laporan respirasi fixxx

5
 LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014) Abstrak    Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah oksigen yang digunakan dalam pernafasan ikan dan jangkrik. Praktikum dilakukan di Laboratoium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA ITS. Metode yang digunakan dalam praktikum ini dengan melakukan penelitian terhadap tiga hal, yaitu pengukuran kandungan oksigen dengan metode Winkler, pengukuran kandungan oksigen dengan metode Mikro Winkler, dan pengukuran konsumsi oksigen pada jangkrik. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah ikan komet ( Carass iu s aur atus ),  jangkrik (Gryllus  sp), dan beberapa larutan kimia. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah untuk pengukuran kandungan oksigen yang digunakan dengan metode Winkler, hasilnya oksigen terlarut lebih banyak terdapat pada sampel air yang tidak berisi ikan, untuk pengukuran kandungan oksigen dengan metode Mikro Winkler hasilnya oksigen terlarut lebih banyak terdapat pada sampel air yang tidak berisi ikan dan untuk pengukuran konsumsi oksigen pada  jangkrik sebesar 8m/gram.jam. Kata Kunci     Carassius auratus , Gryllus sp, Oksigen, Respirasi, Winkler I. PENDAHULUAN Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu [1]. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen [2]. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C 6 H 12 O 6  + 6O 2  6 CO 2  + 6H 2 O + ATP [2] Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam  jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme  biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen [2]. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran  badan, dan aktivitas [2]. Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander. Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigenyang terlarut di dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan  penambahan suatu larutanyang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi kesetimbangan [3]. II. METODOLOGI  A.  Alat, Bahan, Waktu dan Lokasi Studi Alat-alat yang digunakan yaitu toples, botol winkler, Erlenmeyer, pipet tetes, timbangan, aluminium foil, syringe 10 ml dan 1 ml, rspirometer, dan kapas secukupnya. Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan komet ( Carassis auratus), jangkrik (Gryllus sp), larutan MnSO 4 , larutan iodide azide, H 2 SO 4  pekat, larutan Na 2 S 2 O 3 , larutan amilum 1%, air, KOH 1%, dan eosin. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya ITS pada tanggal 12 Maret 2014.  B. Cara Kerja 1. Penuntuan Konsumsi Oksigen Ikan Dua wadah bersih (toples kaca) dengan volume yang sama kemudian diisi dengan air dari sumber yang sama hingga penuh. Setelah itu ditimbang ikan yang akan diukur konsumsi oksigennya. Lalu dimasukkan ikan yang telah ditimbang beratnya ke dalam salah satu wadah, kemudian kedua wadah ditutup rapat, dihindari adanya gelembung udara di dalam kedua wadah kemudn dibiarkan hingga satu  jam. 2. Pengambilan Sampel Air yang akan Diukur Konsentrasi Oksigennya dengan Metode Winkler Disiapkan botol winkler dan dibersihkan. Lalu sampel air dalam wadah tanpa ikan diambil dengan cara seluruh  botol winkler dimasukkan ke dalam wadah dan diusahakan supaya tidak ada gelembung udara yang masuk. Selanjutnya  botol winkler di dalam air ditutup dan dibolak-balikkan sambil diamati ada atau tidaknya gelembung udara. Kemudian diukur kandungan oksigen di dalam botol dengan metode winkler (dianggap sebagai t 1 ). Selanjutnya diambil sampel air dari dalam wadah yangberisi ikan dengan cara yang sama kemudian diukur kandungan oksigennya (dianggap sebagai t 2 ). Lalu dihitung penggunaan oksigen oleh ikkan dengan rumus penggunaan oksigen. 3. Pengukuran Kandungan Oksigen dengan Metode Winkler. RESPIRASI Ahmada Dian Nurilma, 1512100015 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111  E-mail : ahdian.nurilm[email protected]

Transcript of laporan respirasi fixxx

Page 1: laporan respirasi fixxx

7/21/2019 laporan respirasi fixxx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 1/5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)

