laporan singkat MUL.pdf

29
Halaman 1 dari 29 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Campuran merupakan gabungan dari dua atau lebih komponen yang berbeda dalam jenis atau sifat fisik dan kimianya. Campuran yang terdiri atas dua atau lebih komponen penyusun secara umum disebut sebagai campuran multikomponen. Campuran multikomponen dapat berupa fasa gas atau cair. Campuran multikomponen dapat bersifat ideal jika mengikuti Hukum Raoult sebaliknya bersifat non-ideal. Campuran multikomponen fasa cair merupakan campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan. Keidealan campuran multikomponen fasa cair dapat diketahui dengan mengamati sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik yang diamati berupa densitas campuran, viskositas campuran, dan titik didih campuran. Sifat-sifat fisik tersebut akan dibangingkan dengan model ideal dari campuran tersebut berdasarkan Hukum Raoult. 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan karakteristik sifat fisik campuran biner methanol-air dan etanol-air. 1.3 Sasaran Percobaan Sasaran dari percobaan ini adalah: 1. Menentukan densitas sampel campuran methanol-air dan etanol-air. 2. Menentukan viskositas sampel campuran methanol-air dan etanol-air. 3. Menentukan titik didih sampel campuran methanol-air dan etanol-air. 4. Menentukan hubungan densitas, viskositas, dan titik didih campuran methanol- air dan etanol-air terhadap konsentrasi komponen penyusunnya. 5. Menentukan keidealan campuran methanol-air dan etanol-air fasa cair

Transcript of laporan singkat MUL.pdf

  • Halaman 1 dari 29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Campuran merupakan gabungan dari dua atau lebih komponen yang berbeda

    dalam jenis atau sifat fisik dan kimianya. Campuran yang terdiri atas dua atau lebih

    komponen penyusun secara umum disebut sebagai campuran multikomponen.

    Campuran multikomponen dapat berupa fasa gas atau cair. Campuran multikomponen

    dapat bersifat ideal jika mengikuti Hukum Raoult sebaliknya bersifat non-ideal.

    Campuran multikomponen fasa cair merupakan campuran yang terdiri dari dua

    atau lebih cairan. Keidealan campuran multikomponen fasa cair dapat diketahui dengan

    mengamati sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik yang diamati berupa densitas campuran,

    viskositas campuran, dan titik didih campuran. Sifat-sifat fisik tersebut akan

    dibangingkan dengan model ideal dari campuran tersebut berdasarkan Hukum Raoult.

    1.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan karakteristik sifat fisik campuran

    biner methanol-air dan etanol-air.

    1.3 Sasaran Percobaan

    Sasaran dari percobaan ini adalah:

    1. Menentukan densitas sampel campuran methanol-air dan etanol-air.

    2. Menentukan viskositas sampel campuran methanol-air dan etanol-air.

    3. Menentukan titik didih sampel campuran methanol-air dan etanol-air.

    4. Menentukan hubungan densitas, viskositas, dan titik didih campuran methanol-

    air dan etanol-air terhadap konsentrasi komponen penyusunnya.

    5. Menentukan keidealan campuran methanol-air dan etanol-air fasa cair

  • Halaman 2 dari 29

    BAB II

    METODOLOGI PERCOBAAN

    2.1 Skema Alat

    2.1.1 Penentuan Densitas dan Viskositas

    Gambar 2.1.1 Piknometer Gambar 2.1.2 Viskometer Ostwald

    2.1.2 Penentuan Titik Didih

    Gambar 2.1.3 Skema Alat Distilasi

  • Halaman 3 dari 29

    2.2 Alat dan Bahan

    2.2.1 Alat

    1. Botol sampel

    2. Pipet Volum 10 mL

    3. Filler

    4. Pipet tetes

    5. Labu distilasi

    6. Piknometer 5 mL

    7. Viskometer Ostwald

    8. Statif dan klem

    9. Cooling Bath

    10. Thermometer

    11. Timbangan

    12. Stopwatch

    2.2.2 Bahan

    1. Aqua dm

    2. Etanol 95% w/w

    3. Metanol 100% w/w

    4. Aseton

    5. Es batu

    2.3 Prosedur Kerja

    2.3.1 Kalibrasi Piknometer

    Kalibrasi piknometer dilakukan dengan cara menimbang piknometer

    kosong. Kemudian piknometer diisi dengan aqua dm hingga penuh. Tumpahan

    dari aqua dm kemudian dilap menggunakan kertas hisap dan aseton. Piknometer

    yang berisis aqua dm kemudian ditimbang. Densitas aqua dm pada temperatur

    tersebut dapat dilihat pada literatur. Volume piknometer ditentukan berdasarkan

    massa aqua dm yang ditimbang dibagi dengan densitas aqua dm pada literatur.

    2.3.2 Kalibrasi Viskometer

    Kalibrasi viskometer dimulai dengan membilas bagian dalam viskometer

    dengan aqua dm. Setelah dibilas, aqua dm dimasukkan ke dalam viskometer

    melalui lubang yang lebih besar hingga bagian cembung pada viskometer. Aqua

    dm kemudian dihisap menggunakan filler hingga diatas bagian batas atas pada

    viskometer. Filler dilepaskan dan catat waktu yang dibutuhkan oleh aqua dm

    untuk turun dari batas atas hingga batas bawah dengan stopwatch.

  • Halaman 4 dari 29

    2.3.3 Pembuatan Campuran

    Campuran yang digunakan pada percobaan kali ini adalah campuran

    biner methanol-air dan etanol-air. Variasi yang digunakan dibuat berdasarkan

    perbandingan volumenya adalah 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; dan 0,9. Perbandingan

    tersebut merupakan perbandingan volume methanol atau etanol terhadap air.

