Laporan Skabies di Pondok Pesantren
-
Upload
sapto-sutardi -
Category
Documents
-
view
230 -
download
3
Transcript of Laporan Skabies di Pondok Pesantren
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
1/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
Hubungan Antara Personal H ygieneKulit Dengan Angka Kejadian ScabiesPada
Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo
Oleh :
Mochammad Zainuddin Fanani, Qoriila Saidah, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An
ABSTRACT
Scabies is a contagious disease caused by Sarcoptes scabiei hominis
variant, which occurs in direct contact transmission. The disease is much scabiesoutbreak in several environments including a populous neighborhood, a seedy
neighborhood, the neighborhood with the less level of cleanliness. The purpose
of this study was to analyze the relationship between personal hygiene with the
incidence of scabies in adolescents in at Boarding School Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
The design of this study using the Analytic Observational design with cross
sectional design. Sampling techniques using probability sampling with simple
random sampling. The study population was all adolescents are exposed toscabies in the Al-Hidayah Islamic boarding schools was 38 adolescents. Samples
used were teenagers at boarding school at 35.
The results of the statistical test using the Spearman Rho test with p 0.05.The results showed that as many as 16 respondents (55.25) with moderate
scabies have less personal hygiene. In scabies with a mild degree of personal
hygiene that have as many as 13 respondents (44.8%). Spearman Rho test resultsshowed P: 0.013 with a significance level of p 0.05 means that H0 is rejected
which means that there is a relationship between personal hygiene with the
incidence of scabies in adolescents at boarding school Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
For teenagers in Boarding School to always maintain personal hygiene tominimize the incidence of disease.
Keywords :Personal H iygiene, Scabies
PENDAHULUAN
Latar BelakangPesantren adalah suatu tempat yang
tersedia untuk para santri dalam menerima
pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligustempat berkumpul dan tempat tinggalnya
(Qomar, 2007). Image yang selama ini
berkembang di masyarakat bahwa pondokpesantren merupakan tempat kumuh, kondisi
lingkungannya tidak sehat, dan pola
kehidupan yang ditunjukkan oleh santrinyasering kotor, dan sama sekali tidak
menunjang pola hidup yang sehat. Beberapa
sifat buruk yang susah sekali ditinggalkan
oleh para remaja pondok yaitu kebiasaantidur hingga lupa waktu dan pola hidup kotor
karena malas bersih-bersih. Anak pesantren
gemar sekali bertukar / pinjam - meminjampakaian, handuk, sarung bahkan bantal,guling dan kasurnya kepada sesamanya
(Badri, 2008). Kondisi seperti ini sangat
memungkinkan terjadinya penularan penyakitscabies, diare dan ispa. Apabila para santri
dan pengelolanya tidak sadar akan
pentingnya menjaga kebersihan baikkebersihan lingkungan maupun personal
hygiene (Handri, 2008)..
Pemeliharaan personal hygiene sangatmenentukan status kesehatan, dimana
individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya
penyakit. Upaya kebersihan diri inimencakup tentang kebersihan rambut, mata,
telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta
kebersihan dalam berpakaian Salah satuupaya personal hygiene adalah merawat
kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memeliharasuhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-
kotoran tertentu. Mengingat kulit penting
sebagai pelindung organ-organ tubuh, maka
kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakitkulit dapat disebabkan oleh jamur, virus,
kuman, parasit. Salah satu penyakit kulit
yang disebabkan oleh parasit adalah scabies(Frenki, 2011). Scabies adalah penyakitmenular yang disebabkan oleh sarcoptes
scabiei varian hominis, yang penularannya
terjadi secara kontak langsung (Brown &Tony, 2005). Banyak faktor yang dapat
menyebabkan penyakit scabies dan salah
satunya ialahpersonal hygiene.Dari data WHO di beberapa negara
berkembang prevalensinya dilaporkan -
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
2/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
berkisar antara 6-27% dari populasi umum
dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia
sekolah dan remaja. Data Depkes RIprevalensi scabies di puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-
12,95%. Angka kejadian skabies di kota-kota yang banyak terdapat pondok pesantrendi Provinsi Jawa Timur misal Kabupaten
Pasuruan sebesar 66,70%, Kabupaten
Lamongan menunjukkan bahwa prevalensipenyakit Scabies adalah 64,20%. Dari data
statistik di POSKESTREN Pondok
Pesantren Al-Hidayah KeteganTanggulangin Sidoarjo dari tahun ketahun
jumlahnya masih cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan tingginya jumlah kasus
scabies di Pondok Pesantren tersebut. Dariobservasi yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan 38 remaja pondok terkena
skabies yang dikarenakan kurangnya
kebersihan diri.Scabies adalah penyakit kulit akibat
investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei, yang diserang adalahbagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa.
