Laporan Praktikum DDPT
description
Transcript of Laporan Praktikum DDPT
Laporan Praktikum
Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman
Kacang Tanah
Arachis hypogaea L.
Oleh :
Eka Ayu Dharma Yanti Giri
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN / AGRIBISNIS
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sampai saat ini ketergantungan pangan masih didominasi oleh beras. Dari total
kalori yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, hampir 60 % dicukupi oleh beras.
Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi pola ketahanan pangan nasional.
Penganekaragaman tanaman pangan selain padi, harus dilakukan jika ketahanan
pangan nasional tetap ingin dijaga. Beberapa pilihan tanaman yang bisa
dikembangkan, diantaranya : jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, kacang tanah, kacang
kedelai, dan kacang hijau. Alasan pemilihan komoditas tersebut adalah peranannya
sebagai sumber karbohidrat dan sumber protein bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia sehingga disebut panganan makan utama.
Keberhasilan usaha budidaya tanaman atau pengembangan tanaman, tergantung
dari panca usaha pertanian, seperti : penggunaan bibit unggul dan tahan terhadap
hama dan penyakit, pemupukan yang baik dan berimbang, pengairan atau irigasi yang
baik, praktek budidaya yang baik dan usaha pengendalian hama dan penyakit
tumbuhan yang tepat.
II. Permasalahan
Dalam setiap tidakan yang dilakukan untuk membudidayakan tanaman
kadangkala kita sering menemukan berbagai hambatan. Baik itu gangguan dari dalam
tanaman itu sendiri atau pun berasal dari luar yang mengakibatkan penurunan hasil
produksi budidaya tanaman. Untuk menyelamatkan produksi tanaman budidaya dari
penurunan, baik secara kualitas maupun kuantitas, mulai dari saat tanam hingga
produksi siap di konsumsi, sangat diperlukan langkah perlindungan tanaman. Oleh
sebab itulah, maka penanganan usaha komoditas apapun membutuhkan pengetahuan
dasar-dasar perlindungan tanaman guna menyelamatkan hasil produksi dari berbagai
gangguan baik itu yang bertipe biotik maupun abiotik, tak terkecuali dengan
pembudidayaan pada tanaman leguminoceae khususnya pada tanaman Arachis
hypogaea L atau lebih dikenal dengan nama kacang tanah.
Gangguan yang dihadapi tanaman dapat berupa tipe pengganggu biotik seperti :
hama ( serangga, tikus, tungau, nematode, burung, dan sebagainya), patogen ( jamur,
bakteri, virus, mikoplasma, reketsia, dan sebagainya) dan gulma. Sedangkan dari
faktor abiotik dapat dibagi dua yakni klimaterik dan adaptik. Klimaterik terdiri dari
faktor cuaca ( weather factors ) seperti : suhu, kelembaban, cahaya, kecepatan angin,
embun, lama daun basah dan curah hujan. Sedangkan faktor adaptik seperti unsur
hara tanah ( unsur makro dan mikro), pH tanah, aerasi tanah, drainase tanah, sifat
fisik dan kimia tanah, bahan organik tanah dan sebagainya.
III. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
Untuk mengaplikasikan secara langsung pengetahuan yang diperoleh dengan
membudidayakan salah satu komoditi pertanian, mulai dari tanam hingga
panen. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami praktek nyata
pembudidayaan pemeliharaan, serta perlindungan tanaman.
IV. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Studi langsung atau melakukan pengamatan secara langsung dilapangan.
Studi pustaka maksudnya mencari informasi seputar pembudidayaan dan
perlindungan kacang tanah dari buku.
V. Waktu dan tempat
Untuk mendukung bukti tentang penulisan laporan praktikum ini penulis
melakukan praktik secara langsung, yang dilakukan pada :
Hari dan Tanggal : Selasa, 26 Februari 2008
Tempat : Kebun Percobaan Pertanian Udayana, Pegok
BAB II
ISI
I. Tinjauan Pustaka
Kacang tanah termasuk kedalam famili leguminoceae, dengan nama latin
Arachis hypogaea L dan memiliki nama asing groundnut atau peanut. Disetiap daerah
kacang tanah meimiliki banyak julukan, diantaranya : daerah Aceh menyebutnya
dengan aneu kacang, Manado ( kacang jawa ), minangkabau ( kacang goreng ),
Ternate ( bonci ).
