Laporan PPD 2015
-
Upload
r-prawira-bayu -
Category
Documents
-
view
243 -
download
2
description
Transcript of Laporan PPD 2015
BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi
yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada
calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang
berorientasi kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan
proses pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya
pengalaman dalam berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal
berbagai faktor risiko serta melaksanakan pemecahan masalah kesehatan
secara komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya yang pada
kesempatan kali ini diterapkan pada tiga keluarga binaan.
1.2. Tujuan
Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta
memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan
pendekatan holistik.
1.3. Manfaat
Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau
masyarakat untuk menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah
kesehatan.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor risiko,
dan alternatif pemecahannya di keluarga atau masyarakat.
Mahasiswa mampu melakukan advokasi untuk dapat memecahkan
masalah kesehatan di keluarga secara komprehemsif dengan pendekatan
holistik untuk meningkatkan prilaku hidup sehat.
Keluarga dapat mengenali faktor-faktor risiko dalam masalah
kesehatannya, lebih mengerti tentang pentingnya prilaku hidup sehat
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1
BAB II
HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN
Keluarga binaan bertempat tinggal di Banjar petung, Desa Batur Tengah,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Petung masuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Kintamani I. Desa Batur tengah memiliki 859 KK. Sebagian
besar warganya bekerja sebagai petani dimana menggarap lahan pribadi dan orang
lain. Jeruk merupakan hasil pertanian yang dominan di desa ini.
2.1. Karakteristik Keluarga Binaan
Tabel 1. Susunan Keluarga Sumanta
No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn
KKPekerjaan
1. Nengah Sumanta L 66 SR KK Petani
2. Me Arum P 60Tidak
sekolahIstri KK
Tidak
Bekerja
3. Wayan Ciptama L 43 Tamat SD Anak Petani
4. Made Tono L 35 TamatSD Anak Swasta
5. Nyoman Sadiasa L 30 Tamat SD Anak Petani
Gambar 1. Sistem Kekerabatan
1. Nengah Sumanta- KK
2. Me Arum - Istri KK
3. Wayan Ciptama – Anak KK
4. Made Tono – Anak KK
5. Nyoman Sadiasa – Anak KK
2
1
2
4 5
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan Meninggal
3
Keluarga terdiri dari ayah istri KK dan tiga orang anak dimana anak
pertama, kedua, dan ketiga sudah menikah. Anak ketiga bernama Nyoman
Sadiasa tinggal bersama dengan ibu Arum dan Nengah Sumanta. Sedangkan anak
kedua bernama Tono sekarang tinggal di Toya bungkah karena bekerja di salah
satu resort di sana. Anak pertama yaitu Wayan Ciptama tinggal tak jauh dari
rumah Nengah Sumanta.Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-
hari, pengambilan keputusan berada di tangan Nengah Sumanta.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Nyoman Sadiasa
No. NamaHubungan
dengan KKUmur
Jenis
KelaminPendidikan Pekerjaan
KK : Nyoman Sadiasa
1.I Nyoman
SadiasaKK 39 tahun Laki-laki Tamat SD
Petani
2.Ni Wayan
WerkiIstri 34 tahun Perempuan Tamat SD Petani
3.Ni Putu Sarwi
YunitaAnak 14 tahun Perempuan SMP Pelajar
4.I Kadek Dana
KianaAnak 11 tahun Laki-laki SD Pelajar
5.
I Komang
Tresna
Pranata
Anak 22 Bulan Laki-laki - -
Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Nyoman Sadiasa
3
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan Meninggal
1 2
453
1. Nyoman Sadiasa – KK
2. Wayan Werki – Istri KK
3. Ni Putu Sarwi Yunita –
Anak KK
4. I Kadek Dana Kiana –
Anak KK
5. I Komang Tresna Pranata –
Anak KK
Keluarga Nyoman Sadiasa terdiri dari istri dan anak yang tinggal serumah.
Anak sulung Bapak Nyoman Sadiasa baru saja masuk SMP dan sekarang
masih tinggal bersama Bapak Nyoman Sadiasa. Sedangkan anak kedua dan
ketiga juga masih tinggal bersama Bapak Nyoman Sadiasa karena masih
sekolah di SD 2 Kintamani. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam
kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK.