Pada bayi, karena seluruh kulitnya masihtipis, maka seluruh badan dapat terserang
(Aisyah, 2005). Scabies ini tidak
membahayakan manusia namun adanya rasagatal pada malam hari ini merupakan gejala
utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit scabies ini banyak
berjangkit di: (1) lingkungan yang padatpenduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)
lingkungan dengan tingkat kebersihan
kurang. Scabies cenderung tinggi pada anak-
anak usia sekolah, remaja bahkan orangdewasa (Siregar, 2004). Penyakit kulit
scabies merupakan penyakit yang mudah
menular. Penyakit ini dapat ditularkansecara langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
melalui hubungan seksual. Penularan secaratidak langsung (melalui benda), misalnya
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut
(Djuanda, 2007). Praktek perawatanpenderita yang buruk akan menyebabkan
kegagalan dalam tindakan penanggulangan
penyakit scabies. Apabila skabies tidak
segera mendapat pengobatan dalambeberapa minggu maka akan timbul adanyadermatitis yang diakibatkan karena garukan.
Rasa gatal yang ditimbulkan terutama pada
waktu malam hari, secara tidak langsungakan mengganggu kelangsungan hidup para
santri terutama tersitanya waktu untuk
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akandilakukan pada siang hari seperti dalam
proses belajar akan ikut terganggu. Selain
itu, setelah santri sembuh akibat garukan
tersebut akan meninggalkan bercak hitam
yang nantinya juga akan mempengaruhi
harga diri santri seperti merasa malu, cemas,
takut dijauhi teman dan sebagainya(Kenneth dalam Kartika, 2008).
Pengobatan scabies yang terutama
adalah menjaga kebersihan untuk membasmiscabies (mandi dengan sabun, sering gantipakaian, cuci pakaian secara terpisah,
menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh
dipakai bersama, dll). Untuk itu kita harusselalu waspada dengan penyakit ini karena
penularannya sangat cepat. Apabila ada
salah seorang anggota keluarga yang terkenapenyakit ini, maka harus segera dihindarkan
dari anggota keluarga lain yang masih dalam
keadaan sehat (Alamsyah, 2011).Salah satu
upaya personal hygiene adalah merawatkebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk
melindungi permukaan tubuh, memelihara
suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-
kotoran tertentu. Mengingat kulit pentingsebagai pelindung organ-organ tubuh, maka
kulit perlu dijaga kesehatannya (Suci, 2013).
Beberapa faktor yang dapat membantupenyebaran scabies adalah kemiskinan,
hygiene yang jelek, seksual promiskuitas,
diagnosa yang salah, demografi, ekologi.Scabies dapat dihindari dengan perilaku
personal hygiene yang baik, kebiasaan
dalam menjaga personal higien harusditingkatkan dengan mengikut sertakan
petugas kesehatan (Djuanda, 2006).
Kebiasaan personal hygiene harus
dibiasakan pada masa anak-anak untukmenghindari penyakit kulit seperti scabies.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
personal hygiene dengan terjadinya scabiesdi pondok pesantren Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
Tujuan penelitian adalah menganalisahubunganpersonal hygienedengan kejadian
scabiespada remaja di pondok pesantren Al-
Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo.Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi respoden dalam pencegah
terjadinya scabies.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain
Analitik Observasional dengan rancanganCross Sectionaluntuk mengetahui hubungan
antara personal hygiene dengan angka
kejadianscabies. Penelitian ini terdapat satukelompok responden yaitu kelompok remaja
pondok pesantren. Pemilihan kelompok
observasi ini dipilih secara random dan
sesuai dengan keinginan peneliti.Pengukuran dilakukan kepada satu
kelompok tersebut hanya satu kali saja padasatu saat.
