laporan praktikum

86
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN, REPRODUKSI, DAN KEBIASAAN MAKAN) IKAN TAWES (Puntius Javanicus) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap Disusun oleh : Hasbi Ilmawan A 230110130059 Dehan Ahmadi 230110130130 Nabila Dwi Yasti 230110130143 Perikanan B / Kelompok 20 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

description

biologi perikanan

Transcript of laporan praktikum

Page 1: laporan praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN,

REPRODUKSI, DAN KEBIASAAN MAKAN)IKAN TAWES (Puntius Javanicus)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap

Disusun oleh :

Hasbi Ilmawan A 230110130059Dehan Ahmadi 230110130130Nabila Dwi Yasti 230110130143

Perikanan B / Kelompok 20

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2015

Page 2: laporan praktikum

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada

waktunya. Laporan praktikum ini berjudul “Analisis Aspek Biologi

(Pertumbuhan, Reproduksi, dan Kebiasaan Makan) Ikan Tawes ( Puntius

Javanicus)”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas laporan

praktikum mata kuliah Biologi Perikanan.

Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah bekerjasama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk

itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum

maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan

terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.

Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan

yang diberikan oleh asisten laboratorium.

Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya

bagi semua pihak.

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

i

Page 3: laporan praktikum

DAFTAR ISIBab Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR .................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN ................................................................. v

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan Praktikum...................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tawes (Puntius javanicus) ............................................... 3

2.1.1. Klasifikasi Ikan Tawes (Puntius javanicus).................... 42.1.2. Habitat dan Distribusi Ikan Tawes (Puntius javanicus).. 5

2.2. Hubungan Panjang Berat ......................................................... 52.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ........................................ 72.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)............................................ 92.5. Fekunditas ................................................................................ 102.6. Posisi Inti Telur ........................................................................ 122.7. Kebiasaan Makan ..................................................................... 13

III. METODELOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................... 143.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 14

3.2.1. Alat ................................................................................. 143.2.2. Bahan .............................................................................. 14

3.3. Prosedur Kerja........................................................................... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ......................................................................................... 174.2. Analisa Data dan Perhitungan .................................................. 334.3 Pembahasan................................................................................ 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .............................................................................. 455.2. Saran ......................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... viLAMPIRAN

ii

Page 4: laporan praktikum

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

1. Parameter Tingkat Kematangan Gonad........................................... 8

2. Alat yang digunakan dalam praktikum ........................................... 14

3. Bahan yang digunakan dalam praktikum ........................................ 14

4. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok ......................... 17

5. Data Reproduksi Kelompok ............................................................ 17

6. Data Food and Feeding Habits Kelompok ...................................... 17

7. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Tawes........ 18

8. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Nilem......... 21

9. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Beureum.... 23

10. Data Angkatan Relasi Panjang Berat pada Ikan Tawes................... 23

11. Data Angkatan Relasi Panjang Berat pada Ikan Nilem ................... 25

12. Data Angkatan Relasi Panjang Berat pada Ikan Beureum Panon.... 26

13. Data Reproduksi Angkatan Ikan Tawes........................................... 26

14. Data Reproduksi Angkatan Ikan Nilem .......................................... 27

15. Data Reproduksi Angkatan Ikan Beureum Panon ........................... 28

16. Data Food and Feeding Habits Angkatan Ikan Tawes..................... 29

17. Data Food and Feeding Habits Angkatan Ikan Nilem .................... 30

18. Data Angkatan Indeks Preponderan ikan Tawes.............................. 31

19. Data Angkatan Indeks Preponderan ikan Nilem.............................. 31

20. Data Angkatan IP, Indeks Pilihan, dan Tp ikan Tawes dan Nilem.. 31

21. Data Angkatan Tumpang Tindih Ikan Tawes Dan Ikan Nilem....... 32

iii

Page 5: laporan praktikum

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

1. Ikan Tawes (Puntius javanicus)...................................................... 4

2. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Tawes..................... 33

3. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Nilem ..................... 33

4. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Beureum Panon...... 34

5. Grafik Perbandingan Jumlah Ikan Tawes Jantan dan Ikan Betina... 35

6. Grafik Perbandingan Jumlah Ikan Tawes Jantan dan Ikan Betina... 35

7. Diagram Tingakat Kematangan Gonad Angkatan Ikan Tawes........ 36

8. Diagram Tingakat Kematangan Gonad Angkatan Ikan Nilem........ 36

iv

Page 6: laporan praktikum

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Halaman

1. Alat dan Bahan ................................................................................ 1

v

Page 7: laporan praktikum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang

dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan

kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan,

tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan,

pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi

dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan

dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang

peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika

kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai

faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie 1997).

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat.

Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara).

Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling

menunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan perkembangan ikan

(Fujaya 1999). Pertumbuhan pada ikan juga dapat menduga sebaran tingkat

kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran.

Tingkat kematangan gonad pada suatu jenis ikan selalu menjadi hal yang

sangat menarik untuk diamati. Perkembangan gonad ikan pada umumnya

berbanding lurus dengan pertambahan umur pada ikan. Perkembangan dalam

reproduksi, dihasilakan dari metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad.

Nikolsky (1969) menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan

gonad berdasarkan berat gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai

maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah

pemijahan. Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks

kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad juga mempengaruhi fekunditas

ikan.

1

Page 8: laporan praktikum

2

Menurut Effendie (2002) bahwa besarnya populasi ikan dalam suatu

perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini,

terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah

dan kualitas makanan yang tersedia (food habits), mudahnya tersedia makanan,

lama masa pengambilan dan cara memakan ikan dalam populasi tersebut (feeding

habits). Kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung

kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum biologi perikanan ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pertumbuhan ikan baik panjang dan berat

2. Mengetahui hubungan panjang berat

3. Mengetahui tingkat kematangan gonad ikan

4. Mengetahui ciri-ciri ikan yang akan memijah dan setelah memijah

5. Mengetahui indeks kematangan gonad dari suatu spesies ikan

6. Mengetahui fekunditas ikan betina

7. Mengetahui food and feeding habits ikan

Page 9: laporan praktikum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Tawes (Puntius javanicus)

Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa.

Ikan tawes memiliki nama lokal tawes (Indonesia), taweh atau tawas, lampam

Jawa (Melayu). Di Danau Sidendreng ikan tawes disebut bale kandea (Amri dan

Khairuman 2008).

Ikan tawes termasuk ke dalam famili Cyprinidae seperti ikan mas dan ikan

nilem. Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala

kecil, moncong meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat

kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah

di antara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna

berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian

punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip

punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, dan sirip ekor

bercagak dalam dengan lobus membulat, sirip dada berwarna kuning dan sirip

dubur berwarna oranye terang. Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang

(Kottelat et al 1993).

Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau melengkung ke ujung,

sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Ada tonjolan sangat kecil,

memanjang dari tilang mata sampai ke moncong dan dari dahi ke antara mata.

Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang, 3-3½ sisik antara gurat sisi dan

awal sirip perut (Kotelat et al 1993).

Setidaknya ada empat jenis ikan tawes yang dikenal di Indonesia, meskipun

yang sering ditemui dan banyak terdapat di pasaran hanya dua atau tiga jenis saja.

Keempat jenis ikan tawes tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tawes Biasa

Ikan ini memiliki sisik yang berwarna kelabu dan sudah menjadi bentuk umum

dari tawes yang sering dibudidayakan dimasyarakat. Tawes ini dengan mudah

3

Page 10: laporan praktikum

4

ditemukan pada para petani ikan diseluruh Indonesia, misalnya, Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, (Ngrajek, Muntilan), dan lain-lain.

b. Tawes Bule

Ikan ini memiliki sisik albino, dan jarang terdapat diperairan umum maupun

dikolam-kolam masyarakat, namun ikan ini diduga mulai ada sejak tahun 1936.

c. Tawes Silap

Tawes silap mempunyai sisik yang berwarna putih kelabu, seperti tawes biasa,

namun sisik yang berwarna putih ini bercampur dengan sisik yang berwarna

keperakan, sehngga sulit membedakan ikan tawes silap ini dengan ikan tawes

biasa. Seperti halnya ikan tawes bule , ikan tawes silap ini pun jarang

ditemukan.

d. Tawes Kumpay

Seperti halnya ikan mas kumpay, ikan tawes kumpay mempunyai sirip dada

dan sirip ekor yang relatif panjang. Ikan ini berwarna putih kelabu dan jarang

ditemukan di kolam petani maupun di perairan umum (Heru Susanto 1997).

2.1.1 Klasifikasi Ikan Tawes

Ikan tawes dapat diklasifikasikan secara taksonomi (Susanto 2007) sebagai berikut:

Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : ActinopterygiiOrdo : CypriniformesFamili : CyprinidaeGenus : PuntiusSpesies : Puntius javanicus

Gambar 1. Ikan Tawes (Puntius javanicus) (Sumber : www.google.com)

Page 11: laporan praktikum

5

2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia. Ikan tawes dalam

habitat aslinya adalah ikan yang berkembang biak di sungai, danau dan rawa-rawa

dengan lokasi yang disukai adalah perairan dengan air yang jernih dan terdapat

aliran air, mengingat ikan ini memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak

oksigen dan hidup di perairan tawar dengan suhu tropis 22 – 28°C, serta pH 7.