Tabel 3. Susunan KK Made Suka
No Nama JK Umur PendidikanHubungan
dgn KKPekerjaan
1.I Made Suka/
mangku KarmiL 64 th SD Ayah KK Petani
2. Ni Made Rasti P 54 th SD Ibu KK Petani
3. Made Suka L 36 th Tamat SD KK Petani
4. Nyoman Darmi P 30 th Tamat SD Istri KK Petani
5. Luh Eka P 11 th SD Cucu KK Pelajar
6. Kadek Nadi Arta L 7 th SD Cucu KK Pelajar
Gambar 3. Sistem Kekerabatan Made Suka
4
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
1 2
34
5 6
1. I Made Suka –KK
2. Ni Made Rasti – IstriKK
3. Made Suka – Anak KK
4. Nyoman Darmi– MenantuKK
5. Luh Eka – Cucu KK
6. Kadek Nadi Artha – Cucu
KK
Keluarga Made Suka terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu dan dua orang
cucu yang tinggal serumah. Cucu pertama dan kedua bapak Made Suka
masih duduk di bangku sekolah dasar yaitu kelas 2 dan 6. Keluarga ini
beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan
berada di tangan KK.
2.2. Status Kesehatan Keluarga Binaan
Sumanta
Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit
umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang
membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka
lebih memilih beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh
juga baru mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu di Desa Batur
Tengah. KK dari keluarga ini yaitu Bapak Nengah Sumanta memiliki
mengelukan nyeri pada kepala dan tengkuk. Keluhan sudah dirasakan
sejak 10 tahun yang lalu. Bapak Nengah Sumanta memiliki riwayat
penyakit hipertensi. Biasanya Bapak Nengah Sumanta berobat ke bidan
di Puskesmas Pembantu Batur Tengah apabila nyeri kepalanya kambuh.
Sedangkan untuk hipertensinya sendiri Ibu Arum mengaku suaminya
tidak rutin mengkonsumsi obat dan hanya pergi ke bidan jika merasa
kepalanya berat. Saat kunjungan Bapak Nengah Sumanta mengaku
sedang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi karena merasa dirinya
sehat dan tidak memiliki keluhan, namun ketika dilakukan pengukuran
tekanan darah didapatkan tekanan darah Bapak Nengah Sumanta
160/100 mm/Hg. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan
JKBM.
5
Nyoman Sadiasa
Selama 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit
umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang
membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit, mereka
biasanya mengistirahatkan diri terlebih dahulu dan menggunakan obat-
obat tradisional, hanya jika sakit lebih berat dan lama baru mereka
mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu Desa Petung. Selain itu
tidak ada riwayat penyakit khusus dalam keluarganya. Untuk biaya
pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.
I Made Suka
Selama 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit
umum seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang
membutuhkan pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka
lebih memilih beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh
juga baru mencari pengobatan ke Puskesmas Pembantu di Desa Petung.
Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.
2.3. Status Ekonomi Keluarga Binaan
Sumanta
Keluarga Nengah mengerjakan tanah milik sendiri dan juga memelihara
sapi yang juga milik sendiri. Penghasilan keluarga berasal dari hasil
penjualan jeruk. Kadang-kadang keluarga Nengah Sumanta juga
mendapat tambahan dari anaknya yang kebetulan tinggal tepat
disebelah rumah. Penghasilan KK tidak menentu tergantung dari berapa
jumlah hasil panen yang berhasil terjual dan juga musim panen saat itu.
Saat ini sedang tidak musim panen jeruk, sehingga KK biasanya
mengurus kebunnya dan sapi-sapinya. Rata-rata sebulan penghasilan
kira-kira sekitar Rp 300.000 - 500.000.
6
Untuk pengeluaran makanan, sehari menghabiskan 1/4 kg beras, sayur
didapat dari hasil kebun sendiri, lauk pauknya tempe, tahu, kadang-
kadang daging ayam ataupun babi. Biaya untuk beras kurang lebih
dihabiskan sekitar Rp. 75.000,00 dan biaya untuk lauk pauk kurang
lebih Rp. 80.000,00. Biaya diluar makanan seperti kebutuhan mandi,
cuci baju, minyak goreng, rokok dan lainnya kurang lebih Rp.
50.000,00. Keluarga ini mengeluarkan biaya untuk membayar biaya
listrik tiap bulannya kurang lebih Rp. 20.000,-. Total yang biasanya
dihabiskan dalam satu bulan kurang lebih sampai Rp. 225.000,00.