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
3/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei - Juni 2014 di pondok pesantren Al-
Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo
karena disana didapatkan remaja pondokyang personal hygienenya kurang sehinggaterkena scabies.
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakandalam penelitian ini adalah probability
sampling dengan metode simple random
sampling. Pada teknik ini setiap respondenyang memenuhi kriteria inklusi dipilih
secara acak oleh peneliti. Dalam hal ini
peneliti tidak memilih-milih individu yang
akan ditugaskan menjadi sampel penelitian.Teknik simple random sampling yangdigunakan adalah dengan cara undian.
Langkah pertama adalah dengan memberi
nomor urut pada setiap santri, setelahmembuat nomor, kemudian dimasukkan ke
dalam botol yang berlubang kemudian di
keluarkan sesuai dengan jumlah sampel daripopulasi berjumlah 42 anak. Nomor yang
keluar tersebut dijadikan responden
penelitian.
Identifikasi Variabel
Variabel pada penelitian ini adalahvariabel independent (variabel bebas) dan
variabel dependent (variabel tergantung)
yaitu :
Variabel independent(Variabel bebas)Penelitian ini variabel independent yang
digunakan adalah personal higiene pada
remaja di Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
Variabel dependent(variabel tergantung)
Variabel dependent pada penelitian ini
adalah kejadian scabies pada remaja diPesantren Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan untuk variabel independentadalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan
berisikan tentang tindakan personal higiene(kebersihan kulit, dan kebersihan tangan,
kaki). Variable dependen menggunakanmenggunakan lembar observasi tentang
kejadian skabies. Lembar observasi yang
dilakukan dengan cara melihat perubahanfisik yang terjadi pada setiap siswa yang
mengalami skabies. Kuesioner ini diisi
sendiri oleh responden. Dalam penilaian
kuesioner peneliti menggunakan 2 alternatifjawaban, yaitu jawaban YA dan jawaban
TIDAK, jika jawaban YA maka tinggal tulistanda () dan jika jawaban TIDAK maka
tidak perlu diberi tanda (). Terdapat 24pertanyaan, peneliti menggunakan skala
Guttman dengan jawaban YA bernilai 1 danTIDAK bernilai 0. Skor yang diperoleh
responden dapat dikategorikan, apabila nilai
< 2 = skabies ringan; 3 - 4 = skabies sedang;5 - 6 = skabies berat.
Analisa Statistik
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan personal hygienedengan angka kejadian scabies di Pondok
Pesantren Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil lembar kuesioner dikumpulkan dan
diperiksa ulang untuk memeriksa kembali
kelengkapannya. Setelah semua data
lengkap, data dikelompokkan dan dilakukanperhitungan dengan bantuan SPSS 16.0 for
windows menggunakan uji statistik
Spearman Rho, untuk mengetahui korelasiatau hubungan antara dukungan sosial peer
group dan tingkat kecemasan. Tingkat
kemaknaan yang diharapkan adalah 0,01apabila rho < 0,01 artinya Ho ditolak H1
diterima yang berarti ada hubungan antara
personal hygiene dengan angka kejadian
scabies di Pondok Pesantren Al-HidayahKetegan Tanggulangin Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Umum
Karakteristik Pendidikan Orang Tua.
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 Tidak tamat
SD
1 2,9 %
2 SD 9 25,7 %
3 SMP 12 34,3 %
4 SMA 10 28,6 %5 Perguruan
tinggi
3 8,6 %
Total 35 100 %
Berdasarkan tabel 1 didapatkan jumlahterbesar berada pada pendidikan SMP
dengan jumlah 12 dan prosentase 34,3 %,kemudian diawahnya ada pendidikan SMA
dengan jumlah 10 dan prosentase 28,6 %,dibawanya lagi ada pendidikan SD dengan
jumlah 9 dan prosentasenya 25,7 %,
dibawahnya lagi ada perguruan tinggi
dengan jumlah 3 dan prosentasenya 8,6 %,dan yang paling kecil adalah pendidikan
tidak tamat SD dengan jumlah 1 dan
prosentasenya 2,9 %.
