Laporan Praktikum
-
Upload
andi-masriah -
Category
Documents
-
view
768 -
download
66
Transcript of Laporan Praktikum
LAPORAN LENGKAPPRAKTEK LAPANG
KULTUR IKAN HIAS
Nama : Andi MasriahStambuk : L221 10 902Kelompok : IV (EMPAT)Asisten : Nur Haslina
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak digaris khatulistiwa
memiliki keanekaragaman ikan hias air tawar maupun air laut. Keberadaan ikan
hias tidak lagi sebagai hiburan atau hoby semata tetapi telah berkembang
menjadi objek yang dimanfaatkan bagi kepentingan dunia pendidikan, penelitian,
medis maupun keperluan konservasi alam (Handajani dkk, 2009).
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium.
Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus
meningkat (Windarto, 2011).
Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan yang potensial dalam
menghasilkan devisa bagi negara dan mensejahterakan masyarakat perikanan
(pembudidaya). Pangsa pasar ikan hias Indonesia di dunia saat ini sebesar 7,5
%,lebih kecil dibandingkan dengan pasar Singapura yang mencapai 22,8 %,
sedangkan potensi ikan hias Indonesia jauh melebihi negara tetangga tersebut.
Potensi ikan hias di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Sumatera,
Bali,Kalimantan,Sulawesi, Maluku, dan Papua (Bachtiar dan Tim Lentera, 2004
dalam Purnama dkk, 2011).
Lemon fish (Neolamprologus leleupi) dan Koi (Cyprinus carpio L)
merupakan sebagian kecil dari beberapa ikan hias dengan komoditas jual tinggi
yang terdapat di Indonesia. Firdaus (2010) menyatakan Ikan koi termasuk jenis
ikan hias air tawar bernilai ekonomis tinggi, baik di pasaran nasional maupun
internasional. Penguasaan teknik pemeliharaan dan penanganan sangat
menentukan keberhasilan budidaya. Penguasaan teknik tersebut menjadi mutlak
dalam mengembangkan usaha budidaya ikan hias, sehingga diperlukan dasar
pengetahuan, wawasan, softskill, maupun keterampilan untuk melakukannya.
Penguasaan aspek-aspek tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan perkuliahan
maupun praktek lapangan. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga
dilaksanakannya praktek lapang kultur ikan hias dan pembuatan akuarium.
Tujuan dan Kegunaan Praktek
Adapun tujuan dilaksanakan praktek kultur ikan hias adalah untuk
mengetahui jenis-jenis ikan hias yang tedapat di pasar Rajawali Jl.Sultan
Hasanuddin dan pasar Hobby. Sedangkan tujuan dilaksanakannya praktek
pembuatan akuarium adalah untuk mengetahui tatacara pembuatan akuarium.
Kegunaan dilaksanakan praktek lapang kultur ikan hias adalah dapat
mengetahui keadaan secara langsung jenis-jenis ikan hias yang ada di lapangan
khususnya di pasar Rajawali dan pasar Hobby. Sedangkan kegunaan
dilaksanakannya praktek pembuatan akuarium adalah dapat mengetahui teknik
pembuatan akuarium.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan yang Terdapat Di Pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin, Makassar
Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
a. Klasifikasi Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
Gambar 1. Ikan Lemon fish (Neolamprologus leleupi) (Glenmarcel, 2011).
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Osteichthyes
Order: Perciformes
Family: Cichlidae
Genus: Neolamprologus
Scientific name: Neolamprologus leleupi
(Anonim, 2012).
b. Morfologi Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
Neolamprologus leleupi, atau lebih akrab disebut leleupi
merupakan ikan cichlid kerdil (dwarf cichlid ) yang berasal dari danau
Tangayika, Afrika. Ikan leleupi mempunyai warna kuning di sekujur
tubuhnya, sehingga ikan ini populer dengan sebutan lemon cichlid. N.
leuleupi dapat tumbuh sampai sekitar 10 cm saja untuk ikan jantan,
sedangkan ikan betina biasanya kurang dari ukuran tersebut (Anonim,
2012.
c. Habitat Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
N. leuleupi akan memilih sarang di gua-gua kecil pada celah-celah
batuan yang ada. Kondisi air dengan pH 7 sudah cukup memadai untuk
memelihara ikan ini dengan sehat (Anonim, 2012).