Abstrak  —   Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa

menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke

dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak

mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi

keluar tubuh. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk

mengetahui jumlah oksigen yang digunakan dalam

pernafasan ikan dan jangkrik. Praktikum dilakukan di

Laboratoium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA ITS. Metode

yang digunakan dalam praktikum ini dengan melakukan

penelitian terhadap tiga hal, yaitu pengukuran kandungan

oksigen dengan metode Winkler, pengukuran kandungan

oksigen dengan metode Mikro Winkler, dan pengukuran

konsumsi oksigen pada jangkrik. Bahan yang diperlukan

dalam praktikum ini adalah ikan komet (Carassius auratus ),

 jangkrik (Gryllus  sp), dan beberapa larutan kimia. Hasil yang

didapatkan dari praktikum ini adalah untuk pengukuran

kandungan oksigen yang digunakan dengan metode Winkler,

hasilnya oksigen terlarut lebih banyak terdapat pada sampel

air yang tidak berisi ikan, untuk pengukuran kandungan

oksigen dengan metode Mikro Winkler hasilnya oksigen

terlarut lebih banyak terdapat pada sampel air yang tidak

berisi ikan dan untuk pengukuran konsumsi oksigen pada

 jangkrik sebesar 8m/gram.jam.

Kata Kunci  —   Carassius auratus , Gryllus sp,  Oksigen,

Respirasi, Winkler

I.  PENDAHULUAN

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang

diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu [1].

Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena

respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul

makanan yang bergantung pada adanya oksigen [2]. Secara

sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat

dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP

[2]

Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan

mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk

hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena

oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam

 jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang

dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme

 biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi

oksigen [2].

Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi

oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran

 badan, dan aktivitas [2]. Laju konsumsi oksigen dapat

ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan

menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun

respirometer Scholander. Metode Winkler merupakan suatu

cara untuk menentukan banyaknya oksigenyang terlarut di

dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air

ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan

 penambahan suatu larutanyang telah diketahui

konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang

tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai

terjadi kesetimbangan [3].

II.  METODOLOGI

 A.   Alat, Bahan, Waktu dan Lokasi Studi

Alat-alat yang digunakan yaitu toples, botol winkler,

Erlenmeyer, pipet tetes, timbangan, aluminium foil, syringe

10 ml dan 1 ml, rspirometer, dan kapas secukupnya.

Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan komet (Carassis

auratus), jangkrik (Gryllus sp), larutan MnSO4, larutan

iodide azide, H2SO4 pekat, larutan Na2S2O3, larutan amilum

1%, air, KOH 1%, dan eosin. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya

ITS pada tanggal 12 Maret 2014.

 B.  Cara Kerja

1.  Penuntuan Konsumsi Oksigen Ikan

Dua wadah bersih (toples kaca) dengan volume yang

sama kemudian diisi dengan air dari sumber yang sama

hingga penuh. Setelah itu ditimbang ikan yang akan diukur

konsumsi oksigennya. Lalu dimasukkan ikan yang telah

ditimbang beratnya ke dalam salah satu wadah, kemudian

kedua wadah ditutup rapat, dihindari adanya gelembung

udara di dalam kedua wadah kemudn dibiarkan hingga satu

 jam.

2.  Pengambilan Sampel Air yang akan Diukur

Konsentrasi Oksigennya dengan Metode Winkler

Disiapkan botol winkler dan dibersihkan. Lalu sampel

air dalam wadah tanpa ikan diambil dengan cara seluruh

 botol winkler dimasukkan ke dalam wadah dan diusahakan

supaya tidak ada gelembung udara yang masuk. Selanjutnya

 botol winkler di dalam air ditutup dan dibolak-balikkan

sambil diamati ada atau tidaknya gelembung udara.

Kemudian diukur kandungan oksigen di dalam botol dengan

metode winkler (dianggap sebagai t1). Selanjutnya diambil

sampel air dari dalam wadah yangberisi ikan dengan cara

yang sama kemudian diukur kandungan oksigennya

(dianggap sebagai t2). Lalu dihitung penggunaan oksigen

oleh ikkan dengan rumus penggunaan oksigen.

3.  Pengukuran Kandungan Oksigen dengan Metode

Winkler.