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
4/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
Karakteristik Pekerjaan Orang Tua
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1 Wiraswasta 21 60 %
2 Swasta 12 34,3 %3 PNS/TNI/POLRI 2 5,7 %
Total 35 100 %
Berdasarkan tabel 2 didapatkan jumlah
terbesar pekerjaan orang tua adalahwiraswasta dengan jumlah 21 danprosentasenya 60 %, dibawanhya ada swasta
dengan jumlah 12 dan prosentasenya 34,3
%, dan yang paling sedikit adalahPNS/TNI/POLRI dengan jumlah 2 dan
prosentasenya 5,7 %.
Karakteristik Usia Santri
No Usia Frekuensi Prosentase1 13 4 11,4 %
2 14 4 11,4 %3 15 11 31,4 %
4 16 9 25,7 %
5 17 7 20 %
Total 35 100 %
Berdasarkan tabel 3 didapatka usia
paling banyak adalah usia adalah 15 tahun
dengan jumlah 11 dan prosentase 31,4 %,dibawahnya ada usia 16 tahun denganjumlah 9 dan prosentasenya 25,7 %,
dibawahnya ada usia 17 tahun dengan
jumlah 7 dan prosentasenya 20 % dan yangpaling sedikit adala usia 13 dan 14 tahun
dengan jumlah yang sama yaitu 4 dengan
prosentase 11,4 %.
Karakteristik Penghasilan Orang tua
No Penghasilan Frekuensi Prosentase
1 < Rp1.000.000 7 20,0 %
2 Rp.
1.000.000 Rp
1.500.000
12 34,3 %
3 Rp.1.500.000 Rp.
2.000.000
10 28,6 %
4 Rp.
2.000.000 -Rp.
2.500.000
4 11,4 %
5 > Rp.
2.500.000
2 5,7 %
Total 35 100
Berdasarkan tabel 4 didapatkan terbesar
penghasilan orang tua adalah Rp. 1.000.000 Rp. 1.500.000 dengan jumlah 12 danprosentasenya 34,3 %, dbawahnya ada Rp.
1.500.000 Rp. 2.000.000 dengan jumlah
10 dan prosentasenya 28,6 %, dibawahnya
lagi ada < Rp 1.000.000 dengan jumlah 7
dan prosentasenya 20 %, dibawahnya adaRp. 2.000.000 - Rp. 2.500.000 dengan
jumlah 4 dan prosentasenya 11,4 %, dan
yang paling kecil adalah > Rp. 2.500.000dengan jumlah 2 dan prosentasenya 5,7 %.
Data Khusus
karakteristik Personal Higiene
No Personal
hygiene
Frekuensi Prosentase
1 Kurang 29 82,9 %
2 Sedang 6 17,1 %
Total 35 100 %
Berdasarkan tabel 5 didapatkanfrekuensi paling banyak pada personal
hygiene kurang dengan jumlah 29 danprosentasenya 82,9 %, dan yang paling
sedikit adalah personal hygiene sedang
dengan jumlah 6 dan prosentasenya 17,1 %.
Karakteristik Skabies
No Skabies Frekuensi Prosentase
1 Ringan 19 54,3 %
2 Sedang 16 45,7 %Total 35 100 %
Berdasarkan tabel 6 didapatkan palingbanyak pada scabies ringan dengan jumlah
19 dan prosentasenya 54,3 %, dan yang
paling sedikit yaitu pada scabies sedang
dengan jumlah 16 dan prosentasenya 45,7
%.
Analisa Hubungan Personal Higiene
dengan Kejadian Skabies
Personalhygiene Skabies TotalRingan Sedang
Kurang 1344,8 %
1655,2 %
29100 %
Sedang 6100 %
00 %
6100 %
Total 19
54,3 %
16
45,7 %
35
100 %
Ujisprearman rho: 0,013 r : -0,417
Berdasarkan tabel 7 melalui pendekatan
cross tab didapatkan bahwa sebagian besar54,3 % responden memiliki klasifikasi
scabies ringan dengan jumlah 19, dansebagian yang kecil 45,7 % responden
memiliki klasifikasi scabies sedang dengan
jumlah 16.
Hasil uji statistik denganmenggunakan uji Sperman RhoCorrelations
untuk mengetahui apakah ada hubungan
diantara dua variabel yaitu personalhyigiene dengan kejadianscabiesdidapatkan
0,013, hal ini menunjukkan bahwa
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
5/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang
berarti terdapat hubungan antara personal
hygiene dengan kejadian scabies padaremaja di Pondok Pesantren Al-Hidayah
Tanggulangin Sidoarjo. Hubungan diperkuat
dengan hasil koefisien korelasi 0,417 danmemenuhi kriteria kuat.