Kendala yang sering terjadi bila memelihara ikan dengan kondisi
air yang tidak memenuhi persyaratan adalah seringkali ikan tersebut
terserang fish-tuberculosis, ikan menjadi kurus, warna memucat dan
pertumbuhan berhenti. Bila sudah terserang, biasanya mereka hanya
tinggal menunggu waktu saja, demikian pula bila hendak memelihara ikan
yang membutuhkan kondisi pH rendah tetapi disimpan dalam air yang ber
pH tinggi (Anonim, 2012).
d. Makanan Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
N. leuleupi tidak rewel dalam hal makanan, dari makanan buatan
sampai cacing es akan diterimanya dengan senang hati. Meskipun
demikian perlu diketahui bahwa di alam mereka hanya memakan pakan
hidup saja (Anonim, 2012).
e. Reproduksi Ikan Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
Breeding N. leuleupi termasuk sulit dibedakan antara jantan dan
betinanya. Satu-satunya penciri adalah ikan jantan akan tumbuh lebih
besar dibandingkan ikan betina. Beberapa indikasi lain yang mungkin
bisa dilihat adalah ikan jantan bisa memiliki kepala lebih tebal dan lebih
besar dibandingkan ikan betina, dan sering menunjukkan adanya gejala
jenong (cranial bump), sirip punggung, sirip perut, dan sirip anal ikan
jantan berwarna hitam. Selain itu kadang bisa dilihat pada sirip perutnya,
ikan jantan cenderung memliki sirip perut lebih panjang dibandingkan
dengan betina. (Anonim, 2012).
Gambar 2. Ikan Lemon fish
(Neolamprologus leleupi) betina.
Gambar 3. Ikan Lemon fish
(Neolamprologus leleupi) jantan.
B. Ikan yang Terdapat Di Pasar Hobby, Makassar
Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
a. Klasifikasi Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
Gambar 4. Ikan Koi (Cyprinus carpio L) (Anonim, 2011).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Cypriniformei
Family : Cyrinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus Carpio L (Jeffri, 2011).
b. Morfologi Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
Sebagai "bentuk lain" dari ikan mas, pada dasarnya hampir seluruh
organ tubuh koi (C. carpio) sama. Hanya ada beberapa perbedaan pokok
seperti bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa hal yang sifatnya
sangat khusus (Nugroho, 2012).
Koi (C. carpio) mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo
dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi
bentuk morfologi koi (C. carpio) adalah sebuah sirip punggung, sepasang
sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor.
Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi mereka untuk berpindah tempat. sirip-
sirip pada ikan koi (C. carpio) umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-
potong (Nugroho, 2012).
Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari
keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras
adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-
jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu
di belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang
memungkinkan koi (C. carpio) mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat
apabila berenang. Selaput inilah yang sering dibabat habis parasit dan
penyakit sehingga sirip koi (C. carpio) tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada
dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3
jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak,
sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak
(Nugroho, 2012).
Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi (C. carpio) juga
mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut
(kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan
pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka
mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang
menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan
ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka (Nugroho,
2012).
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor,
terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran
suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang
membayang hingga ke sebelah luar (Nugroho 2012).
Badan koi (C. carpio) tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan.
Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang
lapisan dalam di-sebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan
yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini
melindungi per-mukaan badan atau menahan parasit yang menye-rang koi
(C. carpio). Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri
atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah
terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang
sangat diperlukan sekali oleh koi (C. carpio). Sel warna ini mempunyai corak
yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan
dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang
diproduksinya adaJah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning),
erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem
syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan
penyerapan sel-sel warna. Organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya
(Nugroho, 2012).
Sisik koi (C. carpio) mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik
akan tergambar garis-garis yang bisa di-jadikan patokan untuk mengira-ngira
umur koi (C. carpio). Kasus yang hampir sama dengan pohon jati, yang mana
umurnya bisa ditentukan dengan melihat garis-garis lingkar pada
batangnya (Nugroho, 2012).
c. Habitat dan Tingkah Laku Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
Ikan Koi (C. carpio) merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim
sedang dan hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi (C. carpio) dapat
hidup pada kisaran suhu 8ºC – 30ºC, oleh sebab itu ikan koi (C. carpio) dapat
di pelihara di seluruh Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah
pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh ikan Koi (C. carpio) adalah 15ºC –
25ºC. Di daerah yang menpunyai musim dingin, ikan Koi (C. carpio) mampu
bertahan hidup pada suhu 2ºC – 3ºC. Ikan Koi (C. carpio) merupakan ikan
yang tudak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis . penurunan suhu
hingga 5ºC dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi (C.
carpio) stress (Tiara dan Murhananto, 2002 dalam Jeffri, 2011).
