Laporan Skripsi Pengembangan Wisata Hutan
-
Upload
fauzal-budhi-handoyo -
Category
Documents
-
view
550 -
download
18
description
Transcript of Laporan Skripsi Pengembangan Wisata Hutan
-
PENGEMBANGAN WISATA HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAUZAL BUDHI HANDOYO 41205425111059
PROGRAM STUDI KEHUTANAN PEMINATAN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
2013
-
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul Pengembangan Wisata
Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Depok, Maret 2013
Fauzal Budhi Handoyo
41205425111059
-
ABSTRAK
FAUZAL BUDHI HANDOYO. Pengembangan Wisata Hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh Dosen
Pembimbing I : Unu Nitibaskara dan Dosen Pembimbing II : Ricky Avenzora.
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat ditetapkan menjadi kawasan hutan
dengan tujuan khusus (KHDTK) untuk hutan pendidikan dan latihan yang
pengelolaannya diberikan kepada Fakultas Kehutanan IPB. Keanekaragaman jenis
flora dan fauna di HPGW menjadi daya tarik utama yang ditunjang oleh lansekap
alam gejala alam menarik seperti Goa Cipeureu yang menjadi obyek unggulan.
Penilaian daya tarik objek dengan menggunakan metoda Avenzora (2008)
menyatakan bahwa berbagai potensi pada Hutan Pendidikan Gunung Walat ini
memiliki nilai yang baik sampai dengan sangat baik. Ketersediaan prasarana, sarana,
dan fasilitas di HPGW yang memadai merupakan aspek penting dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan wisata hutan. Pengunjung atau wisatawan berdasarkan hasil
kuesioner menunjukkan bahwa karakteristik pengunjung atau wisatawan yang datang
ke HPGW didominasi oleh laki-laki, berusia 21 30 tahun, dan kedatangan nya dilakukan bersama teman.
Pengembangan yang dilakukan di kawasan HPGW menggunakan teknik
Visitor Activity Management Program (VAMP) yang merupakan sistem manajemen
yang berusaha mengubah orientasi dari produk kepada orientasi pemasaran dengan
penekanan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep ini
ditunjang dengan berbagai program-program Wisata Hutan yang menarik. Program
wisata yang dirancang seperti Tracking With Outbound Recreation (TWOR), AC, HPGW The Soul of Nature, Re-Foe (Recreation and Forester Education). Potensi dan sumberdaya wisata serta program wisata dikemas dalam rancangan
media promosi berupa booklet dengan harapan menjadi suatu media promosi HPGW
yang tepat sehingga dapat memperkenalkan potensi dan menarik minat pembaca
untuk berkunjung ke HPGW. Pengembangan Wisata Hutan di HPGW akan semakin
mudah pelaksanaannya dengan melakukan upaya meminimalisir ketidaksiapan
beberapa aspek tertentu dalam kawasan, masyarakat, dan pengelola.
Kata kunci: kawasan hutan pendidikan gunung walat, pengembangan, potensi
wisata dan program wisata.
-
ABSTRACT
FAUZAL BUDHI HANDOYO. Gunung Walat Educational Forest Development,
Sukabumi, West Java. Under direction of UNU NITIBASKARA and RICKY
AVENZORA.
Gunung Walat Educational Forest (HPGW) set into the forest area with
special purposes, for education and training. Development of this area is given to the
Faculty of Forestry IPB for unlimited period of time. Natural diversity in HPGW
become main attraction which is supported by an attractive natural landscape, and
natural phenomena, such as Goa Cipeureu as the featured objects. Tourism
resources assessment by Avenzoras method (2008) shows that the potensial
resources in HPGW categorized as good to very good value. Availability of
infrastructure, facilities, and adequate facilities in HPGW is an important aspect in
supporting the implementation of Forest Tourism. Visitors or tourists based on the
results of the questionnaire, showed that the characteristics of the visitors or tourists
who come to HPGW dominated by men, aged 21-30 years, and accompanied with
friends.
Development carried out in the region used Visitor Activity Management
Program (VAMP) technique, which is a management system that seeks to change the
orientation of the products to the marketing orientation with an emphasis on meeting
the needs and desires of consumers. This concept is supported by a variety of
exciting programs Forest Tourism. The program is designed as a tourist Tracking
With Outbound Recreation (TWOR), "Awakening Camp (AC)", "HPGW The Soul of
Nature", "Re-Foe" (Recreation Forest and Education). Resources, tourism programs
is package in the form of booklet as the media campaign. The development of this
area will be easier implemented by minimizing the problems of some aspects.
Keywords: Gunung Walat Educational Forest, development, tourism potential and
tourism programs
-
RINGKASAN
FAUZAL BUDHI HANDOYO. Pengembangan Wisata Hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan
Dosen Pembimbing I : Unu Niti Baskara dan Dosen Pembimbing II : Ricky
Avenzora.
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No.008/Kpts/DJ/I/73 sebagai hutan pendidikan dan secara struktural
berada dibawah Unit Kebun Percobaan IPB (Fahutan IPB). Hutan ini berfungsi
sebagai hutan pendidikan dan pelatihan (hutan diklat) yang juga berfungsi sebagai
kawasan pendidikan, kawasan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat dan
juga sebagai bentuk dari aplikasi dan implementasi tri dharma dari pendidikan tinggi.
Kegiatan Penelitian merupakan upaya pengkajian potensi wisata yang
dilakukan pada Hutan Pendidikan Gunung Walat yang terdapat di Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Obyek penelitian tersebut adalah kawasan hutan di HPGW
yang akan dirancang strategi pengembangan wisata hutan pada kawasan tersebut.
Pengembangan wisata hutan di HPGW memiliki empat tujuan, yaitu (1)
mengetahui potensi dan sumberdaya wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya
saat ini, (2) mengetahui karakteristik, motivasi, persepsi, dan minat pengunjung atau
wisatawan terhadap sumberdaya wisata, (3) mengetahui kesiapan masyarakat dan
pengelola dalam pengembangan wisata hutan, (4) merancang konsep ekowisata serta
suatu program wisata harian, program wisata bermalam, dan event tahunan serta
desain media promosi wisata berupa booklet tentang hutan wisata di Hutan
Pendidikan Gunung Walat.
Pengelolaan kawasan hutan gunung walat yang luasan nya lebih kurang 359 Ha
dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan status hak
pakai dimana dalam proses pengelolaan nya Kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) bekerjasama dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat di
sekitar kawasan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Pusat, Perusahaan baik BUMN maupun swasta dan khusus nya
Kementrian Kehutanan.
-
Keanekaragaman jenis flora yang ada ditemukan 20 jenis dari ratusan jenis
flora yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Jenis flora tersebut
diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi yaitu pohon (13 jenis), perdu (5 jenis),
terna (3 jenis) dan epifit (1 jenis). Jenis-jenis satwa liar yang ada di dalam HPGW
diantaranya yaitu Musang, Monyet ekor panjang, Meong congkok, Tupai,
Trenggiling, Kelinci liar, Bajing dan Babi hutan. Fauna lain yang terdapat pada
kawasan ini adalah berbagai jenis burung diantaranya burung Elang Jawa (Spizaetus
bartelsi), Emprit dan Kutilang. Potensi wisata lainnya adalah goa, lansekap, dan
ruang terbuka. Semua potensi tersebut sangat menarik untuk dikemas dalam suatu
bentuk rancangan program wisata hutan.
Metode yang digunakan dalam pengembangan wisata hutan dilakukan dengan
cara menginventarisasi berbagai potensi wisata di HPGW yaitu enam variabel
esensial berupa: (1) ekologi, (2) sosial ekonomi, (3) sosial budaya, (4) pengunjung,
(5) masyarakat, dan (6) institusi. Variabel essensial tersebut dilakukan investigasi
dan analisa sehingga menghasilkan potensi wisata yang selanjutnya dilakukan
penilaian dengan menggunakan tujuh indikator penilaian menurut Avenzora (2008)
yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, sensitivitas, seasonality, aksesibilitas, dan
fungsi sosial. Hasil penilaian potensi akan menghasilkan potensi unggulan HPGW.
Potensi unggulan tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam perancangan program
wisata dan desain media promosi Wisata Hutan di HPGW. Potensi unggulan HPGW
yaitu Goa Cipeureu yang dapat ditunjang oleh potensi pendukung lainnya untuk
perancangan program wisata.
Pengembangan Wisata Hutan di HPGW tidak hanya berdasarkan pada
pertimbangan potensi dan sumberdaya wisata, melainkan juga pada aspek prasarana,
sarana, dan fasilitas, motivasi dan persepsi pengunjung serta kesiapan masyarakat
dan pengelola. Ketiga aspek tersebut menjadi penting dalam tahapan perencanaan
agar konsep dan berbagai kebutuhan yang terkait dengan pengembangan wisata
hutan di HPGW dapat terlaksana sesuai dengan hasil investigasi dan analisa potensi.