RESPIRASI 

Ahmada Dian Nurilma, 1512100015Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail : [email protected]

Page 2: laporan respirasi fixxx

7/21/2019 laporan respirasi fixxx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 2/5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)

Botol winkler dibuka dan ditambahkan 1 ml MnSO4 

dengan gelas ukur secara hati-hati supaya tidak timbul

gelembung udara. Kemudian ditambahkan 1ml alkali iodide

dengan cara yang sama. Selanjutnya boyol winkler ditutup

kembali dan dibolak-balikkan selama lima menit. Lalu botol

winkler dibiarkan semalam 10 menit supaya terjadi

 pengikatan oksigen terlarut dengan sempurna yang ditandai

dengan timbulnya endapan di dasar botol. Setelah ituditambahkan 1 ml H2SO4  pekat dengan cara yang sama.

Selanjutnya botol winkler ditutup kembali dan dibolak-

 balikkan hingga endapan larut dan larutan menjadi berwarna

kuning coklat. Selanjutnya larutan dalam botol winkler

dituang ke dalam 1 buah Erlenmeyer 250 ml masing-masing

sebanyak 150 ml. Lalu ditambahkan 5 tetes amilum 1% ke

dalam kedua Erlenmeyer. Larutan dititrasi di dalam kedua

Erlenmeyer dengan larutan Na2S2O3  hingga berwarna

 bening serta dicatat volume larutan Na2S2O3  yang

digunakan. Setelah itu dijumlahkan volume total

 penggunaan larutan Na2S2O3  lalu dihitung rata-ratanya.Kemudian kadar oksigen pada t1 dengan menggunakan

rumus:

 

Keterangan:

a: volume rata-rata larutan Na2S2O3 yang digunakan

 N: nilai normalitas sebesar 0,1

4.  Pengukuran Kandungan Oksigen dengan Metode

Mikro Winkler

Pertama sampel air diambil dari kedua wadah

menggunakan dua syringe 10 ml (tanpa jarum) hingga

syringe berisi air dengan volume 10 ml, kemudian volume

airnya dikurangi hingga 9,4 mL hindari adanya gelembung

dari syringe. Selanjutnya diambil 0,2 ml MnSO4  dengan

syringe 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam syringe 10 ml.

Sebelum dimasukkan reagen ini, volume dalam syringe

ditambah 0,2 ml lagi agar reagen yang ditambahkan tidak

tumpah. Penambahan reagen ini dilakukan dengan hati-hati

sehingga tidak ada gelembung udara yang masuk. Lalu 0,2

ml alkali iodide diambil dengan cara yang sama, dibiarkan

sejenak agar reagen dapat mengikat oksigen denga

sempurna. Ditunggu hingga terjadi endapan. Selanjutnya

ditambah 0,2 ml H2SO4  pekat dengan cara yang sama,

dibiarkan hingga seluruh endapan telah hilang. Kemudian

dituangkan larutan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dengan hati-

hati untuk menghindari adanya gelembung. Lalu

ditambahkan 1 tetes amilum ke dalam larutan menggunakan

 pipet tetes ke dalam Erlenmeyer. Dititrasi larutan dengan

 Na2S2O3 menggunakan syringe 1 ml dengan hati-hati

hingga warna larutan dalam Erlenmeyer berubah menjadi

 bening, dicatat berapa ml larutan Na2S2O3 yang digunakan

untuk titrasi. Kemudian dihitung kadar oksigen (DO)

dengan cara:a.  (Nilai normalitas Na2S2O3) x 8 = α mg oksigen

tiap ml Na2S2O3 

 b.  α/(9,4/1000) = β ppm (mg/L) oksigen tiap mL

 Na2S2O3 

c.  Kadar oksigen dalam sampel setara dengan ((Ml

 Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi) x β) ppm

(mg/L). Kadar oksigen dalam wadah tanpa ikan

dianggap sebagai kadar oksigen pada waktu t1 

sedangkan kadar oksigen dalam wadah dengan

ikan dianggap sebagai kadar oksigen pada waktut2.

5.  Pengukuran Konsumsi Oksigen pada Jangkrik

Pertama jangkrik sebnayak 5 ekor ditimbang dan dicatat

 beratnya dalam gram. Setelah itu botol respirometer diberi

kapas yang telah dicelup dalam larutan KOH 1%.

