Laporan Problem Based Learning 3
-
Upload
anna-rumaisyah -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Laporan Problem Based Learning 3
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 3
BLOK SISTEM RESPIRASI
Tutor : dr. R. Busono Boenjamin
Kelompok 10
Anggota :
Anna Rumaisyah A. G1A010021
Aria Yusti Kusuma G1A010095
Nahiyah Isnanda G1A010098
Elma Laeni Barokah G1A010101
Rizka Amalia Fulinda G1A010105
Yessy Dwi Oktavia G1A010108
Eka Wijaya Warmandana G1A010112
Eviyanti Ratna Suminar G1A010063
Rhininta Adistyarani G1A010053
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
PBL/CBL KASUS KE : 3
JUDUL SKENARIO : Skenario PBL 3
KELOMPOK : 10
HARI/TANGGAL TUTORIAL : Tutorial 1. Senin, 19 Maret 2012
Tutorial 2.Rabu, 21 Mart 2012
SKENARIO PBL 3
INFORMASI 1 :
An. Yokoi umur 4 tahun datang diantar ibunnya ke IGD, pada pukul 08.00
dengan keluhan sesak nafas. Tiga hari sebelumnya an. Yokoi mengalami panas,
batuk, pilek.
A. Klasifikasi Istilah
1. Dispneu atau Sesak Napas
Dispneu atau sesak napas adalah perasaan sulit bernafas dan
merupakan gejala dari penyakit kardiopulmoner (Price, 2006).
3 kategori utama dispneu :
1. Dispneu akut
Disebabkan oleh berbagai penyebab seperti edema paru, trombo
emboli, pneumonia dan pneumothoraks spontan. Salah satu penyebab
paling sering adalah sembab paru (edema paru) akut oleh karena
kegagalan jantung kiri. Ini biasanya terjadi pada pasien jantung atau
hipertensi yang pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang
difus. Penderita mungkin mengeluarkan dahak kental, berwarna
kemerahan dan berbuih. Dapat pula disertai batuk, wheezing nyeri
kardiovaskuler dan sembab pada kaki.
2. Dispneu progresif menahun
Salah satu sebab dari dispneu ini adalah kegagalan jantung
kongestif. Keluhan ini sering dimulai dengan sesak nafas waktu
melakukan pekerjaan, yang lambat laun menjadi bertambah berat
sehingga pasien merasa sesak nafas walaupun melakukan pekerjaan
minimal atau bahkan waktu istirahat.
3. Dispneu paroksismal berulang
Jenis dispneu ini dijumpai pada pasien dengan asma bronkial,
dimana pada waktu serangan disertai dengan wheezing dan batuk.
Walaupun asma terjadi pada semua umur, tetapi seringkali terdapat
pada anak dan dewasa muda.
2. Klasifikasi sesak nafas (Muttaqin, 2006).
Klasifikasi sasak
nafas
Gambaran Klinis
Sesak nafas
tingkat I
Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kebiasaan sehari-hari.
Sesak nafas akan terjadi bila klien melakukan aktivitas jasmani yang lebih berat daripada biasanya.
Pada tahap ini, klien dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.
Sesak nafas
tingkat II
Sesak nafas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari.
Sesak baru timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat.
Pada waktu naik tangga atau mendaki, sesak mulai terasa. Tetapi bila berjalan dijalan datar, nafas tidak akan terasa enak.
Sebaiknya klien bekerja pada kantor/tempat yang tidak memerlukan terlalu banyak tenaga.
Sesak nafas
tingkat III
Sesak nafas sudah terjadi bila klien melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi atau berpakaian, tetapi klien masih dapat melakukan tanpa bantuan orang lain.
Sesak nafas tidak timbul disaat klien istirahat.
Klien juga masih mampu berjalan-jalan kedaerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-orang sehat seumurnya.
Sesak nafas
tingkat IV
Klien sudah merasa sesak nafas saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi, berpakaian dan aktivias lainya, sehingga ia bergantung pada orang lain ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Sesak nafas belum tampak saat penderita istirahat, tetapi sesak nafas sudah mulai timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan sedikit, klien terpaksa berhenti untuk istirahat sebentar, pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
Sesak nafas
tingkat V
Klien harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin.
Keterbatasan ini menyebabkan klien lebih banyak berada ditempat tidur atau hanya duduk dikursi.
Untuk memenuhi segala kebutuhanya, klien sangat bergantung pada bantuan orang lain.
Tabel. Klasifikasi sesak nafas
B. Identifikasi Masalah
Anamnesis
Nama : An. Yokoi
Umur : 4 tahun
Keluhan : Sesak nafas
Onset : 3 hari yang lalu
C. Analisis Masalah
1. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan Atas dan Bawah
Saluran pernafasan terdiri atas saluran pernafasan atas dan bawah.
