LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS...
-
Upload
nguyenthuan -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN STRATEGIS...
LAPORAN TAHUNAN
PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
PATAHAN AKTIF PADA ZONA PEGUNUNGAN SELATAN BERDASARKAN ANALISIS MORFOTEKTONIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KAWASAN RAWAN LONGSOR DI JAWA BARAT SELATAN
Tahun ke 1 (Satu) dari rencana 2 (dua) tahun
Ketua/Anggota Tim :
Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT. (NIDN. 0022016701) Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA. (NIDN. 0016075803)
Drs. Achmad Sjafrudin, M.Si. (NIDN. 0017075005)
MITRA KERJA: Asep Nursalim, ST., MT. (NIP. 19740711 200604 1 002)
UNIVERSITAS PADJADJARAN Oktober 2015
ii
iii
RINGKASAN
Isu strategis yang menjadi tema dalam penelitian ini adalah pengelolaan bencana.
Aspek kegempaan, longsor, dan aksesibilitas di wilayah Jawa Barat bagian selatan menjadi
latar belakang penelitian. Keterbatasan kesampaian daerah dengan morfologi berlereng
relatif terjal dan ancaman bahaya geologi menjadi kendala dalam pengembangan wilayah
di kawasan ini.
Morfotektonik merupakan karakteristik geomorfologi sebagai respon tektonik.
Morfometri DAS dapat mencerminkan kondisi tektonika suatu wilayah. Parameter
morfometri dan tektonik dapat menjadi indikator aktivitas suatu patahan. Patahan aktif
merupakan jejak tektonika yang dapat menjadi sumber kegempaan di wilayah darat. Jawa
Barat selatan didominasi oleh produk vulkanik berumur Kuarter. Material tersebut pada
umumnya bersifat labil, apalagi jika mengalami patahan. Beberapa wilayah di Jawa Barat
bagian selatan secara regional dikontrol oleh patahan aktif. Pergerakan patahan ini dapat
dipicu oleh aktivitas subduksi di selatan P.Jawa. Longsor merupakan salah satu respon
karakteristik fisik dan keteknikan batuan penyusun lahan akibat adanya patahan aktif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana karakteristik
morfotektonik dapat menjadi indikator keberadaan patahan aktif dan perannya dalam
mengontrol kawasan longsor di Jawa Barat bagian selatan. Tujuan yang dicapai adalah
mengkaji karakteristik bentangalam yang terbentuk oleh proses tektonik, memetakan
patahan aktif, memetakan zona longsor, serta menguji sejauh mana morfotektonik dapat
menjadi indikator keberadaan patahan aktif dan kawasan rawan longsor di Jawa Barat
bagian selatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
membantu masyarakat dan pemerintah dalam mencari solusi penanganan krisis akibat
bencana geologi.
Sistematika penelitian didasarkan atas pola pikir bahwa peristiwa geologi masa
lampau, seiring dengan perkembangannya menghasilkan bentangalam yang khas. Zona
longsor sangat terkait dengan keberaan patahan aktif yang dapat dicerminkan oleh
karakteristik morfotektonik dan litologi tertentu yang perlu diinventarisasi dan dipetakan
keberadaannya. Pendekatan probabilistik digunakan dalam analisis data.
Hasil penelitian yang telah dicapai meliputi data hasil observasi lapangan di wilayah
Garut dan Cianjur bagian selatan, hasil analisis laboratorium sifat fisik dan mekanika
tanah, skripsi mahasiswa S1 dan tesis mahasiswa S2 Teknik Geologi, artikel ilmiah
dipresentasikan dalam forum internasional. Data hasil observasi lapangan mencakup
pengukuran kekar, data unit-unit morfotektonik, dokumentasi berupa foto, sampel untuk
analisis sifat fisik dan mekanika tanah. Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan adalah
melanjutkan observasi lapangan, analisis data, pembuatan peta-peta tematik, dan
penyusunan buku ajar pada tahun ke-2.
Kata kunci: patahan aktif, morfotektonik, DAS, longsor, Jawa Barat Selatan
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin-Nya
penelitian tahun ke-1 dengan judul “Patahan aktif pada zona pegunungan selatan
berdasarkan analisis morfotektonik dan dampaknya terhadap kawasan rawan longsor di
Jawa Barat Selatan” mendapatkan pembiayaan melalui skema Hibah Penelitian Strategis
Nasional dengan nomor kontrak 393/UN6.R/PL/2015 tanggal 16 Februari 2015. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga penelitian ini dapat terlaksana, semoga Tuhan selalu memberikan rahmat-Nya.
Penelitian ini dilatarbelakangi aspek kegempaan, longsor, dan aksesibilitas di
wilayah Jawa Barat bagian selatan. Keterbatasan kesampaian daerah dengan morfologi
berlereng relatif terjal dan ancaman bahaya geologi menjadi kendala dalam pengembangan
wilayah di kawasan ini. Permukaan bumi memiliki karakteristik material dan proses
geologi-klimatologi yang bervariasi. Peristiwa tektonik dapat memicu ketidakstabilan
lahan akibat deformasi yang intensif. Permasalahan utama yang menjadi fokus penelitian
adalah sejauh mana karakteristik morfotektonik dapat menjadi indikasi keberadaan patahan
aktif serta implikasinya terhadap zonasi kawasan rawan longsor di wilayah Jawa Barat
Selatan. Sistematika penelitian didasarkan atas pola pikir bahwa karakteristik geomorfologi
berkaitan dengan tektonik. Pada kasus tertentu, hal ini dapat mengakibatkan deformasi
lahan yang dapat memicu lahan menjadi rentan terhadap longsor.
Laporan tahunan ini terbagi dalam tujuh bab meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, hasil dan pembahasan, rencana tahapan
berikutnya, serta kesimpulan dan saran. Di samping penjelasan dilakukan secara
sistematik, laporan ini juga dilengkapi dengan gambar / ilustrasi berupa foto-foto
dokumentasi.
Akhirnya kami berharap semoga penelitian ini dapat dilanjutkan dan bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait atau yang membutuhkannya.
Bandung, 26 Oktober 2015
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................
1
1
1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional ..............................................................................
2.2 Morfotektonik ...................................................................................
2.3 Patahan Aktif ………………………………………………............
2.4 Gerakan Tanah ……………………………………………….........
2.5 Road Map Penelitian …………………………………………........
3
5
7
8
9
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................ 12
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 14
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
5.1. Karakteristik Morfotektonik ............................................................
5.1.1. DAS Cisadea ..........................................................................
5.1.2. DAS Cipandak .......................................................................
5.1.3. DAS Cilayu ............................................................................
5.1.4. DAS Cikandang .....................................................................
5.1.5. DAS Cikaingan ......................................................................
5.2. Sifat Fisik dan Mekanika Tanah Hasil Pelapukan Batuan Vulkanik
16
16
16
19
21
25
29
31
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................ 35
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 37
LAMPIRAN ................................................................................................................ 40
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indeks geomorfik (Wells dkk,1988; dalam Stewart & Hancock, 1994) 5
Tabel 2. Klasifikasi derajat aktivitas tektonik berdasarkan indeks sinusitas muka
gunung (Doornkamp, 1986) ......................................................................
6
Tabel 3. Orde sungai dan rasio cabang sungai (Rb) di bagian tengah DAS
Cisadea .......................................................................................................
18
Tabel 4. Distribusi kerapatan pengaliran di bagian tengah DAS Cisadea ............... 18
Tabel 5. Karakteristik morfometri DAS Cipandak .................................................. 20
Tabel 6. Karakteristik morfometri DAS Cilayu ....................................................... 22
Tabel 7. Rasio cabang sungai sub DAS Cilayu ....................................................... 23
Tabel 8. Nilai sinusitas muka gunung DAS Cilayu ................................................. 24
Tabel 9. Karakteristik morfometri DAS Cikandang ................................................ 26
Tabel 10. Karakteristik morfometri DAS Cikaingan ................................................. 29
Tabel 11. Karakteristik kadar air, berat jenis, dan jenis tanah hasil pelapukan
batuan vulkanik di Cianjur dan Garut bagian selatan ................................
31
Tabel 12. Plastisitas tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di Cianjur-Garut
bagian selatan .............................................................................................
32
Tabel 13 Distribusi ukuran butir tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di
Cianjur-Garut bagian selatan ....................................................................
33
Tabel 14 Rencana tahapan selanjutnya ..................................................................... 35
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian ....................................................................... 2
Gambar 2. Fisiografi wilayah Jawa bagian barat (van Bemmelen, 1949) ............. 3
Gambar 3. Skema kerangka pemikiran .................................................................. 10
Gambar 4. Skema kerangka penelitian .................................................................. 15
Gambar 5. Distribusi sub DAS di bagian tengah DAS Cisadea ............................ 17
Gambar 6. Stereonet and rosette diagram data kekar yang terdapat pada
singkapan batupasir tufaan, pada koordinat 7o
22’ 3,4” LS dan 107o
19’ 44,1” BT..........................................................................................
20
Gambar 7. Peta distribusi sub-sub DAS di Blok A dan B sesar mendatar
Cipandak (kiri) dan gawir sesar (kanan), Cianjur Selatan ...................
21
Gambar 8. Korelasi antara jumlah segmen sungai dan Dd di DAS Cikandang ..... 26
Gambar 9. Pola Pengaliran di DAS Cikandang dan sekitarnya. Pola aliran Trelis
(A), Paralel (B), Dendritik (C), dan Subparalel (D)..............................
27
Gambar 10. Bentuk lahan perbukitan yang tersebar di Kecamatan Bungbulang,
Kecamatan Pakenjeng, Desa Nyalindung..............................................
27
Gambar 11. Kenampakan Tiga Dimensi (3D) geomorfologi sebagian DAS
Cikandang .............................................................................................
27
Gambar 12. Korelasi antara jumlah segmen sungai dengan kerapatan pengaliran
(Dd) untuk sungai orde 1 s/d 6 DAS Cikaingan ...................................
30
Gambar 13. Korelasi antara berat jenis dan kadar air pada tanah hasil pelapukan
batuan vulkanik .....................................................................................
32
Gambar 14. Korelasi antara proporsi ukuran butir lanau dan kadar air pada tanah
hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian
selatan ...................................................................................................
34
Gambar 15. Korelasi antara proporsi ukuran butir sedang dan kadar air pada tanah
hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian
selatan ..................................................................................................
34
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beragam isu terkait dengan penurunan kualitas lingkungan sebagai tempat
hunian yang nyaman berkembang di berbagai belahan bumi, bahkan sudah menjadi
isu global. Salah satu pemicunya adalah kurang tanggapnya masyarakat dan
pemerintah terhadap ancaman bencana geologi. Seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, khalayak dapat mengetahui bahwa kerak bumi tidak dalam keadaan diam.
Intensitas pergerakan dipicu oleh kondisi yang terjadi di bagian dalam bumi. Di
beberapa wilayah intensitasnya cukup tinggi yang dapat menjadi sumber bencana
dan ancaman bagi keselamatan umat manusia, diantaranya adalah gerakan tanah.
Wilayah Jawa Barat bagian selatan memiliki aksesibilitas yang terbatas.
Morfologi dengan kemiringan lereng yang relatif terjal serta akses jalan yang masih
terbatas menjadikan wilayah ini sebagian besar masih terisolir. Berbagai kendala
dialami daerah ini sehingga peranannya dalam pembangunan nasional, khususnya
Jawa Barat bagian selatan, belum optimal. Secara fisiografi wilayah ini termasuk
dalam Zona Pegunungan Selatan (Van Bemmelen, 1949).
Kegiatan penelitian yang terkait dengan geomorfologi dan kebencanaan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Sudradjat dkk. (2009,
2010), Sukiyah dkk. (2010), dan Sulaksana dkk. (2011, 2013). Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara morfometri DAS, morfotektonik, keberadaan
patahan aktif, dan zona ancaman bencana geologi (kegempaan, longsor, erosi, dll.).
Namun hubungan di antaranya belum terukur secara signifikan. Dalam rencana
penelitian ini, pengusul akan mencari signifikansi hubungan tersebut dengan studi
kasus di kawasan Jawa Barat bagian selatan (Gambar 1).
1.2 Perumusan Masalah
Keterbatasan wilayah akibat kendala geologi serta dampaknya bagi
pembangunan infrastruktur menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan untuk dapat
mengembangkan teknologi yang mampu mengurangi risiko bencana. Antisipasi dini
terhadap fenomena geologi, terutama patahan aktif, dapat membantu dalam
2
pemecahan masalah tersebut. Bentangalam bergunung-gunung dengan lembah yang
sempit dan lereng relatif terjal pada umumnya merupakan cerminan keberadaan
patahan aktif. Namun sejauh mana kondisi bentangalam dapat merespon adanya
kontrol patahan aktif perlu diteliti lebih lanjut. Aspek morfotektonik perlu dikaji
secara mendetil untuk dapat menemukan hubungan yang signifikan.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
a) Bagaimana karakteristik morfotektonik di Jawa Barat selatan?
b) Seberapa jauh respon bentang alam vulkanik berumur kwarter terhadap patahan
aktif?
c) Dapatkah hubungan antara karakteristik morfotektonik dan zona patahan aktif
dirumuskan secara statistik?
d) Bagaimana distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan?
e) Seberapa jauh patahan aktif dapat memicu terjadinya longsor?
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian
109o BT ; 8o LS
106o BT ; 6o LS
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
Keberadaan busur kepulauan vulkanik yang membentang dari Sumatera hingga
Nusa Tenggara tidak terlepas dari adanya interaksi lempeng yang telah berlangsung
sejak Miosen Awal (Situmorang et al., 1976), yaitu lempeng samudera Indo-
Australia bergerak ke arah utara menunjam di bawah tepian benua Eurasia yang
relatif stabil (Baumann et al., 1972). Tatanan unsur tektonik lempeng dari selatan ke
utara berturut-turut adalah palung Jawa, busur luar non-vulkanik, cekungan muka
busur, jalur vulkanik dan cekungan belakang busur. Pulau Jawa dalam tatanan
tersebut termasuk dalam jalur vulkanik.
Gambar 2. Fisiografi wilayah Jawa bagian barat (van Bemmelen, 1949)
Van Bemmelen (1949) membagi Jawa bagian barat menjadi 6 zona fisiografi,
yaitu dataran pantai Jakarta, zona Bogor, zona depresi tengah & zona Bandung,
kubah dan punggungan dalam zona depresi bagian tengah, gunungapi Kuarter, dan
zona pegunungan selatan (Gambar 2). Berdasarkan karakter sedimen dan tektonik,
wilayah Jawa bagian barat dapat dibagi menjadi 4 (empat) mandala sedimentasi,
4
yaitu blok Banten, blok pegunungan Jawa Barat Selatan, blok Bogor dan blok
Jakarta-Cirebon (Martodjojo, 1984). Daerah penelitian dalam tatanan fisiografi
termasuk dalam zona pegunungan selatan atau termasuk dalam blok pegunungan
selatan Jawa Barat menurut tatanan karakter sedimen dan tektonik.
Pegunungan Selatan terhampar di Jawa Barat bagian selatan. Pegunungan ini
dimulai dari wilayah Sukabumi di bagian barat, menerus ke timur dan berakhir di
dekat Cilacap. Lebar pegunungan ini sekitar 40 s/d 50 km (Afandi dkk., 1992).
Bagian barat di wilayah Sukabumi terletak pada ketinggian sekitar 1.000 mdpl.
Beberapa tempat terdapat volcanic neck dengan ketinggian mencapai 1.300 mdpl,
dengan kemiringan lereng berkisar antara 15o s/d 60
o. Bagian ini merupakan wilayah
yang tererosi kuat. Bagian tengah, yaitu di sekitar Pangalengan terletak pada
ketinggian 2.182 mdpl, merupakan wilayah tertinggi. Satuan geomorfologi ini
melandai hingga ketinggian 1.000 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar pada 15o
s/d 40o.
Purnomo dan Purwoko (1994) mengemukakan bahwa stratigrafi P.Jawa
dipengaruhi proses tektonik dan perubahan muka laut global. Secara umum dapat
dibagi dalam 4 siklus pengendapan, yaitu: Fase transgresi Eosen-Oligosen Awal,
Fase transgresi Oligosen Akhir – Miosen Awal, Fase regresi Miosen Tengah dan
Fase regresi Miosen Akhir-Pliosen. Struktur Tersier di P.Jawa dapat dibagi menjadi 3
periode, yaitu: Paleogene extensional rifting, Neogene compressional wrenching dan
Plio-Pleitocene compressing thrust-folding
Patahan naik merupakan patahan yang dominan di busur vulkanik Jawa,
dimulai dari selatan pada Kala Miosen Awal dan berkembang ke utara hingga
sekarang (Martodjojo, 1994). Pergerakan patahan naik ini mengakibatkan
terbentuknya cekungan di bagian depan dari blok yang terangkat sekaligus
merupakan asal dari endapan turbidit pengisi cekungan. Sejarah geologi Jawa Barat
sejak akhir Mesozoikum hingga akhir Tersier merupakan akumulasi dari beberapa
sistem deformasi. Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengemukakan bahwa
struktur geologi yang berkembang di Jawa Barat dikelompokkan dalam 4 pola, yaitu
Pola Struktur Meratus (NE-SW), Pola Struktur Sunda (N-S), Pola Struktur Sumatera
(NW-SE) dan Pola Struktur Jawa (E-W).
5
Geologi daerah penelitian telah dipetakan dalam Peta Geologi Regional skala
1:100.000 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), yang kini
namanya menjadi Pusat Survei Geologi (PSG). Lembar peta tersebut adalah:
- Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa (Sukamto, 1975)
- Peta Geologi Lembar Sindangbarang dan Bandarwaru (Koesmono dkk., 1996)
- Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar dkk., 1992)
- Peta Geologi Lembar Karangnunggal, Jawa (Supriatna dkk., 1992)
- Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa (Budhitrisna, 1986)
2.2. Morfotektonik
Morfotektonik merupakan karakter bentangalam yang berhubungan dengan
tektonik (Doornkamp, 1986). Dalam perkembangannya, karakteristik bentangalam
secara kuantitatif turut memperkaya pemahaman tentang morfotektonik. Pada skala
lokal dan regional fenomena tektonik dapat dikenali dari bentangalam yang khas,
seperti gawir, bentuk lembah, kelurusan perbukitan, kelurusan sungai, pola
pengaliran.
Tabel 1. Indeks geomorfik (Wells dkk,1988; dalam Stewart & Hancock, 1994)
6
Bull dan McFadden (1977; dalam Doornkamp, 1986) mendefinisikan sinusitas
muka gunung (Smf) sebagai perbandingan antara panjang muka gunung (Lmf) dan
panjang proyeksi muka gunung ke bidang datar (Ls), dinyatakan secara matematika
sebagai berikut (Tabel 1):
Smf = Lmf/Ls ...................................................................................................... (1)
Smf mendekati nilai 1 mencerminkan adanya peningkatan kelurusan mendekati ideal
yang menunjukkan indikasi uplift aktif. Sinusitas yang meningkat mencerminkan
kerja pengaliran air (sungai) yang memotong dinding gunung (mountain-plains
boundary). Berdasarkan indeks tersebut, selanjutnya dikembangkan klasifikasi
derajat aktivitas tektonik (Tabel 2).
Tabel 2. Klasifikasi derajat aktivitas tektonik berdasarkan indeks sinusitas muka
gunung (Doornkamp, 1986)
Kelas Smf Aktivitas
tektonik
Keterangan
1 1,2-1,6 Tektonik aktif Berasosiasi dengan bentangalam kipas aluvial,
cekungan pengaliran memanjang, dasar lembah
menyempit, kemiringan lereng curam.
2 1,8-3,4 Tektonik
menengah
sampai lemah
Berasosiasi dengan bentangalam kipas aluvial,
cekungan pengaliran melebar, kemiringan
lereng curam, dasar lembah lebih lebar daripada
dataran banjirnya.
