Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

20
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN SABUN PADAT TRANSPARAN Disusun Oleh : Kelompok 2 BD Anggi Indah H 1113102000041 Fifi Nur Hidayah N 1113102000078 Luthfia Wikhdatul A 1113102000019 Nurillah Dwi Novarienti 1113102000058 Zuha Yuliana 1113102000007 Dosen Pembimbing : Tim Dosen Praktikum Kosmetologi PROGRAM STUDI FARMASI

description

doc

Transcript of Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Page 1: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN SABUN PADAT TRANSPARAN

Disusun Oleh :

Kelompok 2 BD

Anggi Indah H 1113102000041

Fifi Nur Hidayah N 1113102000078

Luthfia Wikhdatul A 1113102000019

Nurillah Dwi Novarienti 1113102000058

Zuha Yuliana 1113102000007

Dosen Pembimbing :

Tim Dosen Praktikum Kosmetologi

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Maret - 2016

Page 2: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan

pembangunan pada segala bidang, dan juga merupakan negara yang memiliki berbagai

potensi, baik potensi sumber daya alami, maupun sumber daya manusia. Salah satu

bidang pembangunan yang paling diharapkan adalah bidang ekonomi dan salah satu

sektor dalam bidang ekonomi adalah sektor industri.

Salah satu sub sektor industri adalah sub sektor industri kimia, yang diharapkan

dapat berkembang pesat guna mengimbangi kebutuhan yang semakin berkembang dan

meningkat sesuai dengan kemajuan perekonomian bangsa. Di Indonesia masih sedikit

terdapat industri yang menggunakan minyak kelapa sebagai bahan baku yang diproses

untuk menghasilkan suatu produk. Minyak kelapa dapat dipergunakan dalam industri

melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined

Bleached and Deodorized Palm Oil). Salah satu industri yang menggunakan minyak

kelapa sebagai bahan baku adalah industri pembuatan sabun transparan. Selain RBDPO,

minyak kelapa juga sering ditambahkan dalam pembuatan sabun transparan, meski kadar

yang ditambahkan sedikit. Biasanya VCO juga sering diguanakan karena VCO

dihasilkan tidak dengan penambahan kimia atau pun proses yang melibatkan panas yang

tinggi. Selain itu, VCO memiliki asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti minyak

kelapa. VCO menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Maka dari itu

VCO sangat baik dijadikan bahan baku dalam industri pembuatan sabun transparan.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada praktikum kosmetologi ini, kelompok kami

membuat sediaan sabun transparan dari minyak kelapa dengan penambahan ekstrak

madu.

2. Tujuan Praktikum

a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan formulasi sabun padat transparan

b) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara pembuatan sabun padat transparan

c) mahasiswa diharapkan mampu membuat sabun padat transpararan dalam skala

laboratorium.

Page 3: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Sabun

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari

dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau

potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium

atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang

dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang

dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua

cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak

akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak

akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida

dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas

dengan alkali (Qisti, 2009).

Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium

stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan

pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini

dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).

2. Fungsi Sabun

Fungsi sabun dalam aneka ragam cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun

menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air itu membasahi bahan

yang dicuci dengan lebih efektif, sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk

mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran (Keenan,

1980).

Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan keringat.

Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun digunakan

untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki gugus non polar

yaitu gugus –R yang akan mengikat kotoran, dan gugus –COONa yang akan mengikat

air karena sama-sama gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas karena terikat pada sabun

dan sabun terikat pada air (Qisti, 2009).

Page 4: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

3. Efek Samping Sabun pada Kulit

Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit baik berupa kotoran

yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak. Namun dengan penggunaan sabun

kita akan mendapatkan efek lain pada kulit, pembengkakan dan pengeringan kulit,

denaturasi protein dan ionisasi, antimikrobial, antiperspiral, dan lain sebagainya

(Wasitaatmadja, 1997)

a) Daya Alkalinisasi Kulit

Daya alkalinisasi sabun dianggap sebagai faktor terpenting dari efek samping

sabun. Reaksi basa yang terjadi pada sabun konvensional yang melepaskan ion OH

sehingga pH larutan sabun ini berada antara 9-12 dianggap sebagai penyebab iritasi

pada kulit. Bila kulit terkena cairan sabun, pH kulit akan naik beberapa menit setelah

pemakaian meskipun kulit telah dibilas dengan air. Pengasaman kembali terjadi

setelah 5-10 menit, dan setelah 30 menit pH kulit menjadi normal kembali.

