Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

35
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI FARMASI PEMBUATAN SIMPLISIA MORINDA FRUCTUS DISUSUN OLEH : KELOMPOK II Okky Maretha Octadevi ( M3511042 ) Pebri Andrianto ( M3511043 ) Pratiwi Hening Puspitaningtyas ( M3511044 ) Previ Rahma Aghnia ( M3511045 ) Pujaningsih Pebriana ( M3511046 ) Rahmawati Firmaningtyas ( M3511047 ) Rasidha Diniyarti Utomo ( M3511048 ) Reiza Nuary Asih Hartono ( M3511049 ) Renita Cahayani ( M3511050 ) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Page 1: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI FARMASI

PEMBUATAN SIMPLISIA MORINDA FRUCTUS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II

Okky Maretha Octadevi ( M3511042 )

Pebri Andrianto ( M3511043 )

Pratiwi Hening Puspitaningtyas ( M3511044 )

Previ Rahma Aghnia ( M3511045 )

Pujaningsih Pebriana ( M3511046 )

Rahmawati Firmaningtyas ( M3511047 )

Rasidha Diniyarti Utomo ( M3511048 )

Reiza Nuary Asih Hartono ( M3511049 )

Renita Cahayani ( M3511050 )

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

A. TUJUAN

1. Mampu mengolah hasil panen tanaman obat menjadi simplisia yang

sesuai standar.

2. Mampu mengolah hasil panen tanaman obat menjadi simplisia yang

sesuai standar.

3. Mampu mengolah hasil panen tanaman obat menjadi simplisia yang

sesuai standar.

B. DASAR TEORI

Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami penolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan

lain. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat

berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau

mineral (Anonim, 2000).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, atau ekssudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat

tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau

dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani

ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan

pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah dengan cara sederhana

dan belum berupa zat kimia murni.

Page 3: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Untuk menjalin keseragaman senyawa aktif, keamanan ,aupun

kegunaannya maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.

Untuk memenuhi persyaratan minimal itu, ada beberapa faktor yang

berpengaruh antara lain:

a. Bahan baku simplisia.

b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku

simplisia.

c. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

Pemilihan sumber tanaman obat sebagai sumber bahan baku

simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat berpengfaruh

pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk

tumbuhan hasil budidaya)  dan pengolahan maupun jenis tanah tempat

tumbuh tanaman obat. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat

berupa tumbuhan liar atau tanaman budidaya.

Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber

simplisia jika dibandingkan dengan tanaman budidaya,  karena simplisia

yang dihasilkan mutunya tidak tetap, hal ini terutama disebabkan antara

lain:

1. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dipanen tidak tepat dan

berbeda-beda. Ini akan berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini

berarti bahwa mutu simplisia yang dihasilkan sering tidak sama

karena umur pada saat panen tidak sama.

2. Jenis tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan, sehingga

simplisia yang diperoleh tidak sama.

3. Lingkungan tidak tumbuh yang berbeda, sering mengakibatkan

perbedaan kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tanaman

dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah, dan cuaca. 

Proses pembuatansimplisia merupakan proses tindak lanjut setelah

bahan baku simplisia selesai dipanen, sehingga sering disebut proses

pasca panen. Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen

terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang

Page 4: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

berfungsi untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah russak dan

memiliki kualitas yang baik serat mudah disimpan untuk proses

selanjutnya.

Penanganan dan pengelolaan pasca panen adalah suatu perlakuan

yang diberikan pada hasil pertanian hingga produk siap dikonsumsi.

Penanaman dan pengelolaan pasca panen tanaman obat dillakukan

terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul

akibat perlakuan pra panen dan pasca panen yang kurang tepat. Hal-hal

yang dapat mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat

zat yang terdapat dalam tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak

tepat, masalah daerah produksi yang menyangkut keadaan iklim dan

lingkungan, teknologi pasca panen yang diterapkan, limbah, serta masalah

sosial/ekonomi dan budaya masyarakat.

