laporan sgd (1)

25
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................... 2 PENJABARAN PELAJARAN................................................. 3 PENDAHULUAN.......................................................... 4 A. LATAR BELAKANG.................................................. 4 B. ISI............................................................. 5 DAFTAR PUSTAKA...................................................... 20 1

Transcript of laporan sgd (1)

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR2PENJABARAN PELAJARAN3PENDAHULUAN4A.LATAR BELAKANG4B.ISI5DAFTAR PUSTAKA20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD Orofacial Pain. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.Keberadaan makalah ini sungguh sangat membahagiakan, karena selama ini mahasiswa kedokteran gigi dapat belajar mengenai topik atau subjek yang memang harus dipelajari. Selain itu kita sebagai mahasiswa juga belum memiliki pengetahuan tentang berbagai macam jenis nyeri. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil laporan ini. Karena itu kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga laporan yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin.

Jazakumullhahi khoiro jaza

Semarang, 23 September 2012Penyusun

PENJABARAN PELAJARANLbm 1Judul: aduh, nyerinya sampai ke pelipis kepala ...

Skenario

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP, 1979) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan komunikasi.Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau paska pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti. Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa : Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka Plastisitas neural (kornudorsalis), transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga meningkatkan kepekaan nyeri Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikardi Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme

B. ISI

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang danekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensorisubyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengankerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinyakerusakanFisiologi nyeriReseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organtubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeridisebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri ( nosireceptor ) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.Berdasarkan letaknya,nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuhyaitu pada kulit (Kutaneus) somatik dalam ( deep somatic), dan pada daerah viseral,karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneusberasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus)terbagi dalam dua komponen yaitu :a. Reseptor A deltaMerupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yangmemungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeridihilangkan

b. Serabut CMerupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat padadaerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasiStruktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organviseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory )Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencobamenjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007)Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapatdiatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teoriini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka danimpuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebutmerupakan dasar teori menghilangkan nyeri.Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskansubstansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmitter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapatterlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yangdihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor,apabila masukan yang dominan berasaldari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klienmempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desendenmelepaskan opiat endogen, seperti endorphin dan dinorfin,suatu pembunuh nyeri alamiyang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan denganmenghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebomerupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005)Penyebab NyeriA.Traumaa) MekanikRasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.b) ThermisNyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.c) KhemisTimbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuatd) ElektrikTimbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.

B.Neoplasmaa) Jinakb) GanasC.PeradanganNyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya abses, gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah, trauma psikologis.Faktor yang mempengaruhi respon nyeri1) Usia Anak Belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis danmengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan merekatakut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.2) Jenis kelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalammerespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-lakimengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).3) Kultur Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyerimisalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yangharus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika adanyeri.4) Makna nyeriBerhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

5) PerhatianTingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengannyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yangmenurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

Klasifikasi nyeri menurut Smith (2009):

1. NosiseptifRasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya rangsang dari luar. Besar rasa nyeri sebanding dengan besar kerusakan yang dialami dan rasa nyeri jenis ini bersifat protektif. Contohnya terbakar, patah tulang, nyeri somatik atau viseral.

2. NeuropatikRasa nyeri yang ditimbulkan karena adanya jejas pada sistem syaraf. Besar rasa nyeri tidak sebanding dengan besar kerusakan yang terjadi dan rasa nyeri jenis ini tidak memiliki fungsi protektif. Rasa nyeri jenis ini akan tetap ada walaupun rangsang nosiseptif telah dihilangkan. Contohnya neuroma, trauma pada akson.

3. Mixed painRasa nyeri yang ditimbulkan oleh rangsang nosiseptif bersamaan dengan adanya jejas pada sistem syaraf. Contohnya rasa sakit pada kaki dan punggung setelah operasi saraf pada bagian lumbal, atau pasien dengan sindrom rasa nyeri regional (misalnya pada sistem saraf pusat atau distrofi gerak refleks) dapat menyebabkan komplikasi rasa nyeri yang bersifat nosiseptif, misalnya ankilosis sendi dan nyeri myofacial.

4. IdiopatikRasa nyeri yang tidak dapat diidentifikasi lesi penyebabnya, dan besarnya tidak sebanding dengan kerusakan yang dialami.

Klasifikasi Nyeri1.Menurut Tempat

a.Periferal Pain Superfisial Pain (Nyeri Permukaan) Deep Pain (Nyeri Dalam) Reffered Pain (Nyeri Alihan) yaitu nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.

b.Central PainTerjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak, dll.

c.Psychogenic PainNyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.

d.Phantom PainPhantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.

e.Radiating PainNyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.

2.Menurut Sifat Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.

