persaingan dilapangan pekerjaan

yang akan datang.

3

Page 4: Laporan Tomkins

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan dan penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau

jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Obyek

akuntansi biaya adalah biaya.

Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian serta

penafsiran informasi biaya adalah tergantung dari untuk siapa proses

tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses

akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan.

Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi

keuangan.

Proses akuntansi biaya juga dapat ditujukan pula untuk memenuhi

kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya

harus memperhatikan karakteristik akuntansi manajemen. Dengan

demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.

(Mulyadi, 1990).

Kemudian Abdul Halim mengemukakan definisi akuntansi biaya

sebagai berikut : “Akuntansi biaya adalah akuntansi yang

4

Page 5: Laporan Tomkins

membicarakan tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu produk

yang diproduksi (atau dijual di pasar) baik untuk memenuhi pesanan

dan pemesan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan. yang

akan dijual.” (Abdul Halim,1999).

Selanjutnya dikemukakan pula definisi akuntansi biaya menurut R.

A. Supriyono dalam bukunya Akuntansi Biaya, bahwa : Akuntansi

biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat

manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara

sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan

biaya.(R.A. Supriyono,1994).

Jadi akuntansi biaya merupakan penentuan harga pokok suatu

produk dengan melakukan suatu proses pencatatan, penggolongan dan

penyajian transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi

biaya dalam bentuk laporan biaya.

Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa pengertian akuntansi

biaya adalah merupakan bagian yang integral dengan financial

accounting. Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang

merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi

biaya secara sistematis, serta menyajikannya informasi biaya dalam

bentuk laporan biaya.

5

Page 6: Laporan Tomkins

Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan

salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam

mengelola perusahaan, yaitu untuk :

1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya

menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang

diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya

atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan

dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan

balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga

pokok akan dapat membantu dalam :

a. Penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun

barang dalam proses.

b. Penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan

kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual

berdasarkan harga pokok.

c. Penetapan laba.

3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.

Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), cost adalah

pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan

jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan

yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban ini

dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan

6

Page 7: Laporan Tomkins

yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa

dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka

tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan

sebagai loss.

2.1.2 Konsep Akuntansi Biaya

Seringkali istilah biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari

beban (expense), walaupun sebenarnya keduanya berbeda. Biaya (cost)

didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk

memperoleh manfaat. Beban (expense) adalah aliran keluar terukur dari

barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk

menentukan laba atau semua biaya yang sudah habis masa berlakunya

yang dapat dikurangkan dari pendapatan. Untuk lebih jelas

membedakan antara biaya dan beban kita gunakan contoh : pembelian

bahan baku.

Biaya

Saat pembelian bahan baku tdk ada pengakuan beban dan aktiva

bersih tetap, hanya Sumber daya perush berubah dari kas menjadi

persediaan bahan baku.

Beban

Saat bahan baku diolah menjadi barang jadi, maka biaya bahan

baku mulai dibukukan menjadi beban pada laporan laba rugi. Jadi setiap

beban adalah biaya, akan tetapi tidak setiap biaya adalah beban (misal:

aktiva adalah biaya akan tetapi belum menjadi beban).

7

Page 8: Laporan Tomkins

2.1.3 Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual.

Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan

baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam

bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung

berhubungan dengan proses produksi. Menurut obyek pengeluarannya,

secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Biaya bahan baku

Adalah Semua bahan baku yang membentuk bagian

integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit

dalam perhitungan biaya produk.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku

langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebenkan secara

layak ke produk tertentu.

3. Biaya overhead pabrik

Adalah semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri

langsung ke output tertentu.

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula

dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah

biaya konversi (convertion cost). (Mulyadi,1990).

8

Page 9: Laporan Tomkins

2.2 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didirikan di Bandung berdasarkan

Akta No. 7 tanggal 1 Juli 1988 dan Notaris Nany Sukarja, S. H dengan nama PT.

Bintang Kharisma. Akta Pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9967-

HT.01.01.TH 1988 tanggal 31 Oktober 1988 serta diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia No. 53 tanggal 2 Juli 1991, tambahan No. 1851.