Bahan tanaman yang akan menjadi bahan baku obat, dalam proses

pemilihan bibit, budidaya, hingga pemanenan tentunya memiliki standar

prosedur untuk menghasilkan bahan obat yang berkualitas. Standar

prosedur secara optimal dilakukan antara lain melalui pemilihan bibit

unggul, pemberian pupuk dan pestisida serta pemilihan waktu dan cara

panen sesuai bagian tanaman yang akan dipanen untuk bahan obat (biji,

daun, buah, rimpang, bunga, kayu, atau herba). Akan tetapi disamping itu

penangan pasca panenpun tak kalah penting untuk menjaga kualitas hasil

panen saat penyimpanan hingga siap pakai sebagai obat tradisional atau

masuk dalam proses formulasi sediaan obat modern. Tujuan dari pasca

panen ini adalah untuk menghasilkan simplissia tanaman obat yang

bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

Produksi adalah semua kegiatan pembuatan dimulai dari

pengadaan bahan awal termasuk penyiapan bahan baku, pengolahan,

pengemasan, pengawasan mutu, sampai diproleh produk jadi yang siap

untuk didistribusikan. Pembuatan simplisia secara umum dapat

menggunakan cara-cara berikut:

1.      Pengeringan

2.      Fermentasi

Page 5: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

3.      Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat)

4.      Dengan bantuan air (misal, pada pembuatan pati)

Kementrian negara risset dan teknologi mengakui bahwa aspek

pasca penen merupakan hal yang selama ini kurang diperhatikan secara

optimal. Secara garis besar, tahap-tahap pembuatan simplisia khususnya

rimpang temu-temuan adalah:

1.      Pengumpulan bahan baku

2.      Sortasi basah

3.      Pencucian

4.      Perajangan

5.      Pengeringan

6.      Sortasi kering

7.      Pengepakaan dan penyimpanan

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang

menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi

senyawa kandungan, kontaminasi, dan stabilitas bahan. Namun demikian,

simplisia sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat

diperkecil, diatur, diajegkan. Hal ini karena penerapan iptek pertanian

pasca panen yang terstandar.

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap

dikonsumsi langsung dapat dipertimbangkan tiga konsep ungtuk

menyusun parameter standar umum:

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3

parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis

(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis),

serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, dan transportasi)

2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai

obat tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk

kefarmasian lainnya, yaitu: Quality/safety/Efficacy

(mutu/aman/manfaat).

Page 6: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang

bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai

spesifikasi kimia, yaitu informasi, komposisi (jenis dan kadar)

senyawa kandungan.

Standarisasi simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan

sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dai produk seperti

yang telah ditetapkan. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian

bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku

harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan

adalah persyaratan yang tercantum dalam monografi resmi terbitan

DepKes RI seperti Materia Medika Indonesia. Sedangkan sebagai produk

yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb) masih harus memenuhi

persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal

dari tumbuh- tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan (Depkes, 2000), dengan kata lain obat tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari produk-produk alam.

Produk-produk alam dapat berupa keseluruhan organisme seperti

tumbuhan, hewan atau mikroorganisme yang padanya belum pernah

dilakukan suatu perlakuan kecuali proses pengawetan sederhana seperti

pengeringan. Produk-produk alam dapat juga berupa bagian dari suatu

organisme seperti daun atau bunga dari suatu jenis tumbuhan, kelenjar

terisolasi atau organ lain dari hewan (Samuelsson, 1999).

Dari berbagai macam tanaman obat tersebut terdapat satu jenis

tanaman yang akan dijadikan penulis sebagai objek penelitian yaitu buah

mengkudu yang memiliki nama latin Morinda citrifolia L, tanaman ini

termasuk dalam sukuRubiaceae. Buah mengkudu pada jaman dahulu

dipercaya merupakan salah satu tanaman yang dibawa oleh para

Page 7: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

penduduk asli Polinesia dalam suatu ekspedisi yang kemudian

menempati pulau Hawai (Nelson, 2006).