Alkalinisasi dapat menimbulkan kerusakan kulit bila kontak berlangsung lama,

misalnya padatukang cuci, dokter, pembilasan tidak sempurna, atau pH sabun yang

sangat tinggi. Efek alkalinisasi pada sabun sintetik sudah jauh berkurang karena

sabun sintetik memakai berbagai bahan yang tidak alkalis. Berbagai penelitian

mengenai daya iritasi sabun pada kulit akibat pH sabun yang tinggi telah banyak

dilakukan. Pada tahun-tahun terakhir beberapa peneliti membuktikan bahwa sifat

iritasi sabun berada di kulit setelah dibilas dan bagaimana absorpsi kulit terhadap

sabun (Wasitaatmadja, 1997).

b) Daya Pembengkakan dan Pengeringan Kulit

Kontak air (pH) pada kulit yang lama akan menyebabkan lapisan tanduk

kulit membengkak akibat kenaikan permeabilitas kulit terhadap air. Cairan yang

mengandung sabun dengan pH alkalis akan mempercepat hilangnya mantel asam

pada lemak kulit permukaan sehingga pembengkakan kulit akan terjadi lebih cepat.

(Marchionini dan Schade, 1928) yang meneliti hal tersebut menyatakan bahwa

kelenjar minyak kulit berperan dalam membentuk keasaman kulit dengan

pembentukan lapisan lemak permukaan kulit yang agak asam. Seperti air dan sabun,

deterjen sintetik juga dapat mengganggu lapisan lemak permukaan kulit yang agak

asam. Seperti air dan sabun, deterjen sintetik juga dapat mengganggu lapisan lemak

Page 5: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

permukaan kulit dalam kapasitas yang lebih kecil. Besarnya kerusakan lapisan

lemak kulit yang terjadi bergantung pada : temperatur, konsentrasi, waktu kontak,

dan tipe kulit pemakai.

Kerusakan lapisan lemak kulit dapat meningkatkan permeabilitas kulit

sehingga mempermudah benda asing menembus kedalamnya. Bergantung pada lama

kontak dan intensitas pembilasan, maka cairan sabun dapat diabsorpsi oleh lapisan

luar kulit sehingga dapat tetap berada di dalam kulit sesudah dibilas. Kerusakan

lapisan lemak kulit dapat menambah kekeringan kulit akibat kegagalan sel kulit

mengikat air. Pembengkakan kulit ini akan menurunkan pula kapasitas sel untuk

menahan air sehingga kemudian terjadi pengeringan yang akan diikuti oleh

kekenduran dan pelepasan ikatan antar sel tanduk kulit. Kulit tampak kasar dan tidak

elastis.Terjadi pula peningkatan permeabilitas stratum korneum terhadap larutan

kimia yang iritan. Inilah yang sering dirasakan pada kulit oleh mereka yang sering

dan lama berhubungan dengan deterjen (rasa deterjen). Penambahan sabun/deterjen

dengan bahan-bahan pelumas (super fatty) dapat mengurangi efek ini

(Wasitaatmadja, 1997).

4. Data Preformulasi Bahan

a) Aquadest

- Rumus molekul : H2O

- Berat molekul : 18,02 g/mol

- Bentuk fisik : Cair

- Warna : Tidak berwarna

- pH : 7 (netral)

- Titik didih : 100 oC (212 F)

- Titik leleh : -

b) Asam stearat

- Rumus molekul : C18H36O2

- Berat molekul : 284,48 g/mol

- Bentuk fisik : Padat (kristal padat)

- Warna : Putih ke kuningan

- pH : -

- Titik didih : 350 oC (662 F)

- Titik leleh : 69,4 oC (156,9 F)