Ikan ini dapat ditemukan di dasar sungai mengalir pada kedalaman hingga lebih

dari 15 m, rawa banjiran dan waduk. Ikan tawes adalah termasuk ikan herbivor

atau pemakan tumbuhan (Kotelat et al 1993).

Pada mulanya tawes merupakan ikan liar yang hidup di alam, yaitu di

sungai-sungai yang berarus deras. Dari catatan tentang teknik budidayanya, ikan

ini kemungkinan dikembangkan lebih dulu oleh petani di Awipari, sebuah desa

dekat Tasikmalaya dan juga di daerah Purbaratu, bagian timur Jawa Barat. Di

Jawa Timur, tawes mula-mula dikembangkan di Malang Selatan. Petani di

Awipari dan Purbaratu memijahkan tawes di kolam, sedangkan petani di Malang

Selatan memijahkan tawes di sawah. Karena tawes mudah dikembangbiakkan dan

dagingnya cukup disukai maka kini pembudidayaannnya sudah menyebar ke

banyak wilayah dan perkembangannya cukup pesat. Daerah Ngrajek, Muntilan

(Jawa Tengah) dikenal sebagai sentra pembenihan ikan tawes. Tawes dapat

bertahan hidup di air yang berkadar garam hingga 7 per mil. Di daerah

Bojonegoro yang memiliki lahan pasang surut, ikan ini termasuk komoditas

andalan yang memberikan pemasukan cukup banyak bagi petani pemeliharanya

(Heru Susanto 1997).

2.2 Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu

waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh

kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari makanan. Faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal umumnya faktor yang sukar untuk dikontrol, diantaranya adalah

Page 12: laporan praktikum

6

keturunan, parasit, penyakit, sex,dan umur. Sedangkan faktor luar yang utama

mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan, namun dari

kedua faktor tersebut belum diketahui faktor mana yang memegang peranan yang

lebih besar. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh

hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya

adalah oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas

(Carlander 1969).

Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang

dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai

pangkat tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya

tidak demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Maka hubungan

tersebut tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus

yang umum (Lagler 1970) yaitu:

W = c x Ln

Keterangan : W = BeratL = Panjangc dan n = konstanta

Apabila rumus umum diatas trasnformasikan ke dalam logaritma maka akan

di dapatkan persamaan : Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linear atau

persamaan garis lurus seperti di bawah harga n adalah harga pangkat yang harus

cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Harga ekponen ini telah

diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2 - 4, namun dari kebanyakan harga n

tadi berkisar dari 2,4 - 3,5. Bilamana harga n = 3 menunjukkan bahwa

pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang

dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian ialah pertumbuhan

isometrik. Sedangkan apabila n > atau n < dinamakan pertumbuhan allometrik.

Apabila harga n , dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan

yang kurus dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.

Apabila angkanya lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok. Pertambahan

berat lebih cepat daripada perubahan panjangnya (Lagler 1970).

Page 13: laporan praktikum

7

2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tahap kematangan adalah perkembangan sel telur menjadi semakin besar,

berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Proses

pematangan gonad pada ikan yang telah dewasa dan induk sebenarnya terjadi

mulai dalam masa oosit muda dan bukan dari calon telur. Kematangan gonad dan

keberhasilan pemijahan berhubungan dengan ukuran dan umur ikan. Semakin

besar ukuran ikan, jumlah telurnya akan semakin banyak, ukuran telurnya juga

relatif lebih besar demikian pula kualitasnya semakin baik (Billard 1992).

Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu

terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Hal ini

menyebabkan terjadinya perubahan dalam gonad. Umumnya pertambahan berat

gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan

sebesar 5-10%. Dari TKG ini dapat diketahui bilamana ikan itu akan memijah,

baru memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu

pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya (Bagenal dan Braum

1968).

Secara alamiah ukuran dan berat tubuh ikan dapat digunakan sebagai tanda

utama untuk mengetahui kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah

tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tiap-

tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama

ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Dalam bidang pembenihan

ikan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk

mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang

tidak (Effendi 2002).

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara

histologi yang dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan

morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dari penelitian

secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan

mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara

histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie

2002).

Page 14: laporan praktikum

8

Dasar yang dipakai untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah

bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat

dilihat. Perkembangan ikan betina lebih banyak dilihat dari pada ikan jantan

karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah

dilihat dari pada sperma yang terdapat didalam testis (Effendie 2002).

Morfologi gonad dan corak warna digunakan untuk membedakan tingkat

kematangan. Hal tersebut bermanfaat untuk menentukan masa memijah secara

umum dan menentukan langkah lanjut untuk pengelolaannya. Akan tetapi

kelemahannya adalah gonad yang telah ditentukan dengan cara tersebut termasuk

tingkat kematangan tinggi (Lam 1983).

Faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan,

antara lain suhu dan makanan, tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan

di daerah tropik gonad dapat masak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan

harus mempunyai komposisi khusus yang merupakan faktor penting dalam

mendukung keberhasilan proses pematangan gonad dan pemijahan (Effendie

2002).

Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad dapat dilihat dari beberapa

parameter, yang terlampir pada tabel 1.

Tabel 1. Parameter Tingkat Kematangan GonadBETINA JANTAN

Bentuk ovarium Bentuk testesBesar Kecilnya Ovarium Besar Kecilnya testesPengisian ovarium dalam rongga tubuh Pengisian testes dalam rongga tubuhWarna ovarium Warna testesHalus tidaknya ovarium Keluar tidaknya cairan dari testesUkuran telur dalam ovarium.Kejelasan bentuk dan warna telur.Ukuran garis tengah telur

Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968)

yaitu:

1. Dara : Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.

Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-

abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.

Page 15: laporan praktikum

9

2. Dara Berkembang : Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu

dapat terlihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I : Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna

kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira

setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II : Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada

sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-

merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium

mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah.

5. Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih,

keluar testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,

beberapa dari padanya jernih dan masak.

6. Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut.

Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat

telur di dalam ovarium.

7. Mijah/salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat

telur.

8. Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9. Pulih salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari

reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil

metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Fujaya 2002).

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif,

dapat dinyatakan dengan suatu indeks yang dinamakan Indeks Kematangan

Gonad (IKG), yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat

gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100% (Herawati 2014).

Page 16: laporan praktikum

10

Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonadBg = Bobot gonadBt = Bobot tubuh

Perbandingan tersebut ialah “Index of maturity”, namun diantara banyak

peneliti menamakan indeks tadi ialah “Gonado Somatic Index”. Indeks ini

diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu pengukur aktifitas

gonad dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama

“Raport Gonosomatique”.“Gonado Somatic Index” (GSI) = Wg/W X 100% akan

semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan

terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan

ikan jantan. Nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan dengan GSI

19%, ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Indeks tersebut semakin

bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisaran maksimum pada

saat akan terjadi pemijahan. Adakalanya nilai GSI ini dihubungkan dengan

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri

morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan hal demikian, akan

tampak hubungan antara perkembangan didalam dan diluar gonad ikan, nilai-nilai

morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya,

maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap saat

(Johnson 1971).

Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan

antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati

perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan

kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga

dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang dikandung

didalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan

mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut (Johnson 1971).

2.5 Fekunditas

Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu

pemijahan. Fekunditas secara tidak langsung, dapat menaksir jumlah anak ikan

yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur

Page 17: laporan praktikum

11

yang bersangkutan. Jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan

fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu

akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahanm beberapa

kali dalam setahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih

sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang

akan datang. Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan

selama hidup. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang.

Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil.

Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas

individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang

masih muda (Nikolsky 1963).

Bagi ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok

mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-

rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan studi populasi dan dapat

ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat

diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan dalam

pengelolaan perikanan yang baik. Dalam menghitung fekuinditas dikenal lima

metode (Bagenal dan Braum 1968), yaitu :

a. Metode Numerik, metode sensus dengan menghitung semua jumlah telur

yang ada pada gonad secara manual (satu per saru).

b. Metode Volumetrik, perhitungan sampel, caranya sebagai berikut :

Menghitung volume gonad secara keseluruhan (dapat dilakukan dengan

memasukannya pada gelas ukur berisi air, dan menghitung selisis volume awal air

saja dan volume akhir, yaitu air dan gonad). (V)

Membagi kedua gonad menjadi 3 bagian (anterior A, tengah T, dan

posterior, P). Menghitung volume ke-3 bagian gonad tersebut di setiap gonad

(terdapat 6 bagian). (seperti pada cara yang pertama). (v)

Menghitung telur pada 6 bagian telur tersebut secara manual. (x)

Menghitung fekuinditas dengan memasukannya pada rumus. (X)

vxV

X.

Page 18: laporan praktikum

12

Penghitungan kedua metode diharapkan memberi hasil yang mendekati.

c. Metode gravimetrik, prinsip metode ini sama dengan volumetrik,

yang membedakan hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran

berat gonad.

Rumus :

X :  x = G : g

Keterangan : X : Jumlah telur yang akan dicarix : Jumlah telur contohG : Berat seluruh gonadg : Berat gonad contoh

d. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).