Pada laporan praktikum ini, kacang tanah akan dibahas dalam berbagai sudut,
dimulai dari asal usul, jenis-jenis, hingga hama dan penyakit tanaman yang sering
menggangu pertumbuhan kacang tanah.
Asal Usul
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari Benua Amerika.
Pertama kali kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan di bawa oleh pedagang
Spanyol sewaktu melakukan pelayaran dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597.
dan pada tahun 1863, Holle memasukkan kacang tanah dari Inggris, dan pada tahun
1864 Scheffer ikut memasukkan pula kacang tanah dari Mesir ke Indonesia. Hingga
berkembanglah pembudidayaan kacang tanah di Indonesia.
Jenis dan Varietas Unggul
Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe, yaitu
tipe tegak dan tipe menjalar. Kacang tanah tipe tegak adalah jenis kacang tanah yang
tumbuh lurus atau sedikit miring ke atas, dan memiliki buah yang terdapat pada ruas-
ruas dekat rumpun. Pada umumnya kacang tanah jenis ini berbentuk pendek (genjah),
dan kemasakan buahnya serempak. Sedangkan kacang tanah tipe menjalar adalah
jenis kacang tanah yang tumbuh ke arah menyamping, batang utama berukuran
panjang, buahnya terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, dan pada
umumnya berumur panjang.
Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan
berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan
Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam, antara lain Kelinci,
Jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, dan Kacang Garuda Dua. Berikut
keunggulan dari beberapa varietas unggul tersebut :
Varietas Keunggulan
Banteng Umur panen 100-110 hari dan produksi 1,2-1,8 ton/ha
GajahUmur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, dan tahan
layu
KidangUmur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, dan tahan
layu
Macan Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, dan tahan
layu
Anoa Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, dan tahan
layu, tahan karat daun, dan tahan bercak cokelat daun
Tapir Umur panen 95-100 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha, tahan layu
Kacang Garuda
Tiga
Umur panen 85-90 hari, potensi hasil 2,25 ton/ha, dan toleran
layu
Kacang Garuda
DuaUmur panen 85-90 hari, potensi hasil 2,3 ton/ha, dan toleran layu
Bison
Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan
A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun, toleran
penaungan intensitas 25%, toleran kahat Fe, dan adaptif di
alfisol alkalis
Domba
Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan
A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun, toleran
kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis
Deskripsi
Perakaran kacang tanah banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat
mencapai 2 m. Daun kacang tanah beranak empat helai daun. Setelah terjadi
penyerbukan, ginofor akan tumbuh dari dasar bunga. Ginofor ini akan terus tumbuh
secara geotropisme (menuju tanah). Setelah menembus tanah dan mencapai
kedalaman 2-7 cm, ginofor tumbuh mendatar, membengkak dan membentuk polong.
Panjang ginofor tergantung pada letak / jarak bunga dengan permukaan tanah.
Biasanya jika panjangnya lebih dari 15 cm, ginofor akan berhenti tumbuh.
Agroekologi
Kacang tanah menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik. Tanah
gembur memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam
tanah. Meskipun kacang tanah toleran terhadap kering dan tanah masam (pH tanah
4,5), kondisi tersebut akan berpengaruh pada banyaknya polong yang terisi. Untuk
pembentukan polong, diperlukan kalsium. Oleh karena itu, penting untuk
menyediakan kalsium yang cukup di sekitar tanaman. Sentra produksi kacang tanah
di Indonesia meliputi propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Barat
dan Sulawesi Selatan.
Perbanyakan dan Penanaman
Untuk keperluan benih, kacang tanah disimpan dalam bentuk polong kering
agar tidak rusak. Pada saat akan ditanam barulah polong dikupas dan bijinya
digunakan untuk benih. Benih kacang tanah tidak memiliki masa dormasi sehingga
mudah tumbuh jika terlambat dipanen.