Sehingga jika ada lebih uang dalam tiap bulannya akan disimpan untuk
kedepannya ataupun untuk biaya tidak terduga. Kepemilikan barang
berharga, keluarga ini memiliki 1 buah TV dan satu buah sepeda motor.
Nyoman Sadiasa
Keluarga bapak I Nyoman Sadiasa termasuk keluarga dengan ekonomi
cukup. Penghasilan Bapak I Nyoman Sadiasa tidak tetap. Perbulan
kuang lebih Rp 500.000. Istri dari bapak I Nyoman Sadiasa bekerja
sebagai penjual buah dan sehari hari bertugas sebagai ibu rumah tangga.
Penghasilan dari menjual buah tidak menentu kurang lebih Rp 300.000
perbulannya. Anaknya Ni Putu Sarwi bersama adiknya Kadek Dana
Kiana kadang bekerja sebagai pedagang acung menjual sovenir di
kawasan penelokan. Hasil dari penjualan sovenir tidak seberapa, hanya
untuk tambahan uang jajan masing-masing. Pendapatan dari keluarga I
Nyoman Sadiasa tidak menentu setiap hari. Menurut Ni Putu Sarwi
rata-rata penghasilan yang dimiliki oleh keluarga ini perbulan kurang
lebih Rp 800.000,00. Selain dari bekerja serabutan dengan membantu
tetangganya jika butuh tenaga, Bapak Sadiasa Juga memelihar seekor
sapi milik tetangganya dimana hasilnya dikatakan tidak seberapa.
Menurut pernyataan dari Ni Putu Sarwi sebagian besar penghasilan
yang dimiliki oleh keluarganya cukup memenuhi untuk kebutuhan
sehari-hari, namun untuk menabing dikatakan tidak bisa.Karena
penghasilan banyak digunakan untuk biaya sekolah dan susu anaknya
7
yanng paling kecil. Untuk keperluan dapur sehari-harinya, keluarga dari
Bapak I Nyoman Sadiasa menghabiskan uang kurang lebih sebesar Rp
15.000,00 yang digunakan untuk membeli bahan makanan dapur yang
dimasak untuk makan keluarga bersama. Setiap bulannya keluarga dari
I Nyoman Sadiasa mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 175.000,00
untuk membeli 15 Kg beras Selain biaya makan untuk dirinya,istri dan
ketiga anaknya, Bapak I Nyoman Sadiasa juga harus mengeluarkan
biaya untuk keperluan bulanannya seperti listrik, deterjen, sabun, dan
rokok. Biaya yang harus dikeluarkan Bapak I Nyoman Sadiasa untuk
listrik adalah sebesar Rp 75.000,00 setiap bulan.Untuk kebutuhan lain,
seperti deterjen, sabun mandi, sabun cuci, dan sebagainya, Bapak I
Nyoman Sadiasa menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp
50.000,00. Selain itu juga keluarga ini memiliki pengeluaran untuk
biaya sekolah anak-anaknya sekitar Rp 200.000,00. Bapak I Nyoman
Sadiasa juga adalah seorang perokok namun tidak terlalu berat, satu
bungkus rokok yang seharga Rp. 15.000,00 dihabiskan dalam waktu 2-
3 hari.
I Made Suka
Penghasilan keluarga ini berasal dari bekerja sebagai buruh pemetik
jeruk dimana KK dan istrinya bekerja bersama-sama. Saat panen
biasanya diberi upah Rp. 30.000,- per hari. Keluarga ini tidak memiliki
sapi atau binatang peliharaan yang lainnya. Penghasilan dirasakan
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika ada sisa biasanya
ditabung disimpan dirumah saja agar nudah diambil nantinya.
Untuk pengeluaran makanan, sehari menghabiskan ½ kg beras, sayur
didapat dari hasil kebun sendiri, lauk pauknya tempe, tahu, kadang-
kadang daging ayam ataupun babi. Keluarga ini mengeluarkan biaya
untuk membayar biaya listrik tiap bulannya kurang lebih Rp. 20.000,-
Rp. 30.000,-. Biaya untuk beras kurang lebih dihabiskan sekitar Rp.
150.000,00 dan biaya untuk lauk pauk kurang lebih Rp. 100.000,00.
Biaya diluar makanan seperti kebutuhan mandi, cuci baju, minyak
8
goreng, rokok, bensin dan lainnya kurang lebih Rp. 200.000,00.
