LAPORAN TENGAH TAHUN 2009 -...
Transcript of LAPORAN TENGAH TAHUN 2009 -...
LAPORAN TENGAH TAHUN 2009
INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN PRIMA TANI PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH IKLIM BASAH
DI KABUPATEN KEPAHIANG
Oleh:
YONG FARMANTA ANDI ISHAK ZUL EFENDI
SHOFFAHAYATI BASUNI ASNAWI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN
2009
No. Kode: 26.03.RDHP.0470/D
ii
LAPORAN TENGAH TAHUN 2009
INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN PRIMA TANI PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH IKLIM BASAH
DI KABUPATEN KEPAHIANG
Oleh:
YONG FARMANTA ANDI ISHAK ZUL EFENDI
SHOFFAHAYATI BASUNI ASNAWI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2009
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tengah Tahun kegiatan
Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Prima Tani pada Lahan Kering
Dataran Rendah Iklim Basah Di Kabupaten Kepahiang ini dapat disusun
dengan baik.
Laporan ini berisi rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan dari
bulan Januari s/d Juni 2009 yang meliputi pelaksanaan Prima Tani yaitu
sosialisasi rancang bangun laboratorium agribisnis serta implementasi
inovasi teknologi dan kelembagaan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu dan
seluruh anggota Tim, masyarakat Desa Imigrasi Permu dan Pemkab
Kepahiang yang telah berpartisipasi dan memberi dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan Prima Tani. Semoga laporan ini bermanfaat,
khususnya bagi kelanjutan kegiatan Prima Tani pada tahun 2009.
Bengkulu, Juli 2009
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ................................................................... ii KATA PENGANTAR............................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................ iv DAFTAR TABEL ................................................................... v DAFTAR GAMBAR ................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. vii I. PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................... 1 B. Justifikasi .............................................................. 3 C. Perumusan Masalah ............................................... 3 D. Tujuan.................................................................. 5 E. Sasaran................................................................. 5 F. Luaran Hasil Kegiatan yang diharapkan ................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 6 III. METODE DISEMINASI .................................................. 11
A. Waktu dan Lokasi Kegiatan..................................... 11 B. Ruang Lingkup Kegiatan......................................... 11 C. Metode Pelaksanaan Kegiatan................................. 12 D. Metode Analisis ..................................................... 12
IV. HASIL SEMENTARA...................................................... 13 A. Hasil ..................................................................... 13 B. Pembahasan.......................................................... 17
V. KESIMPULAN SEMENTARA............................................ 36 Kesimpulan ................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 37
LAMPIRAN .......................................................................... 39
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Petani yang mengembangkan Teknologi Penyambungan Tanaman Kopi di Desa Imigrasi Permu............................ 13
2. Petani yang mengembangkan Teknologi Pemangkasan
Kakao di Desa Imigrasi Permu....................................... 14 3. Petani yang mengembangkan Teknologi Pembuatan
Biogas......................................................................... 15 4. Materi Pertemuan rutin bulanan Gapoktan PRIMA KARYA
tahun 2009.................................................................. 15
vi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Potongan Melintang Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga......................................................................... 30
2. Alur Bagan Proses Produksi........................................... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto Buah Tanaman Kopi yang siap di panen petik merah hasil sambungan............ .............................................. 39
2. Foto Alat Pengolahan Kopi Secara Basah ....................... 40 3. Foto Buah Kakao yang telah berproduksi di Lokasi Prima
Tani Kabupaten Kepahiang hasil pemangkasan............... 41 4. Foto Ternak Kambing PE di Lokasi Prima Tani Desa
Imigrasi Permu Kabupaten Kepahiang............................ 42 5. Foto Biogas menggunakan bahan baku kotoran
kambing............... ....................................................... 43 6. Foto Demplot Padi Teknologi PTT............... ................... 44 7. Foto Sekretariat Koperasi Gapoktan PRIMA KARYA di
Desa Imigrasi Permu Kabupaten Kepahiang............... .... 45 8. Foto Saung sekaligus menjadi Klinik Agribisnis Prima Tani
Kabupaten Kepahiang................................................... 46 9. Struktur Organisasi Koperasi Tani Gapoktan PRIMA
KARYA............... ......................................................... 47
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam laboratorium agribisnis PRIMA TANI akan dibangun
model percontohan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) berbasis
inovasi yang memadukan sistem inovasi teknologi dan kelembagaan
pedesaan. Penentuan inovasi teknologi dan kelembagaan dilaksanakan
berdasarkan hasil kegiatan PRA dan Rancang Bangun yang telah
disusun.
Penentuan inovasi teknologi dalam rancang bangun
laboratorium agribisnis terkait dengan: (1) jenis komoditas dan
teknologi yang akan dikembangkan, (2) integrasi kegiatan inovasi
teknologi dengan Klinik Agribisnis PRIMA TANI yang telah dibentuk, (3)
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 tahun (Road -
Map), (4) kebutuhan finansial untuk kegiatan inovasi selama 3 tahun,
(5) perkiraan dampak inovasi terhadap peningkatan pendapatan
petani, (6) dukungan stakeholders (Pemda, Peguruan Tinggi, swasta)
berupa finansial maupun non finansial, dan (7) organisasi pelaksana
PRIMA TANI.
Sejalan dengan 7 aspek tersebut, maka inovasi teknologi di
lokasi PRIMA TANI akan dilaksanakan dalam 2 kelompok aktivitas yang
saling terkait dan mendukung antara satu dengan lainnya yaitu : (1)
penguatan aspek pasca panen dan sub sistem agribisnis lainnya guna
menciptakan Agroindustrial Pedesaan (AIP), dan (2) optimalisasi
integrasi dan diversifikasi guna menciptakan Sistem Usahatani
Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) untuk meningkatkan pendapatan
petani.
Pada tahun pertama (2007), telah dirintis (1) pengembangan
sistem integrasi dan diversifikasi komoditas utama yang dikembangkan
di Desa Imigrasi Permu yaitu kopi – kambing – kakao guna
2
menciptakan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID),
serta (2) penguatan sub sistem agribisnis kelembagaan yaitu
pembentukan Gapoktan, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), bangunan
dan organisasi Klinik Agribisnis serta (3) pemantapan sub sistem
produksi padi dan sayuran.
Selain itu, BPTP Bengkulu sebagai vocal point dan menjadi
inisiator serta fasilitator dalam pelaksanaan program PRIMA TANI di
Desa Imigrasi Permu, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang,
telah berhasil menggalang koordinasi dan dukungan yang kuat dengan
berbagai pemangku kepentingan (dinas/instansi pemerintah, swasta,
lembaga penelitian, perguruan tinggi, kelompok tani) dalam upaya
mewujudkan Desa Agro Industrial. Dari hasil analisis, pada akhir tahun
pertama (2007) telah terjadi peningkatan pendapatan dari Rp
950.995,- menjadi Rp 1.169.725,- (23%) yang berasal dari komoditas
padi, kopi dan ternak kambing.
Pada tahun ke dua (2008) berbekal keberhasilan yang telah
dicapai pada tahun pertama, skala kegiatan di lapangan (laboratorium
agribisnis) diperluas. Kegiatan akan berlanjut, inovasi teknologi
diarahkan pada perbaikan sistem produksi melalui optimalisasi pola
integrasi tanaman – ternak, diversifikasi komoditas dan pengembangan
produk pasca panen. Pembinaan kelembagaan agribisnis diperluas ke
lembaga pasca panen dan pemasaran, finansial, jasa alsintan dengan
menumbuhkan dan memperkuat hubungan fungsional antara
kelembagaan yang ada dalam wilayah Laboratorium Agribisnis yaitu
Gapoktan, LKM serta Klinik Agribisnis. Guna mendukung percepatan
peningkatan pendapatan petani, juga akan dilaksanakan
pengembangan sistem pemasaran benih sayuran dan pemantapan
subsistem produksi benih padi.