Selanjutnya jangkrik dimasukkan ke dalam tabung

respirometer, kemudian disambungkan antara tabung

respirometer dan pipa skala dioesi dengan vaselin.

Selanjutnya eosin disuntikkan ke dalam pipa skala

respirometer pada bagian ujungnyamenggunakan jarumsuntik hingga skala 0 ml serta disiapkan stopwatch untuk

menghitung waktu yang dibutuhkan. Kemudian pergerakan

eosin diamati dan dicatat banyaknya volume udara yang

dikonsumsi berdasarkan pergerakan eosin tersebut tiap

menit. Konsumsi atau penggunaan oksigen pada jangkrik

(Gryllus sp) yang diukur dengan respirometer dapat dihitung

dengan rumus:

 

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode Winkler

Untuk mengukur kadar oksigen terlarut dalam air banyak

cara yang bisa dilakukan salah satunya dengan

menggunakan metode winkler. Prinsipnya dengan

menggunakan titrasi iodometri [4].

Pada saat setelah tutup winkler dibuka, 1 ml MnSO4 dan

1 ml KI (alkali iodide azida) ditambahkan menggunakan

ujung pipet tepat di atas permukaan larutan. MnO2  dan KI

nerfungsi untuk mengikat O2.

Reaksi yang terjadi adalah:

MnO2 + 2 KI + 2H2O Mn(OH)2+I2+2KOH

[4].

Setelah itu, botol segera ditutup dan dihomogenkan

hingga terbentuk gumpalan sempurna. Ion mangan yang

ditambahkan pada sampel mengikat oksigen dan terjadi

endapan MnO2. Gumpalan dibiarkan mengendap 5-10

menit.

Page 3: laporan respirasi fixxx

7/21/2019 laporan respirasi fixxx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 3/5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)

Gambar 1. Endapan yang terbentuk setelah didiamkan 10menit. Air tanpa ikan (kanan) dan dengan ikan (kiri)

Setelah mengendap, 1 ml H2SO4  pekat ditambahkan

dalam larutan dan ditutup. H2SO4  berfungsi untuk

melarutkan endapan kembali. Larutan dihomogenkan hingga

endapan larut sempurna. Pada saat endapan larut, molekul

iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut juga ikut

 bebas. Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditetesi dengan 5 tetes

indikator amilum. Larutan indikator amilum berfungsi untukmengetahui ada tidaknya kandungan amilum dalam air

sampel atau tidak. Selanjutnya dititrasi dengan larutan

standar natrium thiosulfat atau Na2S2O3.

Reaksi yang terjadi adalah:

I2+2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

[4].

Warna biru pada larutan sampel menunjukkan uji positif

adanya amilum. Titrasi dilanjutkan kembali hingga larutan

 jernih atau bening. dan larutan dititrasi sampai larutan

menjadi bening [4].

Gambar 2. Larutan hasil titrasi dengan Na2S2O3.

Tanpa ikan (kiri), dengan ikan (kanan)

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil

 bahwa kadar oksigen terlarut pada air yang tanpa ikan

adalah sebesar 4, 87 mg/L. Sedangkan untuk kadar oksigen

terlarut pada air yang diambil dari wadah yang berisi ikan

adalah sebesar 3,57 mg/L. Jadi bila dibandingkan, kadar

oksigen terlarut lebih besar pada sampel air yang diambil

dari wadah yang tidak terdapat ikan. Literatur menunjukan

satu hal lagi yang berkaitan dengan laju konsumsi oksigen,

yaitu aktivitas. Dapatdilihat bahwa saat aktif (ada aktivitas),

oksigen yang dikonsumsi akan lebih besar dibandingkan

saat inaktif. Hal ini dikarenakan pada saat aktif, sel-sel

tubuh memerlukan lebih banyak energi, dan karena itu lebih

 banyak oksigen [3].