Ikan Koi (C. carpio) merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan Koi (C.
carpio) masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan Koi (C. carpio)
masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan Koi (C.
carpio) hidup pada ppt netral, akan tetapi ikan Koi (C. carpio) masih bisa
hidup pada ppt yang agak biasa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan Koi (C.
carpio) agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 – 8,5 sedangkan nilai
kesadahan yang dapat ditoleransi ikan Koi (C. carpio) adalah 20 hardness
(DH) (Effendy, 1993 dalam Jeffri, 2011).
d. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
Menurut Effendy (1993) dalam Jeffri (2011), ikan Koi (C. carpio)
bersifat omnivore, artinya pemakan segala jenis pakan. Dengan demikian
dapat diberikan jenis pakan yang beranekaragam, misalnya ikan kecil,
kerang–kerangan atau jenis tumbuh–tumbuhan. Pakan utama anak Koi (C.
carpio) adalah udang–udang renik seperti aphnia. Sejalan dengan
pertumbuhan badannya mereka dapat mmakan serangga air, jentik – jentik
nyamuk atau lumut – lumut yang menempel pada tanaman. Pakan ikan Koi
(C. carpio) akan mempengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh
ikan Koi (C. carpio) yang berwarna – warni disebabkan oleh adanya zat
warna yang antara lain : zat pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantun
(merah). Zat – zat tersebut di alam bebas dapat dijumpai pada tubuh hewan
atau tumbuhan tertentu yang dapat dijadikan pakan ikan Koi (C. carpio) untuk
meningkatkan warna tubuh ikan Koi (C. carpio) yang dipelihara (Jeffri, 2011).
Menurut Susanto (2002) dalam Jeffri (2011), di dalam air ikan Koi (C.
carpio) mampu mengenali pakannya dan bahkan mencarinya diantara lumpur
didasar kolam, karena ikan Koi (C. carpio) mempunyai organ penciuman
yang sangat tajam. Organ penciuman ini berupa dua pasang kumis yang
terletak pada bagian kiri dan kanan mulutnya. Ikan Koi (C. carpio) akan
memburu sepotong pakan atau mengaduk – aduk lumpur untuk
mendapatkan pakan yang dibutuhkan. Mulut ikan Koi (C. carpio) berukuran
cukup besar dan dapat disembulkan. Letaknya diujung moncong (terminal).
Air bersama – sama pakan memasuki rongga mulut. Pakan yang kecil
langsung ditelan dan air ditelan lewat insang setelah keping – keping insang
menyerap oksigen yang terdapat di air, pakan masuk kedalam kerongkongan
pakan dibawa langsung ke usus yang panjangnya sekitar 5x panjang tubuh.
e. Reproduksi Ikan Koi (Cyprinus carpio L)
Hal pertama yang bisa diamati untuk membedakan koi (C. carpio)
jantan dan koi (C. carpio) betina adalah pada bentuk badan ikan ( body
conformation). Ikan Koi (C. carpio) Jantan dan betina memiliki perbedaan
pada bentuk badannya. Koi (C. carpio) Jantan cenderung memiliki bentuk
badan yang panjang dan kurus. Sedangkan Koi Betina memiliki bentuk badan
yang lebih tambun dan lebih bulat (Anonim, 2011).
f. Perbedaan Ikan Koi (Cyprinus carpio L) Jantan dan Betina
Bentuk badan koi (C. carpio) betina biasanya lebih bagus
dibandingkan koi jantan. Karena alasan tersebut banyak penggemar koi (C.
carpio) memilih koi (C. carpio) betina untuk dipelihara. Dalam beberapa
kontes koi (C. carpio) betina lebih sering menjadi juara karena bentuk
badannya. Namun demikian ada pula koi (C. carpio) jantan yang memiliki
bentuk badan yang bagus (Jeffri, 2011).