Angggaran Dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir

dengan akta No. 16 tanggal 23 Juni 1999 dari Notaris Raharti Sudjardjati, SH,

mengenai ketentuan jabatan komisaris dan direksi perusahaan. Akta perubahan ini

telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia sesuai Surat

keputusan No. C-1183-HT.01.04.TH.2000 tanggal 2 Pebruari 2000. Sesuai

dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan

meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Perusahaan mulai berproduksi

secara komersial pada tanggal 1 Oktober 1989. Kegiatan perusahaan dari sejak

pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki khususnya produksi sepatu

olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan dasar

pembuatan sepatu olah raga tersebut.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Bandung, Jawa

Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Dana Pensiun – Bank

Mandiri Lt. 3A Jl. Tanjung Karang No. 3-4A, Jakarta. Jumlah karyawan

perusahaan sebanyak 2.935orang tahun 2009 dan sebanyak 3.624 orang tahun

2008.

9

Page 10: Laporan Tomkins

. Perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan

bergerak dalam bidang industri sepatu. Pada tahun 1994 perusahaan telah

mencatatkan dan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menjadi PT.

Bintang Kharisma.

Lokasi kantor pusat berada di Jakarta dan pabrik terletak di Gedebage

Bandung. Pabrik berdiri di atas tanah seluas 9,7 ha dengan luas bangunan 4,1 ha.

Bangunan utama berupa pabrik cutting, laminating, preparation, rubber, sewing,

assembling, gudang bahan baku, gudang jadi, gudang penunjang seperti kantor,

kantin pujasera, poliklinik, dan mini market yang dikelola oleh karyawan

koperasi.

Kegiatan produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk, khususnya sepatu

olahraga dan memproduksi berbagai fungsi dan ukuran. Selama ini produksi PT.

Primarindo Asia Infrastructure, Tbk didasarkan atas pesanan pelanggan yang

berasal dari luar negeri dengan demikian hampir seluruh sepatu olahraga hasil

produksi perusahaan adalah untuk di ekspor dan harus memenuhi standar mutu

yang telah ditetapkan oleh pembeli dengan disain yang dibuat oleh perusahaan

atau pelanggan yang merupakan pemegang merek atau pemegang lisensi dari

merek terkemuka.

Aktivitas perusahaan dimulai sejak tahun 1989 dengan datangnya order dari

non-branded buyer, ditunjukan untuk memenuhi permintaan ekspor dengan 2

(dua) lini produksi untuk melayani pelanggan non-branded. Pada tahun 1992

perusahaan telah dipercaya memproduksi merek terkenal seperti Oskosh B’Gosh,

Cheasepeaks, Body Glove, US Athlethic, Puma dan Avia.

10

Page 11: Laporan Tomkins

Tahun 1993 perusahaan memiliki 9 (sembilan) lini produksi lengkap dengan

fasilitas alas kaki (rubber outsole), EVA (spone rubber), serta Phylon (compressed

moulded) untuk midsole dan fasilitas perekatan outsole. Bahan baku utama yang

digunakan untuk membuat sepatu bagian atas (upper) adalah kulit sapi olahan,

kulit sintetis, kain mesh dan kain kanvas. Untuk bagian bawah (bottom) adalah

karet alam, karet sintetis, bahan-bahan kimia, Ethilini Vinil Asetat. Sedangkan

untuk lapisan bagian dalam atau tatak sepatu adalah nylex, visapille dan foam

halus. Kebutuhan bahan baku sebesar 70% masih impor antara lain dari Korea,

Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat.

Pada tahun1996 perusahaan berhasil memperoleh kepercayaan dari 2 (dua)

branded buyer, yaitu : REEBOK dan FILA. Sejak saat itu sampai sekarang

perusahaan mempertahankan seluruh produksinya untuk kedua branded buyer

tersebut.

Dalam rangka modernisasi produksi, sejak tahun 1997 perusahaan mulai

melakukan langka-langah pengoprasian Anzani Conveyor Stiching. Kemudian

pada tahun 1998 dilanjutkan dengan penggunaan Purchase Order Tracking

System dan pada tahun yang sama mulai diimplementasikan Dicles Computer

Cutting Machine.

Berkat modernisasi yang dilaksanakan REEBOK memilih PT. Primarindo

Asia Infrastucture, Tbk, sebagai pilot project “ Quick Response Manufacture”

yang dapat menjamin shipment sepatu hanyan dalam jangka waktu 3 (tiga)

minggu setelah order diterima. Seluruh keberhasilan yang telah dicapai akan

11

Page 12: Laporan Tomkins

menempatkan posisi perusahaan sebagai salah satu perusahaan produsen sepatu

terkemuka di Indonesia.

Jenis-jenis sepatu yang diproduksi untuk brand REEBOK antara lain :

1. Club House untuk jenis sepatu tenis.

2. Foot Ball untuk jenis sepatu basket.

3. Soccer untuk jenis sepatu seoak bola.

4. Falor Indoor, Metalic Indoor, Corsa Indor untuk jenis sepau bulu tangkis dan

squash.