Hampir semua bagian tanaman mengkudu dalam berbagai

kombinasi digunakan oleh orang-orang polinesia sebagai obat herbal.

Dari semua bentuk, yang paling diminati adalah jus buah mengkudu.

Mereka mengkonsumsi tanaman tersebut sebagai alternatif pengobatan

untuk berbagai jenis penyakit seperti arthritis, diabetes mellitus, tekanan

darah tinggi, nyeri otot, nyeri saat menstruasi, penyakit jantung, nyeri

lambung, pencernaan yang kurang baik, AIDS dan berbagai penyakit

lainnya. Selain itu mengkudu juga memiliki berbagai efek biologis,

diantaranya adalah antibakteri, antiviral, antitumor, antihelmintik,

antituberkular, hipotensif, imunologi dan analgesik (Wang, 2002).

Mengkudu memiliki komponen mayor yaitu scopoletin,

octoanoic acid,potassium, vitamin C, terpenoid, alkaloid, anthrakuinone,

karoten, vitamin A, β- sitosterol, flavone Glikosida, asam linoleic,

alizarin, asam amino, acubin, L- asperulosid, asam kaproat, asam

kaprilat, asam ursolic, rutin and proxeronine.(Wang, 2002).

Senyawaflavonoid yang merupakan salah satu komponen utama

mengkudu memiliki efek antiradang melalui mekanisme penghambatan

lipooksigenasi yang merupakan jalur pertama menuju hormon eikosanoid

(Robinson, 1995). Dengan demikian dapat diasumsikan mengkudu

memiliki efek analgesik, sebab kandungan senyawaflavonoid di

dalamnya memiliki kemampuan untuk menghambat pembentukan

leukotrien yang disebut juga enzim eikosanoid.

Flavonoid ditemukan pada sebagian besar tumbuhan tingkat

tinggi, dan dapat berada dalam bentuk bebas maupun sebagai glikosida.

Sampai saat ini sudah 2000 jenis senyawa dapat diisolasi dan merupakan

kelompok senyawa fenol nonsintetik terbesar di alam (Samuelsson,

1999).Flavonoid memiliki berbagai efek, yaitu antioksidan, analgesik,

anti radang, antivirus, antibakteri, antifungal, antidiare, antihepatotoksik,

Page 8: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

antihiperglikemik dan sebagai vasodilator (de Padua dkk, 1999;

Samuelsson, 1999; Wilmana, 1955). SenyawaFla vonoid memiliki efek

antiradang dengan cara penghambatan lipooksigenasi yang merupakan

jalur pertama menuju hormon eikosanoid (Robinson, 1995). Dengan

demikian mekanisme penghambatan sintesisleukotrien pada jalur

lipooksigenasi dapat membantu menjelaskan asumsi efek analgesik yang

dimiliki oleh buah mengkudu yang memiliki kandunganflavone glikosida

sebagai salah satu komponen mayor.

Nama lain yang dikenal di Indonesia adalahPace (Jawa

Tengah),bentis (Jawa Timur), Cangkudu (Jawa Barat), Kondha(Madura),

Neteu(Men tawai), Wungkudu, tibah (Bali) (Suprapti, 2005).

Morfologi Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia, L.)

Tanaman Mengkudu merupakan tanaman tahunan (perennial)

yang berbentuk perdu, dengan ketinggian antara 3 m - 8 m. Batang

tanaman keras (berkayu), tumbuh mengarah ke atas dan memiliki banyak

percabangan. Cabang-cabang tumbuh mendatar dengan arah ke luar

kanopi tanaman. Daun tanaman termasuk daun tunggal, terdiri atas satu

helai daun pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong,

dengan ukuran panjang antara 10 cm-40 cm dan lebar antara 15 cm - 17

cm. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara

berselang-seling atau berpasangan (Rukmana, 2002).

Page 9: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Buah Mengkudu stadium tua

Kandungan kimia mengkudu (Morinda citrifolia,L.)