Ikan koi (C. carpio) jantan dan betina memiliki perbedaan pada bagian
siripnya. Sirip Koi (C. carpio) Betina cenderung lebih besar tetapi memiliki
warna yang lebih sedikit. Pada koi (C. carpio) betina sirip cenderung memiliki
bentuk yang bulat. Sirip ikan koi (C. carpio) jantan memiliki sirip yang runcing
pada bagian tepinya dan memiliki warna yang solid (Jeffri, 2011).
Selain pada bagian-bagian tersebut kita dapat membedakan jenis
kelamin ikan koi (C. carpio) dengan meraba pada bagian pipi dan siripnya.
Pada Koi (C. carpio) Jantan pipi dan sirip terdapat bintik-bintik putih, yang
bisa dirasakan jika diraba. Utamanya pada ikan koi (C. carpio) jantan dewasa
dan mature (Jeffri, 2011).
Gambar 5. Sirip ikan koi (Cyprinus carpio L) betina, bagian tepi bulat.
Gambar 6. Sirip ikan koi (Cyprinus carpio L) jantan, bagian tepi runcing.
C. Akuarium
a. Pengertian Akuarium
Akuarium secara “letterlek” berarti sebuah wadah air, tetapi
secara umum diartikan sebagai wadah atau tempat untuk memelihara
berbagai jenis komunitas kehidupan dalam air, seperti ikan, amphibian,
tanaman air, molluska, koral, dan berbagai jenis invertebrata lainnya
(Purwakusuma, 2012).
Berbagai jenis material dapat dijadikan bahan dasar pembuatan
akuarium. Meskipun demikian, kaca lebih dikehendaki karena kaca
sebagai benda transparan memungkinkan kita untuk menikmati aktivitas
kehidupan dalam air secara horizontal. Bak semen, kolam, pasu, dan
sejenisnya walaupun tidak lazim disebut akuarium tetapi sebenarnya
tergolong dalam akuarium. Akan tetapi dengan wadah seperti itu,
pandangan ke dalam air hanya bisa dilakukan melalui permukaan saja
(Purwakusuma, 2012).
Selain kaca, bahan transpara lain yang kerap digunakan untuk
akuarium adalah aklirik. Dalam menentukan piihan antara kaca dan aklirik
sebagai bahan dasar akuarium, tentu perlu pertimbangan beberapa hal.
Yang teruatama adalah harga (Purwakusuma, 2012).
b. Fungsi Akuarium
Seperti yang kita ketahui, akuarium memiliki fungsi sebagai wadah
untuk meletakkan ikan hidup, agar kita dapat mengamati. Akuarium
merupakan wadah yang terbuat dari bahan transparan, yang di dalamnya
terdapat miniature kehidupan laut atau komoditas hewan air
(Purwakusuma, 2012).
Akuarium cukup populer dijadikan salah satu hiasan di rumah.
Akuarium yang ada di dalam rumah, dapat menciptakan ketenangan dan
perasaan rileks ketika melihatnya (Purwakusuma, 2012).
III. METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktek lapangan Kultur Ikan Hias dilaksanakan bertepatan pada hari
sabtu, tanggal 10 November 2012 bertempat di Pasar Rajawali Jl. Sultan
Hasanuddin dan Pasar Hobby, Makassar.
Sedangkan praktek pembuatan akuarium dilaksanakan bertepatan pada
hari jumat, tanggal 23 November 2012 bertempat di Jurusan Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek lapang kultur ikan
hias dan pembuatan akuarium adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktek lapang Kultur Ikan Hias.
No Alat Fungsi
1. Mobil Sebagai alat transportasi.
2. Pulpen Alat tulis.
3. Kamera digital Mengambil dokumentasi.
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktek lapang Kultur Ikan Hias.
No Bahan Fungsi
1. Kertas Bahan untuk menulis hasil wawancara
Tabel 3. Alat yang digunakan pada praktek pembuatan akuarium.
No Alat Fungsi
1 Alat tembak kaca Mempermudah pada saat pengeleman
kaca.
2. Alat pemotong kaca Untuk memotong kaca.
3. Silet Meratakan sisa-sia lem.
4. Gunting Memotong Lakband.
5. Spidol Memberi pola arahan pengeleman kaca
Tabel 4. Bahan yang digunakan pada praktek pembuatan akuarium.
No Bahan Fungsi
1 Kaca Bahan utama dalam pembuatan
akuarium.