Tanaman kacang tanah berbuah dalam tanah sehingga pengolahan tanah
sangat berperan penting dalam budidaya kacang tanah. Selain tanah yang gembur,
polong kacang tanah sangat membutuhkan unsur Ca yang cukup dalam tanah. Oleh
karena itu, tanah yang ideal untuk tanaman kacang tanah adalah tanah dengan
kandungan Ca tinggi. Berikut langkah dalam penanaman kacang tanah :
1. Pemilihan Benih, benih yang digunakan haruslah baik, tidak rusak atau terbelah, serta
bebas serangan hama dan cendawan. Kebutuhan benih untuk kacang tanah berkisar 90-
135 kg/ha atau 100-150 kg dalam bentuk polong kering per ha. Benih dikupas sesaat
menjelang tanam agar tidak rusak secara fisik.
2. Penyiapan Lahan, tanah untuk penanaman kacang tanah perlu gembur dan tidak terlalu
padat agar tanaman membentuk perakaran yang cukup dalam. Tanah yang gembur
juga memudahkan ginofor menembus tanah dan membengkak membentuk polong.
Penanaman pada tanah masam yang belum pernah dikapur sebaiknya diberi kaptan
satu bulan sebelum tanam. Tujuannya untuk menaikkan pH dan ketersediaan hara.
3. Cara Tanam, jarak tanam dapat menggunakan 20 cm x 20 cm dengan satu sampai dua
benih per lubang tanam. Benih dimasukkan ke dalam lubang bersamaan dengan
insektisida karbofuran atau karbosulfan sebanyak 20-30 kg/ha bersama benih, agar
tanaman terlindung di awal pertumbuhannya.
4. Pemeliharaan, pertumbuhan kacang tanah relative lambat. Penutupan tajuk tanaman
kacang tanah terjadi sekitar 8 minggu sejak tanam.oleh karena itu, sebaiknya gulma
dikendalikan agar persaingan tanaman dengan gulma dalam perolehan unsur hara
seminimum mungkin. Salah satu bentuk pengendaliannya dengan penyiangan.
Penyiangan dilakukan minimal 2 kali, yaitu saat tanaman berumur 2 minggu dan 4
minggu. Gulma yang tumbuh lebih dari 10 MST tidak banyak mempengaruhi hasil.
Tanaman juga perlu sedikit dibumbun untuk mempercepat dan mempermudah ginofor
cepat mencapai tanah. Kacang tanah dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium,
tetapi tidak sebaik kedelai sehingga perlu tambahan pupuk N sebanyak 50-100 kg
urea/ha. Pupuk urea ini beserta 100 kg SP-36 dan 75 kg KCL diberikan saat tanam.
Kacang tanah membutuhkan hara kalsium yang cukup untuk pembentukan polong dan
pengisian biji. Oleh karena itu, kaptan atau dolomit perlu ditambahkan. Pemberiannya
dilakukan pada saat tanaman umur 3-4 MST bersamaan dengan penyiangan kedua atau
paling lambat saat tanaman mulai berbunga. Kacang tanah lebih tahan kekeringan.
Namun, jika kekeringan terjadi saat awal pertumbuhan, pembungaan serta
pembentukan dan pengisian polong terjadi kekeringan, akan sangat mempengaruhi
hasil. Ada beberapa penyakit yang dapat menyerang kacang tanah, misalnya bercak
daun, karat dan busuk batang. Selain itu, ada juga gangguan hama. Untuk memutus
siklus hama dan penyakit kacang tanah, sebaiknya lahan dirotasi dengan tanaman lain
yang tidak termasuk tanaman kacangan.
Panen dan Pasca Panen
Kacang tanah dipanen jika 70% polong telah mengeras, bewarna agak gelap,
kulit polong terlihat berurat, dan pada bagian dalam polong bewarna agak gelap.
Waktu panen perlu diperhatikan, jika terlalu cepat akan terlalu banyak polong yang
belum terisi. Sebaliknya, panen yang terlalu lambat akan banyak polong terlepas dari
tanaman karena tangkai ginofor hanya berumur 10-12 minggu.
Pemanenan dilakukan dengan cara dicabut atau dibantu denga garpu. Setelah
dicabut, bagian atas tanaman dipotong dan disisakan sekitar 10 cm. sisa brangkasan
sebaiknya dikembalikan kelahan sebagai pupuk hijau. Polong yang bernas dilepas
satu persatu. Kemudian polong dicuci untuk menghilangkan sisa tanah yang melekat
di kulit polong. Setelah bersih, dilakukan pemilahan. Selanjutnya polong segera
dikeringkan untuk mengurangi serangan jamur Aspergilus sp.