    Volume total campuran ini dibuat secara tetap yakni 100 mL. Campuran yang

    telah dibuat ditempatkan pada botol sampel yang tertutup.

    2.3.4 Penentuan Densitas Campuran

    Piknometer diisi dengan campuran yang akan diukur hingga penuh.

    Tumpahan campuran dibersihkan dengan menggunakan aseton kemudian

    ditimbang dan dicatat massanya. Densitas campuran dapat ditentukan

    berdasarkan data massa dan volume campuran yang sama dengan volume

    piknometer yang telah dikalibrasi.

    2.3.5 Penentuan Viskositas Campuran

    Penentuan viskositas dimulai dengan membilas bagian dalam viskometer

    dengan campuran yang ingin diukur. Setelah dibilas, cairan yang ingin diukur

    dimasukkan ke dalam viskometer melalui lubang yang lebih besar hingga bagian

    cembung pada viskometer. Cairan kemudian dihisap menggunakan filler hingga

    diatas bagian batas atas pada viskometer. Filler dilepaskan dan catat waktu yang

    dibutuhkan oleh cairan untuk turun dari batas atas hingga batas bawah dengan

    stopwatch. Viskositas cairan dapat ditentukan dengan membandingkan data

    waktu tempuh aqua dm dan waktu tempuh cairan.

    2.3.6 Penentuan Titik Didih Campuran

    Penentuan titik didih campuran dapat dilakukan dengan alat distilasi..

    Campuran yang ingin ditentukan titik didihnya dimasukkan ke dalam labu

    distilasi.. Pemanas kemudian dinyalakan hingga skala setengah dari skala

    maksimum. Tunggu hingga terjadi tetesan pertama terbentuk. Catat temperatur

    ketika tetesan pertama tersebut terjadi.

  • Halaman 5 dari 29

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen, sifat fisik dari campuran

    methanol-air dan etanol-air dianalisis untuk menyatakan keidealan berdasarkan

    densitas, viskositas,dan titik didih. Berdasarkan sifat fisik tersebut, campuran methanol-

    air dan etanol-air dapat dinyatakan suatu larutan bersifat ideal apabila volum campuran

    merupakan fungsi linear dari volum cairan komposisi penyusunnya sehingga hal

    tersebut menjadi korelasi yang mendasari sifat fisik seperti, densitas, viskositas, dan

    titik didih dari suatu campuran multikomponen yang ideal.

    3.1 Penentuan Densitas Campuran

    Densitas merupakan salah satu sifat fisik yang digunakan untuk menyatakan

    keidealan suatu campuran. Densitas campuran methanol-air dan etanol air diukur

    menggunakan piknometer. Mula-mula piknometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan

    aqua dm untuk menentukan volume piknometer. Kalibrasi bertujuan untuk menghitung

    volume piknometer apabila suhu ruang berbeda dengan suhu aqua dm karena perbedaan

    suhu tersebut akan menyebabkan volume yang tertera pada piknometer berbeda dengan

    volume pada suhu ruang. Volume piknometer untuk mengukur campuran methanol air

    adalah 7,14 mL sedangkan volume etanol-air adalah 6,36 mL.

    Pada percobaan ini, campuran methanol-air atau etanol-air yang dibuat dalam

    berbagai fraksi volum diukur dan dibandingkan dengan densitas campuran ideal

    campuran. Densitas campuran ideal memenuhi persamaan yang diturunkan dari Hukum

    Raoult sebagai berikut,

    Persamaan 3.1

    dengan x1 menyatakan fraksi massa methanol atau etanol terhadap massa total

    campuran, 1 adalah densitas komponen 1, 2 adalah densitas komponen 2 dan m

    adalah densitas campuran. Persamaan tersebut diperoleh berdasarkan syarat campuran

    ideal yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa volume campuran merupakan

  • Halaman 6 dari 29

    penjumlahan volume larutan dari metanol/etanol dengan volume air (Vcampuran =

    Vkomponen1 + Vkomponen2). Hal tersebut disebabkan pada campuran ideal, tidak ada

    komponen yang bereaksi satu sama lain sehingga volume campuran tidak meghalami

    penyusutan atau penambahan volume. Kemudian dari persamaan 3.1 dapat disimpulkan

    bahwa densitas campuran ideal memiliki nilai yang berada di antara densitas komponen

    murni penyusunnya.

    Gambar 3.1 Kurva Hubungan Densitas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Gambar 3.2 Kurva Hubungan Densitas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Berdasarkan hasil percobaan, densitas campuran metanol-air dan etanol-air dalam

    berbagai variasi fraksi mol ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Dalam

    Gambar 3.1 dan 3.2, densitas campuran ideal dialurkan pula dalam berbagai komposisi

    untuk dibandingkan dengan densitas hasil percobaan. Densitas campuran ideal dihitung

    dengan persamaan 3.1.

  • Halaman 7 dari 29

    Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan 3.2, perbandingan

    densitas hasil percobaan dan densitas campuran ideal tidak memiliki perbedaan nilai

    yang signifikan. Penyimpangan densitas campuran hasil percobaan terhadap campuran

    ideal ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan 3.2 sebagai berikut.