2 Tissue Mengelap sisa-sisa lem pada kaca
3 Lem silicon Merekatkan kaca.
Prosedur Kerja
A. Prosedur Kerja Praktek Lapang Kultur Ikan Hias
Adapun prosedur kerja dari praktikum Kultur ikan hias adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi, yakni dengan melakukan penentuan peninjauan ke lokasi
sebelum melaksanakan praktek lapang.
b. Wawancara
Wawancara/interview, yakni dengan menanyakan secara langsung
kepada pemilik toko yang ada di Pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin,
Makassar dan di Pasar Hobby, Makassar mengenai jenis-jenis ikan hias,
pemeliharaan dan teknik penanganannya.
c. Pengamatan Langsung
Pengamatan secara langsung, yakni dengan mengamati secara
langsung keadaan di Pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin, Makassar dan di
Pasar Hobby, Makassar mengenai jenis-jenis ikan hias, pemeliharaan dan
teknik penanganannya.
B. Prosedur Kerja Pembuatan Akuarium
Adapun prosedur kerja dari praktikum Kultur ikan hias adalah sebagai
berikkut:
Hal pertama dalam pembuatan akuarium adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan yaitu kaca, alat pemotong kaca, alat tembak
kaca, gunting, silet, spidol, lem silicon, dan tissue kemudian memotong
lembaran kaca sesuai dengan keinginan. Tepi-tepi potongan kaca tersebut
digosok dengan batu asahan atau gurinda untuk menghaluskan pinggiran
kaca yang tajam, menghaluskan ujung kaca dengan cara potongan kaca.
Selanjutnya permukaan kaca tersebut, terutama bidang permukaan yang
akan direkat dibersihkan dari berbagai kotoran, menempelkan lem kaca (lem
silicon) pada bidang pertemuan potongan kaca lalu kaca dilem. Bila lem
sudah terpasang dengan baik kaca bagian sisi kecil bisa dipasang.Kedua sisi
lainnya selanjutnya pun bisa dipasang.
Setelah semua kaca menempel, posisinya dijaga dengan
menggunakan lakband. Biarkan dalam kondisi demikian hingga lem
mengering. Jika memungkinkan bagian dalam sambungan antar kaca perlu
dilapisi dengan lem, untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran
akibat perekatan yang tidak sempurna sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan
hati-hati agar hasil akhirnya rapid an kuat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktek lapang Kultur Ikan Hias dan
pembuatan akuarium adalah sebagai berikut:
a. Hasil praktek lapang Kultur Ikan Hias
Tabel 5. Hasil praktek lapang Kultur Ikan Hias
No. AlamatNama Pemilik
TokoJenis yang Dijual
1. Pasar rajawali Jl.Sultan Hasanuddin, Makassar
Ibu Elyana Ikan : Lemon fish, Molli, Sumatera, Koi, dan Aligator.Tumbuhan air : Teratai dan Hydrilla
2. Pasar Hobby, Makassar Bapak Andi Koi
b. Hasil praktek Pembuatan Akuarium
Gambar 7. Hasil praktek pembuatan akuarium.
Pembahasan
Praktek Kultur Ikan Hias dilaksanakan dengan dua bagian, yakni dengan
praktek lapang dan pembuatan akuarium.
1. Praktek Lapang Kultur Ikan Hias
Praktek lapang dilaksanakan bertepatan pada hari/tanggal sabtu, 10
November 2012 bertempat di Pasar Rajawali Jl. Sultan Hasanuddin, Makassar
dan Pasar Hobby, Makassar. Pada praktek lapang ini metode yang digunakan
adalah Observasi, yaitu dengan melakukan penentuan peninjauan dan ke lokasi
sebelum melaksanakan praktek lapang; Wawancara, yaitu dengan menanyakan
secara langsung kepada pemilik toko yang ada di Pasar Rajawali Jl.Sultan
Hasanuddin, Makassar dan di Pasar Hobby, Makassar mengenai jenis-jenis ikan
hias, pemeliharaan dan teknik penanganannya; dan Pengamatan langsung, yaitu
dengan mengamati secara langsung keadaan di Pasar Rajawali Jl.Sultan
Hasanuddin, Makassar dan di Pasar Hobby, Makassar mengenai jenis-jenis ikan
hias, pemeliharaan dan teknik penanganannya.