Ketersediaan prasarana, sarana, dan fasilitas merupakan aspek penting dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan Wisata Hutan. Prasarana, sarana, dan fasilitas di
di HPGW cukup memadai. HPGW telah memiliki prasarana, sarana dan fasilitas
dasar dalam menunjang kegiatan rekreasi dan wisata seperti sarana transportasi laut,
-
fasilitas kesehatan, MCK, dan peribadatan. Akan tetapi perlu dilakukan pengelolaan
yang baik terhadap prasarana, sarana, dan fasilitas tersebut sehingga kondisinya
menjadi lebih baik.
Pengunjung atau wisatawan berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa
karakteristik pengunjung atau wisatawan yang datang ke HPGW didominasi oleh
laki-laki, berusia 21 30 tahun, dan kedatangan dilakukan bersama teman. Motivasi
utama pengunjung atau wisatawan HPGW adalah untuk melaksanakan kegiatan
edukasi dan penelitian. Aktivitas yang sering dilakukan pengunjung adalah foto-foto,
duduk-duduk santai, menikmati keindahan bentang alam, mendengarkan suara
burung berkicau dan mengunjungi goa Cipeureu, sedangkan persepsi mengenai
berbagai fasilitas secara umum menilai puas terhadap fasilitas di kawasan.
Masyarakat dan pengelola HPGW secara umum menyatakan setuju dan siap
terhadap pengembangan wisata hutan. Kesiapan masyarakat dan pengelola terkait
dengan dua aspek, yaitu partisipasi aktif seperti berjualan dan ikut aktivitas
pengelolaan kawasan serta partisipasi pasif seperti berperilaku sopan dan ramah
terhadap pengunjung.
Pengembangan yang dilakukan di kawasan HPGW menggunakan teknik
Visitor Activity Management Program (VAMP). Menurut Pitana dan Diarta (2009),
VAMP merupakan sistem manajemen yang berusaha mengubah orientasi dari produk
(misalnya objek dan wisatawan) kepada orientasi pemasaran dengan penekanan pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Berdasarkan hal tersebut kemudian
disusun program pengembangan dan pemasaran. Prosesnya diawali dari menyeting
tujuan destinasi yang sesuai dengan kegiatan wisatawan, menganalisis karakteristik
wisatawan dan mengembangkan beragam pilihan kegiatan dan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan wisatawan sebagai konsumen.
Konsep VAMP akan ditunjang dengan berbagai program Wisata Hutan yang
menarik. Program wisata yang dirancang terdiri atas program wisata harian, program
wisata menginap dan event tahunan. Setiap program yang dirancang mengacu kepada
hasil penilaian sumberdaya wisata potensial dan keinginan pengunjung yang didapat
dari hasil kuesioner serta tujuan yang ingin dicapai dari setiap program. Pada
dasarnya program wisata yang ada dapat berjalan apabila berbagai kesiapan terhadap
berbagai kebutuhan wisata telah terpenuhi dan memperoleh dukungan dari
-
masyarakat serta institusi karena semua itu merupakan dasar dalam penyelenggaraan
kegiatan wisata. Program wisata yang dirancang seperti Tracking With Outbound
Recreation (TWOR), AC, HPGW The Soul of Nature, Re-Foe (Recreation and
Forester Education).
Potensi dan sumberdaya wisata yang dimiliki oleh HPGW serta program wisata
yang telah dirancang perlu dilakukan promosi dengan menggunakan media promosi.
Media promosi yang digunakan yaitu berupa booklet dengan sasaran utama adalah
berbagai usia. Booklet diharapkan menjadi media promosi HPGW yang tepat
sehingga dapat memperkenalkan potensi dan menarik minat pembaca untuk
berkunjung ke HPGW.
Pengembangan Wisata Hutan di HPGW akan semakin mudah pelaksanaannya
dengan melakukan upaya meminimalisir ketidaksiapan beberapa aspek tertentu
dalam kawasan, masyarakat, dan pengelola. Masyarakat perlu dilakukan pembinaan
dan pelatihan dalam mengelola kawasan untuk aktivitas wisata serta pengadaan
fasilitas rekreasi perairan untuk menunjang keamanan dan keselamatan wisatawan
sehingga aktivitas ekowisata dapat memberikan manfaat kesenangan sebenarnya bagi
pengunjung, kesejahteraan bagi masyarakat dan institusi.
Kata Kunci: HPGW, Pengembangan Wisata Hutan, Program Wisata
-
Judul Skripsi : Pengembangan Wisata Hutan di Kawasan Hutan
Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Nama : Fauzal Budhi Handoyo
NIM : 41205425111059
Program Studi : Kehutanan
Peminatan : Konservasi Sumberdaya Hutan
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing I
Tb. Unu Nitibaskara.,Ir.,MM
Tanggal :
Dosen Pembimbing II
Ricky Avenzora.,Dr,.Ir.,M.Sc.F
Tanggal :
Diketahui oleh :
Dekan Fakultas Kehutanan
Tb. Unu Nitibaskara.,Ir.,MM
Tanggal :
Kajur Program Studi Kehutanan
Tun Susdiyanti.,S.Hut.,M.Pd
Tanggal :
Tanggal Lulus:
-
i
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan petunjuk nya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi yang berjudul
Pengembangan Wisata Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir., Tb. Unu Nitibaskara.,M.M
selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.,Ir., Ricky Avenzora.,M.Sc.F selaku dosen
pembimbing II. Bapak Ir. Budi Prihatno.,MS selaku Direktur Eksekutif HPGW,
Bapak Dr.Ir. Gunawan Santosa selaku Direktur Program dan Pengembangan HPGW.
Bapak Dizy Rizal selaku Manajer Sarana dan Pelayanan Jasa HPGW. Bapak Edy
Nugroho dan Bapak Dadang Darusman selaku anggota unit Perlindungan Hutan
HPGW yang telah memberikan dukungan kelancaran aktifitas penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua serta keluarga
atas doa dan kasih sayangnya. Terakhir ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
mahasiswa Ekowisata IPB Angkatan 46 khususnya Iyat Sudrajat, 47 dan 48 yang
memberikan doa, keceriaan, semangat dan dukungannya selama proses penulisan
skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2013
Fauzal Budhi Handoyo
-
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1981 di Bogor,
Jawa Barat. Penulis merupakan anak dari pasangan Ayahanda
Achmad Syafii dan Ibunda Sri Rahayu sebagai anak ke dua
dari lima bersaudara.
Pendidikan taman kanak-kanak dilalui di TK
Bhayangkari 62 Kelapa Dua Depok dari tahun 1985-1986.
Pendidikan sekolah dasar dilalui di SDN Tugu IV Kelapa Dua
Depok dari tahun 1987-1993. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Islam Yasma PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur pada tahun
1993 dan lulus pada tahun 1996. Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah atas di SMU Pondok Karya
Pembangunan (Jakarta Islamic School) dan menyelesaikan pada tahun 1999.
Setelah pendidikan SMU diselesaikan pada tahun yang sama juga penulis
diterima di IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada
Fakultas Kehutanan Program Diploma III Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
selama menjalani kuliah pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan penulis
mengikuti beberapa praktik diantaranya: Praktik Umum dilaksanakan di (TNGGP)
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sub seksi Selabintana pada tahun 2000.