    Tabel 3.1 Data Densitas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran

    Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Metanol-Air

    Komposisi

    Densitas Hasil

    Percobaan (g/mL)

    Densitas

    Campuran

    Ideal (g/mL)

    Penyimpangan Densitas

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 1.0497 1.0480 0.9760 0.073625 0.071944243

    0,3 1.0212 1.0181 0.9328 0.088455 0.085373139

    0,5 0.9862 0.9858 0.8888 0.097407 0.096986915

    0,7 0.9376 0.9239 0.8441 0.093495 0.07976675

    0,9 0.8828 0.8811 0.7987 0.084161 0.08247999

    Tabel 3.2 Data Densitas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran

    Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Etanol-Air

    Komposisi

    Densitas Hasil

    Percobaan (g/mL)

    Densitas

    Campuran

    Ideal (g/mL)

    Galat Densitas

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 0.9855 0.9856 0.9797 0.005807 0.005963955

    0,3 0.9635 0.9622 0.9437 0.019737 0.01848004

    0,5 0.9286 0.9294 0.9072 0.021371 0.022156892

    0,7 0.8855 0.8841 0.8701 0.015438 0.014024177

    0,9 0.8356 0.8348 0.8324 0.003208 0.002422923

    Berdasarkan Tabel 3.1 dan 3.2, dapat diketahui bahwa nilai penyimpangan

    densitas yang diperoleh tidak terlalu besar dan kecenderungan tren kurva yang sama

    terhadap densitas campuran ideal. Selain itu, pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa

    penyimpangan densitas campuran baik metanol-air maupun etanol air terhadap

    campuran ideal memiliki nilai positif. Hal tersebut menyatakan bahwa densitas

    campuran hasil percobaan lebih besar dibandingkan campuran ideal.

    Penyimpangan positif menunjukkan adanya interaksi antarmolekul komponen

    penyusun campuran. Penyimpangan tersebut disebabkan interaksi antara molekul yang

    sejenis lebih lemah dibandingkan molekul yang tidak sejenis (Smith : 2001). Secara

  • Halaman 8 dari 29

    molecular, terdapat dua macam gaya interaksi intermolekul. Gaya intermolekul yang

    disebabkan oleh molekul yang tidak sejenis disebabkan gaya adhesi sedangkan gaya

    intermolekul yang disebabkan oleh molekul yang sejenis disebut gaya adhesi. Akibat

    adanya gaya interaksi tersebut, terjadi penyusutan volume campuran. Volume

    berbanding terbalik dengan densitas sehingga densitas campuran akan lebih besar,

    seperti yang ditunjukkan hasil percobaan. Hal tersebut menyatakan pula sifat alkohol

    yang mudah larut dalam air.

    Selain itu interaksi antarmolekul yang tidak sejenis memengaruhi penyusutan

    volume campuran. Semakin besar konsentrasi/fraksi metanol atau etanol maka interaksi

    intermolekul akan semakin intens dan menyebabkan penyusutan volum dan

    peningkatan densitas. Kemudian, campuran alkohol-air yang memiliki gugus fungsi -

    OH dapat berinteraksi dengan gugus -OH pada air, hal ini menyebabkan interaksi

    antarmolekul menjadi semakin kuat. Kepolaran gugus alkohol terhadap air juga

    menyebabkan campuran lebih mudah melarut dan membentuk kerapatan molekul

    sehingga membuat volume semakin menyusut.

    Untuk fasa cair, densitas dipengaruhi oleh temperature dan konsentrasi.

    Temperatur ruang pada saat percobaan yang berubah-ubah dapat memengaruhi hasil

    pengukuran densitas. Selain itu, densitas merupakan fungsi dari konsentrasi. Densitas

    metanol (0,792 g/mL) dan etanol (0,790 g/mL) lebih kecil dibandingkan densitas air

    (1,000 g/mL) sehingga semakin besar fraksi atau konsentrasi metanol/etanol pada

    campuran maka densitas campuran akan semakin kecil. Hal tersebut yang menyebabkan

    tren kurva pada Gambar 3.1 dan 3.2 turun atau memiliki kemiringan garis berharga

    negatif.

    Dengan membandingkan penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air

    pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa penyimpangan campuran metanol-air lebih

    besar dibandingkan etanol-air. Hal ini disebabkan kepolaran metanol dalam air lebih

    besar dibandingkan etanol dalam air sehingga volume metanol-air akan mengalami

    penyusutan yang lebih signifikandensitas semakin besar sehingga penyimpangannya

    terhadap densitas campuran ideal lebih besar. Selain itu, interaksi tarik-menarik

    antarmolekul (adhesi) pada campuran methanol-air lebih kuat dibandingkan interaksi

    antarmolekul sejenis etanol-air sehingga volume campuran metanol-air menjadi lebih

    kecil. Selain itu, walaupun baik etanol maupun metanol dapat membentuk ikatan

  • Halaman 9 dari 29

    hydrogen, namun ikatan hydrogen yang dibangun oleh metanol akan lebih kuat

    dibandingkan etanol, karena tingkat kepolaran dan rantai karbon (nonpolar) yang

    dimiliki metanol lebih sedikit dibandingkan etanol.

    3.2 Penentuan Viskositas Campuran

    Viskositas adalah hambatan yang dialami suatu fluida untuk mengalir dalam

    media alirnya akibat gesekan antara molekul molekul antara satu dengan yang lain.

    Viskositas campuran metanol-air dan etanol-air pada percobaan ini diukur

    menggunakan viskometer Ostwald. Penentuan viskositas campuran diukur dengan

    membandingkannya viskositas aqua dm pada temperature ruang. Hubungan viskositas

    campuran dengan viskositas air mengikuti persamaan berikut.

    Persamaan 3.2

    Berdasarkan persamaan 3.2 diketahui bahwa viskositas dipengaruhi densitas dan waktu

    tempuh campuran melalui batas atas hingga batas bawah viskometer.

    Sinnot (2005) menyatakan bahwa viskositas untuk suatu campuran ideal dapat

    dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

    . Persamaan 3.3

    dengan 1, 2 adalah viskositas komponen murni dan x1,x2 adalah fraksi mol komponen

    penyusun campuran. Dari persamaan 3.3 dapat disimpulkan bahwa viskositas campuran

    akan memiliki nilai yang berada di antara viskositas komponen murni penyusunnya.