Polong dikeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan mesin pengering.
Jika polong berbunyi saat diguncang-guncang artinya polong telah cukup kering
(kadar air 12-14 %). Kacang tanah yang telah ditaburi kapur tohor aman disimpan
dalam jangka waktu lama tanpa banyak mengalami penurunan mutu atau daya
kecambah.
Mencegah dan Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman
Sepanjang hidupnya tanaman budidaya akan mendapat gangguan dari
organisme lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya. Gangguan
ini dikelompokkan kedalam gangguan hama, penyakit dan gulma. Agar gangguan
dari organisme ini tidak banyak merugikan produksi tanaman, perlu diupayakan
perlakuan tertentu yang mampu mengendalikannya. Pengendalian dilakukan sedini
mungkin dengan pertimbangan batas ambang ekonomis, yaitu tingkat populasi
organisme dan atau intensitas serangan yang merugikan pertumbuhan dan produksi
tanaman.
Strategi pengendalian hama dan penyakit tanaman sebaiknya mendahulukan
pengendalian preventif (pencegahan) daripada pengendalian kuratif yang umum
dikenal sebagai pengendalian hama penyakit terpadu (PHT). Strategi PHT penting
dilakukan untuk mencegah terjadinya ledakan hama dan penyakit yang tidak
diinginkan. Strategi pengendalian tersebut meliputi penggunaan varietas tahan
penyakit dan penanaman benih / bibit yang sehat. Selain itu, dilakukan pengendalian
hama dan penyakit secara teknik budidaya, mekanik, fisik, maupun dengan
penggunaan pestisida.
a) Pengendalian dari aspek budidaya, yaitu :
Pola tanam yang tepat
Pergiliran tanaman atau varietas
Kebersihan / sanitasi lapangan
Waktu tanam yang tepat
Pemupukan yang tepat
Pengelolaan tanah dan irigasi
Pengamatan populasi dan intensitas serangan di lapangan secara berkala
Pemanfaatan musuh alami
b) Pengendalian secara mekanik, seperti :
Diambil langsung dengan tangan
Menggunakan pagar
Menggunakan perangkap
c) Pengendalian secara fisik, seperti :
Menggunakan lampu perangkap
d) Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan atas rekomendasi pengamat
lapangan atau penyuluh pertanian. Penggunaan pestisida perlu dilakukan
dengan bijaksana untuk mengurangi resiko pencemaran.
HAMA
Kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung. Kerugian yang bersifat langsung mengakibatkan kerusakan
pada sebagian atau seluruh bagian tanaman, seperti bekas gerekan di daun, batang
berlubang, dan polong atau biji berlubang. Kerugian yang tidak langsung terjadi
akibat serangan sekunder dari penyakit yang dibawa oleh hama pembawa atau vector
penyakit. Serangan sekunder ini biasanya lebih merugikan daripada serangan hama
itu sendiri.
Berdasarkan caranya merusak, hama tanaman terbagi ke dalam hama
pemakan, hama penggerek, dan hama penusuk-pengisap. Hama pemakan seperti ulat
dan belalang. Hama penggerek, contohnya penggerek batang dan tongkol jagung,
sedangkan contoh hama penusuk-pengisap adalah wereng dan walang sangit.
Hama pada jenis tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah biasanya
sudah dapat diditurunkan tingkat serangannya bila pengolahan tanah dilakukan
dengan baik dan lahan yangbersih dari gulma. Dengan demikian, pestisida jarang
digunakan pada pertanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah.
Secara umum, pengendalian pada daerah yang sering terjadi serangan hama
dengan penggunaan insektisida 3-4 kali. Insektisida yang digunakan mengandung zat
aktif carofuran, misalnya Marshall 25 ST dan Furadan 3G. Penggunaan Marshall 25
ST dengan cara dicampurkan pada benih sebelum tanam, sedangkan Furadan 3G
disebar pada lubang tanam. Adapun waktu pemberian insektisida, yaitu saat
perawatan benih sebelum tanam. Jika perlu, penyemprotan dilakukan pada umur 4,6
dan 8 MST. Hanya perlu diingat, benih yang telah dicampur dengan carbofuran tidak
dapat dicampur lagi dengan inokulan bakteri pengikat N karena insektisida
mengurangi kerja bakteri dalam membentuk bintil akar.