Di pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin, Makassar pemilik toko yang
diwawancarai bernama ibu Elyana. Jenis ikan hias yang dijual antara lain Lemon
fish, Pedang, Molli, Sumatera, Koi, dan Aligator. Sedangkan jenis tumbuhan air
yang dijual adalah teratai dan hydrilla.
Lemon fish (Neolamprologus leleupi), atau lebih akrab disebut leleupi
merupakan ikan cichlid kerdil (dwarf cichlid ) yang berasal dari danau Tangayika,
Afrika. Ikan leleupi mempunyai warna kuning di sekujur tubuhnya, sehingga ikan
ini populer dengan sebutan lemon cichlid . Leuleupi dapat tumbuh sampai sekitar
10 cm saja untuk ikan jantan, sedangkan ikan betina biasanya kurang dari
ukuran tersebut (Anonim, 2012). Habitat Leuleupi akan memilih sarang di gua-
gua kecil pada celah-celah batuan yang ada. Kondisi air dengan pH 7 sudah
cukup memadai untuk memelihara ikan ini dengan sehat (Anonim, 2012).
Ikan hias Lemon fish (Neolamprologus leleupi) dan tumbuhan air tersebut
berasal dari Jakarta, Sumatera, dan bandung. Transportasi ikan hias Lemon fish
(Neolamprologus leleupi) adalah dengan melalui jalur laut (kapal) atau jalur
udara (pesawat). Sebelum ikan dipasarkan maka terlebih dahulu dikarantina.
Ikan yang baru sampai ditangani dengan perendaman dengan air selama 5 menit
– 3 hari (max). Perlengkapan yang digunakan dalam penanganan ikan hias ini
yaitu pompa air sebagai alat yang membantu dalam sirkulasi air serta erator
yang berfungsi sebagai penyuplai O2. Dalam sirkulasi air kolam pada tempat ini
jenis filter yang digunakan adalah filter fisika dengan bahan Bioball, dan Kapas,
sedangkan filter kimiawinya adalah karbon aktif. Penggantian air pada kolam
dapat dilakukan sebanyak 1x dalam satu minggu dengan pola pengeluaran air ½
dari volume air kolam.
Dalam mempertahankan kehidupannya, tentu ikan membutuhkan energi,
energi dapat diperoleh antara lain dari makan. Pada ikan hias yang terdapat di
JlSultan Hasanuddin ini diberi pakan berupa pellet, jentik nyamuk, ikan-ikan kecil,
udang, cacing, dan juga jangkrik, frekuensi pemberian pakan sebayak 2x dalam
sehari (pagi dan sore hari) dengan dosis pakan disesuaikan dengan jumlah
ikannya. Hal ini sesui dengan pendapat Anonim (2012) yang menyatakan bahwa
ikan hias Lemon fis (Neolamprologus leleupi) tidak rewel dalam hal makanan,
dari makanan buatan sampai cacing es akan diterimanya dengan senang hati.
Meskipun demikian perlu diketahui bahwa di alam mereka hanya memakan
pakan hidup saja.
Jenis hama dan penyakit yang sering muncul pada ikan hias ini antara
lain Aeromonas, Hexamita, Kutu jarum, dan Kutu bulat. Penganganan hama dan
penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik ataupun probiotik pada ikan.
Meskipun serangan hama dan penyakit pada ikan hias ada namun
mortalitas/tingkat kematian ikan hanya menapai 0.1-0.5% dan keuntungan yang
diperoleh oleh pemilik toko ± Rp.1.000.000 – 2.000.000/bulan.
Di pasar Hobby, Makassar pemilik toko yang diwawancarai bernama
bapak Andi. Jenis ikan hias yang jual adalah ikan Koi. Firdaus (2010)
menyatakan Ikan koi termasuk jenis ikan hias air tawar bernilai ekonomis tinggi,
baik di pasaran nasional maupun internasional.
Koi (Cyprinus carpio L), Ikan Koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi
ikan Koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan Koi masih bisa
bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan Koi hidup pada ppt netral,
akan tetapi ikan Koi masih bisa hidup pada ppt yang agak biasa. Kisaran pH
yang dibutuhkan ikan Koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 – 8,5
sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan Koi adalah 20 hardness
(DH) (Effendy, 1993 dalam Jeffri, 2011). Mempunyai badan yang berbentuk
seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang
melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip
dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip
tersebut sangat penting bagi mereka untuk berpindah tempat. sirip-sirip pada
ikan koi umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-potong (Nugroho, 2012).