    Berdasarkan hasil percobaan, viskositas campuran metanol-air dan etanol-air

    menunjukkan kurva seperti yang ditunjukkan Gambar 3.3 dan 3.4 berikut ini.

    Gambar 3.3 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

  • Halaman 10 dari 29

    Gambar 3.4 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Dari Gambar 3.3 dan 3.4, dapat dilihat bahwa campuran metanol-air dan etanol

    air memiliki kecenderungan/tren kurva yang mirip. Pada fraksi metanol/etanol yang

    kecil, viskositas cenderung meningkat seiring bertambahnya konsentrasi sedangkan

    pada fraksi metanol/etanol yang besar, viskositas cenderung menurun seiring kenaikan

    fraksi mol. Kedua kurva memiliki titik puncak yang berada pada rentang 0,2-0,4.

    Penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air cenderung bernilai positif,

    seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan 3.4 sebagai berikut.

    Gambar 3.3 Data Viskositas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan

    Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Metanol-Air

    Komposisi

    Viskositas Hasil

    Percobaan Viskositas

    Campuran

    Ideal

    Galat Viskositas

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 1.0998 1.2074 0.8708 0.228993 0.336607

    0,3 1.4843 1.4653 0.7896 0.694672 0.675721

    0,5 1.6416 1.6141 0.7152 0.926436 0.898914

    0,7 1.3269 1.3094 0.6468 0.680187 0.662634

    0,9 0.9540 0.9386 0.5836 0.370441 0.355027

  • Halaman 11 dari 29

    Gambar 3.4 Data Viskositas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran

    Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Etanol-Air

    Komposisi

    Viskositas Hasil

    Percobaan Viskositas

    Campuran

    Ideal

    Galat Viskositas

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 1.1326 1.1904 0.9319 0.200712 0.258531

    0,3 1.8370 1.8288 0.9720 0.864982 0.856725

    0,5 1.9689 2.1449 1.0203 0.948572 1.124608

    0,7 1.9387 1.9615 1.0794 0.859344 0.8821

    0,9 1.4140 1.3913 1.1534 0.260597 0.237909

    Penyimpangan positif antara viskositas campuran ideal dengan hasil percobaan

    lebih dipengaruhi oleh sifat kimia campuran metanol-air dan etanol-air. Metanol

    maupun etanol memiliki rantai karbon (mengandung atom C) yang bersifat nonpolar

    sedangkan air bersifat polar. Saat dicampur dengan air, gugus OH pada rantai karbon

    metanol/etanol akan menyebabkan interaksi intermolekul dengan air membentuk ikatan

    hydrogen. Interaksi tersebut akan meningkat seiring komposisi metanol/etanol sehingga

    menyebabkan gaya interaksi yang bekerja intermolekul membuat campuran semakin

    terhambat/bergesekan secara intens dengan media alirnya. Oleh sebab itu viskositas

    campuran semakin tinggi pada fraksi metanol/etanol.

    Selain ikatan hydrogen, campuran metanol-air atau etanol-air juga memiliki rantai

    karbon yang bersifat nonpolar. Apabila air yang bersifat polar mengikat gugus -OH

    pada metanol/etanol, maka gugus karbon yang bersifat nonpolar akan ditolak air. Hal

    ini berdasarkan prinsip dissolve like dissolve, senyawa polar akan larut pada pelarut

    polar dan sebaliknya. Oleh sebab itu, kelarutan metanol dan etanol bergantung pada

    kedua gaya tersebut. Pada saat komposisi metanol/etanol semakin banyak dalam

    campuran, maka gugus karbon yang terkandung pada campuran akan semakin banyak.

    Dalam komposisi air yang lebih sedikit, gugus OH akan lebih sedikit membentuk

    ikatan hydrogen dengan air sedangkan gugus karbon semakin banyak dan tidak

    berinteraksi dengan air. Semakin berkurangnya interksi intermolekul membuat tahanan

    fluida untuk mengalir semakin kecil sehingga gesekan antar molekul semakin

    berkurang dan viskositas semakin menurun.

  • Halaman 12 dari 29

    Pada rentang 0,2-0,4 terdapat viskositas maksimum yang terjadi antara metanol-

    air dan etanol-air. Hal ini menunjukkan interaksi intermolekul antara air dan

    metanol/etanol mencapai titik optimumnya. Pada titik ini pula pembentukan ikatan

    hidrogen menjadi maksimum. Hubungan viskositas dengan gaya gesekan molekul

    akibat adanya interaksi intermolekul merupakan hubungan yang sebanding, semakin

    intens gaya gesekan maka semakin besar viskositasnya, dan sebaliknya. Hubungan

    tersebut dinyatakan dalam Hukum Newton untuk viskositas sebagai berikut,

    Persamaan 3.4

    Interaksi intermolecular meliputi gaya interaksi yang bekerja intermolekul dan

    juga gaya seret antara suatu komponen dengan media alirnya. Pada titik puncak kurva

    yang merupakan viskositas maksimum campuran, memiliki gaya gesek intermolekul

    dengan media alirnya maksimum. Gaya gesekan molekul merupakan gaya adhesi,

    sedangkan gaya intermolekul sejenis adalah kohesi. Kedua gaya ini menentukan

    besarnya viskositas suatu campuran. Pada campuran dengan konsentrasi tertentu,

    interaksi adhesi (lawan jenis) lebih besar, sehingga, yang menyebabkan adanya

    keseimbangan antara gaya yang bekerja di molekul metanol/etanol dan air. Gugus alkil

    yang hidrofobik juga dapat menyebabkan kohesi antar partikel larutan lebih kecil

    dibandingkan adhesi antara partikel larutan dengan media alirnya. Gaya kohesi akan

    memiliki tahanan yang lebih kecil dibanding dengan gaya adhesi karena kohesi yang

    merupakan interaksi antar molekul yang sejenis (metanol/etanol-air, air-air dan

    metanol/etanol- metanol/etanol), memiliki interaksi yang lemah dibanding interaksi

    intermolekul seperti ikatan hydrogen. Hal tersebut menjadi penyebab viskositas yang

    menurun pada komposisi metanol/etanol yang banyakgugus hidrofobik semakin

    banyak.