3
B. Justifikasi
Paradigma baru Badan Litbang Pertanian yaitu Penelitian untuk
Pembangunan (Research for Development) menuntut peningkatan
akuntabilitas BPTP Bengkulu sebagai salah satu unit Badan Litbang
Pertanian dalam merakit inovasi teknologi yang dapat diadopsi oleh
pengguna melalui percontohan riil di lapangan dalam bentuk
laboratorium agribisnis melalui pelaksanaan Program Rintisan dan
Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani).
Pengenalan dan akselerasi adopsi inovasi teknologi pertanian
yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian perlu ditingkatkan
intensitasnya melalui kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan secara
terintegrasi antara penghasil inovasi (Badan Litbang Pertanian) dengan
pengguna inovasi (petani, dinas/instansi terkait lingkup Pemda,
swasta, LSM, perguruan tinggi), sebagai pelaksanaan paradigma baru
Badan Litbang Pertanian.
Kegiatan Prima Tani di Kabupaten Kepahiang merupakan
kegiatan yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 (merupakan
kegiatan lanjutan). Pada tahun 2007 telah dilakukan kegiatan-kegiatan
dalam rangka persiapan inovasi Prima Tani yaitu antara lain PRA,
survei pendasaran, survei sumberdaya lahan, penyusunan rancang
bangun laboratorium agribisnis, pembentukan kelembagaan dan
pelatihan-pelatihan bagi petani. Pada tahun 2008 kegiatan-kegiatan
difokuskan pada inovasi teknologi dan kelembagaan di lapangan untuk
membangun desa percontohan berbasis inovasi teknologi dan
kelembagaan di Kabupaten Kepahiang.
C. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan
agribisnis sangat kompleks, bukan saja dilihat dari sisi subsistem
agribisnisnya (dari hulu sampai hilir), namun juga dipengaruhi oleh
4
adat-istiadat, budaya dan norma yang hidup dan berkembang di
masyarakat.
Oleh sebab itu, pengembangan inovasi Prima Tani (teknologi
dan kelembagaan) tidak dapat dilaksanakan tanpa memanfaatkan
potensi yang ada di masyakat petani. Petani haruslah dipandang
sebagai kekuatan yang kuat, bila mereka dapat memiliki satu persepsi
dan satu kesatuan tindakan untuk memajukan diri mereka sendiri
melalui fasilitasi berbagai pihak, diantaranya lewat Prima Tani.
Dalam Prima Tani tidaklah terlalu sulit melaksanakan inovasi
teknologi dan kelembagaan, yang paling sulit adalah bagaimana
memotivasi petani sehingga mereka ikut merasakan dan ikut
bertanggung jawab melaksanakan inovasi tersebut untuk kemajuan
petani. Prima Tani haruslah milik petani, sehingga keberhasilan Prima
Tani merupakan keberhasilan petani dan kegagalan Prima Tani juga
merupakan kegagalan petani, bukan hanya kegagalan BPTP Bengkulu.
Untuk melaksanakan inovasi teknologi dan kelembagaan di Desa
Imigrasi Permu, BPTP Bengkulu harus bekerja keras dan menggalang
dukungan dari berbagai pihak sebagai bentuk tanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas pelayanan kepada pengguna.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa masalah yang timbul
dan dapat menjadi sumber kegagalan pelaksaan Prima Tani bila tidak
dapat diselesaikan dengan baik, yaitu:
1. Bagaimana merumuskan rancang bangun inovasi teknologi dan
kelembagaan yang benar-benar dirasakan oleh petani sebagai milik
mereka karena dapat memenuhi kebutuhan mereka akan
pengembangan inovasi.
2. Bagaimana meningkatkan motivasi petani dalam pelaksanaan Prima
Tani melalui pengawalan dan evaluasi pelaksanaan inovasi secara
terus-menerus, teratur dan terarah. Tim Prima Tani BPTP harus
bekerja ekstra keras dan kreatif untuk melaksanakan hal ini, bukan
saja terkait dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki (SDM,
5
waktu, dana, pengetahuan, dan pengalaman), tetapi juga terkait
dengan bagaimana menumbuhkan kepercayaan pengguna,
khususnya petani.
3. Agar inovasi teknologi dan kelembagaan dapat diadopsi oleh
petani, maka inovasi tersebut harus dapat mereka lakukan sendiri
dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Inovasi yang
dikembangkan adalah inovasi spesifik lokasi, meliputi perbaikan
implementasi teknologi dan penguatan kelembagaan petani.
D. Tujuan
Tujuan jangka panjang Prima Tani adalah mewujudkan Sistem
Usahatani Intensfikasi dan Diversifikasi (SUID) menuju Agribisnis
Industrial Pedesaan menuju (AIP). Di Desa Imigrasi Permu pada tahun
2009 inovasi Prima Tani ditujukan pada:
1. Mengimplementasikan inovasi teknologi K3 dan kelembagaan
2. Meningkatkan pendapatan petani sebesar 100%
E. Sasaran
1. Berkembangnya usaha agribisnis komoditas kambing, kopi, kakao
(K3) melalui Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi.
2. Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi perdesaan
melalui pengembangan koperasi.
F. Luaran Hasil Kegiatan yang diharapkan
1. Terimplementasinya inovasi teknologi K3 dan kelembagaan
2. Meningkatnya pendapatan petani sebesar 100%
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Upaya mempercepat pencapaian visi Pemerintah Daerah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan adalah dengan memberdayakan
masyarakat, agar mereka mau dan mampu menerapkan inovasi teknologi.
Program pengembangan potensi wilayah berbasis inovasi teknologi yang
melibatkan peran aktif masyarakat merupakan salah satu cara
mempercepat peningkatan produktifitas untuk mendapatkan nilai tambah.
Sejalan dengan visi Pemerintah Daerah tersebut, Badan Litbang
Pertanian sejak tahun 2005 mengimplementasikan “Program Rintisan dan
Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian” atau lebih
populer disebut Prima Tani. Hal ini sejalan dengan paradigma Badan
Litbang Pertanian yang menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam
percepatan pembangunan pertanian berkelanjutan yang berorientasi
kepada peningkatan kesejahteraan petani.
Prima Tani adalah model atau konsep baru diseminasi teknologi
yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan inovasi
baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Prima Tani juga merupakan
inisiatif untuk mengatasi masalah kebuntuan dan kelambanan penerapan
inovasi teknologi secara luas oleh petani/pengguna untuk meningkatkan
kesejahteraan, sehingga program ini berfungsi sebagai jembatan
penghubung antara lembaga penelitian dengan lembaga penyampaian
teknologi. Oleh karena itu, dalam jangka panjang, Prima Tani dapat
diandalkan sebagai salah satu program nasional pembangunan pertanian
di daerah.
Prima Tani adalah suatu model pengembangan Agribisnis terpadu
antara Penelitian – Penyuluhan – Agribisnis – Pelayanan Pendukung yang
berbasis inovasi teknologi dalam suatu kawasan Laboratorium Agribisnis.
Prinsip yang digunakan dalam Prima Tani adalah Build, Operate dan
Transfer (BOT) yang mengandung arti bahwa model inovasi yang
diperkenalkan dan dimasyarakatkan merupakan sesuatu yang baru,
7
sifatnya masih introduksi awal untuk selanjutnya diestafetkan kepada
institusi teknis yang melaksanakan program pengembangan dalam skala
luas (massal).