Kemudian Praktik Pengelolaan Konservasi yang dilaksanakan pada bulan Juli 2001
di (KBR) Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Kegiatan Praktik Kerja Lapang
dilaksanakan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur pada tahun 2002
dan sebagai syarat kelulusan di Universitas Nusa Bangsa, penulis melaksanakan
penelitian skripsi pada tahun 2012 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas
Kehutanan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan judul Pengembangan
Wisata Hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dibawah bimbingan Bapak Tb Unu Nitibaskara.,Ir.,MM
dan Bapak Ricky Avenzora,.Dr.Ir.,M.Sc.F
-
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................... 2
D. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 A. Pariwisata .................................................................................................. 6
1. Wisatawan ....................................................................................... 6
2. Motivasi dan Persepsi Wisatawan ................................................... 7
3. Objek dan Daya Tarik Wisatawan ................................................... 8
B. Ekowisata .................................................................................................. 9
C. Hutan Pendidikan .................................................................................... 11
1. Flora ............................................................................................... 12
2. Fauna ............................................................................................. 12
3. Gejala Alam ................................................................................... 12
D. Ruang Terbuka Hijau .............................................................................. 13
E. Potensi Wisata Spiritual .......................................................................... 13
F. Pengembangan ........................................................................................ 13
G. Produk Jasa (Product) ............................................................................. 15
H. Tarif Jasa atau Harga (price) ................................................................... 16
I. Tempat atau Lokasi Pelayanan (place) ................................................... 16
J. Promosi (Promotion) .............................................................................. 17
K. Orang atau Partisipan (people) ................................................................ 18
L. Sarana fisik (Physical Evidence) ............................................................ 19
M. Proses (Process) ...................................................................................... 19
III. KONDISI UMUM ............................................................................................ 20 A. Sejarah ..................................................................................................... 20
1. Sejarah Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat ..................... 20
2. Sejarah Pengelolaan....................................................................... 22
B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 23
1. Letak dan Luas .............................................................................. 23
2. Topografi dan Tanah ..................................................................... 23
3. Iklim dan Cuaca ............................................................................. 24
C. Kondisi Biotik ......................................................................................... 24
1. Fauna ............................................................................................. 24
2. Flora ............................................................................................... 25
D. Sumberdaya Wisata ................................................................................ 26
1. Amenitas ........................................................................................ 26
2. Atraksi Wisata ............................................................................... 27
-
iv
3. Potensi Wisata ............................................................................... 28
IV. METODOLOGI ............................................................................................... 33 A. Waktu dan Lokasi ................................................................................... 33
B. Alat dan Objek Penelitian ....................................................................... 33
C. Jenis Data, Metode Pengambilan Data, dan Analisis Data. .................... 34
D. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 34
1. Studi Literatur ................................................................................ 34
2. Observasi Lapang .......................................................................... 34
3. Penyebaran Kuesioner ................................................................... 35
E. Analisis Data ........................................................................................... 35
1. Analisis deskriptif kualitatif .......................................................... 35
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ...................................................... 35
F. Metode Penyusunan Media Promosi Wisata .......................................... 36
G. Tahapan Pengerjaan ................................................................................ 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 40 A. Kondisi Saat Ini (Existing Condition) ..................................................... 40
B. Potensi Objek Wisata Kawasan HPGW ................................................. 42
1. Potensi Objek Wisata Alam........................................................... 42
2. Ruang Terbuka Hijau .................................................................... 50
3. Potensi Objek Wisata Spiritual ...................................................... 51
4. Potensi Objek Wisata Buatan ........................................................ 51
C. Nilai Potensi Objek Wisata ..................................................................... 51
1. Penilaian Potensi Obyek Wisata Alam .......................................... 52
2. Ruang Terbuka Hijau .................................................................... 56
3. Nilai Potensi Objek Wisata Spiritual ............................................. 57
4. Nilai Potensi Objek Wisata Spiritual ............................................. 59
D. Karakteristik, Motivasi dan Persepsi serta Minat Wisatawan ................ 59
1. Karakteristik wisatawan ................................................................ 59
2. Motivasi Wisatawan ...................................................................... 61
3. Persepsi Wisatawan ....................................................................... 62
4. Minat Wisatawan ........................................................................... 63
E. Kesiapan dan Harapan Masyarakat ......................................................... 64
1. Kesiapan Masyarakat..................................................................... 65
2. Harapan Masyarakat ...................................................................... 66
F. Kesiapan, Persepsi dan Harapan Pengelola ............................................ 67
1. Kesiapan pengelola ........................................................................ 67
2. Persepsi pengelola ......................................................................... 68
3. Harapan pengelola ......................................................................... 68
G. Pengembangan Wisata Hutan ................................................................. 69
1. Rancangan Kegiatan Wisata .......................................................... 69
2. Rancangan Program Wisata .......................................................... 72
3. Rancangan Desain Booklet ............................................................ 74
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 77
A. Kesimpulan ............................................................................................. 77
B. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80
LAMPIRAN ............................................................................................................... 82
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Potensi Wisata Kawasan HPGW ................................................................. 28
Tabel 2. Alat yang Digunakan dalam Melaksanakan Kegiatan Skripsi .................... 33
Tabel 3. Jenis Data, Metode Pengambilan dan Analisis Data ................................... 34
Tabel 4. Jenis Satwa yang dapat Dijumpai pada Kawasan HPGW ........................... 44
Tabel 5. Nilai Potensi Flora HPGW .......................................................................... 52
Tabel 6. Nilai Potensi Fauna di HPGW ..................................................................... 54
Tabel 7. Nilai potensi gejala alam HPGW ................................................................. 55
Tabel 8. Nilai potensi RTH HPGW ........................................................................... 57
Tabel 9. Nilai potensi objek wisata spiritual .............................................................. 58
Tabel 10. Karakteristik wisatawan HPGW ................................................................ 59
Tabel 11. Sumber informasi dan kejelasan informasi ................................................ 61
Tabel 12. Persepsi Wisatawan HPGW ...................................................................... 62
Tabel 13. Minat Wisatawan HPGW .......................................................................... 63
Tabel 14. Minat wisatawan HPGW terhadap kegiatan wisata .................................. 63
Tabel 15. Kesiapan Masyarakat ................................................................................. 65
Tabel 16. Harapan masyarakat ................................................................................... 66
Tabel 17. Kesiapan pengelola .................................................................................... 67
Tabel 18. Persepsi pengelola HPGW ......................................................................... 68
Tabel 19. Harapan pengelola ..................................................................................... 68
-
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berpikir ...................................................................................... 5
Gambar 2. Kerangka pemikiran ................................................................................... 5
Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir .............................................................................. 5
Gambar 4. Visi dan Misi HPGW ............................................................................... 22
Gambar 5. Peta Kawasan HPGW .............................................................................. 23
Gambar 6. Galian Babi .............................................................................................. 25
Gambar 7. Dominan Flora di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW .................. 26
Gambar 8. Ruang Galeri Sonokeling ......................................................................... 27
Gambar 9. Atraksi Wisata Caving ............................................................................. 27
Gambar 10. Puncak TVRI ......................................................................................... 29
Gambar 11. Potensi Wisata Caving ........................................................................... 30
Gambar 12. Camping Ground .................................................................................... 31
Gambar 13. Toilet dan Jalan Setapak Camping Ground ........................................... 31
Gambar 14. Wisma Wolan 2 dan Wolan 1 ................................................................ 32
Gambar 15. Tahapan Pengerjaan .............................................................................. 39
Gambar 16. Aktivitas Pengunjung HPGW ................................................................ 41
Gambar 17. Monyet Ekor Panjang ............................................................................ 45
Gambar 18. Burung Perenjak Jawa dan Kutilang ...................................................... 46
Gambar 19. Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ................................................ 46
Gambar 20. Tupai kekes (Tupaia javanica) .............................................................. 47
Gambar 21. Kalajengking .......................................................................................... 47
Gambar 22. Tonggeret yang Sudah Mati ................................................................... 48
Gambar 23. Kadal kebun ........................................................................................... 49
Gambar 24. Motivasi Wisatawan di HPGW .............................................................. 62
Gambar 25. Minat Wisatawan terhadap Lama Program Wisata ............................... 64
-
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Flora dan Manfaatnya di HPGW ........................................................... 83
Lampiran 2. Alur Perancangan Program Wisata ....................................................... 99
Lampiran 3. Program Wisata Hutan dengan Bauran Pemasaran ............................. 100
Lampiran 4. Ittenerary Program TWOR ................................................................. 101
Lampiran 5. Ittenerary Program AC ........................................................................ 102
Lampiran 6. Ittenerary Program KSN ..................................................................... 103
Lampiran 7. Ittenerary Program Re-Fo ................................................................... 104
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki luasan 359
Ha terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Desa Citalahap, Kecamatan Cibadak,
Provinsi Jawa Barat. Fungsi dari Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah sebagai
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaan nya diserahkan
kepada Fakultas Kehutanan IPB Darmaga. Hutan ini berfungsi sebagai hutan
pendidikan dan pelatihan (hutan diklat) yang juga berfungsi sebagai kawasan
pendidikan, kawasan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat dan juga
sebagai bentuk dari aplikasi dan implementasi Tri Dharma dari pendidikan tinggi.
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang dibangun sejak
tahun 1951 s/d 1952 di dalamnya memiliki vegetasi yang heterogen dimana hutan
tanaman tersebut di dominasi oleh jenis Damar (Agathis loranhtifolia) yang
mempunyai nilai komersial kayu (ekonomis) dan sampai saat sekarang ini penutupan
hutan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) telah mencapai
prosentase lebih kurang dari 95% dari luasan areal nya dimana penutupan hutan nya
relatif cukup baik dan kondisi topografi nya yang sangat bervariasi itu sangat
mendukung untuk di kembangkan sebagai kawasan wisata hutan yang lebih baik.