Saluran pernafasan atas terdiri dari (Pearce, et al, 2006).
a. Rongga hidung
Udara disaring oleh buku-buku dan arena kontak dengan
permukaan lendir yang dilalui maka udara menjadi hangat.
b. Faring (Tekak)
Faring adalah pipa berotot letaknya di belakang ringga hidung dan
rongga mulut.
c. Laring
Terdiri atas tulang rawan tiroid, tulang rawan cricoidea, di atas
tulang rawan tiroid terdapat epiglottis yang membantu menutup laring
waktu menelan.
Saluran pernafasan bawah dibentuk oleh:
a. Trakea
Panjangnya kira-kira 9 cm, diameter kira-kira 2,5 cm. Tersusun
atas 16-20 cincing tulang rawan. Trakea dilapisi lendir yang terdiri atas
jaringan epithelium bersilia. Silia berfungsi menyaring benda-benda
asing yang masuk saluran pernafasan.
b. Bronkus
Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan
dan kiri. Panjangnya kira-kira 5 cm, diameter 11-13 mm. stuktur lapisan
mukosa bronkus sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang
menjadi bronkiolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan.
Bronkiolus berakhir pada kantung udara yakni alveolus.
c. Alveolus.
Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantung kecil terdiri
atas selapis sel epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah yang
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Pada pernafasan melalui paru-
paru atau pernafasan ekssternal, oksigen dihirup melalui hidung dan
mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pada
pipa bronchial ke alveoli dan dapat berhubungan dengan darah di dalam
kapiler pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru,
karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme, menembus
membran alveoli, dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui
membran pipa bronchial dan trakea, dikeluarkan melalui hidung dan
mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner
(Pearce,et al, 2006) :
1. Ventilasi pulmoner atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru, darah mengandung oksigen masuk ke
seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke dalam
paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah
4. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler,
karbondioksida lebih mudah berdifuso dari pada oksigen.
2. Differential Diagnosis
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas
yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat
progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun/berbahaya (PPDI, 2004).
Gejala klinis PPOK: batuk, produksi sputum, aktivitas terbatas dan
asap rokok yang merupakan satu-satunya penyebab terpenting jauh
lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Pada skenario, ayah pasien merupakan seorang perokok aktif
dimana rokok merupakan salah satu penyebab utama PPOK ( PPDI,
2004).
b. Pneumonia
Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal, dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat.
Pnemonia disebabkan oleh adanya infeksi pada parenkim paru.
Penyebab infeksi bisa bakteri, virus, dan zat-zat kimia. Cara terjadinya
penularan tergantung dengan jenis bakteri yang menginfeksi.
Gejala :
1. Demam
2. Sesak napas
3. Nyeri otot dan sendi
4. Batuk, sputum purulen, kadang ada darah
5. Dahak, kuning kehijauan
6. Infeksi saluran napas akut
c. Asma Bronkial
Asma Bronkial, karena pada hasil alloanamnesis diketahui bahwa
An. Yokoi menderita batuk berdahak (dahak sulit keluar) pada malam
hari menjelang pagi dan panas, sesak nafas, terdengar suara ‘ngik-ngik’
pada nafasnya. Dari riwayat keluarga, ayah Yokoi juga sering
mengalami sesak nafas. Riwayat sosial ekonomi, lantai belum diplester,
dinding sebagian kayu/bambu dan atap genteng namun belum dipasang
eternit, serta ayah Yokoi perokok. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan Respiration Rate nya 40/menit, terdapat nafas cuping
hidung, suara dasar paru vesikuler dengan ekspirasi diperpanjang dan
terdapat suara tambahan ronkhi dan wheezing. Dari hasil hasil tersebut
maka mengarah ke diagnosis Asma Bronkial (Mansjoer, 2008).
Tanda khas klinis (Mansjoer, 2008) :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa
stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Napas atau dada seperti ditekan.
Gejalanya bersifat paroksimal yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
d. Laringotrakealis
Croup (laryngotracheobronchitis) adalah infeksi virus menular
pada saluran napas atas yang menimbulkan batuk dan terkadang
kesulitan bernafas, khususnya pada saat menarik nafas.
Croup (laryngotracheobronchitis) adalah infeksi virus menular pada
saluran napas atas yang menimbulkan batuk dan terkadang kesulitan
bernafas, khususnya pada saat menarik nafas.
Croup adalah infeksi virus yang menyebabkan mengecilnya
saluran pernafasan, khususnya persis di bagian bawah pita suara (larynx).
Virus menjadi penyebab umum, namun croup bisa disebabkan juga oleh
virus-virus lainnya, seperti virus pernafasan syncytial atau virus
influenza.