Prima Tani intinya adalah membangun model percontohan untuk
mengembangkan proses transformasi struktur agribisnis dari pola
dispersal menjadi pola industrial dalam bentuk Unit Agribisnis Industrial
(UAI), dapat juga disebut Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan
merupakan satu rantai pasok terpadu (unified supply chain).
Setiap usaha agribisnis tidak lagi berdiri sendiri atau bergabung
dalam asosiasi horizontal, tetapi memadukan diri dengan usaha-usaha lain
yang bergerak dalam seluruh bidang usaha yang ada pada alur produk
vertikal (hulu hingga hilir) dalam satu kelompok usaha. Oleh karena itu,
usahatani yang dikembangkan dalam Prima tani adalah “Sistem Usahatani
Intensifikasi Diversifikasi” (SUID) yang mengintegrasikan kegiatan rumah
tangga, usahatani dan kegiatan non-usahatani.
Dalam Prima Tani terkandung dua unsur pembaharuan yaitu: (i)
inovasi teknologi tepat guna siap terap dan manajemen usaha agribisnis
serta (ii) inovasi kelembagaan yang memadukan sistem atau rantai pasok
inovasi dan sistem agribisnis.
Pada dasarnya Prima Tani bertujuan untuk membangun model
percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis inovasi teknologi, yang
memadukan sistem inovasi dengan kelembagaan agribisnis. Selain itu,
Prima Tani dapat mempercepat waktu, peningkatan kadar dan
memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh
Badan Litbang Pertanian, serta memperoleh umpan balik tentang
karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi guna
meningkatkan pendapatan keluarga petani.
Keluaran akhir Prima Tani adalah rancang bangun sistem dan
usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif yang
meliputi: (i) model kelembagaan sistem dan usaha agribisnis berbasis
pengetahuan dan teknologi inovatif, (ii) model pengadaan sistem
8
teknologi dasar (benih, prototipe alsintan, usaha pasca panen skala
komersial) secara luas dan desentralistik, (iii) model penyediaan sistem
informasi, konsultasi dan sekolah lapang bagi para praktisi agribisnis, dan
(iv) model pembinaan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat
untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem
dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi secara mandiri.
Manfaat dari program Prima Tani terhadap pembangunan sektor
pertanian adalah: (i) meningkatnya muatan inovasi baru dalam
pengembangan sistem dan usaha agribisnis, (ii) meningkatnya efisiensi
sistem produksi, perdagangan dan konsumsi komoditas pertanian, dan (iii)
meningkatnya percepatan penyebaran dan adopsi inovasi teknologi
pertanian oleh pengguna.
Prima Tani dilaksanakan dengan 4 (empat) strategi dasar yaitu
menerapkan teknologi inovatif tepat guna, membangun model
percontohan, mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan,
dan basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah
agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
Prima Tani diimplementasikan dengan 5 (lima) pendekatan yaitu:
(1) memperhatikan kesesuaian kondisi biofisik lokasi meliputi aspek
sumberdaya lahan, air, wilayah, komoditas dan komoditas dominan
(agroekosistem), (2) memperhatikan struktur dan keterkaitan sub-sistem
penyediaan input, usahatani, pasca panen dan pengolahan, pemasaran
dan penunjang dalam satu sistem (agribisnis), (3) optimasi penggunaan
lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah
satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama, sedangkan
beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama kaitannya
dengan resiko ekonomi/harga (pendekatan wilayah), (4) tidak hanya
memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau
individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup
modal sosial, norma dan aturan yang berlaku (kelembagaan), serta (5)
berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
9
Prima Tani merupakan program pengembangan agribisnis berbasis
agroekosistem bersifat lintas institusi lingkup Badan Litbang Pertanian
yang melibatkan Bappeda, dinas/instansi terkait, lembaga penyuluhan,
swasta dan kelompok petani sebagai pelaksana. Prima Tani dilaksanakan
dengan cermat melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut
adalah:
1. Survei dan pemetaan kesesuaian lahan untuk mengetahui karakteristik
wilayah dan menghasilkan peta kesesuaian lahan.
2. Survei dan pemetaan sumberdaya air untuk mengetahui peta potensi
air tanah dan pola tanam yang sesuai.
3. Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk mengetahui
permasalahan usahatani dan mendisain inovasi teknis dan
kelembagaan dalam bentuk Laboratoium Agribisnis sebagai upaya
pemecahan masalah usahatani.
4. Pelaksanaan Survei Pendasaran (Baseline Survey) yang akan menjadi
tolok ukur awal keragaan masyarakat petani.
5. Pembentukan kelembagaan agribisnis dalam rangka penguatan
kelembagaan petani.
6. Sosialisasi Prima Tani agar bersinergi dengan Program Pemerintah
Daerah karena akan dimassalkan oleh Pemerintah Daerah.
7. Implementasi inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan pada
Laboratorium Agribisnis Prima Tani.
8. Monitoring dan Evaluasi Prima Tani.
9. Massalisasi program oleh Pemerintah Daerah.
Program Prima Tani ini diharapkan akan mampu memberikan
manfaat kepada pembangunan sektor pertanian secara nyata, antara lain
(1) meningkatkan muatan inovasi baru dalam sistem pertanian, (2)
meningkatkan efisiensi sistem produksi, perdagangan dan konsumsi
komoditas pertanian Indonesia, (3) meningkatkan akuntabilitas Badan
Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi pertanian melalui percepatan
penyebaran dan adopsi inovasi teknologi Badan Litbang oleh pengguna.
10
Keberhasilan program ini ditentukan oleh niat baik dan semangat tinggi
para pelaksana, serta kemampuan berkoordinasi berbagai pihak yang
terkait, secara sinergis dalam setiap tahap kegiatan.
11
III. METODE DISEMINASI
A. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Prima Tani dilaksanakan selama tiga tahun (sejak tahun 2007
sampai dengan tahun 2009) berlokasi pada Agroekosistem Lahan
Kering Dataran Rendah Iklim Basah (LKDRIB) di Desa Imigrasi Permu,
Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang
B. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Persiapan :
Sosialisasi Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis
2. Implementasi Rancang Bangun / Kegiatan Inovasi
a) Inovasi Teknologi Tanaman Kopi
• Demplot mesin pengolahan kopi basah
• Penyambungan
• Pemupukan organik
• Pelatihan pengolahan kopi basah petik merah
• Menghitung analisis usahatani dan farm record keeping
(FRK)
b) Inovasi Teknologi Tanaman Kakao
• Pemangkasan
• Pemupukan organik
• Menghitung analisis usahatani dan farm record keeping
(FRK)
c) Inovasi Teknologi Ternak Kambing
• Pelatihan pengolahan pemerahan dan pascapanen susu
kambing
• Pelatihan pembuatan pupuk organik cair
• Pelatihan dan demplot biogas
12
• Menghitung analisis usahatani dan farm record keeping
(FRK)
d) Inovasi Teknologi Tanaman Padi
• Demplot tanaman padi di sekitar saung PRIMA TANI
• Menghitung analisis usahatani dan farm record keeping
(FRK)
e) Inovasi Kelembagaan
• Mengadakan Pertemuan rutin gapoktan pada tanggal 15
setiap bulan
• Pembinaan LKM gapoktan (koperasi)
• Penataan klinik agribisnis sebagai media pembelajaran
petani
• Melaksanakan farm record keeping (FRK)
• Mencatat Jumlah Pengunjung
C. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Prima Tani tahun 2009 dilakukan melalui
metode partisipatif dan koodinatif melalui peningkatan aktivitas
gapoktan, pelaksanaan demplot dan kegiatan pelatihan.