3 2,0-7,0 Tektonik tidak
aktif
Berasosiasi dengan bentangalam muka gunung
pediment dan embayments, kemiringan lereng
curam hanya pada lapisan batuan yang resisten,
sistem lembah sedikit lebar dan terintegrasi. Keterangan: Smf = indeks sinusitas muka gunung
Cotton (1948; dalam Doornkamp, 1986) menyatakan bahwa gawir sesar,
pematang gunung (shutter ridges), dan jajaran danau merupakan bentuk-bentuk
morfologi yang terkait dengan tektonik (morfotektonik). Sementara itu, Cooke &
Mortimer (1971; dalam Doornkamp, 1986) mengemukakan bahwa kanal aliran atau
pengaliran juga dapat dipengaruhi oleh tektonik. Perubahan pola sungai juga dapat
menunjukkan adanya peran tektonik (Teale, 1950; dalam Doornkamp, 1986). Laju
7
sedimentasi yang tidak normal juga dapat terkait dengan tektonik (Lofgren & Rubin,
1975; dalam Doornkamp, 1986).
Kajian tektonik suatu wilayah juga dapat dilakukan dengan memahami
karakteristik morfometri DAS. Strahler (1964; dalam Mulyo, 2003 & Verstappen,
1983) menyatakan bahwa suatu DAS yang memiliki rasio cabang sungai atau
bifurcation ratio (Rb) kurang dari 3 atau lebih dari 5 diindikasikan telah mengalami
deformasi akibat pengaruh tektonik. Hirnawan dan Muslim (2006) mempublikasikan
hasil penelitian, tentang morfometri pengaliran yang mencirikan tektonisme aktif di
Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dinyatakan bahwa arah sungai-
sungai di DAS yang beralaskan batuan berumur Kuarter dan DAS yang beralaskan
batuan berumur Tersier, tergantung pada arah-arah kelurusan pola deformasi akibat
tektonisme yang menerus dari Tersier berlanjut ke Kuater. Rasio cabang sungai (Rb)
dan densitas pengaliran (Dd) juga dapat digunakan untuk mengkaji aktivitas tektonik,
khususnya tektonik aktif. Sulaksana dkk. (2011, 2013) dan Sukiyah dkk. (2008,
2009, 2010, 2012) mengemukakan bahwa unit-unit morfotektonik tertentu dapat
terkait dengan keberadaan patahan aktif.
2.3. Patahan Aktif
Patahan merupakan salah satu unsur struktur geologi yang jejaknya dapat
terekam oleh batuan. Patahan didefinisikan sebagai bidang rekahan yang diikuti oleh
adanya pergeseran relatif suatu blok batuan terhadap blok batuan lainnya. Jarak
pergeseran dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan
bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan
kilometer juga (Billing, 1959).
Menurut Keller dan Pinter (1996), patahan aktif adalah patahan yang pernah
bergerak pada kurun waktu sepuluh ribu tahun yang lalu. Patahan yang berpotensi
aktif adalah patahan yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun yang
lalu, sedangkan patahan tidak aktif adalah patahan yang belum pernah bergerak
dalam kurun waktu dua juta tahun yang lalu.
Definisi lain terkait dengan patahan aktif dikemukakan oleh Huzita dkk.(1992;
dalam Munif, 2011), yaitu patahan yang bergerak pada zaman kuarter dan
berpotensi untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang. Patahan ini
8
dicirikan memotong permukaan morfologi berumur Kuarter, memotong batuan
berumur Kuarter, juga yang terjadi di daerah gunungapi yang bergerak selama masa
erupsi gunungapi, dan patahan normal yang dapat diamati di kawasan pegunungan
akibat gaya gravitasi.
2.4. Gerakan Tanah
Longsoran (landslide) merupakan salah satu dari gerakan tanah (mass
movement). Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah
tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak
rayapan dan aliran maupun longsoran (Purbohadiwidjojo; dalam Pangular, 1985).
Tanda-tanda akan terjadinya longsor di suatu daerah diantaranya adalah:
Retakan-retakan pada tanah dan batuan yang dapat meluncur
Perlapisan batuan yang miring ke luar lereng
Munculnya rembasan air pada lereng
Air rembesan berubah menjadi keruh dan berlumpur
Tanah lolos air atau gembur di atas batuan kedap air
Air sungai yang tiba-tiba keruh setelah hujan
Retakan-retakan tapal kuda pada lereng atau jalan
Tiang listrik atau pohon mulai miring
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau
pada konstruksi bangunan
Terjadi penggelembungan pada dinding atau tembok penahan
Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya
perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang
mulai bergerak.
Kelompok utama gerakan tanah menurut Hutchinsons (1968; dalam Hansen,
1984) terdiri atas rayapan (creep) dan longsoran (landslide) yang dibagi lagi menjadi
sub-kelompok gelinciran (slide), aliran (flows), jatuhan (fall) dan luncuran (slip).
Longsoran menurut Sharpe (1938; dalam Hansen, 1984) adalah luncuran atau
gelinciran atau jatuhan dari massa batuan atau tanah atau campuran keduanya.
Coates (1977; dalam Hansen, 1984) membagi longsoran menjadi luncuran atau
9
gelinciran, aliran, dan jatuhan. Varnes (1978; dalam Hansen, 1984) menyatakan
bahwa longsoran dapat diklasifikasikan menjadi jatuhan, jungkiran, luncuran, dan
nendatan, aliran, gerak bentang lateral, dan gerakan majemuk.
Berdasarkan kajian literatur yang telah dipublikasikan oleh para pakar tersebut,
dapat disimpulkan bahwa tektonik aktif dapat dikenali dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Penggunaan kedua pendekatan tersebut secara terpadu akan
meningkatkan keakuratan kajian tektonik. Derajat aktivitas tektonik dapat pula
dicerminkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang diakibatkan oleh laju erosi
tertentu dan fenomena longsor secara regional. Ada indikasi keterkaitan antara unit-
unit morfotektonik tertentu dengan patahan aktif dan kawasan rawan longsor, namun
tingkat hubungan yang diperoleh belum diketahui secara signifikan.
2.5. Road Map Penelitian
Pengelolaan bencana merupakan salah satu isu strategis nasional, mengingat
wilayah negara kita berada pada tatanan geologi yang kompleks dan memiliki tingkat
ancaman bencana geologi yang tinggi. Di samping dalam rangka mengurangi risiko
bencana, hal tersebut juga untuk mendukung pengembangan Jawa Barat bagian
selatan sebagai kawasan yang maju serta pengelolaannya berbasis daya dukung
lahan.
Beberapa riset awal telah dilakukan, baik terkait dengan tema penelitian mapun
yang terkait dengan lokasi rencana penelitian. Pendanaan riset awal ini diperoleh
melalui beberapa skema riset, baik yang dikelola DP2M Dikti (sentralisasi) maupun
LPPM Unpad (desentralisasi). Riset tersebut diantaranya adalah (diantaranya masih
berjalan):
1) Karakteristik Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan
Sebagai Referensi Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Sudradjat dkk.,
2009)
2) Karakteristik geomorfologi berkaitan dengan potensi energi terbarukan di
wilayah Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat (Sudradjat dkk., 2010)
3) Peran Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di
Cianjur-Garut Bagian Selatan (Sukiyah dkk., 2010)
10
4) Karakteristik morfotektonik DAS Cimanuk bagian hulu dan implikasinya
terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk Jatigede
(Nana Sulaksana dkk., 2011)
5) Kajian Intensitas Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam Pengelolaan
Waduk Jatigede (Nana Sulaksana dkk., 2013)
6) Implikasi morfo-tektono-stratigrafi terhadap kawasan rawan bencana alam di
wilayah Jatinangor Jawa Barat (Nana Sulaksana dkk., 2014)
Gambar 3. Skema kerangka pemikiran
Hasil penelitian tersebut, beberapa diantaranya telah dipublikasikan baik dalam
forum pertemuan ilmiah maupun pada jurnal ilmiah terakreditasi Dikti dan LIPI.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat dikemukakan kerangka pemikiran
yang menjadi landasan penyusunan rencana penelitian ini (Gambar 3). Proses
tektonik dapat mengakibatkan deformasi pada batuan. Adanya peran iklim dan curah
hujan akan membentuk bentang alam denudasi. Kondisi ini akan menghasilkan
karakteristik morfotektonik yang khas. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka
dapat dikenali adanya patahan aktif. Kawasan ini pada umumnya rawan longsor.
Sebagian besar wilayah tersebut biasanya merupakan daerah terisolir yang relatif
masih sulit dijangkau oleh program-program pembangunan. Penelitian detil terhadap
Proses tektonik Litologi Iklim + Curah
hujan
Bentang alam
Denudasi
Morfotektonik
Patahan aktif
Analisis kawasan rawan longsor
Zonasi rawan longsor
11
karakteristik morfotektonik diharapkan dapat meningkatkan antisipasi awal terhadap
ancaman bencana geologi. Sejauh mana hubungan ini dapat dieksplorasi sangat
penting diketahui dan memerlukan penelitian yang mendalam.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1) Jawa Barat Selatan memiliki karakteristik morfotektonik yang khas
2) Bentang alam vulkanik berumur kwarter memberikan respon terhadap
keberadaan patahan aktif
3) Ada korelasi antara karakteristik morfotektonik dan zona patahan aktif
4) Distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan dapat dipetakan
5) Morfotektonik, patahan aktif, dan kawasan rawan longsor memiliki korelasi
yang signifikan
12
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah
mengetahui sejauh mana karakteristik morfotektonik dapat menjadi indikator patahan
aktif yang dapat untuk deliniasi kawasan rawan gempa-longsor, serta bagaimana
implikasinya bagi pembangunan infrastruktur di kawasan Jawa Barat selatan.
Tujuan khusus yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:
a) Inventarisasi karakteristik morfotektonik di Jawa Barat selatan
b) Mengetahui respon bentang alam vulkanik berumur kwarter terhadap patahan
aktif
c) Merumuskan hubungan statistik antara karakteristik morfotektonik dan zona
patahan aktif
d) Memetakan distribusi zona rawan longsor di kawasan Jawa Barat selatan
e) Menyusun model hubungan antara patahan aktif dan keberadaan zona rawan
longsor
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
membantu masyarakat dan pemerintah daerah setempat dalam mencari solusi
penanganan krisis akibat ancaman bencana geologi. Di samping itu, hasil yang
diperoleh juga dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu dan teknologi.
Hasil penelitian juga memungkinkan untuk memperoleh Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI), yaitu metode prediksi kawasan rawan longsor berdasarkan
analisis morfotektonik dan patahan aktif. Dengan mengetahui karakteristik
morfotektonik maka zona patahan aktif dapat dipetakan untuk membantu deliniasi
kawasan rawan ancaman bahaya longsor.
Publikasi hasil penelitian dilakukan pada berbagai jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional, diantaranya International Journal of Digital Earth (IJDE)
yang sudah terindeks Scopus. Berbagai forum ilmiah, diantaranya ACRS yang telah
ddiselenggarakan pada tanggal 19-23 Oktober 2015 di Metro Manila, Philippines,
“FIG 2016” yang akan diselenggarakan sekitar bulan Mei di New Zeland, dan PIT
IAGI 2016 sekitar bulan September juga menjadi target publikasi.
13
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik untuk pengembangan ilmu
maupun penerapannya untuk kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian berupa:
i) Pengembangan metode prediksi zona rawan longsor
ii) Materi ajar
iii) Artikel ilmiah publikasi pada jurnal internasional
iv) Artikel ilmiah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah internasional
v) Artikel ilmiah publikasi pada jurnal nasional
14
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menindaklanjuti hasil temuan dalam penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, seperti tercantum dalam road map penelitian. Kata kunci
dalam penelitian ini adalah patahan aktif, morfotektonik, DAS, longsor, dan Jawa
Barat Selatan. Objek penelitian adalah bentangalam, batuan, tanah, dan sungai.
Bentangalam dan sungai dapat diidentifikasi melalui berbagai media, yaitu media
citra satelit, peta topografi, maupun observasi lapangan. Sedangkan objek batuan dan
tanah harus diidentifikasi melalui observasi lapangan.
Beberapa variabel yang tidak memungkinkan diukur di lapangan,
pengukurannya dilakukan melalui media citra satelit dan peta topografi. Metode
interpretasi dan perolehan informasi dari citra hasil penginderaan jauh yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
i) Interpretasi visual berdasarkan kenampakan rona, pola, bentuk, tekstur, dll;
ii) Identifikasi objek berdasarkan jejak spektral (spectral signatures) atau angka
dijital (Digital Number disingkat DN);
iii) Integrasi data penginderaan jauh dengan tipe data lainnya;
iv) Interpretasi citra penginderaan jauh secara kuantitatif yaitu pengukuran dimensi
mendatar, kemiringan lereng, dsb.
Pengukuran variabel respon bentangalam dan tektonik pada media data
penginderaan jauh adalah kemiringan lereng, azimut segmen sungai, azimut
kelurusan bentangalam, kerapatan sungai, rasio cabang sungai, dan rasio panjang
segmen cabang sungai. Kenampakan tiga dimensi menggunakan perangkat lunak
(MapInfo dan ERMapper) sangat membantu dalam pengukuran variabel tersebut.
Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan analisis data diperoleh
melalui pengukuran pada lokasi-lokasi tertentu di lapangan. Kompilasi data
diperlukan untuk mendapatkan peta distribusi patahan aktif, zona rawan gempa, dan
zona rawan longsor secara spasial. Data dasar yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari publikasi ilmiah beberapa peneliti terdahulu yang dilengkapi dengan data
hasil survei lapangan dan analisis laboratorium. Adapun data yang diperoleh dari
15
lapangan adalah unsur-unsur struktur geologi, deskripsi batuan, unsur-unsur
morfometri, debit aliran air sungai, dll.
Pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
probabilistik. Metode ini digunakan agar hasil penelitian signifikan pada taraf nyata
tertentu, misalnya = 0,10. Skema kerangka penelitian ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Skema kerangka penelitian
Di samping pengujian secara kuantitatif, penelitian ini juga akan mengusulkan
desain infrastruktur, baik dalam skala kecil maupun menengah. Desain yang
dihasilkan diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh pemerintah untuk segera
mengembangkan kawasan Jawa Barat Selatan.
16
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
selama 2 (dua) tahun dengan waktu efektif tiap tahunnya adalah 8 (delapan) bulan.
Adapun hasil yang telah diperoleh dalam penelitian yang efektif dilaksanakan bulan
Maret hingga Oktober 2015 adalah:
Data hasil observasi lapangan di wilayah Garut dan Cianjur bagian selatan,
Hasil analisis laboratorium sifat fisik dan mekanika tanah
Skripsi mahasiswa S1 Teknik Geologi
Thesis mahasiswa S2 Teknik Geologi
Materi ajar mata kuliah Geomorfologi Kuantitatif
Artikel ilmiah dikirim ke jurnal terindex scopus IJDE (belum ada jawaban)
Artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam forum pertemuan ilmiah internasioal
the 36th
Asian Conference in Remote Sensing (ACRS) on “Fostering Resilient
Growth in Asia” yang dilaksanakan pada 19-23 Oktober 2015 di the Crowne
Plaza Manila Galleria in Quezon City, Metro Manila, Philippines.
Data hasil observasi lapangan mencakup pengukuran kekar, data unit-unit
morfotektonik, dokumentasi berupa foto, sampel untuk analisis sifat fisik dan
mekanika tanah. Hasil analisis sifat fisik dan mekanika tanah selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
5.1. Karakteristik Morfotektonik
5.1.1. DAS Cisadea
Bentuk DAS Cisadea melebar ke arah hilir, cenderung berbentuk paralel.
Bentuk DAS yang demikian menunjukkan ada dua sungai utama yang mengalir. Pola
pengaliran dapat kelompokkan menjadi tiga, yaitu anastomotik, subdendritik, dan
subtrelis. Pola pengaliran anastomotik ini menempati daerah yang didominasi oleh
bongkah batupasir- tuff dan endapan aluvium. Pola pengaliran subdendritik dibentuk
oleh sungai-sungai yang masuk ke sungai utama dari berbagai arah, membentuk
17
sudut runcing terhadap sungai induk. Arah sungai sejalan dengan arah aliran. Pola ini
berkembang pada batuan dengan kekerasan yang relatif homogen yang umumnya
berupa batupasir. Pola pengaliran subtrellis dikontrol oleh struktur yang indikasinya
ditemukan di sungai Cigugur. Segmen sungai ini berkelok-kelok seolah
termampatkan, pada umumnya terbentuk karena adanya kompresi. Pola pengaliran
ini dibentuk oleh sungai Cisarua dan sungai Cigugur dengan litologi breksi vulkanik,
batupasir dan tuff. Untuk keperluan analisis morfotektonik, bagian tengah dari DAS
Cisadea dibagi dalam 13 sub DAS (Gambar 5). Orde sungai 1 hingga 3 menyusun
sub DAS ini
Gambar 5. Distribusi sub DAS di bagian tengah DAS Cisadea
18
Tabel 3. Orde sungai dan rasio cabang sungai (Rb) di bagian tengah DAS Cisadea
Sub DAS Orde sungai Rb
1 2 3 1-2 2-3
1 14 3 2 4,7 1,5 2 10 3 1 3,3 3,0
3 10 3 1 3,3 3,0 4 15 4 2 3,8 2,0
5 5 2 - 2,5 - 6 2 1 - 2,0 -
7 3 2 - 1,5 - 8 4 2 - 2,0 -
9 8 3 1 2,7 3,0 10 4 2 0 2,0 -
11 3 2 0 1,5 - 12 14 4 2 3,5 2,0
13 18 6 4 3,0 1,5
Hasil perhitungan didapat nilai Rb berkisar 1,5 sampai 4,7. Nilai Rb yang
kurang dari 3,0 atau lebih dari 5,0, diindikasikan telah mengalami deformasi
(Verstappen, 1983). Daerah penelitian ini sebagian besar memiliki nilai Rb berkisar
1,23 until 2,8, artinya telah mengalami deformasi akibat adanya aktivitas tektonik.
Hasil perhitungan nilai Dd selanjutnya dikelompokan ke dalam tabel klasifikasi
berdasarkan tekstur bentang alam (Sukiyah, 2009) yang dibagi ke dalam enam kelas
(Table 4).
Tabel 4. Distribusi kerapatan pengaliran di bagian tengah DAS Cisadea
Nilai Dd di bagian tengah DAS berkisar 0 hingga 8 km/km2. Berdasarkan
Tabel 4, tampak bahwa tekstur bentang alam sangat kasar paling dominan, yaitu
menempati 60% dari seluruh luas bagian tengah DAS. Nilai tersebut mencerminkan
bahwa batuan yaang berada dibagian tengah DAS cenderung bersifat keras sehingga
kerapatan aliran agak renggang.
Tekstur Dd (km/km2)
Proporsi luas
area (%)
Sangat kasar 0 – 1,4 60
Kasar 1,4 – 2,8 9
Sedang 2,8 – 4,2 12
Agak halus 4,2 – 5,5 12
Halus 5,5 – 6,9 4
Sangat halus 7 – 8 4
19
Kemiringan lereng di bagian tengah DAS berkisar dari 15% hingga 70% dan
diklasifikasikan sebagai lereng yang agak curam hingga curam. Kemiringan lereng
ini membentuk morfografi perbukitan yaitu perbukitan sedimen dan vulkaniklastik
yang disusun oleh material berupa batupasir, breksi, dan tuff yang memiliki nilai
porositas yang tinggi. Hasil analisis bifurcation ratio diketahui bahwa bagian tengah
DAS dikontrol oleh tektonik yang diduga berpotensi aktif. Aktivitas tektonik inilah
yang membuat daerah ini tersesarkan dan mempengaruhi aktivitas vulkanisme
berkembang hingga terendapkan material vulkanik yang mempumyai nilai porositas
tinggi. Tekstur bentangalam berdasarkan kerapatan pengaliran cenderung sangat
kasar dengan Dd berkisar dari 0 hingga 1,4 km / km2. Kondisi ini merupakan respon
dari batuan penyusun wilayah ini yang terdiri atas batupasir, breksi vukanik, dan tuff.