Pembahasan
Personal Higiene
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5
didapatkan frekuensi paling banyak padapersonal hygiene kurang dengan jumlah 29
responden dan prosentasenya 82,9 %, dan
yang paling sedikit adalah personal hygiene
sedang dengan jumlah 6 responden danprosentasenya 17,1 %. Hal ini dibuktikan
dari hasil kuisioner terdapat 35 remaja
pondok yang mengalami scabies pada
tanggal 20 Juni 2014.
Seseorang dikatakan memiliki
kebersihan diri baik apabila, orang tersebut
dapat menjaga kebersihan tubuhnya yangmeliputi kebersihan kulit (dilihat
berdasarkan frekuensi mandi dalam sehari,
menggunakan sabun atau tidak ketika
mandi), tangan dan kuku, pakaian, handukdan tempat tidur (Badri, 2008). Lingkungan
yang bersih adalah lingkungan yang sehat
dimana bisa menjadi contoh seseorangdalam menjaga kebersihan, terutama
kebersihan diri para santri. di lingkungan
pesantren kalau dilihat kebersihan
lingkungannya masih kurang dan santrisendiri dalam menjaga kebersihan diri masih
kurang karena mereka sendiri kurang peduli
dalam menjaga kebersihan diri, itu juga bisa
mempengaruhi satu sama lain dan sudahmenjadi kebiasaan dalam keseharian.
contohnya dalam melakukan kegiatan mandimasih ada yang mandi satu kali dalam
sehari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
personal hygiene menurut Tarwoto danWatonah, (2010). Ialah : Citra tubuh,praktik
sosial, status sosioekonomi, pengetahuan,
budaya, kebiasaan seseorang, kondisi fisik.
Menurut peneliti sebagian besar remaja
pondok yang personal higienenya kurangsalah satu alasannya adalah dari penghasilan
orang tua yang berkisar Rp. 1.000.000 1.500.000 hal ini didukung dengan teoriTarwoto dan Watonah, (2010), Personal
higiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, dan alatmandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya. Tentang personal
higiene sangat penting karena pengetahuanyang baik. Dan faktor lain yang
mempengarui personal hygiene adalah
pendidikan orang tua, hal ini dibuktikan
pada cross tabbahwapersonal hygieneyang
kurang terdapat pada pendidikan orang tuadi tingkat SMP dengan jumlah 10 responden
dan prosentasenya 28,6 %. Pendidikan orang
tua mempengaruhi kebiasaan hygienepersonal kurang yang mengakibatkan anaktidak tahu cara memakai handuk benar
misalnya, anak memakai handuk dalam
kondisi lembab atau basah, mencuci pakaiandengan tidak diremdam, setelah olahraga
tidak langsung mandi melainkan makan dan
tidur, hal ini dapat menimbulkan kulit terasagatal, kemerahan sehingga terjadi scabies.
Hal ini didukung oleh teori Tarwoto dan
Watonah, (2010), bahwa Pengetahuan
tentang personal hygiene sangat pentingkarena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan.Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus yang
harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
Pada hasil personal hygiene sedang
didapatkan paling banyak 3 yaitu dengan
penghasilan < Rp. 1.000.000 sehinggakeluarga tidak mencukupi kebutuhan
personal hygiene anak.Hal ini di tunjang
dengan pendidikan orang tua paling banyak
3 dengan tingkat pendidikan SD dari 6keluarga.disamping itu juga disebabkan
karena anak tersebut sudah membiasakan
kebiasaan yang membuat personal hygienekurang, karena menurut mereka dengan
bergantian handuk dengan teman itu sudah
cukup untuk mengeringkan badan. Hal
itulah yang menyebabkan personal hygienedi pondok pesantren Al-Hidayah menjadi
kurang.