D. Metode Analisis
Diskriptif komparatif dan Analisis Finansial dan dampak PRIMA TANI
1. Analisis Deskriptf untuk membahas data-data kualitatif
2. Analisis finansial dan Analisis Dampak
13
IV. HASIL SEMENTARA
A. Hasil
Laporan Tengah Tahun kegiatan Program Rintisan dan
Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani)
pada Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah (LKDRIB) di
Kabupaten Kepahiang memuat hasil-hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan sampai tengah tahun 2009. Hasil-hasil kegiatan tersebut
adalah:
1. Sosialisasi rancang bangun laboratorium agribisnis Prima Tani
kepada gapoktan dengan mengikut sertakan petugas operasional
di tingkat lapang yang tergabung dalam tim klinik agribisnis
dalam pertemuan rutin bulanan gapoktan PRIMA KARYA.
2. Implementasi rancang bangun / kegiatan inovasi yang telah
dilaksanakan :
a. Inovasi Teknologi Tanaman Kopi
• Peningkatan produksi kopi sebagai bagian dari kegiatan K-3
dengan inovasi teknologi Penyambungan kopi yang dilakukan
pada lahan petani imigrasi permu sebagai pengembangan
kegiatan penyambungan kopi yang dilaksanakan pada tahun
2007 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Petani yang mengembangkan Teknologi
Penyambungan Tanaman Kopi di Desa Imigrasi Permu
No Nama Petani Kelompok Tani
1 Ujang Azhari Harapan Masa 1 2 Ateng Harapan Masa 1 3 Bahro Harapan Masa 1 4 Yunis Harapan Masa 2 5 Mawan Harapan Masa 2
14
• Pelatihan dan Demplot Alat Pengolahan Kopi Secara Basah
telah dilaksanakan di Klinik Agribisnis Gapoktan PRIMA KARYA,
Imigrasi Permu Kabupaten Kepahiang pada tanggal 27 Mei
2009 dengan baik sesuai panduan.
Pelaksanaan Pelatihan dan Demplot Alat Pengolahan
Kopi Secara Basah ini telah meningkatkan pemahaman dan
memberikan pengetahuan yang benar mengenai teknologi
pengolahan kopi secara basah kepada petani. Dalam Pelatihan
dan Demplot Alat Pengolahan Kopi Secara Basah ini
disampaikan materi :
1. Teknologi Pengolahan Kopi Secara Basah oleh Wilda
Mikasari, MS dan Yong Farmanta, SP Peneliti dari BPTP
Bengkulu.
2. Upaya Peningkatan Mutu Kopi di Kabupaten Kepahiang
yang disampaikan oleh Drs. Afrizon Peneliti dari BPTP
Bengkulu.
3. Motivasi panen kopi petik merah yang disampaikan oleh
Dr. Umi Pudji Astuti Penyuluh BPTP Bengkulu.
b. Inovasi Teknologi Tanaman Kakao
• Pemangkasan tanaman kakao yang dilakukan oleh petani
imigrasi permu sebagai pengembangan kegiatan
pemangkasan pada tahun 2007, nama-nama petani tersaji
pada Tabel 2.
Tabel 2. Petani yang mengembangkan Teknologi Pemangkasan Kakao di Desa Imigrasi Permu.
No Nama Petani Kelompok Tani Luas (ha)
1 Ujang Azhari Harapan Masa 1 4 2 Sarno Surya Mekar 1,5 3 Ateng Harapan Masa 2 1,5 4 Amin Harapan Masa 2 1,5 5 Nasib Tani Maju 1,5
15
c. Inovasi Teknologi Ternak kambing
• Inovasi Teknologi Ternak kambing yang dilakukan PRIMA
TANI Kabupaten Kepahiang pada tahun 2009 adalah
pemanfaatan kotoran ternak kambing melalui pelatihan dan
demplot biogas.
Tabel 3. Petani yang mengembangkan Teknologi Pembuatan Biogas.
No Nama Petani Kelompok Tani Keterangan
1 Matsani Harapan Masa 2 1 unit 2 Supandi Harapan Masa 1 Belum selesai
d. Inovasi Teknologi Tanaman Padi yang dilakukan adalah
demplot PTT padi yang di tanam di sekitar saung Prima Tani
dan lahan milik petani, pada saat ini baru dalam tahap
persemaian.
e. Inovasi Kelembagaan untuk mendukung SUID dan pencapaian
AIP. Inovasi kelembagaan yang telah dilaksanakan yaitu :
• Pertemuan rutin gapoktan pada tanggal 15 setiap bulan
Tabel 4. Materi Pertemuan rutin bulanan Gapoktan PRIMA KARYA tahun 2009.
No Bulan Materi Narasumber
1 Februari Rencana Kegiatan PRIMA TANI Tahun 2009
Yong Farmanta, SP dan Andi Ishak, A.Pi dari BPTP Bengkulu
2 Maret • Penambahan Tenaga PPL untuk Desa Imigrasi Permu
• Tata cara pengadaan pupuk bersubsidi
• Penjelasan hama dan penyakit tanaman timun dan tomat
• Penyambungan kopi
Ir. Heri Hutagalung (Kepala BP4K Kabupaten Kepahiang)
16
No Bulan Materi Narasumber
3 April • Teknologi Pemangkasan tanaman kakao
• Program PUAP
Ir. Ris Irianto (Kepala Dinas Perkebunan Kepahiang) dan Yong Farmanta, SP (BPTP Bengkulu)
4 Mei • Teknologi Pengolahan kopi secara basah
• Pembukuan Koperasi
Yong Farmanta, SP dan Andi Ishak, A.Pi (BPTPBengkulu)
5 Juni • Farm Record Keeping FRK) dan Tingkat Adopsi Teknologi oleh Petani
Andi Ishak, A.Pi (BPTP Bengkulu)
6 Juli • Teknologi Pembuatan Biogas
• Pembinaan Pembukuan dan Administrasi keuangan LKM Gapoktan
Yong Farmanta, SP dan Andi Ishak, A.Pi (BPTPBengkulu)
• Pembinaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) gapoktan
(koperasi).
Pada tahun 2009 Gapoktan Prima Karya menjadi
Koperasi Tani berbadan hukum dengan penyertaan simpan
pokok dari anggota sejumlah 14 juta rupiah. Unit-unit
usaha dikembangkan dari simpan pinjam menjadi kios
saprodi, pembayaran rekening PLN dan PDAM. Gapoktan
Prima Karya menjadi gapoktan PUAP terbaik tingkat
Propinsi Bengkulu sehingga Ketua Gapoktan diundang
untuk hadir dalam Upacara Peringatan 17 Agustus 2009 di
Istana Negara Jakarta.
17
B. Pembahasan
1. Sosialisasi rancang bangun laboratorium agribisnis Prima Tani
kepada gapoktan. Sosialisasi ini di mulai dengan memberitahukan
kepada Gapoktan dan Petugas Lapang anggota klinik Agribisnis
bahwa kegiatan Prima Tani tahun ini adalah tahun terakhir, dan
pada tahun ini juga akan dilaksanakan transfer teknologi program
Prima Tani dari Badan Litbang Departemen Pertanian melalui BPTP
Bengkulu kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepahiang. Untuk
itu perlu dipersiapkan proses penyerahan rancang bangun
laboratorium agribisnis dengan koordinasi intensif antara BPTP
Bengkulu dengan Pemerintah Daerah kabupaten Kepahiang.