Kegiatan wisata yang telah berlangsung di kawasan hutan pendidikan gunung
walat adalah kegiatan wisata alam dan wisata spiritual. Kegiatan wisata alam yang di
laksanakan seperti kegiatan wisata pada umumnya yaitu seperti menikmati
pemandangan alam, rekreasi, dan jungle tracking. Kegiatan wisata spiritual yang di
laksanakan yaitu melaksanakan upacara ritual di Goa Cipeureu yang terdapat di
hutan pendidikan gunung walat. Kawasan tersebut belum terdapat kegiatan wisata
yang spesifik sesuai dengan potensi kawasan sehingga kegiatan wisata di kawasan
tersebut cukup banyak di minati oleh wisatawan. Tingginya minat wisatawan
tersebut dipengaruhi karena meningkatnya trend back to nature di masyarakat saat
ini. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan wisata perlu dilakukan untuk
mendukung keberlanjutan kawasan hutan pendidikan gunung walat agar tetap ada
dan dapat tetap menjadi suatu kawasan hutan dengan tujuan khusus.
-
2
B. Tujuan
Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan memiliki beberapa tujuan yang harus
di capai. Tujuan di lakukan nya kegiatan penelitian ini, yaitu:
1. Merancang program wisata hutan sebagai bentuk pengembangan kegiatan
wisata hutan yang merupakan produk wisata. Perancangan program wisata
tersebut harus berdasarkan pengetahuan mengenai:
a. Kegiatan wisata hutan yang ada saat ini sebagai bahan evaluasi.
b. Potensi sumberdaya wisata hutan untuk menjadi daya tarik dalam wisata
hutan.
c. Karakteristik serta persepsi dan motivasi wistawan agar tepat sasaran
sesuai permintaan wisatawan.
d. Persepsi, kesiapan dan harapan masyarakat agar masyarakat dapat
berpartisipasi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar
kawasan tersebut.
e. Persepsi, kesiapan dan harapan pengelola agar program yang di rancang
tepat di terapkan di kawasan wisata tersebut.
2. Merancang booklet wisata hutan sebagai bentuk pengembangan aspek promosi
kawasan wisata hutan gunung walat.
C. Manfaat
Kegiatan penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya pengelola, masyarakat, dan wisatawan. Manfaat dari kegiatan
penelitian yang berjudul Pengembangan Wisata Hutan, yaitu:
1. Bagi pengelola, kegiatan Skripsi ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk pengembangan wisata hutan kedepan nya.
2. Bagi masyarakat, jika konsepnya di realisasikan pleh pengelola diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Bagi wisatawan kegiatan Skripsi ini jika konsepnya direalisasikan diharapkan
dapat memberikan berbagai pilihan kegiatan wisata yang akan di lakukan
-
3
D. Kerangka Berfikir
Pengembangan wisata hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dikaji
berdasarkan lima variabel esensial dimana variabel esensial tersebut terdiri dari
kondisi wisata saat ini (existing condition), ekologi, wisatawan, masyarakat dan
pengelola. Variabel existing condition dikaji untuk mengetahui ragam kegiatan
wisata yang telah ada dikawasan tersebut. Variabel sumberdaya wisata hutan dikaji
untuk mengetahui potensi flora, fauna, gejala alam, ruang terbuka hijau dan objek
wisata spiritual yang akan menjadi daya tarik dan atraksi wisata.
Pengkajian terhadap wisatawan juga penting untuk mengetahui karakteristik,
motivasi dan persepsi wisatawan agar program wisata yang dirancang tepat sasaran
sesuai dengan permintaan wisatawan. Masyarakat adalah variabel selanjutnya yang
penting untuk dikaji agar dapat diketahui kesiapan dan harapan masyarakat terhadap
program wisata hutan yang akan dikembangkan. Hal tersebut disebabkan kegiatan
wisata hutan pasti akan melibatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan.
Selanjutnya, variabel pengelola dikaji untuk mengetahui persepsi, kesiapan dan
harapan pengelola agar program yang dirancang tepat diterapkan dikawasan tersebut.
Variabel-variabel essensial yang telah ditentukan, kemudian diinvestigasi dan
diinventarisasi. Variabel existing condition ragam kegiatan wisata diinventarisasi dan
diinvestigasi dengan observasi lapang kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif.
Variabel sumberdaya wisata diinvestigasi dan diinventarisasi dengan observasi
lapang dan studi literatur. Setelah data flora dan fauna, gejala alam, RTH dan objek
wisata spiritual didapatkan, data tersebut kemudian dianalisis dengan indikator
penilaian potensi alam menurut Avenzora (2008), yang meliputi keunikan,
keindahan, kelangkaan, seasonality, aksesibilitas, sensitivitas dan fungsi sosial yang
merupakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil analisis tersebut kemudian menghasilkan nilai yang menunjukkan
sumberdaya potensial wisata hutan yang akan dijadikan suatu acuan untuk
merancang beberapa rancangan program wisata hutan. Variable lainnya yang di
investigasi adalah wisatawan, pengelola dan masyarakat dengan pembagian
kuesioner. Teknik pembagian kuesioner dilakukan dengan cara random sampling
dengan pola kuesioner close ended. Hasil investigasi dan inventarisasi kemudian
dianalisis dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis tersebut akan
-
4
menghasilkan data primer yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam
perancangan program wisata hutan yang tepat. Program wisata yang telah dirancang
kemudian dijadikan sebagai isi dalam rancangan media promosi berupa booklet yang
telah dirancang. Perancangan program wisata dan media promosi dilakukan sebagai
salah satu cara agar wisata hutan di kawasan hutan pendidikan gunung walat dapat
berkelanjutan.
-
5
Gambar 2. Kerangka pemikiran
BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN WISATA HUTAN
DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT
Kondisi wisata saat ini Ekologi Masyarakat Wisatawan Pengelola
Aktivitas wisata Manajemen wisata
Flora Fauna
Gejala alam
Karakteristik Persepsi
Kesiapan
Karakteristik
Motivasi Persepsi
Karakteristik
Persepsi Kesiapan
Pembagian Kuisioner: - Closed ended
- Random sampling
Observasi:
- Metode jelajah - Analisis Vegetasi
- Pengukuran fisik sungai
Investigasi dan Analisis
Keunikan, Keindahan, Kelangkaan, Seasonality, Aksesibilitas, Sensitivitas, Fungsi Sosial (Avenzora, 2008)
Sumber daya potensial wisata hutan
Opsi rancangan program
Output (Media Promosi)
Program wisata terpilih
(Harian, Mingguan dan Tahunan)
Booklet CorelDRAW dan Adobe photoshop
Tema Nuansa Alam
Sasaran kepada semua kalangan Bahasa sederhana singkat, padat dan jelas
Desain Booklet terpilih
Opsi desain Booklet
Gambar 1. Kerangka berpikir
-
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai
sektor yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri
kerajinan tangan dan cendera mata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis
juga dipandang sebagai industry (Wahab dalam Pendit, 2006).
Institut of Tourism in Britain dalam Pendit (2006) merumuskan bahwa,
pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta
kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini
mencakup berpergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau
darmawisata / ekskursi.
Berdasarkan UU Nomor. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, maka dapat
diketahui pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Definisi dari pariwisata menurut undang-
undang tersebut yaitu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung dengan
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
1. Wisatawan
Secara sederhana, wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan
kegiatan wisata. WTO dalam Marpaung (2003) menjelaskan wisatawan adalah setiap
orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang
kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk
jangka waktu yang lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat
diklasifikasikan pada salah satu hal berikut.
-
7
a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan,
keagamaan dan olah raga.
b. Bisnis atau mengunjungi keluarga dan kerabat.
Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menempati
kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk orang yang berkeliling
dengan kapal pesiar, namun tidak termasuk para pesiar yang memasuki negara secara
legal contohnya orang yang hanya tinggal di ruang transit pelabuhan udara.
Dalam rangka pengembangan wisata penting untuk di mengerti profil
wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan
menyusun program promosi efektif. Profil wisatawan merupakan karakteristik
spesifik dari jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan,
permintaan dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan
karakteristiknya beberapa profil wisatawan di kategorikan sebagai berikut:
kebangsaan, umur, jenis kelamin dan status, kelompok sosial ekonomi, konvensi dan
konferensi serta wisatawan dengan minat khusus.
2. Motivasi dan Persepsi Wisatawan
Setiap wisatawan yang berkunjung pada suatu kawasan wisata tentunya
memiliki motivasi yang mendorongnya untuk melakukan kunjungan wisata tersebut.