Ikan hias Koi (Cyprinus carpio L) tersebut berasal dari Jawa dan Jene
Ponto. Transportasi ikan hias Koi (Cyprinus carpio L), ikan asal jawa adalah
melalui jalur laut (kapal) atau jalur udara (pesawat) sedangkan ikan asal Jene
Ponto adalah menggunakan transportasi darat (mobil). Sebelum ikan dipasarkan
maka terlebih dahulu dikarantina. Ikan yang baru sampai ditangani dengan
perendaman dengan air selama ±5 menit. Perlengkapan yang digunakan dalam
penanganan ikan hias ini yaitu pompa air sebagai alat yang membantu dalam
sirkulasi air serta erator yang berfungsi sebagai penyuplai O2. Dalam sirkulasi air
kolam pada tempat ini jenis filter yang digunakan adalah filter fisika dengan
bahan Bioball, Kapas, dan batu solid. Penggantian air pada kolam dapat
dilakukan sebanyak 1x dalam dua bulan.
Seperti halnya dengan hewan lain ikan tentunya membutuhkan makanan
dalam pencapaian energy dalam siklus hidupnya. Pada ikan hias yang terdapat
di pasar Hobby, Makassar ini diberi pakan berupa pellet, frekuensi pemberian
pakan sebayak 2x dalam sehari (pagi dan sore hari) dengan dosis pakan
disesuaikan dengan jumlah ikannya. Menurut Effendy (1993) dalam Jeffri (2011),
ikan Koi bersifat omnivore, artinya pemakan segala jenis pakan. Dengan
demikian dapat diberikan jenis pakan yang beranekaragam, misalnya ikan kecil,
kerang–kerangan atau jenis tumbuh–tumbuhan. Pakan utama anak Koi adalah
udang–udang renik seperti aphnia. Sejalan dengan pertumbuhan badannya
mereka dapat mmakan serangga air, jentik – jentik nyamuk atau lumut – lumut
yang menempel pada tanaman. Pakan ikan Koi akan mempengaruhi
pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh ikan Koi yang berwarna – warni
disebabkan oleh adanya zat warna yang antara lain : zat pigmen karoten
(jingga), rutin (kuning), atasantun (merah). Zat – zat tersebut di alam bebas
dapat dijumpai pada tubuh hewan atau tumbuhan tertentu yang dapat dijadikan
pakan ikan Koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan Koi yang dipelihara (Jeffri,
2011).
Jenis hama dan penyakit yang sering muncul pada ikan hias tidak
mengkhawatirkan, sebab hanya kutu air dan stress yang terjadi pada ikan.
Penganganan hama dan penyakit ini adalah dengan pemberian antibiotik
ataupun probiotik untuk pengobatan penyakit kutu air, sedangkan pada saat
stress cukup dengan memberikan makanan. Meskipun serangan hama dan
penyakit pada ikan hias ada namun mortalitas/tingkat kematian ikan hanya
menapai 0-0.1% dan keuntungan yang diperoleh oleh pemilik toko sangat
menggiurkan, yakni ± Rp.10.000.000 – 15.000.000/bulan.
2. Praktek Pembuatan Akuarium
Akuarium secara “letterlek” berarti sebuah wadah air, tetapi secara umum
diartikan sebagai wadah atau tempat untuk memelihara berbagai jenis komunitas
kehidupan dalam air, seperti ikan, amphibian, tanaman air, molluska, koral, dan
berbagai jenis invertebrata lainnya (Purwakusuma, 2012).
Akuarium cukup popular dijadikan salah satu hiasan di rumah. Akuarium
yang ada di dalam rumah, dapat menciptakan ketenangan dan perasaan rileks
ketika melihatnya (Purwakusuma, 2012).
Hal pertama dalam pembuatan akuarium adalah menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan yaitu kaca, alat pemotong kaca, alat tembak kaca,
gunting, silet, spidol, lem silicon, dan tissue kemudian memotong lembaran kaca
sesuai dengan keinginan. Tepi-tepi potongan kaca tersebut digosok dengan batu
asahan atau gurinda untuk menghaluskan pinggiran kaca yang tajam,
menghaluskan ujung kaca dengan cara potongan kaca. Selanjutnya permukaan
kaca tersebut, terutama bidang permukaan yang akan direkat dibersihkan dari
berbagai kotoran, menempelkan lem kaca (lem silicon) pada bidang pertemuan
potongan kaca lalu kaca dilem. Bila lem sudah terpasang dengan baik kaca
bagian sisi kecil bisa dipasang.Kedua sisi lainnya selanjutnya pun bisa dipasang.