Rumus :

Keterangan :F : FekunditasG : Berat gonad totalV : Volume pengenceranX : Jumlah telur Q : Berat telur contoh

e. Metode Van Bayers, merupakan metode penghitungan fekunditas dengan

menggunakan tabel yang sudah ada dilihat dari diameter telur Ikan Mas.

2.6 Posisi Inti Telur

Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting untuk

dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti dapat digunakan

sebagai pertimbangan penentuan tingkat kematangan gonad. Telur yang sudah

matang cenderung memilik diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang,

posisi inti telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak berada

di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat dihubungkan dengan perkiraan

nilai fekunditas, pada ikan-ikan yang memiliki telur yang besar fekunditasnya

biasanya cenderung kecil (Herawati 2014).

Page 19: laporan praktikum

13

2.7 Kebiasaan Makan

Makanan alami biasanya berupa plankton, baik fitoplankton atau

zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan air, organisme bentos dan ikan maupun

organisme lain yang berukuran lebih kecil daripada organisme yang dipelihara.

Secara ekologis pengelompokan makanan alami sebagai plankton, nekton,

benthos, perifiton, epifiton dan neuston, di dalam perairan akan membentuk suatu

rantai makanan dan jaringan makanan (Mudjiman 1989).

Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas

makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding

habits) adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan.

Kebiasaan makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung pada

lingkungan tempat ikan itu hidup. Tujuan mempelajari kebiasaan makanan (food

habits) ikan dimaksudkan untuk mengetahui pakan yang dimakan oleh setiap jenis

ikan. Pengelompokan ikan berdasarkan kepada bermacam-macam makanan yang

dimakan, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-

macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya

sedikit dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari atas satu macam

makanan saja. Berdasarkan tempat atau lokasi makan ikan dapat dibagi menjadi

empat yaitu pemakan didasar perairan, pemakan dilapisan tengah, pemakan

dipermukaan, pemakan penempel. Berdasarkan waktu makan dibedakan menjadi

dua yaitu siang hari (diurnal), malam hari (noktural) (Effendie 1997).

Page 20: laporan praktikum

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan praktikum biologi perikanan, dilakukan pada :

Waktu : Selasa, 17 Maret 2015

Tempat : Laboratorium MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Padjadjaran Jatinangor.

3.2 Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai

berikut:

3.2.1 Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan terlampir pada

tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam praktikumNo Nama Alat Fungsi1. Penggaris Untuk mengukur panjang ikan, panjang usus2. Gunting bedah Untuk menggunting ikan dalam proses pembedahan3. Sonde Untuk mematikan ikan4. Pinset Untuk mengambil hati, gonad dan usus ikan5. Pisau bedah Untuk membedah ikan6. Cawan petri Wadah untuk meletakkan hati, dan gonad7. Wadah plastik Wadah untuk menaruh alat dan bahan yang digunakan8. Mikroskop Alat untuk mengamati gonad9. Timbangan Mengukur bobot ikan, bobot hati, dan bobot gonad10. Gelas ukur Untuk mengukur fekunditas 11. Cover glass Wadah untuk menaruh isi usus saat diamati

3.2.2 Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan terlampir pada

tabel 3.

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam praktikumNo Nama Bahan Fungsi1. Ikan Tawes (Puntius javanicus) Objek yang diamati

14

Page 21: laporan praktikum

15

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :

3.3.1 Hubungan Panjang Berat

Prosedur kerja pada praktikum hubungan panjang berat adalah sebagai

berikut:

1. Menyiapkan Ikan Tawes sebagai sampel.

2. Melakukan pengukuran panjang (TL dan SL) dan berat dengan

menggunakan mistar dan timbangan kemudian mencatatnya.

3. Catat dalam tabel pengamatan.

4. Lakukan perhitungan pola pertumbuhan berdasarkan teknik Lagler (1961)

5. Terjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan.

3.3.2 Tingkat Kematangan Gonad

Prosedur kerja pada praktikum Tingkat Kematangan Gonad adalah sebagai

berikut :

1. Mengambil ikan, mematikan ikan dengan menggunakan penusuk pada

bagian depan kepala ikan

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut

dapat terlihat.

3. Mengambil gonad yang ada yang di dalam perut, hingga terpisah dari organ

lain.

4. Mengamati gonad tersebutMencatat pada tabel pengamatan.

3.3.3 Indeks Kematangan Gonad

Prosedur kerja pada praktikum Indeks Kematangan Gonad adalah sebagai

berikut

1. Menimbang berat gonad dan hati dengan menggunakan timbangan setelah

gonad dianalisa tingkat kematangannya.

2. Menentukan indeks kematangan gonad ikan tersebut dengan menggunakan

rumus yang telah ditentukan.

3. Mencatat dalam tabel pengamatan.

Page 22: laporan praktikum

16

3.3.4 Fekunditas

Prosedur kerja pada praktikum mengenai fekunditas adalah sebagai berikut:

1. Mengambil gonad dari ovarium ikan betina

2. Mengambil air sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur

3. Memasukkan seluruh gonad dan mengukur volumenya

4. Mengambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu bagian anterior, tengah, dan

ujung dekat urogenital

5. Memasukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 100 ml dan

ukur perubahan volumenya

6. Menghitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah itu masukkan

kedalam rumus diatas

7. Mencatat pada tabel pengamatan

3.3.5 Studi Kebiasaan Makanan

Prosedur kerja pada praktikum studi kebiasaan makanan adalah sebagai

berikut :

1. Mengambil usus, urut usus hingga keluar isi dari usus

2. Mengamati di bawah mikroskop

3. Mencatat pada tabel pengamatan

4. Melakukan perhitungan data yang telah didapatkan sesuai dengan rumus

yang telah ditentukan.

Page 23: laporan praktikum

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh pada praktikum ini baik data kelompok maupun data

angkatan adalah sebagai berikut :

4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Kelompok

Hasil pengamatan pertumbuhan dan ratio kelamin kelompok 20 terlampir pada tabel 4.

Tabel 4. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok

Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang(mm) Berat(gram) Jantan BetinaTL

(mm)SL

(mm)FL

(mm)Kelompok 20 275 210 235 275 -

4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok

Hasil pengamatan reproduksi kelompok 20 terlampir pada tabel 5.

Tabel 5. Data Reproduksi Kelompok

TKGBG(gr)

PG(mm)

IKG(%)

BH(gr)

PH(mm)

HSI(%)

FekunditasDiameter

Telur

Letak Inti Dorman

Tengah (butir)

Menuju Kutub (butir)

Melebur (butir)

6 3.28 140 1.21 1.24 25 0.45 - - - - - -

4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Kelompok

Hasil pengamatan food and feeding habits kelompok 20 terlampir pada tabel

6.

Tabel 6. Data Food and Feeding Habits KelompokJenis Pakan

Kelompok PemakanFitoplankton Zooplankton Benthos Bagian

HewanBagian

Tumbuhan Detritus Ikan

AnabaenaNitzschiaDiatoma

- - - - - - Herbivora

17

Page 24: laporan praktikum

18

4.1.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan

Hasil pengamatan pertumbuhan dan rasio kelamin ikan Tawes angkatan

terlampir pada tabel 7.

Tabel 7. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Tawes 

Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin RatioKel panjang (mm) Berat

(gr)Jantan 

Betina 

Kelamin

  SL FL TL   1 

Ichfar JS246 275 305 460

   -Silfi Nur A

Jason Tri  

 2 

Annisa Nur192 208 235 150

   

-Desi

Triyani  M Rizky    

  Nurma W185 205 240 185

 -3 M Yogi A  

  Rian R   4 

Sheila A175 190 210 137

   -Riani A

Rambo     5 

Safira A205 225 255 242

   Ira S   -

Susetyo I    

 6 

Rizka Dwi190 204 230 181

   Raka

Gilang   -Gilang N    

 7 

Jihan Refli204 223 244 262

   Debora H -Andi M    

  Yulida F160 175 185 70

   8 Endah Tri -  Ilham P     

10  

Rionaldhie163 171 192 113

 

-Desinta A  Rian Nur  

Suci F  

12Ai Siti

155 165 185 102 -Aida Asep S.  

 Bella M

   

Page 25: laporan praktikum

19

14  210 235 260 254

Rifki   -Jamil A    

30 

RidwanSofieFadhil

165 198 230 154  

  

-

  Anggi160 175 200 117

   -32 Nawang  

  Rocela      Sarimanah

145 185 160 74   

-33 Reka   Novitasari      Bastian

173 190 214 166   

-34 Sheillawati   Satria      Adhar

170 195 220 146   

-35 nuraya   Demas      Yuliana

165 185 220 125   

-38 Candra    Nurul      Ayu T

190 205 240 203,4   

-39 Elisa    Agung Rio      Widi

195 205 240 215   

-40 Eki   Mediana      Nabila

210 235 275 275   

-41 Hasbi   Dehan      Santi

195 210 245 200   

-42 Riza    Fauzi      Dea Hari

165 190 210 120,1   

-43 Satrio   Gun Gun    

44

SintiaThesar

M. Adityaayu nfs

215 245 276 319     -

 45 

DzakiZulfikarMelinda

200 215 240 206 -

Dini

Page 26: laporan praktikum

20

46rayanaAdliRury

170 185 210 147 -

47Fahri . F

145 155 190 80  

-Risa  Musa  

  Dita tania165 175 205 111

   48 Windy   -  Rizal    

49Aisyah . D

185 205 235 160   

Syarifudin   -Fathin    

  Dhita . H190 205 235 151

   50 Syifa .z -  Dicky      Riana . F

180 200 230 168   

51 Hilman -  Ardhiansya      Zahra

185 205 240 180  

52 Dyah   -  Bagus    Hanna

180 200 230 140   

55 Bayu . R   -  Ryan      Resna

185 205 235 173   

58 Rahmadi   -  Christoper      Dwi . M

183 200 235 190   

60 Fadhillah   -  Agung . F      Kartika

175 190 230 132,8   

61 Rossa   -  Taufik . I      M . Fahmi

180 200 220 159   

62 Logica   -  Ruth      Gilang . T

180 195 215 162,1   

63 Geugeuh   -  Dina . A      Sona . Y

185 200 240 148,3   

65 Reyhan . A -  Eva . A    

Shafwan

Page 27: laporan praktikum

21

66   185 205 230 218,8

Fahira   -Chervin . O    

Jumlah 28 11

Hasil pengamatan pertumbuhan dan rasio kelamin ikan Nilem angkatan

terlampir pada tabel 8.

