LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
-
Upload
titin-indrawati -
Category
Documents
-
view
1.227 -
download
17
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
ACARA IVPENGARUH KmnO4, CaC2,CaCl DAN ETILEN DALAM
PROSES PEMATANGAN BUAH
OLEHTITIN INDRAWATI
J1B 013 116
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM2015
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram, 04 Desember 2015
Mengetahui, Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,Teknologi Pasca Panen
IDA KURNIAWATI TITIN INDRAWATINIM.J1A 012 049 NIM.J1B 013 116
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah dan sayur merupakan jenis pangan yang mudah rusak karena
kandungan airnya yang cukup tinggi sehingga memungkinkan bakteri dan
mikroba lain tumbuh di dalamnya dan hal ini bisa menurunkan mutu pangan.
Penurunan mutu tersebut disebabkan karena sayur dan buah setelah dipetik masih
melakukan proses metabolisme dan aktivitas respirasi. Jaringan pada buah dan
sayur yang telah dipetik aktif melakukan respirasi yang bertujuan untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara merombak pati menjadi gula .
Pematangan buah yaitu mengacu pada perubahan yang terjadi setelah
pendewasaan penuh, yang dicirikan oleh melunaknya daging buah, terbentuknya
karakteristik aroma, dan peningkatan kandungan cairan buah (Zulkarnaen 2009).
Berdasarkan laju respirasinya buah dibedakan menjadi dua yaitu buah klimaterik
(laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode pematangan dan pada awal
senesen) dan nonklimaterik (tidak ada perubahan laju respirasi pada akhir
pematangan buah) (Zulkarnaen 2009). Contoh buah klimaterik adalah avokad,
papaya, apel, pisang dan lain-lain sedangkan contoh buah nonklimaterik adalah
jeruk, nanas, durian, dan lain-lain (Ayimada 2009).
Proses pematang tersebut, dihasilkan air secara terus menerus sehingga
mengakibatkan kelayuan saat penyimpanan karena praktis tidak ada suplai air
lagi. Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan buah dan sayur adalah
dengan penyimpanan pada suhu rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun
respirasi dapat dihambat. Oleh sebab itu perlu dilakukan praktikum ini agar dapat
mempelajari penggunaan KMnO4, CaC2,CaCl dan etilen terhadap pematangan
buah.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh gas
etilen, KmnO4, CaCl2, dan CaC2 terhadap mutu buah sehingga praktikan dapat
mengetahui penanganan dan perlakuan terbaik dalam proses pematangan buah.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dikenal
sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan
proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan di mana
akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan berat;
susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau
tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai
gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Mutu simpan buah akan lebih
bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan
meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya
komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi
atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono 2011).
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong
pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo 1990). Proses pemecahan
tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana
ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau
terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah
hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut
berkurang. Saat terjadi klimaterik klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya
penguraian klorofil. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan
photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-
gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico 2009).
Pada proses pematangan buah dikenall istilah buah klimaterik dan buah
non klimaterik. Klimaterik merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan
menjadi layu, meningkatnya respirasi tergantung pada jumlah etilen yang
dihasilkan serta meningkatnya sintesis protein dan RNA. Klimaterik adalah suatu
periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama proses itu terjadi
pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah, buah
menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah,
sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah
CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan, buah tersebut
digolongkan non klimaterik (Heddy 2009).
Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat
dibagi dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan
klimakterik menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya
yaitu tomat, alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan
tersebut menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama
pematangan buah. Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas
diantaranya yaitu ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei
(Destian, 2010).
Buah pisang, terutama yang matang, memiliki beberapa kandungan seperti
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, beberapa vitamin (A,B1, B2
dan C), zat besi, dan niacin. Kandungan mineralnya yang menonjol adalah kalium.
Berdasarkan sifat klimakteriknya, proses klimakterik dalam buah dapat dibagi
dalam 3 tahap yaitu klimakterik menaik, puncak klimakterik dan klimakterik
menurun. Buah-buah yang mengalami proses klimakterik diantaranya yaitu tomat,
alpokat, mangga, pepaya, peach dan pear karena buah-buahan tersebut
menunjukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah.