Macam – macam hama yang sering mengakibatkan masalah pada
pertumbuhan kacang tanah adalah :
a) Lalat kacang atau lalat bibit (Ophiomya phaseoli)
Larva menggerek keeping bifid yang baru muncul di atas tanah dan daun pertama.
Larva kemudian menetap pada pangkal batang membentuk pupa. Tanaman yang
terserang pada umur 4-10 hari akan mati. Penyebabnya pangkal batang atau akar
tersumbat sehingga tanaman kekurangan suplai air dan hara. Penggunaan jerami padi
sebagai penutup tanah dapat mengurangi populasi dan tingkat serangan lalat bibit ini.
Pengendalian dengan menggunakan insektisida, seperti Marshall 25 ST dan Furadan
3G, juga dapat menekan serangan hama ini. Pada daerah endemic, penyemprotan
insektisida disarankan pada saat tanaman berumur 7-9 hari setelah berkecambah.
b) Kutu kebul (Bemisia tabacci)
Serangga dewasa (imago) dan serangga muda (nimfa) kutu kebul menusuk dan
mengisap cairan tanaman. Hama ini juga menghasilkan embun madu yang merupakan
media tumbuh bagi cendawan jelaga. Cendawan ini akan menutup permukaan daun
dengan spora bewarna hitam sehingga mengganggu proses fotosintesis. Kutu kebul
juga merupakan vector bagi berbagai vector.penggunaan insektisida yang ditunjukkan
untuk lalat bibit dapat pula digunakan untuk mengendalikan hama ini.
c) Ulat grayak (Spodoptera litura)
Serangan ulat grayak dapat menghabiskan seluruh daun sehingga hanya tersisa tulang
daun saja. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah. Penggemburan tanah
atau pengolahan tanah dapat digunakan untuk mengurangi intensitas serangan hama
ini, selain pemanfaatan musuh alami.
Penyakit
Penyakit pada tanaman disebabkan oleh beberapa macam pathogen, yaitu
bakteri, cendawan (fungi), virus, dan mikoplasma. Pathogen ini ada yang disebabkan
dengan bantuan angina dan terbawa air. Selain itu, ada juga pathogen yang memang
terdapat didalam tanah. Penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah , yaitu :
a) Penyakit layu
penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum dan cendawan
Sclerotium rolfsii. Tanaman yang terserang terlihat layu, daun mongering, bahkan
tanaman bisa mati. Hal ini disebabkan sumbatan massa bakteri pada pangkal batang
sehingga tanaman tidak mendapat suplai air dan hara. Tanaman yang terserang
cendawan sclerotium terlihat adanya bercak bewarna kuning kecoklatan dipangkal
batang, batang membusuk, dan akhirnya mati. Penggunaan varietas yang tahan
serangan bakteri Pseudomonas merupakan salah satu cara pengendaliannya.
Pengendalian lainnya adalah dengan mencabut tanaman yang terinfeksi dan
langsung membakarnya serta memperbaiki drainase.
b) Penyakit sapu setan
Penyakit sapu setan meyerang kacang tanah. Penyakit ini disebabkan oleh
mycoplasma like organism (MLO). Tanaman yang terserang sapu setan terlihat
tumbuh kerdil kekuningan, daun daun mengecil, bertunas banyak, dan ginofor
berubah bentuk menjadi seperti kait, membelok keatas tidak masuk kedalam tanah.
Pengendalian penyakit ini dengan cara mencabut tanaman terserang, melakukan
rotasi tanaman, dan memupuk tanaman secara seimbang.
c) Bercak Daun Cercospora
Penyebab penyakit bercak daun Cercospora yang menyerang kacang tanah,
yaitu cendawan Cercospora personatum dan C.archidicola. bercak yang dihasilkan
berbentuk bulat dan menutupi seluruh permukaan daun sehingga mengganggu
proses fotosintesis. Serangan biasanya terjadi pada saat tanaman telah tua (fase
bunga dan pengisian polong). Pengendalian penyakit ini dengan menanam varietas
tahan, rotasi tanaman, dan sanitasi lapangan. Jika terjadi serangan berat,
pemberantasannya dengan menggunakan fungisida.
d) Karat
Penyakit karat menyerang daun kacang tanah. Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Phakopspora pachyrizi. Serangan penyakit ini menyebabkan daun
berbercak coklat dan mudah rontok. Bercak paling banyak terdapat di bawah daun.