3.Menurut Berat Ringannya Nyeri ringan : dalam intensitas rendah Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi

4.Menurut Waktu SeranganPada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan 3 (tiga) tipe dari nyeri yaitu akut, kronik malignan dan kronik nonmalignan. Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri kronik nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun demikian, biasanya terdapat dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis.

a.Nyeri AkutNyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: respirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

b.Nyeri KronisNyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.(Anonim, 2007)

KARAKTERISTIK NYERI AKUT DAN NYERI KRONIK

MEKANISME NYERIPerjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) Terdapat 4 proses yaitu : 1) TransduksiProses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimulus kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik, kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meissner, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni)Kerusakan Jaringan - > sintesa prostaglandin - > sensitasi reseptor-reseptor nosiseptif dan mediator nyeri - > nyeri

Proses ini disebut sensitasi perifer

2) TransmisiProses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalisImpuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis

Traktus spinoretikularis :berperan dalam membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi

3) ModulasiProses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak).Terjadi suatu interaksi dengansistem inhibisi dari transmisi nosisepsiberupa suatu analgesic endogen yang berupa : - Enkephalin- Opiat endogen- Serotonergik- Noradrenergik (Norepinephric)

Analgesik endogen dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut.- > menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang

4) PersepsiFase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadapnyeri, pada saat individu menjadi sadarakan adanya suatu nyeri, maka akan terjadi suatu reaksi yang kompleks. Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu itu dapat bereaksi

TERAPI / PENANGANAN NYERI FarmakologiPengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuatTahapannya:oTahap I analgesik non-opiat : AINSoTahap II analgesik AINS + ajuvan (antidepresan)oTahap III analgesik opiat lemah + AINS + ajuvanoTahap IV analgesik opiat kuat + AINS + ajuvan Non FarmakologiAda beberapa metode metode non-farmakologi yang digunakan untuk membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi fisik (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupunktur untuk nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi psikologis (musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik pada sistem ), TENS ( Trans Cutaneus Electrical Stimulation ) yaitu Menggunakan bantal khusus yang dihubungkan dengan mesin kecil yang menghantarkan aliran listrik lemah ke permukaan kulit dari area nyeri.OBAT OBAT ANTI NYERII.AnalgetikAnalgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.Penyebab sakit/ nyeriDidalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.MekanisameMenghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.Karakteristik-Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit-Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira-Tidak mempengaruhi pernapasan-Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi

Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:1.Analgesik Opioid / analgesik narkotikaAnalgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.Macam-macam obat Analgesik Opioid:a.Metadon-Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.-indikasi detoksifikasi ketergantungan morfin. Nyeri hebat pada pasien yang di rumah sakit.-efek yang tidak diinginkan :* Depresi pernapasan* Konstipasi* Gangguan SSP* Hipotensi ortostatik* Mual dam muntah pada dosis awal

Methadon

b.Fentanil. Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi. Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot, bradikardi ringan. Fentanilc.Kodein Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk) Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

Kodein2.Obat Analgetik Non-narkotikObat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:a.IbupropenIbupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini. Ibuprofenb.Paracetamol/acetaminophenMerupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. Acetaminophenc.Asam MefenamatAsam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Asam MefenamatII.AntipiretikObat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS. Macam-macam obat Antipiretik:

BenorylateBenorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

PiralozonDi pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.III.NSAID (Anti-Inflamasi)Efek dari NSAID (Anti-Inflamasi)Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari faktor lesi. COX2 dapat mempengaruhi terbentuknya PGs dan BK. Peran PGs didalam peradangan yaitu vasodilatasi dan jaringan edema, serta berkoordinasi dengan bradikinin menyebabkan keradangan.Mekanisme Anti-InflamasiMenghambat prostaglandin dengan menghambat COX.Karakteristik Anti-InflamasiNSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema, demam, kelainan fungsi tubuh dan sakit). Radang tidak memiliki efek pada autoimunological proses pada reumatik dan reumatoid radang sendi. Memiliki antithrombik untuk menghambat trombus atau darah yang membeku.Contoh obat NSAID (Anti Inflamasi) Gol. Indomethacine-Proses di dalam tubuhAbsorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian berada di hati, yang dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu paruhnya 2-3 jam, memiliki anti inflamasi dan efek antipiretic yang merupakan obat penghilang sakit yang disebabkan oleh keradangan, dapat menyembuhkan rematik akut, gangguan pada tulang belakang dan asteoatristis.-Efek samping Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan), vomting (mual), sakit abdominal, diare. Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat menyebabkan asma. Gol. SulindacPotensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari aspirin, dapat mengiritasi lambung, indikasinya sama dengan Indomethacine.

Gol. Arylacetic AcidSelain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat menyebabkan leucopenia thrombocytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi rematik dan reumatoid radang sendi, ostheoarthitis. Gol. Arylpropionic AcidDigunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan ostheoarthitis, golongan ini adalah penghambat non selektif cox, sedikit menyebabkan gastrointestial, metabolismenya dihati dan di keluarkan di ginjal. Gol. PiroxicamEfek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan naproxen, keuntungan utamanya yaitu waktu paruh lebih lama 36-45 jam. Gol. NimesulideJenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif, memiliki efek anti inflamasi yang kuat dan sedikit efek samping.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman G. Basic neuroanatomical pathway. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. p. 5-11Junqueira L, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC; 2007. p. 155-73.Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 77-100.Snell R. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 5thed. Jakarta: EGC; 2006. p. 159-84.Farmakologi oleh Joyce L. Kee, Evelyn R. HayesLecture Notes Neurologi oleh Lionel Ginsberg Edisi 8Roper, N (2002). Prinsip prinsip keperawatan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.Tarwoto, W. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medica.Harrison, Prinsip prinsip Ilmu Penyakit dalam, EGChttp://eprints.undip.ac.id/29188/2/Bab_1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7904/1/09E01617.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20095/4/Chapter%20II.pdf

8