Sehingga total tiap bulannya pengeluran kelurga ini berkisar Rp.
470.000,00. Sehingga jika adal lebih uang dalam tiap bulannya akan
disimpan untuk kedepannya ataupun untuk biaya tidak terduga.
Keluarga ini tidak mengeluarkan uang untuk membiayai sekolah
anaknya karena semua anaknya masih SD dan mendapat beasiswa dari
pemerintah. Kepemilikan barang berharga, keluarga ini memiliki 1 buah
TV dan 1 buah sepeda motor.
2.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga Binaan
Sumanta
Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Nengah Sumanta tergolong kurang.
Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari
dan hanya jarang-jarang melakukannya. Kepemilikan sikat gigi
keluarga ini dikatakan iya oleh kepala keluarga. Kebiasaan mandi
keluarga menurut KK sekitar 3-4x dalam seminggu. Untuk kebiasaan
cuci tangan sangat jarang dilakukan berhubung persediaan air yang
sangat terbatas. Untuk mencuci pakaian biasanya tidak menentu dan
dilakukan 1x seminggu menggunakan deterjen. Keluarga ini sudah
memiliki jamban untuk BAB/BAK namun saat tidak ada air dilakukan
di tegalan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air
sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum yang airnya diambil dari penampungan. Menu makanan sering
kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.
Nyoman Sadiasa
Prilaku hidup sehat keluarga Nyoman Sadiasa tergolong kurang.
Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari
dan hanya jarang-jarang melakukannya. Nyoman Sadiasa tidak
memiliki sikat gigi, hanya anaknya saja yang memilikinya. Kebiasaan
mandi keluarga menurut KK sekitar 3-4x dalam seminggu. Untuk
kebiasaan cuci tangan sangat jarang dilakukan berhubung persediaan air
9
yang sangat terbatas. Untuk mencuci pakaian biasanya tidak menentu
dan dilakukan 1x seminggu menggunakan deterjen. Keluarga ini sudah
memiliki jamban untuk BAB/BAK namun jika tidak ada air dilakukan
di tegalan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air
sebelum dimasak. Air minum yang diminum sudah dimasak terlebih
dahulu. Menu makanan sering kali hanya berupa nasi,sayur dan ikan,
kadang-kadang berisi daging.
Made Suka
Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Made Suka tergolong kurang.
Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari
dan hanya dilakukan 1x sehari. Kepemilikan sikat gigi keluarga ini
dikatakan iya oleh kepala keluarga. Kebiasaan mandi keluarga menurut
KK 1x dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan sangat jarang
dilakukan berhubung persediaan air yang sangat terbatas. Untuk
mencuci pakaian biasanya tidak menentu dan dilakukan tiap 2-3x
perhari menggunakan deterjen. Keluarga ini telah memiliki jamban
sehingga BAB/BAK dilakukan di kamar mandinya sendiri. Untuk
memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak.
Air minum yang akan diminum sudah dimasak terlebih dahulu. Menu
makanan sering kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang
mengkonsumsi daging.
10
BAB III
PEMBAHASAN
Membandingkan data demografi ketiga keluarga terlihat bahwa rata-rata
pendidikannya adalah tamat SD. Hal ini tentunya merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap
prilaku hidup sehat mereka serta status ekonomi mereka. Peran pendidikan dalam
promosi prilaku hidup sehat sejak dini bisa dilihat pada keluarga Made Suka
dimana keluarga ini memiliki kebiasaan rutin menggosok gigi dan mandi
walaupun masih sekali dalam satu hari dibandingkan anggota keluarga lainnya
bahkan tidak memiliki sikat gigi. Menurut pengakuan Bapak Made Suka,
pendidikan dan pola pikirnya berbeda dibandingkan orang tua dulu dimana tidak
memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat.
Status kesehatan ketiga keluarga bisa dikatakan tidak ada perbedaan
berarti. Pada umumnya konsep yang mereka pegang adalah seseorang dikatakan
sakit apabila tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana
mestinya. Mereka lebih seering membiarkan penyakitnya dan menggunakan obat-
obat tradisional terlebih dahulu. Sehingga seringkali agak terlambat mencari
pengobatan. Sehingga penyakit yang dalam prosesnya tidak menimbulkan gejala
atau memberikan gejala minimal seperti misalnya hipertensi mereka sering kali
menganggap tidak perlu memerlukan pengobatan atau kontrol rutin karena mereka
merasa masih mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Dalam hal
ini diperlukan KIE pengetahuan mengenai penyakit yang memerlukan pengobatan
rutin, faktor risiko dan menjelaskan komplikasi jangka panjangnya.