Meskipun croup sangat sering terjadi terjadi pada musim gugur
dan musim dingin, dapat terjadi juga sepanjang tahun. Croup terutama
berpengaruh pada anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, meskipun begitu
adakalanya berpengaruh pada anak yang lebih muda ataupun lebih tua.
Croup disebabkan oleh virus influenza yang kuat dan lebih mungkin
terjadi pada anak berusia antara 3 dan 7 tahun. Penyakit ini biasanya
menyebar melalui pernafasan dari percikan yang mengandung virus di
udara atau berhubungan langsung dengan penderita yang terjangkit
melalui percikan dahak (Tambayong, 2000).
Untuk mengeliminasi differensial diagnosis diperlukan anamnesis yang
lebih lengkap, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan tambahan untuk menentukan
diagnosis kerja.
INFORMASI 2 :
Dari alloanamnesis didapatkan :
Tiga hari An. Yokoi menderita batuk berdahak (dahak sulit keluar) dan
panas. Batuk terutama malam hari menjelang pagi. Anak juga mengeluh sakit
tenggorokan dan kadang muntah jika batuknya berat. 1 hari terakhir, batuk
bertambah berat dan panas (+). Pagi ini Yokoi terlihat mulai sesak meskipun
masih bicara dengan jelas. Suara mengi “ngik-ngik” mulai terdengar. Riwayat
sakit sama pernah di alamai Yokoi kurang lebih 3 kali dalam 1,5 tahun terakhir.
Yokoi juga sering pilek dan bersin-bersin pada pagi hari. Ayah yokoi juga sering
mengeluh sesak nafas. Yokoi hidup dalam keluarga sederhan, dengan rumah :
lantai belum di plester, dinding sebagian kayu/ bambu dan atap genteng namun
belum dipasang eternity, ayah Yokoi seorang perokok dan bekerja sebagai tukang
becak. Pengobatan ditangguung oleh Jamkesmas.
INFORMASI 3 :
Pemeriksaan Fisik
An. Yokoi, laki-laki, 4 tahun, BB 17 kg
Keadaan umum : Anak tampak sesak nafas, masih dapat bicara jelas
Denyut nadi : 110 kali/menit normal
Respiration rate : 40 kali/menit nomal
Suhu : 38,5 oC subfebris
Hidung : sianosis (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), Tonsil : T 1 – 1, hiperemis ()
normal, kripte melebar (-), Lain-lain dalam batas
normal
Dada : retraksi suprasternal (+), Suara Dasar : vesikuler, ekspirasi
diperpanjang, Suara Tambahan : Ronkhi +/+, wheezing
+/+.
Abdomen : bising usus (+) normal
Ekstremitas : sianosis (-) normal
D. Menyusun Berbagai Penjelasan Mengenai Permasalahan
E. Merumuskan Tujuan Belajar
DIAGNOSIS KERJA
An. Yokoi di diagnosis Asma Attack (serangan asma)
DEFINISI
Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan
atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan (Hassan, 2007).
Secara umum pengertian Asma adalah suatu keadaan dimana saluran
nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara.
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas
cabang-cabang trakhea bronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan.
Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan seluruh nafas secara
periodik dan reversibel akibat bronkospasme (Price, 2005).
ETIOLOGI
Ada dua faktor pencetus asma, antara lain (Departemen Ilmu Penyakit
Paru, 2010).
a. Pemicu (trigger) yang menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi) dan tidak menyebabkan peradangan.
b. Penyebab (inducer) yang menyebabkan peradangan atau inflamasi pada
saluran pernapasan.
Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor
predisposisi dan faktor presipitasi timbulnya serangan asma bronchial.
a. Faktor Predisposisi
Genetik, telah diterima secara umum, bahwa ada kontribusi herediter
pada etiologi asma, pola herediter komplek dan asma tidak dapat
diklasifikasikan secara sederhana cara pewarisannya seperti autosomal
dominan, resesif atau sex-linked. Namun, dari studi genetik telah
ditemukan multiple chromosomal region yang berisi gen-gen yang
memberikan kontribusi asma. Kadar serum IgE yang tinggi telah
diketahui ada hubungan kroomosom 5q, 11q, dan 12q. Secara klinik ada
hubungan kuat antara hiperesponsif saluran nafas dengan dan
peningkatan kadar IgE dan bukti terbaru menunjukkan co-inheritance
dari gen atopi dan airway hyperactivity (AHR) dijumpai kromosom
sama.
Gen yang menentukan spesifisitas dari respons imun mungkin juga
penting pada patogenesis asma. Gen-gen yang terletak human leukocyte
antigen (HLA) kompleks dapat menentukan respon terhadap
aeroallergen pada beberapa individu. Gen-gen pada kromosom
11,12,dan 13 dapat secara langsung mengontrol sitokin proinflamasi.
b. Faktor Presipitasi
1. Gender dan Ras
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki-laki
tetapi menjadi berlawanan pada pubertas dan dewasa. Prevalensi
secara keseluruhan wanita lebih banyak dari pria. Insiden asma
tinggi di negara sedang berkembang diperkirakan karena faktor
lingkungan mungkin sama pentingnya seperti faktor genetik dan ras.
