Laporan Praktikum Kimia Organik II
-
Upload
nanawelexx -
Category
Documents
-
view
358 -
download
0
description
Transcript of Laporan Praktikum Kimia Organik II
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
REAKSI AZO
Pada tanggal 3 desember 2013
Dosen Pengampu: Lina Elfita, M.Si., Apt
Semester III
Oleh:
1. Zaenab Salsabila A (1112102000084)2. Brendi (1112102000086)3. Mauliana (1112102000091)4. Ismatuz Zulfa (1112102000092)5. Nihayatul Mardliyah MS (1112102000096)6. Ilham Gafar (1112102000098)7. Fakhrun Nisa’ (1112102000108)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam dimana kita hidup kaya terhadap warna. Maka tidak salah jika warna merupakan sesuatu yang kita lihat setiap waktu ketika mata normal terbuka. Warna terbentuk karena benda yang dilihat memantulkan gelombang tertentu cahaya putih yang ditangkap mata dan diterjemahkan di otak. Hasilnya, kita dapat mengidentifikasi berbagai warna benda. Warna juga dapat dibentuk dengan pewarnaan.
Proses pewarnaan dilakukan untuk membentuk warna-warna baru. Maka, pewarnaan menjadi hal penting dalam berbagai bidang, tanpa terkecuali bidang industri yang melakukan penyediaan barang. Barang dan benda yang berwarna menarik lebih disukai konsumen. Dalam industri tekstil, bahan yang diproduksi umumnya diwarnai dengan zat pewarna yang dibuat dari senyawa azo. Salah satu pewarna yang diperoleh dari senyawa azo adalah pewarna metil orange. Pewarna metil orange tersebut dibuat dengan bahan utama asam sulfanilat.
1.2 Tujuan
Mampu membuat pewarna metil orange dari asam sulfanilat
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk warna kesuatu objek atau suatu kain. Zat warna bermula pada zaman prasejarah, zat warna tertua adalah Indigo yang digunakan orang Mesir kuno untuk mewarnai pakaian mumu.Ungu tirus dari siput Murex dijumpai di dekat kota Tirus yang digunakan oleh orang Romawi untuk mewarnai jubah maharaja. Alizatin atau merah Turki, diperoleh dari akar pohon madder dan dalam abat 18 dan 19 digunakan untuk mewarnai baju merah prajurit Inggris. Agar dapat digunakan sebagai pewarna, senyawa tersebut harus tidak luntur (tetap pada kain selama pencucian ) atau zat itu harus tetap terikat pada kain.
Suatu kain yang terbuat dari serat polipropilena atau hidrokarbon yang serupa, sukar untuk diwarnai karena tidak memiliki gugus fungsional untuk menarik molekul-molekul zat warna. Namun kain ini dapat diwarnai dengan memasukkan suatu komplek logam zat warna kedalam polimer itu. Kapas (selulosa) lebih mudah diwarnai karena ikatan hydrogen antara gugus hidroksil satuan glukosa dan gugus molekul zat warna akan akan mengikat warna itu pada pakaian.Serat polipeptida, seperti wol atau sutera, merupakan tekstil yang paling gampang untuk diwarnai karena mereka mengandung banyak gugus polar yang dapat berinteraksi dengan molekul zat warna.
Suatu zat warna langsung adalah zat warna yang diaplikasikan langsung ke kain dari dalam suatu larutan (air) panas. Jika tekstil yang akan diwarnai itu mempunyai gugus polar, maka dengan memasukkan suatu zat warna, baik dengan suatu gugus amino maupun dengan suatu gugus asam kuat menyebabkan zatb warna itu tidak luntur. Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.
Zat warna azo merupakan jenis zat warna sintetis yang cukup penting. Zat warna azo merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil karena warna tekstil dibuat dari senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus benzen, yaitu sekitar 60% - 70%. Zat warna azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo (N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik. Lingkungan zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga, biru Al (Navy Blue), violet dan hitam, hanya warna hijau yang sangat terbatas. Senyawa azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogen dan mutagenik.
Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula dari bahasa Yunani a (bukan) dan zoe (hidup). Penggolongan lain yang utama digunakan adalah pada proses pencelupan dan pencapan pada industri tekstil yang dimana penggolongan ini berdasarkan aplikasi (cara pewarnaan). Zat warna ini dapat digolongkan sebagai zat warna asam, basa, direk, dispersi, pigmen, reaktif, solven, belerang, bejana dan lain-lain. Untuk membuat zat warna azo dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion diazonium.