5. Rafid Grejero untuk jenis sepatu joging.

6. Sweet Back untuk jenis sepatu mendaki.

Pada tahun 1997 perusahaan merencanakan untuk melakukan perluasan usaha

ke bidang lain yang juga mempunyai prospek cerah. Untuk itu, perusahaan

mengganti nama menjadi PT. Primarindo Asia Infrastucture, Tbk. Sebelum

perencaaan perluasan dapat terealisasi, kondisi ekonomi di Indonesia mulai

memburuk sehingga perusahaan memutuskan untuk menunda rencana tersebut.

Pada tahun 1999 perusahaan mengekspor 5.186.594 pasang sepatu. Ekspor

pada tahun tersebut merupakan peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan bukti bahwa PT.

Primarindo Asia Infrastucture, Tbk, sangat dipercaya oleh buyer.

Pada awal tahun 2001, perusahaan mulai memproduksi hanya satu branded

buyer yaitu merek REEBOK. Untuk mengantisipasi resiko pemutusan hubungan

12

Page 13: Laporan Tomkins

kerja oleh REEBOK, perusahaan memutuskan menjadikan tahun 2001 sebagai

tahun konsolidasi dan mulai mempersiapkan usaha pengembangan pasar

domestik. Pada bulanApril 2002 perusahaan menerima pemberitahun dari

REEBOK International Limited sebagai single buyer dari perusahaan sepatu yang

diberikan kepada perusahaan hanya sampai dengan bulan Juli 2002, sehingga

sejak bulan Juli 2002 perusahaan tidak lagi memproduksi sepatu merek REEBOK.

Sejak saat itu perusahaan mulai memproduksi sepatu untuk pasar domestik

dengan merek Tomkins, dan untuk ekspor dengan merek Everlast dan Lionsdale

dari lisesi pemegang merek tersebut.

2.2.1 Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dan misi dari PT. Primarindo Asia Infrasructure, Tbk,

yaitu sebagai berikut :

1. Visi

“ To Be Number One Footwear Industry In The World.”

2. Misi

Menjadi industri pembuatan industi sepatu modern dengan kualitas

terbaik dan menjadi rekan terpercaya, masa kini dan masa mendatang.

13

Page 14: Laporan Tomkins

2.2.2 Stuktur Organisasi Perusahaan

Gambar 1.1

Struktur Organisasi PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk

Sumber : PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

Penjelasan masing-masing fungsi divisi :

1. Top Manajemen

Nama Jabatan : Direktur

Nama Pangkat : Director

Gol : I

Uraian singkat : Tingkatan manajemen ini merupakan tingkatan

manajemen dalam organisasi perusahaan yang bertanggung jawab atas

kegiatan operasional, keuangan dan ketenagakerjaan perusahaan

14

RAPAT UMUM PEMEGANG

SAHAM

DEWAN KOMISARIS

DIREKSI

INTERNAL AUDIT

Coporate Secretary

Divisi HRD & GA

Divisi PRODUKSI

Divisi PERSEDIAAN

Divisi FINANCIAL

Divisi AKUNTANSI

Divisi COMMERCIA

L

Page 15: Laporan Tomkins

secara keseluruhan. Tingkatan manajemen ini merumuskan tujuan,

rencana dan kebijaksanaan umum serta mengawasi seluruh kegiatan

perusahaan. Tingkatan manajemen ini juga menilai pengambilan

keputusan penting yang mempengaruhi perusahaan.

2.Divisi

Nama Jabatan : Kepala Divisi

Nama Pangkat : Factory Manager

Gol : II

Uraian Singkat : Tingkat manajemen ini membantu Top

Manajemen dalam merencanakan dan mendistribusikan pekerjaan

kepada tingkatan manajemen yang berada di bawahnya sesuai dengan

fungsi masing-masing dan mengawasi pelaksanaannya agar tidak

menyimpang dari tujuan, rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan

perusahaan.

a. Fungsi Produksi.

Divisi ini melaksanakan perencanaan produksi, kegiatan pabrikasi,

evaluasi kinerja produksi, pemeliharaan dan perawatan mesin-mesin

yang menunjang proses produksi.

b. Fungsi HRD dan GA.

15

Page 16: Laporan Tomkins

Divisi ini merupakan pencarian dan penyediaan Sumber Daya

Manusia, administrasi data karyawan, pengembangan kualitas sumber

daya manusia, memelihara gedung dan peralatan, menjaga keamanan,

memelihara kendaraan, melayani kerumahtanggaan dan mengurus

ijin-ijin perusahaan.

c. Fungsi Finance.