Setelah semua kaca menempel, posisinya dijaga dengan menggunakan
lakband. Biarkan dalam kondisi demikian hingga lem mengering. Jika
memungkinkan bagian dalam sambungan antar kaca perlu dilapisi dengan lem,
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran akibat perekatan yang tidak
sempurna sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar hasil akhirnya rapi
dan kuat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang diperoleh dari praktek lapang Kultur Ikan Hias
dan Pembuatan Akuarium ini adalah sebagai berikut:
Jenis-jenis ikan yang dipelihara di Pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin
Makassar yaitu Lemon fish, Molly, Pedang, Sumatera, Koi, dan Aligator.
Sedangkan jenis ikan yang dipelihara di Pasar Hobby yakni ikan Koi.
Penanganan ikan hias ini apabila terserang penyakit yakni cukup dengan
pemberian antibiotic dan probiotik atau dengan pemberian makanan saat ikan
mengalami stress.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan akuarium yakni
dengan penyediaan/penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum
merakit. Akuarium ini cukup popular dijadikan sebagai salah satu hiasan di
rumah. Akuarium yang ada di dalam rumah, dapat menciptakan ketenangan dan
perasaan rileks ketika melihatnya (Purwakusuma, 2012).
Saran
Adapun saran yang kami ajukan pada pelaksanaan praktek lapang dan
pembuatan akuarium adalah sebagai berikut:
Kepada para asisten ada baiknya menyamakan persepsi mengenai
format dan penulisan laporan, kemudian konsistensi dalam pemeriksaan laporan
harus dijaga dengan baik. Sedangkan untuk pelaksanaan praktek skiranya yang
dilaksanakan bukan hanya praktek lapang maupun praktek pembuatan akuarium
tetapi ada baiknya disertai dengan tekik pemeliharaan dan perawatan ikan yang
berbasis teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Online http://centralkoi.com/koi-care/membedakan-koi-jantan-dan-betina.html.2011. Diakses pada hari Kamis, 6 Desember 2012 pukul 13.30 WITA di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
-----------. 2012. Online http://aquaticf.blogspot.com/2012_05_01_archive.html. Diakses pada hari Sabtu, 8 Desember 2012 pukul 14.30 WITA di Asrama Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar.
--------------------. Ikan Lemon. Online http://aquaticf.blogspot.com/2012_05_01_ archive.html. Diakses pada hari Jumat, 7 Desember 2012 pukul 11.15 WITA di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
--------------------. Online http://zipcodezoo.com/animals/n/neolamprologus_leleupi/ . Diakses pada hari Jumat, 7 Desember 2012 pukul 10.10 WITA di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
--------------------. Online http://uplixs-fish.blogspot.com/. Diakses pada hari Sabtu, 8 Desember 2012 pukul 14.20 WITA di Asrama Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar.
Firdaus, Rahmat. 2010. Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) Di Kelompok Tani Sumber Harapan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Institut Pertanian Bogor.
Handajani, Hany dkk. 2009. Magang Kewirausahaan pada Usaha Pembenihan dan Budidaya Ikan Hias untuk Memantapkan Jiwa Wirausahaha Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang.
Jeffri. 2011. Online http://jeffri022.student.umm.ac.id/2011/04/12/ikan-koi/. Diakses pada hari Kamis, 6 Desember 2012 pukul 13.21 WITA di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Nugroho, Harry. 2012. Morfologi Koi. Online http://breederkoi.com/article /article_detail.asp?cat=1&id=43. Diakses pada hari Kamis, 6 Desember 2012 pukul 13.30 WITA di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Purnama, Yogi Chandra. 2011. Permasalahan pada Akuakultur atau Budidaya Pada Ikan Koi Penyakit dan Virus Koi (KHV). Universitas Padjajaran.
Windarto, Resto. 2011. Budidaya Ikan Guppy. Universitas Lampung.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PRAKTEK LAPANG
Wawancara di Pasar Rajawali Jl.Sultan Hasanuddin, Makassar
DESAIN AKUARIUM
PEMBUATAN AKUARIUM