Kejadian Skabies Pada Remaja Pondok
Berdasarkan tabel 6 didapatkan palingbanyak pada scabies ringan dengan jumlah
19 dan prosentasenya 54,3 %, dan yang
paling sedikit yaitu pada scabies sedangdengan jumlah 16 dan prosentasenya 45,7
%. Menurut Harahap (2000), gejala timbul
setelah penderita tersensitasi oleh ekskretakutu. Bila skabies tidak diobati selama
beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis atau garukan. Untuk mengurangi
resiko penularan skabies tidaklah mudah,mengingat betapa sulitnya mengubah
kebiasaan santri yang buruk, yang justru
akan mempermudah penyebaran penyakitskabies. Untuk itu perlu ada motivasi dan
niat yang tinggi agar penularan skabies
dapat dikurangi atau bahkan dihindari. Dan
cara yang bisa kita lakukan terkait denganmenanamkan motivasi ada 3 yaitu : motivasi
dengan kekerasan, memotivasi dengan
bujukan, dan memotivasi denganidentifikasi. Menurut peneliti hal ini sesuai
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
6/7
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya_M. Zainuddin Fanani
dengan asumsi peneliti, bahwa kejadian
skabies ringan di Pondok Pesantren Al-
Hidayah Ketegan Tangglangin Sidoarjodikarenakan adanya pemberian dan
penanaman motivasi kepada santri dari
ustadz melalui peraturan pesantren ataumelalui penyuluhan dari UKS di pondokpesantren tersebut. Selain itu santri yang
menderita skabies ringan langsung berobat
ke UKS untuk mencegah agar tidak
menyebar lebih lanjut.
Hubungan Personal Higiene Dengan
Kejadian Skabies
Berdasarkan tabel 7 melalui pendekatancross tab didapatkan bahwa sebagian besar
54,3 % responden memiliki klasifikasi
scabies ringan dengan jumlah 19, dan
sebagian yang kecil 45,7 % respondenmemiliki klasifikasi scabies sedang dengan
jumlah 16.Analisa uji Sperman Rho yang
digunakan untuk melakukan pendekatantabel cross tab dimana didapatkan P value :
0,013, sedangkan : 0,05. Banyak faktoryang dapat menyebabkan penyakit skabiesdan salah satunya ialah higiene personal,
higiene personal berasal dari bahasa yunani
yaitu: higiene berarti sehat dan personal
yang artinya perorangan. Kebersihanperorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik danpsikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti
tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraanfisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila santri
tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnyayang meliputi kebersihan kulit (dilihat
berdasarkan frekuensi mandi dalam sehari,
menggunakan sabun atau tidak ketikamandi), tangan dan kuku, pakaian, handuk
dan tempat tidur.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan maka dapat diambil simpulan
bahwa :
1. Pada remaja di Pondok Pesantren Al-
Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjodidapatkan personal hygiene banyak
yang kurang
2. Pada remaja di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo
didapatkan banyak kejadian skabies yang
ringan.
3.
Ada hubungan antara personal hygienedengan kejadian scabies pada remaja di
Pesantren Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo.
Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Panduan atau informasi hasil penelitianterkait dengan personal higiene dengan
kejadian skabies pada remaja di pondok
pesantren.
2. Bagi Profesi KeperawatanDisarankan bagi profesi keperawatan
untuk lebih peduli terhadap keperawatanintegumen dan lebih melengkapi kajian
tentangpersonal higiene.
3.
Bagi Responden (Remaja Pondok)Disarankan bagi remaja pondok untuk
lebih menjaga kebersihan diri untukmeminimalkan angka kejadian skabies diPondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan
Tanggulangin Sidoarjo4. Bagi Tempat Penelitian (Pesantren)
Disarankan untuk pengurus pesantren
untuk menjaga kondisi lingkungan agar
tetap bersih dan selalu memberi motivasi
para santri untuk selalu menjaga
kebersihan diri
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, Proverawati Eni Rahmawati. (2012).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
Yogyakarta: Numed.
Djuanda, Adhi (Editor). (2006) Ilmu
Penyakit Kulit & Kelamin. Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI
Harahap, Marwali. (2000). Ilmu penyakit
kulit. Jakarta : Hipocrates
Harahap M. (2008). Penyakit Kulit. Jakarta:
Gramedia.
Hurlock, B. Elizabeth. (2012). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Isroin, L. dan Andarmoyo, S. (2012).Personal hygiene. Yogyakarta:Graha Ilmu
Muttaqin, Arif dan Kumalasari. (2012).Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Tumbuh
Kembang Remaja danPermasalahannya. Jakarta: PT
Rineka Cipta
-
7/24/2019 Laporan Skabies di Pondok Pesantren
7/7