2. Implementasi rancang bangun / kegiatan inovasi yang telah
dilaksanakan :
a. Inovasi Teknologi Tanaman Kopi
• Peningkatan produksi kopi dengan teknologi penyambungan
sebagai bagian dari kegiatan K-3
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam
meningkatkan produktifitas kopi di Kabupaten Kepahiang
adalah dengan meremajakan tanaman yang sudah tua dan
tidak produktif lagi. Penggunaan sumber entress dari klon
unggul yang adaptif pada daerah basah (curah hujan>2000
mm/tahun) sesuai rekomendasi Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao, Jember adalah klon BP 534, BP 920, BP 936, dan BP
436 dengan komposisi 1:1:1:1 (Puslit Koka, 2003). Prima Tani
Kepahiang menganjurkan petani Imigrasi Permu untuk
menggunakan entres klon unggul lokal seperti arahan dari
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Kepahiang.
Masalah mutu kopi Indonesia telah diketahui sejak
lama, dan berbagai program perbaikan telah diupayakan.
18
Beberapa survai menunjukkan bahwa sebagian besar kopi
ekspor, terutama Robusta masih didominasi oleh mutu
rendah, yaitu kelas mutu 4 sampai 6 (Ismayadi et al., 2006).
Rendahnya mutu kopi yang dihasilkan oleh petani
terutama disebabkan oleh cara penanganan pasca panen yang
kurang baik dan usia tanaman kopi yang telah tua, sehingga
diperlukan teknologi penyambungan guna meningkatkan
produksi kopi. Rata-rata persentase keberhasilan
penyambungan bergantung pada teknik penyambungan dan
kondisi cuaca pada saat penyambungan.
• Pelatihan dan Demplot Alat Pengolahan Kopi Secara Basah
Penerapan pengolahan secara basah pada taraf petani
berpotensi memperbaiki mutu kopi secara nyata mengingat
secara umum proses pengolahan basah mutlak memerlukan
buah tepat masak, proses olah lebih higienis, dan prosesnya
lebih cepat. Secara fisik biji kopi hasil olah basah lebih baik
dibandingkan dengan olah kering, disamping karakter
citarasanya lebih bersih.
Pengolahan kopi secara basah juga memerlukan sarana
pengolahan yang tepat untuk skala petani disamping prosedur
yang sesuai dengan baku teknis yang benar. Sarana
pengolahan yang tidak tepat dan adanya penyimpangan dari
baku teknis tersebut juga akan menghasilkan kopi yang tidak
baik dari segi fisik maupun citarasa.
Proses pengolahan kopi secara basah
Tahapan proses pengolahan kopi secara basah yang
dapat diterapkan di tingkat petani, meliputi :
19
a. Panen
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual
dengan cara memetik buah yang telah masak. Proses
pengolahan kopi secara basah memerlukan buah kopi yang
benar-benar matang (buah merah), sedangkan buah yang
masih hijau, kuning, ataupun kering nantinya tidak dapat
terkupas dengan alat pengupas kulit buah kopi (Pulper).
Keunggulan panen petik merah antara lain kulit buah kopi
mudah terkelupas karena kulit buah telah lunak, waktu
pengeringan biji kopi menjadi lebih singkat karena tidak
ada lagi kulit buah yang menempel pada biji kopi, dan biji
kopi lebih bernas sehingga ukuran biji lebih besar.
b. Sortasi Buah
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang
matang (merah) dari campuran buah hijau kuning dan
buah yang cacat (hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan
kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin
pengupas. Buah kopi merah (superior) diolah dengan
metoda pengolahan basah, agar diperoleh biji kopi HS
kering dengan tampilan yang bagus. Sedangkan buah
campuran hijau dan kuning diolah dengan cara pengolahan
kering.
Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah
kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12
jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga
aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan
berbau busuk.
20
c. Pengupasan Kulit Buah
Proses pengupasan kulit buah kopi secara basah
menggunakan alat yang dikenal dengan Pulper.
Pengupasan kulit buah kopi bertujuan untuk memudahkan
pelepasan atau pembersihan lapisan lendir dari permukaan
kulit tanduk. Keunggulan proses pengupasan kulit buah
kopi menggunakan pulper adalah (1) hasil pengupasan
baik dan bersih, (2) Perawatan mudah, murah, dan mudah
dioperasikan, serta (3) konsumsi air dan energi penggerak
rendah.
d. Pencucian Lendir Biji Kopi
Lendir yang menyelimuti biji kopi merupakan salah
satu lapisan yang dapat menghambat proses pengeringan.
Tahap pencucian bertujuan untuk melepas lapisan lendir
dan membersihkan benda asing dipermukaan kulit tanduk.
Pencucian lapisan lendir secara mekanis sangat diperlukan
agar proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.
Proses pencucian lendir biji kopi menggunakan alat yang
dikenal dengan Washer. Keunggulan alat ini adalah
(1) hasil pencucian permukaan biji baik dan bersih,
(2) perawatan mudah, murah, dan mudah dioperasikan,
(3) konsumsi air dan energi penggerak rendah.
e. Pengeringan
Pengeringan merupakan tahap pengolahan yang
sangat menetukan mutu dan citarasa kopi. Proses
pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sisa air
pencucian yang menempel pada permukaan biji serta
mengurangi kadar air biji kopi sehingga biji kopi dapat
tahan lama dalam penyimpanan. Untuk menjamin
21
kemantapan selama penyimpanan, kadar air maksimum biji
kopi adalah 12%.
Proses pengeringan yang biasa dilakukan di tingkat
petani adalah pengeringan secara alami yang dilakukan
dengan menghamparkan biji kopi di atas berbagai jenis
alas jemur, seperti plastik, karung goni, lantai semen, dan
rak. Penjemuran kopi di atas alas plastik atau karung goni
sering dilakukan pada pengolahan skala kecil, namun
pengeringan berjalan lambat. Penjemuran kopi di atas
lantai semen dapat mempercepat pengeringan karena
lantai semen memiliki kemampuan menyerap panas yang
lebih banyak dibanding plastik.
Penjemuran biji kopi di atas rak akan lebih
menguntungkan karena pemanasan terjadi dari dua arah
yaitu langsung dari sinar matahari dan udara panas dari
bawah rak sehingga pengeringan akan berlangsung lebih
cepat. Sampai saat ini metode penjemuran tersebut masih
dinilai cukup baik asalkan kadar air maksimum biji setelah
pengeringan dapat mencapai sekitar 12%. Untuk mencapai
kadar air biji kopi maksimum 12% diperlukan waktu
pengeringan selama 12 hari dengan kondisi panas terik,
sedangkan pengeringan dengan alas lantai semen
diperlukan waktu pengeringan selama 14 hari
(Sulistyowati, Cahya Ismadi, dan Budi Sumartono, 1996).
Pengolahan kopi di tingkat petani biasanya
menghasilkan kopi asalan yang kadar airnya sekitar 20%.
Eksportir melakukan kembali pengolahan terhadap kopi
asalan ini dengan mengeringkannya kembali sampai kadar
airnya maksimum 12%, serta melakukan sortasi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang masih tercampur dan
22
sortasi antara biji kopi utuh dengan biji kopi pecah dan
cacat.