Mengkudu memiliki komponen mayor yaitu scopoletin,

octoanoic acid, potassium, vitamin C, terpenoid, alkaloid, anthrakuinone,

karoten, vitamin A, β- sitosterol, flavone Glikosida, asam linoleic,

alizarin, asam amino, acubin, L- asperulosid, asam kaproat, asam

kaprilat, asam ursolic, rutin and proxeronine.

(Wang, 2002).

Senyawa flavonoid merupakan salah satu komponen utama

mengkudu, memiliki efek antiradang melalui mekanisme penghambatan

lipooksigenasi yang merupakan jalur pertama menuju hormon

eikosanoid (Robinson, 1995).

Sebuah penelitian di Jepang berhasil menemukan beberapa efek

Isoliquiritigenin (ILTG) yaitu sebuah senyawa yang termasuk dalam

grup flavonoid. Senyawa tersebut memiliki beberapa kemampuan

diantaranya adalah menurunkan produksi Prostaglandin E2 (PGE2)

(Takahashi, 2004).

Page 10: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Seorang ahli kimia bernama Dr. Ralph Heinicke menyatakan

bahwa buah mengkudu memiliki kandungan prekursor Xeronine alami

yang bernama Proxeronine. Di dalam tubuh prekursor tersebut diubah

menjadi Xeronine oleh enzim yang bernama proxeroninase, dalam

hipotesisnya dikatakan bahwa Xeronine memiliki kemampuan untuk

bekerja pada struktur molekuler dari protein sehingga dengan demikian

memiliki aktivitas biologis yang luas, misalnya terdapat protein seperti

enzim, reseptor, transduktor yang tidak berada pada bentuk yang

semestinya sehingga protein tersebut tidak dapat bekerja seperti

biasanya, maka xeronine akan berinteraksi dengan protein tersebut dan

akan memperbaiki struktur molekulnya sehingga dapat bekerja dengan

normal (Wang, 2002).

Khasiat dan efek biologis mengkudu (Morinda citrifolia, L.)

Tanaman mengkudu mengandung zat kimia dan nutrisi yang

berguna bagi kesehatan, sehingga disebut tanaman multi guna

(Rukmana, 2002).

Mengkudu memiliki aktifitas antibakteri, beberapa senyawa

yang terkandung di dalamnya seperti acubin, L-asperuloside,

Anthraquinon dan alizarin telah terbukti mempunyai efek antibakteri

terhadap beberapa strain bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,

Proteus morgaii, Staphylococcus aureus, Baciillis subtilis, Escherichia

coli, Salmonella dan Shigela (Wang, 2002).

Beberapa senyawa kimia yang telah diketahui berkhasiat obat

adalah senyawa Terpenoid, Skopoletin, Xeronine, Acubin, Alizarin dan

Anthraquinon. Senyawa terpenoid adalah hidrokarbon isomerik yang

berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses sintesis organik dan

pemulihan sel-sel tubuh. Skopoletin berfungsi untuk memperlebar

saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta

berkhasiat sebagai anti bakteri, anti alergi dan anti radang. Xeronine

adalah salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-

Page 11: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

enzim dan mengatur serta membentuk struktur protein yang

memungkinkan protein tersebut mengonsentrasikan sejumlah besar

energi untuk melakukan tugas-tugas mekanis, khemis dan elektris

dalam setiap sel, dengan demikian sel-sel yang sudah rusak dapat

memperbaiki dirinya sendiri dan sel-sel yang masih baik dapat

berfungsi secara efisien. Acubin, Alizarin dan anthraquinon termasuk

zat-zat antibakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas

aeruginosa, Proteus morgaii, Staphylococcus aureus, Baciillis subtilis,

Escherichia coli, dan bahkan bakteri yang mematikan seperti

Salmonella dan Shigela (Rukmana, 2002).

Selain itu mengkudu juga memiliki kemampuan biologis lain

diantaranya adalah antiviral, sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Umezawa menemukan suatu komponen yang dinamakan 1-methoxy-2-

formyl-3-hydroxyanthraquinone yang mampu menekan efekcytopathic

dari sel MT-4 yang terinfeksi virus HIV tanpa mempengaruhi

pertumbuhan sel (Wang, 2002).