Dari status ekonomi ketiga keluarga cukup bervariasi, sesuai dengan mata
pencaharian mereka. Penghasilan mereka memang tidak menentu dan bergantung
pada musim panen saja. Sedangkan saat tidak panen, mereka tidak memiliki
penghasilan yang tetap. Sehingga diperlukan managemen uang lebih baik lagi.
Pengeluaran terbesar dikatakan berasal dari kebutuhan sehari-hari saja.
Pengeluaran untuk anak dikatakan tidak ada. Pengeluaran untuk urusan sosial
seperti urunan banjar dikatakan juga tidak terlalu banyak.
11
Dari aspek lingkungan fisik pada umumnya menghadapi masalah
keterbatasan persediaan air bersih lingkungan rumah mereka. Mereka lebih
memilih menampung air hujan atau berjalan mengambil air di sungai
dibandingkan membayar membeli air. Selain itu sumber air seperti mata air dan
sungaipun jaraknya cukup jauh.
Untuk kebiasaan prilaku hidup sehat cukup beragam pada keluarga KK.
Perlu ditingkatkan peran sekolah dalam promosi kesehatan prilaku hidup sehat
sejak dini. Untuk kebiasaan mereka untuk BAB/BAK yang terkadang masih
sembarangan saat tidak ada air untuk saat ini yang dilakukan adalah KIE untuk
melakukannya jauh dari sumber air atau penampungan air agar tidak tercemar dan
juga menjaga kebersihan tubuh dengan menjaga tangan tetap bersih dengan cara
mencuci tangan.
12
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang
sehat, dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang
masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam
lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.
2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan
bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan
gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan
penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat
kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan
minum obat secara teratur.
3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah
mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE
dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang
penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan untuk menghentikan kebiasaan-
kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan. Disamping itu khusus
untuk keluarga Nyoman Sadiasa yang sudah memiliki 3 orang anak
penulis memberikan edukasi dan menyarankan agar menggunakan alat
kontrasepsi (KB).
4.2. Saran
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan
penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola
diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita
agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum
obatnya habis.
2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah
secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan
peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat
yang baik.
13
BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA
1. Latar Belakang Kasus
Hipertensi termasuk salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia,
terutamanya di negara berkembang yang salah satunya dikarenakan oleh
perubahan gaya hidup masyarakat yang dewasa ini semakin modern.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 65,74% penderita
hipertensi berada di negara berkembang, termasuk di Indonesia (Jang et al.,
2005). Angka kejadian hipertensi di Indonesia menunjukkan di daerah
pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan. Di Indonesia, banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta
orang, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi
hipertensi pada orang dewasa adalah 6-15%, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Amalia, 2007).
Selain itu, penyakit hipertensi merupakan faktor resiko utama yang
mendasari terjadinya sindrom metabolik seperti dislipidemia dan berbagai
macam penyakit lainnya, selain itu 90 % kasus hipertensi, etiologinya masih
belum diketahui dengan jelas, penyakit ini merupakan penyakit sistemik yang
menyerang multi organ. Komplikasi jangka panjang jika penyakit ini tidak
terkontrol salah satunya adalah serangan stroke. Penyakit ini sering disebut
dengan istilah sillent killer karena proses perjalanan penyakitnya sering kali
tidak bergejala atau hanya memberikan gejala minimal, sehingga membuat
pasien merasa dirinya tidak sakit lagi dan malas kontrol ataupun minum obat.
Alasan-alasan inilah yang mendasari pemilihan kasus Hipertensi sebagai
laporan kasus penulis.
14
Identitas Pasien
Nama : I Nengah Sumanta
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tidak tamat SR
Pekerjaan : Petani
2. Riwayat Penyakit
Penderita, I Nengah Sumanta terdiagnosis hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu. Penderita tidak mengetahui dirinya memiliki tekanan darah tinggi.