Motivasi pengunjung perlu diketahui dalam rangka pengembangan wisata kearah
yang lebih baik. Chung & Meggison dalam Fahmi (2011) menyatakan bahwa
Motivation is defined as/goal-directed behavior. It concern the level of effort one
exerts in pursuing a goal... its closely performance (motivasi dirumuskan sebagai
perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang
dilakukan seseorang dalam mengejar suatau tujuan, motivasi berkaitan erat dengan
kepuasan dan performansi pekerjaan).
Menurut Saroso dalam Fahmi (2011), menjelaskan bahwa motivasi adalah satu
set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk
bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu (specific
goal directed way).
Kesimpulan yang dapat ditarik, bahwa motivasi adalah aktivitas perilaku yang
bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan (Fahmi,
2011). Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar, yaitu motivasi ekstrinsik dan
-
8
intrinsik. Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang, kemudian selanjutnya
mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi
pada diri orang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang dimilikinya olehnya saat
ini ke arah yang lebih baik. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang
muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut, yang selanjutnya
kemudian mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti.
Selain motivasi, persepsi pengunjung perlu diketahui dalam rangka
pengembangan wisata. Definisi persepsi Mulyana (2005) adalah proses internal yang
kita lakukan untuk memilih, mengevaluasikan, dan mengorganisasikan rangsangan
dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah
energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.
Tiga unsur sosio budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas
makna-makna yang kita bangun dalam persepsi. Unsur-unsur tersebut adalah sistem-
sistem kepercayaan (beliefe), nilai (value), sikap (attitude); pandangan dunia (world
view), dan organsasi sosial (social organization). Ketika ketiga unsur utama ini
mempengaruhi persepsi kita dan makna yang kita bangun dalam persepsi, unsur-
unsur tersebut mempengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif
3. Objek dan Daya Tarik Wisatawan
Suatu kawasan wisata tentunya memiliki sumberdaya dan daya tarik wisata
yang membuatnya menjadi suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata yang juga
disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat
menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola
secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun
suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu
(Suwantoro, 2004).
Definisi lain dari daya tarik wisata disebutkan Pitana & Gayatri (2005), bahwa
daya tarik wisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menarik untuk dilihat
atau disaksikan oleh wisatawan. Sesuatu dapat dikatakan sebagai objek wisata
apabila objek wisata tersebut memiliki karakter atau sifat yang monumental.
Maksudnya keberadaan objek tersebut memiliki periode waktu yang relatif lama dan
umumnya diketahui banyak orang. Atraksi wisata merupakan sesuatu yang
-
9
disuguhkan kepada wisatawan yang dipersiapkan dalam suatu pertunjukkan. Atraksi
wisata biasanya berwujud peristiwa, kejadian baik yang terjadi secara periodik
ataupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional, ataupun yang telah dikembangkan
dalam kehidupan masyarakat moderen. Kesemuanya itu menjadi daya tarik yang
positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan dan menikmati
sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi para wisatawan yang telah tergerak
hatinya untuk mengunjunginya.
Definisi selanjutnya tentang objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat
daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan, hal yang
dimaksud dapat berupa 1) yang berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan
alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain, 2) yang merupakan hasil budaya, misalnya
museum, candi, galeri, 3) yang merupakan kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat
keseharian, tarian, karnaval, dan lain-lain (Wardiyanta, 2006). Sedangkan potensi
wisata adalah segala hal dan dalam keadaan baik yang nyata dan dapat diraba
maupun yang tidak teraba, yang diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga
dapat bermanfaat dan diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur pendukung
yang sangat diperlukan untuk pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa
suasana, kejadian, benda maupun jasa-jasa.
B. Ekowisata
Ekowisata berasal dari dua kata, ekologi dan wisata Ekologi yaitu ilmu
mengenai hubungan timbal balik antar unsur hayati dengan tata alam di sekitarnya
(Erast Haeckel dalam Darsoprajitno, 2002). Hubungan timbal balik ini merupakan
irama kehidupan alami yang disebut ekosistem. Jika ekosistem terganggu maka
terganggu pula tata alaminya. Hal ini akan meluas hingga mengganggu kehidupan
manusia, termasuk unsur-unsur hayati lainnya.
Wisata ekologi (ecological tourism atau ecotourism) yaitu kegiatan
kepariwisataan yang menggunakan hubungan manusia dengan tata alam yang telah
membudaya sebagai sasaran nya. Hal ini berbeda dengan ekologi wisata atau ekologi
pariwisata (tourism ecology), sebab istilah ini digunakan untuk mencirikan ilmunya.
Jadi ekologi pariwisata adalah ilmunya, sedangkan pariwisata ekologi adalah
kegiatannya (Darsoprajitno, 2002).
-
10
Dawson dalam McCool & Moisey (2008:38), menjelaskan bahwa Ecotourism
and nature-based tourism can be defined as forms of sustainable development when
they are limited in scale and minimize environmental and social impacts. Ecotourism
goals: (i) to benefit local communities without overwhelming their social and
economic systems; (ii) to protect the environmental, natural and cultural resources
base on which the tourism depends; and (iii) to require the ethical behavior of
recreational user and tourist, as well as the supporting commercial recreation and
tourism operators (Ekowisata dan wisata berbasis alam dapat di definisikan sebagai
bentuk pembangunan berkelanjutan ketika ada batasan skala dan dapat memperkecil
dampak lingkungan dan sosial. Tujuan ekowisata: (i) untuk memberikan manfaat
pada komunitas lokal tanpa menenggelamkan sistem sosial ekonomi mereka; (ii)
untuk melindungi sumberdaya lingkungan, alam dan budaya yang tergantung pada
wisata; dan (iii) untuk mengharuskan etika sopan santun pelaku rekreasi dan
wisatawan , sama baik dengan dukungan rekreasi komersial dan operator wisata).
Selain itu, Avenzora (2008) mendefinisikan ekowisata sebagai konsep dasar
dari wisata berkelanjutan yang mempertimbangkan tiga pilar meliputi ekologi,
ekonomi, dan sosial budaya yaitu bertanggung jawab terhadap kelestarian areal,
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat.
Definisi lain mengenai ekowisata di kemukakan World Conservation Union
(WCU) dalam Nugroho (2011), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-
wilayah yang lingkungan alamnya masih alami, dengan menghargai warisan budaya
dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak
negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi
penduduk lokal.
Menurut Deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari anggota TIES di Quebec,
Canada tahun 2002), ekowisata adalah sustainable tourism yang secara spesifik
memuat upaya-upaya: (a) konstribusi aktif dalam konservasi alam dan budaya (b)
partisipasi penduduk lokal dalam perencanaan, pembangunan, dan operasional
kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan (c) transfer pengetahuan tentang
warisan budaya dan alam kepada pengunjung (d) bentuk wisata independen atau
kelompok wisata berukuran kecil (dalam Nugroho, 2011). Menurut Nugroho (2011).
-
11
Definisi selanjutnya mengenai ekowisata dijelaskan Nugroho (2011), bahwa
ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,
terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor atau usaha ekonomi,
yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk
lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.
C. Hutan Pendidikan
Hutan pendidikan adalah merupakan salah satu tempat diselenggarakan nya
nya kegiatan pendidikan, penelitian dan pelatihan wisata alam. Wisata alam adalah
bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta yang ditujukan untuk pembinaan
cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Kegiatan
wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata, pendidikan, penelitian,
kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam objek wisata (Suwantoro, 2004).
Hodge dalam Font & Tribe (2000:3) menjelaskan, Viewing or hoping to view
wildlife has been ascribed one-third of the overall value of forest for recreation and
this is a large attraction sold by tour operators as ecotourism in developing
countries. (Melihat atau mengharapkan untuk melihat satwa liar dianggap satu dari
tiga nilai keseluruhan dari hutan untuk rekreasi dan ini adalah atraksi yang besar
yang dapat di jual operator wisata sebagai ekowisata dalam pembangunan Negara).
Lang dalam Font & Tribe (2000:3) menyebutkan bahwa The Director of
Forest in the German Government Forestry Office estimates that in about 90% of all
german forest it is possible to simultaneously produce valuable timber, to protect
soil, climate and watersheds and to allow people access to the forest for recreational
purposes. (Kepala dari Kantor Depertemen Kehutanan di Jerman memperkirakan
bahwa sekitar 90% dari semua hutan Jerman adalah sangat mungkin untuk secara
serentak memproduksi kayu yang berharga, untuk melindungi tanah, iklim dan
dataran tinggi yang memisahkan saluran air sungai dan untuk memberikan akses
pada hutan untuk tujuan rekreasi). Begitupun di Indonesia jika pengelolaan kawasan
hutan dilakukan dangan baik maka akan menunjang pembangunan Negara.