Buah-buah yang mengalami pola berbeda dengan pola diatas diantaranya yaitu
ketimun, anggur, limau, semangka, jeruk, nenas dan arbei (Kamarani, 2010).
Zat-zat tersebut sangat diperlukan dalam tubuh manusia. Bukan itu saja,
pisang termasuk buah yang murah-meriah dan mudah didapat sepanjang tahun.
pemasakan yang lebih cepat, yakni menggunakan karbit (kalsium karbor).
Jangankan buah pisang yang umurnya tua, pisang yang umurnya masih tergolong
muda (belum siap panen) pun akan segera matang walau dari sisi aroma atau rasa
kurang nyaman. Pisang yang matang karena dikarbit cepat membusuk. Dari
penelitiannya diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Pisang yang dimatangkan
dengan karbit paling cepat (tidak sampai tiga hari) matangnya, tetapi proses
pembusukannya pun paling cepat (Anonim 2011).
Kalsium Klorida (CaCL2) telah dilaporkan dapat memperpanjang umur
simpan buah (Scott, 1984). Menurut Shear dan Faust (1975) buah dengan
kandungan kalsium tinggi akan menpunyai laju respirasi yang lebih lambat dan
umur simpan yang lebih lama daripada buah dengan kandungan kalsium yang
rendah. Ditinjau dari waktu yang diperlukan untuk masuknya CaCL2 ke dalam
buah, maka perendaman pada tekanan vakum lebih efektif, karena CaCL2 lebih
cepat meresap ke dalam buah ( Sari, dkk. 2011)
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.
Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum
berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal, etilen
akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam etilen
akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman.
Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik
(Isbandi, 2012).
Dibuat larutan KMnO4 jenuh, dengan cara melarutkan KMnO4 ke dalam 500 ml aquades sampai dengan KMnO4 tersebut tidak larut.
Direndam batu bata merah ke dalam larutan KMnO4 tersebut, kemudian ditiriskan dan dimasukkannya ke dalam kantong plastik.
Ditimbang KOH 5 gram dan CaCl2 10 gram, dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkannya ke dalam kantong plastik.
Ditimbang, diukur tekstur serta diamati kenampakan dari masing-masing buah
Dimasukkan buah (pisang) beserta kantong yang berisi KOH, KMnO4 dan CaCl2 tadi masing-masing ke dalam kantong plastik yang lain dengan 2
kondisi yaitu terbuka dan tertutup.
BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 20 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan
Agroindustri Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat Praktikum
Adapun alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan,
lemari es, penetrometer dan thermometer.
b. Bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisang,
mangga, kantong plastik, batu bata merah, larutan KMnO4 jenuh, KOH, CaCl2 dan
kertas saring.
3.3. Prosedur Kerja
a. Pengaruh KMnO4, CaCl2 dan KOH dalam Proses Pematangan Buah
Dimasukkan buah pisang kedalam kantong plastik tanpa ditambahkan KOH, KMnO4 dan CaCl2 kemudian di simpan sesuai perlakuan.
Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan pada hari ke-3 dan 7
Ditimbang CaC2 sebanyak 5 gr dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
Ditimbang, diukur tekstur serta diamati kenampakan buah (pisang dan nanas)
Dimasukkan buah beserta kantong berisi CaC2 ke masing-masing kantong plastik dengan perlakuan suhu dingin dan suhu ruang
Dimasukkan buah kedalam kantong plastic tanpa CaC2 kemudian disimpan pada suhu dingin dan suhu ruang
Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan buah pada hari ke-3 dan 7
b. Pengaruh CaCl2 dalam Proses Pematangan Buah
BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1. Pengamatan Awal Hari Ke-0Perlakuan Komoditi Kondisi Kondisi Pengamatan
Plastik Suhu Tekstur Kenampakan
KOH
Nanas 1 Terbuka Kamar 2 2/3 hijau, 1/3 kuningNanas 2 Dingin 2,5 ¼ kuning, ¾ hijauNanas 1 Tertutup Kamar 2,0 Kuning kehijauanNanas 2 Dingin 2,5 Hijau kekuninganPisang 1 Terbuka Kamar 0,5 Agak empuk bercak hitamPisang 2 Dingin 0,5 Agak empuk bercak hitamPisang 1 Tertutup Kamar 2 HijauPisang 2 Dingin 2 Hijau
CaC2
Nanas 1 Terbuka Kamar 2 Hijau semuaNanas 2 Dingin 2 Hijau semuaNanas 1 Tertutup Kamar 3 Hijau segarNanas 2 Dingin 3 Hijau segarPisang 1 Terbuka Kamar 1 HijauPisang 2 Dingin 1 HijauPisang 1 Tertutup Kamar 2 HijauPisang 2 Dingin 2 Hijau
Kontrol
Nanas 1 Terbuka Kamar 3,0 Hijau ½ kuningNanas 2 Dingin 3,5 Hijau segarNanas 1 Tertutup Kamar 3 Hijau segarNanas 2 Dingin 3 Hijau ½ kuningPisang 1 Terbuka Kamar 3 Hijau bercak hitamPisang 2 Dingin 1,5 Hijau bercak hitamPisang 1 Tertutup Kamar 1,25 Hijau bercak hitamPisang 2 Dingin 1,5 Hijau bercak hitam
Tabel 3.2. Pengaruh KOH dalam proses pematangan
Komoditi KondisiPlastik
KondisiSuhu
Tekstur Kenampakan3 7 3 7
PisangTerbuka Kamar 1 Hijau kehitaman, empuk/lembek berair
Dingin 1,75 Kuning kehitaman, ada jamur, berair
Tertutup Kamar 1 Warna hitam kekuningan, tumbuh jamurDingin 2,5 Warna hitam kehijauan
Nanas TerbukaKamar 2 1,5 Dominan kuning, rusak
dibagian bawah Matang, busuk bagian bawah, lembek,
Berair
Dingin 2,5 2,0 Dominan hijau, rusak dibagian samping bawah
Keras, warna tetap, sedikit berair, hijau, sedikit kuning
TertutupKamar 2,5 0,5 Kuning Membusuk, warna orange, berair banyak,
lembek
Dingin 2,5 2,5 Hijau Tidak terjadi perubahan, hijau kekuningan
Tabel 3.3. Pengaruh CaC2 dalam proses pematangan
Komoditi KondisiPlastik
KondisiSuhu
Tekstur Kenampakan3 7 3 7
PisangTerbuka
Kamar 1 Hijau kehitaman, empuk/lembek berair.
Dingin 1,75 Kuning kehitaman, ada jamur dan berair.
Tertutup Kamar 1 Warna hitam kekuningan ada jamurDingin 2,5 Warna hitam kehijauan
NanasTerbuka Kamar 3 2,5 Dominan kuning Kuning bercak hitam
Dingin 3 2,5 Hijau kekuningan Kuning kehijauan, keras
Tertutup Kamar 2,75 2 Kuning dominan hijau, keras Kuning rusakDingin 3,5 3 Hijau dominan kuning Hijau kekuningan, keras
Tabel 3.4. Pengaruh Kontrol dalam proses pematangan
Komoditi KondisiPlastik
KondisiSuhu
Tekstur Kenampakan3 7 3 7
PisangTerbuka Kamar 1 0,25 Hijau kekuningan Kuning, kehitaman, lembek, berjamur
Dingin 1,25 1,5 Hijau Hijau bercak hitam
Tertutup Kamar 1,25 0,25 Hijau Kuning bercak hitam, berair, berjamurDingin 1,5 1,25 Hijau tua Hijau tua, kehitaman
NanasTerbuka Kamar 3 1 Hijau dominan kuning Kuning, cokelat, busuk
Dingin 2,75 2,5 Kuning dominan hujau, rusak Kuning, keras
Tertutup Kamar 3 1,5 Kuning masih ada hijau Kuning, cokelat, busuk, berairDingin 3 2,5 Hijau dominan kuning Kuning, keras
BAB VPEMBAHASAN
Pertumbuhan organisme perusak dapat diperlambat pada suhu
penyimpanan rendah, namun komoditas segar berangsur-angsur kehilangan
resistensi alaminya terhadap pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu
lamanya umur simpan ditentukan oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan
kualitas), pertumbuhan organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu
dingin Penyimpanan buah pada suhu rendah yang stabil dapat mempertahankan
tekstur alami karena pendinginan atau penyimpanan pada suhu rendah dapat
menghambat atau mengurangi laju respirasi dan transpirasi atau kehilangan air.