Tabel 8. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Nilem

Kel- Nama Praktikan

Pertumbuhan KelaminRatio

KelaminPanjang (mm)Berat Jantan Betina

SL FL TL

9Syafarudin

190 205 235 171 -Elisah FJamaludin

11

Cyntia K

160 180 200 91 -GunturIndri

Roury A

13Alan A

165 190 205 100 -Setyo WAdinda

15Dony

160 180 200 97 -DwikiTanti

16Mia

165 180 200 117 -Siti SRahmat D

17Fikri K

165 185 210 110 -T AlwieElsa

18Eifa

150 165 187 74 -EkaHana

19Ade

153 167 180 79 -TiaYuyun Y

20Rahmat

145 165 185 80 -AnnisaFirhan

21 Leni M 150 170 190 76 -

Page 28: laporan praktikum

22

JianAngga

22Iqbal

150 170 180 82 -NielamAbduyana

23Ganisa

157 168 193 103 Dea F -Refky

24Fauziah

160 175 195 92 -ErikLuthfan

25Taufiq

155 190 210 134 Puty -Fevi

26Zais

145 165 180 63 -ZelikhaRifki GP

27Teguh

160 175 200 92 Dyah -Wahyu

28Rika

160 180 200 96 -Esti MutiaMuammar

29Rahman

145 160 180 74 R. Nadya -Angga

31Ina

150 160 190 87 -RakaIndah

36Detrik

150 175 190 87 Cleovanya -Gulam

37Aliyah

165 187 210 102 -AldwinArisca

53

Rahmahwati150 175 197 101 M. Aulia R. -

M. Galdio N.

54Ali Aji Adi

142 155 181 75 -M. Rakhman

Page 29: laporan praktikum

23

Ruth Maria

56Choki S. D.

155 170 190 81 Ayu M. -Deni S.

57Aisyah A.

150 170 190 90 -M. SalsabilFachri A. M.

59Kalysta F.

164 180 205 102 Jumaidi E. -Yuki Aditya

64Kelana Putra

172 192 209 135,86 -Takbir S.Silmi Fitriani

Jumlah 14 13

Hasil pengamatan pertumbuhan dan rasio kelamin ikan Beureum Panon

angkatan terlampir pada tabel 9.

Tabel 9. Data Angkatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Beureum Panon

Kel- Nama Praktikan

Pertumbuhan KelaminRatio

KelaminPanjang (mm)Berat Jantan Betina

SL FL TL

52Zahra

270 185 225 160 -

DyahBagus

4.1.5 Hasil Regresi Pertumbuhan Angkatan

Hasil regresi pertumbuhan angkatan ikan Tawes, terlampir pada tabel 10.

Tabel 10. Data Angkatan Relasi Panjang Berat pada Ikan TawesKel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W

1 246 460 2,39 2,66 5,72 6,372 192 150 2,28 2,18 5,21 4,973 185 185 2,27 2,27 5,14 5,144 175 137 2,24 2,14 5,03 4,795 205 242 2,31 2,38 5,34 5,516 190 181 2,28 2,26 5,19 5,147 204 262 2,31 2,42 5,33 5,598 160 70 2,20 1,85 4,86 4,0710 163 113 2,21 2,05 4,89 4,5411 160 91 2,20 1,96 4,86 4,32

Page 30: laporan praktikum

24

12 155 102 2,19 2,01 4,80 4,4014 210 254 2,32 2,40 5,39 5,5830 165 154 2,22 2,19 4,92 4,8532 160 117 2,20 2,07 4,86 4,5633 145 74 2,16 1,87 4,67 4,0434 173 166 2,24 2,22 5,01 4,9735 170 146 2,23 2,16 4,97 4,8338 165 125 2,22 2,10 4,92 4,6539 190 203,41 2,28 2,31 5,19 5,2640 195 214,95 2,29 2,33 5,24 5,3441 210 275 2,32 2,44 5,39 5,6642 195 200 2,29 2,30 5,24 5,2743 165 120,14 2,22 2,08 4,92 4,6144 215 319 2,33 2,50 5,44 5,8445 200 206 2,30 2,31 5,29 5,3246 170 147 2,23 2,17 4,97 4,8347 145 80 2,16 1,90 4,67 4,1148 165 111 2,22 2,05 4,92 4,5449 185 160 2,27 2,20 5,14 5,0050 190 151 2,28 2,18 5,19 4,9751 180 168 2,26 2,23 5,09 5,0252 185 180 2,27 2,26 5,14 5,1155 180 140 2,26 2,15 5,09 4,8458 185 173 2,27 2,24 5,14 5,0760 183 189,97 2,26 2,28 5,12 5,1661 175 132,78 2,24 2,12 5,03 4,7662 180 159,02 2,26 2,20 5,09 4,9663 180 162,12 2,26 2,21 5,09 4,9865 185 148,32 2,27 2,17 5,14 4,9266 185 218,8 2,27 2,34 5,14 5,31∑     88,06 86,19 198,94 194,89

a b R^2 R

-5,293 3,3229 0,8862 0,9414

Hasil regresi pertumbuhan angkatan ikan Nilem, terlampir pada tabel 11.

Page 31: laporan praktikum

25

Tabel 11. Data Angkatan Relasi Panjang Berat pada Ikan NilemKel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W

9 190 171 2,28 2,23 5,19 5,0911 160 91 2,20 1,96 4,86 4,3213 165 100 2,22 2,00 4,92 4,4315 160 97 2,20 1,99 4,86 4,3816 165 117 2,22 2,07 4,92 4,5917 165 110 2,22 2,04 4,92 4,5318 150 74 2,18 1,87 2,74 4,0719 153 79 2,18 1,90 4,77 4,1520 145 80 2,16 1,90 4,67 4,1121 150 76 2,18 1,88 4,74 4,0922 150 82 2,18 1,91 4,74 4,1623 157 103 2,20 2,01 4,82 4,4224 160 92 2,20 1,96 4,86 4,3325 155 134 2,19 2,13 4,80 4,6626 145 63 2,16 1,80 4,67 3,8927 160 92 2,20 1,96 4,86 4,3328 160 96 2,20 1,98 4,86 4,3729 145 74 2,16 1,87 4,67 4,0431 150 87 2,18 1,94 4,74 4,2236 150 87 2,18 1,94 4,74 4,2237 165 102 2,22 2,01 4,92 4,4553 150 101 2,18 2,00 4,74 4,3654 142 75 2,15 1,88 4,63 4,0456 155 81 2,19 1,91 4,80 4,1857 150 90 2,18 1,95 4,74 4,2559 164 102 2,21 2,01 4,91 4,4564 172 135,86 2,24 2,13 5,00 4,77∑     37,21 33,40 81,46 73,14

a b R^2 R-4,3860 2,8973 0,7088 0,8419

Page 32: laporan praktikum

26

Hasil regresi pertumbuhan angkatan ikan Panon Beureum, terlampir pada tabel 12.

Tabel 12. Data Angkatan Relasi Panjang Berat Pada Ikan Panon BeureumKel- SL Bobot Log L (X) Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log W52 170 160 2,23 2,20 5,14 5,00

4.1.6 Hasil Pengamatan Reproduksi Angkatan

Hasil pengamatan reproduksi angkatan ikan Tawes, terlampir pada tabel 13.