2
3
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di lab PNA fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , hari selasa tanggal 3 desember 2013.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : Erlenmeyer , Kain sutra, kain wol, dan kain katun
Bahan : Asam sulfanilat, natrium karbonat anhidrat, natrium nitrit, air, HCl pekat, N,N dimetil anilin.
3.3 Cara kerja
3.3.1 Diazo asam sulfanilat
Ke dalam Erlenmeyer 25 ml natrium karbonat anhidrat , 25 ml asam sulfanilat 5 mmol
↓
Panaskan di atas hotplate , lalu dinginkan pada suhu kamar
↓
Tambahkan natrium nitrit 6 mmol , tuangkan larutan ke dalam beakeryang berisi 15 ml campuran es, air dan hcl pekat1 ml. terbentuk endapan putih, lalu dinginkan di alam ice bath s.
4
3.3.2 Pembuatan metil orange
Pada tabung reaksi campurkan dimetil anilin 0,7, asam asetat glasial 0,5 ml.
↓
Tambahkan ke dalam larutan suspense di atas , aduk, hingga terbentuk warna merah dan terpisah
↓
Dinginkan selama 10 menit , tmbahkan NaOH 10 % , kumpulkan endapan dengan filtrate isap
3.3.3 Pewarnaan pakaian
Pada gelas beaker siapkan tempat larutan pencelup yang berisi 100 ml air , 0,5 natrium sulfat, 3 tetes asam sulfat pekat dan 0,2 metil orange
↓
Panaskan sampai mendidih dan celupkan sutra , wol dan kain katun selama 5 menit
5
3.3.4 Sifat indicator
Ambil sedikit Kristal metil orange dan larutkan ke dalam sedikit air
↓
Tambahkan HCl encer , amati apa yang terjadi, tambahkan NaOH encer amati apa yang terjadi
3.4 Hasil dan Pembahasan
3.4.1 Hasil
Pewarnaan pakaian :
Kain sutera : memberi warna merah muda kekuningan
Kain katu : memberi warna putih kenereahmudaan
Sifat indikator :
Ditambahkan HCl : terbentuk warna merah darah
Ditambahkan NaOH : terbentuk warna kuning
3.4.2 Pembahasan
Praktikum ini berdasarkan dengan tujuan yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni
mahasiswa atau praktikan diharapkan mampu membuat pewarna metil orange dari asam
sulfanilat, dengan prinsip dasar adalah reaksi azo.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan utama, yaitu natrium
karbonat anhidrat sebanyak 6,625 gram dan asam sulfanilat 21,65 gram. Karena bahan yang
ditimbang tersebut berbentuk padat, maka harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air, 25 ml
untuk natrium karbonat dan 25 ml untuk asam sulfanilat. Kemudian kedua bahan dicampur
menjadi satu dan ditambahkan lagi 10 ml air. Setelah itu dipanaskan di atas hot plate sampai
tidak terbentuk endapan dan segera dinginkan apabila sudah terbentuk pemanasan yang
sempurna. Tujuan penambahan natrium karbonat ke dalam asam sulfanilat yaitu untuk
deprotonasi gugus amino, dimana proton yang dihasilkan berasal dari disosiasi natrium
karbonat tersebut. Lalu, menambahkan natrium nitrit 0,414 gram dan mengaduknya sampai
larut. Setelah itu, menuangkan 15 ml campuran aquadest dingin dengan HCl pekat, yang
6
terdiri dari 14 ml aquadest dingin dan 1 ml HCl pekat. Tujuan penambahan asam klorida dan
natrium nitrit adalah pembentukan asam nitrit. Dimana asam nitrit tersebut akan membentuk
ion nitrosonium yang bersama dengan asam sulfanilat akan membentuk ion atau garam
diazonium. Aquadest yang ditambahkan harus dingin, karena jika tidak dikhawatirkan akan
tidak terbentuk endapan metil yang diharapkan. Setelah terbentuk suspensi dengan endapan
putih, praktikan mendiamkannya dalam ice bath sampai beberapa menit. Proses yang
dilakukan di atas dinamakan diazotisasi asam sulfanilat.
