LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA
TEKANAN OSMOTIK PADA TANAMAN
OLEH
KELOMPOK
Putri Chandra Haryanto (13312241000)
Septika Wuri Setyo Palupi (13312241055)
Fatikha Rahmah (13312244000)
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Praktikum Tekanan Osmotik pada Tanaman
Disusun oleh:
Kelompok
Yogyakarta, Februari 2016
Anggota
Nama NIM TandaTangan
Putri Chandra Haryanto
Septika Wuri Setyo Palupi 13312241055
Fatikha Rahmah 13312244000
Diserahkan pada tanggal....................................., jam...........................
Mengetahui
Asisten Pembimbing
NIM.
Dosen Pembimbing
NIP
A. Judul
Tekanan Osmotik pada Tanaman
B. Tujuan
Mengetahui tekanan osmotik pada berbagai sayuran dan buah.
C. Kajian Pustaka
1. Difusi
Molekul mempunyai salah satu bentuk energi, yaitu energi panas. Salah satu hasil
dari energi panas adalah difusi. Campbell (2008: 132) menyatakan, “Diffusion is the
movement of molucules of any substance so that they spread out evenly into the
available space”. Titik tekan dari pernyataan tersebut adalah difusi merupakan
pergerakan molekul dari suatu zat sehingga molekul tersebut dapat menyebar menuju
ruang yang tersedia. Suatu zat dalam keadaan yang tidak ada gaya lain yang bekerja,
akan mengalami difusi dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi menuju tempat
yang konsentrasinya lebih rendah.
Proses difusi juga terjadi pada sel, yang merupakan penyusun makhluk hidup.
Menurut Solomon (2008: 116), “some substance pass into or out of cells and move
within cells by diffusion”. Inti dari pernyataan tersebut adalah beberapa zat masuk
dan keluar sel, juga bergerak antarsel melalui proses difusi. Campbell (2008: 132)
menyatakan bahwa, “ the diffusion of a substance across a biological memberane is
called passive transport, because the cell doen not have to expend energy to make it
happen”. Titik tekan dari pernyataan tersebut adalah difusi suatu zat melalui
membran sel disebut transport pasif, karena sel tidak energi untuk proses tersebut.
Gambar 1. Difusi pada satu larutan, dan difusi pada dua larutan, memalui membran.
Sumber Gambar: Campbell (2008: 132)
Difusi terjadi secara cepat pada jarak yang pendek, tetapi sangat lambat jika
melalui jarak jauh. Hal ini menjelaskan mengapa sel berukuran sangat kecil. Faktor
yang mempengaruhi kecepatan difusi antara lain:
a. Area permukaan
b. Konsentrasi
c. Muatan
d. Ukuran partikel
e. Temperatur
f. Tekanan
g. Ketebalan membran
h. Jarak yang harus ditempuh partikel
(James, 2008: 27-28)
2. Osmosis
“Osmosis is a special kind of diffusion that involves the next movement of water
through a selectively permeable membrane from a region of higher concentration to a
region of lower concentration” (Solomon, 2008: 116). Titik tekan dari pernyataan
tersebut adalah difusi air melalui membran selektif permeabel dari daerah
berkonsentrasi tinggi menuju daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Membran
selektif permeabel adalah membran yang ada pada sel makhluk hidup. Membran ini
memiliki kemampuan untuk menyeleksi partikel yang dapat melewatinya.
Gambar 2. Proses Osmosis
Sumber Gambar: James (2008: 29)
3. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya perpindahan air secara osmosis. Semakin besar perbedaan konsentrasi
diantara dua larutan di kedua sisi membran selektif permeabel, maka semakin besar
tekanan osmotik yang diperlukan untuk menghentikan perpindahan air secara
osmosis. (James, 2008: 29)
Tekanan osmotik tergantung pada jumlah partikel yang terlarut dalam larutan,
bukan jenis partikelnya. Larutan elektrolit seperti natrium klorida menghasilkan
tekanan osmotik yang lebih besar daripada larutan nonelektrolit seperti gula, karena
larutan elektrolit akan berdisosiasi menjadi ion-ion dalam larutan. Sehingga misalnya
pada natrium klorida mengandung dua partikel, sedangkan pada gula hanya
mengandung satu partikel.
Gambar 3. efek elektrolit terhadap osmosis
Sumber gambar: James (2008: 30)
4. Tonisitas Sel
Menurut james (2008: 30), tonisitas adalah kemampuan larutan untuk
memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel. Oleh
karena itu, dikenal tiga jenis larutan pada peristiwa osmosis, yaitu isotonik,
hipertonik, dan hipotonik. Larutan isotonik mempunyai konsentrasi zat terlarut sama
pada kedua sisi membran. Sedangkan larutan hipertonik mempunyai konsentrasi
terlarut di luar sel lebih pekat daripada di dalam sel. Kemudia pada larutan hipotonik,
konsentrasi zat terlarut di luar sel lebih rendah daripada di dalam sel. Jenis larutan ini
selanjutnya berpengaruh terhadap ukuran, dan bentuk sel.