Kandungan zat-zat kimia dalam buah mengkudu dapat

berfungsi antara lain sebagai pain killer, disebutkan bahwa sari buah

mengkudu mampu mengurangi rasa sakit waktu menstruasi. Selain itu

sari buah mengkudu dapat memulihkan kondisi dan fungsi hati (liver),

bahkan dinyatakan sebagai adaptogen yang turut meningkatkan daya

penyembuhan tubuh tanpa efek negatif (Rukmana, 2002).

Page 12: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

C. CARA KERJA I

1. Tanaman obat terpilih (Morinda citrifolia) ditentukan praktikan sesuai dengan kondisi yang ada dilingkungan seperti kemudahan akses pemanenan tanamna, jarak tempuh pemanenan, dan lain-lain2. Morinda citrifolia didentifikasikan menggunakan3. Pembuatan simplisia dimulai dengan tahapan yaitu, mulai dari pemanenan, pensortiran (segar), pencucian, penirisan/pengeringan, perajangan, pengeringan, pensortiran kering, pengemasan, penyimpanan, dan pembuatan serbuk.4. Masing-masing tahapan tersebut dibuat deskripsi tentang apa yang telah dilakukan dan disertakan bukti fisiknya seperti, saat tahap pemanenan maka waktu kapan dan bagaimna cara panen dapat dijelaskan dengan rinci dan disertakan juga foto saat melakukan pemanenan.5. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan adalah :

1. WAKTU DAN CARA PANENa. Deskripsi pemanenan sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto pemanenan

2. PENSORTIRAN (SEGAR)a. Deskripsi pensortiran sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto pensortiran

3. PENCUCIANa. Deskripsi pencucian sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto pencucian

4. PENIRISAN / PENGERINGANa. Deskripsi penirisan sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto penirisan

5. PERAJANGANa. Deskripsi perajangan sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto perajangan

6. PENGERINGANa. Deskripsi pengeringan sesuai dengan yang dilakukanb. Bukti fisik berupa foto pengeringan

D. HASIL Deskripsi TanamanNama Simplisia : Morinda citrifolia fructusNama lain (local) : Buah MengkuduNama tanaman asal : Mengkudu (Morinda citrifolia )Familia : Rubiaceae Zat berkhasiat utama : Metil, asetilester dari kapron danasam-kapril, morindadiol dan soranyidiol

Page 13: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Pemerian : Kulit hijau, daging putih dan kecoklatan. Dibagian luar terdapat bintik-bintik coklat, di dalam daging terdapat biji yang tersusun melingkar.

Bagian yang digunakan: Buah

E. PEMBAHASAN1. WAKTU DAN CARA PANEN

Tanaman mengkudu salah satu tanaman herbal dapat mulai berbuah sekitar 9 bulan setelah ditanam. Buah dapat dipanen pada tahap awal, meskipun mereka umumnya kecil dan sedikit. Beberapa petani lebih memilih untuk tidak memanen buah mengkudu  sebagai produk herbal pada tahun pertama, tetapi dilakukan pada tahun kedua, kemudian dlakukan pemangkasan cabang-cabang yang tidak baik dan tidak produktif. Dengan pemangkasan, tanaman akan lebih lebat dengan cabang-cabang yang lebih vertikal dan lateral dan akhirnya menghasilkan hasil buah yang lebih besar.

Buah mengkudu merupakan hasil dari salah satu jenis tanaman herbal dapat dipanen sepanjang tahun, meskipun ada kecenderungan musiman dalam produksi buah, mungkin dipengaruh atau dimodifikasi oleh cuaca dan penggunaan pupuki. Produksi buah bisa berkurang sedikit selama musim kering atau musim dingin. Pemanenan dilakukan sebelum buah matang sepenuhnya dengan warna kuning keputihan.