Serangan penyakit ini terjadi saat musim hujan. Pengendaliaan karat dengan
penanaman serempak, penggunaan varietas tahan karat, serta pemberian fungisida
jika terlihat serangan meluas (30% populasi terserang)
e) Hawar daun bakteri
Penyakit hawar daun bakteri menyebabkan bercak pada daun, kadang
terdapat bercak pada batang dan polong. Patogennya adalah Pseudomonas syringae.
Biji dapat terinfeksi. Jika terbawa ke ruang simpan, Biji terinfeksi tersebut dapat
menulari Biji / benih yang lain. Pencegahannya dengan menanam benih yang bebas
pathogen, melakukan rotasi tanaman, dan menimbun sisa-sisa tanaman setelah
panen.
f) Berbagai macam virus
Gejala tanaman yang terserang virus berbeda-beda, tergantung jenis virus
yang menyerang. Tanaman kacang-kacangan yang terserang menunjukkan gejala
daun menebal, keriting seperti kerupuk, warna daunbelang-belang seperti mosaic,
serta tanaman kerdil kekuningan. Penyakit virus ini dapat ditularkan melalui benih
atau disebarkan oleh hama kutu aphid. Pengendaliannya dengan mencabut tanaman
yang terserang berat, menggunakan varietas tahan virus, menanam benih yang sehat,
menyiangi gulma, dan menggunakan insektisida untuk menekan populasi vector
aphid.
Gulma
Berdasarkan bentuk morfologinya, gulma digolongkan menjadi gulma
golongan rumput, gulma teki dan gulma berdaun lebar. Gulma golongan rumput
dicirikan dengan batangnya yang bulat berongga dan berbuku, daun tersusun secara
alternate pada buku-buku tersebut, serta tulang daun sempit memanjang. Gulma
golongan teki dicirikan dengan batang bentuk segitiga padat, daun rosette, dan tulang
daun sempit memanjang. Gulma daun lebar dicirikan dengan daun yang lebar dan
tulang daun menyebar, seperti jala.
Saat periode kritis, kehadiran gulma akan menyebabkan kerugian besar.
Periode kritis ini terjadi saat kanopi tanaman budidaya belum menutup seluruh
permukaan tanah, kira-kira sepertiga umur tanaman. Kehadiran gulma setelah periode
kritis tidak akan meyebabkan penurunan hasil yang berarti. Dengan demikian,
penyiangan gulma tidak harus dilakukan selama masa pertanaman cukup saat-saat
tertentu, terutama saat periode kritis.
Untuk mengendalikan gulma, ada berbagai metode yang dapat digunakan, di
antaranya sebagai berikut :
1. Teknik Budidaya
Pengolahan tanah sedalam 15-20 cm disertai penanganan dapat melindungi
tanaman dari persaingan gulma.
2. Cara Manual
Pengendalian gulma dengan cara manual, diantaranya penyiangan dan
pendangiran. Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan kored, sabit, dicabut dengan
tangan. Penyiangan banyak dilakukan petani saat tanaman telah tumbuh dan berumur
di atas 2-3 minggu. Pengendalian dengan cara ini efektif menekan serangan gulma,
tetapi mahal karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang lama.
3. Cara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia, yaitu dengan penggunaan herbisida.
Pengendalian ini lebih mudah dan efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Namun,
perlu diingat penggunaan herbisida perlu cermat dan bijaksana agar tidak merusak
lingkungan.
Berdasarkan cara kerjanya, herbisida terbagi ke dalam herbisida kontak dan
sistemik. Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan,
sedangkan bagian yang berada dibawah tanah tidak mati. Herbisida yang bekerja
secara sistemik (masuk kedalam jaringan tanaman) efektif untuk mengurangi
serangan gulma yang mempunyai stolon, rimpang, atau umbi yang terpendam
didalam tanah. Contoh herbisida kontak adalah paraquat, sedangkan herbisida
sistemik adalah glyphosate.