Penyimpanan pada suhu dingin, namun sesekali difluktuasikan atau diekspose
pada suhu ruang menyebabkan penurunan mutu fisik/organoleptik dan nilai gizi
yang lebih cepat dibandingkan suhu stabil. Penyimpanan pada suhu ruang
(dibiarkan sesuai dengan suhu lingkungan) menyebabkan penurunan mutu fisik-
organoleptik dan mutu nilai gizi sangat cepat yang diikuti dengan proses
pembusukan (Tranggono 1990).
Percobaan untuk melihat pengaruh KOH terhadap proses pematangan
buah pisang dan nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu
dingin, dalam dua kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah
pisang diperoleh tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut
yaitu pada pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka
suhu kamar adalah 1 memiliki kenampakan Hijau kehitaman, empuk/lembek
berair padasuhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,75 memiliki kenampakan kuning
kehitaman, ada jamur, berair, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada
suhu kamar sebesar 1 kenampakan warna hitam kekuningan, tumbuh jamur pada
suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan warna hitam kehijauan. Sedangkan pada
buah nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur
pada kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 1,5 memiliki kenampakan buah
matang, busuk bagian bawah, lembek, berair, pada suhu dingin diperoleh nilai
tekstur 2,0 memiliki kenampakan buah keras warna tetap, sedikit berair, hijau,
sedikit kuning, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu kamar
sebesar 0,5 kenampakan buah membusuk, warna oranye, berair banyak, lembek
pada suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan tidak terjadi perubahan, hijau
kekuningan.
Percobaan menggunaka KOH yang dipergunakan adalah KMnO4 terhadap
proses pematangan memiliki pengaruh yang sangat cepat terhadap pematangan
buah pisang maupun nenas dengan kondisi tertup maupun terbuaka juga pada
suhu kamar maupun dingin sehingga buah yang menggunakan pematang ini jika
di gunakan dalam waktu yang lebih lama akan mengalami pematangan yang
sangat cepat sehingga buah tidak mampu mempertahankan kesegarannya dalam
jangka waktu yang sangat lama.
Percobaan untuk melihat pengaruh CaC2 terhadap proses pematangan buah
pisang dan nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu dingin,
dalam dua kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah pisang
diperoleh tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut yaitu
pada pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka suhu
kamar adalah 1 memiliki kenampakan hijau kehitaman, empuk/lembek berair,
pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,75 memiliki kenampakan kuning
kehitaman, ada jamur, berair, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada
suhu kamar sebesar 1 kenampakan warna hitam kekuningan, ada jamur pada suhu
dingin sebesar 2,5 kenampakan warna hitam kehijauan. Sedangkan pada buah
nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur pada
kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 2,5 memiliki kenampakan kuning bercak
hitam, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 2,5 memiliki kenampakan waran
kuning kehijauan, keras, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu
kamar sebesar 2 kenampakan buah kuning rusak pada suhu dingin sebesar 3
kenampakan hijau kekuningankeras.
Pengaruh CaC2 berbeda pengaruhnya dengan menggunakan KMnO4
yaitu penggunaan CaC2 (karbit) mengalami yang semakin hari-semakin
menunjukan perubahan pada buah pisang sendiri kekerasan pun menurun setiap
harinya namun tidak berpengaruh secara drastis dan semakin lunak tiap harinya.
Pada buah pisang perubahan cenderung tidak terlihat atau tidak terjadi perubahan
yang signifikan. Hal ini disebabkan buah pisang merupakan buah klimaterik
sedangkan nenas merupakan buah non klimaterik.