Menurut Solomon (2008: 117), ketika sel hewan ditempatkan pada larutan yang
isotonik, maka keadaan sel akan tetap, dan tidak mengalami perubahan. Namun,
ketika sel hewan ditempatkan pada larutan yang hipertonik, maka sel hewan tersebut
akan mengkerut (kisut). Solomon (2008: 118), ketika sel ditempatkan pada larutan
hipertonik, maka air dari dalam sel akan bergerak keluar dari sel. Inilah yang
menyebabkan sel mengkerut (kisut) ketika berada di larutan hipertonik. Sementara
itu, ketika sel hewan ditempatkan pada larutan hipotonik, maka sel akan mengalami
lisis (pecah). Hal ini terjadi karena molekul air bergerak dari larutan menuju ke dalam
sel, sehingga sel menjadi bertambah besar, sampai akhirnya pecah (lisis).
Sel tumbuhan mempunyai respon yang berbeda ketika ditempatkan pada larutan
isotonik, hipertonik, dan hipotonik. Ketika ditempatkan pada larutan yang isotonik,
menurut Campbell (2008: 134) “If a plant’s cells and their surrounding isotonic,
there is no net tendency for water to enter, and the cells become flaccid” . Titik tekan
dari pernyataan tersebut adalah dalam lingkungan yang isotonik, sel tumbuhan akan
lembek/ lemah, karena tidak ada kecenderungan air untuk dapat masuk ke dalam sel.
Sedangkan ketika ditempatkan dalam lingkungan yang hipotonik, maka sel tumbuhan
akan turgid (sangat kuat) atau dalam keadaan terbaik dari sel tumbuhan. Hal ini
dikarenakan dalam lingkungan yang hipotonik, maka vakuola pada sel tumbuhan
akan terisi penuh dengan air, dan dinding sel dapat mencegah sel tumbuhan
berkembang berlebihan. Ktika sel tumbuhan ditempatkan pada lingkungan yang
hipertonik, maka sel tumbuhan akan mengalami plasmolisis. Campbell (2008: 134)
menyatakan “in hypertonic solution the cells of plants will lose water toits
surrounding and shrink. Its plasma membrane pulls away from the wall. Its called
plasmolysis”. Titik tekan dari pernyataan tersebut adalah ketika di lingkungan yang
hipertonik, maka sel tumbuhan akan mengkisut, tetapi hanya pada memran plasmanya
saja yang mengkisut, menjauh dari dinding sel. Plasmolisis ini dapat menyebabkan
sel tumbuhan menjadi layu, dan akhirnya mati.
Gambar keseimbangan air pada sel hewan dan sel tumbuhan
Sumber Gambar: Campbell (2008: 133)
D. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal : Rabu, 24 Februari 2016
Waktu : 09.20-11.00
Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
2. Alat dan Bahan
a. Pisau 1 buah
b. Gelas air mineral 9 buah
c. Neraca 1 buah
d. Sendok 1 buah
e. Mistar 1 buah
f. Tisu
g. Apel 1 buah
h. Wortel 1 buah
i. Kentang 1 buah
j. Air sumur
k. Aquades
l. Minyak kelapa
m. Cuka
n. Larutan gula
o. Larutan garam
3. Langkah Kerja
Kegiatan 1 (Apel)
Kegiatan 2 (Wortel)
Kegiatan 3 (Kentang)
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Mengiris buah apel membentuk kubus dengan ukuran 2x2x2 sebanyak 2 buah.
Menuang air sumur dan larutan garam ke dalam gelas plastik yang berbeda.
Memasukkan potongan apel ke dalam masing-masing gelas plastik.
Merendam potongan apel kira-kira 12 jam.
Mengamati perubahan warna, bentuk, dan ukuran kedua apel yang sudah direndam.
Mencatat hasil pengamatan.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Mengiris wortel membentuk kubus dengan ukuran 2x2x2 sebanyak 3 buah.
Menyiapkan 3 buah gelas plastik lalu menuang larutan cuka, aquades, dan minyak kelapa ke dalam masing-masing gelas plastik.
Memasukkan potongan wortel ke dalam masing-masing gelas plastik.
Merendam potongan apel kira-kira 12 jam.
Mengamati perubahan warna, bentuk, dan ukuran kedua apel yang sudah direndam.
Mencatat hasil pengamatan.
E. Data Hasil Percobaan
F. Pembahasan
G. Kesimpulan dan Saran
H. Jawaban Tugas
1. Bagaimana kondisi/keadaan apel yang direndam pada air sumur dan larutan
garam? Mengapa demikian?
2. Bagaimana kondisi/keadaan wortel yang direndam pada air cuka, aquades, dan
minyak kelapa? Mengapa demikian?
3. Bagaimana kondisi/keadaan kentang yang direndam pada larutan gula, larutan
garam, dan aquades? Mengapa demikian?
I. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A., Reece, Jane B. 2008. Biology 8th ed. San Francisco: Pearson
Education, Inc.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Mengiris kentang membentuk kubus dengan ukuran 2x2x2 sebanyak 3 buah.
Menyiapkan 3 buah gelas plastik lalu menuang larutan gula, larutan garam, dan aquades ke dalam masing-masing gelas plastik.
Memasukkan potongan kentang ke dalam masing-masing gelas plastik.
Merendam potongan apel kira-kira 12 jam.
Mengamati perubahan warna, bentuk, dan ukuran kedua apel yang sudah direndam.
Mencatat hasil pengamatan.
James, Joyce., baker, Colin., Swain, Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Solomon, Eldra P., Berg, Linda R., martin, Diana W. 2008. Biology Eighth Edition.
USA: Thomson Brooks.