-
12
At present the development of forest parks for recreation depends on the
importance given to the resources by the public sector and the community
involvement. (saat ini pembangunan taman hutan untuk rekreasi tergantung pada
pentingnya memberikan manfaat pada sumberdaya oleh sektor umum dan
keterlibatan komunitas (Sakuras; Eagles and Martens; Ota dalam Font & Tribe,
2000). Jadi, dalam pengembangan suatu kawasan atau mendukung keberlanjutan
suatu kawasan tersebut di perlukan kerjasama antara sektor umum dan keterlibatan
komunitas lokal yang berada di sekitar kawasan.
Hutan dengan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya memiliki potensi besar
untuk di kembangkan sebagai kawasan untuk kegiatan wisata, tentunya dengan
pengelolaan yang baik. Sumberdaya wisata hutan yang dapat menjadi objek dan daya
tarik wisata hutan terdiri dari flora, fauna dan gejala alam.
1. Flora
Flora merupakan tumbuhan mulai dari Divisio Thallophyta hingga
Pteriodophyta, baik yang masih bersifat liar ataupun yang sudah dibudidayakan,
dapat menjadi objek dan daya tarik bagi wisatawan dalam melakukan berbagai
kegiatan wisata. Potensi flora sebagai objek atau daya tarik wisata dapat berupa jasa
ataupun sekaligus sebagai good (barang) yang bisa di perjual belikan (Avenzora,
2008)
2. Fauna
Fauna merupakan satwa mulai dari cacing hingga berbagai jenis mamalia, baik
yang masih bersifat liar ataupun yang di domestikasi, dapat menjadi objek dan daya
tarik bagi wisatawan dalam melakukan berbagai kegiatan wisata. Potensi fauna
sebagai objek dan daya tarik wisata dapat berupa jasa ataupun sekaligus good yang
bisa diperjualbelikan (Avenzora, 2008)
3. Gejala Alam
Menurut Avenzora (2008), dalam konteks wisata alam beberapa contoh objek
wisata yang biasanya dimasukkan dalam terminology gejala alam adalah kawah
gunung berapi, air terun, sumber mata air panas, bebatuan geologi, pelangi, petir,
goa, sumber mata air, danau, dan berbagai kejadian alam lainnya yang terjadi atau
-
13
melibatkan hard element alam dan secara fisik dapat dinikmati oleh wisatawan
sebagai objek atau daya tarik wisata.
Selain itu sumberdaya wisata yang berpotensi menjadi daya tarik wisata
adalah ruang terbuka hijau dan objek wisata spiritual. Terkadang dalam suatu hutan
terdapat suatu ruang terbuka hijau dan terkadang terdapat hutan yang memiliki
hubungan dengan nilai spiritual masyarakat sekitarnya.
D. Ruang Terbuka Hijau
Menurut Avenzora (2008), ruang terbuka hijau merupakan berbagai areal
piknik (baik di areal pantai ataupun pada areal terestrial lain), taman kota, taman
wisata taman lingkungan dan tapak perkemahan.
E. Potensi Wisata Spiritual
Potensi wisata spiritual merupakan berbagai proses ritual yang di lakukan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan spiritual nya yang bukan merupakan dan
bukan pula menjadi prosedur baku dari agamanya, meskipun pada umumnya
kegiatan-kegiatan tersebut sering berasosiasi dengan suatu agama atau keyakinan
tertentu.
F. Pengembangan
Menurut Sammeng (2001), pengembangan mengisyaratkan suatu proses
evaluasi dengan konotasi positif atau sekurang-kuranya bermakna tidak jalan
ditempat. Kata pengembangan dapat dikaitkan dengan dua hal, yakni : proses dan
tingkat perkembangan sesuatu.
Salah satu teknik dalam pengembangan wisata adalah teknik VAMP (visitor
activity management program). Menurut Pitana dan Diarta (2009), VAMP
merupakan sistem manajemen yang berusaha mengubah orientasi dari produk
misalnya objek dan wisatawan, kepada orientasi pemasaran dengan penekanan pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam Pitana dan Diarta (2009),
Visitor Activity Management Program (VAMP) didefinisikan sebagai berikut:
-
14
A management system with an emphasis on marketing. deciding what people
want in a park, then developing and marketing specific experience to match the
wants (Richardson and Fulker, 2004).
VAMP pertama kali diperkenalkan di Kanada tahun 1990-an dengan
menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang orang atau wisatawan
inginkan di objek atau destinasi tertentu. Berdasarkan hal tersebut kemudian disusun
program pengembangan dan pemasaran untuk melink-an dengan apa yang
diinginkan. Prosesnya termasuk menyeting tujuan destinasi yang sesuai dengan
aktivitas wisatawan, menganalisis karakteristik wisatawan dan mengembangkan
beragam pilihan aktivitas dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen. Menentukan tujuan menejemen kunjungan yang jelas akan membantu
menentukan tipe kelebihan, keuntungan dan pengalaman apa yang akan di tawarkan
kepada wisatawan sehingga mampu memuaskan konsumen. Inti dari VAMP dan
sekaligus juga sebagai masalah utama adalah bagaimana menggeser dari paradigma
pemasaran.
Pengembangan yang di lakukan menggunakan teknik pemasaran sehingga
bauran pemasaran juga perlu diperhatikan. Sebelum beranjak pada bauran pemasaran
perlu di ketahui definisi pemasaran itu sendiri. Menurut Kotler dalam Hurriyati
(2010), pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu
atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa inti dari pemasaran adalah kegiatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak yang berkepentingan, melalui
pertukaran yang mampu memberikan kepuasan kepada semua pihak, terutama
konsumen sebagai pemakai dari barang atau jasa yang di tawarkan.
Produk wisata merupakan jasa maka pemasaran jasa merupakan suatu proses
mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran
yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Payne dalam Hurriyati, 2010).
Dengan demikian manajemen pemasaran jasa merupakan proses penyelarasan
sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar. Pemasaran memberi
perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa
-
15
perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatan-kegiatan para
pesaing.
Selanjutnya berbicara mengenai bauran pemasaran, Kotler dalam Hurriyati
(2010), mengemukakan definisi bauran pemasaran (marketing mix) sebagai
berikut.Marketing mix is the set of marketing tools that the uses to pursue its
marketing objective in the target market. Bauran pemasaran adalah sekumpulan alat
pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Bauran pemasaran merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, di
baurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran yang efektif sekaligus memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen (Hurriyati, 2010).
Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), mengemukakan konsep bauran
pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu product (produk), price (harga),
place (tempat/lokasi), dan promotion (promosi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa
perlu bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix for services)
dengan penambahan unsur non-traditional marketing mix, yaitu people (orang),
physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga menjadi tujuh unsur
(7P). masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan
dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai
dengan karakteristik segmennya. Penambahan unsur bauran pemasaran jasa
dilakukan antara lain karena jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk
yaitu tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, beraneka ragam dan mudah lenyap.
Penjelasan mengenai bauran pemasaran jasa adalah sebagai berikut.
G. Produk Jasa (Product)
Menurut Hurriyati (2010), produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan,
tidak berwujud dan cepat hilang. Lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta
pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat
dan nilai dari sesuatu yang di tawarkan.
-
16
Produk wisata adalah jasa. Salah satu bentuk jasa wisata adalah program
wisata. Menurut Sirait (2000), program wisata adalah program perjalanan (tour
itinerary) dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari fakta-fakta, urutan-urutan dari
bagian perjalanan wisata yang akan menggambarkan suatu rencana yang akan
dilaksanakan selama perjalanan wisata tersebut berlangsung. Program perjalanan
harus disusun sesuai dengan kebutuhan orang yang akan melakukan perjalanan
dimana terdapat materi atau isi acara yang jelas beserta jadwal dan kelengkapan
(equipment) dari perjalanan yang akan dilaksanakan.
H. Tarif Jasa atau Harga (Price)
Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), menjelaskan tiga dasar penetapan
harga yang biasa digunakan dalam menentukan harga, yaitu penetapan harga
berdasarkan biaya (cost-based pricing), penetapan harga berdasarkan persaingan
(competition-based pricing) dan penetapan harga berdasarkan permintaan (demand-
based)
I. Tempat atau Lokasi Pelayanan (Place)
Menurut Hurriyati (2010), dalam produksi industri manufaktur, place diartikan
sebagai saluran distribusi (zero channel, two level channels dan multilevel channels),
sedangkan untuk produksi industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan
jasa. Tempat dianggap penting karena sebagai lingkungan dimana dan bagaimana
jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa.
Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai
dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah
tipe dan tingkat interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara
penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu
sebagai berikut:
1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa
2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau
3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.
-
17
Tipe interaksi yang berkaitan dengan perilaku pelanggan dalam mencari
penyedia jasa sangat penting untuk memperhatikan letak lokasi. Penyedia jasa yang
menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan menawarkan jasa mereka di
beberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan, maka letak lokasi
menjadi tidak begitu penting meskipun perlu dipertimbangkan pula kedekatan
terhadap pelanggan untuk menjaga kualitas jasa yang akan diterima. Sementara itu,
dalam kasus penyedia jasa dan pelanggan menggunakan media perantara dalam
berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun beberapa media perantara
memerlukan interaksi fisik antara mereka dengan pelanggan.
J. Promosi (Promotion)
Menurut Buchari Alma dalam Hurriyati (2010), promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang
sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas
khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut bauran promosi (promotion
mix), yaitu mencakup personal selling, mass selling, promosi penjualan, public
relation dan direct marketing, word of mouth.
Bentuk promosi yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah mass selling
yaitu dengan menggunakan media massa yang dapat disebarkan pada orang banyak.
Salah satu media yang dipakai yaitu booklet. Menurut Oxford University (2005),
booklet is a small book consisting of a few sheets, typically with paper covers
Booklet adalah buku kecil yang terdiri dari beberapa lembar, yang secara khas
memiliki sampul. Untuk membuat sebuah booklet diperlukan kemampuan
mendesain. Menurut Ernawati dkk (2008), desain merupakan bentuk rumusan dari
suatu proses pemikiran, pertimbangan dan perhitungan dari desainer yang dituangkan
dalam wujud gambar. Unsur desain merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk
-
18
mewujudkan desain sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Maksud
unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur
visual. unsur-unsur desain ini terdiri dari atas garis, arah bentuk, tekstur, ukuran,
value dan warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat
mewujudkan rancangannya. Dalam company profile (2012), untuk mensinergikan
content atau isi booklet dengan desainnya ada beberapa yang harus diperhatikan
sebagai berikut:
1. Simplicity
Sebuah design company profile haruslah simple atau sederhana, tidak rumit
dengan bentuk dan isi /content tulisan.
2. Colour
Sinergikan warna dominan perusahaan dengan design company profile yang
akan dikerjakan, sehingga secara tidak langsung memberikan efek pencitraan.
3. Balance
Komposisi pada sebuah design company profile harus seimbang, bisa berupa
perbandingan layout dan komposisi gambar atau tulisan. Dalam prinsip layout
balance bukan berarti perbandingannya 50 : 50, namun lebih kepada penerapan
design pada medianya.
4. Emphasis
Sebuah design company profile yang baik harus mempunyai alur atau urutan
penataan pesan yang benar. Pesan pada content dapat dimulai dengan pesan
bertekanan rendah lalu kepada pesan yang bertekanan tinggi. Maksud dari tekanan
disini adalah prioritas isi pesan dari sebuah company profile.
K. Orang atau Partisipan (People)
Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam
penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari
people adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam
lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian
karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi
konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter). Elemen people
ini memiliki 2 apek yaitu:
-
19
1. Service People
Untuk organisasi jasa, Service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu
mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik, cepat,
ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan kepuasan den kesetiaan pelanggan
terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan.
2. Customer
Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para
pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang
kualitas jasa yang pernah di dapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan
jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen dari
sumberdaya manusia.
L. Sarana fisik (Physical Evidence)
Menurut Hurriyati (2010), sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata
turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk
jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara lain
lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna
dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti
tiket, sampul, label dan lain sebagainya.
M. Proses (Process)
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2010), proses adalah semua
prosedur actual, mekanisme dan aliran aktivitas yang digunakan untuk
menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan
dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumennya. Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan
prosedur-prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, aktivitas-aktivitas dan
rutinitas-rutinitas dengan apa produk (barang atau jasa) disalurkan ke pelanggan.
identifikasi manajemen proses sebagai aktivitas terpisah adalah prasyarat bagi
perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa
disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan.
-
20
III. KONDISI UMUM
A. Sejarah
Sejarah Hutan Pendididikan Gunung Walat (HPGW) yang dibahas dalam
bagian ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sejarah kawasan dan sejarah pengelolaan
kawasan dimana dari sejarah kawasan yang akan dibahas di awali atau di mulai dari
terbentuknya kawasan sampai dengan proses legalisasi formal yang terjadi di
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai suatu Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK).
1. Sejarah Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
Pembangunan Hutan Pendidikan sebagai laboratorium kehutanan berawal pada
Tahun 1959 ketika saat itu Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan
Kehutanan dalam Fakultas Pertanian di dalam Universitas Indonesia dan pada tahun
1959 di bangun hutan percobaan di Darmaga yang luasan nya sekitar 50 Ha dan juga
di ikuti dengan pembangunan Kampus Kehutanan di Darmaga. Fakultas Kehutanan
idealnya memang harus memiliki suatu kawasan laboratorium hutan pendidikan
(arboretum) agar dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
terutama dalam proses kerangka berfikir untuk memahami (menemu kenali) esensi
model pengelolaan hutan lestari.
Hutan percobaan yang luas nya lebih kurang 50 Ha tersebut dirasakan kurang
mencukupi sehingga pada tahun 1960 Fakultas Kehutanan IPB mulai membangun
hutan pendidikan di daerah Pasir Madang seluas sekitar 500 Ha. Namun, setelah
ditanami lebih kurang seluas 50 Ha lahan tersebut diambil alih oleh PT. Tjengkeh
Indonesia. Pada tahun 1961 dilakukan penjajagan dan negosiasi ke Pemerintah
Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk dapat mengelola kawasan hutan di komplek
hutan gunung walat.
Tahun 1963 berdiri Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor bersamaan
dengan berdirinya Institut Pertanian Bogor sebagai bentuk dari perwujudan
pengembangan pendidikan tinggi pertanian di Universitas Indonesia, menjadi
Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian yang lebih mandiri.
-
21
Tahun 1967 dilakukan penjajakan kerjasama oleh IPB kepada Pemerintah
Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen
Pertanian untuk mengusahakan Areal Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan dan
dari hasil usaha tersebut pada tahun 1968 komplek hutan pendidikan Gunung Walat
mulai di kelola oleh Fakultas Kehutanan IPB.
Tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah
Tingkat I Jawa Barat No.7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 dimana dalam
keputusan tersebut menyatakan bahwa Komplek Hutan Gunung Walat yang kurang
lebih seluas 359 Ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya
diserahkan kepada IPB. tahun 1973 diterbitkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Kehutanan No.291/DS/73 tertanggal 24 Januari 1973 yang berisi tentang pengelolaan
hutan pendidikan gunung walat.
Tanggal 9 Februari 1973 dilakukan penandatangan surat perjanjian pinjam
pakai tanah hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan oleh Kepala Dinas
Kehutanan Jawa Barat dengan Rektor IPB. Hal tersebut sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.008/Kpts/DII/73 maka kemudian IPB mendapat
hak pakai atas Komplek Hutan Pendidikan Gunung Walat. Tahun 1992 Menteri
Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No.687/kpts-II/92 tentang penunjukan
komplek Hutan Gunung Walat di Daerah Tingkat II Sukabumi Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat kurang lebih seluas 359 Ha menjadi Hutan Pendidikan.
Tahun 2005 penguatan status HPGW kembali di keluarkan oleh Menteri
Kehutanan melalui Surat Keputusan No.188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005,
tentang penunjukan dan penetapan kawasan hutan produksi terbatas kompleks hutan
pendidikan gunung walat yang kurang lebih seluas 359 Ha sebagai kawasan hutan
dengan tujuan khusus (HDTK) untuk hutan pendidikan dan latihan gunung walat
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dalam jangka waktu 20 tahun. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor diberi hak pengelolaan penuh terhadap kawasan
hutan pendidikan dan latihan gunung walat yang berada di Desa Citalahap,
Kecamatan Cibadak, Sukabumi.
-
22
2. Sejarah Pengelolaan
Pengelolaan kawasan hutan gunung walat yang luasan nya lebih kurang 359 Ha
dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan status hak pakai berdasarkan surat
keputusan menteri pertanian No.008/Kpts/DJ/I/73 sebagai hutan pendidikan dan
secara struktural berada di bawah Unit Kebun Percobaan IPB (Fahutan IPB) dimana
dalam proses pengelolaan nya Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
bekerjasama dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat di sekitar kawasan,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Pusat,
Perusahaan baik BUMN maupun swasta dan khusus nya Kementrian Kehutanan.