Tatanan tektonik dan stratigrafi batuan yang demikian ternyata berimplikasi kepada
potensi longsor. Hasil analisis morfometri menunjukkan bahwa daerah penelitian
sangat berpotensi longsor. Hal ini dicerminkan oleh kemiringan lereng yang curam
dengan nilai bifurcation ratio 1,23 hingga 2,8. Kontrol tektonik dominan yang
dicerminkan oleh tekstur bentang alam yang rendah berdasarkan kerapatan
pengaliran.
5.1.2. DAS Cipandak
Bentuk DAS Cipandak menyerupai bulu burung, memanjang dari utara ke
selatan. DAS ini berimpit dengan sesar mendatar Cipandak. Walaupun karakteristik
bentuk DAS dan pola pengaliran sudah mencerminkan adanya kontrol struktur
geologi, namun publikasi terkait keberadaannya belum ada. Fenomena ini
sebenarnya juga didukung oleh analisis kuantitatif terhadap parameter morfometri
DAS.
Sungai Cipandak beserta anak-anak sungainya membentuk pola pengaliran
trelis. Secara keseluruhan sungai-sungai berorde 1 hingga 5. Karakteristik masing-
masing orde sungai ditampilkan dalam Tabel 5. Tampak bahwa Rb4-5 sangat kecil
dan jauh dari syarat normal suatu DAS (Rb = 3 s/d 5), artinya bahwa sungai utama
mengalami kontrol tektonik yang sangat signifikan.
20
Tabel 5. Karakteristik morfometri DAS Cipandak
Sesar mendatar Cipandak terdapat di bagian tengah DAS yang berimpit dengan
sungai utama, dengan arah barat daya - timur laut. Indikasi yang menunjukkan
keberadaan sesar tersebut adalah:
Pola kelurusan pada citra SRTM- DEM
Keberadaan struktur kekar di sekitar DAS Cipandak
Interpretasi peta topografi yang menunjukkan kelurusan segmen-segmen sungai di
DAS Cipandak.
Kelurusan segmen sungai Cipandak.
Tiga parameter karakteristik morfotektonik DAS digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tektonik mengontrol DAS Cipandak, yaitu kerapatan
pengaliran (Dd), rasio cabang sungai (Rb), dan azimut kelurusan segmen sungai.
Hasil analisis terhadap populasi data kerapatan pengaliran (Dd), rasio cabang sungai
(Rb), dan kelurusan segmen sungai, menunjukkan bahwa ada pengaruh pergerakan
pada kedua blok sesar (Gambar 6). Kedua blok sama-sama mengalami deformasi.
Gambar 6. Stereonet and rosette diagram data kekar yang terdapat pada singkapan
batupasir tufaan, pada koordinat 7o 22’ 3,4” LS dan 107
o 19’ 44,1” BT.
Orde
sungai
Segmen
sungai
Panjang total
sungai (km)
Rb Luas DAS
(km2)
Dd
1 284 233,50 2,58 188,9 1,24
2 110 75,85 1,22 188,9 0,40
3 90 46,59 2,81 188,9 0,25
4 32 14,05 0,63 188,9 0,07
5 51 41,82 188,9 0,22
Total 411,81 188,9 2,18
21
Gambar 7. Peta distribusi sub-sub DAS di Blok A dan B sesar mendatar Cipandak
(kiri) dan gawir sesar (kanan), Cianjur Selatan
5.1.3. DAS Cilayu
Geomorfologi DAS Cilayu bagian hulu hingga hilir dapat dibedakan dalam
beberapa unit morfografi, yaitu. pegunungan, perbukitan, lembah dan pedataran.
Kemiringan lereng yang bervariasi mempengaruhi pola pengaliran di DAS Cilayu.
Pola pengaliran yang dapat dikenali yaitu trellis, parallel, dan rectangular. Seluruh
pola pengaliran tersebut mencerminkan adanya kontrol struktur geologi.
Secara umum, Sungai Cilayu merupakan sungai utama yang mengalir dalam
DAS Cilayu dan bersumber dari Gunung Melati di daerah Garut bagian selatan. DAS
Cilayu yang hulunya berada di Gunung Melati dan hilirnya berada di daerah Gunung
Kawung Jantung memiliki luas sekitar 62.610 m2. Panjang sungai induk yang
mengalir di DAS Cilayu mencapai 28.170 m dengan lebar maksimum DAS Cilayu
adalah sebesar 7.010 m.
Hasil perhitungan luas, panjang sungai induk, dan lebar maksimum di setiap
sub DAS pada DAS Cilayu ditampilkan dalam Tabel 6. Data tersebut digunakan
untuk analisis morfotektonik.
22
Tabel 6. Karakteristik morfometri DAS Cilayu
No Sub DAS Luas (m2)
Panjang
sungai
utama (m)
Lebar
maksimum
(km)
Bentuk Sub
DAS
1 SD 1 3.013,00 7.704,34 0,39 Bulu burung
2 SD 2 4.233,00 12.007,96 0,35 Bulu burung
3 SD 3 1.435,00 4.501,23 0,32 Bulu burung
4 SD 4 756,40 294,88 0,25 Radial
5 SD 5 979,10 4.160,43 0,23 Bulu burung
6 SD 6 1.387,00 5.018,28 0,27 parallel
7 SD 7 1.218,00 4.049,10 0,30 Radial
8 SD 8 11,00 4.214,27 0,26 Parallel
9 SD 9 22.090,00 51.998,23 0,42 complex
10 SD 10 548,30 2.277,60 0,24 parallel
11 SD 11 345,90 1.580,90 0,22 Bulu burung
12 SD 12 3.270,00 9.737,60 0,33 Bulu burung
13 SD 13 620,60 2.763,00 0,22 Parallel
14 SD 14 14.120,00 42.610,61 0,33 complex
15 SD 15 1.191,00 4.719,20 0,25 Bulu burung
16 SD 16 1.729,00 8.226,90 0,21 Bulu burung
17 SD 17 544,80 2.139,90 0,25 Radial
18 SD 18 615,50 2.675,30 0,23 Bulu burung
19 SD 19 2.947,00 10.793,80 0,27 Bulu burung
20 SD 20 2.484,00 9.437,30 0,26 Bulu burung
21 SD 21 2.338,00 6.691,81 0,35 Bulu burung
Berdasarkan perhitungan aspek luas yang dilakukan terhadap sub DAS di
DAS Cilayu, diperoleh hasil bahwa sub DAS yang berada di DAS Cilayu memiliki
luas berkisar dari 345,90 – 22.090,00 m2. Analisis terhadap luas sub DAS ini
nantinya dapat membantu dalam perhitungan kerapatan sungai. Secara geologi, baik
luas DAS maupun luas sub DAS dapat memberikan gambaran tentang besarnya
daerah tangkapan air (catchment area). Semakin besar luas DAS atau sub DAS maka
semakin besar pula kemampuan dalam menangkap air yang jatuh dan melewati DAS
tersebut. Selain itu, diperlukan juga adanya perhitungan dan analisis mengenai nilai
kerapatan pengaliran untuk mendukung aspek luas dalam penentuan tingkat
permeabilitas serta jenis batuan pada DAS dan sub DAS.
Penentuan bentuk DAS Cilayu akan selalu berkaitan dengan aspek luas,
panjang, dan lebar maksimum DAS. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, penentuan
bentuk DAS dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara bentuk model DAS
Cilayu dan bentuk DAS menurut Sosrodarsono dan Takeda (1987). Berdasarkan hal
23
tersebut, DAS Cilayu pada umumnya memiliki bentuk DAS bulu burung (Tabel 6).
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap sub DAS yang terdapat di DAS
Cilayu, diperoleh hasil bahwa sebanyak 12 sub DAS berbentuk bulu burung, 4 sub
DAS berbentuk paralel, 3 sub DAS berbentuk radial dan 2 sub DAS berbentuk
kompleks. Secara geologi, bentuk sub DAS bulu burung memiliki karakteristik yaitu
debit banjir yang relatif kecil dibandingkan bentuk sub DAS yang lain. Hal ini terjadi
karena konsentrasi air berada lebih lama pada sub DAS yang berbentuk memanjang
dibandingkan dengan DAS atau sub DAS yang berbentuk melebar atau melingkar.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan terhadap sub DAS yang berada di
DAS Cilayu diperoleh hasil bahwa sebagian besar sub DAS memiliki nilai Rb rata-
rata kurang dari 3 dan lebih dari 5. Secara geologi, nilai Rb yang kurang dari 3 dan
lebih dari 5 ini menunjukkan bahwa di beberapa lokasi sub DAS pada DAS Cilayu
terindikasi telah mengalami deformasi akibat pengaruh tektonik aktif.
Kerapatan pengaliran amat dipengaruhi oleh banyaknya anak sungai dalam
suatu DAS dan luas cakupan DAS tersebut. Besarnya nilai kerapatan pengaliran juga
dapat menggambarkan karakteristik tanah serta kondisi permeabilitas batuan yang
menysun DAS Cilayu. Berdasarkan nilai kerapatan pengaliran sebesar 2,99, maka
DAS Cilayu tergolong memiliki kerapatan pengaliran sedang. Tingkat kerapatan
pengaliran yang sedang mengindikasikan bahwa secara umum alur-alur sungai dalam
DAS Cilayu melewati batuan dengan resistensi keras. Berdasarkan persamaan di
atas, nilai kerapatan pengaliran pada tiap sub DAS juga dapat dihitung (Tabel 7).
Tabel 7. Rasio cabang sungai sub DAS Cilayu
Sub DAS Panjang
sungai (m)
Luas(m2) Dd Jumlah segmen
sungai
Rb
1 2 3 1-2 2-3
Sd-1 7.704,34 3.013,00 2,60 5 4 - 1,25 -
Sd-2 12.007,96 4.233,00 2,80 9 4 3 2,25 1,33
Sd-3 4.501,28 1.435,00 3,10 3 2 - 1,50 -
Sd-4 2.941,88 756,40 3,90 3 2 - 1,50 -
Sd-5 4.160,43 979,10 4,20 4 3 - 1,33 -
Sd-6 5.018,28 1.387,00 3,60 7 5 - 1,44 -
Sd-7 4.049,10 1.218,00 3,30 4 2 1 2,00 2,00
Sd-8 4.214,27 1.119,00 3,80 8 5 1 1,60 5,00
Sd-9 51.998,23 22.090,00 2,40 43 17 21 2,53 0,81
Sd-10 2.277,60 548,30 4,20 2 1 - 2,00 -
Sd-11 1.580,90 345,90 4,60 2 1 - 2,00 -
24
Sd-12 9.737,60 3.270,00 3,00 6 5 - 1,20 -
Sd-13 2.763,00 620,60 4,50 3 1 - 3,00
Sd-14 42.610,61 14.120,00 3,00 38 29 5 1,31 5,80
Sd-15 4.719,20 1.191,00 4,00 4 3 - 1,33 -
Sd-16 8.226,90 1.729,00 4,80 7 5 1 1,40 5,00
Sd-17 2.139,90 544,80 3,93 2 1 - - 2,00
Sd-18 2.675,30 615,50 4,35 2 1 - 2 -
Sd-19 10.793,80 2.947,00 3,66 9 4 4 2,25 1,00
Sd-20 9.437,30 2.484,00 3,80 8 4 2 2,00 2,00
Sd-21 6.691,81 2.338,00 2,86 6 4 - 1,50 -
Kondisi morfotektonik DAS Cilayu dapat kita ketahui melalui beberapa
parameter morfometri seperti rasio cabang sungai (Rb) dan nilai kerapatan
pengaaliran (Dd). Hasil perhitungan yang sudah dilakukan terhadap kedua parameter
tersebut menunjukkan bahwa sub DAS Cilayu bagian hulu dikontrol oleh tektonik
yang berpotensi aktif. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan nilai Rb rata-
rata tiap sub DAS yang sekaligus menunjukkan bahwa secara kuantitatif, kontrol
tektonik berperan cukup kuat pada DAS Cilayu.
Karakteristik morfotektonik pada bentangalam di DAS Cilayu bagian hulu
yang dapat menjadi indikasi pengaruh tektonik aktif adalah sebagai berikut:
Kelurusan punggungan dan lembahan dari DEM daerah penelitian.
Kelurusan pola pengaliran sungai.
Kelokan sungai secara tajam di sekitar Cibaregbeg dan Rancadarandan.
Zona depresi yang cukup luas dan terisi oleh endapan aluvial di bagian Selatan
DAS Cilayu.
Selain parameter rasio cabang sungai dan nilai kerapatan pengaliran, kondisi
tektonik aktif pada daerah penelitian juga ditentukan dari parameter indeks sinusitas
muka gunung (Smf). Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap variabel Smf juga
mendukung adanya korelasi antara bentangalam dan kondisi tektonik DAS. Nilai
indeks kelokan muka pegunungan (Smf) yang diperoleh dari perhitungan relatif
rendah yaitu berkisar antara 1,2 – 1,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi
pengangkatan secara langsung dan aktivitas tektonik di DAS Cilayu termasuk
tektonik aktif. Adapun nilai-nilai sinusitas muka gunung pada DAS Cilayu
dirangkum dalam Tabel 8.
25
Tabel 8. Nilai sinusitas muka gunung DAS Cilayu
Code Lmf Ls Smf (bagian utara ke
selatan DAS Cilayu
Smf1 279,50 260,80 1,07
Smf2 516,30 297,40 1,74
Smf3 556,00 370,20 1,50
Smf4 846,30 346,80 2,44
Smf5 2.396,00 988,10 2,42
Smf6 1.830,00 1.013,00 1,81
Smf7 704,00 535,60 1,31
Smf8 412,50 362,90 1,14
Smf9 464,30 330,90 1,40
Smf10 533,10 358,30 1,49
Smf11 489,40 426,40 1,15
Smf12 356,40 250,20 1,42
Smf13 450,60 339,60 1,32
Smf14 401,30 307,80 1,30
Smf15 538,10 438,90 1,23
Smf16 556,50 450,70 1,23
Smf17 115,80 77,79 1,49
Smf18 199,20 123,10 1,62
Smf19 194,20 156,80 1,24
Smf20 936l,20 663,40 1,41
Smf21 418,90 363,30 1,15
Smf22 867,10 473,30 1,83
Smf23 552,70 290,80 1,90
Smf24 1.997,0 1393,00 1,43
Smf25 296,60 246,70 1,20
Smf26 675,80 564,40 1,20
Smf27 583,70 203,40 2,87
5.1.4. DAS Cikandang
Bentuk DAS Cikandang relatif mirip kipas. Hal ini menunjukkan bahwa DAS
tersusun atas pola pengaliran yang beragam. Pola pengaliran tersebut adalah trellis,
parallel, dendritic, dan annular. Orde sungai di DAS Cikandang berkisar dari 1
sampaai Stream order in the Cikandang watershed range from 1 to 6 (Tabel 9).
Korelasi antara jumlah segmen sungai dan kerapatan pengaliran membentuk
persamaan y=0,001x (Gambar 8).
DAS Cikandang dikontrol oleh patahan mendatar menganan (dextral
horizontal fault), yang membagi bagian tengah DAS. Patahan berarah barat daya -
timur laut. Sebagian segmen sungai Cikandang berimpit dengan patahan ini. Analisis
dilakukan terhadap populasi data kerapatan pengaliran dan rasio cabang sungai sub-
sub DAS yang berada pada kedua blok sesar. Analisis data ini untuk mengetahui
26
seberapa jauh aktivitas kedua blok sesar tersebut. Hasil analisis parameter
morfometri DAS yaitu kerapatan pengaliran (Dd) dan rasio cabang sungai (Rb),
menunjukkan bahwa tektonik menyebabkan deformasi di DAS ini.
Tabel 9. Karakteristik morfometri DAS Cikandang
Orde
Sungai
Jumlah
segmen
Panjang total
sungai (km) Rb
Luas DAS
(km2)
Dd
1 977 794,40 2,11 464 1,71
2 462 256,30 1,92 464 0,55
3 241 120,40 1,21 464 0,26
4 200 76,72 6,25 464 0,17
5 32 22,61 0,82 464 0,05
6 39 20,60 464 0,04
Jumlah 1.291,03 464 2,78
Gambar 8. Korelasi antara jumlah segmen sungai dan Dd di DAS Cikandang
Pola pengaliran dalam wilayah ini adalah trellis, parallel, dendritic, dan
subparallel (Gambar 9). Pada pola trellis, jenis pola pengalirannya berhadapan pada
sisi sepanjang aliran subsekuen. Pola ini dibentuk oleh Sungai Cimangke, Sungai
Cipasarangan, Sungai Cikandang serta anak sungainya. Bentuk pola pengaliran
Parallel cenderung sejajar, berlereng sedang-agak curam, dipengaruhi oleh struktur
geologi, terdapat pada perbukitan memanjang. Pola ini dibentuk oleh Sungai
Cirompang serta anak sungainya. Pola pengaliran dendritik membentuk mirip tulang-
27
tulang daun, berkembang pada batuan dengan kekerasan yang relatif sama. Pola ini
dibentuk oleh Sungai Ciarinem, Sungai Ciawitali dan Sungai Cibalubur beserta anak
sungainya. Pola pengaliran subparallel dibentuk oleh anak Sungai Cikandang.
Gambar 9. Pola Pengaliran di DAS Cikandang dan sekitarnya. Pola aliran Trelis (A),
Paralel (B), Dendritik (C), dan Subparalel (D).
Gambar 10. Bentuk lahan perbukitan yang tersebar di Kecamatan Bungbulang,
Kecamatan Pakenjeng, Desa Nyalindung
28
Gambar 11. Kenampakan Tiga Dimensi (3D) geomorfologi sebagian DAS
Cikandang
Dari hasil pengamatan, pengukuran, dan analisis terhadap indikasi-indikasi
struktur geologi, serta dikorelasikan dengan interpretasi kelurusan-kelurusan dari
citra SRTM-DEM, dan pola tegasan umum yang bekerja di daerah penelitian, maka di
daerah ini berkembang struktur sesar dan kekar. Struktur sesar dan kekar ini
merupakan struktur geologi yang berumur Kuarter, karena berkembang pada batuan-
batuan yang berumur Tersier dan Kuarter.
Sesar mendatar dekstral Cikandang terdapat di bagian tengah DAS. Sesar ini
relatif berarah timurlaut-baratdaya. Memanjang dari arah timurlaut sampai baratdaya.
Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:
Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.
Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Cikandang.
Interpretasi peta topografi yang menunjukkan kelurusan segmen-segmen sungai
pada daerah aliran sungai Cikandang.
Sesar normal Ciarinem terdapat di bagian timur laut, relatif berarah barat-
timur. Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:
Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.
29
Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Ciarinem.
Sesar mendatar dekstral Cikalong terdapat di bagian timurlaut pada daerah
penelitian. Sesar mendatar dekstral Cikalong relatif berarah timurlaut-baratdaya.
Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:
Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.
Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Cikandang.
Sesar mendatar dekstral Cibalubur terdapat di bagian baratlaut pada daerah
penelitian. Sesar mendatar dekstral Cibalubur relatif berarah timurlaut-baratdaya.
Indikasi–indikasi yang menunjukkan sesar tersebut adalah:
Adanya pola kelurusan yang teramati pada citra SRTM-DEM.
Keberadaan struktur kekar yang ditemukan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Cibalubur.
5.1.5. DAS Cikaingan
Bentuk DAS Cikaingan sangat unik, mirip bulu burung dengan batas-batas
yang tegas. Bentuk memanjang dari utara ke selatan, dan tampak ramping di bagian
tengah dan hilir. Pola pengaliran beragam, yaitu dendritik di bagian hulu dan trellis
di bagian tengah. Kerapatan pengaliran di wilayah bagian hulu (utara) relatif lebih
rapat di banding bagian hilir (selatan). Perbedaan karakter pola pengaliran yang
ekstrim di bagian hulu dan hilir DAS sebenarnya telah menunjukkan adanya kontrol
struktur geologi (tektonik) di wilayah ini.