Ada 3 jenis herbisida berdasarkan waktu pengunaanya, seperti herbisida
pratanam, pratumbuh, dan pasca tumbuh. Herbisida pratanam digunakan sebelum
tanaman ditanam untuk mematikan gulma di lahan. Herbisida pratumbuh digunakan
saat tanaman dan gulma belum berkecambah. Herbisida pascatumbuh digunakan saat
tanaman dasn gulma telah berkecambah. Penggunaan herbisida pascatumbuh harus
selektif, tergantung jenis tanaman budidaya yang ditanam dan jenis gulma yang
dikendalikan.
II.Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Alat
a. Ember dengan ukuran tinggi 30 cm, dan diameter minimal 30 cm.
b. Penggaris atau meteran.
c. Bambu sebagai ajir dan bambu berlobang untuk penyiraman
( panjang ± 20 cm sebanyak dua buah)
d. Cangkul dan skop untuk mencampur tanah.
Bahan
a. Campuran tanah sebanyak 1 : 2 : 1 ( kompos : tanah : dedak kasar ).
b. Benih : Jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai ( masing-masing 10
gram ).
c. Pupuk NPK, sewaktu – waktu diberikan setelah tanaman berukur satu
bulan.
d. Air secukupnya untuk penyiraman.
III.Cara Kerja
Adapun prosedur atau cara kerja pelaksanaan praktikum ini, antara lain :
a. Siapkan ember, yang didalamnya sudah terdapat campuran tanah 1 : 2
: 1 (kompos : tanah : dedak kasar). Media ini agar dicampur secara
merata.
b. Masukkan 5 biji benih yang dipilih ( jagung / kedelai / kacang tanah ),
khusus kedelai 10 biji, kemudian tutup kembali dengan tanah ± 10
cm.
c. Pasang bambu berlubang yang panjangnya ± 20 cm, sebagai tempat
penyiraman ( agar tanah tidak mengental dan air langsung mencapai
akar pertanaman ).
d. Lakukan penyiraman tiap hari, tergantung tanah apakah kering atau
masih lembab.
e. Ember sebaiknya dibagian bawah di lubangi agar tetap terjaga airasi
tanah.
f. Amati perkembangan tanaman setiap minggu sampai selesai
praktikum (tanaman siap dipanen).
IV.Hasil Pengamatan Dan Diskusi
Pengamatan terhadap perkembangan dan pertumbuhan kacang tanah ini
dilakukan setiap seminggu sekali. Dan hasil pengamatan ini berdasarkan rata-rata
perkembangan tanaman kacang tanah. Adapun dari hasil pengamatan tersebut
didapatkan data-data sebagai berikut :
Tinggi Tanaman
No. Tanggal Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
1 26 Februari 2008 0 cm
2 5 Maret 2008 7 cm
3 16 Maret 2008 11 cm
4 12 April 2008 35 cm
5 19 April 2008 38 cm
6 26 April 2008 39 cm
Jumlah Daun
No. Tanggal Pengamatan Jumlah Daun (helai)
1 26 Februari 2008 0 helai
2 5 Maret 2008 16 helai
3 16 Maret 2008 60 helai
4 12 April 2008 148 helai
5 19 April 2008 150 helai
6 26 April 2008 158 helai
Gangguan Yang Muncul Pada Tanaman
No. Tanggal Pengamatan Jenis Gangguan
1 26 Februari 2008 Tidak ada gangguan
2 5 Maret 2008 Ada gulma
3 16 Maret 2008 Salah satu daun kering
4 12 April 2008 Daun bolong dimakan serangga
5 19 April 2008 Daun bolong dimakan serangga
6 26 April 2008 Daun bolong dimakan serangga
Biji atau buah yang dihasilkan setelah dikeringkan rata-rata mempunyai berat
0,4 atau 0,5 gr
Grafik perkembangan tinggi kacang tanah
Tinggi Tanaman
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-26-Feb08
-4-Mar08
-11-Mar08
-18-Mar08
-25-Mar08
-1-Apr08
-8-Apr08
-15-Apr08
-22-Apr08
Tanggal Pengamatan
Tin
gg
i Tan
aman
( c
m )
tinggi tanaman
Jumlah Daun
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tanggal Pengamatan
Jum
lah
dau
n (
hel
ai )
jumlah daun
Dari hasil pengamatan dapat di lihat bahwa tanaman kacang tanah ini selalu
mengalami perkembangan yang sangat pesat, tetapi pada tanggal 19 april 2008 dan 26 april
2008 perkembangan tanaman kacang tanah tidak begitu pesat.