Divisi ini melaksanakan perencanaan keuangan, mengawasi realisasi,

pengumpulan, pengolahan data sehingga menghasilkan keuangan

yang berguna bagi manajemen dalam mengendalikan kegiatan

perusahaan dan pengambilan keputusan.

d.Fungsi Commercial.

Divisi ini berfungsi untuk mempromosikandan memasarkan dan

mendistribusikan produk serta menyiapkan material yang

berhubungan dengan supplier.

e. Fungsi D dan D.

Divisi ini berfungsi membuat sample sepatu untuk produksi.

3. Departemen

Nama Jabatan : Kepala Departemen

Nama Pangkat : Manajer

Gol : III

16

Page 17: Laporan Tomkins

Uraian Singkat : Tindakan manajemen ini merupakan pecahan dari

divisi yang membantu tingkatan manajemen di atasnya untuk

mencapai tujuan perusahaan, dengan melaksanakan kegiatan teknis

yang khusus dibebankan oleh tingkat divisi.

4.Bagian

Nama Jabatan : Kepala Bagian

Nma Pangkat : Supervisor

Gol : IV

Uraian singkat : Tindakan manajeman ini berada satu rangkaian di

bawah tingkatan Departemen tingkatan manajemen ini lebih banyak

melakukan tugas operasional atau teknik dan fungsi pengawasan

langsung dari hasil kerja yang dilakukan masing-masing seksi.

5.Seksi

Nama Jabatan : Kepala Seksi

Nama Pangkat : Staf Senior

Gol : V,VI

Uraian singkat : tindakan manajemen ini berada di bawah satu

tingkatan departemen tingkatan manajemen ini lebih banyak

melakukan tugas operasional atau teknik dan fungsi pengawasan

langsung dari hasil kerja yang dilakukan regu.

17

Page 18: Laporan Tomkins

Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

tanggal 8 Juni 2007 No. 10 dari Notaris Tien Norman Lubis, SH di Bandung

terjadi perubahan pengurus perusahaan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Tahun 2008 samapai 2009

1. Komisaris Utama : Ibrahim Risyad

2. Wakil Komisaris Utama : Abdul Rachman Ramly

3. Komisaris : Judiono Tosin

4. Komisaris independen : a. Hariadi Darmawan

b. Endang Kosasih

5. Direktur Utama : Bambang Setiyono

6. Wakil Direktur Utama : David Jahya

7. Direktur : a. Wiji Astuti

b. Yati Nurhayati

2.3 Pembahasan

2.3.1 Proses Produksi

Dalam proses produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

menggunakan berbagai mesin dan peralatan untuk memproses bahan

baku menjadi barang jadi, diantaranya adalah :

18

Page 19: Laporan Tomkins

Tabel 1.1

Mesin-Mesin Produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

Mesin Cutting

Mesin Compresor

Mesin Laminating

Mesin Press

Mesin Buffing

Mesin Conveyer

Mesin Chiller

Mesin Toe Lasting

Mesin Heating

Mesin Gulung Benang

Mesin Upat Componen

Mesin Blower elpong

Mesin Heam

Mesin Fed System

Mesin Rolling

Mesin Kneder

Mesin Mixing

Mesi Boiler

Mesin Super Daylight

Mesin Drier

Mesin Washer

Mesin Soxhlet Extraction

Mesin Decomposition temperature & gas Evolution

Mesin Strenght Tester

Mesin Residometer

Mesin Bursting Strenght

Mesin Flexbahy

Mesin Spliting

Mesin Duct Collector

Mesin Trimming

Mesin Primer Dryer CV

Mesin Hand Grener

Mesin Skyving

Mesin Sofness PH

Mesin Chock Meter

Mesin Dineness PH

Mesin Viscosity PH

Mesin Balance PH

Mesin Abration

Mesin Flex

Mesin Kalender

Mesin Taper

Mesin Worklip

Mesin Drayer

Mesin DMDK 1000 LTR/jam

Mesin Brafo Las

Mesin Mc. Bubut

Mesin Mc. Bor

Mesin Mc. Milling

Mesin Mc. Buffing Grinder

Mesin Mc. Skrap

Mesin Mc. UV

Mesin Mc. Sending

Mesin Mc. Potong

Mesin Mc. Ponchi

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

19

Page 20: Laporan Tomkins

Tabel 1.2

Alat-alat Produksi PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

Alat ukur berupa meteran

Alat tulis untuk meggurat

Gunting

Lem pisau

Amplas

Cetakan bensol

Paku

Palu dan Tang

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

Dalam proses produksinya PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

sangatlah mengutamakan kualitas sepatu produksinya, sehingga banyak

sekali proses-proses yang digunakan dalam memproduksi sepatu tersebut

diantaranya :

