LAPORAN SEMENTARA katak

12
V. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan pada praktikum class amphibia, katak batu (Bufo sp.) adalah sebagai berikut: a. Inspectio b. Sectio 1. Sistem respirasi (system respiratorium) 2. Sistem kardiovaskuler (system cardiovasculare) 2 3 Keterangan : 1. Paru-paru (pulmo) 2. Paru-paru kanan (right pulmo) 3. Paru-paru kiri Keterangan : 1. Jantung (cor) 1 1 2 3 4 5 6 Keterangan: 1. Rongga Mulut (Rima oris) 2. Mata (Organon visus) 3. Lengan atas (Brachium) 4. Lengan bawah (Antebrachium) 5. Kepala (Caput) 6. Badan (Truncus) 7. Paha (Femur) 7 8

description

laporan sementara katak

Transcript of LAPORAN SEMENTARA katak

Page 1: LAPORAN SEMENTARA katak

V. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum class amphibia, katak batu (Bufo

sp.) adalah sebagai berikut:

a. Inspectio

b. Sectio

1. Sistem respirasi (system respiratorium)

2. Sistem kardiovaskuler (system cardiovasculare)

2

3

1

Keterangan :

1. Paru-paru (pulmo)2. Paru-paru kanan (right

pulmo)3. Paru-paru kiri (left

pulmo)

Keterangan :

1. Jantung (cor)

1

1 Keterangan:

1. Rongga Mulut (Rima oris)2. Mata (Organon visus)3. Lengan atas (Brachium)4. Lengan bawah (Antebrachium)5. Kepala (Caput)6. Badan (Truncus)7. Paha (Femur)8. Kaki (Pessive pedes)

2

3

4

5

6

7

8

Page 2: LAPORAN SEMENTARA katak

3. Sistem pencernaan (system digestorium)

4. Sistem ekskresi (system uropoetica)

5. Sistem reproduksi (system urogenitale)

1

2

3

1

1

2

3

6

Keterangan :

1. Hati (hepar)2. Ginjal (ren)3. Kloaka (cloaca)

Keterangan :

1. Sel telur (Ovarium)

Keterangan :

1. Rongga mulut (cavum oris)2. Kerongkongan

(esophagus)3. Lambung (ventriculus)4. Usus besar (intestinum

crassum)5. Usus halus (intestinum

tennue)6. Kloaka (cloaca)

4

5

Page 3: LAPORAN SEMENTARA katak

VI. PEMBAHASAN

Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang

memiliki peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara

ekologis, amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga

atau hewan invertebrata lainnya serta dapat digunakan sebagai bioindikator

kondisi lingkungan. Secara ekonomis amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber

protein hewani, hewan percobaan, hewan peliharaan dan bahan obat-obatan.

Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu

Gymnophiona dan Ordo Gymnophiona (Darmawan, 2008).

Nama amphibi berasal dari bahasa Yunani dengan kata amphi yang berarti

rangkap dan bios berarti hidup. Amphibi merupakan suatu kelompok chordata

yang pertama kali keluar dalam kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukan

pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan di darat, misalnya kaki, paru-paru

dan nostril. Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik

dalam air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu

(akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas dengan

paru-paru), namun beberapa jenis amfibia tetap mempunyai insang dalam

hidupnya. Salah satu yang tergolong kedalamnya adalah katak sawah (Rana

limnocherus) (Brotowidjoyo, 1994).

Secara morfologi (inspectio) katak batu (Bufo sp.) terdiri atas rongga

mulut (rima oris), mata (organon visus), lengan atas (brachium), lengan bawah

(antebrachium), kepala (caput), badan (truncus), paha (femur) dan kaki (pessive

Page 4: LAPORAN SEMENTARA katak

pedes). Katak batu (Bufo sp.) memiliki ciri-ciri khusus diantaranya memiliki kulit

yang basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar. Memiliki dua pasang kaki untuk

berjalan dan berenang, berjari 4 pada kaki bagian depan dan berjari 5 pada kaki

bagian belakang. Tidak memiliki sirip dan pernapasannya dengan menggunakan

insang ketika masih berbentuk berudu dan menggunakan kulit dan paru-paru

ketika telah dewasa. Cor terbagi atas 3 ruangan, yakni dua ruangan auricula dan

satu ventriculum. Terdapat 2 buah nares, mata berkelopak yang dapat digerakan,

mulut bergigi dan berlidah (Storer, 1995).

Secara anatomi (section) terdiri atas Sistem pencernaan (system

digestorium), sistem ekskresi (system uropoetica), Sistem respirasi (system

respiratorium), sistem kardiovaskuler (system cardiovasculare), dan sistem

reproduksi (system urogenitale). Sistem pencernaan (system digestorium) pada

katak batu (Bufo sp.) terdiri atas rongga mulut (cavum oris), pharynk,

oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon dan cloaca. Bangunan-

bangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentis dan lingua. Cavum oris

sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior.

Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida.

Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap

dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro, 2000).