Tabel 13. Data Angkatan Reproduksi Ikan Tawes

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BHt PHt HSI Fekunditas DiameterLetak Inti

T MK M

1 Dara 460 10,12 105 2,25% 0,55 75 0,12% 0 0 0 0 0

2 Dara 150 0,09 30 0,06% 1 80 0,67% 0 0 0 0 0

3 Dara Berkembang 185 2,34 132 1,28% 0,8 90 0,43% 0 0 0 0 0

4 Dara 137 2.01 0 1,49% 0,22 0 0,16% 0 0 0 0 0

5 Bunting 242 2,48 35 1,04% 0,71 80 0,29% 0 0 0 0 0

6 Bunting 181 3 52 1,69% 0,5 30 0,28% 0 0 0 0 0

7 Dara Berkembang 262 2,84 105 1,10% 0,59 30 0,23% 0 0 0 0 0

8 perkembangan II 70 1 85 1,45% 0,64 40 0,92% 283 20 1 0 0

10 Dara 113 0,87 110 0,78% 0,18 15 0,16% 0 0 0 0 0

11 Bunting 91 12 170 15,19% 0,48 30 0,53% 0 0 0 0 0

12 Mijah 102 0,89 120 0,88% 0,61 40 0,60% 0 0 0 0 0

13 Bunting 100 13 65 14,94% 1 30 1,01% 20058 90 1 0 0

14 Bunting 254 9,59 95 3,92% 0,63 20 0,25% 0 0 0 0 0

30 bunting 154 2 6,5 1,32% 0,66 - 0,43% 0 0 0 0 0

32 dara berkembang 117 1,27 - 1,10% 0,45 - 0,39% 0 0 0 0 0

33 dara berkembang 74 0,53 - 0,72% 0,3 - 0,41% 0 0 0 0 0

34 bunting 166 18 - 12,16% 0,59 - 0,36% 5738 35 0 0 035 bunting 146 1,85 - 1,28% 0,25 - 0,17% 0 0 0 0 038 Bunting 125 0,96 80 0,77% 0,45 20 0,36% 0 0 0 0 0

39 perkembangan II

203,4 1,77 105 0,88% 0,5 30 0,25% 0 0 0 0 0

40 perkembangan 215 2,1 155 0,99% 1,15 34 0,54% 0 0 0 0 041 Mijah 275 3,28 140 1,21% 1,24 25 0,45% 0 0 0 0 042 Mijah 200 1,97 80 0,99% 1 15 0,50% 0 0 0 0 0

43 Dara Berkembang

120,1 4 40 3,44% 0,4 10 0,33% 0 0 0 0 0

44 Dara 319 4,46 98 1,42% 1,28 22 0,40% 0 0 0 0 045 Bunting 206 2,36 190 1,16% 0,47 15 0,23% 0 0 0 0 046 Pulih Salin 147 2,93 57 2,03% 0,57 10 0,39% 0 0 0 0 0

47 Dara Berkembang 80 0,26 110 0,33% 0,47 25 0,59% 0 0 0 0 0

Page 33: laporan praktikum

27

48 Mijah 111 1,5 70 1,32% 0,57 35 0,52% 0 0 0 0 0

49 perkembangan II 160 3,13 140 2,00% 0,21 10 0,13% 0 0 0 0 0

50 Bunting 151 12,72 70 9,20% 0,21 10 0,14% 22698 31 6 4 0

51 Dara 168 1,44 125 0,86% 0,91 20 0,54% 0 0 0 0 0

52 Pulih Salin 180 1,76 60 0,99% 0,9 30 0,50% 0 0 0 0 0

55 Mijah 140 15 110 12,00% 0,42 30 0,30% 0 0 0 0 0

58 Mijah 173 2,58 95 1,51% 0,35 15 0,20% 0 0 0 0 0

60 Bunting 189,9 13,11 120 7,42% 0,29 10 0,15% 21510 35 4 1 5

61 Mijah 133 3,7 130 2,87% 0,34 11 0,26% 0 0 0 0 0

62 Bunting 159 2,139 150 1,36% 0,21 16 0,13% 0 0 0 0 0

63 Bunting 162 2,4 120 1,51% 0,25 10 0,15% 0 0 0 0 0

65 Salin 148,3 1,28 128 0,87% 0,2 10 0,14% 0 0 0 0 0

66 Dara 218,8 4,75 80 2,22% 0,25 30 0,11% 0 0 0 0 0

Hasil pengamatan reproduksi angkatan ikan Nilem, terlampir pada tabel 14.

Tabel 14. Data Angkatan Reproduksi Ikan Nilem

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BHt PHt HSI Fekunditas DiameterLetak Inti

T MK M

9 Dara 171 2,97 80 1,77% 0,4 10 0,23% 0 0 0 0 0

11 Bunting 91 12 170 15,19% 0,48 30 0,53% 0 0 0 0 0

13 Bunting 100 13 65 14,94% 1 30 1,01% 20058 90 1 0 0

15 Mijah 97 15,98 60 19,72% 0,86 25 0,89% 158 53 50 58 50

16 Bunting 117 0,6 25 0,52% 0,35 20 0,30% 0 0 0 0 0

17 Mijah 110 10,61 100 10,68% 0,93 30 0,85% 54761 50 1 1 0

18 Mijah 74 8,07 15,5 12,24% 1 50 1,37% 0 0 0 0 0

19 Mijah 79 12,33 40 18,49% 0,92 100 1,18% 1101 45 2 1 0

20 Mijah 80 9,5 70 13,48% 0,59 40 0,74% 0 0 0 0 0

21 Bunting 76 9,47 70 14,23%$ 0,87 95 1,16% 1600 49 0 1 0

22 bunting 82 7,53 160 10,11% 0,69 70 0,85% 0 0 0 1 0

23 bunting 103 12,19 70 13,42% 0,3 10 0,29% 0 0 0 0 024 bunting 92 8,21 15 9,80% 0,82 250 0,90% 0 0 0 0 0

25 perkembangan 2 134 5,03 90 3,90% 0,58 20 0,43% 3464 26,7 0 0 0

26 bunting 63 5,41 40 9,39% 0,52 10 0,83% 0 0 0 0 027 Mijah 92 10,27 75 12,57% 0,45 10 0,49% 4434 95,8 19 7 428 bunting 96 9,99 80 11,61% 0,86 25 0,90% 0 0 0 0 029 bunting 74 7,32 750 10,98% 0,16 25 0,22% 0 0 0 0 0

31 dara berkembang 87 11 - 14,47% 0,25 - 0,29% 0 0 0 0 0

36 Mijah 87 14 90 19,18% 0,78 20 0,90% 0 0 0 0 037 Mijah 102 18 150 21,43% 0,79 15 0,78% 2134 100 0 10 053 Bunting 101 18 176 21,69% 0,62 35 0,62% 17416 80 0 10 0

54 Bunting 75 25 71 50,00% 0,24 20 0,32% 37152 38 3 4 3

Page 34: laporan praktikum

28

56 Perkembangan 2 81 8 65 10,96% 0,34 20 0,42% 4845 58 10 0 0

57 Mijah 90 18 90 25,00% 0,73 15 0,82% 15173 67 4 1 5

59 Perkembangan 2 102 9 158 9,68% 0,16 10 0,16% 0 0 0 0

64 Mijah 136 1,05 68 0,78% 0,92 29 0,68% 0 0 0 0 0

Hasil pengamatan reproduksi angkatan ikan Beureum Panon, terlampir pada tabel 15.

Tabel 15. Data Angkatan Reproduksi Ikan Beureum Panon

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BHt PHt HSI Fekunditas DiameterLetak Inti

T MK M

52 Mijah 160 32,87 140 25,86% 0,34 20 0,21% 116025 26 4 6 0

Page 35: laporan praktikum

29

4.1.7 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Angkatan

Hasil pengamatan food and feeding habits angkatan ikan Tawes, terlampir pada tabel 16.

Tabel 16. Data Angkatan Food Habits Ikan Tawes

Kel-

Jenis Pakan

Fitoplankton Zooplankton Ben-thos

Bag. Hewan

Bag. Tumbu

han

Detritus

IkanCyano-

phyceaePyrro-

phyceaeChloro-phyceae

Chryso-phyceae

Bacillario-phyceae

Rhizo-poda

Rota-toria

Helmin-thes

Ento-mostraca

Cope-poda

1 25 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 5 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 23 0

3 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0

4 0 0 68 0 18 0 0 0 0 2 0 0 0 23 0

5 0 0 22 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0

6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0

10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0

12 0 0 15 0 0 0 0 0 10 5 0 0 30 5 0

14 22 0 17 0 14 0 0 0 11 26 0 0 0 45 0

30 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 7 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 2 0 8 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

38 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

39 2 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

40 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

41 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

43 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

44 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

45 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46 0 0 6 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

47 60 0 2 0 54 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

48 28 0 24 0 28 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0

49 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

50 0 0 5 0 2 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0

51 2 0 1 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

52 0 0 15 0 23 0 0 0 3 2 0 0 4 0 0

55 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

58 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

60 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0  

61 20 5 56 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0

62 2 14 0 1 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

63 0 0 0 2 0 0 3 0 10 0 0 0 0 0 0

65 15 0 46 0 38 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0

66 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0

∑ 197 19 306   293 0 14 0 54 40 0 0 46 111 0

Page 36: laporan praktikum

30

Total 815 108 0 0 46 111 0

Hasil pengamatan food and feeding habits angkatan ikan Nilem, terlampir pada tabel 17.

Tabel 17. Data Angkatan Food Habits Ikan Nilem

Kel-

Jenis Pakan

Fitoplankton ZooplanktonBen-thos

Bag. Hewan

Bag. Tumbuha

n

Detritus

IkanCyano-

phyceaePyrro-

phyceaeChloro-phyceae

Chryso-phyceae

Bacillario-phyceae

Rhizo-poda

Rota-toria

Helmin-thes

Ento-mostraca

Cope-poda

9 13 0 63 0 0 0 0 0 13 26 0 0 0 0 0

11 3 0 0 0 0 0 0 0 11 16 0 0 0 0 0

13 30 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 020 0 3 0 0 0 0 0 15 12 0 0 149 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 3 0

18 0 0 232 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 117 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 2 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 5 0 10 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 3 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 0 0 2 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36 3 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

37 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

53 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

54 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

56 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

57 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

59 3 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

64 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

∑ 19 0 53   22 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0

Total 94 3 0 0 0 0 0

Page 37: laporan praktikum

31

Hasil pengamatan Indeks Preponderan ikan Tawes terlampir pada tabel 18.