    Berdasarkan Tabel 3.3 dan 3.4, penyimpangan campuran etanol-air lebih tinggi

    dibandingkan campuran metanol-air karena pada etanol memiliki gugus karbon

    nonpolar yang lebih banyak dibandingkan metanol yang akan berpengaruh pada gaya

    interaksi antar molekul atau ikatan molekul yang terbentuk. Oleh karena itu, perbedaan

    jumlah gugus polar dan non-polar akan menyebabkan penyimpangan seperti yang telah

    dijelaskan sebelumnya.

  • Halaman 13 dari 29

    3.3 Penentuan Titik Didih Campuran

    Penentuan titik didih campuran ditentukan melalui distilasi sederhana. Titik didih

    campuran merupakan temperature yang ditunjukkan thermometer pada tetesan pertama

    hasil distilasi terbentuk. Titik didih untuk tiap komposisi/fraksi campuran dibandingkan

    dengan titik didih campuran ideal yang ditentukan melalui Hukum Raoult dan

    menggunakan persamaan Antoine (Perhitugan BUBL T). Perhitungan titik didih

    campuran ideal ditunjukkan pada Lampiran B.

    Perbandingan hasil dari titik didih hasil percobaan dengan campuran ideal untuk

    campuran Metanol-Air dan Etanol-air ditunjukkan oleh Gambar 3.5 dan 3.6.

    Penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air cenderung bernilai negatif, yang

    menyatakan bahwa titik didih campuran hasil percobaan lebih rendah daripada

    campuran ideal. Titik didih hasil percobaan dan campuran ideal ditunjukkan pada Tabel

    3.5 dan 3.6 sebagai berikut.

    Gambar 3.5 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

  • Halaman 14 dari 29

    Gambar 3.6 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Tabel 3.6 Data Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol Berdasarkan

    Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Metanol-Air

    Komposisi

    Titik Didih Hasil

    Percobaan

    Titik

    Didih

    Campuran

    Ideal

    Galat Titik Didih

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 89.3785 87.2999 94.7227 -5.344148 -7.422718

    0,3 76.9071 78.9857 88.5321 -11.62503 -9.546459

    0,5 72.7499 70.6714 81.9241 -9.174192 -11.25276

    0,7 66.5142 68.5928 74.7679 -8.253661 -6.175091

    0,9 64.4357 65.4750 66.8410 -2.405317 -1.366032

    Tabel 3.7 Data Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol

    Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Campuran Etanol-Air

    Komposisi

    Titik Didih Hasil

    Percobaan

    Titik

    Didih

    Campuran

    Ideal

    Galat Titik Didih

    Run 1 Run 2 Run 1 Run 2

    0,1 85.2214 86.2607 96.5886 -11.36723 -10.32794

    0,3 78.9857 77.9464 94.0030 -15.01736 -16.05665

    0,5 75.8678 75.8678 90.7199 -14.85213 -14.85213

    0,7 74.8285 74.8285 86.3858 -11.55732 -11.55732

    0,9 74.8285 74.8285 80.3243 -5.495761 -5.495761

  • Halaman 15 dari 29

    Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6, kurva campuran memiliki kemiringan garis

    yang negative seiring bertambahnya fraksi etanol dalam air. Peningkatan fraksi mol

    menyebabkan penurunan titik didih dari campuran metanol-air atau etanol air. Hal ini

    disebabkan perbedaan titik didih metanol murni (64,7oC) dan etanol (78,4

    oC) yang lebih

    rendah dibandingkan titik didih air (100oC). Oleh karena itu, semakin banyak komposisi

    metanol/etanol maka titik didih campuran akan semakin menurun dan mendekati titik

    didih metanol/etanol murni.

    Berdasarkan Tabel 3.5 dan 3.6, penyimpangan titik didih campuran metanol-air

    dan etanolair menyimpang cukup besar terhadap campuran ideal sesuai hukum Raoult

    sehingga dapat dikatakan bahwa campuran tidak ideal ditinjau dari titik didihnya. Selain

    itu, penyimpangan titik didih campuran etanol-air lebih besar dibandingkan campuran

    metanol-air.

    Penyimpangan negative dari kedua campuran disebabkan oleh beberapa faktor

    seperti adanya interaksi intermolekul pada campuran seperti yang telah dijelaskan pada

    subbab 3.1 dan 3.2. Pada dasarnya, larutan dapat dianggap ideal, jika dapat bercampur

    sempurna. Kemungkinan tidak sempurnanya pencampuran dapat menyebabkan titik

    didih campuran menjadi lebih kecil yang mengakibatkan energy kalor diterima

    campuran metanol/etanol yang memiliki titik didih lebih rendah untuk mengubah fasa

    cair menjadi uap sehingga tetesan pertama yang dihasilkan lebih cepat terbentuk pada

    temperature yang lebih rendah. Hal tersebut menjelaskan pula tren kurva yang semakin

    turun seiring bertambahnya metanol/etanol dalam campuran.

    Penyimpangan titik didih etanol-air yang lebih besar dibandingkan metanol-air

    disebabkan jumlah gugus karbon lebih banyak pada etanol sehingga kepolaran ethanol

    lebih rendah dibandingkan metanol, walau keduanya memiliki gugus-OH. Perbedaan

    kepolaran antara metanol/etanol terhadap kepolaran air mengakibatkan gaya interaksi

    intermolekul ethanol dengan air lebih rendah dibandingkan gaya intermolekul antar

    masing-masing molekul etanol dan air. Oleh karena itu, pada saat distilasi, energy kalor

    membuat interaksi pada komponen dapat terpisah lebih cepat dan lebih mudah

    menguap.