Pada suspensi yang didiamkan dalam ice bath selanjutnya ditambahkan dengan
campuran dimetil anilina 0,7 ml dan asam asetat glasial 0,5 ml, lalu mengaduknya dengan
cepat dan konstan sehingga terbentuk warna merah dan terpisah. Kemudian,
mendinginkannya selama 10 menit dan menambahkannya dengan NaOH 10% untuk
membentuk garam natrium orange, cek pH-nya sampai terbentuk basa. Namun, praktikan
secara langsung memperoleh pH 9 hanya dengan penambahan 4,5x pipet NaOH 10%. Setelah
itu, saring endapan menggunakan vacum filtration. Tahap ini sudah sampai pada tahap
pembuatan metil orange.
Langkah selanjutnya yakni mewarnai pakaian, sampel yang digunakan adalah kain
katun dan kain sutera. Sebelumnya, praktikan menyiapkan dahulu gelas beaker yang berisi
100 ml air, 0,5 gram natrium sulfat, 3 tetes asam sulfat, dan 0,2 endapan metil orange yang
telah diperoleh. Kemudian, memanaskannya di atas hot plate dan memasukkan sampel yang
sudah tersedia selama 5 menit sampai larutan mendidih. Hasil yang praktikan peroleh adalah
kain katun yang semula berwarna putih menjadi kain katun berwarna merah muda yang
masih terlihat cukup jelas warna putih pada kain aslinya dan menjadi warna merah muda
sedikit ke-orange-an pada kain sutera. Diketahui berdasarkan literatur, sutera merupakan
bahan yang paling mudah untuk diwarnai dengan menggunakan pewarna metil orange dan
tidak luntur bila dibilas, beda halnya dengan kain katun yang luntur apabila dibilas.
Hal ini disebabkan karena metil orange adalah zat warna yang termasuk dalam
golongan azo bila berdasarkan senyawa kimianya, dan tergolong dalam direct asam bila
berdasarkan aplikasi penggunaannya. Maksud dari direct asam yaitu dapat memberikan
warna terang karena molekulnya yang cenderung kecil.
Bahan pakaian yang bersumber dari serat hewan hanya dapat diwarnai dengan
pewarna tipe asam. Sedangkan pada bahan pakaian yang bersumber dari serat hewan dan
7
serat tumbuhan dapat menggunakan pewarna tipe basa, walaupun masih diperlukan tahap
lanjutan untuk mewarnai bahan dari serat tumbuhan.
Praktikan juga melakukan pembandingan hasil metil yang diperoleh dengan metil
orange indikator. Hal ini dilakukan dengan menambahkan HCl pada sedikit kristal metil
orange yang pada percobaan ini menghasilkan warna merah, sedangkan dengan penambahan
NaOH menghasilkanwarna kuning-jingga. Hal tersebut sesuai dengan teori indikator metil
orange. Dimana apabila larutan bersifat asam akan menghasilkan warna merah muda, dan
menghasilkan warna kuning pada larutan yang bersifat basa. Hasil warna yang diperoleh oleh
praktikan hanya terdapat sedikit perbedaan kepekatan dengan metil orange indikator yang
ada, hal ini dimungkinkan pada banyak sedikitnya metil orange, HCl atau NaOH yang
digunakan. Perubahan warna pada indikator berasal dari elektron di dalam molekul saat ion
hidrogen terlepas atau terikat. Pada larutan asam, molekul menyerap cahaya biru-hijau,
dimana akan membuat larutan menjadi merah. Sedangkan dalam suasana basa, ion hidrogen
menghilang dari jembatan -NN- antara cincin-cincin, dan elektron yang dihasilkan digunakan
untuk mengikat hidrogen yang menetralisir muatan positif di nitrogen tersebut, sehingga tidak
terdapat lagi ikatan pi, dan warna larutan yang tampak adalah kuning.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Proses diazotisasi, yaitu proses reaksi aniline dengan asam nitrit yang akan
menghasilkan garam diazonium.
2. Pembuatan pewarna metil orange dari asam sulfanilat dapat dilakukan berdasarkan
teori reaksi azo
3. Kain sutera merupakan bahan yang paling mudah untuk diwarnai dengan
menggunakan pewarna metil orange dan tidak luntur bila dibilas, beda halnya dengan
kain katun yang luntur apabila dibilas.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. yuniethafafa.blogspot.com2. Praktikum Kimia Organik 3 www.scribd.com diakses tgl 6 des
jam 5:28 wib
10