1. Proses Upper

Tabel 1.3

Proses Upper

Proses Control Point Document

Turun order dari PAI Jakarta

Sample Shoes Standart Matrial

PO Order

Pembuatan Order Sheet ke supplier

Dari Development dan PPIC

PO setelah ada harga dari supplier dan di ACC Kadiv Commercial

Pengiriman sesuai order sheet

Keterangan No. PO Matrial

Surat Jalan

Penerimaan Material Kecocokan quality Material dengan surat jalan

Bukti terima barang (BTB)

QC melakukan Chek secara visual dan pengiriman material ke

Bila hasil pengecekan dan Lab tes QC membuat QA Report dan diberitahukan

QA Report

20

Page 21: Laporan Tomkins

Lab untuk Physical tes material yang dinyatakan OK dan dimasukkan ke data stock GBB

ke Purchasing. Purchasing melakukan Claim ke supplier dan material dikembalikan

Dengan memakai BON pengambilan, Cutting meminta material bedasarkan PO dan Job Order

Arah potong layer material Cutting Dies, Cutting Board, Colour Material dan jenis material

Speck sheet dan conform sample sepatu dari development

Skiving, Pre-Buffing dan pembuatan logo

Ketepatan terhadap Specks Standard Colour

Speck dan CFM

Gauge (pola), jahit logo, penempelan komponen, pengeleman jahit Upper

Gauge dari development, posisi ketepatan terhadap Gauge, efesiensi, stiching margin, atitch, size jarum

Speck sheet S.O.P

QC melakukan pengecekan, OK, Repaire atau C-Grade, Upper yang OK ke stock assembling

Bentuk kerapihan, kebersihan Upper

Standar Visual

DILANJUTKAN KE PROSES RUBBER (bottom)

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

2. Proses Rubber (buttom)

Tabel 1.4

Proses Rubber (buttom)

Proses Control Point Document

Turun order dari PAI Jakarta

Sample Shoes PO

Pembuatan Ordersheet atas permintaan dari Lab

Kebutuhan material bedasarkan formula Compound

PO purchase setelah ada harga dari supplier dan di ACC Kadiv Commersial

Pengiriman material chemical sesuai Order sheet

Keterangan No. Po di surat jalan

Surat jalan

Penerimaan material Pencocokan quantity dengan surat jalan

Bukti Terima Barang (BMB)

21

Page 22: Laporan Tomkins

Dilakukan tes Lab untuk yang OK dapat dipakai untuk produksi dan yang direject di return ke supplier

Standard Pysical Test Lab Report

Penimbangan Chemical sesuai kebutuhan setiap formula

Ketepatan penimbangan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas physical tes

Pencatatan No. Batch

Penimbangan berbagai chemical dalam 1 Batch (formula)

Temperatur 115-120o C, timer 13’30”, Thikness

Check list control proses

Pengerolan hasil Kneader menjadi lembaran untuk disimpan/ persiapan bahan

Jumlah sulfur yang dimasukkan harus benar-benar tepat/ sesuai dengan formula kerena sangat menentukan kematangan Rubber

Check list control proses

Pengerolan hasil dari proses sulfur

Ketebalan bahan harus sesuai dengan kebutuhan per model dengan temperatur 90-100o C

Speck ketebalan bahan per model

Pemotongan bahan sesuai dengan quantity order per model

Jenis Cutting Dies per Modal

SPK (Surat Kerja dari Planning Rubber)

Pengepresan bahan menjadi Outsole

Temperatur M/C 165-175o

C, temperatur Mold 130-140o C, tekanan M/C 90 kg/cm

Check list control proses

Pengecekan hasil kualitas Outsole yang Reject di C-Grade

Kematangan bahan, bentuk outsole, colour Blueding, kebersihan outsole

Data hasil pengecekan Standart Comform

Pemotongan sisa bahan pada sisi outsole

Ketepatan pemontongan sehingga tidak merubah bentuk outsole

Pengecekan kualitas hasil Trimming yang reject di C-Grade

Ketepatan pemontongan sehingga tidak merubah bentuk outsole

Data hasil pengecekan

Penyetoran hasil Outsole yang sudah dinyatakan OK

Ketepatan actual stock dengan data

Data stock

22

Page 23: Laporan Tomkins

oleh QC

BERLANJUT KE PROSES EVA Midsole

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

3. Proses EVA Midsole

Tabel 1.5

Proses EVA Midsole

Proses Control Point Document

Penimbangan berbagai macam chemical sesuai kebutuhan dalm 1 formula

Ketepatan penimbangan Nomor urut untuk BATCH

Proses penggilingan/mixing seluruh chemical dalam 1 formula

Urutan masuk chemical, temperatur Rotor 90o C, temperatur bahan 110o C, timer 12’