Tabel 10. Karakteristik morfometri DAS Cikaingan
Orde
sungai
Jumlah
segmen
sungai
Panjang (km) Rb Luas
(km2)
Dd
1 510 458,40 2,16 273 1,68
2 236 126,80 2,02 273 0,46
3 117 59,42 2,05 273 0,22
4 57 21,65 8,14 273 0,08
5 7 4,79 0,08 273 0,02
6 88 45,25 273 0,17
Total 716,31 273 2,62
30
Sungai-sungai yang menyusun DAS Cikaingan berorde 1 s/d 6. Karakteristik
morfometri DAS dirangkum dalam Tabel 10. Proporsi antara jumlah segmen sungai
dan panjang total segmen sungai di setiap orde digambarkan dalam bentuk grafik.
Korelasi antara jumlah orde sungai terhadap kerapatan pengaliran di setiap orde
sungai ditampilkan dalam Gambar 12. Tampak korelasi di antara keduanya sangat
kuat, namun masih lebih rendah dibandingkan korelasi yang terjadi di DAS
Cipandak, walaupun kedua DAS sama-sama berbentuk bulu burung.
Rasio cabang sungai (Rb) antara sungai berorde 4 dan 5 serta antara sungai
berorde 5 dan 6 sangat ekstrim. Keduanya jauh di bawah dan di atas kisaran Rb untuk
DAS yang normal. Fenomena tersebut menunjukkan pengaruh struktur geologi dan
tektonik sangat kuat pada sungai berorde 4, 5, dan 6. Tipe struktur geologi yang
berupa sesar normal, di mana blok bagian utara relatif bergerak turun (hanging wall)
terhadap blok di bagian selatan (foot wall) juga turut berperan mempengaruhi
karakteristik morfometri yang ekstrim di bagian hulu dan hilir DAS Cikaingan.
Kerapatan pengaliran (Dd) di bagian hulu dengan di bagian hilir juga menunjukan
perbedaan yang sangat ekstrim.
Gambar 12. Korelasi antara jumlah segmen sungai dengan kerapatan pengaliran (Dd)
untuk sungai orde 1 s/d 6 DAS Cikaingan
DAS Cikaingan di bagian hulu (sekitar Singajaya) dikontrol oleh sesar normal
Singajaya. Fenomena tersebut didukung oleh hasil analisis dengan pendekatan
probabilistik terhadap populasi kerapatan pengaliran (Dd) dan rasio cabang (Rb)
sungai di sub-sub DAS yang berada pada blok A yang relatif turun (hanging wall)
dan blok B yang relatif tetap (foot wall).
31
5.2. Sifat Fisik dan Mekanika Tanah Hasil Pelapukan Batuan Vulkanik
Hasil analisis laboratorium terhadap sifat fisik dan mekanika tanah hasil
pelapukan batuan vulkanik di wilayah Jawa Barat bagian selatan ditampilkan dalam
Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13. Karakteristik sifat fisik dan mekanika tanah
meliputi kadar air, berat jenis, plastisitas, dan distribusi ukuran butir.
Tabel 11. Karakteristik kadar air, berat jenis, dan jenis tanah hasil pelapukan batuan
vulkanik di Cianjur dan Garut bagian selatan
No Kode sampel Kadar air (%) Berat jenis Klasifikasi tanah
(USCS)
1 02 39,75 2,408 MH
2 03 28,50 2,522 SM
3 ST. 02 70,02 2,507 MH
4 ST 02/03 (Lap A) 39,91 2,477 CH
5 ST 02/03 (Lap C) 31,74 2,530 SM
6 04 1,46 2,860 SM
7 ST 04/02 (Lap A) 42,22 2,457 CH
8 ST 04/02 (Lap C) 42,22 2,520 CH
9 H2 (pasir halus) 35,35 2,643 SM
10 ST 09/2 (Lap B) 34,36 2,678 MH
11 ST 09/2 (Lap C) 8,33 2,710 CH
12 TO.1 7,41 2,868 SP
13 TO.2 10,52 2,719 SP
14 TO.3 10,74 2,741 SP
15 TO.6 7,12 2,757 SP
16 TO.7 9,69 2,760 SP
Berdasarkan data pada Tabel 11, tampak bahwa klasifikasi tanah berdasarkan
USCS di wilayah Cianjur-Garut bagian selatan terdiri atas lanau lempungan
plastisitas tinggi (MH), lempung lanauan plastisitas tinggi (CH), pasir lanauan (SM),
dan pasir gradasi buruk (SP). Kadar air dari tanah hasil pelapukan batuan vulkanik
bervariasi berkisar dari 1,46 % hingga 70,2 %. Demikian juga dengan berat jenis
tanah hasil pelapukan batuan vulkanik, berkisar dari 2,408 hingga 2,868. Sifat fisik
32
tersebut diduga ada keterkaitan dengan deformasi yang dialami oleh batuan asalnya.
Jika batuan asal dikontrol oleh patahan aktif, maka batuan relatif mudah hancur yang
akan berimplikasi kepada sifat fisik, misalnya kemampuan dalam menyerap air akan
menjadi lebih besar dibandingkan jika batuan asal tanah tersebut masif (kurang
terdeformasi). Pada Gambar 13 tampak bahwa ada hubungan berbanding terbalik
antara berat jenis dan kadar air dengan koefisien korelasi sebesar 0,83 yang dapat
diklasifikasikan berkorelasi sangat kuat.
Gambar 13. Korelasi antara berat jenis dan kadar air pada tanah hasil pelapukan
batuan vulkanik
Tabel 12. Plastisitas tanah hasil pelapukan batuan vulkanik
No Kode sampel Klasifikasi
tanah
Batas cair Batas plastis Indeks
plastisitas
1 02 MH 60,52 32,14 28,37
2 ST. 02 MH 68,64 40,74 27,89
3 ST 02/03 (Lap A) CH 62,42 26,77 35,64
4 ST 04/02 (Lap A) CH 72,75 25,95 46,81
5 ST 04/02 (Lap C) CH 73,37 30,71 42,66
6 ST 09/2 (Lap B) MH 69,80 35,70 34,10
7 ST 09/2 (Lap C) CH 75,57 40,43 35,14
y = -107,16x + 308,55 R² = 0,6869
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
2,300 2,400 2,500 2,600 2,700 2,800 2,900
K
a
d
a
r
a
i
r
(
%)
Berat jenis
33
Jenis tanah hasil pelapukan batuan vulkanik terutama yang bersifat lempung
memiliki indeks plastisitas yang tinggi yaitu berkisar dari 35,14 hingga 46,81.
Sementara itu sebagian jenis tanah lanau juga memiliki indeks plastisitas yang relatif
tinggi pula, berkisar dari 27,89 hingga 34,10. Kondisi batuan asal, apakah terubah
atau tidak terubah juga turut mempengaruhi dari plastisitas tanah lempung maupun
lanau, di mana di wilayah Garut Selatan pada umumnya batuan vulkanik telah
mengalami ubahan (alterasi hidrotermal). Fenomena ini ditengarai oleh penemuan
mineralisasi emas yang sedang tahap eksplorasi dan persiapan eksploitasi oleh PT.
ANTAM (Arinem).
Tabel 13. Distribusi ukuran butir tanah hasil pelapukan batuan vulkanik di Cianjur-
Garut bagian selatan
No Kode sampel Distribusi ukuran butir (%) Lempung
< 0,005
mm
Lanau
0,005-0,075
mm
Pasir halus
0,075-0,420
mm
Pasir sedang
0,420-2,000
mm
Pasir kasar
2,000-4,750
mm
Kerikil
> 4,750
mm
1 02 18,64 42,80 33,56 5,00 0,00 0,00
2 03 8,12 30,26 31,58 21,84 8,20 0,00
3 ST. 02 26,45 34,09 16,54 19,64 3,28 0,00
4 ST 02/03 (Lap A) 41,75 32,73 16,42 8,42 0,68 0,00
5 ST 02/03 (Lap C) 11,42 20,02 28,84 35,00 4,72 0,00
6 04 13,69 17,55 29,58 35,62 3,56 0,00
7 ST 04/02 (Lap A) 44,52 33,78 15,96 5,18 0,56 0,00
8 ST 04/02 (Lap C) 47,08 33,36 10,84 8,46 0,26 0,00
9 H2 (pasir halus) 9,81 25,91 56,94 7,34 0,00 0,00
10 ST 09/2 (Lap B) 28,41 29,99 18,36 21,34 1,90 0,00
11 ST 09/2 (Lap C) 17,75 38,57 22,14 14,18 7,36 0,00
12 TO.1 13,97 10,67 20,36 43,32 11,68 0,00
13 TO.2 12,18 17,76 31,46 33,98 4,62 0,00
14 TO.3 15,27 11,69 39,84 33,20 0,00 0,00
15 TO.6 9,26 15,90 23,14 30,58 21,12 0,00
16 TO.7 4,08 15,00 36,14 34,70 10,08 0,00
34
Ukuran butir hasil pelapukan batuan vulkanik bervariasi dari lempung hingga
pasir kasar. Beberapa diantaranya menunjukkan adanya korelasi terhadap kadar air.
Hasil uji korelasi antara kadar air terhadap ukuran butir lanau menunjukkan bahwa
korelasi berbanding lurus dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,67 yang
diklasifikasikan kuat. Korelasi antara proporsi ukuran butir pasir sedang dan kadar
air juga kuat dengan (r) sebesar 0,65, namun berbanding terbalik. Sementara itu
proporsi ukuran butir lempung terhadap kadar air berkorelasi sedang dengan (r)
sebesar 0,58. Sedangkan dengan ukuran butir yang lainnya, yaitu pasir halus dan
pasir kasar korelasi cenderung sangat rendah hingga rendah.
Gambar 14. Korelasi antara proporsi ukuran butir lanau dan kadar air pada tanah
hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian selatan
Gambar 15. Korelasi antara proporsi ukuran butir sedang dan kadar air pada tanah
hasil pelapukan batuan vulkanik di wilayah Cianjur – Garut bagian selatan
y = 1,2522x - 5,8849 R² = 0,4461
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
0 10 20 30 40 50
K
a
d
a
r
a
i
r
(%)
Proporsi lanau (%)
y = -0,9502x + 47,458 R² = 0,4237
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
K
a
d
a
r
a
i
r
(
%)
Proporsi pasir sedang (%)
35
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan adalah persiapan penelitian tahun
ke-2, observasi lapangan tahap 4, analisis kawasan rawan gempa, observasi lapangan
tahap 5, analisis kawasan rawan longsor, perumusan karakteristik morfotektonik
berkaitan dengan patahan aktif dan zona rawan longsor, penyusunan peta zonasi
rawan longsor di Jawa Barat Selatan, pelaporan dan penyusunan artikel ilmiah tahun
ke-2, seperti tercantum dalam Tabel 14 (kegiatan diarsir abu-abu).
Tabel 14. Rencana tahapan selanjutnya
No Jenis kegiatan Tahun I Tahun II
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan, data sekunder, dll.
2. Observasi lapangan I
3. Perhitungan morfometri DAS &
morfotektonik
4. Observasi lapangan II & III
5. Analisis patahan aktif
6. Analisis data hasil uji laboratorium
7. Analisis data tahap awal
8. Pelaporan dan penyusunan artikel
ilmiah Tahun ke-1
9. Persiapan penelitian Tahun ke-2
10. Observasi lapangan IV
11. Analisis kawasan rawan gempa
12. Observasi lapangan V
13. Analisis kawasan rawan longsor
14. Analisis laboratorium tahap lanjut
15. Perumusan Karakteristik
morfotektonik berkaitan dengan
patahan aktif dan zona rawan
longsor
16. Penyusunan peta zonasi rawan
longsor di Jawa Barat Selatan
17. Pelaporan dan penyusunan artikel
ilmiah Tahun ke-2
36
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil observasi lapangan menunjukkan adanya bukti-bukti empirik terkait
keberadaan patahan aktif yang ditemukan di sepanjang jalur longsoran, terutama di
wilayah Garut selatan. Sementara di wilayah Cianjur selatan, potensi longsor terkait
dengan keberadaan patahan masih dikaji lebih lanjut.
Hasil kajian morfotektonik mendukung interpretasi bahwa unit-unit morfografi yang
terkait dengan tektonik dapat dijadikan acuan awal untuk zonasi kawasan longsor di
wilayah Garut Selatan.
Karakteristik fisik tanah memverifikasi hasil analisis bahwa tanah jenis lanau dan
pasir sedang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kadar air
pada zona fisiografi pegunungan selatan.
Studi lebih lanjut akan dilakukan pada tahun ke-2. Revisi terhadap Peta Geologi
perlu dilakukan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa banyak patahan
berpotensi aktif yang belum dipetakan di wilayah Jawa Barat bagian selatan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, T., Rajiyowiryono, H., Adisaputro, K., dan Wongsosentono, S. 1992.
Pertimbangan Aspek Geologi Lingkungan dalam Pengembangan Wilayah Jawa
Barat Selatan. Proceeding Seminar Proyeksi Pengembangan Wilayah Jawa
barat bagian selatan, HMG Unpad, Bandung.
Baumann, P., Oesterle, & Suminta, W. 1972. The Cenozoic of Java and Sumatra,
Proceedings IPA.
Brunsden,D., Schortt,L., & Ibsen,M.L.(editor). 1997. Landslide Recognition,
Identification Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 137 -
148
Billings, M. P. 1972. Structural geology: Third Edition. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall.
Doornkamp, J. C. 1986. Geomorphological approaches to the study of neotectonics.
Journal of Geological Society, Vol. 143: 335-342.
Hamilton, Warren. 1979. Tectonics of the Indonesian Region.US Government
Printing Office, Washington. 345h
Hansen, M.J. 1984. Strategies for Classification of Landslides, (ed. : Brunsden, D,
& Prior, D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p.1-25
Hirnawan, R.F., & Muslim, D. 2006. Drainage morphometry characterizing active
tectonism in West Java. Proceeding of 2006 MapAsia International Conference.
Bangkok, Thailand: 18p
Keller, Edward A. & Pinter, Nicholas. 1996. Active tectonics: Earthquakes, uplift,
and landscape. New Jersey: Prentice Hall.
Koesmono, K., Kusnama, & Suwarna, N. 1996. Peta Geologi Lembar Sindangbarang
dan Bandarwaru. Skala 1:100.000, Edisi ke-2. PPPG, Bandung.
Martodjojo, S. 1984. Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat. Desertasi Doktor,
Fakultas Pasca Sarjana ITB.
Munif, Fahrudin. 2011. Blog ilmiah tentang proses dinamik dan produknya: Sesar
Aktif. http://fahrudin-munif.blogspot.com/2012/5/sesar-aktif.html (Diakses
tanggal 5 September 2012 pukul 08.00).
38
Pangular, D. 1985. Petunjuk Penyelidikan & Penanggulangan Gerakan Tanah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Balitbang Departemen Pekerjaan
Umum, 233 hal.
Pulunggono, A. & Martodjojo, S. 1994. Perubahan Tektonik Paleogene-Neogene
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa. Proceedings Geologi dan
Geotektonik Pulau Jawa, Pertamina.
Purnomo, Joko, & Purwoko. 1994. Kerangka Tektonik dan Stratigrafi Pulau Jawa
Secara Regional dan Kaitannya dengan Potensi Hidrokarbon. Proceedings
Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa, Pertamina.
Situmorang, B., Siswoyo, Endang Thajib, & Paltrinieri F. 1976. Wrench fault
tectonics and aspects of hydrocarbon accumulation in Java. Proceedings IPA.
Stewart, I. S. & Hancock, P. L. 1994. Neotectonics. Dalam Hancock, Paul P.
(Penyunting). Continental Deformation. Pergamon Press Ltd., Oxford: 370-409
Sudradjat, A., Sulaksana, N., dan Sukiyah, E. 2010. Karakteristik geomorfologi
berkaitan dengan potensi energi terbarukan di wilayah Kabupaten Kuningan
Propinsi Jawa Barat. Penelitian Kompetitif Strategis Nasional.
Sukiyah, Emi. 2009. Model erosi bentangalam vulkanik Kuarter di Cekungan
Bandung Bagian Selatan. Disertasi. Program pascasarnjana Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Sudradjat, A., Syafri, I., Sulaksana, N., & Sukiyah, E. 2009. Karakteristik
Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan Sebagai Referensi
Pengembangan Sumber Energi Alternatif. Penelitian Strategis Nasional.
Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F. 2012. Peran
Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di
Cianjur-Garut Bagian Selatan. Bionatura, Vol. 14, No. 1: 1-11.
Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F. 2010. Peran
Morfotektonik DAS dalam Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di
Cianjur-Garut Bagian Selatan. Penelitian Andalan Unpad.
Sukamto. 1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa. Skala
1:100.000, PPPG, Bandung.
Sukiyah, E., Sudradjat, A., Hirnawan, R. F., & Muslim, D. 2006. Watershed
morphometry on Quaternary volcanic terrain in southern part of the Bandung
39
basin: it’s implication in distribution of flood area. Map Asia Conference 2006
in Bangkok, Thailand.
Sukiyah, E., Sudradjat, A., Hirnawan, R.F., Muslim, D., & Rosana, M.F. 2007. The
simple grid method in GIS application for delineation of erosion and flood
zones: Case study at Bandung basin. SKIM X, Universitas Kebangsaan
Malaysia, Bangi, Malaysia.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., dan Rosana, M.F. 2011. Karakteristik
Geomorfologi yang berkaitan dengan Potensi Energi Terbarukan di Wilayah
Kuningan Jawa Barat. Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26, No. 3: 131-142.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, Edi Tri. 2011.
Karakteristik morfotektonik DAS Cimanuk bagian hulu dan implikasinya
terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk Jatigede.
Penelitian KILAB, LPPM UNPAD.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, E.T., dan Devnita,
R. 2013. Kajian Intensitas Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam
Pengelolaan Waduk Jatigede, KILAB, LPPM UNPAD.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
General Geology. Martinus Nijhoff the Hague, Vol. IA: 25-28.
40
LAMPIRAN
HASIL ANALISA
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
Penelitian Daerah Longsor Garut Selatan dan Cianjur Selatan Jawa Barat Selatan
6/12/2015
SURAT UJI LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Nomor : 019 / CV. RA / LAB. GT / 06 / 2015
Dibuat untuk : Penelitian UNPAD
Alamat : Bandung
Jenis Sampel : Sampel tanah terganggu (disturb sample)
Jumlah Sampel : 16 (enam belas)
Asal Sampel : Garut Selatan dan Cianjur Selatan
Tanggal Sampel diterima : 01 Juni 2015
Tanggal selesai diuji : 12 Juni 2015
Daftar hasil uji dan semua formulir analisis dilampirkan pada halaman berikutnya
Bandung, 12 Juni 2015
Koordinator Lab. Geoteknik
Agus Sholahudin.
DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan
NO. LAB 1 2 3 4 5 6
KODE LOKASI BOR 02 03 ST. 02 ST 02/03 ST 02/ 03 04
KEDALAMAN lap A lap C
KOORDINAT BT 7O28'01.1" 7O29'47.1" 7O16'22.7" 7O30'40.6"
LS 107O20'44.4"107O25'29.7"107O32'02.2" 107O27'35.8"
KLASIFIKASI (USCS) MH SM MH CH SM SM
KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME
KADAR AIR w % 39.75 28.50 70.02 39.91 31.74 1.46
BERAT JENIS Gs - 2.408 2.522 2.507 2.477 2.53 2.86
BERAT ISI ASLI g g/cm3
BERAT ISI KERING gd g/cm3
BERAT ISI JENUH gsat g/cm3
POROSITAS n %
ANGKA PORI e -
DERAJAT JENUH Sr %
KARAKTERISTIK PLASTISITAS
BATAS CAIR LL % 60.52 68.64 62.42
BATAS PLASTIS PL % 32.14 40.74 26.77
INDEKS PLASTIS PI % 28.37 27.89 35.64
BATAS SUSUT SL %
SUSUT LINIER SI %
KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR
< 0.002 mm %
LEMPUNG < 0.005 mm % 18.64 8.12 26.45 41.75 11.42 13.69
LANAU 0.005 - 0.075 mm % 42.80 30.26 34.09 32.73 20.02 17.55
PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 33.56 31.58 16.54 16.42 28.84 29.58
PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 5.00 21.84 19.64 8.42 35.00 35.62
PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 0.00 8.20 3.28 0.68 4.72 3.56
KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
KOEF. KESRGMN Cu -
KOEF KURVA Cc -
KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS
KOEF. PERMEAB. k cm/dt
KAVILARITAS hc cm
KARAKTERISTIK KONSOLIDASI
KOEF. KROMPRESI av cm2/g
INDEKS KOMPRESI Cc -
INDEKS SWELLING Cs -
KOEF. KONSOLID cv cm2/dt
TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2
DEFORM MODULUS E kg/cm2
KARAKTERISTIK KEKUATAN
TRIAXIAL UU
KOHESI TOTAL c kg/cm2
SUDUT GESER f …O
DIRECT SHEAR
KOHESI PNCK cp kg/cm2
SDT GESER PNCK fp …O
UCS qu kg/cm2
YOUNG MODULUS E kg/cm2
KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau
MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi
CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau
ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh
DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan
NO. LAB 7 8 9 10 11
KODE LOKASI BOR ST 04/02 ST 04/02 H 2 ST 09/2 ST 09/2
KEDALAMAN lap A lap C psr hls lap B lap C
KOORDINAT N
E
KLASIFIKASI (USCS) CH CH SM MH CH
KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME
KADAR AIR w % 42.22 42.22 35.35 34.36 8.33
BERAT JENIS Gs - 2.457 2.520 2.643 2.678 2.71
BERAT ISI ASLI g g/cm3
BERAT ISI KERING gd g/cm3
BERAT ISI JENUH gsat g/cm3
POROSITAS n %
ANGKA PORI e -
DERAJAT JENUH Sr %
KARAKTERISTIK PLASTISITAS
BATAS CAIR LL % 72.75 73.37 69.80 75.57
BATAS PLASTIS PL % 25.95 30.71 35.70 40.43
INDEKS PLASTIS PI % 46.81 42.66 34.10 35.14
BATAS SUSUT SL %
SUSUT LINIER SI %
KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR
< 0.002 mm %
LEMPUNG < 0.005 mm % 44.52 47.08 9.81 28.41 17.75
LANAU 0.005 - 0.075 mm % 33.78 33.36 25.91 29.99 38.57
PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 15.96 10.84 56.94 18.36 22.14
PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 5.18 8.46 7.34 21.34 14.18
PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 0.56 0.26 0.00 1.90 7.36
KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
KOEF. KESRGMN Cu -
KOEF KURVA Cc -
KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS
KOEF. PERMEAB. k cm/dt
KAVILARITAS hc cm
KARAKTERISTIK KONSOLIDASI
KOEF. KROMPRESI av cm2/g
INDEKS KOMPRESI Cc -
INDEKS SWELLING Cs -
KOEF. KONSOLID cv cm2/dt
TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2
DEFORM MODULUS E kg/cm2
KARAKTERISTIK KEKUATAN
TRIAXIAL UU
KOHESI TOTAL c kg/cm2
SUDUT GESER f …O
DIRECT SHEAR
KOHESI PNCK cp kg/cm2
SDT GESER PNCK fp …O
UCS qu kg/cm2
YOUNG MODULUS E kg/cm2
KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau
MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi
CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau
ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh
DAFTAR HASIL UJI LABORATORIUM GEOTEKNIKTGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan
NO. LAB 12 13 14 15 16
KODE LOKASI BOR TO. 1 TO. 2 TO. 3 TO. 6 TO. 7
KEDALAMAN
KOORDINAT N
E
KLASIFIKASI (USCS) SP SP SP SP SP
KARAKTERISTIK BERAT-VOLUME
KADAR AIR w % 7.41 10.52 10.74 7.12 9.69
BERAT JENIS Gs - 2.868 2.719 2.741 2.757 2.76
BERAT ISI ASLI g g/cm3
BERAT ISI KERING gd g/cm3
BERAT ISI JENUH gsat g/cm3
POROSITAS n %
ANGKA PORI e -
DERAJAT JENUH Sr %
KARAKTERISTIK PLASTISITAS
BATAS CAIR LL %
BATAS PLASTIS PL %
INDEKS PLASTIS PI %
BATAS SUSUT SL %
SUSUT LINIER SI %
KARAKTERISTIK DISTRIBUSI BUTIR
< 0.002 mm %
LEMPUNG < 0.005 mm % 13.97 12.18 15.27 9.26 4.08
LANAU 0.005 - 0.075 mm % 10.67 17.76 11.69 15.90 15.00
PASIR HLS. 0.075 - 0.420 mm % 20.36 31.46 39.84 23.14 36.14
PASIR SDG. 0.420 - 2.000 mm % 43.32 33.98 33.20 30.58 34.70
PASIR KSR 2.000 - 4.750 mm % 11.68 4.62 0.00 21.12 10.08
KERIKIL > 4.750 mm % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
KOEF. KESRGMN Cu -
KOEF KURVA Cc -
KARAKTERISTIK KONDUKTIVITAS
KOEF. PERMEAB. k cm/dt
KAVILARITAS hc cm
KARAKTERISTIK KONSOLIDASI
KOEF. KROMPRESI av cm2/g
INDEKS KOMPRESI Cc -
INDEKS SWELLING Cs -
KOEF. KONSOLID cv cm2/dt
TEG. PRA KONSOL Pc kg/cm2
DEFORM MODULUS E kg/cm2
KARAKTERISTIK KEKUATAN
TRIAXIAL UU
KOHESI TOTAL c kg/cm2
SUDUT GESER f …O
DIRECT SHEAR
KOHESI PNCK cp kg/cm2
SDT GESER PNCK fp …O
UCS qu kg/cm2
YOUNG MODULUS E kg/cm2
KETGN : CH = Lempung lanauan plastisitas tinggi SC = Pasir lempungan OH = Lempung/lanau
MH = Lanau lempungan plastisitas tinggi SM = Pasir lanauan organik plastisitas tgi
CL = Lempung pasiran plastisitas rendah SW = Pasir gradasi baik OL = Lempung/lanau
ML = Lanau pasiran plastisitas rendah SP = Pasir gradasi buruk organik plastisitas rndh
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH 02 03 ST. 02
KEDALAMAN STA 40+300 STA 40+500 STA 45+850
NOMOR TARA 14 13 28 1 17 15
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 40.46 45.40 32.38 34.46 37.28 39.08
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 31.91 35.39 27.46 29.06 26.15 27.16
BRT TARA = B3 g 10.36 10.26 10.21 10.10 10.25 10.14
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 8.55 10.01 4.92 5.4 11.13 11.92
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 21.55 25.13 17.25 18.96 15.9 17.02
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 39.68 39.83 28.52 28.48 70.00 70.04
w RATA-RATA % 39.75 28.50 70.02
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 1 2 3 4 5 6
BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 49.50 51.31
BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 156.74 147.80
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 107.24 96.49
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 63.23 69.77 56.93 57.17 59.73 61.61
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.88 151.48 152.03 164.77 162.88 154.00
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 143.65 140.34 141.07 154.12 152.65 143.70
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.43 2.39 2.50 2.55 2.50 2.51
Gs RATA-RATA - 2.408 2.522 2.507
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 88.65 90.54 110.65
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.254 1.281 1.565
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.897 0.997 0.921
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.525 1.602 1.553
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.525 0.602 0.553
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.68 1.53 1.72
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 62.73 60.48 63.27
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 56.87 46.97 101.90
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 69.91 60.68 68.72
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH ST 02/03 ST 02/ 03 04
KEDALAMAN lap A lap C lap A
NOMOR TARA 10 18 22 30 29 24
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 31.74 40.20 45.52 46.73 29.56 26.18
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 25.60 31.66 36.66 38.30 29.27 25.96
BRT TARA = B3 g 10.18 10.31 10.15 10.26 10.25 10.19
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 6.14 8.54 8.86 8.43 0.29 0.22
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 15.42 21.35 26.51 28.04 19.02 15.77
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 39.82 40.00 33.42 30.06 1.52 1.40
w RATA-RATA % 39.91 31.74 1.46
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 7 8 9 10 5 6
BRT LABU = B1 g 50.26 46.19 46.44 46.36 49.50 51.31
BRT LABU+AIR = B2 g 149.56 151.60 145.06 152.22 156.74 147.80
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.30 105.41 98.62 105.86 107.24 96.49
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 60.62 57.15 57.32 57.43 60.41 62.83
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 155.79 158.08 151.61 158.93 163.83 155.29
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 145.43 147.12 140.73 147.86 152.92 143.77
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.51 2.45 2.51 2.54 2.86 2.86
Gs RATA-RATA - 2.477 2.526 2.857
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.986 1.184 1.468
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.588 1.716 1.954
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.588 0.716 0.954
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.51 1.13 0.95
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 60.19 53.11 48.61
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 65.38 70.80 4.41
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 61.04 44.84 33.11
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH ST 04/02 ST 04/02 H 2
KEDALAMAN lap A lap C psr hls
NOMOR TARA 5 8 5 8 20 2
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 50.22 53.40 50.22 53.40 47.23 47.86
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 38.32 40.62 38.32 40.62 37.57 38.04
BRT TARA = B3 g 10.28 10.19 10.28 10.19 10.21 10.30
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 11.9 12.78 11.9 12.78 9.66 9.82
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 28.04 30.43 28.04 30.43 27.36 27.74
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 42.44 42.00 42.44 42.00 35.31 35.40
w RATA-RATA % 42.22 42.22 35.35
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 11 12 13 14 15 16
BRT LABU = B1 g 58.11 48.08 49.02 48.34 42.71 44.88
BRT LABU+AIR = B2 g 157.84 148.04 149.19 154.09 142.22 151.39
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.73 99.96 100.17 105.75 99.51 106.51
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 68.53 58.37 60.36 59.40 53.24 55.31
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 164.00 154.16 155.99 160.80 148.74 157.90
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 153.58 143.87 144.65 149.74 138.21 147.47
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.45 2.47 2.50 2.54 2.63 2.66
Gs RATA-RATA - 2.457 2.520 2.643
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 0.970 1.097 1.101
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.575 1.662 1.684
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.575 0.662 0.684
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.53 1.30 1.40
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 60.51 56.46 58.36
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 67.69 82.04 66.67
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 62.37 51.46 53.03
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH ST 09/2 ST 09/2 H 2
KEDALAMAN lap B lap C psr hls
NOMOR TARA 11 12 4 21 20 2
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 44.45 40.51 46.02 45.78 47.23 47.86
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 36.19 32.33 43.25 43.06 37.57 38.04
BRT TARA = B3 g 10.23 10.16 10.19 10.24 10.21 10.30
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 8.26 8.18 2.77 2.72 9.66 9.82
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 25.96 22.17 33.06 32.82 27.36 27.74
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 31.82 36.90 8.38 8.29 35.31 35.40
w RATA-RATA % 34.36 8.33 35.35
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 1 2 3 4 3 4
BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 45.97 46.52
BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 145.46 158.30
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 99.49 111.78
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 62.37 69.79 56.27 57.31 56.60 57.21
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.78 151.99 151.94 165.13 152.28 165.20
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 144.41 140.83 141.64 154.34 141.65 154.51
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.69 2.67 2.70 2.72 2.79 2.82
Gs RATA-RATA - 2.678 2.711 2.805
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.027 1.440 1.101
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.643 1.909 1.708
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.643 0.909 0.708
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.61 0.88 1.55
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 61.66 46.86 60.77
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 57.22 25.61 64.03
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 60.04 32.53 55.21
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH TO. 1 TO. 2 TO. 3
KEDALAMAN lap B lap C psr hls
NOMOR TARA 16 3 9 23 27 25
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 50.63 50.96 32.04 32.40 40.51 35.43
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 47.84 48.17 29.96 30.27 37.78 32.83
BRT TARA = B3 g 10.31 10.35 10.12 10.10 10.47 10.18
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 2.79 2.79 2.08 2.13 2.73 2.6
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 37.53 37.82 19.84 20.17 27.31 22.65
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 7.43 7.38 10.48 10.56 10.00 11.48
w RATA-RATA % 7.41 10.52 10.74
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 7 8 9 10 11 12
BRT LABU = B1 g 50.26 46.19 46.44 46.36 58.11 48.08
BRT LABU+AIR = B2 g 149.56 151.60 145.06 152.22 157.84 148.04
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 99.30 105.41 98.62 105.86 99.73 99.96
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 60.81 57.12 57.40 57.23 69.38 59.05
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 156.40 158.75 152.00 159.08 164.90 155.10
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 145.85 147.82 141.04 148.21 153.63 144.13
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.84 2.89 2.73 2.71 2.68 2.81
Gs RATA-RATA - 2.868 2.719 2.741
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.285 1.412 1.345
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.837 1.893 1.855
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.837 0.893 0.855
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.23 0.93 1.04
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 55.20 48.07 50.93
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 17.23 30.91 28.36
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 42.97 34.04 37.86
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
KADAR AIR - BERAT JENIS - BERAT ISI
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan
1. PENGUJIAN KADAR AIR
LOKASI CONTOH TO. 6 TO. 7 H 2
KEDALAMAN lap B lap C psr hls
NOMOR TARA 38 36 37 32 20 2
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 37.23 31.48 37.28 30.12 47.23 47.86
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 34.95 29.78 34.73 27.61 37.57 38.04
BRT TARA = B3 g 4.52 4.59 4.50 4.66 10.21 10.30
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 2.28 1.7 2.55 2.51 9.66 9.82
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 30.43 25.19 30.23 22.95 27.36 27.74
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 7.49 6.75 8.44 10.94 35.31 35.40
w RATA-RATA % 7.12 9.69 35.35
2. PENGUJIAN BERAT JENIS
NOMOR LABU 1 2 3 4 3 4
BRT LABU = B1 g 52.00 58.63 45.97 46.52 45.97 46.52
BRT LABU+AIR = B2 g 148.27 145.01 145.46 158.30 145.46 158.30
BRT AIR = (B2-B1) = B3 g 96.27 86.38 99.49 111.78 99.49 111.78
BRT LABU+CNTH KRG = B4 g 62.37 69.79 56.27 57.31 56.60 57.21
BRT LBU+CTH KRG+AIR = B5 g 154.88 152.12 151.99 165.22 152.28 165.20
WAKTU VAKUM/TEMP RUANG mnt/OC 60 25 FAKTOR KALIBRASI - k = 1
BRT LABU+AIR = B5-(B4-B1) = B6 g 144.51 140.96 141.69 154.43 141.65 154.51
BRT JNS Gs = (B4-B1)k/{B3-(B6-B1)} - 2.76 2.76 2.73 2.79 2.79 2.82
Gs RATA-RATA - 2.757 2.760 2.805
3. HUBUNGAN BERAT VOLUME
BRT CNTH TNH ASLI = B g 97.53 110.30 105.30
DIA. CETAKAN = D cm 6.00 6.00 6.00
TINGGI CETAKAN =T cm 2.50 2.50 2.50
VOLUME = V = (pD2/4)T cc 70.69 70.69 70.69
BRT ISI ASLI = g = G/V g/cc 1.380 1.560 1.490
BRT ISI KRG = gd = g/(1+w) g/cc 1.288 1.423 1.101
BI JNH = gsat.= (e0+Gs)gw/(e0+1) g/cc 1.821 1.907 1.708
BRT ISI Sub = gsub. = gsat.-gw g/cc 0.821 0.907 0.708
ANGKA PORI = e0 = (Gsgw-gd)/gd. - 1.14 0.94 1.55
POROSITAS = n = e0/(e0 + 1) - 53.28 48.46 60.77
DRJT KJNHAN = Sr = (wGs)/e0. % 17.21 28.44 64.03
KNDS w JNH, Sr = 100 % % 41.37 34.06 55.21
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 02
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 36 30 24 17 - -
NOMOR TARA 9 25 24 204 11 22
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 47.78 47.46 46.96 45.92 23.29 21.49
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 34.27 33.66 32.92 31.95 20.16 18.71
BRT TARA = B3 g 10.09 10.17 10.17 10.25 10.20 10.25
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.51 13.8 14.04 13.97 3.13 2.78
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 24.18 23.49 22.75 21.7 9.96 8.46
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 55.87 58.75 61.71 64.38 31.43 32.86
96.64694 -25.8456
10 70.80137
100 44.9558
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 60.52 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 32.14 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 28.37 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
40
50
60
70
80
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST. 02
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 34 27 20 14 - -
NOMOR TARA 5 5 24 14 21 11
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.53 32.74 33.36 43.70 20.88 21.23
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.49 23.61 23.89 29.96 17.80 18.04
BRT TARA = B3 g 10.28 10.29 10.18 10.34 10.25 10.20
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.04 9.13 9.47 13.74 3.08 3.19
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19.21 13.32 13.71 19.62 7.55 7.84
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 67.88 68.54 69.07 70.03 40.79 40.69
76.21559 -5.42204
10 70.79355
100 65.37151
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 68.64 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 40.74 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 27.89 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-6 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
50
60
70
80
90
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/03
lap A
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 37 32 26 20 - -
NOMOR TARA 3 11 12 24 46 51
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 45.55 21.23 40.54 44.05 15.05 14.13
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 32.29 17.04 28.89 30.90 12.81 12.13
BRT TARA = B3 g 10.33 10.20 10.23 10.15 4.52 4.59
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.26 4.19 11.65 13.15 2.24 2
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 21.96 6.84 18.66 20.75 8.29 7.54
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 60.38 61.26 62.43 63.37 27.02 26.53
78.10318 -11.2217
10 66.88148
100 55.65979
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 62.42 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 26.77 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 35.64 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
40
50
60
70
80
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02
lap A
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 36 29 23 17 - -
NOMOR TARA 14 26 13 204 27 23
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.60 46.94 43.61 51.52 20.28 20.86
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.35 31.61 29.47 33.74 18.30 18.54
BRT TARA = B3 g 10.35 10.17 10.29 10.25 10.12 10.16
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.25 15.33 14.14 17.78 1.98 2.32
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19 21.44 19.18 23.49 8.18 8.38
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 69.74 71.50 73.72 75.69 24.21 27.68
98.65038 -18.5262
10 80.12415
100 61.59792
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 72.75 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 25.95 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 46.81 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
50
60
70
80
90
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02
lap C
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 37 28 20 12 - -
NOMOR TARA 6 7 4 14 8 10
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 42.28 43.60 46.36 43.70 20.37 21.17
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 28.94 29.52 30.91 29.25 17.99 18.59
BRT TARA = B3 g 10.28 10.23 10.18 10.34 10.22 10.21