Beliau hanya sering mengalami keluhan sakit kepala yang sangat berat hingga
ke tengkuk. Keluhan ini sering dirasakan penderita dan hanya dibiarkan oleh
penderita karena penderita mengaku masih bisa bekerja dan menjalankan
aktivitas sehari-hari. Biasanya untuk mengurangi keluhan tersebut Bapak I
Nengah Sumanta membeli obat di warung. Bapak I Nengah Sumanta juga
tidak pernah memeriksakan dirinya karena sakit kepalanya tersebut dapat
diatasi.
Kurang lebih 10 tahun yang lalu, penderita sempat memeriksakan diri ke
Puskesamas pembantu yang berada di Desa Batur Tengah karena saat itu
sedang demam tinggi. Saat diperiksa, ternyata tekanan darah penderita tinggi
yaitu 160/90. Dikatakan saat itu Bidan sempat menecek tekanan darahnya
sebanyak 3 kali dan hasilnya tetap sama. Kemudian bidan yang bertugas di
puskesmas pembantu desa Batur Tengah mengusulkan untuk memeriksakan
lagi dan kontrol satu minggu kemudian. Tetapi penderita tidak mengikutinya.
Satu bulan kemudian pasien merasakan sakit kepala yang membuat pasien
tidak bisa bekerja dan pada saat itu pasien dibawa ke Puskesmas Pembantu
Batur Tengah oleh anaknya. Saat diperiksa didapatkan tekanan darahnya
tinggi yaitu 170/90. Saat itu ia diberikan dua macam obat, namun ia lupa
namanya. Setelah minum obat tersebut ia merasa lebih baik dan ketika
obatnya habis ia tidak kontrol ke Puskesmas Pembantu lagi.
Saat penulis melakukan kunjungan ke rumah penderita didapatkan
tensinya 160/90 mmHg dan saat itu penderita sama sekali tidak mengalami
15
keluhan. Penderita mengatakan terkadang masih pernah mengalami keluhan
yang sama dengan saat diketahui tekanan darahnya tinggi, namun dengan
frekuensi yang lebih jarang. Apabila keluhan tersebut muncul biasanya ia
meminum obat sakit kepala biasa kemudian beristirahat. Keluhan dirasakan
tidak mengganggu aktivitas kesehariannya.
Penderita memiliki riwayat merokok sejak remaja sekitar saat berusia 15
tahun. Dikatakan saat remaja penderita mampu menghabiskan setengah
bungkus rokok per harinya. Namun sekarang dikatakan frekuensi merokok
penderita sudah berkurang yaitu 1 bungkus rokok dihabiskan dalam waktu 3
hari. Penderita juga rutin mengkonsumsi kopi 2 kali sehari saat pagi dan sore
hari. Penderita juga mengatakan terkadang mengkonsumsi minuman
beralkohol jika terdapat acara di desanya.
Saat ditanya pengetahuan sedikit tentang hipertensi penderita sama sekali
tidak mengetahui dengan pasti apa itu sebenarnya hipertensi, gejala,
komplikasi dan bagaimana cara mencegahnya.
3. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga
Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah
kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran
keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Solusi yang
dilakukan pada kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran keluarga adalah:
1. Personal
Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan
sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara
holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual.
Memberikan konseling pasien dan memberikan pengobatan kepada pasien
yaitu : Captopril 25mg . Tidak kalah pentingnya adalah memberitahukan
dibutuhkannya pengobatan yang teratur serta kontrol tekanan darah secara
rutin tidak hanya sekali atau dua kali saja, karena penyakit ini bukanlah
penyakit yang dapat sembuh hanya dengan berobat sekali dua kali saja
Untuk aspek fisiknya, menyarankan pasien untuk tetap melakukan
kegiatan sehari-hari sendiri. Sedangkan untuk psikis pasien penulis
16
menyarankan pasien untuk menghindari stress dan mengatur emosi pasien
agar tidak mudah terpancing amarah. Dan untuk aspek spiritual
menyarankan kepada pasien untuk rileks dan tabah dalam menjalani hidup
serta meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan yang Maha Esa
melalui taat beribadah sehingga pasien akan bisa merasa lebih tenang.
Berdasarkan JNC 7 penderita tergolong dalam Hipertensi stage 2.
Penderita Hipertensi stage 2 dalam pengobatannya, membutuhkan
modifikasi gaya hidup tapi juga pengobatan farmakologi. Perlu diberikan
KIE mengenai pengertian hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi
serta pengobatan yang harus dijalani. Pada kasus KIE lebih ditekankan
pada gejala-gejala dari hipertensi, dimana sangat penting diinformasikan
bahwa seringkali penyakit ini hanya memberikan gejala yang ringan
bahkan tanpa gejala, yang dapat langsung diikuti oleh komplikasi yang
sangat berat seperti stroke.