Lembar No. Batch

Pengerolan bahan agar pemixingan lebih merata. Dibuat lembaran tipis kemudian diteruskan ke proses Calendering

Temperatur Rolling 80-100o C, timer 6-8’

Lembar No. Batch

Pendinginan bahan (penurunan temperatur bahan). Pemotongan bahan sesuai kebutuhan Mold Press EVA

Temperatur bahan 30o C, Thickness bahan 1-1,5 mm, ukuran EVA Midsole 65 cm X 5 cm, EVA Biscuit sesuai size Mold

Lembar No. Batch

Pengepresan dari bahan EVA Biscuit menjadi EVA sheet

Size Mold, tempeatur Mold 160o C, timer 35-40 menit, berat bahan EVA Biscuit sesuai size Mold

Lembar No. Batch

Pengetesan secara random Physical Lab

Hardness, SG, Split Tear, dll dilakukan secara rutin

Lab Tes Report

Pembuangan kulit EVA sheet. Pemotongan dan pembentukan EVA sesuai model yang akan diproduksi

Tebal kulit yang dibuat 2 mm, Check permukaan EVA, apabila berlubang Reject, Speck bentuk dan ukuran dari Development

SPK dari Dept, Speck dari Development

Proses pemotongan komponen sesuai model

Cutting Dies harus betul-betul sesuai dengan model

Speck dan Development

23

Page 24: Laporan Tomkins

yang dibutuhkan

Pembersihan berbagai kotoran (minyak) sehingga akan membuat penyerapan chemical pengeleman dengan baik

Jenis Primer, temperatur Chamber 45-50o C, temperatur UV 40-50o C, speed M/C UV 30”-33” stampel tanggal UV (Max 21 hari)

Check List control proses oleh Lab

Penyetokan hasil UV yang berupa Midsole, Pin Stripe, Wedge dll

Ketelitian data Data stock

LANJUTKAN KE PROSES STOCK FITT

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

4. Proses Stock Fitt

Tabel 1.6

Proses Stock Fitt

Proses Control Point Document

Pengasaran bagian permukaan Out Sole yang akan diproses pengeleman

1. Buffing merata

2. Bersihkan

Penyediaan Out Sole dan Mid Sole sesuai model yang akan berjalan

Model harus sesuai SPK SPK dari departemen

Pemolesan Out Sale dan Mid Sole

Jenis primer HMP T-2V pemolesan harus rata temperatur Chamber 40-50o C

Check List Proses

Pengeleman Out Sole ke Mid Sole

Jenis lem : GPV-B, temperatur 45-55o C

Check List Proses

Penempelan Out Sole ke Mid Sole

Ketepatan penempelan terhadap batas-batas pada Mid Sole, bentuk Out Sole hasil penempelan

SOP

Pengepresan hasil penempelan Out Sole

Tekanan M/N 40 kg/cm, timer 8”-10”

Check List Proses

Pendinginan temperatur Out Sole dari proses Cementing

Temperatur 20o C Check List Proses

24

Page 25: Laporan Tomkins

Pemberian POLA pada permukaan EVA sebagai batasan untuk Grinding sesuai dengan model yang diinginkan

Gauge (pola) jangan sampai salah harus sesuai dengan modal

Gauge (pola) dari desain dan development

Pengrindingan Mid Sole agar sesuai model POLA model yang diinginkan

Ketepatan Grinding terhadap gauge (pola)

Hasil Grinding di check dengan Gauge

Pembersihan Out Sole dari sisa Grinding, sisa lem dan garis Gauge

Chemical harus benar

Pengecekan kualitas hasil Out Sole. Jika ada yang reject harus direpaired dan jika tetap reject naka di C-GRADE

Kebersihan Out Sole sesuai dengan POLA

Data hasil Check QC

Hasil yang OK dari QC dilakukan pembungkusan dengan palstik Polyback

Untuk Out Sole yang berwarna putih lebih baik menggunakan plastik warna hitam. Posisi Out Sole dalam plastik diatur dengan baik agar tidak merusak bentuk Out Sole