Buah yang belum matang sepenuhnya tersebut cocok untuk pengiriman dan akan lebih matang selama perjalanan, kecuali dipanen untuk segera dilakukan pengolahan buah segar, maka buah dipetik saat betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara alami dari pohon.

2. PENSORTIRAN (SEGAR)

Sortasi (segar) dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran, buah yang masih bagus, atau bahan-bahan asing lainnya dari buah mengkudu. Dengan cara memilah-milah dan mengamati satu persatu buah mengkudu tersebut apakah ada kotoran-kotoran yang secara jelas terlihat jika ada maka kita bersihkan, atau kita memilih buah mengkudu yang masih segar atau tidak busuk.

3. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Pada pencucian kali ini menggunakan air kran yang mengalir. Menurut

Page 14: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran atau buah-buahan satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal; jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.

4. PENIRISAN / PENGERINGANSetelah dilakukan pencucian, buah mengkudu langsung ditiriskan ke tempat seperti piring, setelah itu tunggu beberapa menit hingga buah tersebut sudah tampak kering.

5. PERAJANGANDalam simplisia ini yaitu buah mengkudu harus dilakukan perajangan

terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Perajangan dilakukan dengan cara memotong tipis-tipis buah mengkudunya. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.

6. PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme. Yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseim- bangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Pengeringan buah menkudu pada percobaan kali ini menggunakan pengering buatan yaitu oven pada suhu 50 °C dalam jangka waktu 7 hari.Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10 sampai 1 2%, dengan menggunakan suatu

Page 15: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.

F. CARA KERJA II

1. Simplisia yang sudah di keringkan dalam oven dikeluarkan.

Kemudian ditimbang terlebih dahulu sebelum dilakukan penyortiran. ,

karena setelah pengeringan maka simplisia mengkerut dan susut

sehingga bobot menjasdi lebih kecil.

2. Kemudian baru dilakukan penyortiran, yaitu memisahkan simplisia

yang baik dan kering.

3. Simplisia yang kering dsitimbang, sedsangkam simplisia yang

masih basah sdilakukukan pengeringan lagi.

4. Simplisia yang baik dan kering kemudian dimasukkan ke dalam

plastik serta diberi label. Pada label terdapat :

o Nama bahan : Morinda citrifolia

o Bagian dari tanaman : buah

o Tanggal pengemasan : 15 November 2011

o Kode produksi : FMIPA

o Alamat : D3 Farmasi-Uns, kentingan

o Beras bersih : 25 gram

o Metode penyimpana : simpan di tempat kering dan sejuk

5. Setelah itu simplisia di masukkan ke dalam lemari.

G. HASILSimplisia yang dihasilkan sebanyak 65 g dan dibagi menjadi 3 bungkus.Dengan berat per bungkus 20 g, 20 g, 25 gLabel :o Nama bahan : Morinda citrifolia

o Bagian dari tanaman : buah

o Tanggal pengemasan : 15 November 2011

o Kode produksi : FMIPA

Page 16: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

o Alamat : D3 Farmasi-Uns, kentingan

o Beras bersih : 25 gram

o Metode penyimpana : simpan di tempat kering dan sejuk

H. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini yang dilakukan adalah perlakuan terhadap

simplisia yang telah dikeringkan dengan oven. Tahap- tahap yang

harus dilakuakan:

1. Penyortiran (kering)

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda

asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran

unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap

akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,

penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran

simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca

panen yang dilakukan.

2. Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-

keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas

maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin

mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-

nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun

dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan

rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut

yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang

digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat

penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

Pada percobaan ini didapatkan 3 kantong simplisia yang masing-masing

beratnya 20 gram, 20 gram, dan 25 gram. Dengan begitu didapatkan

berat simplisia yang digunakan total 65 gram.