Sejak ditetapkan nya sebagai kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) kawasan ini dikelola dan digunakan secara intensif oleh civitas akademika
Fahutan IPB untuk beberapa kegiatan akademis yaitu pendidikan, penelitian dan
pelatihan. Seiring berjalan nya waktu Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
juga digunakan untuk beberapa kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan wisata
lingkungan bagi siswa-siswi sekolah, mahasiswa maupun masyarakat umum. Motto
Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah Leuweung Sakolaan Sagala Bangsa /
(International University Forest), Hutan Pendidikan Gunung Walat dilandasi dengan
visi dan misi (Gambar 4).
Gambar 4. Visi dan Misi HPGW
Terwujudnya Hutan Pendidikan Gunung
Walat sebagai media implementasi
Tridharma Perguruan Tinggi Fakultas
Kehutanan IPB bertaraf internasional bagi
pengelolaan hutan lestari.
Mewujudkan terselenggaranya pendidikan
dan penelitian IPTEK bidang pengelolaan
sumberdaya hutan dan lingkungan secara
efektif
Mewujudkan pengelolaan hutan lestari di
kawasan HPGW.
Membangun kemitraan antara HPGW
dengan para pihak sebagai wujud nyata
pengabdian kepada masyarakat
Visi
Misi
-
23
B. Kondisi Fisik
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memiliki luas kurang
lebih 359 Ha sehingga memiliki kondisi fisik yang terbagi menjadi letak dan luas,
topografi dan tanah, serta iklim dan cuaca. Kondisi fisik tersebut akan dibahas secara
detail pada bagian ini :
1. Letak dan Luas
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 Km dari poros jalan
Sukabumi-Bogor (Desa Segog), jarak kawasan tersebut dari simpang Ciawi berjarak
46 Km dan dari Sukabumi 12 Km. Kawasan tersebut jika dilihat secara geografis
berada pada 10648'27'' BT - 10650'29'' BT dan 654'23'' LS - 655'35'' LS.
Berdasarkan letak administratif pemerintahan, HPGW masuk atau terletak di wilayah
Kecamatan Cibadak dan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Pemerintah
Kabupaten Sukabumi. Luas kawasan hutan pendidikan gunung walat adalah 359 Ha
(Gambar 5). Kawasan hutan pendidikan gunung walat terdiri dari tiga blok yaitu blok
timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, blok barat (Cimenyan) seluas 125 Ha dan blok
tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha.
Gambar 5. Peta Kawasan HPGW
2. Topografi dan Tanah
Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) berada pada ketinggian
557 Mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan luasan semula adalah 359 Ha dan
kini menjadi sekitar 349 Ha. Kawasan ini terletak pada ketinggian 500-700 Mdpl
dengan topografi yang bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di
-
24
bagian selatan dan bagian utaranya yang memiliki kondisi topografi yang semakin
berat atau sedikit curam.
Kondisi topografi di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yaitu
bergunung (98 Ha), berbukit (42 Ha), bergelombang (23 Ha), berombak (9 Ha) dan
datar (4 Ha). Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN
2.212 (67 Mdpl) dan KN 2.213 (72 Mdpl). Tanah di kawasan Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW) merupakan tanah yang sangat kompleks terdiri dari
podsolik, latosol dan litiosol. Litiosol berasal dari batu endapan dan bekuan daerah
bukit sedangkan bagian di barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan
karst dimana hal tersebut itulah yang membentuk goa-goa alam karst (gamping).
3. Iklim dan Cuaca
Klasifikasi iklim di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) menurut
Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe B (14,3-33,3%) dengan nilai Q =
14,3% - 33% dan banyak nya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm.
Suhu udara maksimum di siang Hari 29C dan minimum 19C pada saat malam
hari.
C. Kondisi Biotik
Kondisi biotik yang akan dibahas pada bagian ini antara lain adalah fauna dan
flora. Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki vegetasi
yang cukup baik dan luasan yang relatif cukup luas menyebabkan keanekaragaman
hayati di kawasan ini relatif cukup baik dari segi flora, fauna serta unsur abiotiknya.
1. Fauna
Jenis-jenis satwa liar yang ada di dalam HPGW diantaranya yaitu jenis-jenis
mamalia Musang, Monyet ekor panjang, Kera, Meong congkok, Tupai, Trenggiling,
Kelinci liar, Bajing dan Babi hutan (Gambar 6). Fauna lain yang terdapat pada
kawasan ini adalah berbagai jenis burung diantaranya burung Elang Jawa (Spizaetus
bartelsi), Emprit dan Kutilang.
-
25
Gambar 6. Galian Babi
Reptilia yang dapat ditemukan pada kawasan ini diantaranya biawak, ular,
kadal dan bunglon. Pada kawasan ini juga dapat ditemukan jenis ikan lubang dimana
ikan lubang adalah ikan yang mempunyai jenis yang hampir sama dengan ikan lele
yang memiliki warna agak merah dan saat ini mulai sulit ditemukan di Kawasan
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
2. Flora
Tumbuhan adalah suatu organisme yang menggunakan cahaya matahari
sebagai sumber tenaga untuk membuat makanan yang diperlukan untuk hidup dan
tumbuh nya (Panut, 2004). kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
ditumbuhi oleh berbagai vegetasi.
Tegakan hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) didominasi oleh
tegakan damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii) (Gambar 7), puspa
(Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia
macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala
(Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp dan akasia (Acacia
mangium). Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang memiliki 44
jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan, 13 jenis bambu dan 68 jenis tumbuhan obat.
-
26
Gambar 7. Dominan Flora di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW
Potensi tegakan hutan itu bila di ukur berdasarkan volume nya memiliki
10.855 m3 kayu damar, 9.471 m
3 kayu pinus, 464 m
3 puspa, 132 m
3 sengon dan 88
M3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan hasil hutan non kayu
yang berupa getah kopal dan getah pinus.
D. Sumberdaya Wisata
Sumberdaya wisata adalah merupakan sesuatu yang memiliki dimensi ruang,
waktu dengan batas-batas dan elemen-elemen tertentu yang memiliki atraksi wisata
dan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung serta dapat menampung kegiatan
berwisata (Avenzora 2005). Pembahasan mengenai sumberdaya wisata dapat dikaji
dalam tiga hal yakni amenitas (sarana dan prasarana), atraksi wisata dan potensi
wisata yang terdapat pada kawasan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW).
1. Amenitas
Amenitas atau yang biasa diartikan sebagai sarana prasarana merupakan salah
satu faktor kekuatan yang mendukung dari suatu pengelolaan pariwisata, sarana dan
prasarana untuk kebutuhan kegiatan pengunjung seperti penelitian, pendidikan dan
wisata yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) cukup
memadai. Sarana dan prasarana yang terdapat di HPGW berfungsi untuk
memberikan kenyamanan dan kesan yang positif kepada pengunjung. Dimana hal
tersebut telah dilakukan oleh pihak pengelola seperti pembuatan ruang galeri
(Gambar 8) yang berfungsi memajang berbagai benda yang dihasilkan oleh Kawasan
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tetapi disaat ini ruang galeri tersebut tidak
-
27
digunakan sebagai pajangan apapun sehingga saat ini ruang galeri tersebut di rubah
atau dialih fungsi kan sebagai tempat penginapan pengunjung.
Gambar 8. Ruang Galeri Sonokeling
2. Atraksi Wisata
Atraksi wisata yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) terbagi menjadi dua yakni atraksi wisata secara langsung dan atraksi wisata
secara tidak langsung. Atraksi wisata yang di lakukan secara langsung yang terdapat
di HPGW seperti berkemah, outbound, caving (Gambar 9) dan tracking.
Gambar 9. Atraksi Wisata Caving
Wisata tracking yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) merupakan suatu bentuk dari kegiatan wisata yang dilakukan di dalam
hutan yang didominasi oleh tegakan pinus dan damar. Kegiatan ini melewati
berbagai tapak-tapak penting yang terdapat di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) seperti goa dan puncak. Semua jalur tracking di kawasan HPGW
memiliki tantangan, daya tarik dan pengalaman tersendiri bagi pengunjung yang
akan melakukan kegiatan wisata. Atraksi wisata secara tidak langsung yang terdapat
-
28
di HPGW seperti menikmati pemandangan alam dan pengenalan alam, kegiatan
menikmati pemandangan alam yang dilakukan pengunjung yakni melihat panorama
Sukabumi dari puncak TVRI. Kegiatan wisata ini menyuguhkan daya tarik yang
berbeda kepada pengunjung. Pengenalan alam yang dilakukan oleh pengunjung yaitu
kegiatan mengenal berbagai flora dan fauna yang terdapat di Kawasan Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW).
3. Potensi Wisata
Kawasan Hutan Pen