Tabel 18. Data Angkatan Indeks Preponderan ikan TawesKelompok Jumlah IP

Fitoplankton 815 75,462963Zooplankton 108 10Benthos 0  Bagian Hewan 0  Bagian Tumbuhan

46 4,25925926

Detritus 111 10,2777778Ikan 0  

Total 1080 100

Hasil pengamatan Indeks Preponderan ikan Nilem terlampir pada tabel 19.

Tabel 19. Data Angkatan Indeks Preponderan ikan NilemKelompok Jumlah IP

Fitoplankton 810 53,3564815Zooplankton 84 13,4259259Benthos 0 Bagian Hewan 0 Bagian Tumbuhan 149 17,2453704

Detritus 138 15,9722222Ikan 0

Total 864 100

Hasil pengamatan IP, Indeks Pilihan, dan Tp ikan Tawes dan ikan Nilem,

terlampir pada tabel 20.

Tabel 20. Data Angkatan IP, Indeks Pilihan, dan Tp ikan Tawes dan ikan Nilem

Page 38: laporan praktikum

32

Hasil pengamatan tumpang tindih ikan Tawes dan ikan Nilem, terlampir pada

tabel 21.

Tabel 21. Data Angkatan Tumpang Tindih Ikan Tawes Dan Ikan Nilem  Nilem Tawes Pij Pik Pij*Pik Pij^2 Pik^2

Fitoplankton 53,3565 75,463 0,533564815 0,75463 0,402644 0,284691 0,569466

Zooplankton 13,4259 10 0,134259259 0,1 0,013426 0,018026 0,01

Bag. Tumbuhan 17,2454 4,25926 0,172453704 0,042593 0,007345 0,02974 0,001814

Bag. Hewan 0 0 0 0 0 0 0

Detritus 15,9722 10,2778 0,159722222 0,102778 0,016416 0,025511 0,010563

100,00 100,00 1 1 0,439831 0,357968 0,591843

CH -> Index Morisita0,926143333

Kelompok Jumlah IP ri pi E TpFitoplankton 1251 93,22% 1251 987 0,12

2,07

Cyanophyceae 452 33,68% 452 159 0,48Chlorophyceae 459 34,20% 459 400 0,07Bacillariophyceae 340 25,34% 340 428 -0.11Zooplankton 91 6,78% 91 22 0,61Rhizopoda 20 1,49% 20 0 1,00Rotatoria 15 1,12% 15 4 0,58Entomostraca 19 1,42% 19 0 1,00Copepoda 37 2,76% 37 18 0,35Benthos 0 0% 0 0 0Bagian Hewan 0 0% 0 0 0Bagian Tumbuhan

0 0% 0 00

Detritus 0 0% 0 0 0Ikan 0 0% 0 0 0

Total 1342 100,00%    

Page 39: laporan praktikum

33

4.2 Analisa Data dan Perhitungan

Hasil analisa data dan perhitungan adalah sebagai berikut :

4.2.1 Regresi Pertumbuhan

Gambar 2. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Tawes

Page 40: laporan praktikum

34

Gambar 3. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Nilem

Gambar 4. Grafik Regresi Hubungan Panjang Berat Ikan Nilem

4.2.2 Jenis Kelamin

1. Jenis Kelamin Ikan Tawes

Betina = x 100 % Jantan = x 100 %

Page 41: laporan praktikum

35

= =

= 28.21 % = 71.79 %

Sehingga rasio jenis kelamin jantan dan betina adalah 3 : 1

2. Jenis Kelamin Ikan Nilem

Betina = x 100 % Jantan = x 100 %

= =

= 48.15 % = 51.85 %

Sehingga rasio jenis kelamin jantan dan betina adalah 1 : 1

Gambar 5. Grafik Perbandingan Jumlah Ikan Tawes Jantan dan Ikan Betina

Page 42: laporan praktikum

36

Gambar 6. Grafik Perbandingan Jumlah Ikan Nilem Jantan dan Ikan Betina

4.2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Page 43: laporan praktikum

37

Gambar 7. Diagram Tingakat Kematangan Gonad Ikan Tawes

Gambar 8. Diagram Tingkat Kematangan Gonad pada Ikan Nilem

4.2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

= 1.21%

4.2.5 Hepatosomatik Indeks (HSI)

= 0.45%

4.3 Pembahasan

Pembahasan pada praktikum ini baik pertumbuhan, reproduksi dan food and

feeding habits adalah sebagai berikut :

4.3.1 Pertumbuhan dan Ratio Kelamin

Page 44: laporan praktikum

38

Pertumbuhan pada ikan dapat diketahui melalui pengukuran panjang dan

berat. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar atau penggaris,

sedangkan pengukuran berat dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.

Pengukuran panjang yang dilakukan dalam praktikum ini ada tiga yaitu total

length (TL), forth length (FL) dan standard length (SL). Objek yang digunakan

adalah ikan tawes yang diperoleh dari Balai Pelestarian Perikanan Umum dan

Pengembangan Ikan Hias, Cihereng, Cianjur.

Ikan Tawes yang diperoleh oleh kelompok kami yaitu kelompok 20 kelas b

berjenis kelamin jantan dengan bobot ikan sebesar 275 gram dan nilai TL yang

didapatkan kelompok kami sebesar 275 mm yang diukur dari bagian anterior

mulut ikan Tawes sampai ujung terakhir bagian posterior sirip caudal ikan Tawes,

sedangkan nilai SL yang didapatkan oleh kelompok kami sebesar 210 mm yang

diukur dari bagian anterior mulut ikan sampai ujung terakhir tulang ekor ikan

tawes tersebut, dan dan FL sebesar 235 mm yang diukur dari anterior mulut ikan

sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor.

Pengukuran panjang dan berat ikan Tawes yang dilakukan oleh masing-

masing kelas berbeda-beda pada setiap kelompoknya. Pengukuran total length,

pada kelompok 1 kelas a mendapatkan pengukuran terpanjang yaitu sebesar 305

mm, sedangkan pengukuran terpendek didapatkan oleh kelompok 33 kelas b yaitu

sebesar 160 mm. Pengukuran bobot ikan, pada kelompok 1 kelas a mendapatkan

pengukuran bobot terberat yaitu sebesar 460 gram, sedangkan ikan dengan bobot

terkecil didapatkan oleh kelompok 8 kelas a yakni 70 gram.

Pengukuran panjang dan berat ikan Nilem yang dilakukan oleh masing-

masing kelas berbeda-beda pada setiap kelompoknya. Pengukuran total length,

pada kelompok 9 kelas a mendapatkan pengukuran terpanjang yaitu sebesar 235

mm, sedangkan pengukuran terpendek didapatkan oleh kelompok 19, 22, 26, dan

29 yaitu sebesar 180 mm. Pengukuran bobot ikan, pada kelompok 9 kelas a

mendapatkan pengukuran bobot terberat yaitu sebesar 171 gram, sedangkan ikan

dengan bobot terkecil didapatkan oleh kelompok 26 kelas b yakni 63 gram.

Page 45: laporan praktikum

39

Pengukuran panjang dan berat ikan beureum panon yang dilakukan oleh

kelompok 52 didapatkan hasil sebagai berikut, untuk pengukuran panjang total

length sebesar 225 mm dan pengukuran berat sebesar 160 gram.

Dalam hal ini, hasil pengukuran panjang dan berat setiap kelompok pada

masing-masing spesies ikan berbeda-beda, dikarenakan oleh faktor internal dan

faktor internal. Faktor internal termasuk kedalam faktor yang sulit untuk

dikendalikan yang meliputi keturunan, parasit, sex, umur, dan penyakit.

Sedangkan faktor eksternal yang utama meliputi kondisi perairan dan makanan.

Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari

ikan tersebut, sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh

(Effendie 2002) .Sifat pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua yaitu isometric

dimana pertumbuhan panjang dan berat ikan seimbang dan alometric dimana

pertumbuhan panjang dan berat ikan tidak seimbang (Effendie 2002).

Berdasarkan data angkatan yang diperoleh, ikan Tawes yang digunakan

sebagai objek pengamatan sebagian besar berkelamin jantan. Dari 39 ekor ikan

Tawes, sebanyak 28 ekor ikan Tawes teridentifikasi jantan. Sedangkan ikan

Tawes betina hanya 28% dari total seluruh populasi pada pengamatan analisis

biologi ikan Tawes ini. Sehingga rasio jenis kelamin jantan dan betina adalah 3 :

1. Sedangkan pada hasil pengamatan ikan Nilem didominasi oleh ikan berjenis

kelamin jantan. Dari 27 ekor ikan Nilem, sebanyak 14 ekor ikan Nilem

teridentifikasi jantan dan 13 ekor ikan Nilem teridentifikasi betina. Sehingga

perbandingan rasio kelaminnya 1 : 1.