    Dengan mengetahui titik didih campuran tiap komposisi, maka keidealan

    campuran dapat diketahui dengan menentukan koefisien aktivitasnya. Kooefisien

    aktivitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut,

  • Halaman 16 dari 29

    Persamaan 3.4

    dengan x adalah fraksi mol metanol/etanol, T adalah titik didih campuran hasil

    percobaan, T0 merupakan titik didih etanol murni pada percobaan, Hvap adalah

    perubahan entalpi penguapan campuran, dan j adalah koefisien aktivitas campuran.

    Koefisien aktivitas dapat diketahui denga mengalurkan ln x terhadap selisih

    perbandingan temperature sehingga diperoleh kurva pada Gambar 3.7 dan 3.8 sebagai

    berikut.

    Gambar 3.7 Kurva Hubungan ln x terhadap ( ) Campuran Metanol-air Berdasarkan Data

    Hasil Percobaan pada Suhu dan Tekanan Ruang

    Gambar 3.8 Kurva Hubungan ln x terhadap ( ) Campuran Etanol-air Berdasarkan Data

    Hasil Percobaan pada Suhu dan Tekanan Ruang

  • Halaman 17 dari 29

    Nilai koefisien aktivitas merupakan eksponensial intersep garis pada kurva (j =

    exp(ln|x|)). Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa koefisien aktivitas untuk

    metanol-air pada run 1 dan run 2 berturut-turut adalah 0,9114 dan 1,0928 dengan nilai

    rata-ratanya 1,0021 sedangkan koefisien aktivitas untuk etanol-air pada run 1 dan run 2

    berturut-turut adalah 0,5382 dan 0,4842 dengan nilai rata-ratanya 0,5112. Koefisien

    aktivitas untuk campuran ideal adalah 1. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa

    campuran metanol-air memiliki sifat yang mendekati campuran ideal dibandingkan

    campuran etanol-air.

    3.4 Analisis Keidealan Campuran

    Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada subbab 3.1, 3.2, dan 3.3 dapat

    disimpulkan bahwa berdasarkan densitas, campuran etanol-air memiliki sifat yang

    mendekati campuran ideal sedangkan berdasarkan viskositas, titik didih dan koefisien

    aktivitas hasil percobaan, campuran metanol-air mendekati sifat campuran ideal.

    Penyimpangan hasil percobaan pada campuran metanol-air dan etanol-air

    disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, antara

    lain adanya perbedaan struktur molekul, interaksi antarmolekul, perbedaan kepolaran

    molekul, konsentrasi, dan gaya gesekan molekul.

  • Halaman 18 dari 29

    BAB 4

    KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen dapat

    diketahui hal-hal sebagai berikut.

    1. Densitas campuran metanol-air berada pada rentang 0,8816 1,0483 gr/cm3

    sedangkan densitas campuran etanol-air adalah 0,8348 0,9851 gr/cm3.

    2. Viskositas campuran metanol-air adalah 0,9096 1,5647 cP sedangkan

    viskositas campuran etanol-air adalah 1,1164 1,977 cP.

    3. Titik didih campuran metanol-air adalah 64,95 88,34oC sedangkan densitas

    campuran etanol-air adalah 74,83 85,74oC . Koefisien aktivitas campuran

    metanol-air adalah 1,0002 dan koefisien aktivitas campuran metanol-air adalah

    0,5112.

    4. Semakin besar konsentrasi campuran metanol-air dan etanol air maka densitas

    dan titik didihnya semakin kecil. Viskositas campuran semakin besar pada

    konsentrasi sebelum titik optimum dan sebaliknya.

    5. Campuran metanol-air memiliki sifat mendekati campuran ideal, sedangkan

    campuran etanol tidak sifat mendekati campuran ideal.

    4.2 Saran

    1. Sebaiknya tetesan pertama hasil distilasi diperiksa komposisinya supaya dapat

    diketahui komponen yang dominan lebih mudah menguap dalam campuran.

    2. Pengambilan komposisi lebih ditambah untuk melihat lebih jelas sifat fisik

    campuran multikomponen tersebut.

  • Halaman 19 dari 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Unit Operation 4tg Ed. New Jersey :

    Prentice-Hall International, Inc.

    http://infohost.nmt.edu/~jaltig/SolubilityAlcohols.pdf Diakses hari Rabu tanggal 4

    Maret 2015 pukul 12.11 WIB

    http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927062. Diakses hari Rabu tanggal 4

    Maret 2015 pukul 13.12 WIB

    http://www.solubilityofthings.com/water/alcohols. Diakses hari Rabu tanggal 4 Maret

    2015 pukul 12.09 WIB

    Sinnott, R. K. 2005. Coulson & Richardsons Chemical Engineering, Volume 6, Fourth

    Edition : Chemical Engineering.

    Smith, J.M.; Van Ness, H.C.; Abbott, M.M. 2001. Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics 6th Ed. Singapore : McGraw-Hill.

  • Halaman 20 dari 29

    LAMPIRAN A

    Data dari Literatur

    A.1 Tabel Densitas Air pada Berbagai Suhu

    Tabel A.1 Data Literatur Densitas Air pada berbagai Temperatur (Geankoplis, 2003).

    A.2 Tabel Viskositas Air pada Berbagai Suhu

    Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air pada berbagai Temperatur (Geankoplis, 2003).