2. Faktor Lingkungan
Alergen dan occupational factor adalah penyebab terpenting
asma. Dari beberapa studi epidemiologi telah menunjukkan korelasi
antara paparan allergen dan prevalensi asma dan perbaikan asma bila
paparan allergen menurun. Allergen indoor yang penting adalah
domestic (house dust) mites, allergen hewan (kucing, anjing, dan
roden), allergen kecoak dan jamur (alternaria, aspergillus,
cladosporium dan candida). Debu rumah terutama beberapa senyawa
organik dan inorganik termasuk insekta dan faeces insekta, spora
jamur, mamalia denders, fibers.
3. Polusi Udara
Polutan di luar dan di dalam rumah mempunyai kontribusi
perburukan gejala asma dengan memicu bronkokonstriksi,
peningkatan hiperesponsif saluran napas dan peningkatan respon
terhadap aeroallergen. Ada 2 polutan outdoor yang penting yaitu ;
industrial smog (sulfur dioxide, particulate complex) dan
photochemical smog (ozon dan nitrogen dioksida).
4. Faktor Lain
Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bungan dan debu.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memeprberat serangan asma yang sudah
ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera di obati
penderita asma yang mengalami stress.
Lingkungan kerja, mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Olahrag atau aktivitas jasmani yang berat, sebagian besar
penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olah rag ayang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktivitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.
FAKTOR RISIKO
a. Faktor pejamu, termasuk predisposisi genetik yang mempengaruh
untuk berkembangnya asma yaitu genetik asma, alergi (atopi),
hipereaktivitas bronkus. Jenis kelamin dan ras.
b. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan
predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan
terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala
menetap. Faktor lingkungan yaitu allergen, sensitisasi, lingkungan
kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi saluran pernapasan (virus),
diet, status ekonomi dan besarnya keluarga (PDPI, 2004).
PATOGENESIS
Hambatan aliran udara pada asma disebabkan oleh (Corwin, 2006).
a) Bronkokonstriksi
Akibat alergen yang terjadi lewat IgE-depndent release of
mediator dari sel mast dan juga ada mekanisme non IgE dalam
pelepasan mediator.
b) Edema Saluran Nafas
Jika inflamasi makin progresif ada faktor-faktor lain yang
meghambat aliran udara, yaitu : edema, hipersekresi mukus,
mukus plug, hipertrofi dan hiperplasi otot polos saluran
nafas.
c) Hiperesponsif Saluran Nafas
Bersifat multipel termasuk inflamasi, disfungsi
neuroregulasi dan perubahan struktural.
d) Airway Remodeling
Menimbulkan perubahan struktural yang meningkatkan
hambatan aliran udara saluran nafas dan hiperesponsif
saluran nafas.
Rangsangan non imunologi
(virus, infeksi, fisik,
mekanik)
Rangsangan
imunologi (antigen)
Sel mast, sel epitel, sel
makrofag, sel eosinofil,
sel limfosit
Mediator peradangan
Kontraksi otot polos
kemotaksis
Respon granulositik
Neutrofil,eosinofil,
Mediator peradangan
Sembab saluran nafas
Keradangan sel
Sekresi mukosa
Permeabilitas mukosa
dan pembuluh darah
ASMA
neuropeptid
Patifisiologi
Gejala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan
diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang
kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat
ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak,
dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih
berat. (Medicafarma,2008).
Infalamasi saluran nafas
Vasodilatasi
Sekresi mukus meningkat
Batuk
Pilek
Edema
mukosaBronkokonstrik
si
Nafas cuping
hidung
Wheezing
Perubahan reseptor muskarinik
Asetilkolin meningkat
Sekresi mukus yang
kental
Kontraksi oto polos
bronkiolusSukar
bernafas
Frekuensi pernafasa
n meningka
tOtot bant
u nafas aktif
Neuropeptida toksik
Deskuamasi sel epitel
Kronik
Jaringan parut
Obstruksi permanen
Tanda khas klinis (Mansjoer, 2008) :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa
stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Napas atau dada seperti ditekan.
Gejalanya bersifat paroksimal yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari.
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan,
serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras
(Baratawidjaja, 2010).
Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas, mengi
(wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri
di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan
(Baratawidjaja, 2010).
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul
makin bahaya. Antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hiperoinflasi dada, takikardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan
asma seringkali terjadi pada malam hari (Baratawidjaja, 2010).
Penegakkan Diagnosis
Penegakkan diagnosis
F. BelajarMandirisecara Individual atauKelompok