Penjemuran biji kopi yang lebih menguntungkan
diterapkan oleh petani adalah penjemuran biji kopi di atas
rak karena pemanasan terjadi dari dua arah yaitu langsung
dari sinar matahari dan udara panas dari bawah rak
sehingga pengeringan akan berlangsung lebih cepat.
f. Penggilingan Biji Kopi Kering
Proses penggilingan biji kopi kering bertujuan untuk
memisahkan kulit tanduk dari biji kopi kering. Penggilingan
biji kopi di tingkat petani dilakukan menggunakan alat
penggiling (Huller) yang biasa diterapkan pada pengolahan
kopi secara kering.
g. Sortasi Biji Kopi Kering
Proses sortasi biji kopi kering di tingkat petani
dilaksanakan secara manual, yaitu memisahkan antara biji
kopi utuh, pecah, cacat, dan kotoran-kotoran atau benda
asing. Penggunaan mesin sortasi elektronik, menghasilkan
proses sortasi yang lebih efisien dan murah dibandingkan
dengan cara manual.
Praktek penggunaan alat pengolahan kopi secara
basah
a. Alat pengupas kulit buah kopi (Pulper)
Prosedur pengoperasian alat pengupas kulit buah
kopi (Pulper) Tipe Efico 100 adalah sebagai berikut :
23
1) Menghidupkan Mesin Penggerak (Motor Bensin) :
• Pastikan sabuk karet V pada sistem transmisi antara
pulley dengan mesin penggerak pada posisi
terpasang.
• Periksa bahan bakar (bensin), oli dan komponen
lainnya.
• Atur tombol pada posisi ON dan putar tuas pengatur
gas ke sebelah kiri.
• Tarik pegangan penghidup mesin pelan-pelan
sampai terasa daya tahan yang tepat, kemudian
tarik dengan cepat. Ulangi beberapa kali sampai
mesin hidup, dan putar tuas pengatur gas pada
posisi yang diinginkan.
• Pastikan silinder pisau berputar teratur.
2) Operasional Alat :
• Siapkan bahan yang akan dikupas (buah kopi
merah) dan tempat penampung hasil biji kopi
terkupas.
• Siapkan selang air pada corong pengumpan.
• Masukkan buah kopi merah pada corong
pengumpan dan alirkan air.
• Atur jarak antara silinder pisau dengan rumah pisau
melalui mur pengatur kerapatan apabila
pengupasan kulit buah kopi belum optimal.
• Bersihkan kembali bagian-bagian pulper terutama
bagian silinder pisau dengan air setiap selesai
pemakaian.
24
b. Alat pencuci lendir biji kopi (Pulper)
Prosedur pengoperasian alat pencuci lendir biji kopi
(Washer) Tipe Vertico Ws-100 adalah sebagai berikut :
1) Menghidupkan Mesin Penggerak (Motor Bensin)
• Posisikan sabuk karet V pada sistem transmisi
antara pulley washer dengan mesin penggerak pada
posisi netral (bebas).
• Periksa bahan bakar (solar), oli dan komponen
lainnya.
• Putar kran bahan bakar dan pastikan bahan bakar
mengalir.
• Atur tuas pengatur gas pada posisi START.
• Putar engkol lebih kuat dan cepat hingga putaran
cepat, kemudian lepas tuas dekompresi, motor
diesel akan hidup.
• Motor diesel diaktifkan 5-10 menit untuk pemanasan
awal.
2) Operasional Alat
• Naikkan tuas pengatur gas (sesuai dengan
kebutuhan tenaga untuk menggerakkan alat pencuci
lendir).
• Kencangkan transmisi sabuk karet V dengan cara
menarik handle kopling sehingga poros washer
berputar.
• Siapkan selang air dan pasang pada kran yang
tersedia di washer, (tersedia 3 buah kran, tetapi bila
air terbatas gunakan satu kran saja).
• Masukkan biji kopi hasil pengupasan pada corong
pengumpan dan alirkan air.
25
• Atur tuas pengatur gas (kecepatan mesin dikurangi)
bila hasil belum optimal (kopi cucian banyak yang
terkelupas/pecah).
• Kecilkan tuas pengatur pengatur gas apabila bahan
sudah habis tercuci.
• Matikan mesin penggerak dengan menempatkan
tuas pengatur gas pada posisi STOP dan tutup kran
bahan bakar.
• Bersihkan kembali bagian-bagian washer dengan
air. Peringatan : jangan membersihkan alat pencuci
(washer) bila mesin penggerak (diesel) belum
dimatikan.
b. Inovasi Teknologi Tanaman Kakao
Teknologi Pemangkasan adalah tindakan pembuangan
sebagian dari organ tanaman berupa cabang, ranting dan
daun yang bertujuan untuk:
1) Memperoleh rangka (frame) tanaman kakao yang baik
2) Mengatur agar penyebaran cabang-cabang dan daun-daun
produktif bisa merata
3) Membuang bagian-bagian tanaman yang tidak
dikehendaki, misalnya tunas air, cabang sakit/patah
4) Menekan resiko terjadinya serangan hama dan penyakit
5) Menigkatkan kemampuan tanaman untuk membentuk
buah
Jenis-jenis pemangkasan dan pelaksanaannya diuraikan
dibawah ini.
1) Pemangkasan bentuk
a) Fase Muda, dilakukan pada saat tanaman berumur 8 –
12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan
26
mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke
segala arah untuk membentuk jorket (percabangan).
b) Fase Remaja, dilakukan pada saat tanaman berumur
18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh
30-60 cm dari jorket (percabangan).
c) Caranya: Dari cabang primer tumbuh (4-6
cabang) disisakan 3 cabang (dipilih yang tumbuhnya
sehat, kuat dan arah tumbuhnya simetris dan menuju
keatas).
2) Pemangkasan pemeliharaan
a) Untuk memelihara agar kerangka tanaman kakao yang
sudah baik dapat dipertahankan.
b) Pemangkasan bentuk selesai sampai saat tanaman
kakao menghasilkan.
c) Caranya: Cabang sekunder yang tumbuh terlalu
dekat dengan jorket (jarak 40-60 cm) dibuang, cabang-
cabang sekunder berikutnya diatur agar jaraknya tidak
terlalu rapat satu sama lain.
3) Pemangkasan produksi
a) Mengatur agar penyebaran daun produktif merata.
b) Membuang daun yang kurang produktif dalam
menghasilkan makanan.
c) Membuang bagian tanaman tidak dikehendaki (sakit
dan patah).
d) Menekan resiko serangan hama dan penyakit.
e) Caranya: Mengurangi tajuk tanaman kakao yang terlalu
rimbun, cabang yang ujungnya masuk kedalam tajuk
tanaman di dekatnya dan diameter < 2,5 cm dipotong.
27
Sasaran pemangkasan untuk setiap tahap
pemangkasan yaitu:
1) Sasaran pemangkasan bentuk : cabang primer
2) Sasaran pemangkasan pemeliharaan : cabang sekunder
3) Sasaran pemangkasan produksi : daun dan ranting
Pedoman pemangkasan kakao adalah sebagai berikut:
1) Hindari memotong cabang yang terlalu besar (diameter >
25 cm), kecuali memang diperlukan.
2) Pemotongan ranting atau cabang-cabang kecil (diameter
<2,5 cm) dilakukan rapat dengan cabang induknya
sedangkan pemotongan cabang besar dilakukan dengan
mennggalkan sisa kira-kira sepanjang 5 cm.
3) Selalu dijaga agar tajuk tanaman kakao tidak sampai
terlalu terbuka yang dapat berakibat matinya sel-sel
jaringan pada bagian jorket.
4) Tidak melakukan pemangkasan jika tanaman kakao sedang
berbunga atau sebagian besar ukuran buahnya masih
kecil.
5) Dalam pemangkasan ini perlu diingat bahwa cabang dan
ranting adalah aset untuk produksi buah kakao, oleh
karena itu jangan memotong cabang atau ranting tanpa
mempertimbangkan secara bijaksana.
c. Inovasi Teknologi Ternak kambing
Inovasi Teknologi Ternak kambing yang dilakukan
PRIMA TANI Kabupaten Kepahiang pada tahun 2009 adalah
pemanfaatan kotoran ternak kambing melalui pelatihan dan
demplot biogas.