Pencatatan sebagai data Stock

Penyetokan hasil produksi Bottom

Keakuratan data dan aktual Out Sole, penyusunan yang teratur secara per model dan rapi agar memudahkan pengambilan data

DILANJUTKAN KE PROSES ASSEMBLING

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

5. Proses Assembling

Tabel 1.7

Proses Assembling

Proses Control Point Document

Penyediaan Laste, Upper, Texonboard, Out Sole sesuai model yang akan diproduksi Latek Upper,

Jenis Laste, model Upper, Out Sole dan Texon. Letak harus rata Toe Lasting dan Side Lasting harus ikut

Speck dari development, SPK dari development SOP dari Lasting

25

Page 26: Laporan Tomkins

Toe Lasting, Side Lasting dan Heel Lasting

tanda di Texon Board. Heel Lasting harus ikut tanda Laste

Mempola Upper sesuai dengan Outsole

Ketepatan pemberian garis pola. Tekanan mesin gauge/pola harus benar

Gauge joging dari development

Grinding dan Buffing untuk bahan Upper dari Leather, cuci M.E.K untuk bahan Upper Syntetic

Ketepatan grinding buffing dan cuci M.E.K terhadap garis pola

Pemolesan primer untuk upper dan outsole

Jenis Primer, Upper: HMP 234, Outsole: HMP T2V, temperatur Chamber 45-55o C

Check List Proses

Pemolesan lem untuk Upper, Midsole dan Outsole

Jenis lem: GPV-B, temperatur Chamber 45-55o C

Check List Proses

Penempelan BOTTOM ke UPPER

Ketepatan penempelan Bottom terhadap lem, bentuk sepatu setelah penempelan. Temperatur Upper dan Buttom Min 40o C

Check List Proses

Pengepresan sepatu untuk bagian depan dan belakang secara keseluruhan

Toe/Heel Press, tekanan 0kg/cm, timer 8”-10”, All Press tekanan 40 kg/cm dengan Tier 10”-12”

Check List Proses

Pendinginan sepatu dari temperatur Cementing

Temperatur M/C: <20o C. Setelah dibuka Laste, temperatur minimal Laste adalah 40o C

Check List Proses

Pelepasan Laste dari sepatu Jangan ada kerusakan sepatu karena cara lepas laste yang salah

Pembersihan sepatu dari segala kotoran (sisa lem, debu buffing, sisa benang)

Jenis Chemical untuk pembersih jangan sampai salah dapat membuat sepatu rusak

Pemasangan sockliner sesuai dengan model sepatu

Size sockliner, colour sockliner, posisi sockliner di dalm sepatu

Data hasil Check QC dari development

26

Page 27: Laporan Tomkins

Pengecekan kualitas sepatu, yang reject ada yang dapat di Repaire, ada yang B-Grade (rusak tid berat) dan C-Grade (rusak berat)

Kessamaan Toe Cap, Heel Hsight, bentuk, kesamaan coluor, kekuatan lem dan kebersihan sepatu

Pemberian kertas sumpel ke sepatu, bungkus sepatu, pemasukan sepatu ke Inner box, pelebahan

Jumlah kertas Tissue agr bentuk sepatu bagus, ukuran kertas bungkus, kecocokan label terhadap model sepatu

Pemasukan sepatu dalam Inner box ke dalam karton box

Ukuran Karton Box Speck

DILANJUTKAN KE PROSES GUDANG BAHAN JADI

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

6. Proses Gudang Bahan Jadi dan Dilevery

Tabel 1.8

Gudang Bahan Jadi dan Delivery

Proses Control Point Document

Marketing membuat SO Ke GBJ atas beberapa model sepatu

Nama model, colour, size, dan quantity harus tertulis dengn jelas

SO

Setelah GJB menerima SO, kemudian melakukan check keadaan stock dan memberikan informasi kembali ke Marketing

Kecocokan data di SO dengan data stock GBJ

SO yang diberikan tanda bahwa ada stock

Marketing memberikan data ke distributor atas dasar laporan GBJ untuk model yang ada untuk dibuatkan DO