Perbedaan yang amat sangat drastis dari awal simplisian dimasukkan

kedalam pemanas oven. Hal ini disebabkan Morinda citrifolia memiliki

kandungan air yang banyak sehingga saat berlangsungnya pemnasan

Page 17: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

banyak kadar air yang menguap sehingga simplisia banyak kehilangan

bobotnya. Selain itu penyortiran kering yang dilakukan dengan memilih

simplisia yang layak dikemas juga akan mengurangi bobot simplisia.

3. Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu

kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus

bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup

baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan

sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan

jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat

(Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar

minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum

disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara

penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan

mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :

1. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya

ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.

2. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-

mungkinan masuk air hujan.

3. Suhu gudang tidak melebihi 300C.

4. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650

C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang

tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga

menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.

5. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus

dicegah.

6. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-

makan simplisia yang disimpan harus dicegah.

I. PEMBAHASAN III

Percobaan ini bertujuan untuk mengolah hasil panen tanaman obat

menjadi simplisia yang sesuai standar. Hal pertama yang dilakukan

adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Peralatan

Page 18: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

yang digunakan adalah Alat yang sesuai untuk pemanenan atau alat

yang sesuai untuk perajangan.

Penetapan Susut Pengeringan atau susut pegeringan adalah kadar

bagian yang menguap. Kecuali dinyatakan lain, suhu 105°C. Susut

pengeringan ini ditetapkan dengan sebagai berikut : Timbang dengan

saksama 1 g samapai 2 g zat dalam botol timbnag dangkal bertotop

yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30

menit dan telah ditara. Jika suhu lebur zatnya lebih rendah dari suhu

penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5°C dan 10°C

dibawah suhu leburnya selama 1 jam dan sampai 2 jam, kemudian pada

suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.

Setelah itu, dilakukan penetapan bahan organic asing yaitu bahan

simplisai ditimbang antara 25 g dan 500 g simplisia, ratakan. Dan

simplisia dipisahkan sesempurna mungkin dengan bahan organic asing,

kemudian ditimbang, dan ditetapkan jumlahnya dalam persen terhadap

simplisia yang digunakan. Makin kasar simplisia yang diperiksa makin

banyak jumlah simplisia yang ditimbang

Page 19: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

LAMPIRAN

1. Gambar cara pemanenan buah mengkudu

Page 20: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

2. Gambar proses penyortiran

3. Gambar proses pencucian

Page 21: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

4. Gambar proses penirisan

5. Gambar proses perajangan

Page 22: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Gambar proses penyortiran

Page 23: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Gambar proses pengeringan

Page 24: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

Gambar penyortiran kering

Page 25: Laporan Praktikum Biologi Farmasi New

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat, ed. I, Jakarta

Nelson, S. C., 2006, Noni’s Natural Habitats in Hawai, http://

www.ctahr.hawaii.edu, 11/05/06.

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (terj.), Edisi IV, ITB

Press, Bandung, h. 157-8, 191.

Rukmana, H.R., 2002, Mengkudu; Budi daya dan Prospek Agribisnis, Kanisius,

Yogyakarta, h. 17-30.

Samuelsson, G., 1999, Drugs of Natural Origin: A Textbook of Pharmacognosy,

4th revised edition, Apotekarsocieteten-Swedish Pharmaceutical Press,

Stockholm, p. 226-9.

Suprapti, M. L., 2005, Aneka Olahan Mengkudu Berkhasiat Obat, Kanisius,

Yogyakarta, h. 12-23.

Supriyadi, dkk, 2001, Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Khasiatnya,

Jakarta

Takahashi, T., et al, 2004, Isoliquiritigenin, a flavonoid from licorice, reduces

prostaglandin E2 and nitric oxide, causes apoptosis, and suppresses

aberrant crypt foci development, J. of Cancer Sci., 95(5): 448-453.

Tan , H. T. & Kirana, R., 1978, Obat-Obat Penting, Edisi V, Depkes RI, Jakarta,

h. 146-231.

Wang, M. Y., et al, 2002, Morinda citrifolia (Noni) : A Literature Review and

Recent Advances in Noni Research, J. of Acta Pharmacol Sin., Dec; 23

(12) : 1127-1141