Page 6: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

c) Etanol

- Rumus molekul : CH3CH2OH

- Berat molekul : 46,07 g/mol

- Bentuk fisik : Cair

- Warna : Tidak berwarna

- pH : -

-

- Titik didih : 78,5 oC (173,3 F)

- Titik leleh : -114,1 oC (-173,4 F)

d) Gliserin

- Rumus molekul : C3H5(OH)3

- Berat molekul : 92,09 /mol

- Bentuk fisik : Cair

- Warna : Tidak berwarna

- pH : -

- Titik didih : 290 oC (554 F)

- Titik leleh : 19oC (66,2F)

e) Natrium Hidroksida

- Rumus molekul : NaOH

- Berat molekul : 40 g/mol

- Bentuk fisik : Padat

- Warna : Putih

- pH : 13,5 (basa)

- Titik didih : 1388 oC (2530,4 F)

- Titik leleh : 323 oC (613,4 F)

Page 7: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat

a) Waktu : Kamis, 24 Maret 2016

b) Tempat : Laboratorium FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Alat dan Bahan

Alat

Spatula Lumpang dan Alu

Batang Pengaduk Timbangan Analitik

Gelas Beker Hot Plate

Cawan Penguap Kertas Perkamen

Kaca Arloji Cetakan Sabun

Termometer Gelas Ukur

pH Indikator Pipet Tetes

Bahan

Ekstrak Madu Gliserin

Asam Stearat Sukrosa

Minyak Kelapa Na2EDTA

NaOH 30% Parfum

Ethanol 96% Aquades

3. Penimbangan Bahan

Sediaan sabun padat transparan dibuat sebanyak 100 g

Formula Jumlah Perhitungan Penimbangan

Ekstrak Madu 5% 5/100 x 100 g = 5 g 5 g

Asam Stearat 5% 5/100 x 100 g = 5 g 5 g

Minyak Kelapa 20% 20/100 x 100 g = 20 g 20 g

NaOH 30% 22% 22/100 x 100 g = 22 g 22 g

Ethanol 96% 20% 20/100 x 100 g = 20 g 20 g

Gliserin 10% 10/100 x 100 g = 10 g 10 g

Page 8: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Sukrosa 13% 13/100 x 100 g = 13 g 13 g

Na2EDTA 0,2% 0,2/100 x 100 g = 0,2 g 0,2 g

Aquades ad 100%100 – (5+5+20+22+20+10+13+0,2)

= 4,8 mL4,8 mL

Parfum q.s 3 tetes 3 tetes

4. Prosedur Kerja

Timbang dan siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur diatas penangas air hingga suhu 70°C

Tambahkan larutan NaOH, diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis

Tambahkan gula dan Na2EDTA yang telah dilarutkan di dalam air

Tambahkan gliserin aduk hingga homogen

Tambahkan ekstrak yang telah dilarutkan dalam etanol diaduk sampai terbentuk massa yang transparan dan homogen

Tambahkan parfum pada suhu 50°-60°C aduk hingga homogen

Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras kemudian keluarkan dari cetakan.

Evaluasi sabun

Tinggi dan stabilitas busa

Keasaman sabun: ukur dg pH indicator universal

Organoleptis : warna, baud an tekstur

Daya bersih

Sensasi setelah penggunaan

Page 9: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Praktikum

Evaluasi Hasil Kesimpulan

Uji Organoleptis

Tekstur : Lembut

Bau : Cheri Blossom

Warna : Coklat TransparanBaik

Uji pH 12 Tidak Baik

Uji Daya BersihMembersihkan noda dg

cepat dan bersih Baik

Uji

Setelah

Penggunaan

Kulit menjadi bersih dan

kesat Baik

Uji

Tinggi dan

Stabilitas Busa

Tinggi Busa : 3,5 cmSetelah 5 menit : 1 cm Terjadi pengurangan busa

Kurang Baik

2. Pembahasan PraktikumTekstur yang lembut diperoleh dari penambahan gliserin dan

sukrosa yang berfungsi sebagai pelembab sehingga berpenetrtasi kedalam kulit dan menghasilkan kulit yang lembut dan lembab. Warna coklat transparan diperoleh dari penambahan ekstrak madu yang dilarutkan dalam etanol. Aroma chery blassom didapatkan dari penambahan parfum chery blassom.

pH sabun berdasarkan literatur berkisar antara 9-10,8. Sementara sediaan sabun transparan yang dihasilkan oleh kelompok

Page 10: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

kami memiliki PH 12, itu disebabkan karena terjadinya sabun yang terhidrolisis.