  • Halaman 21 dari 29

    A.3 Parameter Persamaan Antoine

    Tabel A.3 Parameter Persamaan Antoine (Smith dkk., 2001).

  • Halaman 22 dari 29

    LAMPIRAN B

    Contoh Perhitungan

    B.1 Kalibrasi Termometer

    Pembacaan temperatur yang diperoleh dengan thermometer adalah:

    Titik didih Air = 97,5 oC dan Titik beku Es = 2

    oC.

    Data teoritik pada Patm = 695,667 mmHg, Titik didih Air = 97,688 C dan Titik

    beku Es = 0 oC, maka perlu dibuat persamaan pembacaan termometer dengan

    mengalurkan pembacaan termometer terhadap data teoritik.

    Gambar B.1 Kurva Kalibrasi Termometer.

    B.2 Perhitungan Fraksi Massa Komponen

    Diambil contoh perhitungan 100 mL Metanol (96%) 10% v/v.

    Massa metanol = kadar x x v

    = 0,96 x 0,7756 x 10 = 7,446 gram

    Massa air = x v

    = 0,9974 x 90 = 89,766 gram

    Massa total = Massa metanol + Massa air

    = 7,446 + 89,766 = 97,212 gram

    Fraksi massa metanol = = 0,0766.

  • Halaman 23 dari 29

    B.3 Perhitungan Fraksi Mol Komponen

    Diambil contoh perhitungan 100 mL Metanol (96%) 10% v/v

    Mol Metanol =

    Mol Air =

    Mol Total = Mol Metanol + Mol Air

    = 0,233 + 4,987 = 5,22 mol

    Fraksi mol metanol =

    B.4 Perhitungan Densitas

    Data percobaan diambil pada temperatur 24C

    Massa piknometer kosong : 12,697 gram

    Massa piknometer + aqua dm : 19,817 gram

    Densitas aqua dm pada 24C = 0,9974

    Massa aqua dm dalam piknometer = 19,817 gram 12,697 gram = 7,12 gram

    Volume piknometer =

    =

    = 7,138 cm3

    Massa Metanol 96% dalam piknometer = 18,234 gram 12,697 gram = 5,537

    gram.

    Densitas Metanol 96% =

    =

    = 0,7756

    B.5 Perhitungan Densitas Campuran Ideal

    Diambil contoh untuk perhitungan larutan metanol 10% v/v.

  • Halaman 24 dari 29

    Dimana adalah densitas metanol, adalah densitas air, adalah fraksi

    massa metanol, dan adalah fraksi massa air.

    B.6 Perhitungan Viskositas

    Data percobaan diambil pada temperatur 24oC

    Viskositas air pada 24oC = 0,9142 cP

    Waktu tempuh aqua dm = 22,57 s

    Waktu tempuh metanol = 17,58 s

    Viskositas metanol =

    = = 0,5538 cP.

    B.7 Perhitungan Viskositas Campuran Ideal

    Diambil contoh untuk perhitungan larutan metanol 10% v/v.

    Dimana adalah viskositas metanol, adalah viskositas air, adalah fraksi

    massa metanol, dan adalah fraksi massa air.

    B.8 Perhitungan Titik Didih Campuran Ideal (BUBL T)

    Contoh perhitungan untuk larutan metanol (96%) 10% v/v.

    Tekanan (P) = 695,667 mmHg = 92,74795 kPa.

    Hukum Raoult untuk larutan ideal adalah

    P =

    Nilai Psat

    masing-masing komponen diperoleh melalui persamaan Antoine

    berikut:

  • Halaman 25 dari 29

    Dimana A, B, dan C merupakan parameter persamaan Antoine yang disajikan

    pada Tabel A.3 dan x adalah fraksi massa. Hukum Raoult di atas dapat ditulis

    menjadi:

    P =

    Temperatur didih campuran ideal (T) diperoleh menggunakan Goal Seek dengan

    menetapkan nilai P sebagai tekanan rata-rata laboratorium sebesar 92,74795

    kPa.

    B.9 Penentuan Penyimpangan Percobaan

    Penentuan penyimpangan percobaan diperoleh melalui persamaan

    =

    Berikut adalah contoh penentuan penyimpangan titik didih pada campuran

    metanol (96%) 10% v/v:

    T didih percobaan = 89,378 C

    T didih ideal = 94,723 C

    Penyimpangan percobaan yang terjadi adalah sebesar

    = = 5,344 C.

  • Halaman 26 dari 29

    LAMPIRAN C

    HASIL ANTARA

    C.1 Perhitungan Fraksi Massa

    Tabel C.1.1 Data perhitungan fraksi massa metanol.

    %Volume Vmetanol mmetanol mair mtotal xmetanol

    0,1 10 7,4462 89,766 97,2122 0,0766

    0,3 30 22,3386 69,818 92,1566 0,2424

    0,5 50 37,2310 49,87 87,1010 0,4274

    0,7 70 52,1235 29,922 82,0455 0,6353

    0,9 90 67,0159 9,974 76,9899 0,8705

    Tabel C.1.2 Data perhitungan fraksi massa etanol.

    %Volume Vetanol metanol mair mtotal xetanol

    0,1 10 7,8075 89,766 97,5735 0,0800

    0,3 30 23,4226 69,818 93,2406 0,2512

    0,5 50 39,0376 49,87 88,9076 0,4391

    0,7 70 54,6527 29,922 84,5747 0,6462

    0,9 90 70,2677 9,974 80,2417 0,8757

    C.2 Perhitungan Fraksi Mol

    Tabel C.2 Data perhitungan fraksi massa metanol dan etanol.

    metanol mair mtotal xetanol metanol mair mtotal xetanol

    0,2327 4,987 5,2197 0,0446 0,1697 4,987 5,1567 0,0329

    0,6981 3,8788 4,5769 0,1525 0,5092 3,8788 4,388 0,116

    1,1635 2,7706 3,934 0,2957 0,8486 2,7706 3,6192 0,2345

    1,6289 1,6623 3,2912 0,4949 1,1881 1,6623 2,8504 0,4168

    2,0942 0,5541 2,6484 0,7908 1,5276 0,5541 2,0817 0,7338

  • Halaman 27 dari 29

    C.3 Perhitungan Densitas Campuran

    Tabel C.3.1 Data perhitungan densitas campuran metanol-air.