Perhitungan hasil regresi pada tabel, diperoleh pola pertumbuhan pada ikan

tawes yang merata pada seluruh hasil pengamatan yaitu nilai b > 3. Nilai tersebut

menunujukkan bahwa pola pertumbuhan ikan tawes adalah alometrik positif

dimana pertumbuhan berat lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan

panjang. Sedangkan pada ikan nilem diperoleh pola pertumbuhan yang merata

pada seluruh hasil pengamatan yaitu nilai b < 3. Nilai ini menunjukan bahwa pola

pertumbuhan ikan nilem adalah alomterik negatif dimana pertumbuhan berat lebih

kecil dibandingkan dengan pertumbuhan panjang.

Page 46: laporan praktikum

40

4.3.2 Reproduksi

Ikan sebagai mahluk hidup, didalam kehidupannya membutuhkan bahan

makanan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitasnya

yang salah satunya adalah reproduksi reproduksi. Kematangan gonad ikan pada

umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum memijah.

Kematangan gonad ikan digunakan untuk menentukan perbandingan antara ikan

yang telah masak gonadnya dengan yang belum dalam suatu perairan.

Berdasarkan pengamatan pada ikan Tawes yang dilakukan oleh kelompok

kami, terlihat bahwa jenis kelamin yang didapat adalah ikan jantan. Hal ini

didasarkan pada ciri-ciri yang terlihat pada tepian gonad berbentuk lurus

memanjang, dan mengeluarkan cairan putih saat dilakukan penekanan pada

bagian perut ikan tersebut. Setelah diamati lebih lanjut, ikan Tawes jantan yang

kami dapat termasuk ke dalam kategori mijah. Kategori mijah ditunjukkan dengan

telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut, kebanyakan telur

berwarna jernih dengan beberapa bentuk bulat telur tinggal di dalam ovarium.

Hasil pengamatan terhadap gonad didapatkan bahwa ikan Tawes jantan memiliki

panjang gonad 140 mm dan berat gonad 3,28 gram.

Berdasarkan hasil pengamatan dari data angkatan klasifikasi kematangan

gonad yang diperoleh pada ikan Tawes jantan dan betina bervariasi. Begitu pula

pada ikan nilem jantan dan betina. Dari 66 kelompok yang diamati, terdapat 42

kelompok yang mengamati kematangan gonad ikan Tawes dengan jumlah ikan

Tawes betina sebanyak 11 ekor dan ikan Tawes jantan sebanyak 28 ekor dan 24

kelompok mengamati kematangan gonad ikan Nilem dengan jumlah ikan Nilem

betina sebanyak 13 ekor dan ikan nilem jantan sebanyak 14 ekor.

Berdasarkan hasil pengamatan dari data angkatan klasifikasi kematangan

gonad yang diperoleh pada ikan Tawes dan ikan Nilem baik jantan dan betina

bervariasi. Mulai dari kategori dara, dara berkembang, perkembangan I,

perkembangan II, bunting, mijah, mijah/salin, salin, pulih salin. Dari 66 kelompok

yang diamati, terdapat 8 kelompok yang termasuk ke dalam kategori dara dari

keseluruhan ikan, kategori dara berkembang ada 7 kelompok dari keseluruhan

ikan, kategori perkembangan I ada 1 kelompok dari keseluruhan ikan, kategori

Page 47: laporan praktikum

41

perkembangan II ada 6 kelompok dari keseluruhan ikan, kategori bunting ada 23

kelompok dari keseluruhan ikan, kategori mijah ada 17 kelompok dari

keseluruhan ikan. Kategori mijah/salin ada 1 kelompok dari keseluruhan ikan,

kategori salin ada 1 kelompok dari keseluruhan ikan, kategori pulih salin ada 2

kelompok dari keseluruhan ikan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat

terlihat bahwa ikan Tawes dan ikan Nilem yang diamati rata-rata sudah masuk ke

dalam tahap pemijahan.

Hasil pengamatan dari data angkatan klasifikasi kematangan gonad yang

diperoleh pada ikan Tawes jantan dan betina bervariasi. Mulai dari kategori dara,

dara berkembang, perkembangan II, bunting, dan mijah. Dari 39 kelompok yang

diamati, terdapat 7 kelompok yang termasuk ke dalam kategori dara, kategori dara

berkembang ada 6 kelompok, kategori perkembangan I ada 1 kelompok, kategori

perkembangan II ada 3 kelompok, kategori bunting ada 12 kelompok, kategori

mijah ada 7 kelompok, kategori salin ada 1 kelompok dan kategori pulih salin ada

2 kelompok. Sedangkan untuk klasifikasi kematangan gonad yang diperoleh pada

ikan Nilem jantan maupun betina juga bervariasi. Dari 27 kelompok yang diamati,

terdapat 1 kelompok yang termasuk ke dalam kategori dara, kategori dara

berkembang ada 2 kelompok, kategori perkembangan II ada 4 kelompok, kategori

bunting ada 12 kelompok, dan kategori mijah ada 8 kelompok. Pada ikan

Beureum Panon didapati tingkat kematangan gonad pada tahap mijah.

Indeks kematangan gonad ikan Tawes yang kelompok kami dapatkan adalah

1.21%. Hal ini menandakan bahwa ikan Tawes yang kami amati masih dalam

kategori mijah dan ini sejalan dengan perkembangan gonad. Indeks kematangan

gonad akan semakin bertambah besar dan nilai indeks kematangan gonad akan

mencapai batas kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan.

Berdasarkan data angkatan yang diamati. Kisaran indeks kematangan gonad

ikan Tawes yang diamati berkisar antara 0.06% sampai 50.00%. Pada data hasil

pengamatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari IKG jantan dan betina,

dimana IKG betina lebih besar dari IKG ikan jantan pada TKG yang sama.

Contohnya IKG pada ikan betina kelompok 34 yang berada pada TKG 5 sebesar

12.16% sedangkan IKG pada ikan jantan pada kelompok 35 yang berada pada

Page 48: laporan praktikum

42

TKG 5 sebesar 1.28%. Hal ini sesuai dengan Slamet et al (2010) yang

menyatakan bahwa ikan jantan umumnya mempunyai nilai indeks kematangan

gonad (IKG) yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan betina.

Hasil pengukuran indeks kematangan gonad ikan Tawes, kelompok 34 yang

memiliki nilai IKG terbesar yakni 12.16% dengan tingkat kematangan gonad pada

tahap bunting. Dan pada kelompok 2 yang memiliki nilai IKG terkecil yakni

sebesar 0.06% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap dara. Berdasarkan

data tersebut, ikan tawes yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang kecil

merupakan ikan tawes yang belum siap memijah, hal ini dilihat pada tingkat

kematangan gonadnya yang masih pada tahap dara. Sedangkan, pada ikan tawes

yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang tinggi merupakan ikan tawes

yang sudah siap memijah, hal ini dilihat pada tingkat kematangan gonadnya yang

menunjukan pada tahap bunting.

Hasil pengukuran indeks kematangan gonad ikan Nilem, kelompok 15 yang

memiliki nilai IKG terbesar yakni 19.72% dengan tingkat kematangan gonad pada

tahap mijah. Dan pada kelompok 16 yang memiliki nilai IKG terkecil yakni

sebesar 0.52% dengan tingkat kematangan gonad pada tahap bunting. Berdasarkan

data tersebut, ikan nilem yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang kecil

merupakan ikan nilem yang belum siap memijah. Sedangkan, pada ikan nilem

yang memiliki nilai indeks kematangan gonad yang tinggi merupakan ikan nilem

yang sudah siap memijah, hal ini dilihat pada tingkat kematangan gonadnya yang

menunjukan pada tahap mijah.

Ikan dikatakan matang gonad dan siap memijah bilamana IKG > 19 %. Dan

indeks tersebut semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas

kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Johnson 1971). Semakin tinggi

tingkat kematangan gonad, semakin besar diameter telur, di dalam ovarium.

Berdasarkan penelitian pada setiap tingkat kematangan gonad (dari TKG I sampai

TKG V) tertentu, diameter telur didalam ovarium mempunyai kisaran ukuran

tertentu dan ada ukuran diameter yang paling banyak frekuensinya (Kordi 2010).

Effendie (2002) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor utama yang

mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan, antara lain suhu dan makanan,

Page 49: laporan praktikum

43

tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad dapat

masak lebih cepat.

Perhitungan HSI dilakukan karena pada hati ikan tawes dan ikan nilem

terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Perhitungan ini

dilakukan dengan perbandingan berat hati dengan berat tubuh ikan mas yang

dikalikan 100%. Pada kelompok 20 kelas b didapatkan hasil pengukuran panjang

hati sebesar 25 mm dan pengukuran berat hati sebesar 1.24 gram, sehingga

menghasilkan nilai HSI sebesar 0.45%. Hasil perhitungan HSI pada ikan Tawes,

dimana kelompok 8 yaitu HSI sebesar 0.92% dan untuk perhitungan HSI terkecil

didapatkan oleh kelompok 66 dengan persentase HSI sebesar 0.11%. Sedangkan,

Hasil perhitungan HSI pada ikan Nilem, dimana kelompok 18 yaitu HSI sebesar

1.37% dan untuk perhitungan HSI terkecil didapatkan oleh kelompok 59 dengan

persentase HSI sebesar 0.16%. Hasil perhitungan HSI untuk ikan Beureum Panon

didapatkan persentase sebesar 0.21%.