Pengaruh kontrol dalam proses pematangan dilakukan proses yang sama
dengan percoaan pertama dan kedua yaitu percoaan terhadap buah pisang dan
nanas dilakukan dengan perbedaaan suhu kamar, dan suhu dingin, dalam dua
kondisi yang berbeda yaitu terbuka dan tertutup. Untuk buah pisang diperoleh
tekstur serta kenampakan yang berbeda terhadap kondisi tersebut yaitu pada
pengamatan hari ketuju menunjukkan nilai tekstur pada kondisi terbuka suhu
kamar adalah 0,25 memiliki kenampakan kuning kehitaman, empuk/lembek
berjamur, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 1,5 memiliki kenampakan hijau
bercak hitam, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada suhu kamar
sebesar 0,25 kenampakan warna kuning bercak hitam, berair,berjamur pada suhu
dingin sebesar 1,25 kenampakan warna hujau tua, kehitaman. Sedangkan pada
buah nanas dengan perlakuan yang sama dengan pisang menunjukkan nilai tekstur
pada kondisi terbuka pada suhu kamar adalah 1 memiliki kenampakan kuning
kecoklatan, busuk, pada suhu dingin diperoleh nilai tekstur 2,5 memiliki
kenampakan kuning, keras, untuk kondisi tertutup diperoleh nilai tekstur pada
suhu kamar sebesar 1,5 kenampakan buah kuning kecoklatan, busuk, berair pada
suhu dingin sebesar 2,5 kenampakan hijau kuning keras.
Percobaan pemasakan buah ini menggunakan buah pisang yang
merupakan buah klimakterik dan buah nenas merupakan buah non klimakterik
sebagai objek untuk melihat pengaruh etilen dan zat penyerap gas etilen (KMnO4
dan CaC2) terhadap mutu buah. Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh
yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-
hasil pertanian. Menurut Abidin (1985) etilen adalah hormon tumbuh yang secara
uum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Dalam keadaan normal,
etilen akan berbentuk gas dan struktur kmianya sangat sederhana sekali. Di alam
etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu
tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase
klimakterik. Jadi dapat disimpulkan bahwa gas etilen mempercepat pematangan
buah pada buah klimakterik.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
diantaranya sebagai berikut :
1. Etilen dapat mempercpat laju pematangan pada buah
2. KOH dan CaC2 dapat membantu proses pematanga buah agar lebih cepat
mengalami kematangan
3. Penggunaan KMnO2 selain dapat mempercepat proses pematang dapat
mempertahankan kesegaran buah
4. Proses pematangan sangat berpengaruh terhadap kontrol yaitu mengalami
perubahan warna dan tekstur
5. Menggunakan etilen pada buah klimakterik (pisang) mengalami pematangan
yang sangat cepat dibantingkan buah non klimakterik (nenas) ini dikarenakan
buah pisang bisa mengalami proses klimakterik tanpa bantuan senyawa lain
sedangkan pada buah yang non klimakteri menggunakan bantuan senyawa
lain sangat bagus dalam mempertahankan kesegarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengawetan buah segar, http://www.warintek.ristek.go.id / pangan_kesehatan/pangan/ipb/Pengawetan% 20buah%20segar.pdf [diakses 28 November 2015].
Anonim. 2011. Karbit. http://id.wikipedia.org/wiki/Karbit. [28 November 2015]
Ayimada. 2009. Pemasakan Buah. http://ayimada006084.files.wordpress. com/2008/11/pemasakan-buah3.doc [28 November 2015]
Destian R. 2010. Pemantangan pada buha-buahan. http://redydestian .wordpress .com/2010/08/11/pematangan-pada-buah-buahan/ [28 November 2015]
Fantastico. 2009. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Isbandi J. 2012. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta : Fakulas Pertanian UGM.
Kamarani. 2010. Fisiologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kusumo S. 2009. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta : Yasaguna.
Sari, F. E., dkk. 2011. PENGARUH KADAR CaCL2 DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP UMUR SIMPAN DAN PEMATANGAN BUAH MANGGA ARUMANIS. Jurnal Pendidikan. Fakultas Pertanian UGM Vol(28)1 hal 57. http://e-jurnalpendidikan.blogspot.co.id/2012/10/contoh-penelitian-buah-mangga.html [ diakses 28 November 2015]
Tranggono. 2011. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Zulkarnaen. 2009. Dasar-Dasar Holtikultura. Jakarta : Bumi Aksara