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 13.34 14.08 15.45 14.45 2.38 2.58
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 18.66 19.29 20.73 18.91 7.77 8.38
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 71.49 72.99 74.53 76.41 30.63 30.79
87.32854 -9.98762
10 77.34092
100 67.35331
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 73.37 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 30.71 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 42.66 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
50
60
70
80
90
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2
lap B
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 33 26 20 14 - -
NOMOR TARA 18 6 1 14 29 17
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 41.90 42.19 45.02 43.70 20.96 21.01
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 29.37 29.19 30.30 29.10 18.12 18.20
BRT TARA = B3 g 10.34 10.36 10.24 10.34 10.28 10.21
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 12.53 13 14.72 14.6 2.84 2.81
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 19.03 18.83 20.06 18.76 7.84 7.99
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 65.84 69.04 73.38 77.83 36.22 35.17
115.3885 -32.6107
10 82.77777
100 50.16702
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 69.80 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 35.70 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 34.10 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS MH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-2-7 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
50
60
70
80
90
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ATTERBERG (BATAS CAIR & BATAS PLASTIS)
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI :Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2
lap C
PENGUJIAN BATAS CAIR BATAS PLASTIS
NO. LANGKAH 1 2 3 4 5 6
JULAH PUKULAN 36 29 22 16 - -
NOMOR TARA 7 53 52 14 43 49
BRT CNTH BSH+TARA = B1 g 44.80 37.42 35.71 47.15 13.52 13.10
BRT CNTH KRG+TARA = B2 g 30.20 23.29 22.20 30.94 10.86 10.68
BRT TARA = B3 g 10.18 4.43 4.46 10.34 4.48 4.50
BRT AIR = B1-B2 = B4 g 14.6 14.13 13.51 16.21 2.66 2.42
BRT CNTH KRG = B2-B3 = B5 g 20.02 18.86 17.74 20.6 6.38 6.18
KDR AIR w = (B4/B5)100 % 72.93 74.92 76.16 78.69 41.69 39.16
97.52437 -15.7055
10 81.81885
100 66.11333
20 0
250 167.9 BATAS CAIR = LL 75.57 %
50 180 BATAS PLASTIS = PL 40.43 %
50 0 PLASTISITAS INDEKS = IP 35.14 %
25 0 SIMBUL KELOMPOK USCS CH -
25 200 SIMBUL KELOMPOK AASHTO A-7-5 -
GRAFIK PLASTISITAS USCS & AASHTO
20 0 40 10
260 175.2 200 170
50 0 40 0
50 100 40 150
0 10
200 10
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
60
70
80
90
100
10 100
KA
DA
R
AIR
-w
(%
)
JUMLAH PUKULAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
A. line liquid limits 50 plot
CH
MH-OH
ML-OL
CL
CL-ML
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 50 100 150
PL
AS
TIS
ITA
S IN
DE
KS
-
IP (
%)
BATAS CAIR - LL (%)
bts 1 bts2 bts3 plot
A-7-6
A-7-5
A-5
A-6
A-2-6 A-2-7
A-2-5A-4
A-2-4
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 02
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 30.72
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
20 0.850 1.00 1.00 2.00 2.00 98.00
40 0.420 1.50 1.50 3.00 5.00 95.00
100 0.149 8.78 8.78 17.56 22.56 77.44
200 0.075 8.00 8.00 16.00 38.56 61.44
PAN - 30.72 30.72 61.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.41 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.420
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0046 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 61.441 0.0484 19.0 19.3 11.20 15.7 53.70
2 0.0350 17.0 17.3 11.73 13.7 46.86
4 0.0254 14.5 14.8 12.39 11.2 38.31
8 0.0184 12.5 12.8 12.92 9.2 31.47
15 0.0136 11.0 11.3 13.32 7.7 26.34
30 0.0097 10.0 10.3 13.59 6.7 22.92
60 0.0069 9.0 9.3 13.85 5.7 19.50
120 0.0049 8.5 8.8 13.98 5.2 17.79
240 0.0035 8.0 8.3 14.11 4.7 16.08
480 0.0025 7.5 7.8 14.25 4.2 14.37
1440 0.0015 6.5 6.8 14.51 3.2 10.95
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
18.6 42.8 33.6 5.0 0.0 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 03
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 19.19
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 4.10 4.10 8.20 8.20 91.80
20 0.850 6.19 6.19 12.38 20.58 79.42
40 0.420 4.73 4.73 9.46 30.04 69.96
100 0.149 8.72 8.72 17.44 47.48 52.52
200 0.075 7.07 7.07 14.14 61.62 38.38
PAN - 19.19 19.19 38.38 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.52 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.314
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 38.381 0.0497 13.0 13.3 12.79 9.7 32.14
2 0.0359 11.0 11.3 13.32 7.7 25.52
4 0.0257 9.5 9.8 13.72 6.2 20.55
8 0.0184 8.5 8.8 13.98 5.2 17.23
15 0.0136 7.5 7.8 14.25 4.2 13.92
30 0.0097 6.7 7.0 14.46 3.4 11.27
60 0.0069 6.0 6.3 14.64 2.7 8.95
120 0.0049 5.5 5.8 14.78 2.2 7.29
240 0.0035 5.0 5.3 14.91 1.7 5.63
480 0.0025 4.7 5.0 14.99 1.4 4.64
1440 0.0014 4.5 4.8 15.04 1.2 3.98
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
8.1 30.3 31.6 21.8 8.2 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST. 02
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 30.27
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 1.64 1.64 3.28 3.28 96.72
20 0.850 4.44 4.44 8.88 12.16 87.84
40 0.420 5.38 5.38 10.76 22.92 77.08
100 0.149 5.95 5.95 11.90 34.82 65.18
200 0.075 2.32 2.32 4.64 39.46 60.54
PAN - 30.27 30.27 60.54 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.51 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.327
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 60.541 0.0462 20.0 20.3 10.94 16.7 55.57
2 0.0331 19.0 19.3 11.20 15.7 52.24
4 0.0237 18.0 18.3 11.47 14.7 48.91
8 0.0170 16.5 16.8 11.87 13.2 43.92
15 0.0126 15.0 15.3 12.26 11.7 38.93
30 0.0091 13.5 13.8 12.66 10.2 33.94
60 0.0065 12.0 12.3 13.06 8.7 28.95
120 0.0047 10.5 10.8 13.45 7.2 23.96
240 0.0034 8.5 8.8 13.98 5.2 17.30
480 0.0024 7.0 7.3 14.38 3.7 12.31
1440 0.0014 6.0 6.3 14.64 2.7 8.98
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
26.5 34.1 16.5 19.6 3.3 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/03
lap A
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 37.24
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.34 0.34 0.68 0.68 99.32
20 0.850 1.11 1.11 2.22 2.90 97.10
40 0.420 3.10 3.10 6.20 9.10 90.90
100 0.149 5.46 5.46 10.92 20.02 79.98
200 0.075 2.75 2.75 5.50 25.52 74.48
PAN - 37.24 37.24 74.48 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.48 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.354
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0045 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 74.481 0.0441 24.5 24.8 9.75 21.2 71.10
2 0.0316 23.5 23.8 10.01 20.2 67.74
4 0.0226 22.5 22.8 10.28 19.2 64.39
8 0.0163 21.0 21.3 10.68 17.7 59.36
15 0.0121 19.5 19.8 11.07 16.2 54.33
30 0.0087 18.0 18.3 11.47 14.7 49.30
60 0.0063 16.5 16.8 11.87 13.2 44.27
120 0.0045 15.0 15.3 12.26 11.7 39.24
240 0.0032 13.5 13.8 12.66 10.2 34.21
480 0.0023 12.0 12.3 13.06 8.7 29.18
1440 0.0014 11.0 11.3 13.32 7.7 25.82
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
41.8 32.7 16.4 8.4 0.7 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 02/ 03
lap C
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 15.72
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 2.36 2.36 4.72 4.72 95.28
20 0.850 6.84 6.84 13.68 18.40 81.60
40 0.420 10.66 10.66 21.32 39.72 60.28
100 0.149 11.06 11.06 22.12 61.84 38.16
200 0.075 3.36 3.36 6.72 68.56 31.44
PAN - 15.72 15.72 31.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.53 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.311
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 31.441 0.0504 11.5 11.8 13.19 8.2 27.15
2 0.0360 10.5 10.8 13.45 7.2 23.84
4 0.0257 9.5 9.8 13.72 6.2 20.53
8 0.0184 8.5 8.8 13.98 5.2 17.22
15 0.0135 8.0 8.3 14.11 4.7 15.56
30 0.0096 7.5 7.8 14.25 4.2 13.91
60 0.0068 7.0 7.3 14.38 3.7 12.25
120 0.0048 6.5 6.8 14.51 3.2 10.59
240 0.0034 6.0 6.3 14.64 2.7 8.94
480 0.0024 5.7 6.0 14.72 2.4 7.95
1440 0.0014 5.5 5.8 14.78 2.2 7.28
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
11.4 20.0 28.8 35.0 4.7 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : 04
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 15.62
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 1.78 1.78 3.56 3.56 96.44
20 0.850 7.11 7.11 14.22 17.78 82.22
40 0.420 10.70 10.70 21.40 39.18 60.82
100 0.149 10.98 10.98 21.96 61.14 38.86
200 0.075 3.81 3.81 7.62 68.76 31.24
PAN - 15.62 15.62 31.24 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.86 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.077
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0040 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 31.241 0.0455 12.0 12.3 13.06 8.7 26.77
2 0.0325 11.0 11.3 13.32 7.7 23.69
4 0.0232 10.0 10.3 13.59 6.7 20.61
8 0.0165 9.5 9.8 13.72 6.2 19.08
15 0.0121 9.0 9.3 13.85 5.7 17.54
30 0.0086 8.5 8.8 13.98 5.2 16.00
60 0.0061 8.0 8.3 14.11 4.7 14.46
120 0.0043 7.5 7.8 14.25 4.2 12.92
240 0.0031 7.0 7.3 14.38 3.7 11.38
480 0.0022 6.7 7.0 14.46 3.4 10.46
1440 0.0013 6.5 6.8 14.51 3.2 9.85
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
13.7 17.5 29.6 35.6 3.6 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02
lap A
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 39.15
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.28 0.28 0.56 0.56 99.44
20 0.850 0.86 0.86 1.72 2.28 97.72
40 0.420 1.73 1.73 3.46 5.74 94.26
100 0.149 5.43 5.43 10.86 16.60 83.40
200 0.075 2.55 2.55 5.10 21.70 78.30
PAN - 39.15 39.15 78.30 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.46 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.373
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0045 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 78.301 0.0439 25.3 25.6 9.54 22.0 74.20
2 0.0316 24.0 24.3 9.88 20.7 69.82
4 0.0227 22.7 23.0 10.23 19.4 65.43
8 0.0163 21.5 21.8 10.54 18.2 61.39
15 0.0121 20.0 20.3 10.94 16.7 56.33
30 0.0087 18.5 18.8 11.34 15.2 51.27
60 0.0063 17.0 17.3 11.73 13.7 46.21
120 0.0045 16.0 16.3 12.00 12.7 42.84
240 0.0032 15.0 15.3 12.26 11.7 39.46
480 0.0023 14.0 14.3 12.53 10.7 36.09
1440 0.0013 13.0 13.3 12.79 9.7 32.72
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
44.5 33.8 16.0 5.2 0.6 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 04/02
lap C
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 40.22
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.13 0.13 0.26 0.26 99.74
20 0.850 1.32 1.32 2.64 2.90 97.10
40 0.420 2.91 2.91 5.82 8.72 91.28
100 0.149 3.88 3.88 7.76 16.48 83.52
200 0.075 1.54 1.54 3.08 19.56 80.44
PAN - 40.22 40.22 80.44 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.52 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.316
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0044 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 80.441 0.0422 26.5 26.8 9.22 23.2 76.92
2 0.0302 25.7 26.0 9.43 22.4 74.27
4 0.0217 24.5 24.8 9.75 21.2 70.29
8 0.0157 23.0 23.3 10.15 19.7 65.32
15 0.0117 21.5 21.8 10.54 18.2 60.34
30 0.0084 20.0 20.3 10.94 16.7 55.37
60 0.0061 18.0 18.3 11.47 14.7 48.74
120 0.0044 17.0 17.3 11.73 13.7 45.42
240 0.0031 15.5 15.8 12.13 12.2 40.45
480 0.0022 14.0 14.3 12.53 10.7 35.48
1440 0.0013 13.0 13.3 12.79 9.7 32.16
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
47.1 33.4 10.8 8.5 0.3 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : H 2
psr hls
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 17.86
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
20 0.850 0.06 0.06 0.12 0.12 99.88
40 0.420 3.61 3.61 7.22 7.34 92.66
100 0.149 20.12 20.12 40.24 47.58 52.42
200 0.075 8.35 8.35 16.70 64.28 35.72
PAN - 17.86 17.86 35.72 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.64 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.217
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0042 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 35.721 0.0484 12.0 12.3 13.06 8.7 27.99
2 0.0345 11.0 11.3 13.32 7.7 24.77
4 0.0247 10.0 10.3 13.59 6.7 21.55
8 0.0177 8.7 9.0 13.93 5.4 17.37
15 0.0130 8.0 8.3 14.11 4.7 15.12
30 0.0092 7.3 7.6 14.30 4.0 12.87
60 0.0066 6.7 7.0 14.46 3.4 10.94
120 0.0047 6.0 6.3 14.64 2.7 8.69
240 0.0033 5.7 6.0 14.72 2.4 7.72
480 0.0024 5.3 5.6 14.83 2.0 6.43
1440 0.0014 5.0 5.3 14.91 1.7 5.47
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
9.8 25.9 56.9 7.3 0.0 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2
lap B
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 29.20
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.95 0.95 1.90 1.90 98.10
20 0.850 4.75 4.75 9.50 11.40 88.60
40 0.420 5.92 5.92 11.84 23.24 76.76
100 0.149 5.22 5.22 10.44 33.68 66.32
200 0.075 3.96 3.96 7.92 41.60 58.40
PAN - 29.20 29.20 58.40 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.68 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.192
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0042 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 58.401 0.0441 19.5 19.8 11.07 16.2 51.71
2 0.0316 18.3 18.6 11.39 15.0 47.88
4 0.0226 17.3 17.6 11.65 14.0 44.68
8 0.0162 16.3 16.6 11.92 13.0 41.49
15 0.0120 15.0 15.3 12.26 11.7 37.34
30 0.0086 14.0 14.3 12.53 10.7 34.15
60 0.0061 12.7 13.0 12.87 9.4 30.00
120 0.0044 11.7 12.0 13.14 8.4 26.81
240 0.0031 11.0 11.3 13.32 7.7 24.58
480 0.0022 10.5 10.8 13.45 7.2 22.98
1440 0.0013 10.0 10.3 13.59 6.7 21.38
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
28.4 30.0 18.4 21.3 1.9 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : ST 09/2
lap C
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 28.16
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 3.68 3.68 7.36 7.36 92.64
20 0.850 3.30 3.30 6.60 13.96 86.04
40 0.420 3.79 3.79 7.58 21.54 78.46
100 0.149 7.40 7.40 14.80 36.34 63.66
200 0.075 3.67 3.67 7.34 43.68 56.32
PAN - 28.16 28.16 56.32 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.71 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.169
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 56.321 0.0442 18.5 18.8 11.34 15.2 48.17
2 0.0319 16.7 17.0 11.81 13.4 42.47
4 0.0230 15.0 15.3 12.26 11.7 37.08
8 0.0165 13.3 13.6 12.71 10.0 31.69
15 0.0122 12.0 12.3 13.06 8.7 27.57
30 0.0088 10.5 10.8 13.45 7.2 22.82
60 0.0063 9.3 9.6 13.77 6.0 19.02
120 0.0045 8.5 8.8 13.98 5.2 16.48
240 0.0032 8.0 8.3 14.11 4.7 14.90
480 0.0023 7.5 7.8 14.25 4.2 13.31
1440 0.0013 7.0 7.3 14.38 3.7 11.73
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
17.7 38.6 22.1 14.2 7.4 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 1
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 12.32
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 5.84 5.84 11.68 11.68 88.32
20 0.850 10.80 10.80 21.60 33.28 66.72
40 0.420 10.86 10.86 21.72 55.00 45.00
100 0.149 7.69 7.69 15.38 70.38 29.62
200 0.075 2.49 2.49 4.98 75.36 24.64
PAN - 12.32 12.32 24.64 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.87 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.071
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0040 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 24.641 0.0458 11.0 11.3 13.32 7.7 23.65
2 0.0326 10.5 10.8 13.45 7.2 22.11
4 0.0231 10.0 10.3 13.59 6.7 20.57
8 0.0164 9.5 9.8 13.72 6.2 19.04
15 0.0121 9.0 9.3 13.85 5.7 17.50
30 0.0086 8.5 8.8 13.98 5.2 15.97
60 0.0061 8.0 8.3 14.11 4.7 14.43
120 0.0043 7.7 8.0 14.19 4.4 13.51
240 0.0031 7.5 7.8 14.25 4.2 12.90
480 0.0022 7.3 7.6 14.30 4.0 12.28
1440 0.0013 7.0 7.3 14.38 3.7 11.36
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
14.0 10.7 20.4 43.3 11.7 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 2
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 14.97
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 2.31 2.31 4.62 4.62 95.38
20 0.850 6.58 6.58 13.16 17.78 82.22
40 0.420 10.41 10.41 20.82 38.60 61.40
100 0.149 11.49 11.49 22.98 61.58 38.42
200 0.075 4.24 4.24 8.48 70.06 29.94
PAN - 14.97 14.97 29.94 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.72 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.164
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 29.941 0.0474 11.7 12.0 13.14 8.4 26.58
2 0.0338 11.0 11.3 13.32 7.7 24.36
4 0.0241 10.0 10.3 13.59 6.7 21.20
8 0.0172 9.0 9.3 13.85 5.7 18.03
15 0.0127 8.3 8.6 14.03 5.0 15.82
30 0.0090 7.5 7.8 14.25 4.2 13.29
60 0.0064 7.3 7.6 14.30 4.0 12.66
120 0.0045 7.0 7.3 14.38 3.7 11.71
240 0.0032 6.7 7.0 14.46 3.4 10.76
480 0.0023 6.5 6.8 14.51 3.2 10.12
1440 0.0013 6.3 6.6 14.56 3.0 9.49
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
12.2 17.8 31.5 34.0 4.6 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 3
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 13.48
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
20 0.850 3.58 3.58 7.16 7.16 92.84
40 0.420 13.02 13.02 26.04 33.20 66.80
100 0.149 14.21 14.21 28.42 61.62 38.38
200 0.075 5.71 5.71 11.42 73.04 26.96
PAN - 13.48 13.48 26.96 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.74 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.149
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 26.961 0.0474 11.0 11.3 13.32 7.7 24.24
2 0.0338 10.3 10.6 13.51 7.0 22.04
4 0.0241 9.5 9.8 13.72 6.2 19.52
8 0.0171 9.0 9.3 13.85 5.7 17.95
15 0.0125 8.7 9.0 13.93 5.4 17.00
30 0.0089 8.5 8.8 13.98 5.2 16.37
60 0.0063 8.3 8.6 14.03 5.0 15.74
120 0.0045 8.0 8.3 14.11 4.7 14.80
240 0.0032 7.7 8.0 14.19 4.4 13.85
480 0.0022 7.5 7.8 14.25 4.2 13.22
1440 0.0013 7.3 7.6 14.30 4.0 12.59
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
15.3 11.7 39.8 33.2 0.0 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 6
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 12.58
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 10.56 10.56 21.12 21.12 78.88
20 0.850 6.13 6.13 12.26 33.38 66.62
40 0.420 9.16 9.16 18.32 51.70 48.30
100 0.149 7.04 7.04 14.08 65.78 34.22
200 0.075 4.53 4.53 9.06 74.84 25.16
PAN - 12.58 12.58 25.16 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.76 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.138
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 25.161 0.0477 10.0 10.3 13.59 6.7 21.03
2 0.0341 9.0 9.3 13.85 5.7 17.89
4 0.0242 8.5 8.8 13.98 5.2 16.32
8 0.0172 8.0 8.3 14.11 4.7 14.75
15 0.0126 7.5 7.8 14.25 4.2 13.18
30 0.0090 7.0 7.3 14.38 3.7 11.61
60 0.0064 6.5 6.8 14.51 3.2 10.04
120 0.0045 6.0 6.3 14.64 2.7 8.47
240 0.0032 5.5 5.8 14.78 2.2 6.90
480 0.0023 5.3 5.6 14.83 2.0 6.28
1440 0.0013 5.0 5.3 14.91 1.7 5.34
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
9.3 15.9 23.1 30.6 21.1 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
ANALISA DISTRIBUSI BESAR BUTIR
TGL : Juni 2015
PROYEK : Penelitian Daerah Longsor Jabar Selatan
LOKASI : Garut Selatan dan Cianjur Selatan BOR/TB : TO. 7
1. ANALISA SARINGAN
BRT CNTH TANAH = 50 TERTHN DI NO. 4 = LOLOS DI NO.200 = 9.54
SRNGAN DIAMTR BRT BRT PERSENTASE PERSENTASE PERSENTASE HLS
NO. mm TRTHN-g KRKSI-g TERTAHAN - % KUMULATIF - % KUMULATIF - %
1.5 38.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 19.10 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 9.520 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
4 4.760 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
10 2.000 5.04 5.04 10.08 10.08 89.92
20 0.850 7.87 7.87 15.74 25.82 74.18
40 0.420 9.48 9.48 18.96 44.78 55.22
100 0.149 12.85 12.85 25.70 70.48 29.52
200 0.075 5.22 5.22 10.44 80.92 19.08
PAN - 9.54 9.54 19.08 JMLH = 50.00 JMLH = 50.00
2. ANALISA HIDROMETER
KRKS MENISKUS = 0.3 BERAT JENIS - gs = 2.76 PERSN FKTOR KUMULATIF = 3.136
KRKS LRTN SOD. = 3.3 KONST K atau M = 0.0041 LUAS PENAMPANG JAR = 27.00
WAKTU DIA. BTR BACAAN KRK BAC. TINGGI EFEKTIV KRKS BACAAN PERSENTASE HLS
T - mnt D-mm HYD - Rh' HYD - Rh HYDRMTR L - cm MNSKS R KUMULATIF - %
0.075 19.081 0.0486 8.0 8.3 14.11 4.7 14.74
2 0.0346 7.3 7.6 14.30 4.0 12.55
4 0.0246 6.5 6.8 14.51 3.2 10.04
8 0.0175 6.0 6.3 14.64 2.7 8.47
15 0.0128 5.5 5.8 14.78 2.2 6.90
30 0.0091 5.0 5.3 14.91 1.7 5.33
60 0.0065 4.7 5.0 14.99 1.4 4.39
120 0.0046 4.5 4.8 15.04 1.2 3.76
240 0.0032 4.3 4.6 15.09 1.0 3.14
480 0.0023 4.0 4.3 15.17 0.7 2.20
1440 0.0013 3.7 4.0 15.25 0.4 1.25
0 0.005 0 4.76
100 0.005 100 4.76
0 0.074 0 19.1
100 0.074 100 19.1
0 0.42 0 76.2
100 0.42 100 76.2
0 2
100 2
4.1 15.0 36.1 34.7 10.1 0.0 0.0
TEKNISI : Irsan DIHITUNG OLEH : DICEK :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.001 0.01 0.1 1 10 100
KU
MU
LA
TIF
H
AL
US
-
(%)
D (mm)
FORMULIR EVALUASI ATAS CAPAIAN LUARAN KEGIATAN
Ketua : Dr. Ir. Emi Sukiyah
Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
Judul : Patahan aktif pada zona Pegunungan Selatan berdasarkan analisis
morfotektonik dan dampaknya terhadap kawasan rawan longsor di
Jawa Barat Selatan
Waktu Kegiatan : tahun ke 1 (satu) dari rencana 2 (dua) tahun
Luaran yang direncanakan dan capaian tertulis dalam proposal awal:
No Luaran yang Direncanakan Capaian
1 Model - Analisis variabel (tahun ke-1)
- Model korelasi (tahun ke-2)
2 Artikel di Jurnal Nasional dengan
ISSN, tidak terakreditasi.