    % Volume mpikno+sampel mpikno+sampel Densitas run 1 Densitas run 2

    0,1 20,19 20,178 1,0497 1,0480

    0,3 19,987 19,965 1,0212 1,0181

    0,5 19,737 19,734 0,9862 0,9858

    0,7 19,39 19,292 0,9376 0,9239

    0,9 18,999 18,987 0,8828 0,8811

    Tabel C.3.2 Data perhitungan densitas campuran etanol-air.

    % Volume mpikno+sampel mpikno+sampel Densitas run 1 Densitas run 2

    0,1 15,28 15,281 0,9855 0,9856

    0,3 15,14 15,132 0,9635 0,9622

    0,5 14,918 14,923 0,9286 0,9294

    0,7 14,644 14,635 0,8855 0,8841

    0,9 14,326 14,321 0,8356 0,8348

    C.4 Perhitungan Densitas Campuran Ideal dan Penyimpangannya

    Tabel C.4 Data Perhitungan densitas campuran ideal.

    run1 run2

    run1 run2

    0,9760 0,0736 0,0719 0,9797 0,0058 0,0060

    0,9328 0,0885 0,0854 0,9437 0,0197 0,0185

    0,8888 0,0974 0,0970 0,9072 0,0214 0,0222

    0,8441 0,0935 0,0798 0,8701 0,0154 0,0140

    0,7987 0,0842 0,0825 0,8324 0,0032 0,0024

    C.5 Perhitungan Viskositas Campuran

    Tabel C.5.1 Data perhitungan viskositas metanol-air.

    %Volume t run 1 t run 2 viskositas run 1 viskositas run 2

    0,1 25,8 28,37 1,0998 1,2074

    0,3 35,79 35,44 1,4843 1,4653

    0,5 40,99 40,32 1,6416 1,6141

    0,7 34,85 34,9 1,3269 1,3094

    0,9 26,61 26,23 0,9540 0,9386

  • Halaman 28 dari 29

    Tabel C.5.2 Data perhitungan viskositas etanol-air.

    %Volume t run 1 t run 2 viskositas run 1 viskositas run 2

    0,1 28,3 29,74 1,1326 1,1904

    0,3 46,95 46,8 1,8370 1,8288

    0,5 52,21 56,83 1,9689 2,1449

    0,7 53,91 54,63 1,9387 1,9615

    0,9 41,67 41,04 1,4140 1,3913

    C.6 Perhitungan Viskositas Campuran Ideal dan Penyimpangannya

    Tabel C.6 Data Perhitungan viskositas campuran ideal dan penyimpangannya.

    run1 run2

    run1 run2

    0,8708 0,2290 0,3366 0,9319 0,2007 0,2585

    0,7896 0,6947 0,6757 0,9720 0,8650 0,8567

    0,7152 0,9264 0,8989 1,0203 0,9486 1,1246

    0,6468 0,6802 0,6626 1,0794 0,8593 0,8821

    0,5836 0,3704 0,3550 1,1534 0,2606 0,2379

    C.7 Perhitungan Titik Didih Campuran Ideal

    Tabel C.7.1 Data perhitungan titik didih ideal metanol-air.

    x1 x2 P1 sat (kPa) P2 sat (kPa) P (kPa) T sat (K) T sat (C)

    0,0446 0,9554 296,9544 83,2196 92,7479 367,7227 94,7227

    0,1525 0,8475 241,7590 65,9297 92,7480 361,5321 88,5321

    0,2957 0,7043 192,4238 50,8899 92,7479 354,9241 81,9241

    0,4949 0,5051 148,6657 37,9563 92,7479 347,7679 74,7679

    0,7908 0,2092 110,1507 26,9749 92,7480 339,8410 66,8410

    Tabel C.7.2 Data perhitungan titik didih ideal etanol-air.

    x1 x2 P1 sat (kPa) P2 sat (kPa) P (kPa) T sat (K) T sat (C)

    0,0329 0,9671 199,4862 89,1152 92,7480 369,5886 96,5886

    0,1160 0,8840 181,9773 81,0343 92,7479 367,0030 94,0030

    0,2345 0,7655 161,5925 71,6603 92,7480 363,7199 90,7199

    0,4168 0,5832 137,6095 60,6847 92,7480 359,3858 86,3858

    0,7338 0,2662 109,0832 47,7175 92,7485 353,3243 80,3243

  • Halaman 29 dari 29

    C.8 Perhitungan Penyimpangan Percobaan Titik Didih Campuran

    Tabel C.8 Data Perhitungan Penyimpangan Percobaan Titik Didih.

    Metanol-air Etanol-air

    T sat

    (C) T run 1 T run 2 run1 run2

    T sat

    (C) T run 1 T run 2 run1 run2

    94,723 89,379 87,300 5,344 7,423 96,589 85,221 86,261 11,367 10,328

    88,532 76,907 78,986 11,625 9,547 94,003 78,986 77,946 15,017 16,057

    81,924 72,750 70,671 9,174 11,253 90,720 75,868 75,868 14,852 14,852

    74,768 66,514 68,593 8,254 6,175 86,386 74,829 74,829 11,557 11,557

    66,841 64,436 65,475 2,405 1,366 80,324 74,829 74,829 5,496 5,496