Dari sisi gangguan pada tanaman, dapat dilihat bahwa gejala gangguan yang timbul
berbeda-beda. Pada minggu pertama tidak terlihat gangguan karena pada minggu pertama
baru dimulai penanaman tanaman kacang tanah. Baru pada minggu kedua terlihat areal pot
tanaman kacang ditumbuhi gulma, tetapi hanya dalam jumlah yang sedikit, dan
penanggulangan yang dilakukan adalah dengan mencabut gulma tersebut. Tetapi gulma ini
hanya ada pada minggu kedua, pada minggu berikutnya gulma tidak Nampak. Hanya saja
pada minggu ketiga gangguan yang muncul berupa gangguan pada beberapa daun, dimana
terlihat ada beberapa daun yang terlihat kering, penanganan yang dilakukan dengan mencabut
daun yang kering tersebut. Sama halnya dengan daun kering, daun yang bolong karena
dimakan serangga juga di cabut.
BAB III
PENUTUP
I.KESIMPULAN
Kacang tanah termasuk kedalam famili leguminoceae, dengan nama latin Arachis
hypogaea L dan memiliki nama asing groundnut atau peanut Tanaman kacang tanah berbuah
dalam tanah sehingga pengolahan tanah sangat berperan penting dalam budidaya kacang
tanah. Selain tanah yang gembur, polong kacang tanah sangat membutuhkan unsure Ca yang
cukup dalam tanah. Oleh karena itu, tanah yang ideal untuk tanaman kacang tanah adalah
tanah dengan kandungan Ca tinggi
Strategi pengendalian hama dan penyakit tanaman sebaiknya mendahulukan
pengendalian preventif (pencegahan) daripada pengendalian kuratif yang umum dikenal
sebagai pengendalian hama penyakit terpadu (PHT). Strategi PHT penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya ledakan hama dan penyakit yang tidak diinginkan. Strategi pengendalian
tersebut meliputi penggunaan varietas tahan penyakit dan penanaman benih / bibit yang sehat.
Selain itu, dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara teknik budidaya, mekanik
II.SARAN
Dari hasil penelitian kacang tanah ini, khususnya dalam hal mencegah dan
mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman ini hendaknya dari mulai masa
tanam hingga akhirnya kacang tanah berproduksi, kacang tanah dijaga dan dirawat
agar apa yang ingin di dapatkan dari hasil penelitian ini dapat terwujud dengan baik.
Dan juga hendaknya cara perlindungan dan mengendalikan hama dan penyakit
pada tanaman ini dapat juga di ketahui oleh setiap mahasiswa pada jenis gangguan
hama dan penyakit pada tanaman yang lain, tidak hanya kacang tanah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, , karena
atas rahmat-Nya laporan hasil praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman ini dapat
terselesaikan.
Masalah penyakit tumbuhan dan hama pada tumbuhan akan selalu muncul
sepanjang manusia mengusahakan tanaman tersebut sebagai tanaman budidaya di
lahan pertaniannya, tak terkecuali pada tanaman kacang tanah. Untuk itu maka
laporan hasil praktikum ini dibuat untuk mengetahui jenis gangguan apa saja yang
dapat menyerang tanaman kacang tanah ini.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
laporan hasil praktikum ini. Penulis berharap agar laporan hasil praktikum ini dapat
bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa serta pihak-pihak yang berkepentingan.
Untuk kesempurnaan penulisan laporan hasil praktikum yang akan datang,
kiranya saran dan pendapat yang konstruktif yang dapat membangun dari pembaca
amat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
- Purwono dan Purnamawati, heny. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
- Yudiarti, Turrini. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
-Groundnut or Arachis hypogaea L. Tersedia di : <URL :
http: //Www.icrisat.org.html>, tanggal akses 15 mei 2008.
-Yield Performance of Several Groundnut Promising Lines on Acid Sulphate Soils and
Swamp Areas. Tersedia di : < URL: http: //Www.ipb.ac.id.html>, tanggal akses 15 mei
2008.
-Peanut , tersedia di : <URL: http: < Www.wikipedia.org . html>, tanggal akses 15
mei 2008