3.2 Metode Mikro Winkler

Sebenarnya metode yang digunakan pada mikro winkler

hampir sama dengan menggunakan winkler (makro winkler)

termasuk reagen-reagennya. Perbedaannya adalah untuk

metode mikro winkler pengambilan sampel nya

menggunakan syringe karena volume yang diperlukan lebih

kecil. Selain itu perbedaannya juga ada pada rumus yang

digunakan untuk menghitung kadar oksigen (DO).

Pada awalnya 0,2 ml MnSO4 dan 0,2 ml KI (alkali iodideazida) ditambahkan menggunakan syringe 1ml. MnO2  dan

KI berfungsi untuk mengikat O2.

Reaksi yang terjadi adalah:

MnO2 + 2 KI + 2H2O Mn(OH)2+I2+2KOH

[4].

Ion mangan yang ditambahkan pada sampel mengikat

oksigen dan terjadi endapan MnO2. Gumpalan dibiarkan

mengendap 5-10 menit. Setelah mengendap, 1 ml H2SO4 

 pekat ditambahkan dalam larutan. H2SO4  berfungsi untuk

melarutkan endapan kembali. Pada saat endapan larut,

molekul iodium yang ekivalen dengan oksigen terlarut jugaikut bebas. Iodium (I2) yang dibebaskan ini selanjutnya

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditetesi dengan 1 tetes

indikator amilum. Larutan indikator amilum berfungsi untuk

mengetahui ada tidaknya kandungan amilum dalam air

sampel atau tidak. Selanjutnya dititrasi dengan larutan

standar natrium thiosulfat atau Na2S2O3.

Reaksi yang terjadi adalah:

I2+2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

[4].

Hasil dari praktikum ini adalah untuk sampel air yang

diambil dari toples yang tidak berisi ikan memiliki nilai

kelarutan oksigen sebesar 17,02 mg/L, sedangkan untuk

sampel air yang diambil dari toples yang berisi ikan meiliki

nilai oksigen terlarut sebesar 13,61 mg/L. Hal ini

menadakan bahwa kadar oksigen terlarut air yang tidak

 berisi ikan lebih tinggi daripada air yang berisi ikan.

Laju konsumsi oksigen ditentukan berdasarkan jumlah konsentrasi

oksigen yang diukur pada awal dan akhir pengukuran, penurunan

konsumsi oksigen pada ikan mengalami peningkatan karena

stress akibat adanya proses adaptasi lingkungan dari

aquarium ke botol respirator sehingga menyebabkan

aktivitas ataukecepatan renangnya juga meningkat [5].

Hubungan konsumsi O2 dengan laju metabolisme menurut [5]

adalah konsumsi O2  pada laju metabolisme pemeliharaan adalah

kurang dari 60 % lebih tinggi pada ikan selama kekurangan pakan..

Konsumsi O2 pada pakan ikan yang sedang tumbuh berasal dari satu

 pihak, dari metabolisme pemeliharaan dan dari pihak lain yang berasal

dari sintesis dan laju konsumsi O2 menurun dengan penurunan

tersedianya oksigen untuk ikan. Hubungan KO2 dengan

metabolisme yaitu metabolisme tersebut membutuhkan

oksigen, semakin banyak atau semakin cepat laju metabolisme akan

kebutuhankonsumsi O2 semakin tinggi. Sehingga semakin banyak

KO2 maka semakin membutuhkan hemoglobin yang berfungsi mengikatoksigen dalam darah.

3.3 Metode Pengukuran Konsumsi Oksigen pada Jangkrik

Page 4: laporan respirasi fixxx

7/21/2019 laporan respirasi fixxx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 4/5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)

Dalam percobaan ini digunakan Kristal KOH yang

 berfungsi mengikat CO2  yang berada di dalam tabung

respirometer, sehingga pergerakan yang disebabkan dari

tinta metylenblue itu benar-benar karena adanya konsumsi

oksigen dari jangkrik yang berada didalam tabung

tersebut. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan

CO2 adalah sebagai berikut:

KOH + CO2 → K 2CO3 + H2O[6].

Larutan eosin/metylenblue berfungsi sebagai

indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik)

 pada repirometer sederhana [4]. Larutan eosin selama

 percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer

sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik)

dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa

sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat

 bergerak.

Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan

 pernapasan adalah respirometer. Respirometer adalah alatyang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan

 pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip

kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip

 bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh

organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya

[7]. Jika organiseme yang bernapas itu disimpan dalam

ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh

organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan

udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam

ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala [7].

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah:

1. Jenis kelamin

Jangkrik jantan dan jangkrik betina memiliki kecepatan

respirasi yang berbeda [4].

2. Ketinggian

Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi

daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang

dapat dihirup serangga. Sebagai akibatnya serangga pada

daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang

meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat [4].

3. Ketersediaan Oksigen.

Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,

namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-

masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada

tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen

di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena

 jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk

 berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di

udara [4].

4. Berat Tubuh 

Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen

 berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup

membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.

Melebihi dari Berat tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali

 bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju pernapasan, semakin

kecil ukuran dan berat tubuh maka semakin

cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan

yaitu pernapasan pada jangkrik besar tidak

sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik yang

 berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan

 banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas

yang banyak bergerak dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan [8].

3.4 Perbandingan Winkler, mikro winkler, dan Respirometer

Parameter Winkler Mikro

Winkler

Respirometer

Fungsi Untuk

mengukur

oksigen

terlarut

dengan

volume

 besar

Untuk

mengukur

oksigen

terlarut

dengan

volume

kecil

Untuk

mengukur laju

konsumsi

oksigen

Objek

hewan

Hewan air

seperti ikan

[4]

Hewan air

seperti ikan

[4]

Hewan kecil

seperti

serangga [4].

Reagen

yang

digunakan

MnSO4,

alkali

iodide,

H2SO4,

amilum,

 Na2S2O3

MnSO4,

alkali

iodide,

H2SO4,

amilum,

 Na2S2O3

KOH

Sampel

yang

diamati

berupa

air air Hewan,

tumbuhan

prinsip titrasi

iodometri

titrasi

iodometri

Pengikatan

CO2 dalam

ruang tertutup

IV.  KESIMPULAN

Mengacu pada hasil praktikum dapat diambil kesimpulan

 bahwa pengukuran kandungan oksigen dengan metode

Winkler menghasilkan nilai yang lebih besar pada sampel

air yang diambil dari toples yang tanpa ikan. Untuk

 pengukuran kandungan oksigen dengan metode Mikro

Winkler menghasilkan nilai yang lebih besar pada sampel

air yang diambil dari toples yang tanpa ikan. Serta

 pengukuran konsumsi oksigen pada jangkrik menghasilkan

nilai sebesar 8m/gram.jam. 

DAFTAR PUSTAKA

[1] Seeley, R.R., Stephens, T.D., Tate, P., 2006. Anatomy

and Physiology. 7th ed. McGraw-Hill. New York[2]Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson

Brooks/Cole, Canada.

Page 5: laporan respirasi fixxx

7/21/2019 laporan respirasi fixxx

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-respirasi-fixxx 5/5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (2014)

[3] Chang, Raymond. 2007. General Chemistry 9th. Mc.

Graw Hill. New York

[4]Yuwono,E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi,

UNSOED, Purwokerto

[5]Zonneveld, N, Z. Hulsman dan J. Boon. 1991. Prinsip-

Prinsip Budidaya Ikan.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

[6]Tsuzuki , M.Y., C.A Strussmann dan F. Takashima.

2008. Effect of Salinity on theOxygen Consumption ofLarvae of the Silvirsides Odontesthes hatcheriand O.

 bonariensis (Osteichthyes, Atherinopsidae). Brazilian

Archives ofBiology And Technology. Vol. 51 Nomor 3.

Larvae of the Silversides Odontesthes hatcheriand O.

 bonariensis (Osteichthyes, Atherinopsidae). Brazilian

[7]Soegianto, A. 2010. Ekologi Perairan Tawar. 

Airlangga University Press. Surabaya 

[8] Pauer, J.J., K. Taunt, W. Melendez, R.G. Kreis, and A.

Anstead. 2007. Resurrection of the Lake Michigan

eutrophication model, MICH1. J. Great Lakes Res 

33:554-563.