Sistem ekskresi (system uropoetica) pada katak batu (Bufo sp.) terdiri dari

hati (hepar), ginjal (ren) dan kloaka (cloaca). Pada ginjal (ren), ureter, vesica

urinaria dan papilla urogenitalis yang terdapat pada sepasang ren yang

memanjang. Ureter adalah saluran yang keluar dari ren. Pada dinding ventral

Page 5: LAPORAN SEMENTARA katak

kloaka terdapat sebuah tonjolan ke luar berupa kantung dua lobi yang meluas ke

dalam cavum abdominale. Kantung ini berfungsi untuk menyimpan urin sehingga

disebut vesica urinaria. Cairan yang terdapat di dalamnya dapat mengalami

reabsorbsi ke dalam peredaran darah dan berfungsi untuk mencegah kekeringan

tubuhnya (Radiahman, 2003).

Sistem respirasi (system respiratorium) terdiri atas paru-paru (pulmo),

paru-paru kanan (right pulmo) dan paru-paru kiri (left pulmo). Pada katak, oksigen

berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali pada fase

berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut

dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler

yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,

lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut

dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas

dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan

karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler

sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan

melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan

ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke

jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru

(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida

dapat terjadi di kulit.

System kardiovaskuler (system cardiovasculare) terdiri dari jantung

(cor). Pada tiga ruang jantung, satu ruang menerima darah yang kaya akan

Page 6: LAPORAN SEMENTARA katak

oksigen dari paru paru dan kulit sedangkan ruang lainnya menerima oksigen yang

kaya akan karbondioksida dari seluruh tubuh. Darah dari kedua ruang ini

kemudian masuk ke ruang ketiga yang disebut ventrikel yang berfungsi untuk

memompa darah yang kaya akan oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan darah

yang kaya akan karbondioksida kembali ke paru paru dan kulit sehingga bisa

mengambil oksigen. Pada amfibi termasuk katak, kulit sama pentingnya bahkan

lebih penting dari paru paru sebagai organ yang mengatur pertukaran gas. Karena

kulit amfibi yang berfungsi sebagai organ pertukaran gas maka hewan amfibi

terbatas hidupnya dalam air, meskipun beberapa salamander dapat hidup secara

total dalam air. Meskipun hidup di darat tetapi katak harus kembali ke air untuk

bertelur dan memulai siklus kehidupannya ( Alton, 1995).

Reproduksi pada vertebrata umumnya sama, tetapi karena tempat hidup

perkembangan anatomi dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya

perbedaan pada proses fertilisasi. Sistem reproduksi pada katak jantan terdiri atas

testis, vassa efferentia, vesica seminalis, corpus adiposum yang merupakan bahan

cadangan makanan yang digunakan pada musim perkelaminan. Katak jantan

mempunyai sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih – putihan) terletak

di sebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut

mesorchium. Testis terdapat saluran yang disebut vassa efferentia yang bermuara

di cloaca. Bagian ureter yang dekat cloaka mengalami pembesaran yang disebut

vesica seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara spermatozoa

(Zug,1993).

Page 7: LAPORAN SEMENTARA katak

Organ reproduksi katak betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat

pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang disebut

mesovarium. Katak betina ketika musim kawin pada ovarium terpadat, ovum yang

masak akan menuju ke saluran yang disebut oviduct. Bagian posterior oviduct

membesar membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui cloaka keluar

dari tubuh. Katak sendiri terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh)

dan pada musim kawin terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina.

Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung katak

betina, lalu keduanya menyemprotkan sel–sel gametnya ke luar tubuh (Zug,1993).

VII. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum class amphibia, katak batu (Bufo sp.) yaitu

pengamatan secara Inspectio yang terdiri atas empat bagian yaitu kepala (caput),

badan (truncus), extrimitas anterior dan extrimitas posterior. Pengamatan secara

sectio terdiri atas Organ yang menyusun sistem pencernaan pada katak batu (Bufo

sp) secara berurutan adalah cavum oris, pharynk, oesophagus, gastrum, intestine,

colon dan berakhir di cloaca. Organ ekskresi dari katak batu (Bufo sp.) yaitu ren,

ureter, vesica urinaria dan papilla urogenitalis. Organ reproduksi atau genitalia

pada katak batu (Bufo sp.) jantan terdiri atas testis, vassa efferentia, vesica

seminalis dan corpus adiposum. Organ reproduksi atau genitalia pada katak batu

(Bufo sp.) betina terdiri atas sepasang ovarium.

Page 8: LAPORAN SEMENTARA katak

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. D., 1994, Zoology Dasar, Erlangga, Jakarta.

Biggs, Alton D., 1995, Konservasi Amfibi di Indonesia: Masalah Global dan Tantangan1, J. Media Konservasi, 7,2: 4.

Darmawan, B., 2008, Keaneragaman Amfibi diberbagai Tipe Habitat, J. Studi Kasus: 8.

Radiopoetro, 2000, Zoologi, Erlangga, Jakarta.

Storer dan Usinger, 1995, General Zoologi, J. Mc Graw-Hill, New Dehli.

Zug, George R., 1993, Herpetolology an Introduction Biology of Ampibians and Reptiles, J. Academic Press, London.

Zug, George R., 1993, Herpetolology an Introduction Biology of Ampibians and Reptiles, J. Academic Press, London.