Proses layout di Jurnal Bionatura, jika
memungkinkan terbit tahun 2015
3 Artikel dimuat di jurnal internasional Sudah dikirim ke International Journal of
Digital Earth (IJDE), tapi belum ada
jawaban.
4 Makalah disampaikan dalam
pertemuan ilmiah internasional
Sudah dilaksanakan dalam The 36th
Asian Conference in Remote Sensing
(ACRS) on “Fostering Resilient Growth
in Asia” 19-23 Oktober 2015 di the
Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon
City, Metro Manila, Philippines.
5 Buku Ajar Baru sebagian (Materi ajar), lengkap pada
akhir tahun ke-2
1. PUBLIKASI ILMIAH
Artikel Ilmiah Keterangan
Artikel Jurnal Ke-1
Nama jurnal yang dituju IJDE
Klasifikasi jurnal Jurnal Internasional
Impact factor jurnal 3.291 (Juni 2014)
Judul artikel Study of Landslide Potential in Northern Part of Cilaki
Watershed Drainage Based on Geospatial Data
Analysis & Field Observation
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal v
- Sedang ditelaah
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
Artikel Jurnal Ke-2
Nama jurnal yang dituju IJDE
Klasifikasi jurnal Jurnal Internasional
Impact factor jurnal 3.291 (Juni 2014)
Judul artikel The Interpretation of Morphometry as a Respon of
Rock Composer in Cidamar Watershed-Drainage Using
Geographic Information System
- Draf artikel
- Sudah dikirim ke jurnal v
- Sedang ditelaah
- Sedang direvisi
- Revisi sudah dikirim ulang
- Sudah diterima
- Sudah terbit
2. BUKU AJAR
Buku ke-1
Judul:
Geographic Information System:
Concept and its Application in Quantitative Geomorphology Analysis
Penulis : Emi Sukiyah
Penerbit: Dalam proses
3. PEMBICARA PADA PERTEMUAN ILMIAH (SEMINAR/SIMPOSIUM)
Nasional Internasional
Judul Makalah MORPHOTECTONIC AND SATELLITE
IMAGERY ANALYSIS FOR IDENTIFYING
QUATERNARY FAULT AT SOUTHERN
PART OF CIANJUR-GARUT REGION, WEST
JAVA, INDONESIA
Nama Pertemuan Ilmiah The 36th Asian Conference in Remote Sensing
(ACRS)
Tempat Pelaksanaan the Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon
City, Metro Manila, Philippines
Waktu Pelaksanaan 19-23 Oktober 2015
- Draf makalah
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan Sudah dilaksanakan
4. SEBAGAI PEMBICARA KUNCI (KEYNOTE SPEAKER)
Nasional Internasional
- Bukti undangan dari Panitia
- Judul makalah
- Penulis
- Penyelenggara
- Waktu Pelaksanaan
- Tempat Pelaksanaan
- Draf makalah
- Sudah dikirim
- Sedang direview
- Sudah dilaksanakan
5. UNDANGAN SEBAGAI VISITING SCIENTIST PADA PERGURUAN TINGGI
LAIN
Nasional Internasional
- Bukti undangan
- Perguruan tinggi
pengundang
- Lama kegiatan
- Kegiatan penting yang
dilakukan
6. CAPAIAN LUARAN LAINNYA
HKI (Uraikan status kemajuan mulai dari pengajuan sampai
“granted”)
TEKNOLOGI TEPAT
GUNA
(Uraikan siapa masyarakat pengguna teknologi yang
dimaksud)
REKAYASA SOSIAL
(Uraikan kebijakan publik yang sedang atau sudah dapat
diubah
JEJARING KERJA SAMA
- Kerjasama dengan Badan Geologi Kementerian
ESDM sudah dilaksanakan sejak berdirinya
Jurusan Geologi, FMIPA, Unpad (hingga 2007),
dan Fakultas Teknik Geologi, Unpad (2007 hingga
sekarang)
- Ditindaklanjuti dengan kerjasama berbagai riset,
salah satunya adalah riset dalam skema STRANAS
2015
PENGHARGAAN (Uraikan penghargaan yang diterima sebagai peneliti,
baik dari pemerintah atau asosiasi profesi)
LAINNYA (Tuliskan)
Beberapa luaran riset belum sempurna dihasilkan karena terkendala proses administrasi
dan dana. Sebagian dilaksanakan sebagai capaian di tahun ke-2 yang diharapkan dapat
direalisasikan pada tahun 2016.
Bandung, 26 Oktober 2015
Ketua,
( Dr. Ir. Emi Sukiyah, MT. )
ACRS 2015: The 36th Asian Conference on Remote Sensing “Fostering Resilient Growth in Asia” 1923 October 2015, Quezon City, Metro Manila, Philippines www.acrs2015.org
INVITATION 9/12/2015 1:10:39
Dr. Emi Sukiyah Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University Indonesia Dear Dr. Sukiyah, We cordially invite you and your colleagues to ACRS 2015: The 36th Asian Conference on Remote Sensing, which will take place on October 1923, 2015 at the Crowne Plaza Manila Galleria in Quezon City, Metro Manila, Philippines. ACRS 2015 will represent a major event in the long series of successful ACRS conferences. The theme of the conference is “Fostering Resilient Growth in Asia”. It is jointly organized by the Asian Association on Remote Sensing (AARS) and the Philippine Geosciences and Remote Sensing Society (PhilGRSS). ACRS 2015 will bring together students, researchers, scientists, policy makers, professionals and practitioners from developed and developing countries from and around Asia to share insights into the challenges and opportunities of Remote Sensing and related geospatial technologies in building resiliency and encouraging growth and development in Asia. The conference takes place at a significant moment when disasters and climate change continues to negatively impact our people and the community. The conference, therefore, will provide an outstanding opportunity to learn how Remote Sensing will help us build resiliency to these disturbances, and in strengthening our capability to adapt to stress and change. While addressing this issue, ACRS 2015 will also look into finding ways and opportunities for Remote Sensing to encourage economic growth and development in Asian countries. These matters will be discussed thoroughly during the plenary and thematic sessions, poster sessions, workshops, and many side events of ACRS 2015. Lastly, we are pleased to inform you that 2015 is VISIT THE PHILIPPINES YEAR! Filled with countless things to do, the Philippines is a melting pot of festivities, culture and adventure. So, we invite you to take time and visit many exciting places in the country’s 7,107+ islands before, during and after ACRS 2015. There are just so many things to do in the Philippines. We are hoping that you could join us this October 2015, have fun and make the conference a success. For registration fee details and other information, please visit our official website at http://www.acrs2015.org. Truly yours,
PROF. KOHEI CHO DR. ENRICO C. PARINGIT General Secretary Chair, ACRS 2015 Local Organizing Committee Asian Association on Remote Sensing Executive Director,
Philippine Geosciences and Remote Sensing Society
Contact Information: The Conference Secretariat Philippine Geosciences and Remote Sensing Society (PhilGRSS) Room 316 National Engineering Center (NEC) Building, University of the Philippines, Diliman, Quezon City 1101, Metro Manila, Philippines Telephone No.: (+632)9818500 local 3945 Official Website: www.acrs2015.org | Conference Secretariat Email: [email protected]
WE3.2.3- 1
MORPHOTECTONIC AND SATELLITE IMAGERY ANALYSIS FOR IDENTIFYING
QUATERNARY FAULT AT SOUTHERN PART OF CIANJUR-GARUT REGION,
WEST JAVA, INDONESIA
Emi Sukiyah1, Ildrem Syafri1, Achmad Sjafrudin1, Eza Nurfadli2, Puspa Khaerani3, Dian P.A.S3 1 Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia
Email: [email protected] 2 Geological Engineering Study Program, College of Mineral Technology, Bandung, Indonesia,
Email: [email protected] 3Geological Engineering Study Program, Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, Bandung,
Indonesia
KEY WORDS: Quaternary fault, morphotectonic, satellite imagery, watershed, West Java
ABSTRACT: Morphotectonic is geomorphological characteristic as response of tectonic. Watershed morphometric
may reflect tectonic conditions of a region. Parameters of morphometric and morphotectonic can be an indicator of
the activity of a fault. Active fault is a tectonic trace that can be a source of seismicity in the area of land. The southern
part of West Java is dominated by Quaternary volcanic products. These materials are generally unstable, especially
when affected by fault. Some areas in the southern part of West Java regionally controlled by Quaternary faulting. The
movement of this fault can be triggered by the subduction activity in the south of Java Island.
This study aims to determine the role morphotectonic characteristics as indicators of the presence of active faults in
the region of the Southern part of Cianjur and Garut. The result is expected to be useful to help the community and the
government in anticipation of a crisis when geological disasters occur as an impact of the active faults. Systematic
research based on the mindset that past geological events, along with its development can produce a typical landforms.
Lineament of the landslide zone is assumed to be associated with active fault lines that can be reflected by the specific
characteristics of morphotectonic and lithology. Digital analysis of satellite imagery used to determine the distribution
of lineament and landslide zones. Probabilistic approach is used in the data analysis.
The study was conducted in five watersheds, i.e. Cisadea, Cipandak, Cilayu, Cikandang, and Cikaingan. The results
showed that there was a tectonic control in watersheds of Cipandak , Cilayu, and Cikaingan. Meanwhile, tectonic
control in the watersheds of Cisadea and Cikandang occurred in a specific location. This phenomenon is reflected by
the unique shape of the three watersheds. The watersheds longitudinal direction tends to follow the direction of the
main fault. Slim shapes for the three watersheds indicate tectonic control is still dominant. There is a unique
phenomenon in the Cikaingan watershed, where drainage can be grouped into two patterns. Dendritic pattern in the
upper and trellis pattern in the middle-downstream. It is characterized by the presence of a fault between the two
patterns. The upstream blocks tend to move than the middle-lower block. Blocks that have movement tends to deform
more intensive, making it unstable and easily respond to weathering and erosion processes. This resulted in many
river channels formed in the northern part of the block than a southern block. This phenomenon is also shown by the
results of the quantitative analysis of variables associated with morphotectonic and morphometric.
1. INTRODUCTION Environmental degradation as a comfortable residence has become a global issue. One of the triggers is lack of
response of the public and governments to the threat of geological disasters. Along with the progress of science and
technology, it is known that the crust of the earth is not at rest. The intensity of the movement is triggered by
conditions that occur in the interior of the Earth. The high intensity of movement that can be a source of disaster and
a threat to the safety of mankind. An example is the movement of land, which can be triggered by the presence of
active faults. Morphotectonic is the character of the landscape associated with tectonic (Doornkamp, 1986).
Landscape characteristics quantitatively enriched understanding of morphotectonic. They are escarpment, the shape
of the valley, the hills straightness, the rivers straightness, drainage patterns.
Fault is defined as an area of fractures followed by a relative displacement of a block of rock against rock
block other. The distance can shift a few millimeters to tens of kilometers. Fault plane sizes ranging from a few
centimeters to tens of kilometers (Billing, 1959). Active fault is a fault which is moving at a period of ten thousand
years ago (Keller and Pinter, 1996). Potentially active faults are faults move at a period of two million years ago,
while the fault is not active fault that has not moved in the past two million years ago. Another definition of active
faults proposed by Huzita et al. (1992; after Munif, 2011), the fault moves since the quarter and has the potential to
move back to the future. This fault intersects the surface morphology of Quaternary age, bypass rocks Quaternary age,
which also occurs in volcanic regions engaged during the volcanic eruption, and normal faults that can be observed in
mountain areas due to the force of gravity.
Region of the southern part of West Java has limited accessibility. Morphology with steep slope and limited
WE3.2.3- 2
road access makes the most of these areas are still isolated. Based on physiographic, this area was included in the
Southern Mountains Zone (Van Bemmelen, 1949). Research activities related to the geomorphology and disaster has
been done by some previous researchers, including by Sudradjat et al. (2009, 2010), Sukiyah et al. (2010), and
Sulaksana et al. (2011, 2013). The results showed an association between morphometric watersheds, morphotectonic,
and the presence of active faults. The condition was thought to be linked with the threat zone of geological disasters,
such as earthquake, landslides, erosion, etc. This article discusses the identification of the existence of active faults in
the southern part of Cianjur and Garut based on analysis of satellite imagery and morphotectonic (Figure 1).
Figure 1. Location of research area
2. METHODOLOGY
Keyword of the research are Quaternary fault, morphotectonic, morphometry, watershed, and west Java. The
objective of research are landform, lithology, and river. The landform and river can identifed by some data sources,
i.e. satellite imagery, thopographic map, and field observation. Rock and joint object to be identified through field
observations. Interpretation method on remote sensing data, i.e. (Anonymous, 2003):
i) Visual interpretation by tone, pattern, shape, texture, etc.;
ii) Object identification by spectral signatures or digital number; and
iii) Data integration between remote sensing data and another data.
Response variables of landform and tectonic are reflected by drainage density (Dd), bifurcation ratio (Rb), and
mount-front sinuosity (Smf). The variables analyzed in this study. The value of drainage density (Dd) obtained from
the division between the total length of the river segments (n) and the watershed area (A) which is displayed in the
formula (1). Number of river segments of order n is divided by the rivers of order n + 1 produce a bifurcation value
ratio (formula 2). Bull and McFadden (1977; after Doornkamp, 1986) defines that sinuosity of the mountain-front
(Smf) as the ratio between the length of the mountain-front (LMF) and the length of the mountain-front projection
onto a flat surface (Ls) shown in the formula (3). Classification of Smf calculation results may reflect the degree of
tectonic activity (Table 2).
....................................... (1)
....................................... (2)
....................................... (3)
Smf approaches a value of 1 reflects an increase straightness indicating active uplift. Sinuosity increased
reflecting the work flow of water (river) which bypass mountain-plains boundary. Based on the index, developed the
classification of the degree of tectonic activity (Table 1).
Basic data used in this study come from scientific publications some previous researchers equipped with field
survey data. The data obtained from the field are the elements of the geological structure, rock description, elements
morphometry, etc. Solving the problem in this study using a probabilistic approach. (Figure 2).
WE3.2.3- 3
Table 1. Classification of tectonic activity degree based on mount-front sinuosity (Doornkamp, 1986)
Class Smf Tectonic activity Explanation
1 1.2 to 1.6 Active tectonic Associated with alluvial fan landform, elongated shape watershed,
narrow valley floor, a steep slope.
2 1.8 to 3.4 Tectonic activity is
weak to moderate
Associated with alluvial fan landscape, watershed extends, steep
slope, the valley floor is wider than the flood plain
3 2.0 to 7.0 inactive tectonic Associated with the mount-front landform pediment and
embayments, only a steep slope on rock layers resistant, valley
widened and integrated.
Figure 2. The mainframe of research
3. RESULT AND DISCUSS
3.1 Fault features on Satellite Imagery SPOT image used in this study. The other hand, the image of STRM used to further clarify the lineaments.
Trellis drainage pattern dominant in the southern Garut (Figure 3). This pattern suggests that there is a tectonic
controls that influence it. Valleys are narrow and tend to elongate also an indication of a strong tectonic control.
Figure 3. SPOT Image shows the appearance of the ridge and valley located in the southern Garut (a) and lineament
of river and ridge in SRTM-DEM image of Cikandang watershed (b)
The geological structure in the area of research can also be seen from the lineament (Figure 3). Withdrawal
lineament of the ridge and the river lineament on SRTM-DEM image is done by drawing strict lines that show the
Lithology Climate +
rainfall intensity
Landform
Denudation
Morphotectonic
Fault activity
Data Analysis
Satellite Imagery & Topographic Map
Tectonic
process
Mathematics & statistics
method
(a) (b)
WE3.2.3- 4
landscape extends caused by certain geological processes. From the observation, measurement, and analysis of the
indications of the geological structure, and correlated with lineament interpretation of SRTM-DEM image, then
allegedly developing fault structure and joint dominant in southern part of Cianjur-Garut. The fault structure and a
joint structure of Quaternary age, due to developing on Tertiary and Quaternary roks.
3.2 Morphotectonic characteristics The existence of active faults in an area can be recognized from the characteristics of morphotectonic. Variety
of parameters can be used to assess characteristics. Several morphometric variables and morphotectonic used in this
study, i.e. slope, drainage density (Dd), bifurcation ratio (Rb), azimuth of landform-river segment liniaments, and
mount-front sinuosity.
There are five watersheds which researched in detail, i.e. Cipandak, Cilayu, Cikandang, and Cikaingan (Table
2). Namely of watershed take from main river name. The spatial distribution of the fourth watersheds shown in Figure
1. The main river of every watershed flow to the south and empties into southern coastal areas of West Java. Every
watershed has a morphometric the characteristics of are different. These conditions are influenced by the lithological
constituent, structural geology, and climate in the region.