2. Koordinatif dan kolaboratif
Solusi yang diberikan juga harus bersifat koordinatif dan kolaboratif yaitu
penanganan ini seharusnya dilakukan bersama-sama keluarga dan tenaga
kesehatan yang ada disana dengan cara :
Melakukan koordinasi dengan bidan di puskesmas Pembantu Batur
Tengah untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk memberikan motivasi
kepada pasien dan berperan aktif mendukung pengobatan pasien
demi kesehatan pasien.
3. Paripurna
Paripurna artinya suatu penyakit itu harus diperhatikan secara menyeluruh.
Penyebab terjadinya hipertensi pada penderita sering tidak jelas. Seiring
dengan bertambahnya umur, risiko seseorang untuk mengalami hipertensi
juga turut meningkat. Faktor-faktor risiko yang dapat ditemukan pada
penderita ini adalah merokok, konsumsi kopi dan minum minuman
beralkohol. Dari segi sosial ekonomi dan ketersediaan pelayanan
kesehatan, penderita memiliki asuransi kesehatan JKBM. Maka dari itu
17
sebenarnya pelayanan kesehatan bukanlah masalah, yang penting adalah
kesadaran dari penderita sendiri. Selain itu juga diperhatikan kebiasaan
penderita seperti pola makan penderita.
4. Berkesinambungan
Berkesinambungan disini berarti solusi yang diberikan hendaknya
dilakukan secara terus menerus dengan melihat perkembangan penderita
dari hari ke hari. Sehingga diperlukan kontrol rutin terhadap penyakitnya
dan tidak berhenti di tengah jalan walaupun merasa sudah tidak ada
keluhan lagi.
Pasien dipantau terus tentang tekanan darah dan perkembangan
penyakitnya. Dalam hal ini pasien dianjurkan untuk melanjutkan
kebiasaan kontrol rutin tiap 1 bulan dan mengkonsumsi obat secara rutin
setiap hari.
Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit hipertensi ini
merupakan penyakit kronik yang tidak bisa sembuh akan tetapi tekanan
darahnya bisa dikontrol dengan pola hidup sehat dan mengkonsumsi obat
antihipertensi.
5. Mengutamakan Pencegahan
Mengingat Hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup
yang salah maka penulis juga menjelaskan bagaimana cara pencegahannya,
yang dibagi menjadi 3 yaitu :
Pencegahan primer :
a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu penyakit
hipertensi, faktor resiko, gejala-gejala dan cara pengobatannya.
b. Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita cara pencegahan
penyakit hipertensi.
Pencegahan sekunder :
a. Pengobatan dengan Captopril 25 mg 1 x 1 kali sehari serta jangan sampai
dihentikan.
18
b. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman untuk pengobatan tepat.
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan dan memotivasi
penderita agar penderita minum obat sesuai dengan yang dianjurkan
dokter (pengobatan tepat).
d. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala penyakit hipertensi seperti sakit kepala,
epistaksis (hidung berdarah), telinga berdengung rasa berat di tengkuk,
sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing untuk cepat memeriksakan
dirinya ke dokter (deteksi dini).
e. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang berusia 40 tahun keatas untuk memeriksakan tekanan
darahnya apabila memungkinkan (deteksi dini).
Pencegahan tersier :
a. Menganjurkan penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung garam.
Penderita juga dianjurkan untuk mengurangi konsumsi kafein serta tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan merokok.
b. Menganjurkan penderita untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara
mandiri.
c. Hindari kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres.
d. Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari
penyakit hipertensi (misal :stroke, kelainan pada jantung, ginjal, mata dan
lain-lain), untuk itu penderita dianjurkan untuk menjaga kesehatannya dan
meminum obat secara teratur.
e. Menjelaskan kepada penderita mengenai efek samping obat yaitu
tachycardia, penurunan berat badan, penyakit serum, stomatitis,
fotosensitif, flushing, dan acidosis.
f. Apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan
penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.
6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan
19
Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan dilakukan dengan
memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang
pentingnya hidup sehat antara lain mengatur pola makan seimbang, olah
raga teratur seminggu 3 kali selama 30-45 menit, tidak merokok dan minum
minuman beralkohol.
20