Tinggi dan stabilitas busa dilakukan dengan memasukan 10 gram sabun kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dengan membolak-balik gelas ukur 10 kali. Tinggi busa sabun dipengaruhi oleh minyak kelapa yang tergolong asam laurat. Asam laurat memberikan sifat pembusaan yang sangat baik, namun stabilitasnya sangat rendah karena busa cepat menghilang atau tidak tahan lama. Busa sangat mempengaruhi daya kebersihan dari sabun, karena bentuk surfaktan yang berkerja dari sediaan sabun yakni busa tersebut.

Dalam proses pembuatan sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (alkali) seperti NaOH. Kadar dan jumlah NaOH sangat mempengaruhi hasil akhir sediaan sabun karena mempengaruhi proses sponifikasi.

Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya pada 70oC. Pemanasan asam stearate dilakukan sampai asam stearate melarut secara sempurna pada suhu 70oC agar dapat bercampur secara sempurna dengan minyak. Setelah keduanya bercampur dengan sempurna, kemudian NaOH dimasukan ke dalam campuran tersebut, dan diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis, ciri campuran sudah kalis adalah terbentuk masa yang kental dan lengket seperti adonan kue.

Page 11: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Setelah keduanya melarut secara sempurna selanjutnya ditambahkan bahan lain seperti gula dan Na2EDTA. Fungsi dari gula adalah sebagai pelembut dan penambah viskositas, sedangkan Na2EDTA berfungsi sebagai anti kelat. Selanjutnya dilakukan penambahan gliserin lalu aduk hingga homogen sambil suhu terus dijaga 70oC. Setelah tercampur sempurna, ditambahkan ekstrak madu yang telah dilarutkan dengan etanol 96%, sambil terus diaduk hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan agen penjernih sabun yakni etanol 96% sedikit demi sedikit hingga sabun secara sempurna melarut dan berbentuk bening transparan. Suhu tetap dipertahankan pada 70oC agar sabun tidak mengeras dengan cepat. Terakhir ditambahkan parfum sebagai pemberi aroma sabun.

Setelah semua bahan larut sempurna, campuran larutan sabun transparan segera dituangkan kedalam cetakan yang telah tersedia, lalu didinginkan hingga mengeras secara sempurna. Pada praktikum kali ini, hasil sediaan dari kelompok kami setelah mengeras terasa sedikit berminyak, hal ini dimungkinkan karena pengadukan yang kurang sempurna sehingga reaksi saponifikasi tidak terjadi secaraa sempur

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil yang ada dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun kelompok kami belum memenuhi persyaratan untuk digunakan. Persyaratan tersebut diantaranya PH, dan stabilitas busa.

Page 12: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Lampiran Foto

1. Penimbangan Bahan

As.stearat Etanol Sukrosa

Page 13: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Aquades Ekstrak madu Minyak kelapa

Gliserin NaOH

2. Cara Kerja

Page 14: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix
Page 15: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

3. Pencetakan dan Pengemasan Sabun

Page 16: Laporan Praktikum Kosmetologi-sabun Padat Transparan Fix

Daftar Pustaka

Anonim, 1993. Martindale The Complete Drug Reference Thirty Edition. Departemen

Kesehatan RI : Jakarta

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia : Jakarta

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia : Jakarta

Qisti, Rachmiati, 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu

pada Konsentrasi yang Berbeda, Bogor, Program Studi Teknologi Hasil

Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Raymond,dkk, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition,

Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association : Inggris

Sari, Tuti Indah .,dkk. 2010. Pembuatan sabun padat dan sabun cair dari minyak

jarak. Jurnal teknik kimia no.1 vol. 17., Fakultas Teknik Universitas

Sriwijaya.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: PenerbitUI

Press. Hal. 28, 59-60, 182-188.