Salah satu potensi sumber energy alternative
terbarukan dan ramah lingkungan di perkebunan kopi/kakao
adalah biomassa. Potensi ini akan makin besar dengan
28
memadukan (Integrasi) secara intensif ternak dalam
pengelolaan kebun kopi dan kakao yang telah ada maupun
dalam pengembangan kebun yang akan datang. Perpaduan
keduanya sebenarnya sudah lama dilakukan oleh petani
secara swadaya. Tujuannya untuk memanfaatkan hijauan hasil
pangkasan pohon pelindung sebagai pakan ternak dan
kemudian kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organic.
Pemanfaatan yang bersifat timbal balik ini berlangsung
secara konvensional, padahal melalui penerapan teknologi
tepat guna, kotoran ternak terlebih dahulu dapat diambil
biogasnya untuk berbagai keperluan rumah tanggapetani,
baru kemudian ampas yang tertinggal digunakan sebagai
pupuk organic. Jika konsep ini dapat diterapkan secara utuh,
maka dalam hamparan lahan petani-petani kopi/kakao yang
cukup luas akan menjadi siklus materi dan siklus energy
secara bersamaan. Makin lama materi dan energy tersebut
berada dalam suatu system tertutup, keberlanjutan usaha
kopi/kakao menjadi lebih terjamin.
Biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh
peruraian senyawa organic dalam biomassa oleh bakteri alami
metanogenik dalam kondisi anaerobic. Pada umumnya biogas
merupakan campuran 50-70 % gas metana (CH4), 30-50 %
gas kerbon dioksida (CO2), 5-10 % gas hydrogen (H2), dan
sisanya berupa gas-gas lain. Biogas memiliki berat 20 % lebih
ringan dibandingkan udara dan mempunyai nilai panas
pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini sedikit lebih
rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang
mencapai 8900kkal/m3.
Selain dari kotoran ternak, gas metana juga dapat
berproduksi dari campuran beberapa jenis biomassa yang ada
diperkebunan kopi/kakao, sedangkan kotoran ternak
29
merupakan bahan pencampur yang berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan mikroba. Beberapa sifat
biomassayag memiliki pengaruh nyata terhadap produksi
biogas antara lain C/N ratio, pH, kadar air, kandungan totoal
padatan dan ukurannya. Sedangkan factor eksternal yan
gberpengaruh terhadap proses adalah suhu, laju
pengumpanan, pengadukan dan konsistensi masukan, serta
waktu tinggal di dalam reactor.
30
580 mm
310 mm
330 mm
260 mm
210 mm 150 mm
780 mm
200 mm
900 mm
300 mm4"4"
Gambar 1. Potongan Melintang Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga
31
POTENSI BAHAN BAKU
Sumber biomassa di perkebunan kopi dan kakao
berasal dari kebun dan limbah pabrik. Dari pabrik pengelolaan
akan dihasilkan kurang lebih 15 -22 m3 kulit kakao dan 5 -10
m3 kulit kopi perhektar pertahunnya. Sedangkan potensi
biomassa dari tanaman penaung secara reguler harus
dipangkas juga cukup besar. Sebagai ilustrasi, pohon lamtoro
dapat menghasilkan biomassa sebagai pakan ternak sekitar
8,9 kg daun segar per pohon per tahun, sementara kebutuhan
pakan ternak kambing rata-rata 11,5 kg per ekor perhari.
Dengan populasi 660 – 800 pohon per ha akan diperoleh 5874
– 7120 kg daun lamtoro segar pertahun. Untuk satu ekor
kembing dibutuhkan sekitar 1,3 pohon penaung lamtoro per
hari atau 475 pohon penaung lamtoro pertahun. Dengan
demikian daya dukung kebun kopi per ha untuk ternak
kambing adalah 1,4 – 1,7 ekor.
Potensi ternak kambing menghasilkan pupuk kandang
adalah 1,4 kg segar per ekor per hari. Dengan daya dukung
ternak kambing 1,4 – 1,7 ekor per ha, maka akan dihasilkan
pupuk kandang segar 2 – 2,4 kg per ha per hari (kadar air 60
%) atau mempunyai jumlah kotoran lebih banyak yaitu antara
10 – 15 kg per ekor per hari.
TEKNOLOGI PROSES DAN ALSIN
Teknologi proses produksi biogas dari limbah ternak
ditampilkan pada gambar 2. Tahap awal proses produksi
biogas adalah pengenceran dengan cara mencampur kotoran
ternak dengan air dengan nisbah padatan dan air 1 : 1.
Campuran tersebut kemudian dimasukkan kedalam reactor
biogas sampai menutup saluran pemasukan dan pengeluaran
sampai gas yang dihasilkan stabil, setelah itu pengisian
32
dilakukan 1 atau 2 hari sekali tergantung kondisi lingkungan,
pemakaian dan bahan bakunya
Secara umum, konstruksi reactor biogas tersebut
memiliki 3 bagian penting, yaitu : (1) Unit yang pencampur
yang berfungsi untuk menampung campuran, (2) Bagian
utama reactor yang merupakan tempat berlansungnya proses
fermentasi secara anaerob untuk menghasilkan biogas, (3)
Bagian pengeluaran campuran padatan dan air proses yang
langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Reaktor biogas skala individu dibuat dari drum baja
memiliki kapaitas tamping 150 liter dengan waktu tinggal
antara 18 -20 hari. Sedangkan reactor biogas skala kelompok
yang dibuat dengan konstruksi beton dengan waktu tinggal 40
– 50 hari. Biogas yang dihasilkan ditampung dalam beberapa
Limbah Peternakan
Kotoran Ternak
Pengenceran
Reaktor Biogas
Homogenisasi
Pupuk Padat Pupuk Cair
Air
Gambar 2. Alur Bagan Proses Produksi Bi
33
buah bekas ban dalam mobil atau truk. Biogas dapat lansung
dialirkan ke dalam kompir untuk digunakan sebagai sumber
panas pembakaran. Setiap 1 reaktor drum skala individu
dengan bahan baku 1 – 2 kg kotoran ternak mampu
menghasilkan 0,48 m3 biogas per hari. Gas tersebut dapat
disimpan di beberapa ban dan dapat dipanen minimal 2 kali
sehari. Jika prosesnya terjaga baik, maka panen gas dapat
dilakukan 4 kali dalam sehari (24 jam). Dilihat nilai kalor
pembakarannya, 1 m3 biogas setara dengan kalor pembakaran
minyak tanah sebanyak 0,50 – 0,60 liter.
Menurut hasil survey Pusat Penelitian Kopi dan kakao
Indonesia menunjukkan bahwa 1 keluarga petani pedesaan
dengan naggota keluarga 4 orang, membutuhkan minyak
tanah rata-rata 0,75 liter perhari, dengan demikian 1 reaktor
drum biogas dapat mensubsitusi separo dari kebutuhan
minyak tanah untuk keperluan memasak 1 hari.
d. Inovasi Teknologi Tanaman Padi
Demplot PTT padi yang di tanam di sekitar saung Prima
Tani dan lahan milik petani yang mana saat ini baru dalam
tahap persemaian. Inovasi Teknologi Demplot PTT padi
menggunakan Benih varietas baru, Pengairan intermiten,
tanam legowo, pemupukan dan pengendalian hama penyakit.
e. Inovasi Kelembagaan mendukung SUID dan AIP.