4.3.3 Food and Feeding Habits

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap jenis-jenis plankton yang

teridentifikasi di Balai Perikanan Umum dan Pengembangan Ikan Hias, Cianjur,

didapatkan beberapa plankton dari beberapa kelas diantaranya dari kelas

Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae dan Zooplankton. Fitoplankton

yang teridentifikasi sebanyak 987 ind/L, yang terdiri dari Cyanophyceae sebanyak

159 ind/L; Chlorophyceae sebanyak 400 ind/L; Bacillariophyceae 428 ind/L.

Sedangkan zooplankton yang terindetifikasi sebanyak 22 ind/L, yang terdiri dari

Rotatoria 4 ind/L dan Copepoda 18 ind/L. berdasarkan data tersebut dapat dilihat

bahwa jumlah Bacillariophyceae menunjukan kecenderungan lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas lainnya. Tingginya kelimpahan plankton

Bacillariophyceae ini karena sebagian organisme dari kelas Bacillariophyceae

memiliki alat penempel pada substrat berupa tangkai bergelatin panjang atau

pendek dan bantalan gelatin berbentuk setengah bulatan yang kuat, sehingga lebih

memudahkan penempelannya pada jaring (Hendiyana 2010 dalam Pratama 2015).

Page 50: laporan praktikum

44

Hasil analisis isi usus dari ikan tawes dan ikan nilem, menunjukan terdapat

fitoplankton, zooplankton, pakan buatan dan bagian tumbuhan. Pada konsumsi

ikan nilem ditemukan fitoplankton jenis Bacillariophyceae sebanyak 23 ind/L,

Chlorophyceae sebanyak 353 ind/L, Cyanophyceae sebanyak 85 ind/L dan

ditemukan pula zooplankton jenis Rotaria sebanyak 2 ind/L, Entomostraca

sebanyak 52 ind/L, Copepoda sebanyak 62 ind/L. Selain fitoplankton dan

zooplankton ditemukan pula bagian tumbuhan yang teridentifikasi sebesar 149

bagian, serta pakan buatan yang teridentifikasi sebanyak 138 buah. Sedangkan

pada konsumsi ikan tawes ditemukan fitoplankton Bacillariophyceae sebanyak

293 ind/L, Chlorophyceae sebanyak 306 ind/L, Cyanophyceae sebanyak 197

ind/L dan ditemukan pula zooplankton jenis Rotaria sebanyak 14 ind/L,

Entomostraca sebanyak 54 ind/L, Copepoda sebanyak 40 ind/L. Selain

fitoplankton dan zooplankton ditemukan pula bagian tumbuhan yang

teridentifikasi sebesar 46 bagian, serta pakan buatan yang teridentifikasi sebanyak

111 buah pada ikan tawes.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami,

tedapat fitoplankton didalam usus ikan tawes. Fitoplankton yang ditemukan pada

usus ikan tawes yaitu dari jenis Cyanophyceae yang berupa Anabaena dan jenis

Bacillariophyceae yang berupa Nitzschia dan Diatoma.

Kategori pakan utama bagi ikan apabila nilai Indeks Preponderan (IP)

lebih besar dari 25%, pakan pelengkap 5% < IP < 25% dan pakan tambahan

apabila IP < 5% (Nurhakim 2009 dalam Pratama 2015). Berdasarkan kriteria

tersebut, dapat dikategorikan bahwa fitoplankton merupakan pakan utama bagi

ikan nilem dan tawes karena nilai indeks preponderannya lebih dari 25%.

Zooplankton dan pelet dapat dikategorikan sebagai pakan pelengkap bagi ikan

nilem dan tawes, karena nilai indeks preponderannya lebih dari 5% dan kurang

dari 25%. Sedangkan, bagian tumbuhan menjadi pakan pelengkap pada konsumsi

ikan nila dan pakan tambahan pada ikan tawes. Ikan nilem dan tawes dapat

dikategorikan sebagai ikan herbivor. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Cahyaningtyas (1998) dalam Pratama (2015) bahwa ikan nilem merupakan ikan

herbivor, karena ikan nilem termasuk ikan pemakan plankton, perifiton dan

Page 51: laporan praktikum

45

tumbuhan air. Menurut Ardiwinata (1981) ikan tawes (Puntius javanicus)

merupakan ikan herbivor, daun-daunan merupakan pakan yang penting bagi

tawes. Untuk mencapai laju pertumbuhan ikan yang baik, selain diberi pakan

alami perlu diberikan pakan buatan sesuai kebutuhan ikan. Menurut Britner et al

(1989), banyak bahan yang dapat digunakan untuk pakan buatan. Tipe bahan yang

digunakan tergantung dua faktor, yaitu jenis ikan dan ketersediaan bahan. Selain

itu, ikan nilem dan tawes memiliki tingkat trofik sebesar 2,07 dimana nilai

tersebut menunjukkan bahwa ikan nilem dan tawes termasuk kategori herbivora

(Nurhakim 2009).

Indeks pilihan (indeks of electivity) merupakan perbandingan antara

organisme makanan ikan yang terdapat dalam organ pencernaan dengan

organisme makanan ikan yang terdapat di perairan (Pratama 2015). Plankton yang

teridentifikasi di perairan terdiri atas fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae,

Chlorophyceae dan Cyanophyceae dan zooplankton tiga kelas, yaitu Rotaria,

Entomostraca dan Copepoda. Tingkat kesukaan nilem dan tawes terhadap

sumberdaya makanan di perairan berkisar antara 0,07 sampai 1,00. Berdasarkan

hasil praktikum, pakan yang digemari oleh ikan nilem dan tawes adalah plankton

dari kelas Cyanophyceae, Chlorophyceae, Rhizopoda, Rotatoria, Entomostraca,

Copepoda. Sedangkan, pakan yang tidak digemari adalah kelas Bacillariophyceae.

Page 52: laporan praktikum

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Rasio kelamin ikan tawes jantan dan ikan tawes betina yaitu sebesar 3 : 1.

Sedangkan rasio kelamin ikan nilem jantan dan ikan nilem betina sebesar

1 : 1.

2. Tingkat kematangan gonad ikan tawes dan ikan nilem dalam sebagian

besar kelompok berada pada tahap bunting.

3. Data hasil pengamatan angkatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

dari IKG jantan dan betina.

4. Ikan tawes dan ikan nilem termasuk kedalam kategori hewan herbivora,

hal ini ditunjukkan dengan nilai tingkat trofiknya yaitu sebesar 2,07.

5.2 Saran

Praktikan seharausnya lebih teliti dan serius dalam melakukan pengamatan

dan pengukuran pada saat praktikum. Hal ini dilakukan untuk memperkecil

kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi.

46

Page 53: laporan praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia. Jakarta

Bagenal, T.B. and E. Braum, 1968. Eggs and Early Life History, dalam W.E.Ricker ed. Methods foe Assesments of Fish production in Fresh Water. Blackwell Scientific Publication, p 159 – 181.

Billard, R. 1992. The Reproductive Cycle of Male and Female. Brown-Troot(SAlmo Eruta Tarto) : A Quantitative Study. INRA Stationale.Physicologic Animale. 12. pp.

Carlander K.D. 1969. Handbook of Freshwater Fishery Biology, Volume One. Iowa University Press, Ames, USA.

Effendie, M.I. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri, Bogor.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

Fujaya. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makassar.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi ikan. Rineka Cipta; Jakarta

Herawati, T. 2014. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Johnson,J.E. 1971. Maturity and Fecundity of Threadfinshad, Dorosona Petenense (Eunther), In CentralArizona Recervoirs. Trans, Amer.Fish. soc. 100 (1) :74- 85.

Kottelat, M., J. A. Whitten., N. S. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Dalhousie University. Canada.

Lagler, KF. 1970. Freshwater fishery biology. WM. C. Brown Comp. Publishers,Dubuque, Iowa

Lam, T. J. 1983. Environmental Influence on Gonadal Activity in Fish. In. Fish Physicology. Academic Press-New York – Toronto. P. 65-68.

Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 hal.

Nurhakim, G. I. 2009. Identifikasi dan Studi Kebiasaan Makan Ikan Tangkap di Waduk Djuanda, Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Population Dynamic, as The Biological Background of Rational Exploitation and The Management of Fishery Recources, translated by Bradley, Oliver and Boyd, 323 pp.

vi

Page 54: laporan praktikum

vii

Pratama, E. 2015. Tingkat Kesukaan Ikan Nilem (Osteochilushasselti) Tunggal Kelamin Betina Terhadap Sumberdaya Pakan Alami Pada Sistem Budidaya Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Zonneveld, N. E. A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Pronsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hlm

Page 55: laporan praktikum

LAMPIRAN

Page 56: laporan praktikum

1

Lampiran 1. Alat dan Bahan

PinsetSumber : Dokumentasi Pribadi

Cawan PetriSumber : Dokumentasi Pribadi

MikroskopSumber : Dokumentasi Pribadi

Gunting BedahSumber : Dokumentasi Pribadi

Penggaris Sumber : Dokumentasi Pribadi Pisau Bedah

Sumber : Dokumentasi Pribadi