Table 2. Area of watersheds
No Name of watershed Area (sq km)
1 Cisadea 466.10
2 Cipandak 188.90
3 Cilayu 126.30
4 Cikandang 464.00
5 Cikaingan 273.00
Cisadea Watershed
Form of Cisadea watershed widened toward downstream, tends to form parallel. Such watershed form
indicates there are two major rivers that flow. Drainage patterns grouped into three, namely anastomotic, subdendritic,
and subtrellis. Anastomotic pattern occupies an area dominated by rocks and sediment are tuff, sand, and alluvium.
Direction of the river in line with the direction of flow. The pattern developing on the rocks with a relatively
homogeneous hardness that are mainly sandstones. Subtrellis drainage pattern is controlled by the structure of the
indications found in the river Cigugur. This segment of the river meandering as if compressed, generally formed due
to compression. This drainage pattern formed by rivers and streams Cisarua Cigugur composed by volcanic breccia,
sandstone and tuff.
Table 3. Stream order and bifurcation ratio (Rb) in the central of Cisadea watershed Sub
watershed
Stream order Rb
1 2 3 1-2 2-3
1 14 3 2 4.7 1.5
2 10 3 1 3.3 3.0
3 10 3 1 3.3 3.0
4 15 4 2 3.8 2.0
5 5 2 - 2.5 -
6 2 1 - 2.0 -
7 3 2 - 1.5 -
8 4 2 - 2.0 -
9 8 3 1 2.7 3.0
10 4 2 0 2.0 -
11 3 2 0 1.5 -
12 14 4 2 3.5 2.0
13 18 6 4 3.0 1.5
The results of the calculation of the 13 sub-waatersheds obtained Rb-values ranging from 1.5 until 4.7. Rb
value of less than 3.0 or more than 5.0, indicated deformed (Verstappen, 1983). This research area has largely Rb
value ranging from 1.23 until 2.8, which it has been deformed by the tectonic activity. Dd value calculation result is
further classified for the assessment of the texture of the landscape (Sukiyah, 2009), which is divided into six classes
(Table 4).
Value of Dd in central of watershed ranges from 0 to 8 km/sq km. Based on Table 4, it appears that the texture
is very rough landscape dominant, which occupies 60% of the total area of the central part of the watershed. This
value reflects that the rocks were at the watershed tend to be hard so that the current density is rather tenuous.
WE3.2.3- 5
Table 4. Distribution of drainage density in central of Cisadea watershed
Texture Dd (km/sq km) Ratio of distribution to total
area (%) Very coarse 0 – 1.4 60 Coarse 1.4 – 2.8 9
Medium 2.8 – 4.2 12 Rather fine 4.2 – 5.5 12
Fine 5.5 – 6.9 4 Very fine 7 – 8 4
Slope in the central part of the watershed ranged from 15% to 70% and is classified as a rather steep slope to
steep. They form the hills of sedimentary and volcanic hills. This unit is composed by a material such as sandstones,
breccias, and tuff which has a high porosity values. The analysis of bifurcation ratio is known that the middle
watershed allegedly controlled by tectonic active. Tectonic activity is what makes this area deform and affect
volcanic activity, so that deposited volcanic material that has a high porosity values. Texture landscape based
drainage density tend to be very rough with Dd ranges from 0 to 1.4 km / sq km. This condition is the response of the
rocks making up this region which consists of sandstone, volcanic breccias, and tuff. The order of tectonic and
stratigraphic rock that has implications for potential landslides. Morphometric analysis results indicate that the study
area is very prone to landslide. This is reflected by the steep slope with bifurcation ratio is 1.23 to 2.8. The dominant
tectonic controls considering the region has a low texture based drainage density.
Table 5. Distribution of lithology on every slope
Slope Alluvium n=0
Gs=0 Talus n=0 Gs=0
Tuff n=53.12
Gs=2.46
Breccia
n=53.12
Gs=2.73
Sandstone
n=53.98
Gs=2.45
Gently sloping 5% 51% 6% 0% 37%
Sloping 4% 33% 4% 1% 58%
Moderately steep 2% 10% 9% 8% 71%
Steep 0% 0% 19% 34% 46%
Very steep 0% 0% 46% 10% 44%
Cipandak Watershed
The shape of Cipandak watershed resembling bird feathers, extending from the north to south. This watershed
coincides with a horizontal fault Cipandak. Although the characteristic shape of the watershed and drainage patterns
already reflect the geological structure control, but its existence has been no related publications. This phenomenon
was also supported by quantitative analysis of morphometric parameters of the watershed. Cipandak river and its
tributaries form trellis drainage pattern. The overall order of the river ranges from 1 to 5. Cipandak watershed
morphometric characteristics shown by Table 6. It appears that Rb4-5 very small and far away from the normal
condition of a watershed, where Rb is 3 until 5, meaning that the main rivers experiencing significant tectonic control.
Table 6. Morphometry characteristic of Cipandak watershed
Stream
order
Number of
stream segment
Total of length
(km)
Rb Area of watershed
(sq km)
Dd
1 284 233.50 2.58 188.9 1.24
2 110 75.85 1.22 188.9 0.40
3 90 46.59 2.81 188.9 0.25
4 32 14.05 0.63 188.9 0.07
5 51 41.82 188.9 0.22
Total 411.81 188.9 2.18
Fault shear of Cipandak contained in the central part of the watershed that coincides with the main stream,
with direction of southwest - northeast. Indication of the point to the existence of the fault are:
Lineament pattern on DEM map
The presence of joint structure around Cipandak watershed
Interpretation of topographic maps that show lineament segments in the river of Cipandak watershed.
Lineament of Cipandak river segment.
WE3.2.3- 6
Watershed morphotectonic three parameters used to determine the extent of Watershed Cipandak tectonic
control, namely the density of drainage (Dd), bifurcation ratio (Rb), and azimuth of river segmen lineament. Analysis
of the population of data Dd, Rb, and the lineament of the river segment, indicating that there was an effect on the
movement of the two blocks of the fault.
Figure 4. Stereonet and rosette diagram of joints data contained in tuffaceous sandstone outcrop, at coordinates 7o 22’
3.4” S and 107o 19’ 44.1” E. Interpretation of results indicates horizontal fault trending southwest - northeast,
coincide with river Cipandak. Fault escarpment as well as a waterfall in the Cipandak watershed, South Cianjur
Cilayu Watershed
Cilayu Watershed geomorphology can be divided into several units morfografi. They are mountainous, hills,
valey, and plains. Slope and drainage patterns vary widely. Drainage patterns are trellis, parallel, and rectangular.
The whole drainage pattern reflects the geological structure (Figure 5).
Figure 5. Cilayu watershed, (a) lineament on SRTM-DEM image; (b) drainage patterns (A=trellis, B=parallel,
C=rectangular); (c) water fall
Upstream Cilayu watershed at Mount Melati while downstream were in the Gunung Kawung Jantung area and
has an area of approximately 62,610 sq m. Length of the main river that flows in the Cilayu watershed reached 28,170
meters with a maximum width of Cilayu watershed is approximately 7,010 m.
Sub watershed located in Watershed Cilayu has an extensive range of 345,90 until 22090,00 sq.m.
Determination of watershed shape is done by comparing the Cilayu watershed shape and available Watershed shape
WE3.2.3- 7
according Sosrodarsono and Takeda (1987) and Ramdan (2006). From the analysis it can be concluded that
sub-watershed Cilayu dominated by shaped bird feathers. Sub-watershed shape similar bird feathers have
characteristics that flood discharge is relatively small compared to the flood discharge in the another shape. The
concentration of water longer in the sub watershed elongated compared with the sub Watershed that flared or circular
(Asdak, 1999).
Tabel 7. Morphometry of Cilayu sub watershed Sub
watershed Length of stream (m)
Area (sq.m.)
Dd Segments quantity of sream order
Rb Shape of sub watershed
1 2 3 Order 1-2 Order 2-3
Sd-1 7704.34 3013.00 2.60 5 4 - 1.25 - Bird feathers
Sd-2 12007.96 4233.00 2.80 9 4 3 2.25 1.33 Bird feathers
Sd-3 4501.28 1435.00 3.10 3 2 - 1.50 - Bird feathers
Sd-4 2941.88 756.40 3.90 3 2 - 1.50 - Radial
Sd-5 4160.43 979.10 4.20 4 3 - 1.33 - Bird feathers
Sd-6 5018.28 1387.00 3.60 7 5 - 1.44 - Parallel
Sd-7 4049.10 1218.00 3.30 4 2 1 2.00 2.00 Radial
Sd-8 4214.27 1119.00 3.80 8 5 1 1.60 5.00 Parallel
Sd-9 51998.23 22090.00 2.40 43 17 21 2.53 0.81 Complex
Sd-10 2277.60 548.30 4.20 2 1 - 2.00 - parallel
Sd-11 1580.90 345.90 4.60 2 1 - 2.00 - Bird feathers
Sd-12 9737.60 3270.00 3.00 6 5 - 1.20 - Bird feathers
Sd-13 2763.00 620.60 4.50 3 1 - 3.00 Parallel
Sd-14 42610.61 14120.00 3.00 38 29 5 1.31 5.80 complex
Sd-15 4719.20 1191.00 4.00 4 3 - 1.33 - Bird feathers
Sd-16 8226.90 1729.00 4.80 7 5 1 1.40 5.00 Bird feathers
Sd-17 2139.90 544.80 3.93 2 1 - - 2.00 Radial
Sd-18 2675.30 615.50 4.35 2 1 - 2 - Bird feathers
Sd-19 10793.80 2947.00 3.66 9 4 4 2.25 1.00 Bird feathers
Sd-20 9437.30 2484.00 3.80 8 4 2 2.00 2.00 Bird feathers
Sd-21 6691.81 2338.00 2.86 6 4 - 1.50 - Bird feathers
Cilayu watershed has a total length of river reaches 200,249.64 meters, which are grouped into the order of 1
to 4 with 266 stream segments. Bifurcation ratio (Rb) have a value ranging from 1.20 to 5.80. Most sub-watershed has
an average value of Rb is less than 3 and more than 5. That phenomenon shows that in some locations in the watershed
Cilayu indicated deformed due to the influence of active tectonics.
Based on the analysis show that the whole sub-watersheds have Dd values ranging from 2.4 to 4.8. Based on
several publications, Dd values ranging from 0.25 to 10 in medium category (Anonymous, 2007; after Hidayah,
2008). In addition, the value of Dd which included in this category also shows that the river flow past the rock with a
hard resistance so that the transported sediment also slightly.
Morphotectonic Cilayu Watershed can be known through some morphometric parameters such as the
bifurcation ratio (Rb) and value drainage density (Dd). The analysis of these two parameters indicate that the upstream
sub-watersheds Cilayu controlled by active tectonics. Morphotectonic characteristics in the Cilayu watershed can be
an indication of the effect of active tectonics are as follows:
Lineament of ridge and valley
Lineament of drainage pattern
Extreme curve of the river around Cibaregbeg and Rancadarandan
Wide depression zones and occupied by alluvial deposits in the southern part of Cilayu watershed.
Active tectonic conditions in the study area is also determined from the mountain-front sinuosity parameter index
(Smf). Analysis of the variables Smf also supports a correlation between landscape and tectonic. Smf index values
obtained from the calculation ranged from 1.2 to 1.3. This phenomenon shows that the case of up lift as an indication
of tectonic activity in the watershed Cilayu.
Cikandang Watershed
The shape of Cikandang watershed relatively similar fans. It shows that the watershed is composed of varied
stream pattern. The drainage patterns are trellis, parallel, dendritic, and annular. Stream order in the Cikandang
watershed range from 1 to 6.
Table 7. The morphometry characteristic of Cikandang Watershed Stream order
Number of segments
Total length (km)
Rb Watershed
area (sq.km) Dd
1 977 794.40 2.11 464 1.71
2 462 256.30 1.92 464 0.55
3 241 120.40 1.21 464 0.26
4 200 76.72 6.25 464 0.17
5 32 22.61 0.82 464 0.05
6 39 20.60 464 0.04
Sum 1,291.03 464 2.78
WE3.2.3- 8
Cikandang watershed is controlled by dextral horizontal fault, which divides the central part of the watershed.
The fault direction is southwest - northeast. Partly segments of stream Cikandang through these fault zones. Analysis
carried out on drainage density and bifurcation ratio of the watershed straddling two fault blocks. Analysis of these
data to determine the level of activity of these two fault blocks. The analysis showed that tectonic causes deformation
in this watershed.
The research detailed in the Cikandang watershed performed at coordinates 107.57oE until 107.74oE and
7.43oS until 7.56oS. Drainage patterns in this region are trellis, parallel, dendritic, and subparallel. On the trellis
pattern, distribution rivers along the side facing the subsequent flow. The pattern is formed by Cimangke River, River
Cipasarangan, Cikandang River and its tributaries. Parallel patterns tend to be aligned, moderate-bit steep slopes, are
influenced by the geological structure, located on an elongated hills. The pattern is formed by Cirompang River and
its tributaries. Dendritic pattern forming a network similar to the bones of leaves, develops on rocks with relatively
similar hardness. The pattern is formed by Ciarinem river, Ciawitali river and Cibalubur river and its tributaries.
Subparallel drainage pattern formed by a tributary Cikandang.
Figure 6. Geomorphology and drainage patterns of the centre part of Cikandang watershed, i.e. trellis (A), parallel
(B), dendritic (C), and subparallel (D).
Cikaingan Watershed
Cikaingan watershed has very unique shape, like bird feathers with a clear boundary. Elongated shape from
north to south, and seemed to lean in the middle and downstream. Drainage patterns varied, i.e. dendritic upstream
and trellis in the middle. Drainage density in the upstream region (north) is relatively more tightly in the appeal
downstream (south). Differences in the extreme character of drainage pattern between upstream and downstream
watershed actually shows control of tectonic in this region.
Table 8. Morphometry characteristic of Cikaingan watershed
Stream
Order
Stream
segment
quantity
Length (km) Rb Area
(sq km) Dd
1 510 458.40 2.16 273 1.68
2 236 126.80 2.02 273 0.46
3 117 59.42 2.05 273 0.22
4 57 21.65 8.14 273 0.08
5 7 4.79 0.08 273 0.02
6 88 45.25 273 0.17
Total 716.31 273 2.62
Fault Scarp
Downstream of Cikandang watershed
Scarp fault
WE3.2.3- 9
Figure 7. Cikaingan watershed with waterfalls and landslides as a manifestation morphotectonic.
The rivers that make up Cikaingan watershed order 1 to 6. Watershed morphometric characteristics are
summarized in Table 8. Bifurcation ratio (Rb) between the river of order 4 and 5 as well as between the rivers of the
order of 5 and 6 is very extreme. Both are well below and above the range of normal Rb for watershed. That
phenomenon shows very strong tectonic influence on the river of order 4, 5, and 6. Type normal fault, in which blocks
of the northern part of the relative moving down (hanging wall) of the blocks in the southern part (foot wall) also
contributed to the extreme influence morphometric characteristics between the upstream and downstream Cikaingan
watershed. Drainage density (Dd) between the upstream and downstream also showed extreme differences.
Cikaingan Watershed upstream (approximately Singajaya) controlled by normal faults Singajaya. The
phenomenon is supported by the results of the analysis with probabilistic approach to population of drainage density
(Dd) and the bifurcation ratio (Rb) rivers in the sub-sub-watershed located in block A relative drop (hanging wall) and
block B are relatively fixed (foot wall)
4. CONCLUSION
Interpretation of satellite images can help to recognize the existence of fault on the physiographic zones
composed by quaternary volcanic rocks. Spectral appearance can be emphasized by using a combination of
appropriate wavelength and filters are available in a variety of image processing software. Visualization fault lines
would be clearer if the data integration of satellite imagery and radar imagery is done.
Morphotectonic quantitatively study results support the interpretation that the geomorphology units associated
with tectonic benchmark to be able to identify the genetic fault. Some morphometric variables and morphotectonic
can be key in determining the presence of quaternary fault.
Results of field observations indicate the existence of empirical evidence related to the existence of active
faults are found along the path of avalanches, especially in the southern Garut. Meanwhile, in the southern Cianjur,
potential landslides associated with the presence of fault remains to be studied further.
ACKNOWLEDGMENT
Our special thanks go to all lecturers and assistants in Laboratory of Geomorphology and Remotesensing,
Faculty of Geological Engineering, Padjadjaran University, over personnel assistance and moral support so that this
research can be done well. To all those who helped in the preparation of this paper, we also say thank you. Hopefully
all their help can be beneficial for development of science and its application to human welfare.
REFERENCES
Anonymous, 2003. On line ER Mapper Tutorial Release 6.4. Earth Resource Mapping Ltd., USA.
Asdak, C., 1999. DAS sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air sebagai Indikator Sentral. Seminar
Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, 21p.
Billings, M. P., 1972. Structural geology. 3rd ed., Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey.
WE3.2.3- 10
Doornkamp, J. C., 1986. Geomorphological approaches to the study of neotectonics, Journal of Geological Society,
Vol. 143, pp. 335-342.
Hidayah, Rosmilasari, 2008. Analisis Morfometri Sub Daerah Aliran Sungai Karangmumus dengan Aplikasi Sistem
Informasi Geografi. Program Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman,
Samarinda
Keller, Edward A. & Pinter, Nicholas, 1996. Active tectonics: Earthquakes, uplift, and landscape, Prentice-Hall, New
Jersey.
Munif, Fahrudin, 2011. Proses dinamik dan produknya: Sesar Aktif. Retrived September 5, 2012, from
http://fahrudin-munif.blogspot.com/2012/5/sesar-aktif.html.
Ramdan, H, 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas
Kehutanan Universitas Winaya Mukti, Jatinangor.
Sosrodarsono, S., & K. Takeda, 2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sudradjat, A., Syafri, I., Sulaksana, N., & Sukiyah, E., 2009. Karakteristik Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa
Barat Bagian Selatan Sebagai Referensi Pengembangan Sumber Energi Alternatif. Penelitian Strategis
Nasional, LPPM, UNPAD.
Sudradjat, A., Sulaksana, N., dan Sukiyah, E., 2010. Karakteristik geomorfologi berkaitan dengan potensi energi
terbarukan di wilayah Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Penelitian Kompetitif Strategis Nasional,
LPPM, UNPAD.
Sukiyah, Emi, 2009. The erosion model of the Quaternary volcanic terrain in southern part of Bandung basin,
Postgraduated Program, Padjadjaran University, Bandung.
Sukiyah, E., Sulaksana, N., Hendarmawan, dan Rosana, M.F., 2010. Peran Morfotektonik DAS dalam
Pengembangan Potensi Energi Mikro Hidro di Cianjur-Garut Bagian Selatan. Penelitian Andalan, LPPM,
UNPAD.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, Edi Tri., 2011. Karakteristik morfotektonik DAS
Cimanuk bagian hulu dan implikasinya terhadap intensitas erosi-sedimentasi di wilayah pembangunan Waduk
Jatigede. Penelitian KILAB, LPPM UNPAD.
Sulaksana, N., Sukiyah, E., Sudradjat, A., Sjafrudin, A., Haryanto, E.T., & Devnita, R., 2013. Kajian Intensitas
Erosi-Sedimentasi DAS Cimanuk Hulu dalam Pengelolaan Waduk Jatigede, KILAB, LPPM UNPAD.
Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, General Geology. Martinus
Nijhoff the Hague, Vol. IA, pp. 25-28.
Verstappen, H. Th., 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development.
Elsevier Science Publishing Company Inc., New York, pp. 437.
Copyright :
1. SPOT-4 Digital Product
Work Order No. SPOT/PD-16/SPACETECH/V/2010
K/J : 286/365
Acq.Date : 25-08-2009
Band : 1, 2, 3, 4
Level : 2A
Format : GeoTIFF
Product : LAPAN@2010
2. SPOT-2 Digital Product
Work Order No. SPOT/PD-16/SPACETECH/V/2010
K/J : 287/365
Acq.Date : 14-06-2009
Band : 1, 2, 3
Level : 2A
Format : GeoTIFF
Product : LAPAN@2010