Inovasi kelembagaan yang telah dilaksanakan yaitu :
• Pertemuan rutin gapoktan pada tanggal 15 setiap bulan
Pertemuan rutin dapat menjadi motor pendorong
bagi Gapoktan Prima Karya sebagai pelaksana inovasi
Prima Tani di Desa Imigrasi Permu. Peranan gapoktan
sangat penting, karena merupakan mewadahi 5 kelompok
34
tani. Untuk itu dengan pertemuan rutin dapat menjadi
wadah memotivasi pengurus dan anggota gapoktan
sekaligus merencanakan secara bersama rencana kegiatan
inovasi yang akan dilakukan pada tahun 2009.
Gapoktan harus menjadualkan pertemuan rutin
masing-masing kelompok tani. Tujuan rapat kelompok tani
tersebut adalah untuk menyusun rencana kerja masing-
masing kelompok dan mengidentifikasi permasalahan
kelompok.
Pengisian papan informasi yang telah dibuat oleh
Gapoktan dari hasil-hasil pertemuan rutin sebagai berikut:
Informasi PUAP, teknologi biogas dan foto pertemuan oleh
BPTP; daftar peminjam dana Gapoktan, LPPU dan notulen
rapat oleh Gapoktan; informasi cara pengadadaan pupuk
bersubsidi dan penyuluhan oleh BPP dan PPL,
pengendalian hama penyakit oleh Petugas POPT. Membuat
identifikasi penerapan teknologi anggota kelompok tani
untuk padi (cara tanam, pemupukan), kopi
(penyambungan), kambing (pembuatan kompos, pakan)
dan kakao (pemangkasan).
• Pembinaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) gapoktan
(koperasi).
Gapoktan Prima Karya pada tahun 2008
mendapatkan alokasi dana Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) dari Departemen Pertanian
sebesar 100 juta rupiah yang telah dikembangkan untuk
simpan pinjam memperkuat permodalan petani anggota
dalam usahatani dan membuat kios pupuk.
35
Jumlah dana PUAP seluruhnya yang telah
berkembang sampai bulan Agustus 2009 sebesar 120 juta
rupiah. Dengan pembinaan inovasi kelembagaan maka
pada tahun 2009 Gapoktan Prima Karya menjadi Koperasi
Tani berbadan hukum dengan penyertaan simpan pokok
dari anggota sejumlah 14 juta rupiah. Unit-unit usaha
dikembangkan dari simpan pinjam menjadi kios saprodi,
pembayaran rekening PLN dan PDAM.
Gapoktan Prima Karya menjadi gapoktan PUAP
terbaik tingkat Propinsi Bengkulu sehingga Ketua Gapoktan
diundang untuk hadir dalam Upacara Peringatan 17
Agustus 2009 di Istana Negara Jakarta. Sebagai lembaga
yang tumbuh dan dikembangkan dari partisipasi
masyarakat, Gapoktan Prima Karya dengan koperasi
taninya telah menjadi kekuatan ekonomi dalam
pengembangan agribisnis di Desa Imigrasi Permu, dan
dengan keberadaan Klinik Agribisnisnya telah menjadi
pusat informasi inovasi teknologi pertanian secara
partisipatif dari petani, oleh petani dan untuk petani.
Klinik Agribisnis Prima Tani yang terbentuk dengan
swadaya masyarakat digunakan sebagai tempat pertemuan
dan aktifitas gapoktan. Dari berukuran 6 x 9 m, Klinik
Agribisnis di renovasi diperluas menjadi 10 x 9 m, yang
memiliki gudang pupuk, kamar bagi petugas, fasilitas air
bersih dan kamar mandi serta listrik.
Bangunan Klinik Agribisnis menjadi salah satu aset
yang telah menjadi pusat informasi penyuluhan di
Kabupaten Kepahiang, dipakai bukan hanya oleh gapoktan
namun juga oleh berbagai dinas/instansi untuk berbagai
keperluan sosialisasi/pertemuan.
36
V. KESIMPULAN SEMENTARA
Prima Tani yang dilaksanakan di Desa Imigrasi Permu, Kecamatan
Kepahiang, Kabupaten Kepahiang pada pertengan tahun 2009 telah
mendorong implementasi inovasi teknologi perbaikan budidaya kambing,
kopi dan kakao serta memperkuat kelembagaan gapoktan. Inovasi yang
dilakukan di lokasi Prima Tani adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Produksi Kopi dengan Inovasi Teknologi Penyambungan
Kopi dan pengolahan kopi secara basah.
2. Pemangkasan Tanaman Kakao.
3. Pembuatan Biogas dengan memanfaatkan kotoran ternak kambing
4. Demplot Padi Teknologi PTT
5. Inovasi Kelembagaan dengan Pembinaan Gapoktan melalui pertemuan
rutin dan pengelolaan LKM
37
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2004a. Rancangan Dasar Prima Tani (Program
Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2004b. Pedoman Umum Prima Tani (Program
Rintisan dan akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Petunjuk Teknis Participatory Rural
Appraisal (PRA). Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian, 2006. Petunjuk Teknis Penyusunan Rancang
Bangun Laboratorium Agribisnis. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Badan Litbang Pertanian, 2006. Petunjuk Teknis Penumbuhan
Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian, 2006. Rancangan Dasar Prima Tani (Program
Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
[Balitnak] Balai Besar Penelitian Ternak, 2008. Pakan Tenak dari Limbah
Tanaman Perkebunan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Integrasi Tanaman Perkebunan dan Ternak.
Bappeda Kepahiang 2006. Profil Kabupaten Kepahiang. Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepahiang. BPS. 2006. Bengkulu Dalam Angka. Biro Pusat Statistik, Bengkulu Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006. Pedoman Umum Prima
Tani. Deptan, Jakarta. Ismayadi C., B. Sumartono, W.R. Susilo & S. Mawardi. 2006. Teknologi
sistem olah basah sederhana untuk peningkatan mutu hasil pada perkebunan kopi rakyat. Makalah Simposium Kopi 2006. Surabaya 2 s.d. 3 Agustus 2006.
38
[Puslit Koka] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2003. Poster Bahan tanam kopi Robusta unggul Baru. Diterbitkan Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Kopi dan Kakao TA 2003.Thahir,R.A. Djajanegara dan A. Hasanuddin, 2006. Panduan Penerapan Inovasi Teknologi dalam Prima Tani. Materi TOT Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Zaenudin,A.T. 1995. Research on Nutrition and Feed Resources to Enhance Livestock Production in Malaysia,Proc. Utilization of Feed Resources in Relation Nutrition and Physiology of Ruminants in the Tropics. Trop.Agric.Res Series.
39
Lampiran 1. Foto Buah Tanaman Kopi yang siap di panen petik merah hasil sambungan
40
Lampiran 2. Foto Alat Pengolahan Kopi Secara Basah
41
Lampiran 3. Foto Buah Kakao yang telah berproduksi di Lokasi Prima Tani Kabupaten Kepahiang hasil pemangkasan
42
Lampiran 4. Foto Ternak Kambing PE di Lokasi Prima Tani Desa Imigrasi
Permu Kabupaten Kepahiang
43
Lampiran 5. Foto Biogas menggunakan bahan baku kotoran kambing
44
Lampiran 6. Foto Demplot Padi Teknologi PTT
45
Lampiran 7. Foto Sekretariat Koperasi Gapoktan PRIMA KARYA di Desa Imigrasi Permu Kabupaten Kepahiang
46
Lampiran 8. Foto Saung sekaligus menjadi Klinik Agribisnis Prima Tani Kabupaten Kepahiang
47
Lampiran 9. Struktur Organisasi Koperasi Tani Gapoktan PRIMA KARYA