Nama model, colour, size, quantity dan alamat costomer sesuai dengan SO

DO

Setelah menerima DO, GBJ mempersiapkan sepatu untuk masing-masin costomer

Nama model, colour, size, quantity harus sama dengan DO masing-masing costomer

Packing List per Costomer

GBJ membuatkan surat jalan pengiriman untuk

Nama model, colour, size, quantity dan alamat

Surat jalan dan DO yang sudah

27

Page 28: Laporan Tomkins

masing-masing costomer costomer sesuai dengan DO

ditandatangani oleh distributor, kepala gudang, marketing, direktur marketing

Angkutan (PAI/Ekspedisi) membawa seapatu dengan tujuan sesuai alamat costomer yang tertulis pada surat jalan dan DO

Surat jalan harus tertulis dengan jelas

Surat jalan ditandatangani oleh Security dan sopir, serta ada satu lembar di Pos Satpam sebagai file untuk bukti keluar barang dari Factory

Sumber : PT. Primarindo Asia Infratructure, Tbk

2.3.2 Biaya Produksi

2.3.2.1 Bahan Baku

PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk ini dalam

melaksanakan proses produksinya membutuhkan berbagai jenis bahan

baku yaitu :

Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat

sepatu bagian atas (upper) adalah :

1. Kulit Sapi Olahan.

2. Kulit Sintetis.

3. Kain Mesh.

4. Kain Kanvas.

Untuk bagian bawah (buttom) adalah :

28

Page 29: Laporan Tomkins

1. Karet Alam.

2. Karet sintetis.

3. Bahan-bahan Kimia.

4. Ethilini Vinil Asetat.

Sedangkan untuk bagian dalam/ tatak sepatu adalah :

1. Nylex.

2. Visapille.

3. Foam Halus.

Kebutuhan bahan baku sebesar 70% masih impor antara

lain dari Korea, Taiwan, Malaysia dan Amerika Serikat.

2.3.2.2 Tenaga Kerja

Kendala yang awalnya dihadapi oleh PT. Primarindo Asia

Infrastrukcture, Tbk dalam pengadaan bahan baku yang sebagian

impor secara perlahan dapat ditanggulangi. Dengan membaiknya

kinerja, maka pengadaan bahan baku, baik impor maupun lokal telah

dapat berjalan dengan lancar.

Pada tahun 2007, jumlah karyawan adalah sebanyak 2854

orang dan pada tahun 2008 menurun menjadi 2370 orang.

29

Page 30: Laporan Tomkins

Dalam hal ini pengurangan tenaga kerja tidak mengalami

kendala yang sulit karena sebagian besar adalah tenaga kerja kontrak

harian.

Pada tahun 2008 PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

tetap konsisten dengan 5 hari kerja (Senin s/d Jum’at) dengan 8

jam/hari ditambah lembur 2-3 jam kerja serta Sabtu dan Minggu tetap

berproduksi dengan cara pengaturan secara bergiliran dengan

pemberian gaji yang lebih besar dibanding jam kerja biasa.

30

Page 31: Laporan Tomkins

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

biaya produksi dan proses produksi PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

adalah sebagai berikut :

1. Proses Produksi.

Dalam proses produksinya PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk

sangatlah mengutamakan kualitas sepatu produksinya, sehingga banyak sekali

proses-proses yang digunakan dalam memproduksi sepatu tersebut

diantaranya :

1. Proses Upper.

2. Proses Rubber

3. Proses Mid Sole

4. Proses Stock Fitt

5. Proses Assembling

6. Gudang Bahan jadi dan Delivery

31

Page 32: Laporan Tomkins

2. Biaya Produksi.

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku ditentukan oleh bahan baku yang digunakan

antara lain sebagai berikut :

Bagian atas sepatu (upper) adalah :

1. Kulit Sapi Olahan.

2. Kulit Sintetis.

3. Kain Mesh.

4. Kain Kanvas.

Bagian bawah sepatu (buttom) adalah :

1. Karet Alam.

2. Karet sintetis.

3. Bahan-bahan Kimia.

4. Ethilini Vinil Asetat.

Bagian dalam/ tatak sepatu adalah :

1. Nylex.

2. Visapille.

3. Foam Halus.

32

Page 33: Laporan Tomkins

b. Biaya Tenaga Kerja

Pada tahun 2008 PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk tetap

konsisten dengan 5 hari kerja (Senin s/d Jum’at) dengan 8 jam/hari

ditambah lembur 2-3 jam kerja serta Sabtu dan Minggu tetap

berproduksi dengan cara pengaturan secara bergiliran dengan

pemberian gaji yang lebih besar dibanding jam kerja biasa.

33

Page 34: Laporan Tomkins

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999

Mulyadi, 1990. Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE

R. A. Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994

http://www.scribd.com/doc/22469539/PengertianAkuntansiBiayadanKonsepBiaya

34